ii
Kata Pengantar
iii
Namun demikian, di balik tantangan tersebut terdapat beberapa peluang yang harus
dicermati dengan tetap menjaga sinergi antara pemerintah pusat dan daerah. Berdasarkan
indikator perekonomian nasional tahun 2013, secara umum pertumbuhan ekonomi masih
relatif tinggi kendati ada tekanan inflasi, pemotongan anggaran, serta tren investasi yang
relatif mengarah ke moderat. Pertumbuhan ini diyakini akan meningkat kembali di tahun
2014 dengan adanya pesta demokrasi dan membaiknya iklim investasi yang dapat
mendorong perekonomian nasional.
Momentum tersebut diharapkan dapat direspon secara positif dalam kebijakan
transfer pemerintah pusat di satu sisi dan kebijakan pendapatan, belanja, dan pembiayaan
daerah di sisi yang lain. Upaya yang harus dilakukan dengan tetap fokus menjaga
momentum tersebut antara lain melalui penguatan penggalian potensi perpajakan daerah
guna mendorong kemandirian pendanaan daerah, pengendalian belanja daerah dengan
menggunakan instrumen insentif dan sanksi, penyaluran dana transfer bersyarat, prioritas
belanja pada bidang infrastruktur yang mendukung layanan publik, pengendalian defisit
serta peningkatan kualitas aparatur daerah dalam mengelola keuangan daerah.
Dengan diterbitkannya pelengkap buku pegangan ini diharapkan Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah dapat saling bersinergi dalam kerangka pemahaman yang sama
yaitu menyukseskan tujuan akhir dari otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yaitu
mendorong pertumbuhan perekonomian nasional untuk kesejahteraan masyarakat.
Tidak lupa dalam kesempatan berharga ini, saya menyampaian ucapan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh jajaran Direktorat Jenderal Perimbangan
Keuangan yang telah bekerja dengan sungguh-sungguh, penuh pengorbanan untuk
menyelesaikan Pelengkap Buku Pegangan Tahun 2014 ini dengan sebaik-baiknya. Semoga
Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan bimbingan dan kemurahan-Nya dalam
setiap perjuangan untuk meraih tujuan berbangsa dan bernegara yang termaktub dalam
konstitusi kita yaitu memajukan kesejahteraan umum. Amin.
MENTERI KEUANGAN,
iv
Daftar Isi
Daftar Isi
vi
Daftar Gambar
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Daftar Gambar
vii
viii
Daftar tabel
Tabel 1.1
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 2.4
Tabel 2.5
Tabel 2.6
Tabel 2.7
Tabel 2.8.
Tabel 2.9
Tabel 2.10
Tabel 2.11
Tabel 2.12
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Daftar Tabel
ix
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 3.5
Tabel 3.6
Tabel 3.7
Tabel 3.8
Tabel 3.9
Tabel 3.10
Tabel 3.11
Tabel 3.12
Tabel 3.13
Tabel 3.14
Tabel 3.17
Tabel 3.18 Bobot Penilaian Perhitungan DID Tahun 2013 dan 2014........................... III/113
Tabel 3.19
Kebijakan Alokasi Minimum Perhitungan DID Tahun 2013 dan 2014 ..... III/114
Tabel 4.1
Tabel 4.4 Tabel Perkembangan jumlah peserta kegiatan LKD, KKD, dan KKDK......IV/138
Bab I
Pendahuluan
Pendahuluan
I/1
negara dengan kekuatan ekonomi di urutan ke-7 dunia apabila bisa mengatasi tantangantantangan pembangunannya. Bergesernya raksasa perekonomian dunia dari belahan
Benua Amerika dan Eropa menuju Benua Asia berpotensi mengubah Indonesia menjadi
negara yang secara makro ekonomi akan mempengaruhi negara-negara lain (large open
economic). Namun demikian, saat ini tantangan kebijakan fiskal seperti kebijakan politik
anggaran, kepastian hukum, iklim investasi, dan tingkat pembangunan infrastruktur masih
belum menunjukkan indikator yang sejalan dengan gambaran di masa depan.
Menghadapi tantangan di masa mendatang, Indonesia harus fokus mengembangkan
kebijakan perekonomian yang bersifat inklusif. Dalam konteks desentralisasi fiskal,
pertumbuhan perekonomian harus dapat diciptakan secara merata oleh seluruh daerah
dan dirasakan pula dampaknya seluas-luasnya bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Dibangunnya koridor pusat-pusat pertumbuhan perekonomian (pool of growth) adalah
salah satu prasyarat dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat.
Tujuan kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang berdampak pada
perekonomian di daerah menjadi sangat krusial. Seyogyanya, pelayanan publik juga
menunjukkan peningkatan baik secara kuantitas dan kualitas. Pelayanan publik yang baik
setidaknya mengacu kepada dua hal pokok yaitu memberikan kepuasan kepada publik
dan pelayanan yang memenuhi standar pelayanan minimum (minimum local public service
delivery standards). Dengan demikian, peningkatan pelayanan publik dapat mendorong
pembangunan ekonomi yang pada akhirnya kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik
(social welfare).
Sebagai sarana untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional tersebut, kebijakan
desentralisasi fiskal telah mempergunakan kerangka hubungan keuangan pusat dan daerah
(HKPD) sebagai acuan. Kerangka kebijakan HKPD mengamanatkan bahwa pengaturan
hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Pemda) harus dilaksanakan
secara adil, proporsional, dan akuntabel yang saat ini diatur dalam Undang-Undang Nomor
33 Tahun 2004 (UU 33/2004) tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah.
Untuk mewujudkan harapan tersebut diperlukan berbagai sumber daya, diantaranya
adalah dalam hal pendanaan. Kebutuhan pendanaan ini cenderung meningkat seiring
dengan kompleksitas dan dinamika masalah di daerah. Dengan adanya penyerahan
sebagian kewenangan pusat ke daerah baik di sisi pendapatan maupun belanja, Pemda
berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 (UU 28/2009) tentang Pajak Daerah
I/2
dan Retribusi Daerah (PDRD) didorong agar dapat menggali potensi pendapatan daerah
melalui instrumen PDRD (local taxing power). Sedangkan di sisi belanja, melalui asas
money follows function yaitu penyerahan pendanaan dari pusat ke daerah yang mengikuti
arah ke mana beban tersebut berada, pengalokasiannya dilakukan melalui mekanisme
kebijakan dana perimbangan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan daerah.
Sejalan dengan semakin banyaknya pelimpahan tugas pemerintahan dari Pemerintah
Pusat kepada Pemda maka semakin besar pula dana yang diserahkan dari pusat ke
daerah. Untuk Tahun Anggaran (TA) 2014, alokasi dana transfer ke daerah memiliki porsi
yang cukup besar, yaitu sebesar 30 persen dari total belanja Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN). Untuk TA 2014 alokasi dana transfer ke daerah termasuk hibah
dialokasikan sebesar Rp595,05 Triliun. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1
Dana Transfer Tahun Anggaran 2014
Jenis Dana Transfer
dalam triliun Rp
341,21
33,00
51,78
61,92
6,82
6,82
2,50
0,52
Dana Hibah
2,54
Dana Penyesuaian:
87,94
60,54
1,85
24,07
1,39
0,09
595,05
Pendahuluan
I/3
I/4
oriented) tidak saja terlihat pada besarnya porsi pengalokasian anggaran untuk kepentingan
publik, tetapi juga terlihat pada besarnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan/pengendalian keuangan daerah.
Dalam ruang lingkup keuangan daerah, maka akan selalu melekat konsep anggaran
terutama terkait dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yaitu suatu
rencana keuangan tahunan daerah. APBD merupakan kebijakan politik yang paling
mendasar dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Sebab melalui kebijakan ini, para
pembuat keputusan bisa melakukan alokasi sumber daya keuangan. Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) bersama-sama dengan Pemda menjabarkan secara terpadu tentang
arah serta sasaran Rencana Kerja Pemda untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
daerah masing-masing.
Perlu juga diketahui bahwa penyusunan APBD yang baik, harus juga diikuti dengan
penetapan APBD secara tepat waktu, karena jika terlambat dapat pula menimbulkan
masalah dalam pelaksanaannya. Berdasarkan data penetapan APBD sepanjang tahun
2010 sampai dengan tahun 2014, menunjukkan perkembangan ke arah yang positif atas
penetapan APBD tepat waktu pada tahun 2010 terdapat 214 daerah menjadi 354 daerah
pada tahun 2014. Namun demikian, dari total keseluruhan sebanyak 524 daerah, masih
banyak daerah yang terlambat menetapkan APBD-nya. Sedangkan tren daerah yang
terkena sanksi penundaan DAU dari tahun ke tahun juga menunjukkan indikator yang
kurang memuaskan. Selama 3 tahun terakhir daerah yang terkena sanksi mengalami
peningkatan yaitu dari tahun 2012, 2013, dan 2014 secara berturut-turut adalah 16, 17, dan
23 daerah.
Selanjutnya, tata kelola keuangan daerah yang baik bersumber dari kualitas APBD
yang mencerminkan kehendak rakyat untuk mendapatkan pelayanan publik yang
berkualitas, transparan, dan akuntabel. Namun demikian, hal tersebut belum tergambar dari
postur APBD yang ideal. Struktur belanja daerah masih didominasi oleh belanja pegawai,
Pendahuluan
I/5
minimnya belanja infrastruktur, dan tingginya penggunaan sisa lebih perhitungan (SiLPA)
anggaran daerah dari tahun sebelumnya.
Selain itu, upaya konkret dalam mewujudkan akuntabilitas dan transparansi
dilingkungan Pemda mengharuskan setiap pengelola keuangan daerah menyampaikan
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah dengan cakupan luas dan tepat
waktu. Jika merujuk kepada hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terkait dengan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) seluruh Indonesia Tahun 2011, tentu kita
dapat sedikit berbangga karena jumlah daerah yang mendapatkan opini BPK Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) mengalami peningkatan yaitu sejumlah 67 LKPD dari 524 LKPD atau
sekitar 13 persen dibanding tahun sebelumnya yang hanya 19 LKPD dari 524 LKPD atau
sebesar 3 persen dari total LKPD, namun di sisi lain angka ini dapat juga diartikan bahwa
masih banyak laporan keuangan Pemda yang tidak disajikan dengan wajar sesuai dengan
Standar Akuntasi Pemerintahan (SAP).
Pengaturan mengenai hubungan pusat dan daerah baik terkait politik, pembagian
urusan, dan fiskal akan disesuaikan terus dengan arah memperkuat otonomi daerah. Saat
ini Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Pemilihan Kepala Daerah dan Pemerintahan
Daerah sedang dibahas di DPR. Sementara itu, RUU terkait desentralisasi fiskal (pengganti
UU 33/2004) juga akan disampaikan ke DPR untuk dibahas menjadi undang-undang (UU).
UU tersebut akan diarahkan untuk memperbaiki formulasi dana transfer dan pengendalian
terhadap belanja APBD. Sistem pendanaan urusan akan diatur dengan jelas dan bahkan akan
dikenakan sanksi bagi setiap level pemerintahan yang mengalokasikan dana untuk kegiatan
di luar tanggung jawabnya. Pengalokasian dana perimbangan akan direformulasi dengan
arah memberikan kepastian sumber pendanaan bagi daerah dan memberikan insentif bagi
peningkatan kualitas pelayanan. Alokasi dana akan lebih diarahkan pada pencapaian SPM
pelayanan dasar dibidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur jalan, jembatan, sanitasi,
irigasi, dan air minum. Kementerian dan Lembaga (K/L) yang menangani urusan tersebut
akan lebih berperan untuk menilai tingkat pencapaian pelayanan pada bidang tersebut dan
penilaian tersebut menjadi dasar untuk mengalokasikan Dana Alokasi Khusus (DAK).
Di tahun 2014, kebijakan desentralisasi fiskal di fokuskan pada penguatan kemampuan
keuangan daerah di sisi pendapatan asli daerah (PAD) melalui implementasi Pajak Rokok
dan pemantapan pelaksanaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
(PBB-P2). Implementasi Pajak Rokok mulai diterapkan sejak 1 Januari 2014 dengan
mekanisme bagi hasil kepada Pemerintah Provinsi yang pemungutannya dilakukan oleh
I/6
Pemerintah Pusat dengan mengenakan tambahan pajak pada rokok meskipun sudah
dikenakan cukai (piggyback tax system). Selanjutnya bagian Pemerintah Provinsi tersebut
akan dibagihasilkan kembali ke kabupaten/kota. Penerapan Pajak Rokok ini akan terus
dimonitor mengingat mekanismenya yang sama sekali baru di Indonesia.
Dalam rangka pemantapan pelaksanaan PBB-P2, percepatan kesiapan pemungutan
dan penguatan pengelolaan pajak ini masih terus dilakukan oleh Pemerintah Pusat kepada
Pemda. Momentum ini akan terus dioptimalkan mengingat tahun 2013 merupakan tahun
terakhir untuk melakukan
Pusat mulai tahun 2014 tidak lagi berhak untuk memungutnya. Implikasinya, Pemda tidak
lagi mendapatkan bagi hasil PBB-P2 seperti pada tahun-tahun sebelumnya apabila daerah
dalam tahun 2014 belum memungut PBB-P2 tersebut.
Selanjutnya, kebijakan desentralisasi fiskal tetap konsisten mencermati sisi belanja
di daerah. Pemerintah Pusat sangat serius mendorong efektivitas dan efisiensi belanja
daerah melalui mekanisme pengendalian belanja daerah. Mekanisme seperti penetapan
sanksi keterlambatan penyampaian APBD, penetapan indikator layanan publik dasar dalam
pengalokasian DAK, dan pengendalian defisit secara nasional diharapkan dapat meningkatkan
kuantitas dan kualitas layanan publik dasar.
Terakhir, untuk mendorong peningkatan kualitas pengelolaan keuangan daerah
tersebut, Pemerintah Pusat telah melakukan perbaikan sistem penganggaran, pelaksanaan,
dan pertanggungjawaban keuangan daerah yang didukung dengan peningkatan kapasitas
(capacity building) sumber daya manusia (SDM) Pemda. Program ini diwujudkan dalam
bentuk kursus atau pelatihan singkat di dalam negeri. Program dilaksanakan bekerja sama
dengan universitas negeri terkemuka dengan nama Latihan Keuangan Daerah (LKD) bagi
pejabat pemegang kebijakan strategis dan Kursus Keuangan Daerah (KKD) bagi pelaksana/
staff pengelola keuangan daerah. Program LKD dan KKD tersebut diselenggarakan setiap
tahun secara reguler.
Pendahuluan
I/7
I/8
Bab II
Pengaturan Hubungan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat Dan
Pemerintahan Daerah Saat Ini
II/9
berdampak positif bagi pencapaian Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan sedikit
menimbulkan efek disinsentif dalam kegiatan perekonomian.
3. Kebijakan earmarking untuk jenis pajak tertentu dalam rangka mengarahkan
kebijakan belanja daerah untuk mengatasi eksternalitas negatif di bidang kesehatan,
perhubungan, dan infrastruktur.
4. Kebijakan efektivitas pengawasan pungutan daerah dari sistem represif menjadi
sistem preventif dan korektif sehingga sejalan dengan prinsip perpajakan yang bersifat
nasional.
II/10
Tabel 2.1
Peraturan Pelaksanaan UU 28/2009
No.
Produk Hukum
Tentang
Keterangan
1.
PP No. 91/2010
2010
2.
PP No. 69/2010
2010
3.
PP No. 97/2012
2012
4.
2011
5.
2010,
2012
6.
2010
7.
2009
8.
2010
9.
2010
10.
2013
11.
Permendagri
Setiap tahun
II/11
Tabel 2.2
Hasil Evaluasi Raperda dan Perda PDRD Tahun 2010 - 2013
Perda dan Hasil Evaluasinya
No.
Tahun
Raperda
1.
2010
687
31
31
100%
0%
2.
2011
3.297
1.501
1.471
98%
30
2%
3.
2012
1.220
1.503
1.436
96%
67
4%
4.
2013
675
1.271
974
77%
22
2%
Total
Sesuai
Tidak Sesuai
II/12
Pemda tidak lagi mendapatkan bagi hasil PBB-P2 seperti pada tahun-tahun sebelumnya.
Pemerintah Pusat sejak tahun 2014 tidak lagi berhak untuk memungutnya.
Data per 13 Desember 2013 menunjukkan bahwa terdapat 405 daerah atau 82,32
persen dari jumlah daerah yang telah menetapkan Perda PBB-P2. Potensi PBB-P2 dari
daerah tersebut mencakup sekitar 98,72 persen dari total penerimaan PBB-P2 tahun 2011.
Sementara itu, terdapat 60 daerah atau 12,20 persen dari jumlah daerah yang masih dalam
proses menetapkan Perda PBB-P2. Dari keseluruhan daerah ini, potensi penerimaan
PBB-P2 sekitar 1,1 persen dari total penerimaan PBB-P2 tahun 2011. Daerah lainnya
sebanyak 27 daerah atau 5,49 persen dari jumlah daerah yang belum menyusun Perda
PBB-P2 dengan potensi penerimaan PBB-P2 sekitar 0,18 persen dari total penerimaan
tahun 2011.
Data kesiapan daerah dalam memungut PBB-P2 selengkapnya dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 2.3
Data Kesiapan Daerah dalam Memungut PBB-P2
Jumlah
Potensi
Berdasarkan
Penerimaan Tahun
2011
Daerah
Potensi Berdasarkan
Penerimaan Tahun 2011
(Rp)
405
8.154.534.488.521
82,32
98,72
498.640.108.488
0,20
6,04
17
1.074.236.906.348
3,46
13,01
105
4.905.980.775.043
21,34
59,39
264
1.645.474.664.781
53,65
19,92
No.
1.
Prosentase (%)
Kesiapan Daerah
Jumlah
Daerah
2.
60
90.515.508.056
12.20
1,10
3.
27
15.053.012.135
5,49
0,18
492
8.260.103.008.712
100,00
100,00
Total
Sumber : DJPK, Kemenkeu
II/13
memperhatikan
hal-hal
tersebut,
maka
Pemerintah
Pusat
diberikan
II/14
Tabel 2.4
Jenis Pelanggaran dan Sanksi Terhadap Peraturan PDRD
No.
1.
Jenis Pelanggaran
Pelanggaran Prosedur
(Administratif):
a. Menetapkan Perda
PDRD tanpa melalui
proses evaluasi
Penyaluran DAU
bulan berikutnya
setelah tanggal
penetapan sanksi.
Pemotongan DAU/DBH
PPh sebesar:
b. Menetapkan Perda
PDRD tidak sejalan
dengan hasil evaluasi
c. Tidak menyampaikan
Perda yang telah
ditetapkan
2.
Pelanggaran Substantif:
Pelaksanaan Sanksi
Pencabutan
Sanksi
Perda telah
diterima
dan selesai
dievaluasi.
Penyaluran DBH
Pajak PPh triwulan
berikutnya setelah
tanggal penetapan
sanksi
(Tetap melaksanakan
a. perkiraan jumlah
pemungutan atas dasar
PDRD yang dipungut
Perda yang telah dibatalkan)
Penyaluran DBH
berdasarkan Perda
yang telah dibatalkan; Pajak Penghasilan
triwulan berikutnya
atau
setelah tanggal
b. 5% dari DAU atau
DBH PPh (terbesar) penetapan sanksi
Surat/
keputusan
penghentian
pelaksanaan
pemungutan
PDRD dari
KDH ybs. telah
diterima Dirjen
P.K
II/15
DBH
DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada
daerah berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi. DBH dialokasikan berdasarkan prinsip by origin, dimana
daerah penghasil penerimaan negara mendapatkan bagian (persentase) yang lebih besar
dan daerah lainnya dalam satu provinsi mendapatkan bagian (persentase) berdasarkan
pemerataan. Sedangkan penyaluran DBH dilakukan berdasarkan prinsip by actual, dimana
besarnya DBH yang disalurkan kepada daerah, baik daerah penghasil maupun yang
mendapat alokasi pemerataan didasarkan atas realisasi penyetoran Penerimaan Negara
Pajak (PNP) dan PNBP tahun anggaran berjalan.
DBH terdiri dari DBH Pajak dan DBH SDA. DBH Pajak meliputi DBH Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), DBH Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang
Pribadi Dalam Negeri (PPh Pasal 25/29 WP OPDN) dan PPh Pasal 21, dan DBH Cukai Hasil
Tembakau (CHT). DBH SDA berasal dari kehutanan, pertambangan umum, perikanan,
pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi.
Perhitungan DBH SDA dilakukan berdasarkan PNBP dari masing-masing jenis sumber
daya alam yang menurut ketentuan UU 33 tahun 2004 dibagihasilkan kepada daerah. Dasar
Perhitungan DBH SDA adalah sebagai berikut:
II/16
1. DBH SDA Minyak Bumi, dihitung berdasarkan produksi minyak yang terjual (lifting) dan
produksi gas yang terjual dari masing-masing Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS)
setelah dikurangi dengan Domestic Market Obligation (DMO), Fee Usaha Hulu Migas,
Pajak-pajak (PPN dan PBB), serta PDRD.
2. DBH SDA Pertambangan Umum, dihitung berdasarkan penerimaan dari iuran yang
diterima negara sebagai imbalan atas kesempatan penyelidikan umum, eksplorasi
atau eksploitasi pada suatu wilayah kerja (Landrent/Iuran tetap) dan iuran produksi
pemegang kuasa usaha pertambangan atas hasil dari kesempatan eksplorasi/
eksploitasi (Royalty).
3. DBH SDA Kehutanan, dihitung berdasarkan penerimaan negara dari Iuran Izin Usaha
Pemanfaatan Hutan (IIUPH), Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH), dan Dana Reboisasi
(DR). IIUPH merupakan pungutan yang dikenakan kepada Pemegang Izin Usaha
Pemanfaatan Hutan atas suatu kawasan hutan tertentu yang dilakukan sekali pada saat
izin usaha diberikan. PSDH adalah pungutan yang dikenakan sebagai pengganti nilai
intrinsik dari hasil yang dipungut dari Hutan Negara. Sedangkan DR adalah dana yang
dipungut dari Pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan dari Hutan Alam yang
berupa kayu dalam rangka reboisasi dan rehabilitasi hutan.
4. DBH SDA Perikanan, dihitung berdasarkan Pungutan Pengusahaan Perikanan (P3) dan
Pungutan Hasil Perikanan (PHP). Pungutan Pengusahaan Perikanan adalah pungutan
negara yang dikenakan kepada pemegang Izin Usaha Perikanan dan/atau Persetujuan
Penggunaan Kapal Asing (PPKA) sebagai imbalan atas kesempatan yang diberikan
oleh Pemerintah untuk melakukan usaha perikanan dalam Wilayah Perikanan Republik
Indonesia. Pungutan Hasil Perikanan adalah pungutan negara yang dikenakan kepada
pemegang Surat Penangkapan Ikan (SPI) dan atau Surat Izin Kapal Penangkap dan
Pengangkut Ikan Indonesia (SIKPPII) dan atau Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI)
sesuai dengan hasil produksi perikanan yang diperoleh dan dijual di dalam negeri dan
atau luar negeri.
DBH SDA Panas Bumi, dihitung berdasarkan setoran bagian Pemerintah Pusat setelah
dikurangi kewajiban perpajakan dan pungutan lainnya atas dasar kontrak pengusahaan
panas bumi yang ditandatangani sebelum UU No. 27/ 2003 tentang Panas Bumi ditetapkan.
Iuran Tetap merupakan iuran yang dibayarkan kepada negara sebagai kesempatan
atas eksplorasi, studi kelayakan, dan ekspoitasi pada suatu wilayah, sedangkan Iuran
Produksi adalah iuran yang diberikan kepada negara atas hasil yang diperoleh dari usaha
II/17
DAU
DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan dalam negeri yang ditetapkan
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah
dengan tujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU merupakan instrumen
transfer yang dimaksudkan untuk meminimumkan ketimpangan fiskal antar daerah
(horizontal imbalances), sekaligus memeratakan kemampuan antar daerah (equalization
grant).
Besaran pagu DAU nasional berdasarkan amanat UU 33/2004 ditetapkan sekurangkurangnya 26% dari Pendapatan Dalam Negeri (PDN) Neto. PDN Neto adalah penerimaan
negara yang berasal dari pajak dan bukan pajak setelah dikurangi dengan penerimaan
negara yang dibagihasilkan kepada daerah (DBH). Proporsi DAU untuk provinsi ditetapkan
sebesar 10% dan untuk kabupaten/kota ditetapkan 90% dari besaran DAU secara nasional.
DAU sebagai salah satu komponen dana perimbangan dialokasikan berdasarkan
atas formula yang memperhitungkan konsep Alokasi Dasar (AD) dan Celah Fiskal (CF)
atau disebut sebagai Fiscal Gap. Fiscal Gap suatu daerah adalah selisih antara Kebutuhan
Fiskal (KbF) dengan Kapasitas Fiskal (KpF) daerah tersebut. AD dihitung berdasarkan
jumlah dan belanja gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD), yang meliputi gaji pokok,
tunjangan keluarga, dan tunjangan jabatan serta tunjangan yang melekat sesuai dengan
peraturan penggajian PNS termasuk di dalamnya tunjangan beras dan tunjangan PPh. KbF
mencerminkan kebutuhan dana yang diperlukan oleh daerah untuk melaksanakan fungsi
layanan dasar umum. KbF diukur dengan menggunakan variabel jumlah penduduk, luas
wilayah, Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
per Kapita, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sementara KpF mencerminkan
kemampuan fiskal daerah dalam mendanai pelaksanaan layanan dasar umum. KpF dalam
perhitungan DAU adalah PAD dan DBH.
II/18
Gambar 2.1
Formula Penghitungan Dana Alokasi Umum
DAU = AD + CF
Keterangan:
DAU
AD
= Alokasi Dasar
CF
= Celah Fiskal
CF = KbF KpF
Keterangan:
CF
= Celah Fiskal
KbF
= Kebutuhan Fiskal
KpF
= Kapasitas Fiskal
II/19
Keterangan:
TBR
IP
= Indeks Penduduk
IW
= Indeks Wilayah
IKK
IPM
DBH SDA
DBH Pajak
Gambar 2.2
Penghitungan Besaran DAU Untuk Provinsi Dan Kabupaten/Kota
II/20
DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu provinsi dihitung berdasarkan perkalian bobot
provinsi yang bersangkutan dengan jumlah DAU atas dasar celah fiskal seluruh provinsi,
di mana angka bobot provinsinya diperoleh dari perbandingan antara celah fiskal provinsi
yang bersangkutan dengan total celah fiskal seluruh provinsi. Begitu pula dengan DAU atas
dasar celah fiskal untuk suatu kabupaten/kota, besarnya dihitung berdasarkan perkalian
bobot kabupaten/kota yang bersangkutan dengan jumlah DAU atas dasar celah fiskal
seluruh kabupaten/kota. Bobot kabupaten/kota diperoleh dari perbandingan antara celah
fiskal provinsi yang bersangkutan dengan total celah fiskal seluruh kabupaten/kota.
Gambar 2.3
Proses Penghitungan Split Daerah Induk dan
Daerah Otonomi Baru
DAU untuk daerah otonom baru (DOB) dialokasikan setelah adanya penetapan definitif
daerah yang bersangkutan melalui UU pembentukan daerah. Penghitungan DAU untuk DOB
dilakukan setelah tersedianya data yang digunakan untuk menghitung AD dan CF. Apabila
data tidak tersedia, penghitungan DAU untuk DOB dilakukan dengan cara membagi DAU
secara proporsional (split) dengan daerah induknya berdasarkan data jumlah penduduk,
II/21
luas wilayah, dan belanja pegawai. Dalam hal data belanja pegawai atau jumlah pegawai
PNSD tidak tersedia, maka digunakan data jumlah penduduk dan luas wilayah.
Penyaluran DAU kepada daerah dilaksanakan setiap bulan masing-masing sebesar
1/12 dari besaran alokasi masing-masing daerah. Dalam rangka penyaluran tersebut,
Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan (Dirjen PK) atau pejabat yang ditunjuk
menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM) setiap bulan dan menyampaikannya kepada
Kuasa Bendahara Umum Negara (BUN)-Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)
Jakarta II Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb).
DAK
DAK merupakan dana yang bersumber dari Pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah tertentu untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan
urusan daerah sesuai prioritas nasional. Kegiatan khusus yang didanai DAK adalah
penyediaan/perbaikan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat serta kegiatan
yang dapat mendorong percepatan pembangunan daerah dan pencapaian sasaran
prioritas nasional.
Adapun kebijakan umum pengalokasian DAK adalah sebagai berikut:
1. mendukung pencapaian prioritas nasional, termasuk program-program prioritas
nasional yang bersifat lintas sektor/kewilayahan sesuai dengan kerangka pengeluaran
jangka menengah (medium term expenditure framework) dan penganggaran berbasis
kinerja (performance based budgeting).
2. membantu daerah-daerah yang memiliki kemampuan keuangan relatif rendah
dalam membiayai pelayanan publik dalam rangka pemerataan pelayanan dasar dan
mendorong pencapaian SPM.
3. meningkatkan kualitas perhitungan alokasi DAK, serta mempercepat penyusunan
petunjuk teknis penggunaan DAK yang ditujukan untuk mendorong penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang efektif, efisien, dan tepat
waktu.
4. meningkatkan koordinasi pengelolaan DAK secara utuh dan terpadu di pusat dan
daerah sehingga terwujud sinkronisasi kegiatan DAK dengan kegiatan lain yang didanai
dari sumber-sumber pendanaan lainnya.
II/22
5. meningkatkan penyediaan data-data teknis yang lebih akurat sebagai basis kebijakan
kementerian dan lembaga dalam rangka meningkatkan keserasian dan menghindari
duplikasi kegiatan antar Bidang DAK.
6. mendorong penggunaan kinerja pelaporan sebagai salah satu pertimbangan dalam
penyusunan kriteria pengalokasian DAK.
Penentuan alokasi DAK dilakukan melalui 2 tahapan, yaitu (1) penentuan daerah
tertentu yang menerima DAK dan (2) penentuan alokasi DAK untuk masing-masing daerah.
Penentuan daerah tertentu didasarkan atas tiga kriteria, yaitu:
Pertama; Kriteria Umum (KU), yang ditentukan berdasarkan kemampuan keuangan
daerah (indeks fiskal neto) yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD setelah
dikurangi belanja PNS di daerah.
Penerimaan umum APBD terdiri dari PAD, DAU, dan DBH kecuali DBH yang
penggunaannya diarahkan (earmarking). Daerah dengan KU dibawah rata-rata KU secara
Nasional adalah daerah yang menjadi prioritas mendapatkan DAK.
Kedua; Kriteria Khusus (KK), yang ditentukan berdasarkan peraturan perundangundangan yang mengatur penyelenggaraan otonomi khusus dan aspek karakteristik
daerah.
Karakteristik daerah, meliputi:
a. Daerah tertinggal;
b. Daerah perbatasan dengan negara lain;
c. Daerah rawan bencana;
d. Daerah pesisir dan/atau kepulauan;
e. Daerah ketahanan pangan;
f. Daerah pariwisata
Ketiga; Kriteria Teknis (KT), yang ditentukan berdasarkan indikator-indikator teknis
yang dapat menggambarkan kondisi sarana dan prasarana yang akan didanai dari DAK.
Kriteria ini dirumuskan melalui indeks teknis yang disusun oleh Menteri Teknis terkait.
II/23
II/24
Tabel 2.5
Alokasi Dana Otonomi Khusus setara 2% DAU Nasional
Tahun 2007-2013
(miliar Rupiah)
Tahun
Papua
Papua Barat
Aceh
2007
3.295,7
2008
3.590,1
3.590,1
2009
2.609,8
1.118,5
3.728,3
2010
2.694,9
1.154,9
3.849,81
2011
3.157,5
1.353,2
4.510,70
2012
3.833,4
1.642,9
5.476,3
2013
4.355,9
1.866,8
6.222,79
Tabel 2.6
Alokasi Dana Tambahan Infrastruktur
Tahun 2009 2013
(miliar Rupiah)
Tahun
Papua
Papua Barat
2009
800,00
600,00
2010
800,00
600,00
II/25
Tahun
Papua
Papua Barat
2011
800,00
600,00
2012
571,40
428,60
2013
571,40
428,60
II/26
II/27
Guna pemantauan dan evaluasi atas penggunaan Dana Keistimewaan DIY, Menkeu
melakukan pemantauan dan evaluasi atas penyaluran dana keistimewaan DIY. Sementara
itu, menteri/pimpinan lembaga pemerintah non-kementerian terkait melakukan pemantauan
dan evaluasi atas kinerja teknis dan pencapaian output.
II/28
tunjangan kemaslahatan berupa dana Tamsil Guru PNSD yang jumlahnya tetap setiap tahun
berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2009 tentang Tambahan Penghasilan
Bagi Guru Pegawai Negeri Sipil.
Berkenaan dengan penyelarasan prinsip-prinsip otonomi daerah, di mana kewenangan
atas pegawai daerah termasuk Guru PNSD merupakan kewenangan Pemda, sejak tahun
2009 pembayaran Tamsil Guru PNSD yang semula dilakukan oleh Pemerintah Pusat
(Kemendikbud) ke Guru yang bersangkutan, diubah mekanismenya melalui Transfer ke
Daerah, sementara untuk TPG PNSD diubah mekanisme penyalurannya sejak tahun 2010.
Kebijakan pengalihan pengelolaan TPG PNSD dan dana Tamsil Guru PNSD dari
Pemerintah Pusat (Kemendikbud) kepada pemerintah Kabupaten/Kota merupakan wujud
pelaksanaan desentralisasi dalam pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah
pusat dan Pemda. Hal tersebut sejalan dengan amanat Pasal 6 dan 7 PP Nomor 38
Tahun 2007, bahwa pendidikan termasuk salah satu urusan pemerintahan yang wajib
diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/
kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. Pemerintah Pusat (Kemenkeu) melakukan
pemindahbukuan dari RKUN ke RKUD masing-masing Pemda yang selanjutnya dibayarkan
kepada masing-masing guru yang berhak.
Alokasi TPG PNSD dan Dana Tamsil Guru PNSD per Daerah merupakan usulan dari
Kemendikbud yang disampaikan kepada Kemenkeu setiap tahun berdasarkan hasil
rekonsiliasi data Guru PNSD. Berdasarkan usulan tersebut, Kemenkeu menerbitkan PMK
yang menjadi dasar hukum penyaluran dari RKUN ke RKUD masing-masing Pemda.
Alokasi TPG PNSD dan Alokasi Dana Tamsil Guru PNSD dari tahun 2009 sampai
dengan tahun 2014 adalah sebagaimana tercantum dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2.7
Alokasi TPG PNSD dan Alokasi Dana Tamsil Guru PNSD
(dalam miliar rupiah)
Tahun
2009
7.800,00
2010
5.800,00
10.994,89
2011
3.696,18
18.537,69
II/29
Tahun
2012
2.898,90
30.559,80
2013
2.412,00
43.057,80
2014*
945,86
56.136,31
Keterangan:
* = PMK tentang Pedoman Umum dan Alokasi Tunjangan Profesi Guru PNSD dan Tambahan
Penghasilan Guru PNSD masih dalam proses.
Sumber: DJPK, Kemenkeu
TPG PNSD
Tujuan Nasional Bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UndangUndang Dasar Republik Indonesia 1945 salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa. Salah satu pilar penting untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah melalui
Pendidikan. Untuk mewujudkan pranata sosial yang kuat dan berwibawa memberdayakan
semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga
mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah, diperlukan
penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas. Dalam konteks inilah, fungsi, peran dan
kedudukan Guru menjadi sangat stategis.
Undang - Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, mendudukan Guru
sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, menengah dan pendidikan usia
dini. Sebagai pendidik profesional, guru diwajibkan memiliki kualitas akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik serta kemampuan untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana
diamanatkan dalam UUD 1945.
Dalam melaksanakan keprofesionalannya, guru berhak memperoleh penghasilan
diatas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. Penghasilan
diatas kebutuhan minimum meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji serta
tunjangan lain berupa tunjangan profesi pendidik bagi guru yang ditetapkan dengan prinsip
penghargaan atas dasar prestasi.
Pasal 16 ayat (2) UU Nomor 14 Tahun 2005 mengamanatkan bahwa guru yang telah
memiliki sertifikat pendidik yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan dan/atau satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat serta memenuhi persyaratan lainnya
II/30
berhak mendapatkan tunjangan profesi guru setara 1 (satu) kali gaji pokok. Sejak tahun
2007, Guru PNSD maupun non PNSD yang sudah bersertifikasi menerima Tunjangan Profesi
Guru PNSD yang langsung dibayarkan oleh Pemerintah Pusat (Kemendikbud), sementara
untuk Guru PNSD yang belum bersertifikat mendapatkan tunjangan kemaslahatan berupa
dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD yang jumlahnya tetap setiap tahun berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2009 tentang Tambahan Penghasilan Bagi Guru
Pegawai Negeri Sipil.
Berkenaan dengan penyelarasan prinsip-prinsip otonomi daerah, dimana kewenangan
atas pegawai daerah termasuk Guru PNSD merupakan kewenangan Pemerintah Daerah,
sejak tahun 2009 pembayaran Tambahan Penghasilan Guru PNSD yang semula dilakukan
oleh Pemerintah Pusat (Kemendikbud) ke Guru yang bersangkutan, diubah mekanismenya
melalui Transfer ke Daerah, sementara untuk Tunjangan Profesi Guru PNSD diubah
mekanisme penyalurannya sejak tahun 2010.
Kebijakan pengalihan pengelolaan Tunjangan Profesi Guru PNSD dan dana Tambahan
Penghasilan Guru PNSD dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Pemerintah Pusat)
kepada pemerintah Kabupaten/Kota merupakan wujud pelaksanaan desentralisasi dalam
pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Hal
tersebut sejalan dengan amanat Pasal 6 dan 7 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007,
bahwa pendidikan termasuk salah satu urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan
oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan
dengan pelayanan dasar. Pemerintah Pusat (Kemenkeu) melakukan pemindahbukuan dari
Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) masingmasing Pemerintah Daerah yang selanjutnya dibayarkan kepada masing-masing guru yang
berhak.
Alokasi Tunjangan Profesi Guru PNSD dan Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD
per Daerah merupakan usulan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang
disampaikan kepada Kementerian Keuangan setiap tahun berdasarkan hasil rekonsiliasi
data Guru PNSD. Berdasarkan usulan tersebut, Kementerian Keuangan menerbitkan
Peraturan Menteri Keuangan yang menjadi dasar hukum penyaluran dari RKUN ke RKUD
masing-masing Pemerintah Dearah.
Alokasi Tunjangan Profesi Guru PNSD dan Alokasi Dana Tambahan Penghasilan Guru
PNSD dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 adalah sebagaimana tercantum dalam
tabel di bawah ini.
II/31
Tabel 2.8.
Alokasi Tunjangan Profesi Guru PNSD dan
Alokasi Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD
(dalam miliar rupiah)
Tahun
Tambahan Penghasilan
Guru PNSD
Tunjangan Profesi
Guru PNSD
2009
7.800,00
2010
5.800,00
10.994,89
2011
3.696,18
18.537,69
2012
2.898,90
30.559,80
2013
2.412,00
43.057,80
2014*
945,86*
56.136,31
Keterangan:
* PMK tentang Pedoman Umum dan Alokasi Tambahan Penghasilan Guru PNSD masih dalam
proses.
Tunjangan Profesi Guru PNSD dimaksudkan untuk meningkatkan mutu guru PNSD
sebagai amanat UU Nomor 14 Tahun 2005. Tunjangan Profesi Guru PNSD yang disalurkan
melalui mekanisme Transfer ke Daerah adalah tunjangan profesi yang diberikan kepada
seluruh guru PNSD yang telah memiliki sertifikat pendidik kecuali guru pendidikan agama.
Sementara itu, untuk Guru belum menerima tunjangan profesi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, diberikan dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD yang
besarnya Rp250.000,00 per bulan (sebanyak 12 bulan). Dana Tambahan Penghasilan Guru
PNSD mulai diberikan tanggal 1 Januari 2009 sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 52
Tahun 2009 tentang Tambahan Penghasilan Bagi Guru Pegawai Negeri Sipil.
Tambahan Penghasilan Guru PNSD diberhentikan pembayarannya apabila guru yang
bersangkutan diangkat dalam jabatan struktural atau jabatan fungsional lain atau sudah
menerima tunjangan profesi atau karena hal lain sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
II/32
Dana Darurat
Dana Darurat merupakan dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada
daerah yang mengalami bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa sebagaimana yang
diamanatkan dalam ketentuan Pasal 48 UU 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Dana Darurat digunakan untuk keperluan
mendesak yang tidak dapat ditanggulangi oleh Daerah dengan menggunakan pendanaan
yang bersumber dari APBD. Keadaan yang dapat digolongkan sebagai bencana nasional
dan/peristiwa luar biasa tersebut ditetapkan oleh Presiden, sehingga hanya daerah yang
II/33
terkena bencana dan telah mendapat penetapan sebagai bencana nasional oleh Presiden
yang dapat mengajukan dana darurat kepada Pemerintah Pusat.
Terkait dengan Dana Penanggulangan Bencana yang didanai APBN, terdapat tiga
tahap dalam penanggulangan bencana, yaitu Tahap Pra-bencana, Tahap Tanggap Darurat
dan Tahap Pasca-bencana. Berdasarkan PP Nomor 44 Tahun 2012 tentang Dana Darurat,
Dana Darurat digunakan untuk mendanai kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pada tahap
pascabencana yang menjadi kewenangan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur kewenangan daerah. Batas waktu rehabilitasi dan
rekonstruksi pasca bencana ditetapkan oleh Presiden. Dengan demikian, Dana Darurat
tersebut merupakan bagian dari dana desentralisasi yang digunakan untuk mendanai
kewenangan daerah dalam penanggulangan bencana pada tahap pasca bencana.
Sementara itu, pendanaan pada tahap prabencana, tanggap darurat, dan tahap pasca
bencana yang menjadi urusan Pemerintah Pusat menjadi kewenangan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB).
Pengelolaan Dana Darurat diatur dalam PMK Nomor 81/PMK.07/2013 (PMK 81/2013)
tentang Tata Cara Pengelolaan Dana Darurat. Dalam proses penganggaran Dana Darurat,
Pemda mengajukan permintaan Dana Darurat kepada Menkeu dengan melampirkan
kerangka acuan kegiatan. Menkeu bersama Kepala BNPB dan/atau menteri/pimpinan
lembaga pemerintah non kementerian terkait melakukan verifikasi dan evaluasi terhadap
permintaan Dana Darurat. Selanjutnya, Menkeu menetapkan alokasi Dana Darurat
berdasarkan mekanisme APBN.
Penyaluran Dana Darurat dilakukan melalui tata cara pemindahbukuan dari RKUN
ke RKUD. Dana Darurat tersebut disalurkan secara bertahap sesuai dengan pencapaian
kinerja. Menkeu, Kepala BNPB, dan menteri/pimpinan lembaga pemerintahan non
kementerian terkait melakukan pemantauan dan evaluasi atas penyaluran dan penggunaan
Dana Darurat. Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran Dana Darurat,
Pemda wajib menyampaikan laporan realisasi penggunaan Dana Darurat kepada Menkeu
dan laporan akhir pencapaian kinerja Dana Darurat kepada Kepala BNPB dan menteri/
pimpinan lembaga pemerintah non kementerian terkait.
Kebijakan Dana Darurat sampai saat ini belum dapat direalisasikan mengingat belum
adanya peraturan perundangan yang ditetapkan Presiden mengenai keadaan yang
dapat digolongkan sebagai bencana nasional dan/peristiwa luar biasa. Dalam rangka
implementasi kebijakan Dana Darurat, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) bersama BNPB
II/34
Cara Penyaluran Hibah Kepada Pemerintah Daerah. Sebagai upaya perbaikan dalam
peningkatan akuntabilitas dan transparansi pelaksanaan hibah daerah, pada tahun 2012
telah diterbitkan PP Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah sebagai pengganti PP
Nomor 57 Tahun 2005. Sebagai peraturan pelaksanaannya telah ditetapkan PMK Nomor
188/PMK.07/2012 tentang Hibah dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah.
Beberapa ketentuan yang diatur dalam PP 2/2012 antara lain:
a. Penegasan bahwa hibah dari Pemerintah Pusat kepada Pemda atau sebaliknya
dilaksanakan melalui mekanisme APBN dan APBD.
b. Pengaturan mengenai perencanaan hibah, baik yang bersumber dari luar negeri
maupun penerimaan dalam negeri yang diberikan berdasarkan kriteria tertentu dan
kewenangan pihak-pihak yang terkait pemberian atau penerusan hibah.
c. Pengakuan terhadap variasi metode penyaluran hibah dalam bentuk uang untuk Pemda
guna menampung berbagai bentuk metode penyaluran untuk pemberian dan/atau
penerusan hibah yang selama ini telah dikenal oleh pemberi pinjaman/hibah luar negeri
II/35
dan telah diatur dalam PP 10/2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri
dan Penerimaan Hibah.
d. Pengaturan bahwa penyaluran hibah kepada Pemda dapat disalurkan secara bertahap
sesuai dengan capaian kinerja dan dilakukan setelah mendapat pertimbangan terlebih
dahulu dari kementerian negara/lembaga pemerintah non kementerian.
e. Penerapan asas fleksibilitas dalam penerimaan, penganggaran, dan pelaksanaan hibah
kepada daerah terutama yang bersumber dari hibah luar negeri.
Perubahan peraturan sebagaimana dimaksud di atas merupakan respon akomodatif
atas permasalahan pelaksanaan hibah daerah dan perubahan peraturan terkait
pelaksanaan hibah daerah. Salah satu karakteristik khas dalam mekanisme hibah kepada
daerah adalah upaya mendorong peningkatan kualitas belanja publik. Karakteristik ini
didukung oleh 2 (dua) hal yang menjadi pilar dalam praktek dan termuat dalam peraturan
pelaksanaan hibah kepada daerah, yaitu: penguatan hubungan antar lembaga berbasis
pada penegasan fungsi dalam penyaluran dana hibah ke daerah dan penerapan pola
penyaluran dana hibah berbasis kinerja (performance-based grant).
Gambar 2.4
Pola Hubungan Antar Lembaga Dalam Hibah Daerah
II/36
Pertama, pola hubungan antar lembaga berbasis fungsi di atas pada dasarnya
adalah mengembalikan kewenangan kepada masing-masing pihak yang memiliki dan
bertanggung jawab atas tugas dan fungsi kelembagaan yang dilaksanakan. Dalam
kerangka ini, Pemda selaku implementing agency memiliki tugas untuk melaksanakan
kegiatan hibah berdasarkan kewenangannya sesuai pedoman pelaksanaan kegiatan hibah.
Selaku executing agency, kementerian negara/lembaga pemerintah non kementerian akan
melakukan supervisi dan asistensi untuk memastikan bahwa kegiatan yang dilaksanakan
di daerah sudah dilaksanakan sesuai dengan petunjuk teknis dan memenuhi kriteria yang
ditentukan. Sementara itu, Kemenkeu berfungsi sebagai BUN yang melaksanakan tugas
penyaluran dana hibah kepada daerah berdasarkan rekomendasi kementerian negara/
lembaga pemerintah non kementerian.
Kedua, penyaluran dana hibah didasarkan pada kinerja daerah dalam pelaksanaan
kegiatan hibah. Mekanisme hibah kepada daerah menerapkan persyaratan tertentu
yang memungkinkan dilaksanakannya transfer dana kepada Pemda. Hal ini merupakan
perwujudan mekanisme hibah berbasis kinerja (performance-based grant) dalam rangka
peningkatan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan negara. Penerapan
prinsip ini juga merupakan upaya mendorong Pemda agar melaksanakan kegiatannya
dengan berorientasi pada hasil yang telah direncanakan.
Kegiatan hibah dapat bersifat multiyears sehingga pendanaan dengan hibah cocok
diterapkan untuk mendanai kegiatan-kegiatan yang pelaksanaannya memerlukan waktu
lebih dari satu tahun, misalnya investasi di bidang infrastruktur. Selain itu, kegiatan hibah
dilaksanakan dengan pembiayaan pendahuluan (prefinancing) dari APBD. Penyaluran dana
hibah dapat dilakukan apabila seluruh persyaratan teknis dan administratif telah dipenuhi.
Hal ini dapat membantu untuk menjaga terlaksananya kegiatan sesuai dengan standar yang
ditentukan sekaligus meningkatkan rasa kepemilikan (sense of belonging) oleh Pemda.
Mekanisme hibah kepada daerah mulai efektif pada tahun 2010 dengan disalurkannya
dana hibah untuk kegiatan Local Basic Education Capacity (L-BEC), yang penganggarannya
sudah tercatat sejak APBN-Perubahan TA 2009. Hal ini menandai warna baru dalam
sistem pendanaan desentralisasi dalam rangka otonomi daerah di Indonesia selain dana
perimbangan (DBH, DAU, dan DAK) yang sudah dikenal selama ini. Hal ini sejalan dengan
amanat UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU Nomor 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara yang memuat kewajiban Pemerintah Pusat untuk
mengalokasikan dana perimbangan dan kewenangan Pemerintah Pusat untuk memberikan
II/37
pinjaman dan/atau hibah kepada Pemda baik yang bersumber dari dalam maupun luar
negeri. Selain itu, UU 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintahan Daerah juga mengatur bahwa dalam rangka penyelenggaraan asas
desentralisasi dan untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah, Pemda diberikan
peluang untuk memperoleh pendapatan lainnya, yaitu pendapatan hibah sebagai lain-lain
pendapatan yang sah.
Tabel 2.9
Hibah Kepada Pemerintah Daerah
No.
Program Hibah
APBN
2009
APBN
2010
APBN
2011
APBN
2012
APBN
2013
APBN
2014
10
11
12
13
II/38
No.
14
Program Hibah
APBN
2009
APBN
2010
APBN
2011
APBN
2012
APBN
2013
APBN
2014
APBN-P TA 2009 mencatat 2 (dua) program hibah, yaitu L-BEC dan Support to
Community Health Services (SCHS). L-BEC merupakan penerusan hibah yang bersumber
dari hibah Pemerintah Kerajaan Belanda dan Uni Eropa dengan perwalian (Trustee) Bank
Dunia dan telah selesai dilaksanakan pada tahun 2012. Hibah ini diberikan kepada 50 (lima
puluh) pemerintah kabupaten/kota dengan tujuan meningkatkan kapasitas penyelenggara
pendidikan dalam hal perencanaan, pengelolaan, dan pertanggungjawaban anggaran
sekolah berbasis teknologi informasi. Sedangkan SCHS merupakan hibah dari Uni
Eropa yang dikelola oleh World Health Organization (WHO) untuk pembangunan instalasi
perawatan pasien flu burung di 10 (sepuluh) daerah. Namun, pada tahun ini tidak ada dana
hibah yang disalurkan kepada Pemda karena masih terdapat perbedaan penafsiran dalam
penatausahaan hibah ke daerah.
Pada APBN 2010, sempat tercantum alokasi hibah yang bersumber dari penerimaan
dalam negeri. Seiring dengan proses politik anggaran, dana hibah ini direalokasi menjadi
salah satu instrumen dalam mekanisme Transfer Ke Daerah pada APBN-P 2010. Namun
dalam APBN-P 2010 tersebut muncul tambahan alokasi dan program hibah selain L-BEC,
yaitu Mass Rapid Transit (MRT), Hibah Air Minum, Hibah Air Limbah, dan Water and
Sanitation Program D (WASAP-D). Pendanaan Hibah MRT ini bersumber dari pinjaman
luar negeri yang berasal dari Japan International Cooperation Agency (JICA). Program
ini merupakan program yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan transportasi
di Jakarta yang menjadi prioritas pembangunan nasional dan telah tercantum dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang akan dilaksanakan
oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Hibah Air Minum dan Hibah Air Limbah merupakan
penerusan hibah yang bersumber dari hibah Pemerintah Australia. Hibah Air Minum
bertujuan untuk meningkatkan akses penyediaan air minum bagi masyarakat yang belum
memiliki akses sambungan air minum perpipaan secara berkesinambungan dalam upaya
mencapai target Millenium Development Goals (MDGs) di 35 daerah. Sedangkan Hibah Air
Limbah bertujuan untuk meningkatkan akses sistem air limbah perpipaan bagi masyarakat
khusus untuk kota-kota yang sudah memiliki sistem pengelolaan air limbah terpusat di 5
II/39
II/40
yang akan dilaksanakan sampai dengan tahun 2015 untuk mempercepat pencapaian
pembangunan bidang air limbah dan persampahan.
Sementara pada APBN 2014 ini telah dianggarkan belanja hibah kepada daerah
sebesar Rp3,54 Triliun untuk 8 (delapan) program hibah, yang satu diantaranya adalah
program hibah baru yaitu program Provincial Road Improvement and Maintanance (PRIM)
kepada Provinsi Nusa Tenggara Barat. Program ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas
Pemerintah Provinsi dalam pengelolaan dan pemeliharaan jalan serta untuk mendorong
Pemerintah Provinsi agar meningkatkan alokasi dana pemeliharaan jalan.
Pada akhirnya, pelaksanaan hibah kepada daerah, khususnya yang bersumber dari
luar negeri, telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Namun demikian,
masih terbuka kemungkinan-kemungkinan upaya optimalisasi dalam kebijakan pemberian
hibah kepada daerah sehingga diharapkan dapat memperkuat kapasitas fiskal daerah
dan mewujudkan pemerataan antar-daerah secara proporsional, demokratis, adil, dan
transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan Daerah. Upaya
optimalisasi tersebut salah satunya dilakukan dengan mengidentifikasi terlebih dahulu
permasalahan-permasalahan yang menyangkut hibah kepada daerah yang bersumber dari
pinjaman luar negeri ataupun hibah luar negeri. Hal yang cukup menarik adalah perubahan
mekanisme pendanaan pada program WISMP yang semula menggunakan mekanisme
dekonsentrasi dan tugas pembantuan menjadi mekanisme hibah daerah. Kondisi ini tentu
saja merupakan perwujudan komitmen K/L untuk ikut mendukung upaya desentralisasi
pendanaan sesuai dengan kewenangan yang dimiliki (prinsip money follows function). Di
sisi lain, hal ini juga menunjukkan komitmen Pemda untuk bersama-sama mendukung
pencapaian target dan prioritas nasional.
Hal lain adalah terkait dengan pemberian hibah kepada daerah yang bersumber
dari penerimaan dalam negeri. Selain penerapan kebijakan-kebijakan di atas, upaya
optimalisasi dapat dilakukan antara lain dengan penataan ulang atas dana APBN yang
didesentralisasikan. Diperlukan adanya konsistensi dan ketegasan kriteria antar dana-dana
yang dilaksanakan di daerah agar tercipta pola pendanaan yang lebih adil, transparan, dan
akuntabel.
II/41
II/42
iii. Pinjaman daerah yang bersumber dari Pemerintah Pusat diberikan dalam kerangka
hubungan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah; dan
iv. Pemda dapat meneruskan Pinjaman Daerah sebagai pinjaman, hibah, dan/atau
penyertaan modal kepada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam kerangka
hubungan keuangan antara Pemerintahan Daerah dan BUMD.
c. Pinjaman Daerah yang bersumber dari Pemerintah Pusat berasal dari APBN termasuk
dana investasi Pemerintah Pusat yang dilaksanakan melalui Pusat Investasi Pemerintah,
penerusan Pinjaman Dalam Negeri, dan/atau penerusan Pinjaman Luar Negeri.
d. Persyaratan Pemda dalam melakukan pinjaman daerah adalah:
i.
Jumlah sisa pinjaman daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak
melebihi 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penerimaan umum APBD tahun
sebelumnya.
II/43
b. Batas maksimal kumulatif pinjaman daerah TA 2014 ditetapkan sebesar 0,3% (nol koma
tiga persen) dari proyeksi PDB TA 2014, di mana dalam pinjaman tersebut termasuk
pinjaman yang digunakan untuk mendanai pengeluaran pembiayaan;
c. Batas Maksimal Defisit APBD masing-masing daerah ditetapkan berdasarkan kategori
kapasitas fiskalnya, sebagai berikut:
1) sebesar 6,5% (enam koma lima persen) dari perkiraan Pendapatan Daerah TA
2014 untuk kategori sangat tinggi;
2) sebesar 5,5% (lima koma lima persen) dari perkiraan Pendapatan Daerah TA 2014
untuk kategori tinggi;
3) sebesar 4,5% (empat koma lima persen) dari perkiraan Pendapatan Daerah TA
2014 untuk kategori sedang; dan
4) sebesar 3,5% (tiga koma lima persen) dari perkiraan Pendapatan Daerah TA 2014
untuk kategori rendah.
d. Defisit yang dimaksud dalam Batas Maksimal Kumulatif Defisit APBD adalah defisit
yang dibiayai dari Pinjaman Daerah;
e. Kategori kapasitas fiskal sebagaimana dimaksud di atas sesuai dengan kategori
kapasitas fiskal sebagaimana ditetapkan dalam PMK mengenai kapasitas fiskal untuk
TA 2013
f. Dalam hal defisit APBD melampaui batas yang telah ditetapkan, maka defisit APBD
tersebut harus mendapatkan persetujuan dari Menkeu;
g. Persetujuan tersebut diberikan berdasarkan penilaian sebagai berikut:
1. Batas Maksimal Kumulatif Defisit APBD yang dibiayai dari pinjaman sebesar 0,3%
(nol koma tiga persen) dari proyeksi PDB tidak terlampaui;
2. Batas Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah sebesar 0,3% (nol koma tiga persen)
dari proyeksi PDB tidak terlampaui;
3. Pinjaman sudah dinyatakan efektif, untuk pinjaman yang bersumber dari
Pemerintah Pusat; dan
4. Rencana Pinjaman sudah mendapat Pertimbangan Mendagri, untuk pinjaman yang
bersumber dari Pemda, lembaga keuangan bank, dan lembaga keuangan bukan
bank.
II/44
II/45
Tabel 2.10
Komposisi Pendanaan JUMFP/JEDI
Total
Item
Counterpart
Funding
IBRD
Bilateral
Grant
(US$ million)
COMPONENT 1
Dredging and rehabilitation of selected key
floodways, canals and retention basins.
53.2
10.8
42.4
b. DGCK
22.4
4.6
17.8
c. DKI Jakarta
100.5
31.16
69.34
Subtotal Component 1
176.1
46.56
129.54
COMPONENT 2
9.6
0.5
Panel of Experts
0.5
2.8
2.8
13.4
2.8
10.1
0.5
189.5
49.36
139.64
0.5
0.35
0.35
189.9
49.71
139.64
0.5
Subtotal Component 2
Total Project Cost
Front End Fee (0.25%)
Total Financing Required
9.6
0.5
0.5
Pada tanggal 17 Januari 2012, Board of Executive Directors The World Bank telah
menyetujui pinjaman untuk JUFMP/JEDI dan secara resmi telah disampaikan melalui surat
Executive Director The World Bank tanggal 20 Januari 2012. Pada tanggal 17 Februari 2012
II/46
II/47
Pemprov Jawa Barat sudah layak untuk menerbitkan Obligasi Daerah yang ditandai dengan
hasil kajian yang berupa:
Berdasarkan hasil penilaian kemampuan keuangan, Pemprov Jawa Barat bisa dan
mampu untuk menerbitkan obligasi dengan nilai emisi hingga Rp4 triliun.
Atas hasil shadow rating oleh Pefindo Pemprov Jawa Barat memperoleh peringkat
obligasi idAA (double A minus) yang bisa digolongkan sebagai kriteria investment
grade.
Jangka waktu (tenor) Obligasi Daerah bisa dilakukan jangka panjang dan diperkirakan
bisa dilaksanakan selama-lamanya 10 tahun jadi tidak terlalu membebani APBD.
Berdasarkan penilaian tingkat bunga (kupon) yang dikenakan atas penerbitan Obligasi
Daerah tersebut adalah setinggi-tingginya 10% per tahun.
Dana hasil penerbitan obligasi daerah tersebut digunakan sebagai penyertaan modal
Pemprov Jawa Barat pada BUMD dan pinjaman kepada BIJB.
Kesanggupan Pemprov Jawa Barat untuk Penyisihan dana (sinking fund) menjamin
pelunasan pokok dan pembayaran bunga (kupon) atas penerbitan Obligasi Daerah.
II/48
Tabel 2.11
Daerah Yang Melakukan Pinjaman Kepada PIP
No
1
Nama Daerah
Pemprov Sultra
Jangka
Waktu (th)
Penggunaan
190.000.000.000
28 Januari 2011
RSUD Tipe B
130.000.000.000
21 Oktober 2012
Jalan dan
jembatan
Komitmen Pinjaman
Pemkot Surakarta
40.500.000.000
27 Juni 2011
RSUD Tipe C
Pemkab Mukomuko
53.670.000.000
3 Mei 2012
3, 2
RSUD Tipe C
47.500.000.000
17 Oktober 2013
Jalan dan
jembatan
49.870.000.000
25 Mei 2012
Pasar
46.000.000.000
8 Agustus 2012
RSUD Tipe C
Pemkab Karangasem
34.350.000.000
14 Mei 2012
Pasar
Pemkot Bandar
Lampung
96.000.000.000
4 Juni 2012
Jalan dan
jembatan
Pemkot Medan
77.454.148.000
6 September 2012
Pasar
91.610.000.000
6 November 2012
Jalan
Pemkot Palu
100.000.000.000
21 November 2013
RSUD Tipe B
10 Pemkot Gorontalo
35.000.000.000
30 November 2013
Terminal Tipe C
Pemprov Sulawesi
Selatan
500.000.000.000
29 Desember 2012
Jalan dan
jembatan
90.172.435.000
14 Juni 2013
Pasar
11
12 Pemkab Temanggung
Sumber: DJPK, Kemenkeu
II/49
II/50
Tabel 2.12
Penyampaian APBD 2010-2014*
Penetapan
Penyampaian
Jumlah
Sampai
dengan 31
Januari
Setelah 31
Januari
Jumlah
Daerah yang
Terkena
Sanksi
310
524
221
303
524
211
313
524
224
300
524
19
2012
274
250
524
267
257
524
16
2013
327
197
524
349
175
524
17
2014
354
162
516
325
191
516
23
Tahun
Sebelum 1
Januari
Setelah 1
Januari
2010
214
2011
aplikasi
pengelolaan
keuangan
yang
sangat
beragam.
Sebagian
II/51
Pada sisi yang lain, dalam rangka mempercepat penyampaian informasi keuangan
daerah dari daerah kepada pusat telah dibangun sistem komunikasi dan manajemen
data nasional (KOMANDAN). Tata cara mengenai penyampaian data dengan KOMANDAN
tersebut telah diterbikan Surat Edaran Dirjen PK Nomor SE-03/PK/2011 tentang Tata
Cara Teknis Penyampaian Informasi Keuangan Daerah melalui Sistem Komunikasi dan
Manajemen Data Nasional SIKD (KOMANDAN SIKD).
II/52
Bab III
Kebijakan Transfer ke Daerah
Tahun 2014
DBH Pajak
Sesuai dengan UU Nomor 33 Tahun 2004 (UU 33/2004), penerimaan pajak yang
dibagihasilkan ke daerah adalah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan
Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), serta
Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (WPOPDN) dan PPh Pasal 21. Sejalan dengan
diberlakukannya UU Nomor 28 Tahun 2009 (UU 28/2009) tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (PDRD), sejak tahun 2011 BPHTB telah menjadi pajak daerah sehingga
tidak lagi dibagihasilkan kepada daerah. Demikian juga dengan Pajak Bumi dan Bangunan
Perkotaan dan Perdesaan (PBB-P2), untuk semua daerah mulai tahun 2014 telah menjadi
pajak daerah sehingga tidak dibagihasilkan lagi melalui Pemerintah Pusat. Selanjutnya
III/53
berdasarkan ketentuan Pasal 66A UU Nomor 39 Tahun 2007 tentang Cukai, sejak tahun
2008 penerimaan negara dari cukai hasil tembakau termasuk penerimaan negara yang
dibagihasilkan ke daerah.
Persentase bagian provinsi dan kabupaten/kota dari PBB, PPh Pasal 21 dan Pasal
25/29 WPOPDN telah ditetapkan dalam UU 33/2004. Secara lengkap besaran persentase
pembagian dapat dilihat dalam Tabel di bawah ini.
Tabel 3.1
Jenis dan Persentase DBH Pajak
Jenis
Pusat
Provinsi
Kab./Kota
Keterangan
1.
PBB
10%
16,2%
64,8%
2.
80%
8%
12%
1,4%
3.
CHT
98%
0,6%
III/54
dibagikan sebagai insentif bagi kabupaten/kota yang penerimaan PBB sektor perkotaan
dan pedesaannya melebihi target penerimaan. Pemberian insentif ini dilakukan dengan
pertimbangan bahwa Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan (Kemenkeu)
telah melibatkan kabupaten/kota dan Provinsi DKI Jakarta dalam pemungutan PBBP2.
Biaya Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (BP PBB) adalah dana yang
digunakan untuk pembiayaan kegiatan operasional pemungutan PBB yang dilaksanakan
oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan Pemerintah Daerah (Pemda). BP PBB dibagi
antara Pemerintah Pusat dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak (DJP), dengan Pemda.
Pembagiannya diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 83/KMK.04/2000
tentang Pembagian dan Penggunaan Biaya Pemungutan PBB.
Imbangan pembagian BP PBB antar DJP dan Pemda didasarkan pada besar atau
kecilnya peranan masing-masing dalam melakukan kegiatan operasional pemungutan PBB.
Besarnya imbangan pembagian BP PBB adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Pembagian Biaya Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan antara
Pemerintah Pusat (DJP) dengan Pemerintah Daerah
No
Sektor
Pusat
Daerah
Perdesaan
10
90
Perkotaan
20
80
Perkebunan
60
40
Perhutanan
65
35
Pertambangan
70
30
III/55
- 90% dibagi secara proporsional sesuai realisasi PBB migas tahun anggaran
sebelumnya.
Formula yang digunakan untuk menghitung PBB migas yang ditanggung
Pemerintah Pusat:
PBB migas yang dibayar langsung oleh KKKS ke bank persepsi menggunakan
formula:
PBB per kab/kota = Rasio lifting Migas x PBB Migas offshore dan PBB Migas tubuh bumi
PPh Pasal 21 dan Pasal 25/29 dibagihasilkan kepada daerah sebesar 20% dari
penerimaan pajak tersebut per kabupaten/kota. Selanjutnya dibagi kepada provinsi yang
bersangkutan sebesar 8%, kepada kabupaten/kota yang bersangkutan sebesar 8,4% dan
sebesar 3,6% dari penerimaan PPh Pasal 21 dan Pasal 25/29 dari daerah kabupaten/kota
yang bersangkutan dibagi rata kepada seluruh kabupaten/kota yang ada di provinsi yang
bersangkutan. PPh Pasal 21 dipotong oleh pemberi kerja (bendahara di Pemerintahan)
tempat karyawan yang bersangkutan bekerja, tidak dikenakan berdasarkan domisili.
Demikian juga dengan karyawan swasta PPh Pasal 21 dikenakan dan diadministrasikan di
wilayah daerah tempat kerja.
III/56
PPh Pasal 25 terkait dengan Pajak Penghasilan orang pribadi dalam negeri yang
menjalankan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas atau memperoleh penghasilan
teratur lainnya yang bersifat tidak final yang diangsur setiap bulannya. Sedangkan
PPh Pasal 29 adalah Pajak Penghasilan yang harus dilunasi oleh Wajib Pajak
Orang Pribadi sebagai akibat PPh Terutang dalam Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahunan Pajak Penghasilan lebih besar dari pada kredit pajak yang telah disetor
sendiri. Pencatatan penerimaan PPh Pasal25/29 berdasarkan asas domisili wajib
pajak.
Sementara itu, pembagian DBH Cukai Hasil Tembakau (CHT) kepada kabupaten/kota
sebesar 1,4% dapat dijabarkan sebesar 0,8% dibagikan kepada kabupaten/kota penghasil
dan 0,6% dibagikan kepada kabupaten/kota lainnya. Pembagian lebih lanjut kepada
kabupaten/kota dilakukan oleh gubernur.
III/57
Bendahara Umum Negara (BUN), sedangkan rencana dana pengeluaran DBH Pajak dan
CHT digunakan sebagai dasar penyusunan rancangan UU mengenai APBN.
Penetapan Alokasi
Perhitungan alokasi DBH Pajak dan CHT dilakukan setelah ditetapkannya pagu
penerimaan pajak dan CHT tersebut dalam APBN. Berdasarkan PMK Nomor 145/
PMK.07/2013, perhitungan alokasi dilakukan berdasarkan data rencana penerimaan PBB
dan PPh Pasal 21 dan Pasal 25/29 untuk perkiraan alokasi DBH Pajak dan data rencana
penerimaan CHT untuk perkiraan alokasi DBH CHT.
Perkiraan alokasi tersebut merupakan dasar untuk penyaluran DBH PBB, PPh Pasal
21 serta Pasal 25/29 dan CHT. Khusus untuk DBH PPh Pasal 21 dan Pasal 25/29 sesuai
amanat PP Nomor 55 Tahun 2005 (PP 55/2005) ditetapkan perubahan perkiraan alokasi
(alokasi definitif) yang didasarkan pada prognosa realisasi penerimaan. Sesuai ketentuan
PMK Nomor 145/PMK.07/2013, perkiraan alokasi DBH dapat diubah dalam hal terdapat:
a. Perubahan rencana penerimaan pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
yang mengakibatkan perubahan alokasi DBH dalam UU mengenai APBN Perubahan
lebih besar atau sama dengan 10% (sepuluh persen);
b. Prognosa realisasi penerimaan PPh Pasal 21 dan PPh WPOPDN;
c. Prognosa PNBP SDA yang mengakibatkan perubahan alokasi DBH SDA melebihi 5
(lima persen) perkiraan alokasi secara nasional;
d. Perubahan data daerah penghasil dan dasar perhitungan bagian daerah penghasil
DBH SDA dan PNBP SDA; dan/atau
e. kesalahan hitung.
Perkiraan alokasi DBH PPh Pasal 21 dan Pasal 25/29 ditetapkan paling lambat 2 (dua)
bulan sebelum tahun anggaran berjalan berdasarkan pagu rencana penerimaan yang
telah ditetapkan dalam APBN. Sementara itu, perubahan perkiraan alokasi yang ditetapkan
berdasarkan prognosa realiasi penerimaan PPh Pasal 21 dan Pasal 25/29 ditetapkan paling
lambat bulan Oktober tahun anggaran berjalan.
Penetapan perkiraan alokasi oleh DJPK dalam PMK dilakukan setelah data rencana
dan prognosa penerimaan disampaikan oleh DJP. Dalam hal rencana penerimaan yang
disampaikan DJP sangat berbeda dengan data realisasi tahun sebelumnya, alokasi
III/58
III/59
c.
B DBH PPh
II
Penyaluran DBH PBB dan BP PBB sektor pertambangan migas dan panas bumi yang
dilaksanakan setiap triwulan sebesar 25% dari perkiraan alokasi dilakukan oleh Pemerintah
Pusat melalui pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke Rekening Kas
Umum Daerah (RKUD). Demikian juga dengan penyaluran PBB bagi rata, insentif, DBH PPh
Pasal 21 dan Pasal 25/29, dan DBH CHT dilaksanakan dari Pusat melalui pemindahbukuan.
Sementara itu PBB sektor perkebunan, perhutanan, dan pertambangan non migas serta
panas bumi termasuk BP yang merupakan bagian daerah disalurkan secara mingguan
mulai bulan Agustus berdasarkan perkiraan alokasi DBH PBB masing-masing sektor.
Penyaluran DBH CHT dapat ditangguhkan dan/atau dihentikan bilamana terkena
sanksi. Penangguhan dan/atau penghentian atas penyaluran DBH CHT dapat disalurkan
kembali setelah dipenuhinya kewajiban yang menjadi dasar pengenaan sanksi selama
belum melampaui tahun anggaran berjalan.
III/60
Tabel 3.4
Jenis dan Porsi Bagi Hasil DBH SDA
Jenis
Pusat
Provinsi
Kab/Kota
Kab/Kota dalam
satu Provinsi
(bagi rata)
Tambahan Khusus
Papua, Papua Barat
dan Aceh
Kehutanan
-
IIUPH
20%
16%
64%
PSDH
20%
16%
32%
32%
Dana Reboisasi
60%
40%
Pertambangan Umum
-
Landrent
20%
16%
64%
Royalti
20%
16%
32%
20%
Perikanan
32%
80%
Minyak Bumi
-
Wilayah Kab/Kota
Wilayah Provinsi
55%
84,5%
3,1%
6,2%
5,17%
6.2%
10,33%
Gas Bumi
-
Wilayah Kab/Kota
Wilayah Provinsi
Panas Bumi
40%
69,5%
6,1
12,2%
10,17%
20%
16%
12.2%
20,33%
32%
32%
III/61
Tarif dan dasar perhitungan PNBP yang dibagihasilkan kepada daerah sangat bervariasi
dan diatur dalam peraturan perundangan. Khusus penerimaan dari pertambangan Migas
dan Panas Bumi (WKP eksisting), bagian daerah dihitung setelah dikurangi dengan
kewajiban perpajakan dan pungutan lainnya sesuai ketentuan perundang-undangan.
Selanjutnya, jenis dan tarif PNBP yang dibagihasilkan dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel 3.5
Jenis dan Tarif PNBP yang Dibagihasilkan
Jenis
Dasar Hukum
Dasar Perhitungan
Pungutan
Tarif
Rp/ha
Keterangan
1. Kehutanan
-
IIUPH
PP 92/1999
PSDH
Volume kayu
- PP 6/1999
Rp/m3
- KepMen
Kehutanan
dan
Perkebunan
Nomor 859/
Kpts-II/1999
Dana Reboisasi
III/62
PP 92/1999
Volume kayu/bahan
baku serpih
USD/m3
DR dihitung dengan
menjumlahkan penerimaan kayu
bulat dan/atau bahan baku
serpih yang berasal dari HPH
sesuai dengan SAKB atau DKB
dengan mengalikan tarif DR
yang berlaku
Jenis
Dasar Hukum
Dasar Perhitungan
Pungutan
Tarif
Keterangan
2. Pertambangan Umum:
-
Landrent
PP 9/2012
USD
Royalti
PP 9/2012
% Harga
Jual (USD)
- PP 19/2006
Rp/GT
3. Perikanan
- Kepmen
KP No.22/
MEN/2004
4. Minyak Bumi
UU 21/2001
5. Gas Bumi
UU 21/2001
6. Panas Bumi
-
Setoran bagian
Pemerintah
(WKP Existing)
Keppres
49/1991
Rp
Iuran Tetap
PP 9/2012
USD
Iuran Produksi
PP 9/2012
USD
III/63
PMK
Nomor
145/PMK.07/2013
tentang
PengalokasianAnggaran
Transfer ke Daerah, DJPK menyusun Indikasi Kebutuhan Dana DBH SDA serta Rencana
Dana Pengeluaran DBH SDA setelah berkoordinasi dengan kementerian teknis yang
mengelola SDA Kehutanan, Pertambangan Umum, Perikanan, Migas dan Panas Bumi.
Indikasikebutuhan dana DBH SDA digunakan sebagai dasar penyusunan indikasi
kebutuhandana pengeluaran BUN, sedangkan rencana dana pengeluaran DBHSDA
digunakan sebagai dasar penyusunan RUU mengenai APBN.
Penetapan Alokasi
Berdasarkan pagu yang ditetapkan dalam UU APBN, Menteri Teknis menerbitkan surat
penetapan daerah penghasil dan dasar penghitungan bagian daerah penghasil PNBP
SDA tahun anggaran bersangkutan dan menyampaikan kepada Menkeu c.q. Dirjen PK
paling lambat 60 (enam puluh) hari sebelum tahun anggaran bersangkutan dilaksanakan.
Berdasarkan surat penetapan daerah penghasil dan dasar perhitungan bagian daerah
penghasil PNBP SDA tersebut, DJPK melakukan perhitungan perkiraan alokasi DBH SDA
untuk provinsi, kabupaten, dan kota yang dituangkan dalam PMK tentang Perkiraan Alokasi
DBH SDA paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah diterimanya Surat Penetapan tersebut.
PMK Perkiraan Alokasi dimaksud merupakan angka perkiraan besaran alokasi DBH SDA
per daerah dan menjadi dasar penyaluran DBH SDA. Adapun dalam tahun 2014 ini,
besaran alokasi PMK Perkiraan Alokasi didasarkan atas total pagu yang telah ditetapkan
dalam APBN TA 2014.
Apabila terdapat perubahan terhadap target penerimaan SDA dalam APBN-P, maka
kementerian teknis menyampaikan kembali Surat Ketetapan tentang Perubahan Penetapan
Daerah Penghasil dan Dasar Perhitungan Bagian Daerah Penghasil DBH SDA paling lambat
bulan Oktober tahun anggaran bersangkutan. Berdasarkan perubahan tersebut Kemenkeu
c.q. DJPK dapat melakukan perubahan terhadap PMK Perkiraan Alokasi DBH SDA. Hal
ini sesuai ketentuan PMK Nomor 145/PMK.07/2013, yang menyatakan bahwa perkiraan
alokasi DBH SDA dapat diubah dalam hal terdapat:
a. Perubahan rencana penerimaan pajak dan PNBP yang mengakibatkan perubahan
alokasi DBH dalam UU mengenai APBN Perubahan lebih besar atau sama dengan 10%
(sepuluh persen);
III/64
b. Prognosa PNBP SDA yang mengakibatkan perubahan alokasi DBH SDA melebihi 5%
(lima persen) perkiraan alokasi secara nasional;
c. Perubahan data daerah penghasil dan dasar perhitungan bagian daerah penghasil
DBH SDA dan PNBP SDA; dan/atau
d. kesalahan hitung.
Penyaluran
Berdasarkan
PMK
Nomor
183/PMK.07/2013
tentang
Pelaksanaan
dan
Gambar 3.1
Tahap Penyaluran DBH SDA
III/65
Dalam rangka perhitungan DBH SDA triwulan IV, kementerian teknis terlebih dahulu
melakukan penghitungan prognosa realisasi penerimaan SDA sampai dengan akhir
tahun anggaran berjalan untuk masing-masing daerah penghasil melalui rekonsiliasi data
antara kementerian teknis bersama Kemenkeu dan daerah penghasil. Khusus untuk SDA
Migas dan Panas Bumi (WKP Eksisting), penghitungan final prognosa realisasi dilakukan
oleh Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) karena harus diperhitungkan dengan faktorfaktor pengurang perpajakan dan pungutan lainnya. Hasil prognosa realisasi dimaksud
disampaikan kepada Kemenkeu c.q. Dirjen PK paling lambat minggu pertama bulan
Oktober sebagai dasar penghitungan penyaluran DBH SDA triwulan IV tahun anggaran
bersangkutan.
Dalam hal hasil prognosa dimaksud terdapat perubahan alokasi DBH SDA hingga
melebihi 5% (lima persen) dari perkiraan alokasi secara nasional, maka perlu dilakukan
perubahan PMK Perkiraan Alokasi sesuai dengan besaran prognosa realisasi. Namun,
apabila perubahan alokasi tersebut masih dibawah 5%, maka PMK perkiraan Alokasi tidak
perlu diubah sehingga PMK Perkiraan Alokasi menjadi dasar penyaluran DBH SDA dalam
satu tahun anggaran.
Kurang/Lebih Bayar
Mengingat bahwa penyaluran DBH SDA berdasarkan ketentuan UU 33/2004
didasarkan atas realisasi penerimaan yang baru akan diketahui pada tahun berikutnya,
maka jumlah DBH yang telah disalurkan berdasarkan perkiraan alokasi dapat melampaui
(lebih bayar) atau lebih rendah (kurang bayar) dari realisasi penerimaan. Hal ini dikarenakan
penetapan perkiraan alokasi DBH SDA dilakukan berdasarkan rencana penerimaan pada
awal tahun anggaran.
Untuk mengetahui realisasi DBH SDA dalam satu tahun anggaran, DJPK melakukan
rekonsiliasi perhitungan realisasi alokasi DBH SDA untuk masing-masing daerah
provinsi, kabupaten dan kota terhadap data realisasi PNBP SDA yang disampaikan oleh
kementerian teknis. Data dimaksud disampaikan paling lambat 1 (satu) minggu setelah
hasil pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dikeluarkan oleh BPK.
Dalam hal realisasi alokasi DBH SDA lebih besar dari perkiraan alokasi dan/atau perubahan
perkiraan alokasinya, maka terdapat kurang bayar DBH SDA. Sedangkan apabila realisasi
alokasi DBH SDA yang lebih kecil dari perkiraan alokasi dan/atau perubahan perkiraan
alokasinya, maka terdapat lebih bayar DBH SDA. Alokasi kurang bayar dan lebih bayar DBH
III/66
SDA dimaksud akan ditetapkan dalam PMK yang merinci alokasi masing-masing provinsi,
kabupaten dan kota.
Dalam prosesnya, penyelesaian kurang bayar DBH SDA dalam satu tahun anggaran
dimulai dengan penganggaran alokasi kurang bayar dalam APBN/APBN-P. Adapun
penyelesaian atas lebih bayar DBH SDA dilakukan dengan memperhitungkan alokasi
DBH SDA dan/atau dana transfer lainnya masing-masing daerah untuk tahun anggaran
berikutnya.
Tabel 3.6
Perhitungan Alokasi DBH Bagi DOB
Jenis
DBH
Pajak
Penghitungan
Alokasi DBH PPh Perorangan dan PBB non migas yang diperoleh daerah induk dibagi
kepada DOB sesuai dengan rencana penerimaan;
Alokasi DBH PBB Migas yang diperoleh daerah induk dibagi kepada DOB secara
proporsional berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah;
Alokasi DBH Pajak hasil pemerataan yang diperoleh daerah induk dibagi kepada DOB
secara merata;
Alokasi DBH CHT yang diperoleh daerah induk dibagi kepada DOB secara proporsional
berdasarkan jumlah penduduk.
DBH SDA
Alokasi DBH SDA yang diperoleh daerah induk penghasil SDA dibagi kepada DOB
secara proporsional berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah;
Alokasi DBH SDA hasil pemerataan yang diperoleh daerah induk dibagi kepada DOB
secara merata
III/67
III/68
Tabel 3.7
Komposisi Alokasi Dasar dan Celah Fiskal
untuk Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun 2014
Porsi
Persentase
DAU Nasional
Alokasi
341.219,33
DAU Provinsi
10%
34.121,93
AD Provinsi
40%
34.121,93
CF Provinsi
60%
20.473,16
90%
307.097,39
AD Kabupaten/Kota
49%
150.477,72
CF Kabupaten/Kota
51%
156.619,67
DAU Kabupaten/Kota
Tabel 3.8
Data dalam Perhitungan DAU
Jenis Data
Basis Data
Sumber/Keterangan
1.
2013
Daerah
2.
Formasi CPNSD
2013
3.
Jumlah penduduk
2013
BPS
4.
Luas Wilayah
2013
5.
IKK
2013
BPS
III/69
Jenis Data
Basis Data
Sumber/Keterangan
IKK digunakan sebagai proxy untuk mengukur tingkat
kesulitan geografis suatu daerah, semakin sulit letak
geografis suatu daerah maka semakin tinggi pula tingkat
harga di daerah tersebut.
6.
IPM
2012
BPS
IPM merupakan indikator komposit yang mengukur kualitas
hidup manusia melalui pendekatan 3 (tiga) dimensi yaitu
umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan kehidupan yang
layak. Indikator ini penting untuk mengukur keberhasilan
dalam upaya membangun kualitas hidup manusia
(masyarakat/penduduk) atau secara komprehensif dianggap
sebagai ukuran kinerja suatu negara/wilayah dibandingkan
dengan pertumbuhan ekonomi.
7.
PDRB
2012
8.
Belanja Rata-Rata
2012
9.
PAD
2012
Tabel 3.9
Penetapan Bobot Variabel Kebutuhan Dan Kapasitas Fiskal
Dalam Penghitungan DAU Tahun 2014
Jenis Data
Bobot
Provinsi
Kab/Kota
30%
30%
Keterangan
III/70
Jenis Data
Bobot
Provinsi
Keterangan
Kab/Kota
2.
14%
13%
3.
Indeks IKK
27%
28%
4.
15%
15%
5.
Indeks PDRB
14%
14%
58%
60%
a. Pajak
55%
57%
b. SDA
63%
57%
PAD
7.
DBH:
III/71
Tabel 3.10
Daerah Otonomi Baru
No
Provinsi
Daerah Induk
Dasar Pembentukan
Tahun 2012
1.
Kalimantan Utara
Kalimantan Timur
2.
Kab. Pangandaran
Jawa Barat
Kab. Ciamis
3.
Lampung
4.
Papua Barat
Kab. Manokwari
5.
Papua Barat
Kab. Manokwari
Tahun 2013
1.
Kalimantan Timur
2.
Kab. Malaka
Nusa Tenggara
Timur
Kab. Belu
3.
Sulawesi Barat
Kab. Mamuju
4.
Sulawesi Tengah
5.
Maluku Utara
6.
Sumatera Selatan
7.
Sulawesi Tenggara
Kab. Kolaka
8.
Sulawesi Tengah
Kab. Morowali
9.
Sulawesi Tenggara
Kab. Konawe
Sumatera Selatan
III/72
III/73
Adapun alokasi DAK tahun 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.11
Alokasi DAK Tahun 2014
dalam juta rupiah
No.
BIDANG
DAK
DAK Tambahan
TOTAL
Pendidikan
10.041.300
10.041.300
Kesehatan
3.129.900
3.129.900
Infrastruktur Jalan
4.414.630
1.691.130
6.105.760
Infrastruktur Irigasi
1.654.980
633.980
2.288.960
640.110
245.210
885.320
Infrastruktur Sanitasi
599.580
229.680
829.260
499.740
499.740
1.851.910
1.851.910
Pertanian
2.579.560
2.579.560
10 Lingkungan Hidup
548.100
548.100
11 Keluarga Berencana
462.910
462.910
12 Kehutanan
558.460
558.460
754.740
754.740
14 Sarana Perdagangan
730.990
730.990
15 Energi Pedesaan
467.940
467.940
234.800
234.800
235.940
235.940
18 Transportasi Perdesaan
301.340
301.340
493.070
493.070
30.200.000
2.800.000
33.000.000
Total
Sumber : Kementerian Keuangan, 2013
Dengan adanya affirmative policy melalui DAK Tambahan tersebut, distribusi alokasi
DAK di 183 daerah tertinggal mencapai Rp15.299,1 miliar, atau 49,19 persen dari total
alokasi DAK sebesar Rp33.000 miliar. Dengan jumlah alokasi yang mencapai 49,19 persen
tersebut, rata-rata alokasi DAK yang diterima oleh masing-masing daerah mencapai
III/74
Rp83,60 miliar, yang berarti lebih tinggi apabila dibandingkan dengan rata-rata alokasi DAK
yang diterima oleh masing-masing daerah non-tertinggal sebesar Rp50,65 miliar.
Sementara itu, sejalan dengan affirmative policy tersebut, juga ditetapkan kebijakan
penyediaan dana pendamping untuk DAK Tambahan bagi daerah tertinggal sebagai
berikut:
1. Kemampuan Keuangan Daerah Rendah Sekali, diwajibkan menyediakan dana
pendamping minimal 0% (nol persen);
2. Kemampuan Keuangan Daerah Rendah, diwajibkan menyediakan dana pendamping
minimal 1% (satu persen);
3. Kemampuan Keuangan Daerah Sedang, diwajibkan menyediakan dana pendamping
minimal 2% (dua persen);
4. Kemampuan Keuangan Daerah Tinggi, diwajibkan menyediakan dana pendamping
minimal 3% (tiga persen);
Selanjutnya, jumlah alokasi, arah kebijakan, dan ruang lingkup kegiatan untuk masingmasing bidang DAK adalah sebagai berikut:
III/75
yang cukup, layak, dan merata. Sasaran program DAK Bidang Pendidikan TA 2014 meliputi
SD/SDLB, SMP/SMPLB, dan SMA/SMK baik negeri maupun swasta, yang secara bertahap
diarahkan dalam rangka pemenuhan SPM pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Lingkup kegiatan: DAK Bidang Pendidikan untuk jenjang SD/SDLB, SMP/SMPLB,
dan SMA/SMLB/SMK adalah: (1) rehabilitasi ruang kelas/ruang belajar yang rusak beserta
perabotnya (dapat digunakan untuk membangun rumah/asrama guru, apabila rehabilitasi
ruang kelas/ruang belajar telah selesai); (2) pembangunan ruang kelas baru beserta
perabotnya (termasuk sanitasi sekolah); (3) pembangunan ruang belajar lainnya beserta
perabotnya; (4) pembangunan ruang perpustakaan beserta perabotnya; (5) pembangunan
laboratorium; (6) pengadaan buku teks/buku referensi kurikulum 2013; (7) pengadaan
peralatan laboratorium; (8) pengadaan peralatan pendidikan; (9) pengadaan sarana
peningkatan mutu pendidikan (termasuk olahraga dan kesenian); (10) pembangunan ruang
penunjang dan prasarana pendukung.
2. DAK Kesehatan
Dialokasikan sebesar Rp3.129,90 miliar, terdiri dari alokasi untuk:
-
III/76
aman, dan bermutu untuk mendukung pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Bidang Kesehatan Tahun 2014.
Lingkup kegiatan: (1) pelayanan kesehatan dasar yakni pemenuhan sarana,
prasarana, dan peralatan bagi Poskesdes, Puskesmas, dan jaringannya meliputi: (a)
pembangunan Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Puskesmas di Daerah Terpencil
Perbatasan dan Kepulauan (DTPK), (b) peningkatan Puskesmas menjadi Puskesmas
Perawatan di wilayah terpencil/sangat terpencil di DTPK dan peningkatan Puskesmas
menjadi mampu Puskesmas dengan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
(PONED), (c) pembangunan sarana Instalasi Pengolahan Limbah, (d) rehabilitasi Puskemas
karena rusak berat atau rehabilitasi total, (e) perawatan, termasuk rumah dinas dokter dan
paramedis, (f) penyediaan alat kesehatan, (g) penyediaan Puskesmas Keliling (Roda 4 dan
Pusling Perairan), (h) pembangunan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)/Pos Pembinaan
Terpadu (Posbindu); (2) pelayanan kesehatan rujukan yakni pemenuhan/pengadaan
sarana, prasarana, dan peralatan Rumah Sakit Provinsi/Kabupaten/Kota meliputi: (a)
pemenuhan sarana, prasarana, dan peralatan Tempat Tidur Kelas III, (b) pemenuhan
sarana, prasarana, dan peralatan Instalasi Gawat Darurat (IGD), (c) pemenuhan sarana,
prasarana, dan peralatan Intensive Care Unit (ICU), (d) pemenuhan sarana, prasarana,
dan peralatan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) Rumah
Sakit, (e) pemenuhan sarana, prasarana, dan peralatan Instalasi Pengolah Limbah (IPL),
(f) pemenuhan sarana dan prasarana Unit Transfusi Darah (UTD) di RS/Bank Darah Rumah
Sakit (BDRS), (g) Pemenuhan Peralatan Kalibrasi di RS; (3) pelayanan kefarmasian, antara
lain meliputi (a) penyediaan obat dan perbekalan kesehatan untuk fasilitas pelayanan
kesehatan dasar untuk kabupaten/kota yang mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional
(DOEN), (b) pembangunan baru/rehabilitasi dan/atau penyediaan sarana pendukung
Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota, (c) pembangunan baru/rehabilitasi dan/atau penyediaan
sarana pendukung Instalasi Farmasi Provinsi.
DAK Tambahan untuk affirmative policy kepada daerah tertinggal sebesar Rp1.691,13
miliar.
III/77
III/78
DAK Tambahan untuk affirmative policy kepada daerah tertinggal sebesar Rp633,98
miliar
Arah kebijakan: (1) mengembalikan fungsi dan meningkatkan kinerja layanan jaringan
III/79
MBR khususnya yang bermukim di kawasan kumuh perkotaan dengan sasaran adalah
kabupaten/kota yang memiliki idle capacity yang memadai untuk dibangun Sistem Meter
Komunal termasuk SR perpipaan; dan (3) pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM) Perdesaan dengan sasaran adalah desa-desa dengan sumber air baku yang relatif
mudah.
SPM penyediaan
pelayanan publik di daerah pemekaran, daerah induk, daerah yang terkena dampak
pemekaran, serta daerah lainnya yang prasarana pemerintahannya belum layak
dan memadai. DAK Prasarana Pemerintahan Daerah diharapkan dapat membantu
penyelenggaraan dan pencapaian SPM dalam hal penyediaan prasarana pemerintahan.
Prasarana tersebut selain untuk meningkatkan kredibilitas Pemda, diharapkan juga
III/80
mendukung sasaran dan indikator keberhasilan reformasi birokrasi dan tata kelola yang
merupakan Prioritas Nasional, melalui peningkatan kualitas pelayanan publik kepada
masyarakat (integritas pelayanan publik di daerah). Untuk keberlanjutan atas pemanfaatan
kegiatan, Pemda melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait harus menyatakan
komitmennya untuk menyediakan biaya operasional dan pemeliharaan dari lingkup kegiatan
yang ada, sesuai dengan umur ekonomis bangunan.
Lingkup Kegiatan: (1) Pembangunan/perluasan gedung kantor gubernur/ bupati/
walikota, (2) Pembangunan/perluasan gedung kantor sekretariat daerah provinsi/kab/
kota, (3) Pembangunan/perluasan gedung kantor DPRD provinsi/kab/kota dan sekretariat
DPRD provinsi/kab/kota; dan (4) Pembangunan/perluasan gedung kantor inspektorat
daerah provinsi/kab/kota, (5) Pembangunan/perluasan gedung kantor Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (Bappeda) provinsi/kab/kota, (6) Pembangunan/perluasan gedung
kantor dinas daerah provinsi/kab/kota, (7) Pembangunan/perluasan gedung kantor lembaga
teknis daerah provinsi/ kab/kota, (8) Pembangunan/perluasan gedung kantor kecamatan
di kab/kota, (9) Pembangunan/perluasan gedung kantor di provinsi yang pembentukan
perangkat dan kelembagaannya diatur dalam peraturan perundang-undangan.
III/81
(6) pengembangan sarana dan prasarana penyuluhan perikanan, dan (7) pengembangan
sarana penyediaan data statistik kelautan dan perikanan.
9. DAK Pertanian
Dialokasikan sebesar Rp2.579,56 miliar, terdiri dari alokasi untuk:
-
2014, dan peningkatan produksi komoditas pertanian strategis lainnya, dengan melakukan
refocusing kegiatan DAK Bidang Pertanian 2014 pada pembangunan/perbaikan prasarana
dan sarana dasar pertanian di provinsi dan kabupaten/kota.
Lingkup Kegiatan: DAK Pertanian Provinsi (1) Pembangunan/rehabilitasi/ renovasi
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perbenihan dan sarana pendukungnya, (2)
Pembangunan/rehabilitasi/renovasi UPTD Proteksi Tanaman dan sarana pendukungnya,
(3) Pembangunan/rehabilitasi/renovasi UPTD Perbibitan dan Laboratorium Kesehatan
Hewan dan sarana pendukungya; DAK Pertanian Kabupaten/Kota (1) Pengembangan
Prasarana dan Sarana Air Mendukung Tanaman Pangan: (a) Irigasi Air Tanah; (b) Irigasi
Air Permukaan; (c) Embung; (d) Dam Parit, (2) Pengembangan Prasarana dan Sarana
Jalan Pertanian (Jalan Usaha Tani dan Jalan Produksi), (3) Pembangunan/Rehabilitasi/
Renovasi Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di kecamatan dan Penyediaan Sarana
Penyuluhan Pertanian, (4) Pembangunan Lumbung Pangan Masyarakat dan/atau sarana
pendukungnya, (5) Pembangunan/rehabilitasi/renovasi Balai Perbenihan dan Perbibitan
serta sarana pendukungnya, (6) Pembangunan/rehabilitasi/renovasi Tempat Penampungan
Susu dan Rumah Potong Unggas serta sarana pendukungnya.
III/82
penanganan masalah lingkungan hidup di daerah, (4) mendukung kegiatan yang terkait
dengan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Lingkup Kegiatan: (1) pengadaan peralatan laboratorium permanen untuk uji kualitas
air, udara emisi sumber bergerak, udara emisi sumber tidak bergerak, udara ambient, dan
tanah, (2) pengadaan peralatan portable untuk uji kualitas air, udara emisi, dan tanah,
(3) pengadaan kendaraan operasional roda empat untuk pemantauan dan pengawasan
lingkungan, (4) pengadaan sarana dan prasarana pengolahan air limbah untuk: (a). Instalasi
Pengolah Air Limbah (IPAL) UKM; (b). IPAL Komunal; (c). IPAL Puskesmas; (d). Pengolah
sampah dengan prinsip 3R (reuse, recycle, recovery), (5) pengadaan sarana dan prasarana
pengelolaan sampah dengan prinsip 3R di tempat penampungan sampah sementara,
fasilitas umum, dan fasilitas sosial, serta sekolah-sekolah, (6) Pembuatan Taman Kehati/
Taman Hijau/Ruang Terbuka Hijau, (7) Pengadaan unit pengolah limbah organik menjadi
biogas, (8) Pembuatan Sumur resapan, (9) Pembuatan lubang resapan biopori, (10)
Pembuatan embung (kolam tampungan air), (11) Penanaman pohon di sekitar mata air,
sempadan sungai, dan danau, (12) Pengadaan pengolah gulma (tanaman pengganggu)
dan pembuatan media tanam (bitumen), (13) Pengadaan penangkap endapan (sediment
trap) vegetatif, dan (14) Pengadaan pencegah longsor ramah lingkungan.
III/83
Bina Keluarga Balita (BKB) kit, (5) Pembangunan/renovasi Balai Penyuluhan KB tingkat
kecamatan, dan (6) penyediaan kendaraan pendistribusian alokon/pengangkut akseptor.
Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP), (2) Peningkatan Daya
Dukung Daerah Aliran Sungai (DAS), (3) Perlindungan Hutan dan Kawasan Esensial, (4)
Pemberdayaan masyarakat.
Lingkup Kegiatan: (1) Operasionalisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi, (2) Rehabilitasi Hutan dan Lahan, (3) Pemeliharaan
dan pengamanan tanaman hasil rehabilitasi tahun sebelumnya (T-2) dan T-1), (4)
Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana pengamanan hutan, (5) Peningkatan
penyediaan sarana dan prasarana penyuluhan kehutanan.
III/84
masyarakat dapat terjaga, terutama di daerah yang memiliki potensi dan aktivitas
perdagangan yang dilakukan secara reguler, serta daerah dengan kondisi sarana
distribusi yang tidak memadai secara kuantitas dan kualitas; (ii) meningkatkan kuantitas
dan kualitas peralatan, sarana dan fasilitas penunjang kegiatan tertib ukur sebagai upaya
perlindungan konsumen, terutama di daerah yang memiliki potensi alat-alat Ukur, Takar,
Timbang dan Periengkapannya (UTTP) yang cukup besar yang belum dapat ditangani
serta daerah dengan kondisi peralatan, sarana, dan fasilitas kemetrologian yang minim;
dan (iii) Memperluas sarana penyimpanan komoditas bagi petani dan pengusaha kecil dan
menengah sebagai upaya mendapatkan harga terbaik dan menciptakan alternatif sumber
pembiayaan untuk meningkatkan kesejahteraan, terutama di daerah sentra komoditas yang
termasuk dalam Sistem Resi Gudang (SRG).
Lingkup
perdagangan (pasar), (2) Pembangunan dan peningkatan sarana metrologi legal, melalui:
(a) penyediaan sarana metrologi legal yang meliputi pembangunan gedung Laboratorium
Metrologi Legal dan pengadaan peralatan pelayanan tera/tera ulang (meliputi peralatan
standar kerja, unit berjalan tera/tera ulang roda empat, unit fungsional pengawasan roda
empat dan unit mobilitas roda dua); serta (b) pengembangan (UPTD) metrologi legal
provinsi dan peremajaan peralatan standar acuan untuk mendukung ketertelusuran di
tingkat provinsi, serta (3) Pembangunan gudang komoditas pertanian dan pengadaan
fasilitas penunjang (termasuk: alat pengering, sarana transportasi, dan sarana komunikasi)
dalam kerangka SRG.
III/85
III/86
tambatan perahu; (3) Pembangunan jalan/peningkatan kondisi permukaan jalan non status
strategis, yang menghubungkan antardesa serta menghubungkan sentra produksi dengan
pusat pelayanan distribusi dan membuka keterisolasian wilayah, yang bukan merupakan
status jalan kabupaten dan provinsi; dan (4) pembangunan/rehabilitasi jembatan desa.
III/87
Lingkup Kegiatan: (1) Prasarana dan sarana air minum, (2) Sarana air limbah
komunal, (3) Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), (4) Jaringan distribusi listrik, (5)
Penerangan jalan umum.
III/88
dan Papua Barat. Sementara itu, dalam kaitannya dengan kharakteristik daerah terdiri dari
daerah tertinggal, daerah pesisir dan/atau kepulauan, daerah perbatasan dengan negara
lain, daerah rawan bencana, daerah ketahanan pangan, dan daerah pariwisata. Selanjunya,
dalam rangka affirmative policy
Pemerintah Pusat dan DPR bahwa seluruh daerah tertinggal diprioritaskan mendapatkan
alokasi DAK.
Selanjutnya, kriteria teknis disusun dengan melihat kondisi sarana dan prasarana di
masing-masing daerah. Dalam hal ini lebih diarahkan untuk daerah-daerah dengan kondisi
sarana dan prasarana pelayanan publik yang kurang baik.
Untuk menunjang perhitungan alokasi DAK dimaksud, digunakan data-data sebagai
berikut:
1) PAD, yang didasarkan pada laporan APBD realisasi tahun 2012 dari daerah yang
dihimpun oleh Kemenkeu.
2) DBH Pajak yang didasarkan padadata Laporan Realisasi Anggaran (LRA) tahun 2012,
LRA dimaksud sudah memperhitungkan potongan lebih bayarselama tahun 2012 dan
kurang bayar yang disalurkan selama tahun 2012, namun tidak termasuk DBH CHT.
3) DBH SDA, yang didasarkan pada data LRA tahun 2012 dengan memperhitungkan DBH
SDA Panas Bumi, potongan lebih bayar selama tahun 2012, serta dana cadangan dan
kurang bayar DBH yang disalurkan pada tahun 2012. Dalam hal ini, data dimaksud
tidak termasuk dana cadangan DBH tahun 2012 yang disalurkan tahun 2013, DBH
Migas dalam rangka otsus, DBH Dana Reboisasi dan DBH Migas 0,5% (earmark).
4) DAU yang didasarkan pada Perpres 96/2011 tentang DAU Daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota TA 2012.
5) Gaji PNSD yang didasarkan pada data gaji PNSD Tahun 2012.
6) Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) Tahun 2013.
Selanjutnya, setelah diketahui daerah tertentu yang menerima DAK, dilakukan
perhitungan besaran alokasi DAK masing-masing daerah. Pada tahapan ini, perhitungan
III/89
umum
(indeks fiskal nasional/IFN), kriteria khusus (indeks kewilayahan, IKW), dan kriteria teknis
(indeks teknis, IT).
Sementara itu, masing-masing indeks diberikan bobot dengan kebijakan yang
disepakati Pemerintah Pusat dan DPR sebagai berikut :
1. Penentuan daerah tertentu penerima DAK, digunakan bobot :
-
IFN : IKW =
50% : 50%.
IFW :IT=
50% : 50%.
= IFN : IKW
= 50% : 50%.
b. IFWT
= IFW : IT
= 20% : 80%.
Indikator teknis yang dipergunakan dalam perhitungan alokasi DAK tahun 2014 adalah
sebagai berikut:
1. DAK Bidang Pendidikan
a. SD
1) Jumlah Sekolah
2) Jumlah Siswa
3) Jumlah Guru Kelas 1,2,4,5
4) Jumlah Kebutuhan Ruang Kelas Baru (RKB)
5) Jumlah Ruang Kelas Rusak Sedang
6) Jumlah SD yang Belum Memiliki Perpustakaan
7) Kebutuhan Alat Pendidikan (Paket)
8) Angka Partisipasi Murni (APM) SD/SDLB
b. SMP
-
III/90
III/91
III/92
Teknis
Status
Otonomi:
Daerah
Pemekaran,
Daerah
Induk/Dampak
Pemekaran, dan Non Pemekaran, Status Kepemilikan Gedung (sewa, gabung, milik
Pemda), Kondisi Bangunan (rusak berat, rusak sedang, rusak ringan), Rasio Kapasitas
Gedung: 9,6 m2/orang dan < 9,6 m2/orang dan Kepatuhan Pelaporan (baik, cukup,
buruk).
8. DAK Kelautan dan Perikanan
Indikator Teknis terdiri dari: a). Untuk provinsi mencakup: Produksi Tangkap Laut,
Panjang Pantai, Jumlah Nelayan ; dan b). Untuk Kab./Kota mencakup: Jumlah produksi
Perikanan, Jumlah Kapal Berlabuh, Jumlah Pangkalan Pendaratan Ikan, Luas Lahan
Budidaya, Jumlah Tenaga Kerja Perikanan, Jumlah Pokmaswas, Luas Kawasan
Konservasi Perairan, Jumlah Pasar Ikan Tradisional, Jumlah Unit Pengolahan Ikan,
Jumlah Penyuluh Perikanan, Kawasan Minapolitan/Industrialisasi, dan Ketertiban
laporan dan kinerja.
9. DAK Pertanian
a) Provinsi
1) Luas Penggunaan Lahan (meliputi sawah irigasi, sawah non irigasi, luas areal
tebu, dan luas areal bawang merah)
2) Populasi sapi dan kerbau
3) Produktivitas pertanian (terdiri : padi, jagung, kedelai, cabai, tebu)
4) UPTD perbenihan dan proteksi tanaman pangan dan hortikultura
5) Laboratorium tanaman pangan dan hortikultura
6) Petugas pengawas benih, pengamat OPT, dan pengawas mutu tanaman
pangan dan hortikultura
7) UPTD perbenihan dan proteksi perkebunan
8) Laboratorium Perkebunan
9) Petugas pengawas benih, pengamat OPT, dan pengawas mutu perkebunan
10) UPTD peternakan (UPTD Perbibitan, UPTD Pakan, Rumah Potong Hewan
Ruminansia, RPH Unggas, Pos Inseminasi Buatan)
11) Laboratorium kesehatan hewan
12) Petugas peternakan dan kesehatan hewan
III/93
dan
Prasarana
Perbenihan
(Tanaman
Pangan,
Hortikultura,
Perkebunan)
8) Petugas perbenihan dan proteksi tanaman PNS
9) Sarana dan Prasarana Peternakan (Bangunan)
10) Petugas Peternakan dan Keswan PNS
11) Laporan akhir DAK 2012
12) DPA DAK 2013
10. DAK Lingkungan Hidup
Indikator Teknis mencakup Kepadatan Penduduk, Jumlah Panjang Sungai, Luas
Tutupan Lahan Terhadap Total Lahan Kritis, Kelembagaan Lingkungan, Luas Ruang
Terbuka Hijau, Jumlah (Volume) Sampah per Kapita, dan Pelaporan Pelaksanaan
Kegiatan DAK.
11. DAK Keluarga Berencana
Indikator Teknis: Jumlah Penyuluh KB (PKB)/Petugas Lapangan KB (PLKB), Jumlah
Pengendali Petugas Lapangan KB (PPLKB) /Unit Pelaksana Teknis (UPT), Jumlah Desa/
Kelurahan, Jumlah Kecamatan, Jumlah Klinik KB dan Jumlah Kelompok Pusat Informasi
Konseling Remaja/Mahasiswa (PIK R/M).
12. DAK Kehutanan
Indikator Teknis terdiri dari: a). Untuk provinsi: Kelembagaan KPH, Taman Hutan Raya,
dan Kawasan Ekosistem Esensial; dan b). Untuk Kab./Kota: Kelembagaan Kesatuan
Pengelolaan Hutan (KPH), Tingkat Kekritisan Lahan, Tingkat Daerah Aliran Sungai
(DAS) Prioritas, Rasio Rawan Longsor, dan Rasio Rawan Banjir.
III/94
Provinsi
1) Kondisi gedung kantor dan laboratorium rusak
2) Persentase peralatan dan standar rusak dan tua
3) Rata-rata klasifikasi hasil penilaian (terhadap UPTD)
4) Jumlah kabupaten/kota membentuk PTU dan DTU
5) Persentase kepatuhan laporan bulanan 2012.
c) Gudang: Produksi komoditi primer minimal : Padi > 200.000 ton, Jagung >100.000
ton, Kopi > 10.000 ton, Kakao > 15.000 ton, Lada > 15.000 ton, Karet > 250.000
ton, Rumput Laut > 100.000 ton, Rotan > 500 ton, dan Indeks kesiapan lahan .
14. DAK Sarana dan Prasarana Daerah Tertinggal
1) Indeks Kebutuhan Pembangunan Jalan Non Status
III/95
5) Pelaporan
6) Adanya kegiatan Prukab
7) Adanya kegiatan Bedah Desa.
15. DAK Energi Perdesaan
Indikator Teknis terdiri dari Rasio Elektrifikasi dan Rasio Ternak per Rumah Tangga.
III/96
Tabel 3.12
Jumlah Daerah Penerima DAK 2014 per Bidang
No
Bidang
Jumlah Daerah
Pendidikan
459
Kesehatan
482
Infrastruktur Jalan
473
Infrastruktur Irigasi
417
444
III/97
No
Bidang
Jumlah Daerah
Infrastruktur Sanitasi
431
90
475
Pertanian
443
10
Lingkungan Hidup
422
11
Keluarga Berencana
442
12
Kehutanan
382
13
183
14
Sarana Perdagangan
312
15
Energi Perdesaan
101
16
30
17
468
18
Transportasi Perdesaan
84
19
28
528
Dari alokasi DAK tahun 2014 Rp33.000,0 miliar tersebut, terdistribusi kepada provinsi
sebesar Rp1.897,68 miliar dan kabupaten/kota sebesar Rp31.102,32 miliar. Sementara itu
alokasi tertinggi diterima oleh daerah adalah sebesar Rp193,81 miliar dan alokasi terendah
sebesar Rp0,48 miliar, dengan rata-rata yang diterima oleh masing-masing provinsi sebesar
Rp57,5 miliar dan kabupaten/kota Rp62,83 miliar. Hal ini dapat dilihat pada resume alokasi
DAK tahun 2014 sebagaimana pada table berikut.
Tabel 3.13
Resume Alokasi DAK TA 2014
Keterangan
III/98
Alokasi Tertinggi
193.813,03
Alokasi Terendah
481,02
Alokasi Kab/Kota
31.102.320,30
Keterangan
Alokasi Provinsi
1.897.680,70
62.832,97
57.505,45
Hasil perhitungan alokasi DAK tahun 2014 dimaksud ditetapkan dengan PMK Nomor
180/PMK.07/2013 tentang Pedoman Umum dan Alokasi Dana Alokasi Khusus Tahun
Anggaran 2014.
Selanjutnya, penggunaan DAK di daerah mengacu pada petunjuk teknis DAK masingmasing bidang yang ditetapkan oleh K/L terkait. Adapun daftar petunjuk teknis DAK tahun
2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.14
Petunjuk Teknis Penggunaan DAK TA 2014
No Bidang
1
Nomor Juknis
Tanggal Ditetapkan
Pendidikan :
a. SD
29 11 2013
b. SMP
17 02 2014
c. SMA/SMK
2
Kesehatan
16 12 2103
Keluarga Berencana
19 12 2013
18 12 2013
Kehutanan
23 12 2013
Pertanian
16 12 2013
Perdagangan
27 12 2013
Lingkungan Hidup
28 11 2013
Infrastruktur PU (Jalan,
Permen PU no. 15/PRT/M/2010
Irigasi, Air Minum, Sanitasi)
01 11 2010
02 01 2014
III/99
No Bidang
Nomor Juknis
Tanggal Ditetapkan
11 Prasarana Pemerintahan
31 12 2013
12 Energi Pedesaan
17 01 2014
29 01 2014
14 Keselamatan Transportasi
Darat
27 12 2013
15 Transportasi Perdesaan
31 12 2013
16 01 2014
III/100
akhir tahun 2012 pada saat proses pembahasan APBN 2013 telah berjalan. Oleh karena
itu, Dana Keistimewaan DIY dalam APBN TA 2013 dialokasikan pada Bagian Anggaran
Belanja Lainnya (BA 999.08) untuk selanjutnya dilakukan pergeseran anggaran ke Bagian
Anggaran Transfer ke Daerah (BA 999.05). Adapun alokasi anggaran Dana Keistimewaan
DIY TA 2013 adalah sebesar Rp523.874.719.000,-.
Alokasi Dana Keistimewaan DIY TA 2013 diberikan berdasarkan usulan Pemerintah
Provinsi DIY kepada kementerian/lembaga terkait dengan tembusan Menkeu dan Kepala
Bappenas untuk selanjutnya dibahas bersama antara Pemerintah Provinsi DIY dengan
kementerian/lembaga terkait yang dikoordinasikan oleh Kementerian Dalam Negeri
(Kemendagri). Berdasarkan hasil pembahasan antara Pemerintah Provinsi DIY dengan
kementerian/lembaga terkait tersebut disepakati Anggaran Dana Keistimewaan DIY TA 2013
sebesar Rp231.392.653.500. Anggaran Dana Keistimewaan DIY tersebut digunakan untuk 4
bidang kewenangan sebagai berikut:
Tabel 3.15
Tabel Alokasi Anggaran Dana Keistimewaan DIY TA 2013
Berdasarkan Bidang Kewenangan
No.
Bidang Kewenangan
Jumlah (rupiah)
1.
Kebudayaan
212.546.511.000
2.
Pertanahan
6.300.000.000
3.
Kelembagaan pemerintah
2.516.142.500
III/101
No.
Bidang Kewenangan
4.
Tata ruang
Jumlah (rupiah)
10.030.000.000
Total
231.392.653.500
Alokasi dan penyaluran Dana Keistimewaan DIY TA 2013 dilakukan berdasarkan PMK
Nomor 140/PMK.07/2013 tentang Pedoman Umum dan Alokasi Dana Keistimewaan DIY TA
2013. Penyaluran Dana Keistimewaan TA 2013 diberikan dalam 2 tahap, masing-masing
sebesar 50% dari pagu alokasi Dana Keistimewaan. Namun demikian, pada pelaksanaanya
Penyaluran Dana Keistimewaan TA 2013 hanya dapat disalurkan 1 tahap mengingat
adanya keterbatasan waktu di mana Dana Keistimewaan DIY baru dapat disalurkan pada
akhir bulan November 2013. Penyaluran Dana Keistimewaan DIY tahap I diberikan sebesar
Rp115,696 miliar dengan realisasi penyerapan dana sebesar Rp54,696 mililiar dengan sisa
di kas daerah sebesar Rp61,134 miliar.
Pada Tahun Anggaran 2014, alokasi Dana Keistimewaan DIY TA 2014 dianggarkan
sebesar Rp523.874.719.000,- dengan rincian penggunaan dana sebagai berikut:
Tabel 3.16
Alokasi Anggaran Dana Keistimewaan DIY TA 2014
Berdasarkan Bidang Kewenangan
No.
Bidang Kewenangan
Jumlah (rupiah)
1.
2.
Kebudayaan
375.178.719.000
3.
Pertanahan
23.000.000.000
4.
Kelembagaan pemerintah
5.
Tata ruang
123.620.000.000
Total
523.874.719.000
400.000.000
1.676.000.000
III/102
PMK tersebut merupakan hasil rekonsiliasi data guru antara Pemerintah Daerah dengan
Kemendikbud dan hasil audit Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Alokasi Tunjangan Profesi Guru PNSD Tahun 2014 yang ditetapkan dalam PMK tersebut
adalah sebesar Rp56,136 triliun. Alokasi tersebut telah memperhitungkan kekurangan
pembayaran dari tahun 2010 sampai dengan 2013 dan sisa dana Tunjangan Profesi Guru
PNSD yang masih terdapat di Rekening Kas Umum Daerah.
Data kekurangan pembayaran Tunjangan Profesi Guru PNSD dan Sisa Dana di
Rekening Kas Umum Daerah tersebut merupakan hasil audit Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP) yang dilakukan di Pemerintah Daerah seluruh Indonesia.
Berdasarkan Laporan Hasil Audit BPKP tersebut diperoleh data sebagai berikut:
a. Terdapat kelebihan pendanaan di 355 daerah dan total kelebihan pendanaan tersebut
adalah sebesar Rp2.356,49 miliar (dikarenakan daerah-daerah tersebut memiliki sisa
dana Tunjangan Profesi Guru PNSD di kas daerah sebesar Rp4.827,00 miliar, sementara
total kekurangan pembayaran sebesar Rp2.471,51 miliar).
b. Terdapat kekurangan pendanaan di 122 daerah dan total kekurangan pendanaan
tersebut adalah sebesar Rp598,58 miliar (dikarenakan daerah-daerah tersebut memiliki
sisa dana Tunjangan Profesi Guru PNSD di kas daerah sebesar Rp1.241,00 miliar,
sementara total kekurangan pembayaran sebesar Rp1.839,56 miliar).
III/103
Sesuai dengan Laporan Hasil Audit tersebut, maka secara nasional, untuk
menanggulangi kurang bayar Tunjangan Profesi Guru PNSD tahun 2010-2013, Pemerintah
hanya perlu menyediakan dana sebesar Rp598,58 miliar saja dan pendanaan tersebut
langsung dapat ditampung dalam alokasi TPG PNSD 2014.
Alokasi Tunjangan Profesi Guru PNSD 2014 yang sudah memperhitungkan sisa dana di
Rekening Kas Umum Daerah dan Kekurangan Pembayaran Tunjangan Profesi Guru PNSD
Tahun 2010-2013 diilustrasikan pada tabel dibawah ini.
Hasil audit BPKP tersebut juga dijadikan dasar bagi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan untuk menerbitkan SK Kurang Bayar Tunjangan Profesi Guru PNSD Tahun
2010-2013 dan selanjutnya digunakan oleh Pemerintah Daerah sebagai dasar untuk
membayar kurang bayar Tunjangan Profesi Guru PNSD.
Daerah yang mempunyai sisa dana di Rekening Kas Umum Daerah, maka sisa
dana tersebut diperhitungkan sebagai saldo awal dan langsung dapat digunakan untuk
pembayaran guru pada Triwulan I Tahun 2014.
III/104
Mekanisme Penyaluran
Penyaluran Tunjangan Profesi Guru PNSD dari RKUN ke RKUD dilakukan setiap
Triwulan. Jumlah penyaluran Triwulan I yang ditetapkan dalam PMK telah memperhitungkan
sisa dana yang terdapat dalam RKUD, sehingga bagi daerah yang masih memiliki sisa
dana maka penyaluran Triwulan I lebih sedikit dibandingkan dengan penyaluran Triwulan
II, Triwulan III dan Triwulan IV. Hal ini dimaksudkan agar sisa dana yang terdapat di RKUD
langsung digunakan oleh Pemda untuk membayar kebutuhan TPG PNSD di Triwulan I.
Penyaluran Triwulan I dari RKUN ke RKUD dilakukan paling lambat bulan April,
sementara untuk Triwulan II paling lambat bulan Juni, Triwulan III paling lambata bulan
September dan Triwulan IV paling lambat bulan November. Penyaluran Triwulan I dilakukan
secara serentak seluruh Indonesia dengan tanpa syarat, namun untuk penyaluran Triwulan
II dilakukan setelah Pemerintah Daerah menyampaikan laporan realisasi pembayaran
Tunjangan Profesi Guru PNSD Semester II Tahun Anggaran sebelumnya. Penyaluran
Triwulan III dan Triwulan IV dilaksanakan tanpa syarat setelah penyaluran Triwulan II
dilakukan.
Pemerintah Daerah membayarkan Tunjangan Profesi Guru PNSD kepada Guru PNSD
yang berhak paling lambat 1 (satu) bulan setelah diterimanya dana Tunjangan Profesi Guru
PNSD di RKUD. Jadwal pembayaran ke Guru PNSD untuk Triwulan I adalah pada bulan
April, Triwulan II pada bulan Juli, Triwulan III pada bulan Oktober dan Triwulan IV pada bulan
Desember.
Jika terdapat kekurangan pembayaran Guru PNSD setelah realisasi Triwulan IV, yang
diakibatkan karena dana yang ditransfer ke RKUD tidak mencukupi seluruh kebutuhan
pembayaran Tunjangan Profesi Guru PNSD selama 12 bulan, maka Pemerintah Daerah
dapat melakukan optimalisasi dengan cara melakukan pembayaran berdasarkan jumlah
bulan. Kebijakan ini diharapkan agar guru-guru di daerah memperoleh hak yang sama.
III/105
dengan 2013 dan juga telah memperhitungkan sisa dana yang masih terdapat di Rekening
Kas Umum Daerah.
Terdapat beberapa daerah yang tidak mendapat alokasi Dana Tambahan Penghasilan
Guru PNSD 2014 dikarenakan kebutuhan pembayaran lebih kecil dibandingan dengan sisa
dana yang masih terdapat di Rekening Kas Umum Daerah.
Mekanisme Penyaluran
Penyaluran Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD dari RKUN ke RKUD dilakukan
tiap Triwulan dengan besaran tiap penyaluran adalah 1/4 (seperempat) dari alokasi per
daerah. Jadwal penyaluran Triwulan I, Triwulan II, Triwulan III dan Triwulan IV masing-masing
paling lambat bulan April, Juni, September, dan November.
Penyaluran Triwulan I dilakukan secara serentak seluruh Indonesia dengan tanpa syarat,
namun untuk penyaluran Triwulan II dilakukan setelah Pemerintah Daerah menyampaikan
laporan realisasi pembayaran Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD Semester II Tahun
Anggaran sebelumnya. Penyaluran Triwulan III dan Triwulan IV dilaksanakan tanpa syarat
setelah penyaluran Triwulan II dilakukan.
Pembayaran kepada Guru yang berhak oleh Pemerintah Daerah dilaksanakan paling
lama 1 (satu) bulan setelah diterimanya dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD di RKUD.
Jadwal pembayaran ke Guru PNSD untuk Triwulan I adalah pada bulan April, Triwulan II
pada bulan Juli, Triwulan III pada bulan Oktober dan Triwulan IV pada bulan Desember.
Jika terdapat kekurangan pembayaran Guru PNSD setelah realisasi Triwulan IV, yang
diakibatkan karena dana yang ditransfer ke RKUD tidak mencukupi seluruh kebutuhan
pembayaran Tambahan Penghasilan Guru PNSD selama 12 bulan, maka Pemerintah
Daerah dapat melakukan optimalisasi dengan cara melakukan pembayaran berdasarkan
jumlah bulan. Kebijakan ini diharapkan agar guru-guru di daerah memperoleh hak yang
sama.
III/106
III/107
III/108
penerapan kaidah-kaidah yang baik (best practices) yang didukung oleh asas-asas
umum yang sebelumnya telah dipakai, seperti : asas tahunan, asas universalitas, asas
kesatuan, dan asas spesialitas.
2. Mendorong agar daerah berupaya untuk selalu menetapkan APBD tepat waktu dan
mencapai kinerja dalam pengelolaan keuangan daerahnya (administrasi dan impactnya).
Dalam perkembangannya, kebijakan DID telah mengalami penyempurnaan dari
sejak dialokasikannya pada tahun 2010. Penyempurnaannya meliputi:
(1) pembagian
porsi alokasi bagi provinsi dan kabupaten/kota; (2) menerapkan kriteria kinerja utama; (3)
memasukkan kriteria kinerja pendidikan; (4) mengubah penyampaian perda APBD tepat
waktu menjadi penetapan perda APBD tepat waktu; (5) mengganti sub kriteria kinerja inflasi
menjadi sub kriteria yang menghubungkan kemampuan fiskal daerah dengan IPM; dan (6)
memberikan alokasi minimum.
Tabel 3.17
Kebijakan Perhitungan DID Tahun 2010-2014
No.
Tahun 2010
Tahun 2011
1.
Tahun 2012
Sama 2011
1. Keuangan
1. Keuangan
2. Pendidikan, dan
Sama 2011
4.
2. Kabupaten/kota 80%
2. Kabupaten/kota 90%
Sama 2011
Penambahan variabel
kinerja keuangan:
Penyampaian LKPD kepada
BPK secara tepat waktu
III/109
No.
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
5.
Sama 2010
6.
Sama 2010
Tahun 2013
Tahun 2014
Sama 2013
Sama 2013
Sama 2013
III/110
Tahun 2013
Tahun 2014
Penghitungan DID Tahun 2014 sebagaimana DID Tahun 2013 menggunakan Kriteria
Kinerja dan Batas Minimum Kelulusan Kinerja (Passing Grade). Kriteria Kinerja terdiri dari
Kriteria Kinerja Utama, Kriteria Kinerja Keuangan Daerah, Kriteria Kinerja Pendidikan,
serta Kriteria Kinerja Ekonomi dan Kesejahteraan. Tahapan penghitungan DID terdiri dari
penentuan daerah penerima dan penghitungan besaran alokasi DID. Penentuan daerah
penerima berdasarkan identifikasi daerah dalam memenuhi Kriteria Kinerja Utama dan
memenuhi passing grade yang ditentukan secara statistik. Skor atau nilai kinerja daerah
merupakan hasil penghitungan dari Kriteria Kinerja Keuangan Daerah, Kriteria Kinerja
Pendidikan, serta Kriteria Kinerja Ekonomi dan Kesejahteraan. Apabila suatu daerah tidak
memenuhi Kriteria Kinerja Utama, maka daerah tersebut tidak dapat mengikuti saringan
berikutnya yaitu penghitungan alokasi.
Batas passing grade adalah nilai minimum tertentu atas hasil pembobotan terhadap
masing-masing unsur penilaian terhadap kinerja daerah dari kinerja keuangan, kinerja
pendidikan, serta kinerja ekonomi dan kesejahteraan. DID digunakan untuk melaksanaan
fungsi pendidikan tersebut merupakan pengalokasian belanja fungsi pendidikan yang
dianggarkan dalam APBD dan/atau APBD Perubahan Tahun Anggaran 2013 yang menjadi
kewenangan/urusan daerah untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang menjadi
tanggung jawab Pemda.
III/111
Daerah yang memenuhi kriteria Kinerja Utama dan bersifat eligibilitas mutlak
yaitu:
a. daerah yang mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atau daerah
yang mendapatkan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dari BPK atas LKPD;
dan
b. daerah yang menetapkan Perda mengenai APBD secara tepat waktu.
III/112
Tabel 3.18
Bobot Penilaian Perhitungan DID Tahun 2013 dan 2014
No.
Kriteria
Bobot Penilaian
2013
Bobot Penilaian
2014
50%
50%
1.
30%
35%
2.
30%
35%
III/113
No.
Kriteria
Bobot Penilaian
2013
Bobot Penilaian
2014
3.
20%
15%
4.
20%
15%
100%
100%
25%
25%
50%
50%
2.
50%
50%
100%
100%
25%
25%
Pertumbuhan Ekonomi
30%
30%
2.
30%
30%
3.
20%
20%
4.
20%
20%
100%
100%
Tabel 3.19
Kebijakan Alokasi Minimum Perhitungan DID Tahun 2013 dan 2014
DID Tahun 2013
AM
WTP
Perda
APBD
LKPD
Passing
Grade
WTP
Perda
APBD
LKPD
Rp 3 M
Rp 2 M
Rp 2 M
PMK
Nomor 8/PMK.07/2014 tanggal 13 Januari 2014 tentang Pedoman Umum dan Alokasi Dana
III/114
Insentif Daerah Tahun Anggaran 2014. Penyaluran DID dilakukan setelah Daerah penerima
menyampaikan kepada Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, berupa:
a. Perda mengenai APBD TA 2014;
b. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak dari Kepala Daerah yang menyatakan akan
mencantumkan DID dalam APBD dan/atau APBD-P tahun anggaran bersangkutan
dan bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan kegiatan yang didanai dari DID tahun
2014.
Penyaluran DID Tahun 2014 meniadakan penyampaian rencana penggunaan DID.
Penggunaan DID diserahkan kepada Pemda dengan mengikuti ketentuan sebagai berikut :
1. DID digunakan untuk mendanai belanja fungsi pendidikan dan dianggarkan dalam
APBD dan/atau APBD Perubahan.
2. Belanja fungsi pendidikan yang dimaksud adalah belanja fungsi pendidikan sesuai
dengan kewenangan/ urusan daerah dan yang menjadi tanggung jawab Pemda.
3. DID tidak dapat digunakan untuk mendanai:
a. dana pendamping DAK;
b. kegiatan yang telah didanai oleh BOS dari Pemerintah Pusat;
c. pendidikan kedinasan;
d. hibah kepada perusahaan daerah; dan
e. bantuan sosial.
III/115
kepada daerah atas pelaksanaan DAK yang telah memenuhi standar kualitas output yang
ditentukan dalam kurun waktu yang tepat.
Daerah percontohan P2D2 meliputi 5 (lima) Provinsi yaitu Provinsi Jambi, Jawa
Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, dan Maluku Utara yang dipilih berdasarkan
keberagaman secara geografis mewakili wilayah barat, tengah, dan timur Indonesia;
kinerja pelaporan DAK selama ini; kemampuan menyerap alokasi DAK; dan kesuksesan
dalam menghasilkan output yang didanai dari DAK. Dalam pemilihan kabupaten/kota
daerah percontohan P2D2 ditentukan berdasarkan kriteria daerah penerima alokasi DAK
di lima provinsi tersebut dan mengirimkan surat kesediaan berpartisipasi dalam P2D2
(Commitment Letter) kepada Pemerintah Pusat. Adapun daerah percontohan P2D2 tahun
2014 terdiri dari 75 daerah di 5 provinsi percontohan.
Verifikasi Keluaran adalah proses verifikasi atas keluaran pelaksanaan DAK Bidang
Infrastruktur di Daerah Percontohan P2D2 dengan hasil yang sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan serta dalam kurun waktu yang tepat berdasarkan hasil Verifikasi Keluaran
yang dilakukan oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sesuai dengan
ketentuan Perjanjian Verifikasi antara BPKP dan Bank Dunia.
DAK bidang infrastruktur yang di verifikasi adalah bidang infrastruktur jalan, bidang
infrastruktur irigasi dan bidang infrastruktur air minum. Adapun besaran yang dialokasikan
kepada masing-masing daerah penerima P2D2 sebesar maksimal 10% (sepuluh persen)
dari nilai Verifikasi Keluaran yang dibagi secara proporsional. Penyaluran Dana P2D2
kepada daerah penerima dilakukan sekaligus setelah
III/116
III/117
Aplikasi WBRS-DAK yang sudah ada saat ini adalah aplikasi berbasis web, di
mana untuk mengaksesnya pengguna harus mempunyai koneksi internet. Kondisi ini
mengakibatkan beberapa daerah yang infrastruktur jaringan internetnya kurang baik
mengalami kesulitan untuk mengakses Aplikasi WBRS-DAK. Oleh karena itu, pada
tahun anggaran 2013, DJPK akan membangun Aplikasi WBRS-DAK Versi Offline agar
Pemda bisa tetap aktif mengisikan data ke dalam Aplikasi WBRS-DAK meskipun
koneksi internet di daerah yang bersangkutan sangat terbatas. Implementasi Aplikasi
WBRS-DAK Versi Offline diutamakan di daerah (provinsi/kabupaten/kota) Kalimantan
Tengah, Provinsi Sulawasi Barat, dan Maluku Utara. Oleh karena itu, dalam rangka
transfer knowledge kepada para petugas Pemda terkait Aplikasi WBRS-DAK Versi
Offline, DJPK akan melakukan Bimtek untuk aplikasi ini hanya di 3 daerah tersebut.
Pemda di luar 3 daerah dimaksud apabila menghendaki Bimtek untuk Aplikasi WBRSDAK Vers Offline dapat menyampaikan surat permintaan resmi kepada DJPK. Selain
itu, DJPK selalu siap setiap saat untuk memberikan Bimtek Penggunaan Aplikasi
WBRS-DAK (Versi Online) apabila ada permintaan dari Pemda.
III/118
Bab IV
Kebijakan Hubungan Keuangan
Pusat Daerah dalam rangka
Peningkatan Kualitas Pelayanan
Publik
IV/119
Undang Nomor 32 Tahun 2004 (UU 32/2004) tentang Pemerintahan Daerah dan UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 (UU 28/2009) tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
(PDRD), maka perluasan kewenangan perpajakan dilakukan dengan memperluas basis
pajak daerah dan memberikan kewenangan kepada daerah dalam penetapan tarif.
Pengaturan PDRD di dalam UU 28/2009 didasarkan pada prinsip demokrasi,
pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakat dan akuntabilitas, serta dengan
memperhatikan potensi daerah. Penerbitan UU 28/2009 merupakan langkah yang strategis
dan monumental dalam memantapkan kebijakan desentralisasi fiskal, khususnya dalam
rangka membangun hubungan keuangan antara Pusat dan Daerah yang lebih ideal.
Sebagai salah satu bagian dari continuous improvement, UU 28/2009 memiliki 3 (tiga)
hal utama, yaitu penyempurnaan sistem pemungutan PDRD, pemberian kewenangan
yang lebih besar kepada daerah di bidang perpajakan (local taxing empowerment), dan
peningkatan efektifitas pengawasan.
Penyempurnaan sistem pemungutan PDRD dilakukan dengan mengubah sistem
daftar terbuka (open-list) menjadi daftar tertutup (closed-list), sehingga jenis pajak yang
dapat dipungut oleh daerah adalah hanya jenis pajak yang telah ditetapkan berdasarkan
UU 28/2009 dimaksud. Daerah tidak diberikan kewenangan dan tidak diperbolehkan untuk
menetapkan jenis pajak baru di luar yang telah ditentukan undang-undang (UU). Hal yang
demikian akan memberikan kepastian bagi masyarakat dan dunia usaha dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya.
Sedangkan penguatan local taxing power dilakukan dengan cara antara lain,
menambah jenis PDRD, memperluas basis PDRD yang sudah ada, menaikkan tarif
maksimum beberapa jenis pajak daerah, mengalihkan beberapa jenis pajak pusat menjadi
pajak daerah, serta memberikan kewenangan penetapan tarif PDRD kepada daerah sesuai
batasan yang ditetapkan dalam UU.
Perluasan basis pajak dilakukan sesuai dengan prinsip pajak yang baik. Pajak
yang diterapkan tidak akan menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan/atau menghambat
mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah, dan kegiatan ekspor impor.
Perluasan basis pajak daerah dilakukan dengan memperluas basis pajak yang sudah ada,
mendaerahkan pajak pusat, dan menambah jenis pajak baru. Perluasan atas basis pajak
yang sudah ada dilakukan untuk Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor (BBNKB) yang diperluas hingga mencakup kendaraan Pemerintah
Pusat. Pajak Hotel diperluas hingga mencakup seluruh persewaan di hotel, sedangkan
IV/120
hal-hal
tersebut
di
atas,
dapat
disimpulkan
bahwa
dengan
IV/121
penetapan tarif. Sedangkan di sisi lain, dengan tidak diberikannya kewenangan kepada
daerah untuk menetapkan jenis pajak dan retribusi baru selain yang telah ditetapkan dalam
UU 28/2009, maka hal tersebut akan memberikan kepastian bagi masyarakat dan dunia
usaha yang pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya.
IV/122
masyarakat dari bahaya rokok dan melakukan pengawasan terhadap rokok di daerah
masing-masing termasuk peredaran rokok ilegal.
Mengingat tax base Pajak Rokok adalah nilai cukai yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat terhadap rokok, maka dalam rangka efektifitas dan efisiensi, pemungutan Pajak
Rokok dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC). Pemungutan Pajak Rokok
merupakan model Piggyback Tax System atau juga dikenal dengan model opsenten atau
surcharge yang juga lazim dipraktekkan di banyak Negara.
Ciri dari Piggyback Tax/Opsenten/Surchage adalah:
a. Pemda berhak mengenakan tambahan beban pajak atas pajak pusat dalam daerahnya
(jurisdiction);
b. Pemda tidak memiliki diskresi dalam menentukan dasar pengenaan pajak (tax base)
atau dengan kata lain dasar pengenaannya sama dengan dasar pengenaan pajak
pusat;
c. Pajak diadministrasikan dan dipungut oleh Pemerintah Pusat yang lebih tinggi dan
kemudian menyalurkannya ke kas daerah yang bersangkutan.
Semua ciri tersebut di atas terdapat dan dapat dilihat dengan jelas pada pengaturan
atau ketentuan Pajak Rokok dalam UU 28/2009.
Dalam rangka pelaksanaan pemungutan Pajak Rokok, maka sesuai dengan amanat
UU 28/2009, Menkeu telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 115/
PMK.07/2013 tentang Tata Cara Pemungutan dan Penyetoran Pajak Rokok. PMK tersebut,
antara lain, mengatur mengenai mekanisme pemungutan Pajak Rokok yang dilakukan oleh
DJBC, dan juga mengatur mengenai mekanisme dan pola penyetoran dana penerimaan
Pajak Rokok dari rekening penampungan ke Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) Provinsi.
Mekanisme pemungutan dan penyetoran Pajak Rokok dapat dilihat pada Gambar
berikut ini.
IV/123
Gambar 4.1
Gambar 4.1
Mekanisme Pemungutan dan Penyetoran Pajak Rokok
Pemungutan dan
Sesuai PMKMekanisme
No. 115/PMK.07/2013
Penyetoran Pajak Rokok
Sesuai PMK No. 115/PMK.07/2013
Perintah
Pemindahbukuan Dana
Realisasi
penerimaan PR
(triwulan)
DJPK
Daftar Realisasi
Penerimaaan PR
bulanan
DJPB
SPM
Penyetoran
Laporan Realisasi
Penerimaan Pajak
Rokok
da
na
KPPN
DJBC
Bank
Indonesia
Pemindahbukuan dana
P
e
l
i
m
p
a
h
a
n
SP2D
Penyetoran
KPPN JKT II
Penyampaian LHP
Laporan Bulanan
Penerimaan PR
RPKBUNP/RPKBUN
KPPN
Memindahbukukan
dana
CK1
SPPR
SSBP
WP
Bank/Pos
Persepsi
RKUD
Provinsi
109|
Dasar pengenaan Pajak Rokok adalah cukai yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat terhadap rokok;
Besaran pokok Pajak Rokok yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif
pajak dengan dasar pengenaan pajak
Pemungutan Pajak Rokok dilakukan oleh Kantor Bea dan Cukai bersamaan dengan
pemungutan Cukai Rokok
IV/124
Berdasarkan
realisasi
penerimaan
Pajak
Rokok,
Direktorat
Jenderal
Penyampaian data realisasi penerimaan Pajak Rokok sampai dengan akhir tahun
anggaran dilakukan paling lambat pada bulan Januari tahun anggaran berikutnya
Penyetoran penerimaan Pajak Rokok bulan Oktober dan November dilakukan pada
bulan Desember
IV/125
Tabel 4.1
Perda Pajak Rokok
IV/126
No
Daerah
Nomor Perda
Provinsi Aceh
Perda 2/2012
Provinsi Riau
Perda 16/2013
Perda 2/2011
Provinsi Bengkulu
Perda 2/2011
Perda 8/2013
Perda 3/2011
Provinsi Jambi
Perda 6/2011
Provinsi Lampung
Perda 2/2011
Perda 1/2011
10
Perda 8/2011
11
Perda 9/2013
12
Perda 8/2013
13
Perda 2/2014
14
Perda 13/2011
15
Provinsi Banten
Perda 1/2011
16
Perda 2/2011
17
Provinsi DI Yogyakarta
Perda 3/2011
18
Perda 9/2010
19
Perda 8/2010
No
Daerah
Nomor Perda
20
Perda 7/2010
21
Perda 1/2011
22
Perda 7/2011
23
Provinsi Gorontalo
Perda 5/2011
24
Perda 1/2011
25
Perda 1/2011
26
Perda 5/2011
27
Provinsi Bali
Perda 1/2011
28
Perda 8/2013
29
Perda 2/2010
30
Provinsi Maluku
Perda 19/2013
31
Perda 2/2011
32
Provinsi Papua
Perda 4/2011
33
Perda 6/2013
Berdasarkan target penerimaan cukai hasil tembakau tahun 2014, penerimaan Pajak
Rokok tahun 2014 diperkirakan sekitar Rp 9,6 triliun. Penerimaan Pajak rokok tersebut
nantinya akan disetor ke RKUD Provinsi secara proporsional berdasarkan jumlah penduduk.
Dana penerimaan Pajak Rokok yang masuk di RKUD Provinsi, 70 persen diantaranya harus
dibagihasilkan kepada kabupaten/kota dengan memperhatikan aspek pemerataan dan/
atau potensi antar kabupaten/kota yang besangkutan.
Selanjutnya sesuai dengan UU 28/2009, dana penerimaan Pajak Rokok , baik bagian
provinsi maupun bagian kabupaten/kota, harus dialokasikan paling sedikit 50 persen untuk
mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum oleh aparat yang
berwenang.
Bidang pelayanan kesehatan masyarakat, antara lain, pembangunan/pengadaan
dan pemeliharaan sarana dan prasarana unit pelayanan kesehatan, penyediaan sarana
umum yang memadai bagi perokok (smoking area), kegiatan memasyarakatkan tentang
bahaya merokok, dan iklan layanan masyarakat mengenai bahaya merokok.
IV/127
Bidang penegakan hukum yang dapat dikerjasamakan oleh Pemda dengan pihak/
instansi terkait, antara lain, pemberantasan peredaran rokok ilegal dan penegakan
aturan mengenai laranagan merokok sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
IV/128
Gambar 4.2
Grafik Penetapan APBD Tahun Anggaran 2009 2013
Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia
IV/129
Gambar 4.3
Trend Belanja Daerah TA 2009 2013
(dalam % dan miliar rupiah)
2009
2010
2011
2012
2013
180,439
198,562
229,081
261,153
296,540
79,600
82,007
104,221
122,225
148,012
114,598
96,179
113,523
137,438
175,578
40,594
50,110
48,449
71,071
86,953
415,232
426,857
495,274
591,887
707,083
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat kita amati porsi tiap jenis belanja daerah setiap
tahun dan trend kenaikan/penurunannya antar tahun. Hal ini perlu menjadi perhatian yang
serius karena belanja modal ditambah belanja barang dan jasa merupakan belanja pemda
yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah, di
samping pengaruh dari sektor swasta, rumah tangga, dan luar negeri. Realisasi belanja
modal akan memiliki multiplier effect dalam menggerakkan roda perekonomian daerah.
IV/130
Gambar 4.4
PENYERAPAN BELANJA APBD TAHUN ANGGARAN 2013
(dalam persentase realisasi terhadap anggaran)
IV/131
Gambar 4.5
Tren SiLPA Tahun Berkenaan 2009 2012
Dana Idle merupakan dana yang tidak atau belum digunakan oleh Pemda. Dana idle
yang dapat dipantau oleh Pemerintah Pusat setiap bulannya adalah dana idle Pemda yang
disimpan di perbankan. Dana Pemda di perbankan merupakan akumulasi dana Pemda
baik yang berupa dana cadangan, investasi, dan dana idle. Pergerakan dana Pemda di
perbankan dapat dilihat dalam grafik berikut:
Gambar 4.6
Trend Dana Pemda di Perbankan 2010 2013
(data per Desember)
IV/132
Gambar 4.7
Opini BPK Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Tahun 2008 - 2012
Sumber Data : Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK s.d. Semester I Tahun 2013
IV/133
terhadap
penggunaan
belanja
hibah
dan
bansos
secara
transparan. Dalam meningkatkan kualitas belanja daerah, Pemda juga perlu didorong
untuk menetapkan APBD tepat waktu, serta mencapai realisasi pendapatan dan belanja
sesuai rencana. Dalam hal pertanggungjawaban APBD juga Pemda perlu berupaya untuk
meningkatkan opini dari BPK, yaitu dengan memperoleh opini WTP.
Dalam meningkatkan kualitas belanja daerah, inisiatif yang dapat diambil yaitu:
a. Menyusun pedoman pengelolaan dana transfer.
Tujuannya adalah agar proses perencanaan, penganggaran, dan pengalokasian
dana transfer lebih mencerminkan prioritas nasional dan kebutuhan daerah serta
penggunaan dana transfer oleh daerah yang menjamin tersedianya layanan publik yang
lebih berkualitas.
b. Mempercepat penyampaian informasi seluruh alokasi dana transfer yang bertujuan
agar Pemda dapat menyelesaikan penyusunan anggaran tepat waktu.
IV/134
berdasarkan pencapaian Standar Pelayanan Minimum (SPM) sebagai kriteria utama dan
mencerminkan program/kegiatan yang sifatnya jangka panjang. Inisiatif yang dapat diambil
adalah sebagai berikut:
a. Menentukan indikator layanan publik dasar yang dapat digunakan dalam pengalokasian
Dana Alokasi Khusus (DAK). Hal ini akan akan sangat membantu dalam menentukan
besaran Transfer DAK ke daerah yang sudah berdasarkan analisis kebutuhan yang
nyata yang harus dikeluarkan oleh Pemda, sehingga pada akhirnya dapat meningkatnya
kuantitas dan kualitas layanan publik dasar.
b. Menerapkan Medium Term Expenditure Framework (MTEF) dalam alokasi belanja
diperlukan dengan tujuan menjamin kejelasan hubungan antara perencanaan atau
prioritas pencapaian sektor dengan anggaran atau resource constraint.
c. Pengendalian SiLPA di daerah dengan tujuan mendorong efektifitas penggunaan APBD.
IV/135
Dengan melihat hal tersebut di atas, dapat diambil langkah-langkah inisiatif dengan
menyusun pemeringkatan daerah sebagai bentuk penilaian kinerja keuangan daerah yang
terintegrasi dengan mekanisme pemberian insentif dengan tujuan mendorong Pemda untuk
meningkatkan kinerja keuangan daerah, kualitas output dan outcome pelayanan publik,
sehingga dapat meningkatkan penyediaan pelayanan publik (public service delivery) dan
kesejahteraan masyarakat (social welfare).
IV/136
tinggi, Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemerintah Pusat serta PNS daerah. Sedangkan dalam
bentuk kursus atau pelatihan singkat di dalam negeri program dilaksanakan bekerjasama
dengan Universitas Indonesia dengan nama Latihan Keuangan Daerah (LKD) bagi pejabat
pemegang kebijakan strategis dan Kursus Keuangan Daerah (KKD) bagi pelaksana/staf
pengelola keuangan daerah.
Program LKD dan KKD diselenggarakan setiap tahun secara rutin. Untuk memperluas
jangkauan terhadap peserta dari seluruh Pemda di Indonesia, program ini kemudian
dikerjasamakan dengan beberapa Perguruan Tinggi negeri di Indonesia yang berperan
sebagai center penyelenggara pelatihan (selanjutnya disebut center). Center penyelenggara
berperan melaksanakan pelatihan dari mulai menyediakan sarana dan prasarana pelatihan
berupa sarana akomodasi dan tempat belajar sampai dengan menyediakan tenaga
pengajar pelatihan.
Program LKD dikerjasamakan dengan center Universitas Indonesia (UI) mulai 1981
dan center Universitas Gadjah Mada (UGM) mulai tahun 1995. Dalam perjalanannya, pada
awal era penerapan onotomi daerah yaitu pada tahun 2001 sampai tahun 2003, program
ini sempat terhenti karena dinilai lebih tepat dilaksanakan sendiri oleh masing-masing
Pemda. Pada tahun 2004 program LKD kembali dilaksanakan karena desakan dari banyak
Pemda yang menilai bahwa program ini masih perlu diselenggarakan oleh Pemerintah
Pusat. Namun demikian, sejak tahun 2011 sampai dengan saat ini program LKD ini kembali
dihentikan karena keterbatasan APBN.
Program KKD dikerjasamakan dengan center UI sejak tahun 1981, UGM mulai tahun
1991, Universitas Hasanuddin (Unhas) mulai tahun 1994, Universitas Andalas (Unand)
mulai tahun 1996, Universitas Brawijaya (Unibraw) mulai tahun 2007, Universitas Sam
Ratulangi (Unsrat) mulai tahun 2007, dan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) mulai
tahun 2013. Seperti halnya program LKD, program KKD juga sempat dihentikan ketika era
awal otonomi daerah yaitu pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2003. Sampai dengan
saat ini program KKD masih dilaksanakan dan dikerjasamakan dengan 7 perguruan tinggi
penyelenggara tersebut.
Seiring perkembangan kebutuhan akan perbaikian kualitas LKPD, pada tahun 2007
diadakan program pelatihan khusus akuntansi yang diberi nama Kursus Keuangan Daerah
Khusus Penatausahaan/Akuntansi Keuangan Daerah (KKDK). Pada awal terbentuknya,
program KKDK dikerjasamakan dengan 6 center penyelenggara, kemudian pada tahun
2009 center STAN bergabung sebagai center penyelenggara KKDK.
IV/137
Perjalanan panjang program capacity building dalam bentuk LKD, KKD, dan KKDK
tersebut telah menghasilkan banyak lulusan/alumni yang tersebar di seluruh penjuru
Indonesia. Samapai dengan tahun 2013, ketiga jenis kursus tersebut telah meluluskan
sebanyak 12.360 peserta dengan rincian: alumni LKD sebanyak 1.851 orang, alumni
KKD sebanyak 6.398 orang dan alumni KKDK sebanyak 4.110 orang. Secara rinci,
perkembangan jumlah peserta dari LKD, KKD, KKDK dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.4
Tabel Perkembangan jumlah peserta kegiatan LKD, KKD, dan KKDK
No
Tahun
1.
Jumlah Peserta
LKD
KKD
KKDK
Jumlah
1981-2006
1.355
2.195
3.550
2.
2007
115
420
463
998
3.
2008
119
376
474
2.977
4.
2009
115
484
614
1.213
5.
2010
147
420
634
1.174
6.
2011
418
563
981
7.
2012
360
528
888
8.
2013
1.725
834
2559
Jumlah
1.851
6.398
4.110
12.359
IV/138
IV/139
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Beberapa strategi sebagai langkah antasipasi telah
dipersiapkan diantaranya adalah dengan menjalin kerjasama dengan lembaga donor
internasional seperti Australia - Indonesia Partnership for Decentralisation (AIPD) dan
Deutsche Gesellschaft fr Internationale Zusammenarbeit (GIZ)-Germany.
Disamping itu, peran dan komitmen Pemda sangat diharapkan dalam melaksanakan
transformasi capacity building ini karena penerima manfaat terbesar adalah Pemda.
Oleh karena itu, Pemda akan diajak serta mensukseskan Cetak Biru dalam bidang
peningkatan kapasitas SDM ini. Strategi jangka pendek untuk keterlibatan Pemda adalah
dengan mengubah skema cost sharing yang selama ini dilaksanakan, yaitu Pemda hanya
menanggung biaya transportasi (perjalanan dinas minus akomodasi dan konsumsi)
peserta. Diharapkan Pemda secara bertahap dapat meningkatkan porsi cost sharing
yaitu dengan menanggung semua biaya perjalanan dinas peserta yang dikirim (termasuk
akomodasi dan konsumsi). Strategi lainnya bagi daerah-daerah yang mempunyai kapasitas
tinggi akan didorong untuk melaksanakan kegiatan peningkatan kapasitas SDM-nya
dalam bidang pengelolaan keuangan secara mandiri, dalam arti pemda membiaya seluruh
kegiatan capacity building tersebut dan DJPK akan memafasilitasi kegiatan tersebut dalam
hal penyediaan kurikulum, modul, dan pengajar yang kompeten sesuai dengan kebutuhan
pelatihan.
Peningkatan kualitas SDM bidang pengelolaan keuangan yang serentak dan massif
diharapkan dapat menimbulkan efek yang signifikan terhadap peningkatan performa
pengelolaan keuangan daerah yang lebih transparan dan akuntabel dan alokasi belanja
yang responsif terhadap kebutuhan dan keinginan masyarakat setempat, sehingga
pemberian pelayanan kepada masyarakat dapat memenuhi SPM dan bahkan Standar
Pelayanan Nasional (SPN), serta pembangunan daerah dapat mendorong pertumbuhan
perekonomian yang mampu menciptakan banyak lapangan pekerjaan, menekan tingkat
pengangguran dan mempercepat pengurangan kemiskinan.
IV/140
Bab V
Penutup
Penutup
V/141
Tidak dapat dipungkiri salah satu faktor penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan suatu daerah adalah Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan SDM yang
unggul dan produktif, maka tujuan pembangunan daerah akan berhasil dicapai secara
efektif dan efisien. Namun demikian, tidak mudah untuk menemukan SDM yang unggul dan
produktif dalam mengelola keuangan daerah terutama untuk daerah-daerah pemekaran.
Dalam rangka untuk memenuhi SDM tersebut, sudah disusun rencana Kursus Keuangan
Daerah (KKD) dan Kursus Keuangan Daerah Khusus Penatausahaan/Akuntansi Keuangan
Daerah (KKDK). Dengan terus berkembangnya jumlah aparatur pemerintah daerah
yang memahami dan mempunyai kompetensi dibidang pengelolaan keuangan daerah,
diharapkan tata kelola keuangan daerah akan semakin membaik. Harapan ke depan
dengan aparatur pemda yang kompeten dalam pengelolaan keuangan daerah akan
menjamin bahwa pemda dapat menjalankan semua fungsinya dengan baik sehingga
pelayanan terhadap masyarakat yang lebih baik dapat segera terwujud.
V/142
DAFTAR PUSTAKA
Cetak Biru Transformasi Kelembagaan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan 20142025, Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan, Maret 2014
Buku Pegangan Perencanaan Pembangunan Daerah 2014: Memantapkan Perekonomian
Nasional Bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat yang Berkeadilan, Kementerian
Perencanaan
Pembangunan
Nasional/Badan
Perencanaan
Pembangunan
Untuk
Peningkatan
Kesejahteraan
Rakyat
Direktorat,
Jenderal
Daftar Pustaka
143
144
UU Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas UU Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai.
UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
UU Nomor 19 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2013.
UU Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2012.
UU Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan atas UU Nomor 22 Tahun 2011 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2012.
Daftar Pustaka
145
146
147
149.576.889
11.755.540.626
3.259.730.752
14.075.988.409
54.901.901.210
149.576.889
12.448.928.944
149.576.889
340.142.427
149.576.889
149.576.889
15.527.927.076
12.446.790.381
149.576.889
149.576.889
149.576.889
16.813.436.039
38.726.333.609
15 Kota Langsa
28.251.445.700
13.199.983.641
14 Kota Sabang
16 Kota Lhokseumawe
149.576.889
11.377.662.001
12 Kab. Simeulue
292.501.043
13.634.836.679
11 Kab. Pidie
149.576.889
149.576.889
22.777.823.215
195.481.411.358
149.576.889
149.576.889
532.779.330
149.576.889
149.576.889
451.996.113
149.576.889
3.290.691.560
10 Kab. Bireun
11.076.917.446
50.415.254.140
14.683.296.457
13.940.076.125
15.408.140.010
16.371.519.195
12.848.672.515
197.662.588.079
DBH PAJAK *)
Provinsi Aceh
Nama Daerah
No
7.755.831.093
38.845.515.089
8.976.720.693
8.969.528.856
8.014.076.173
10.850.501.307
7.755.831.093
7.928.540.842
7.800.405.770
7.755.831.093
7.755.831.093
9.517.436.839
7.893.584.391
122.708.309.422
7.922.930.428
8.279.587.893
10.869.486.251
8.153.572.688
8.938.129.853
9.006.445.398
13.566.419.511
924.563.573.779
DBH SDA**)
410.897.128.000
467.034.124.000
403.096.648.000
406.138.315.000
382.101.138.000
500.941.291.000
469.956.588.000
419.767.005.000
324.038.882.000
610.554.730.000
378.859.516.000
746.937.953.000
770.780.301.000
755.061.139.000
703.898.153.000
520.394.600.000
564.691.527.000
380.851.529.000
582.668.161.000
673.776.666.000
550.414.472.000
1.201.612.787.000
DAU
46.127.280.000
46.182.210.000
40.619.070.000
49.904.630.000
42.908.680.000
56.245.710.000
33.752.780.000
32.355.330.000
31.401.610.000
38.833.120.000
55.142.390.000
65.717.570.000
61.083.950.000
70.250.520.000
72.135.820.000
46.192.990.000
48.446.100.000
41.169.750.000
49.874.560.000
58.845.450.000
54.522.690.000
72.953.790.000
DAK
14.198.010.000
11.266.420.000
17.536.340.000
12.104.410.000
18.313.580.000
11.885.080.000
19.550.500.000
10.478.890.000
13.359.280.000
18.322.880.000
16.899.380.000
DAK TAMBAHAN
6.824.386.514.000
OTSUS
2.894.250.000
1.859.120.000
2.022.570.000
2.738.750.000
2.292.750.000
1.601.000.000
885.000.000
3.299.250.000
1.988.000.000
2.714.250.000
4.454.750.000
2.033.250.000
2.962.500.000
2.533.500.000
4.173.500.000
3.744.000.000
279.000.000
TAMSIL**)
Lampiran
ALOKASI DANA TRANSFER KE DAERAH
TAHUN ANGGARAN 2014
38.454.629.000
62.527.203.000
31.120.072.000
56.857.128.000
16.530.702.000
47.564.907.000
66.547.971.000
70.820.311.000
19.791.254.000
114.931.514.000
32.493.550.000
119.383.507.000
128.788.545.000
133.473.876.000
69.310.910.000
42.505.965.000
61.529.072.000
29.087.676.000
75.728.981.000
103.820.408.000
70.549.565.000
TJ. PROF
3.000.000.000
3.000.000.000
24.281.447.000
3.000.000.000
DID
463.066.040.000
BOS
532.422.811.146
671.499.650.188
514.437.219.854
552.004.447.689
476.994.123.443
654.886.243.272
618.490.080.591
547.834.199.770
400.266.712.300
824.757.664.682
500.962.855.983
957.471.804.561
994.188.030.495
1.277.124.832.669
927.837.894.457
630.632.887.228
703.714.761.038
486.364.570.702
750.300.328.752
883.595.364.706
722.694.775.915
9.687.814.984.418
JUMLAH TOTAL
2014
148
175.540.897
310.145.782
27.065.948.676
9.638.953.288
33 Kab. Nias
175.540.897
175.540.897
18.074.230.034
14.056.714.980
15.576.058.784
16.189.970.706
41.165.069.891
Kab. Humbang
48
Hasundutan
11.899.160.365
13.925.038.976
21.998.750.938
15.271.824.923
42 Kota Sibolga
23.463.347.819
215.848.707.673
39 Kota Binjai
17.027.651.600
15.060.164.363
40 Kota Medan
175.549.057
18.380.566.777
175.540.897
516.002.397
175.540.897
175.540.897
175.540.897
175.540.897
175.540.897
175.540.897
3.863.418.573
650.452.217
461.370.585
175.540.897
175.540.897
56.686.549.436
28.293.207.581
34 Kab. Simalungun
190.926.663
713.082.818
40.448.196.093
987.407.464
110.724.922.904
15.764.717.007
829.072.997
54.771.883.437
547.725.330
175.540.897
5.617.308.688
258.323.528
149.576.889
31 Kab. Langkat
56.348.591.693
17.794.646.878
26 Kab. Asahan
442.142.894.933
27 Kab. Dairi
10.856.378.927
10.844.813.908
DBH PAJAK *)
23 Kota Subulussalam
Nama Daerah
No
1.950.348.973
5.017.393.642
20.662.680.154
5.012.331.432
3.429.420.973
1.950.348.973
1.950.348.973
1.950.348.973
1.950.348.973
1.950.348.973
2.638.201.973
2.187.921.026
5.347.537.730
2.657.024.173
19.880.515.315
14.201.649.269
1.950.348.973
9.013.978.080
9.448.165.973
1.999.254.009
2.061.540.678
2.049.882.973
3.295.192.171
1.950.348.973
28.023.150.093
7.791.608.373
8.018.663.916
DBH SDA**)
698.412.747.000
487.059.684.000
455.533.985.000
313.591.345.000
470.353.368.000
385.030.433.000
387.259.055.000
371.812.825.000
519.435.661.000
1.393.504.580.000
526.069.678.000
495.377.257.000
596.841.256.000
541.491.907.000
573.244.182.000
1.077.985.764.000
347.698.829.000
692.133.576.000
1.039.650.946.000
561.476.208.000
686.834.562.000
1.363.811.250.000
532.723.259.000
795.350.930.000
1.349.132.276.000
391.789.535.000
278.513.125.000
DAU
69.564.970.000
56.959.620.000
79.400.610.000
48.322.960.000
38.329.260.000
36.231.720.000
34.027.320.000
33.880.280.000
32.662.570.000
74.109.590.000
31.534.230.000
67.784.130.000
48.316.860.000
61.641.680.000
63.547.730.000
78.063.890.000
58.041.360.000
59.875.530.000
67.162.550.000
40.224.710.000
56.292.580.000
104.687.700.000
48.992.230.000
67.954.340.000
79.637.850.000
43.708.390.000
27.329.480.000
DAK
15.734.580.000
13.861.990.000
14.048.160.000
14.050.900.000
11.992.600.000
DAK TAMBAHAN
OTSUS
-
883.500.000
1.053.750.000
4.192.500.000
2.292.450.000
1.223.750.000
150.000.000
373.170.000
1.354.500.000
182.620.000
6.139.500.000
543.500.000
751.250.000
3.629.190.000
3.874.250.000
3.448.250.000
1.260.000.000
6.165.120.000
10.182.000.000
1.283.750.000
4.114.000.000
4.830.370.000
3.021.000.000
2.063.740.000
368.250.000
1.319.500.000
2.676.000.000
TAMSIL**)
130.615.053.000
80.090.754.000
51.531.010.000
52.594.560.000
78.051.046.000
68.482.763.000
46.579.070.000
51.142.901.000
143.508.797.000
358.604.640.000
104.068.432.000
118.706.054.000
103.243.662.000
73.140.347.000
51.332.350.000
220.763.020.000
8.710.611.000
95.305.323.000
216.095.619.000
78.911.341.000
111.329.290.000
307.279.981.000
78.460.689.000
151.185.859.000
68.339.926.000
15.992.673.000
TJ. PROF
3.000.000.000
3.000.000.000
DID
-
1.540.512.940.000
BOS
942.767.229.761
649.887.174.745
642.806.964.835
449.907.892.309
609.636.615.904
505.945.844.846
482.263.665.235
475.588.220.793
723.602.166.484
2.050.807.818.863
688.492.930.689
700.042.325.446
774.867.527.915
715.409.475.847
739.921.775.793
1.448.011.018.487
441.526.543.158
889.750.402.419
1.453.977.286.695
724.518.999.999
877.384.097.149
1.838.260.140.407
684.834.742.379
1.075.029.350.563
3.445.434.669.714
536.044.696.809
346.535.897.732
JUMLAH TOTAL
2014
149
170.583.334
402.490.666
11.850.379.605
10.885.538.466
170.583.334
170.583.334
170.583.334
12.401.111.476
9.756.711.885
60.190.685.027
9.902.308.985
10.786.614.850
10.247.604.444
13.009.860.756
71 Kota Padang
72 Kota Payakumbuh
73 Kota Sawahlunto
74 Kota Solok
75 Kota Pariaman
20.006.472.372
460.780.479
470.536.217
14.014.070.044
12.601.847.347
67 Kab. Solok
170.583.334
13.864.445.866
66 Kab. Sijunjung
170.583.334
170.583.334
170.583.334
435.068.474
459.934.189
170.583.334
12.923.276.467
19.193.364.073
64 Kab. Pasaman
170.583.334
405.897.597
2.482.792.394
13.946.032.740
16.155.914.759
3.070.500.010
61 Kab. Agam
10.413.850.406
127.273.572.578
58 Kota Gunungsitoli
175.540.897
175.540.897
175.540.897
9.484.875.923
175.540.897
175.540.897
175.540.897
175.540.897
175.540.897
175.540.897
8.357.336.380
26.680.989.536
29.860.809.945
24.899.572.922
31.769.058.307
11.982.916.406
24.296.013.059
DBH PAJAK *)
50 Kab. Samosir
Nama Daerah
51 Kab. Batubara
No
3.949.894.050
2.630.638.000
2.630.638.000
14.555.470.962
2.630.638.000
2.633.936.176
2.630.638.000
2.630.638.000
2.688.012.092
6.008.613.982
17.070.405.891
3.535.971.042
4.020.694.962
2.630.638.000
7.777.864.209
2.707.493.677
2.864.844.690
21.079.232.656
1.950.348.973
1.950.348.973
1.950.348.973
8.061.453.730
5.123.644.973
2.424.918.762
2.946.468.013
1.950.348.973
6.335.548.993
DBH SDA**)
580.406.954.000
386.256.228.000
354.372.862.000
336.999.766.000
412.929.814.000
1.060.917.648.000
341.743.153.000
404.285.567.000
650.563.368.000
651.730.691.000
498.591.200.000
753.984.939.000
542.067.878.000
683.752.765.000
531.389.939.000
739.359.873.000
700.183.206.000
1.129.886.306.000
383.524.614.000
279.674.672.000
355.354.627.000
408.043.834.000
418.726.923.000
450.151.264.000
503.053.678.000
591.720.062.000
441.619.455.000
DAU
62.395.550.000
38.438.430.000
32.287.100.000
31.072.890.000
32.503.170.000
76.349.870.000
31.839.720.000
33.148.850.000
60.905.780.000
73.179.100.000
57.928.460.000
85.835.990.000
50.669.030.000
82.277.990.000
80.277.160.000
73.233.820.000
59.929.540.000
54.108.200.000
32.231.500.000
41.663.010.000
59.275.900.000
34.723.910.000
36.461.510.000
52.260.820.000
46.487.070.000
51.819.020.000
46.700.960.000
DAK
16.556.680.000
17.660.780.000
15.098.800.000
21.729.630.000
25.931.260.000
23.103.860.000
7.721.680.000
14.675.230.000
DAK TAMBAHAN
OTSUS
-
2.140.750.000
1.684.000.000
684.000.000
411.000.000
748.750.000
405.220.000
802.000.000
888.000.000
2.659.750.000
4.297.750.000
1.500.750.000
3.239.750.000
1.415.750.000
3.448.270.000
584.250.000
2.393.940.000
738.000.000
1.430.750.000
1.876.870.000
2.109.940.000
1.690.250.000
1.969.250.000
1.372.850.000
TAMSIL**)
91.473.215.000
92.560.378.000
39.090.893.000
34.375.227.000
59.267.994.000
323.050.825.000
29.781.365.000
60.821.658.000
135.457.968.000
134.533.707.000
61.847.305.000
138.110.462.000
97.604.144.000
153.638.200.000
3.856.074.000
169.488.753.000
133.392.591.000
44.984.409.000
23.772.766.000
18.381.605.000
38.028.900.000
33.820.182.000
45.082.567.000
64.810.124.000
82.017.037.000
51.278.607.000
TJ. PROF
-
3.000.000.000
3.000.000.000
3.000.000.000
DID
-
552.263.610.000
BOS
777.100.098.756
534.750.118.090
442.483.680.778
428.636.037.286
518.442.609.174
1.523.313.547.537
416.327.391.219
514.260.407.810
866.575.511.656
897.587.742.505
667.230.950.091
1.026.858.689.449
709.188.264.095
962.526.724.800
658.425.860.148
1.002.767.502.033
916.247.276.824
1.891.265.671.244
475.674.203.276
364.053.354.250
460.728.877.793
520.771.318.572
523.098.730.406
574.994.683.581
650.932.189.217
753.947.271.929
559.465.878.296
JUMLAH TOTAL
2014
150
557.486.112.441
363.514.211.686
54.333.243.011
79 Provinsi Riau
80 Kab. Bengkalis
170.583.334
246.929.308
48.197.914.185
128.926.063.613
69.505.441.244
190.229.820.788
90 Kota Pekanbaru
62.871.715.021
184.446.680.975
107.068.695.001
38.147.858.222
12.979.763.644
33.289.112.462
29.014.610.898
98 Kab. Lingga
48.971.768.314
130.246.839.217
95 Kab. Karimun
96 Kota Batam
38.403.529.750
1.481.575.851
262.016.825.100
88 Kab. Siak
89 Kota Dumai
136.850.067.205
88.236.773.399
93 Kab. Bintan
189.202.172.357
94 Kab. Natuna
37.540.204.474
128.604.845.156
85 Kab. Pelalawan
1.830.348.062
179.651.372
179.651.372
1.796.513.719
246.929.308
246.929.308
246.929.308
1.975.434.468
246.929.308
246.929.308
97.292.066.255
155.173.911.922
83 Kab. Kampar
170.583.334
19.032.104.960
15.947.245.399
DBH PAJAK *)
77 Kab. Dharmasraya
Nama Daerah
No
73.094.174.222
104.719.744.141
89.137.402.401
367.789.327.357
464.182.156.057
267.558.953.713
260.349.861.404
254.405.955.057
275.583.872.945
643.990.326.057
267.041.327.558
834.123.294.128
479.509.080.001
424.371.075.875
433.133.766.811
1.204.443.889.186
437.897.579.698
1.168.594.280.241
461.923.697.803
432.017.591.392
998.208.404.912
459.114.766.509
474.579.671.164
2.443.775.986.217
2.333.990.780.646
18.033.455.520
14.835.759.335
DBH SDA**)
545.365.585.000
579.600.648.000
527.233.482.000
948.337.712.000
215.651.064.000
316.390.446.000
360.587.451.000
559.103.958.000
324.170.518.000
187.950.770.000
304.974.241.000
698.009.318.000
371.269.172.000
809.987.156.000
359.840.493.000
276.181.935.000
571.522.210.000
413.982.787.000
536.384.455.000
618.821.044.000
742.583.673.000
631.168.431.000
847.860.750.000
85.777.928.000
820.984.584.000
406.540.345.000
450.393.254.000
DAU
50.485.980.000
61.138.860.000
28.209.030.000
49.355.510.000
49.505.910.000
15.395.600.000
56.687.430.000
9.306.480.000
60.158.970.000
17.294.000.000
41.678.090.000
1.944.790.000
45.643.430.000
14.097.620.000
10.582.320.000
39.592.190.000
13.974.540.000
12.166.190.000
48.755.370.000
11.923.740.000
66.555.430.000
35.738.130.000
43.737.510.000
53.570.450.000
58.360.940.000
DAK
12.197.610.000
15.678.330.000
18.893.830.000
12.519.690.000
DAK TAMBAHAN
OTSUS
-
1.410.000.000
2.963.250.000
1.071.750.000
3.405.500.000
763.500.000
1.667.000.000
1.733.000.000
1.936.750.000
1.647.200.000
57.000.000
1.722.670.000
672.810.000
2.912.000.000
5.762.250.000
1.282.830.000
2.899.250.000
1.890.750.000
2.342.800.000
4.479.000.000
4.878.500.000
6.000.000.000
289.500.000
2.231.550.000
2.302.000.000
TAMSIL**)
80.929.209.000
84.638.399.000
66.568.543.000
7.838.096.000
30.606.660.000
54.085.728.000
56.315.085.000
60.434.081.000
68.306.798.000
46.386.190.000
38.320.819.000
193.809.735.000
69.830.199.000
65.495.514.000
69.740.050.000
42.401.009.000
50.720.832.000
91.513.208.000
144.645.939.000
116.921.553.000
84.047.943.000
94.996.073.000
49.400.193.000
50.979.259.000
TJ. PROF
-
3.000.000.000
19.650.584.000
23.762.476.000
23.444.300.000
3.000.000.000
3.000.000.000
22.587.378.000
DID
-
341.454.970.000
174.662.360.000
648.146.530.000
BOS
764.685.059.928
869.835.160.735
824.360.053.774
1.912.831.298.051
813.565.230.386
662.618.699.919
709.322.582.174
1.084.164.177.742
743.890.949.567
1.115.118.940.570
678.993.417.616
1.943.241.458.767
962.271.972.245
1.603.410.270.488
911.002.372.996
1.847.735.161.286
1.183.741.183.097
1.855.055.268.598
1.194.507.619.959
1.193.948.987.866
2.091.710.098.834
1.320.899.556.764
1.532.255.537.175
3.029.802.328.903
4.404.635.017.087
564.787.652.253
608.593.590.629
JUMLAH TOTAL
2014
151
21.811.091.276
60.421.943.734
65.954.117.043
20.766.240.576
17.824.902.416
52.393.907.754
116.813.387.924
126
19.838.579.190
50.244.284.757
17.178.947.233
111.925.854.935
122.703.941
51.652.631.753
59.096.283.398
86.235.419
101.443.648.952
302.767.237.690
190.167.909
39.350.606
36.468.522
122.703.941
1.772.959.645
415.192.886
122.703.941
122.703.941
122.703.941
176.457.490
226.511.401
122.703.941
122.703.941
83.353.335
122.703.941
85.986.752.329
433.775.575.445
1.717.855.175
212.443.736
179.651.372
496.197.186.415
8.696.656.042
179.651.372
52.857.424.927
51.619.158.677
179.651.372
75.703.741.675
179.651.372
179.651.372
58.813.756.125
84.656.696.629
711.862.573
179.651.372
41.678.113.308
76.917.141.949
DBH PAJAK *)
Nama Daerah
No
187.667.276.162
138.751.764.912
215.887.676.408
215.446.145.528
222.151.771.817
229.209.139.728
275.088.537.663
226.762.184.568
214.132.452.728
214.157.943.078
214.132.452.728
262.472.508.922
224.683.142.205
506.089.451.114
277.037.854.122
2.065.852.483.984
384.409.081.297
1.509.844.091.441
73.094.174.222
81.807.160.159
98.818.679.930
270.181.689.087
416.052.527.765
112.855.981.044
98.156.689.109
79.083.592.319
DBH SDA**)
284.408.593.000
110.386.837.000
360.871.981.000
512.126.270.000
680.713.525.000
561.376.933.000
824.218.824.000
383.313.715.000
414.757.867.000
354.727.429.000
1.203.662.453.000
568.771.201.000
931.158.869.000
593.564.398.000
420.562.346.000
411.869.675.000
615.240.306.000
985.542.760.000
365.298.130.000
678.620.172.000
509.396.969.000
455.996.416.000
429.955.329.000
521.591.109.000
565.256.883.000
633.657.922.000
DAU
49.150.990.000
50.150.370.000
67.063.390.000
59.065.270.000
96.004.590.000
32.536.350.000
44.038.200.000
36.716.820.000
66.056.370.000
9.266.190.000
72.322.110.000
59.604.080.000
68.285.030.000
24.077.660.000
60.680.800.000
62.754.900.000
27.039.360.000
50.248.330.000
50.680.030.000
16.298.880.000
1.802.400.000
47.315.940.000
48.929.950.000
49.331.620.000
DAK
13.727.680.000
10.440.230.000
15.065.790.000
16.263.440.000
16.548.650.000
14.546.250.000
22.151.320.000
DAK TAMBAHAN
OTSUS
-
1.587.000.000
1.320.000.000
2.417.750.000
4.454.500.000
3.772.250.000
7.378.500.000
5.151.750.000
1.096.810.000
1.372.500.000
5.291.160.000
729.250.000
4.634.500.000
2.742.000.000
3.981.000.000
5.143.940.000
2.493.450.000
534.000.000
608.250.000
1.579.250.000
669.870.000
10.355.750.000
1.945.750.000
2.218.500.000
16.828.500.000
TAMSIL**)
12.172.972.000
15.385.300.000
42.544.653.000
31.377.330.000
124.205.637.000
68.802.634.000
110.263.617.000
39.798.567.000
56.220.033.000
38.539.329.000
397.852.996.000
61.884.716.000
99.674.758.000
106.743.478.000
45.557.104.000
75.279.860.000
106.615.200.000
62.151.663.000
146.714.108.000
69.423.650.000
63.519.498.000
55.172.950.000
56.868.022.000
79.804.461.000
91.307.722.000
TJ. PROF
-
3.000.000.000
3.000.000.000
2.000.000.000
22.858.970.000
3.000.000.000
DID
-
805.514.020.000
BOS
546.297.135.502
331.834.487.477
705.489.674.925
843.592.707.589
1.123.132.857.979
993.414.878.423
1.446.926.850.528
733.874.615.266
751.163.589.408
662.919.479.712
2.021.902.960.604
962.342.853.261
1.400.797.364.899
1.571.596.880.223
931.496.586.409
3.016.121.898.370
1.277.767.077.535
3.862.104.813.031
537.100.677.000
1.009.188.580.208
782.935.655.229
882.549.746.134
998.175.304.766
799.570.209.541
874.463.276.430
912.599.332.200
JUMLAH TOTAL
2014
152
48.166.071.191
18.961.849.678
32.686.902.455
43.249.238.554
22.764.837.864
282.861.683
574.005.220
2.310.839.558
944.474.354
750.163.030
766.941.890
466.264.088
11.119.845.729
22.026.418.896
3.909.120.515
135.650.777.115
9.660.516.982
12.270.084.836
10.983.205.606
13.119.680.755
18.035.127.820
12.014.201.222
11.493.039.480
20.896.336.676
10.358.937.367
17.703.406.210
23.624.617.710
45.565.620.847
17.273.780.852
19.883.237.401
23.485.042.814
17.346.416.665
19.269.186.138
49.381.644.011
19.226.996.298
DBH PAJAK *)
Nama Daerah
No
25.227.439.306
30.880.307.687
97.872.311.266
24.540.941.578
24.578.606.173
24.604.525.288
12.358.416.232
165.863.686.685
58.477.024.220
12.875.165.411
13.185.572.963
13.617.389.411
15.750.313.628
14.163.306.083
12.875.165.411
12.914.956.663
69.988.596.137
13.267.585.220
58.150.228.526
46.222.864.801
65.426.914.273
38.455.111.435
45.574.597.153
31.908.558.049
43.009.494.497
105.363.943.521
116.534.311.392
DBH SDA**)
533.313.684.000
669.512.156.000
940.041.243.000
838.661.589.000
1.177.513.282.000
847.657.151.000
388.754.357.000
1.136.053.041.000
379.669.582.000
402.021.565.000
373.700.225.000
454.993.409.000
444.698.984.000
371.883.436.000
602.742.391.000
541.451.989.000
558.467.872.000
490.436.878.000
955.095.187.000
392.975.926.000
413.680.194.000
377.712.293.000
413.170.287.000
414.685.923.000
428.619.259.000
492.721.831.000
806.820.146.000
DAU
59.728.060.000
84.431.860.000
66.462.790.000
69.050.040.000
83.469.500.000
96.471.570.000
64.692.260.000
48.851.620.000
43.166.040.000
46.116.560.000
47.077.600.000
53.122.130.000
53.117.710.000
56.353.730.000
51.533.280.000
47.344.430.000
57.578.740.000
49.499.850.000
53.927.020.000
41.746.080.000
41.455.370.000
41.380.760.000
47.917.610.000
40.868.600.000
48.319.720.000
48.389.000.000
43.372.460.000
DAK
20.265.370.000
17.378.520.000
9.416.250.000
12.900.450.000
12.933.040.000
12.260.280.000
16.987.330.000
13.074.010.000
14.596.050.000
DAK TAMBAHAN
OTSUS
-
2.153.500.000
3.186.000.000
3.998.000.000
1.199.190.000
1.829.500.000
3.966.000.000
285.750.000
1.454.310.000
3.059.500.000
1.383.250.000
1.850.000.000
854.380.000
2.908.710.000
3.051.750.000
1.892.500.000
1.037.720.000
168.750.000
1.441.250.000
1.369.490.000
1.203.750.000
1.432.500.000
990.500.000
1.551.500.000
1.959.040.000
TAMSIL**)
-
55.891.030.000
120.965.778.000
243.315.235.000
184.599.124.000
250.525.694.000
160.426.647.000
52.302.207.000
44.282.215.000
43.896.572.000
45.832.121.000
56.621.983.000
51.002.526.000
35.937.107.000
163.431.417.000
101.927.561.000
82.198.929.000
75.081.325.000
41.514.730.000
48.504.139.000
82.301.727.000
30.093.580.000
72.152.289.000
98.333.532.000
58.517.134.000
TJ. PROF
-
23.326.051.000
3.000.000.000
2.000.000.000
2.000.000.000
2.000.000.000
2.000.000.000
2.000.000.000
23.137.882.000
3.000.000.000
DID
751.815.680.000
204.707.510.000
131.299.480.000
BOS
709.283.477.444
928.511.956.585
1.402.166.490.015
1.160.826.376.796
1.604.611.724.757
1.153.782.754.074
554.037.870.049
2.244.429.675.315
548.125.938.202
531.853.018.017
508.381.893.799
610.500.319.231
595.530.924.383
508.334.500.305
851.478.590.087
718.183.726.143
787.830.043.347
639.682.295.587
1.319.614.316.373
547.525.468.511
590.319.344.674
581.465.304.287
570.131.040.818
584.090.912.863
639.102.691.635
729.177.944.819
1.147.408.041.403
JUMLAH TOTAL
2014
153
2.138.519.946
230.419.761.885
12.386.625.367
41.812.292.688
68.972.762.366
41.788.763.796
2.736.806.744
2.961.874.512
108.380.733.998
7.351.233.853
2.721.990.371
50.722.288.644
58.247.754.929
3.332.225.043
34.803.545.350
2.721.990.371
2.722.942.152
2.746.519.732
33.531.360.652
120.366.003.149
190.774.470.650
17.272.188.379
3.922.058.488
2.819.782.408
55.580.696.802
80.094.824.339
35.610.547.565
52.758.187.334
2.721.990.371
23.746.950.557
304.338.716.244
161.982.961.874
7.666.964.434
68.049.759.263
101.363.417.264
1.157.247.830.463
240.799.510
281.244.443
8.249.858.819
11.463.984.579.326
282.821.252
9.602.209.793
12.397.164.693
656.767.450
16.182.296.952
409.734.120
563.614.456
16.700.264.082
12.450.117.337
298.387.182
292.362.965
22.469.855.992
48.610.561.864
DBH PAJAK *)
Nama Daerah
No
28.845.677.234
29.767.154.202
29.475.272.746
67.142.159.285
82.218.357.978
29.149.173.861
31.106.737.704
29.051.479.660
73.299.080.397
76.498.089.996
43.573.142.625
28.849.935.357
32.305.475.150
16.266.253.834
93.193.836.623
93.559.834.234
94.833.397.280
362.098.839.010
311.968.611.374
12.331.365.350
24.448.712.266
26.710.004.920
24.478.554.442
24.640.630.090
24.448.712.266
24.448.712.266
24.905.852.384
DBH SDA**)
1.596.749.326.000
1.342.934.278.000
1.104.417.363.000
1.458.379.433.000
1.139.779.043.000
786.592.072.000
1.092.495.173.000
1.112.271.883.000
1.188.478.470.000
1.267.337.159.000
1.702.452.909.000
1.406.862.523.000
1.407.469.628.000
1.068.289.296.000
2.055.944.991.900
1.195.757.868.000
1.897.769.300.000
1.687.686.386.000
85.985.282.000
227.314.157.000
424.389.404.000
387.694.110.000
547.622.366.000
625.845.694.000
414.624.161.000
921.826.931.000
573.114.161.000
DAU
63.607.140.000
110.312.210.000
91.292.060.000
134.293.860.000
74.710.080.000
41.050.470.000
80.150.500.000
74.369.300.000
124.624.020.000
102.472.650.000
129.944.840.000
101.527.360.000
98.793.880.000
133.308.200.000
189.997.540.000
111.171.910.000
157.374.520.000
78.215.030.000
6.269.960.000
50.444.530.000
51.809.920.000
47.232.130.000
58.690.940.000
34.078.240.000
42.841.640.000
64.477.270.000
DAK
26.598.100.000
16.639.800.000
19.762.320.000
17.793.660.000
DAK TAMBAHAN
OTSUS
-
921.770.000
394.750.000
564.000.000
4.161.310.000
554.750.000
1.243.740.000
4.372.500.000
4.106.250.000
17.714.250.000
1.431.000.000
2.536.500.000
2.141.250.000
233.750.000
269.750.000
482.250.000
2.864.810.000
TAMSIL**)
502.264.440.000
411.137.653.000
259.517.897.000
338.609.888.000
313.034.816.000
192.370.091.000
279.958.668.000
295.462.581.000
360.628.561.000
294.517.869.000
496.329.783.000
376.373.950.000
353.047.783.000
305.058.338.000
469.126.565.000
247.335.303.000
523.804.154.000
1.773.478.000.000
35.106.892.000
56.490.120.000
33.780.547.000
150.033.245.000
96.959.730.000
74.507.726.000
250.170.293.000
72.940.157.000
TJ. PROF
3.000.000.000
3.000.000.000
3.000.000.000
26.273.764.000
3.000.000.000
DID
-
4.018.249.980.000
723.598.720.000
BOS
2.425.531.057.271
1.938.686.578.730
1.538.901.510.801
2.096.958.077.163
1.721.254.587.720
1.110.695.552.161
1.541.784.601.201
1.549.291.014.053
1.975.497.272.699
1.863.913.761.516
2.486.307.487.343
1.973.671.273.647
1.948.438.475.892
1.560.671.155.345
2.972.967.885.768
1.980.283.082.035
2.782.811.752.978
7.378.654.074.736
14.376.729.442.700
290.944.032.679
573.987.675.402
512.020.862.965
786.439.109.844
839.182.795.883
568.251.087.468
1.314.464.265.095
781.864.153.558
JUMLAH TOTAL
2014
154
2.721.990.371
2.721.990.371
38.900.143.528
2.721.990.371
2.741.751.938
2.741.910.751
29.869.309.228
37.814.852.147
38.329.952.976
23.361.933.502
32.519.001.076
60.127.699.395
25.348.074.801
51.749.379.216
22.789.242.550
53.473.015.936
107.307.071.966
196.275.747.790
557.648.451.825
83.449.828.766
150.360.151.832
68.476.581.943
51.188.376.349
51.663.563.835
22.565.102.147
452.520.538.815
4.194.101.403
4.199.440.521
10.078.088.198
7.107.196.212
4.491.580.792
4.138.854.180
4.130.929.580
144.452.816.482
690.109.511
2.774.919.292
28.399.210.513
41.960.430.933
2.721.990.371
2.722.104.891
71.263.279.613
31.381.023.632
2.721.990.371
64.446.259.270
103.199.926.289
DBH PAJAK *)
Nama Daerah
No
5.624.243.490
2.328.902.251
1.840.153.527
16.830.055.297
2.548.964.786
2.244.469.702
1.672.180.794
17.098.416.589
1.645.737.523
1.645.737.523
1.645.737.523
1.645.737.523
1.645.737.523
1.943.012.620
8.836.982.050
2.570.189.086
4.589.888.872
15.306.161.885
29.044.829.630
28.970.033.421
28.885.413.129
28.845.677.234
28.845.677.234
28.845.677.234
28.845.677.234
28.845.677.234
28.845.677.234
DBH SDA**)
1.291.121.704.000
1.186.969.845.000
943.220.456.000
823.874.089.000
682.182.894.000
1.224.710.992.000
826.044.419.000
1.803.931.189.000
566.429.457.000
564.282.698.000
890.213.131.000
490.917.599.000
1.213.857.913.000
950.704.648.000
1.077.077.628.000
1.000.878.505.000
728.490.012.000
363.882.472.000
992.254.884.000
342.267.848.000
732.508.313.000
537.371.615.000
484.938.664.000
838.572.784.000
583.927.691.000
732.337.058.000
1.133.417.253.000
DAU
110.203.960.000
97.975.310.000
81.095.720.000
61.140.660.000
52.176.600.000
82.519.140.000
61.066.040.000
79.165.240.000
23.972.480.000
42.079.440.000
38.067.490.000
481.020.000
103.912.330.000
83.752.840.000
105.966.030.000
85.707.880.000
16.717.970.000
5.166.470.000
49.797.380.000
25.380.740.000
42.397.940.000
35.913.670.000
27.957.170.000
44.913.130.000
32.145.380.000
33.477.500.000
71.420.080.000
DAK
22.060.420.000
18.508.230.000
DAK TAMBAHAN
OTSUS
-
12.750.000
1.396.500.000
120.750.000
36.060.000
1.314.250.000
5.794.130.000
2.884.250.000
4.213.250.000
502.000.000
604.500.000
687.000.000
3.566.250.000
329.000.000
356.250.000
67.050.000
689.690.000
801.550.000
808.370.000
TAMSIL**)
315.332.567.000
223.335.448.000
258.782.884.000
246.896.367.000
164.824.223.000
317.319.844.000
209.121.660.000
108.312.570.000
113.647.141.000
214.608.584.000
141.935.749.000
216.577.243.000
192.241.322.000
232.877.804.000
216.855.669.000
140.501.924.000
266.800.261.000
77.812.464.000
223.097.993.000
141.501.002.000
95.919.330.000
173.956.051.000
151.819.967.000
156.499.561.000
252.028.351.000
TJ. PROF
-
3.000.000.000
3.000.000.000
3.000.000.000
25.270.927.000
19.306.571.000
3.000.000.000
3.000.000.000
3.000.000.000
22.197.377.000
DID
-
2.676.590.470.000
1.008.829.420.000
BOS
1.786.604.275.288
1.547.327.946.848
1.321.379.235.227
1.207.610.496.725
931.572.337.380
1.687.406.315.818
1.124.824.471.924
5.283.283.083.896
833.058.993.489
779.327.600.499
1.343.810.690.313
719.744.184.289
1.695.147.505.355
1.303.002.654.563
1.502.695.677.885
1.376.210.849.435
2.211.752.329.687
548.799.239.543
1.386.198.954.855
505.901.206.685
1.067.802.513.214
776.223.263.833
671.831.019.757
1.182.470.289.218
839.050.539.133
1.019.129.595.875
1.592.441.647.894
JUMLAH TOTAL
2014
155
4.554.173.309
22.580.990.520
4.833.362.718
19.038.249.914
5.139.361.612
54.601.277.957
4.454.365.093
15.950.003.029
131.421.910.928
21.835.821.004
5.138.081.085
17.668.982.385
5.255.621.479
5.969.450.397
4.171.179.745
7.638.974.012
23.015.107.912
20.575.294.469
4.681.599.805
27.559.772.268
27.967.356.217
4.776.778.420
6.365.226.251
5.422.513.479
4.746.291.486
4.716.249.498
104.514.311.801
31.357.825.768
21.321.093.316
21.096.066.977
24.358.056.900
26.983.078.575
20.014.248.815
4.943.501.549
4.127.223.328
30.868.327.300
22.565.332.452
10.082.967.976
69.561.288.070
23.368.801.013
21.646.450.392
11.503.653.272
32.571.463.321
25.907.935.579
5.399.510.577
26.248.955.725
4.898.225.016
6.922.552.201
31.880.017.689
23.345.270.727
6.009.731.572
14.096.810.986
32.043.522.689
38.930.936.680
DBH PAJAK *)
Nama Daerah
No
1.399.330.815
2.555.979.924
1.399.330.815
1.399.330.815
1.399.330.815
1.557.805.798
1.790.411.095
1.479.244.056
2.315.927.890
1.399.330.815
1.402.564.204
1.696.082.193
3.506.061.662
1.515.268.818
1.471.590.070
2.298.763.762
1.505.132.000
2.110.330.105
1.424.349.164
1.402.566.772
1.399.330.815
2.668.039.383
1.578.048.783
1.401.351.669
1.710.172.926
2.804.216.497
1.399.938.988
DBH SDA**)
710.803.934.000
1.104.739.473.000
399.083.343.000
412.871.094.000
417.211.449.000
724.245.009.000
1.001.378.439.000
708.764.753.000
1.044.211.310.000
826.891.481.000
946.826.641.000
848.736.010.000
700.774.721.000
854.737.495.000
777.989.499.000
1.016.813.333.000
831.579.000.000
1.043.498.355.000
965.124.427.000
795.851.851.000
1.142.586.588.000
852.170.849.000
1.125.568.884.000
870.001.752.000
887.768.694.000
977.675.512.000
795.874.748.000
DAU
43.848.110.000
38.982.620.000
32.057.050.000
34.173.710.000
34.209.870.000
59.423.010.000
59.392.120.000
56.702.810.000
84.862.430.000
56.904.480.000
76.469.300.000
67.407.340.000
61.608.000.000
57.024.620.000
57.267.330.000
72.024.740.000
60.380.950.000
79.852.630.000
64.981.490.000
55.188.900.000
66.576.420.000
63.848.820.000
80.709.170.000
57.238.710.000
81.294.110.000
85.838.690.000
74.599.670.000
DAK
DAK TAMBAHAN
OTSUS
-
223.000.000
388.000.000
1.518.450.000
2.786.230.000
444.310.000
2.905.250.000
509.750.000
4.558.000.000
1.637.750.000
1.165.670.000
1.806.000.000
482.230.000
2.487.000.000
1.049.500.000
TAMSIL**)
207.638.508.000
283.917.499.000
73.440.265.000
91.911.244.000
74.586.179.000
167.949.263.000
305.708.022.000
214.685.210.000
237.902.077.000
206.958.151.000
263.333.193.000
169.808.560.000
232.816.985.000
205.929.741.000
173.211.107.000
238.222.414.000
192.613.916.000
276.109.361.000
221.732.121.000
167.700.007.000
307.400.751.000
215.282.719.000
269.385.279.000
252.883.052.000
150.201.964.000
218.839.331.000
196.179.701.000
TJ. PROF
-
24.840.490.000
3.000.000.000
3.000.000.000
3.000.000.000
21.867.375.000
18.935.183.000
22.253.216.000
DID
BOS
-
1.048.387.272.251
1.567.586.933.249
526.607.356.937
567.329.280.904
549.634.990.945
982.907.806.279
1.398.903.692.725
1.026.695.567.490
1.401.940.700.912
1.124.852.576.695
1.314.129.569.940
1.131.276.294.212
1.028.486.338.041
1.148.049.483.281
1.035.179.774.383
1.360.896.502.646
1.112.771.553.780
1.437.382.504.954
1.291.272.156.153
1.195.856.674.643
1.555.374.678.666
1.189.354.011.096
1.530.757.223.085
1.230.509.544.412
1.182.512.956.816
1.332.585.417.749
1.115.243.891.663
JUMLAH TOTAL
2014
156
32.878.533.961
42.762.852.388
24.311.847.169
106.310.712.960
20.432.988.178
101.291.706.151
47.533.936.083
38.771.317.845
32.571.180.663
13.356.071.797
26.117.305.584
20.581.926.286
10.924.747.205
41.737.688.072
29.554.667.572
10.483.046.734
36.093.146.763
10.849.951.730
10.770.773.989
43.294.127.305
21.354.377.464
41.955.421.209
10.328.569.954
13.034.422.644
27.343.438.081
17.526.701.210
12.032.180.172
9.625.158.241
343.406.388.503
1.505.853.600
4.001.153.024
26.458.978.398
21.263.686.050
34.243.428.522
41.960.194.037
16.790.137.663
48.917.545.338
37.992.793.006
9.503.078.462
798.406.867.612
30.510.730.483
59.645.099.772
11.889.404.266
44.880.849.813
1.743.915.149
2.492.806.424
22.223.805.516
19.205.843.235
4.265.563.602
27.742.098.187
6.003.982.200
4.127.223.328
20.864.537.599
97.577.540.776
DBH PAJAK *)
Nama Daerah
No
26.550.108.773
27.139.218.596
27.286.303.805
27.013.196.373
26.682.532.947
27.087.037.161
26.594.129.867
28.874.261.062
27.986.278.645
27.119.691.250
27.526.444.964
26.800.936.536
28.745.783.402
43.740.817.885
26.820.552.833
813.932.994.426
27.272.877.564
30.679.831.963
40.005.240.245
485.270.582.552
403.983.092
403.983.092
516.066.395
408.083.274
404.381.205
31.106.157
1.399.330.815
DBH SDA**)
788.617.777.000
700.743.024.000
980.530.132.000
1.004.037.764.000
899.109.179.000
1.572.191.571.000
840.086.597.000
808.842.790.000
898.217.627.000
1.042.124.514.000
1.144.878.533.000
1.007.166.193.000
1.539.722.508.000
863.397.519.000
826.284.368.000
920.522.357.000
1.027.251.687.000
1.254.496.229.000
854.873.885.000
1.866.548.185.000
618.742.352.000
952.102.502.000
639.409.211.000
847.388.294.000
949.252.188.000
899.923.550.000
390.732.536.000
DAU
85.175.090.000
51.869.860.000
65.997.050.000
67.785.290.000
55.556.660.000
130.050.580.000
58.964.980.000
62.841.120.000
69.257.830.000
77.845.000.000
68.479.340.000
47.292.080.000
87.951.090.000
72.051.260.000
70.428.500.000
59.399.170.000
71.417.130.000
64.053.640.000
85.773.020.000
101.875.970.000
2.249.900.000
48.673.210.000
47.077.300.000
61.562.860.000
60.914.370.000
37.131.610.000
30.578.350.000
DAK
16.343.900.000
20.634.570.000
13.212.460.000
DAK TAMBAHAN
OTSUS
-
1.154.250.000
232.750.000
197.450.000
4.839.500.000
5.161.840.000
656.500.000
573.500.000
445.750.000
273.780.000
3.210.810.000
114.000.000
5.899.910.000
1.362.250.000
529.200.000
1.007.750.000
TAMSIL**)
178.917.472.000
181.430.769.000
250.221.162.000
294.220.262.000
231.913.146.000
451.015.310.000
254.399.247.000
204.295.871.000
217.844.398.000
263.654.692.000
316.056.862.000
282.545.378.000
410.825.931.000
211.561.698.000
163.045.289.000
258.359.458.000
340.037.604.000
304.287.104.000
215.961.379.000
187.479.335.000
248.783.205.000
172.929.797.000
197.054.989.000
260.617.726.000
79.179.445.000
TJ. PROF
-
20.407.073.000
3.000.000.000
21.136.997.000
24.939.392.000
22.112.413.000
22.249.995.000
24.187.647.000
25.878.507.000
24.700.344.000
20.056.006.000
DID
-
2.783.219.410.000
274.300.540.000
BOS
1.165.422.925.199
992.614.749.612
1.363.740.775.186
1.433.733.377.150
1.270.609.480.008
2.265.594.046.675
1.217.044.218.065
1.137.102.798.066
1.253.373.034.687
1.496.487.201.337
1.624.063.142.447
1.419.366.043.044
2.159.739.442.522
1.322.683.076.498
1.170.558.111.221
2.189.035.422.869
1.502.454.329.999
1.708.311.837.523
1.293.691.910.824
6.401.091.398.667
900.114.080.464
1.324.723.409.929
881.631.024.054
1.131.744.196.939
1.328.425.870.994
1.335.024.335.133
527.889.172.742
JUMLAH TOTAL
2014
157
121.452.344.469
11.537.718.617
22.556.051.045
31.959.143.561
29.623.679.040
48.068.473.276
20.305.156.591
15.745.909.610
23.770.874.532
282.421.998.299
21.470.592.270
19.515.130.273
27.021.758.234
44.018.995.654
19.124.091.986
21.838.042.392
9.421.958.430
29.152.987.345
12.306.148.542
9.454.638.007
35.154.571.800
9.491.168.542
9.471.706.157
9.771.825.950
58.529.470.710
10.231.377.215
25.904.802.004
16.596.807.554
12.658.263.070
9.567.332.514
24.498.608.184
20.458.249.721
10.653.589.627
13.719.368.526
29.853.307.449
10.362.825.581
109.460.990.217
22.903.900.521
55.474.365.998
24.798.105.863
81.878.051.727
109.278.034.405
33.553.781.768
35.615.115.317
49.113.055.568
27.617.612.770
DBH PAJAK *)
Nama Daerah
No
39.535.099.820
10.920.004.987
8.263.955.224
109.614.736.629
19.314.445.364
14.193.714.067
8.312.254.552
61.226.869.362
26.558.613.622
26.550.108.773
26.550.108.773
26.550.108.773
26.550.108.773
26.550.108.773
26.550.108.773
26.550.108.773
26.550.108.773
26.752.918.923
40.314.751.888
27.160.042.767
27.155.590.846
26.703.370.827
27.966.661.773
26.550.108.773
26.652.682.182
26.947.723.363
26.576.373.154
DBH SDA**)
740.610.477.000
763.059.843.000
503.427.631.000
1.020.384.603.000
873.552.160.000
589.729.984.000
494.245.071.000
1.290.222.856.000
412.378.255.000
1.200.889.359.000
454.208.196.000
391.843.124.000
380.779.789.000
808.447.825.000
511.089.913.000
634.351.539.000
392.221.911.000
1.083.859.022.000
926.685.197.000
815.508.143.000
984.839.445.000
766.542.999.000
1.199.036.154.000
753.954.218.000
929.380.602.000
970.788.118.000
1.068.868.861.000
DAU
81.421.390.000
91.329.160.000
50.207.800.000
110.525.780.000
87.414.870.000
69.431.380.000
69.929.640.000
63.189.480.000
30.351.360.000
66.182.230.000
32.644.610.000
28.041.850.000
24.742.070.000
31.304.060.000
31.922.300.000
34.980.320.000
30.796.880.000
73.752.100.000
48.566.930.000
61.684.690.000
63.570.200.000
75.196.220.000
78.469.810.000
79.227.860.000
69.707.430.000
65.691.470.000
83.588.340.000
DAK
15.373.220.000
17.756.310.000
26.499.570.000
20.635.150.000
19.071.390.000
19.472.320.000
16.875.820.000
11.969.220.000
DAK TAMBAHAN
OTSUS
-
3.656.000.000
2.673.000.000
528.250.000
2.661.500.000
3.377.160.000
3.351.750.000
3.085.500.000
203.250.000
1.321.500.000
1.105.500.000
159.350.000
3.311.500.000
2.308.500.000
2.286.250.000
957.500.000
216.000.000
TAMSIL**)
82.810.207.000
111.577.899.000
94.243.763.000
62.385.890.000
50.193.242.000
61.954.622.000
37.011.003.000
54.343.932.000
448.297.975.000
86.059.278.000
56.813.880.000
49.244.655.000
190.251.258.000
109.860.678.000
116.212.533.000
69.196.201.000
313.883.234.000
288.163.794.000
289.820.213.000
172.324.164.000
148.470.550.000
354.694.923.000
123.478.379.000
201.272.389.000
254.094.000.000
257.056.929.000
TJ. PROF
-
23.629.261.000
21.943.361.000
23.161.017.000
27.655.721.000
25.208.955.000
DID
-
555.369.350.000
BOS
995.365.537.381
1.019.872.268.032
668.209.117.841
1.380.140.552.905
1.084.110.706.404
781.503.714.599
652.360.945.143
2.091.664.149.831
550.154.208.239
2.083.125.503.872
652.367.314.585
532.235.799.203
533.373.557.709
1.155.249.726.661
711.788.500.595
899.776.958.828
545.752.635.542
1.561.667.180.469
1.371.863.301.956
1.226.644.321.802
1.357.577.559.757
1.081.353.815.411
1.780.099.172.805
1.046.800.519.616
1.291.377.692.399
1.355.717.749.714
1.594.664.548.939
JUMLAH TOTAL
2014
158
27.322.082.187
35.308.531.971
47.632.132.443
171.788.324.852
34.804.491.580
22.544.514.218
28.218.746.125
Provinsi Kalimantan
314
Selatan
18.301.102.918
22.268.395.087
21.692.797.314
23.222.672.770
36.253.197.348
15.218.402.364
25.619.489.465
29.835.374.879
33.617.237.293
58.723.535.729
36.387.513.287
299
143.757.236.325
13.936.890.992
24.589.681.457
Provinsi Kalimantan
Tengah
18.241.998.893
19.199.529.000
11.647.848.227
29.533.317.963
39.180.385.609
DBH PAJAK *)
Nama Daerah
No
153.204.152.537
128.584.341.890
224.502.410.539
777.181.094.564
85.896.932.325
92.596.569.684
37.783.934.501
62.257.387.991
78.534.237.867
36.905.953.061
230.886.273.881
81.909.713.408
37.887.730.528
68.827.576.416
88.290.087.816
117.271.022.733
141.796.779.848
66.449.328.607
264.185.396.087
47.006.987.046
10.800.612.657
35.542.123.336
7.630.289.768
7.296.369.304
7.296.369.304
28.882.944.330
DBH SDA**)
478.093.768.000
512.015.486.000
624.136.721.000
701.725.536.000
545.446.415.000
645.888.942.000
409.309.371.000
424.351.636.000
515.337.253.000
504.013.063.000
585.234.541.000
464.678.658.000
589.449.668.000
778.842.792.000
597.665.464.000
798.733.269.000
514.638.471.000
552.539.111.000
1.152.428.738.000
699.700.430.000
380.125.181.000
557.198.047.000
424.128.392.000
467.557.081.000
670.090.725.000
820.084.062.000
DAU
48.282.940.000
69.374.640.000
26.255.820.000
54.189.940.000
47.966.050.000
51.378.640.000
46.363.570.000
39.994.220.000
53.054.850.000
48.819.520.000
3.791.770.000
45.411.740.000
42.229.350.000
35.696.100.000
50.769.000.000
62.028.230.000
40.857.210.000
43.394.420.000
61.929.830.000
82.076.280.000
50.560.840.000
83.236.410.000
52.687.960.000
47.868.460.000
14.343.830.000
105.652.620.000
DAK
18.211.950.000
14.770.550.000
11.409.700.000
30.014.130.000
12.871.260.000
24.023.180.000
DAK TAMBAHAN
OTSUS
-
1.918.750.000
1.658.250.000
2.490.020.000
159.750.000
2.090.500.000
2.999.000.000
1.413.750.000
829.450.000
3.503.750.000
2.816.000.000
2.059.120.000
1.031.000.000
3.785.500.000
1.833.500.000
1.160.710.000
2.811.370.000
1.947.750.000
1.419.000.000
1.192.280.000
3.797.250.000
3.325.000.000
1.854.750.000
1.007.750.000
2.795.000.000
TAMSIL**)
69.535.191.000
76.314.684.000
89.639.115.000
10.279.736.000
29.971.761.000
15.011.216.000
28.390.744.000
57.217.857.000
22.326.187.000
43.580.621.000
103.669.117.000
68.084.277.000
50.129.734.000
122.573.082.000
36.993.775.000
44.680.879.000
93.744.369.000
13.198.820.000
14.241.287.000
39.718.835.000
59.697.734.000
132.024.180.000
65.383.119.000
TJ. PROF
23.352.481.000
3.000.000.000
DID
-
328.593.450.000
283.547.520.000
BOS
779.253.547.662
828.703.866.108
1.001.828.578.119
2.033.638.095.416
754.082.315.768
845.103.307.771
513.171.728.419
565.666.582.761
700.513.632.181
664.990.795.425
880.551.089.229
665.416.107.287
799.886.354.993
1.013.959.781.145
822.305.023.109
1.138.153.827.020
772.406.137.819
736.333.570.794
1.905.848.720.412
948.536.747.503
481.224.324.649
743.228.776.336
558.603.735.661
595.922.242.531
887.295.720.913
1.079.354.243.293
JUMLAH TOTAL
2014
159
23.210.296.310
93.621.788.327
22.401.547.262
26.124.238.021
81.590.999.852
100.554.899.544
148.887.039.558
122.729.257.862
187.018.814.174
75.948.113.511
35.052.303.403
88.967.077.606
186.337.531.601
62.322.822.806
647.990.705.667
56.489.905.789
118.764.186.479
39.339.045.377
636.707.716.002
47.909.103.670
31.677.300.794
29.179.407.647
21.172.854.299
68.409.700.538
57.279.639.799
18.093.021.120
20.899.217.361
DBH PAJAK *)
Nama Daerah
No
1.091.172.872.248
356.414.921.039
682.601.151.203
698.581.581.316
643.491.964.820
703.709.019.998
640.161.569.700
615.530.410.820
901.550.688.747
786.003.593.186
770.214.733.724
1.773.230.208.176
593.809.768.029
3.175.270.157.606
753.299.943.983
1.035.866.236.742
3.040.543.696.435
410.753.374.946
274.156.199.889
128.465.011.817
128.692.927.337
310.748.836.313
394.695.886.438
332.220.049.975
378.071.035.624
128.465.011.817
128.555.409.257
DBH SDA**)
20.567.986.000
141.922.703.000
204.415.427.000
188.713.598.000
249.949.676.000
614.366.913.000
153.185.776.000
449.982.262.000
308.251.183.000
311.776.974.000
653.156.829.000
565.746.999.000
468.645.135.000
127.010.980.000
332.429.548.000
498.008.861.000
57.312.515.000
426.008.216.000
319.202.334.000
678.176.089.000
389.107.868.000
416.564.087.000
463.309.949.000
444.103.855.000
611.898.456.000
451.127.460.000
485.521.139.000
DAU
8.221.270.000
5.250.580.000
2.216.250.000
3.786.510.000
20.903.180.000
7.989.240.000
7.705.700.000
82.804.510.000
53.401.200.000
15.432.190.000
70.276.770.000
72.361.100.000
10.711.300.000
7.762.700.000
1.383.900.000
15.487.870.000
12.973.910.000
19.966.860.000
48.678.260.000
39.546.660.000
23.710.400.000
1.858.700.000
35.822.460.000
57.481.720.000
48.035.890.000
DAK
12.179.080.000
15.396.330.000
20.402.430.000
16.281.070.000
DAK TAMBAHAN
OTSUS
-
1.341.000.000
932.440.000
210.500.000
1.266.250.000
1.613.250.000
718.500.000
1.558.750.000
3.593.250.000
2.721.000.000
2.820.690.000
2.940.000.000
14.623.500.000
2.836.950.000
3.666.000.000
2.141.000.000
1.387.690.000
1.118.750.000
2.172.000.000
2.303.000.000
2.537.920.000
2.469.970.000
138.000.000
TAMSIL**)
14.076.528.000
38.980.309.000
40.867.901.000
82.394.675.000
182.009.378.000
49.511.781.000
106.432.639.000
74.765.388.000
28.091.953.000
28.454.665.000
40.353.284.000
48.186.724.000
149.976.727.000
42.016.441.000
33.879.837.000
49.446.265.000
25.277.724.000
186.642.892.000
73.938.930.000
48.809.124.000
82.362.541.000
70.785.456.000
39.170.467.000
60.946.509.000
82.377.601.000
TJ. PROF
DID
-
72.981.440.000
351.631.430.000
BOS
1.286.565.356.575
545.129.970.060
949.330.874.465
1.031.144.729.860
1.062.480.075.672
1.645.330.998.860
992.464.666.258
1.368.512.115.994
1.381.240.037.353
1.300.397.473.697
1.558.397.061.127
2.583.920.902.777
1.266.583.649.835
4.187.233.170.273
1.260.058.369.462
1.635.673.540.531
4.087.579.257.437
943.175.771.323
664.675.158.683
1.061.159.956.487
662.709.589.636
847.020.114.960
989.592.072.748
906.247.700.774
1.135.910.039.162
737.670.958.178
762.721.060.377
JUMLAH TOTAL
2014
160
8.019.927.019
9.480.396.512
6.724.295.628
6.899.425.595
357
10.970.365.835
11.652.808.285
8.870.127.340
66.806.486.234
23.940.978.656
171.443.444
1.714.434.456
9.663.531.249
14.850.593.767
22.835.744.673
10.029.408.260
360
9.511.700.003
15.552.736.854
11.769.621.654
356
11.209.311.749
14.295.788.603
35.226.243.793
10.752.556.822
8.502.044.339
12.885.901.172
14.050.729.929
8.733.143.854
70.596.672.428
DBH PAJAK *)
Nama Daerah
No
21.319.211.634
36.563.589.045
1.369.594.345
1.896.858.602
1.999.869.358
428.347.109
1.655.092.513
691.954.633
1.282.137.046
8.816.656.831
7.929.957.753
3.478.214.633
3.090.529.467
3.872.390.036
3.090.529.467
25.519.040.229
4.236.905.530
3.817.080.484
3.732.612.027
3.096.800.493
6.733.388.325
3.157.729.467
3.729.153.303
3.281.958.075
20.298.230.561
DBH SDA**)
794.840.029.000
1.087.885.014.000
324.121.552.000
408.500.750.000
438.955.271.000
456.331.470.000
601.207.484.000
389.548.660.000
734.279.438.000
289.221.846.000
288.406.875.000
400.661.737.000
340.218.976.000
326.625.009.000
340.081.903.000
425.937.354.000
376.334.135.000
476.105.045.000
428.036.855.000
729.213.779.000
469.745.053.000
471.848.315.000
595.565.085.000
485.630.988.000
949.852.622.000
DAU
66.948.230.000
63.942.480.000
53.679.960.000
52.754.060.000
56.964.080.000
39.692.200.000
63.955.900.000
60.407.610.000
42.374.060.000
45.716.370.000
41.528.520.000
49.912.030.000
42.201.940.000
45.002.630.000
37.428.140.000
67.797.590.000
37.483.280.000
53.610.170.000
95.163.720.000
49.614.960.000
52.869.750.000
106.397.410.000
56.058.270.000
58.717.450.000
59.675.060.000
DAK
14.772.750.000
14.164.580.000
14.878.870.000
11.999.700.000
8.339.980.000
12.663.050.000
14.741.540.000
DAK TAMBAHAN
OTSUS
-
3.494.250.000
27.750.000
1.735.750.000
775.750.000
2.713.000.000
1.291.750.000
2.656.750.000
1.055.750.000
321.870.000
1.257.670.000
2.335.830.000
518.250.000
1.248.500.000
1.991.250.000
1.329.720.000
1.125.750.000
1.369.870.000
3.616.750.000
1.848.750.000
159.750.000
TAMSIL**)
-
99.288.483.000
37.136.693.000
77.792.432.000
49.767.183.000
92.990.636.000
96.994.318.000
37.350.797.000
12.048.137.000
15.384.491.000
50.614.787.000
41.894.043.000
21.973.751.000
63.861.216.000
49.980.237.000
54.054.767.000
93.667.575.000
64.226.726.000
151.159.212.000
51.939.914.000
55.294.218.000
143.259.257.000
57.369.294.000
TJ. PROF
22.655.766.000
19.218.244.000
3.000.000.000
23.746.633.000
19.563.185.000
DID
343.285.200.000
126.846.030.000
269.266.300.000
BOS
1.047.431.141.734
1.619.443.197.735
441.078.256.685
553.372.658.887
576.248.639.193
604.293.246.876
777.768.075.762
512.684.879.893
927.617.409.719
363.758.185.426
360.296.009.381
515.404.835.145
443.765.395.486
409.321.310.039
456.749.660.121
586.035.458.083
486.404.876.133
640.400.432.233
615.905.239.849
969.436.745.286
619.290.509.497
663.558.006.806
812.662.495.232
615.581.583.929
1.389.411.819.989
JUMLAH TOTAL
2014
161
171.443.444
171.443.444
94.293.894
77.149.550
15.022.918.570
13.410.072.097
10.434.518.960
5.117.498.554
171.443.444
1.098.493.145
17.089.162.120
15.301.192.510
20.508.326.686
28.504.215.591
Kab. Pangkajene
393
Kepulauan
17.027.333.848
210.525.560
13.490.524.775
19.117.828.597
246.620.317
16.532.287.866
208.231.944
208.158.840
208.158.840
208.158.840
212.727.797
208.158.840
208.158.840
208.158.840
18.129.038.860
17.183.898.510
326.439.990
215.469.171
34.064.465.178
19.599.036.777
217.452.098
14.752.837.282
15.001.376.092
4.787.653.342
14.795.258.302
238.355.333.754
171.443.444
2.285.912.596
16.555.332.894
25.460.734.190
94.293.894
13.521.039.920
171.443.444
171.443.444
12.084.435.165
16.627.335.146
77.149.550
171.443.444
8.962.536.829
13.288.997.621
DBH PAJAK *)
Nama Daerah
No
4.052.369.573
4.758.954.623
3.692.600.831
3.720.220.031
3.817.061.951
6.828.906.031
5.192.474.301
3.692.600.831
3.692.600.831
3.948.383.073
3.961.400.831
3.697.917.695
3.850.601.471
3.692.600.831
40.785.790.577
27.880.793.205
3.107.856.500
7.247.416.633
20.357.964.501
9.408.749.764
7.024.764.712
10.796.778.959
20.452.859.052
9.246.718.876
10.635.127.099
10.584.188.871
3.107.856.500
DBH SDA**)
533.655.220.000
458.019.013.000
629.285.550.000
623.418.990.000
614.598.482.000
573.100.112.000
595.699.150.000
542.150.883.000
746.700.092.000
484.907.285.000
653.897.726.000
950.401.934.000
471.135.015.000
424.570.861.000
1.209.598.741.000
395.447.752.000
153.501.061.000
563.092.455.000
482.416.599.000
660.265.526.000
637.378.278.000
642.281.901.000
286.764.166.000
573.670.222.000
535.154.857.000
455.657.415.000
347.051.160.000
DAU
51.755.940.000
56.078.800.000
56.046.540.000
59.074.820.000
78.426.630.000
51.879.100.000
68.010.320.000
59.325.090.000
80.227.530.000
50.131.700.000
75.444.820.000
86.315.710.000
50.755.420.000
47.287.960.000
72.976.480.000
4.973.950.000
57.308.500.000
63.535.760.000
68.361.350.000
61.697.380.000
66.159.940.000
53.391.820.000
53.585.850.000
61.807.180.000
45.736.610.000
51.361.850.000
DAK
13.730.230.000
13.472.670.000
12.697.950.000
9.841.070.000
12.220.690.000
14.686.520.000
15.898.310.000
10.400.290.000
13.020.770.000
13.923.700.000
10.849.820.000
11.316.510.000
DAK TAMBAHAN
OTSUS
-
717.930.000
2.503.750.000
2.142.500.000
1.987.750.000
5.977.750.000
2.549.750.000
1.285.500.000
1.140.750.000
577.500.000
1.197.000.000
1.005.000.000
2.296.250.000
3.797.250.000
2.185.000.000
1.468.500.000
4.065.750.000
1.830.000.000
3.598.500.000
3.473.000.000
3.775.250.000
2.019.000.000
TAMSIL**)
95.364.599.000
63.375.993.000
112.371.704.000
94.873.905.000
84.883.687.000
68.863.297.000
79.894.311.000
74.953.191.000
142.715.623.000
95.530.424.000
138.608.723.000
217.183.981.000
67.264.917.000
51.832.576.000
25.909.904.000
19.059.852.000
60.064.418.000
26.882.035.000
69.089.821.000
134.368.338.000
82.441.339.000
30.578.306.000
74.083.734.000
38.059.384.000
38.144.113.000
33.746.009.000
TJ. PROF
-
26.687.187.000
22.191.245.000
21.883.191.000
3.000.000.000
19.225.406.000
22.829.854.000
19.041.986.000
3.000.000.000
22.625.623.000
27.588.057.000
22.317.301.000
3.000.000.000
25.156.543.000
DID
-
922.401.630.000
BOS
705.544.614.099
611.472.341.973
846.098.832.791
847.972.543.419
820.844.544.639
722.139.902.468
762.497.305.636
711.586.373.014
999.705.653.181
674.630.218.877
914.668.000.598
1.292.762.501.018
609.510.281.661
543.493.054.284
2.508.525.114.673
465.307.857.057
186.859.511.948
713.456.072.037
645.417.437.042
839.191.328.778
897.271.964.498
860.688.096.297
420.032.774.866
769.161.116.466
675.309.126.708
578.207.837.936
457.642.071.879
JUMLAH TOTAL
2014
162
208.158.840
208.158.840
208.158.840
212.727.797
-
16.249.828.460
94.918.001.152
14.016.197.222
48.506.967.480
10.019.027.456
27.932.220.882
254.762.198
14.417.963.450
9.223.324.516
54.962.212.272
15.183.977.448
9.514.671.311
22.295.311.325
10.644.979.448
21.942.745.777
12.590.295.144
13.323.073.801
13.285.856.445
10.136.807.609
Provinsi Sulawesi
414
Tenggara
11.404.794.043
28.117.193.533
14.153.464.377
20.781.618.052
208.158.840
243.486.013
13.418.595.611
62.045.767.347
208.158.840
17.749.708.464
3.972.627.302
1.461.880.542
13.761.539.989
14.690.082.928
DBH PAJAK *)
Nama Daerah
No
10.347.754.680
19.612.484.635
27.077.425.062
10.456.118.091
10.347.754.680
11.741.117.278
33.042.262.147
17.569.233.454
15.909.075.931
58.848.029.326
4.018.503.849
1.307.877.246
944.009.687
2.006.891.646
7.070.247.129
1.229.333.886
3.109.360.560
17.957.116.214
38.453.390.380
4.157.584.511
3.692.600.831
3.692.600.831
30.810.592.111
3.799.578.163
3.692.655.935
3.695.288.831
4.250.999.231
DBH SDA**)
387.267.035.000
414.006.948.000
581.807.666.000
465.583.877.000
611.179.529.000
689.447.643.000
454.342.506.000
584.033.036.000
601.624.424.000
1.053.636.011.000
176.375.604.000
383.392.281.000
438.577.823.000
603.283.761.000
463.324.979.000
457.679.754.000
776.214.122.000
448.417.228.000
462.819.314.000
449.242.430.000
1.114.853.212.000
426.405.955.000
631.247.160.000
486.447.423.000
565.195.363.000
569.126.996.000
521.628.340.000
DAU
56.801.230.000
62.016.600.000
85.749.870.000
41.601.960.000
55.353.980.000
68.092.950.000
68.059.090.000
70.237.930.000
70.061.050.000
58.750.010.000
53.813.540.000
58.014.320.000
67.366.890.000
58.108.650.000
57.028.570.000
50.585.710.000
67.834.880.000
55.595.030.000
36.481.000.000
64.792.920.000
32.485.350.000
63.351.730.000
58.947.980.000
64.132.720.000
43.719.300.000
55.315.050.000
DAK
14.754.730.000
15.783.520.000
20.206.880.000
13.082.110.000
14.663.020.000
13.854.370.000
9.331.120.000
17.811.940.000
12.986.640.000
12.638.450.000
10.708.390.000
18.195.300.000
DAK TAMBAHAN
OTSUS
-
2.014.250.000
1.620.000.000
2.499.750.000
2.538.000.000
1.371.560.000
1.412.520.000
2.226.000.000
1.359.000.000
2.976.020.000
849.000.000
5.329.290.000
1.485.120.000
2.431.200.000
1.497.000.000
2.432.160.000
236.250.000
1.776.060.000
2.190.000.000
1.703.250.000
2.273.270.000
1.833.700.000
1.963.500.000
1.272.640.000
1.656.660.000
704.000.000
TAMSIL**)
41.525.756.000
39.299.022.000
60.368.369.000
86.869.741.000
109.106.304.000
130.008.735.000
67.062.451.000
81.296.382.000
91.222.155.000
26.397.492.000
30.133.909.000
62.311.826.000
117.653.395.000
75.182.333.000
59.751.931.000
89.959.839.000
63.805.542.000
71.094.411.000
316.829.383.000
102.288.291.000
130.324.704.000
74.761.608.000
94.028.199.000
106.392.484.000
100.332.151.000
TJ. PROF
-
20.575.030.000
19.341.246.000
19.508.469.000
21.301.307.000
2.000.000.000
22.270.516.000
22.579.561.000
DID
-
312.101.440.000
158.450.380.000
BOS
522.847.563.289
586.199.461.080
791.033.033.863
619.639.991.235
809.301.873.457
924.430.054.726
666.368.866.472
798.181.741.765
832.132.379.379
1.538.297.702.598
216.863.924.365
511.425.210.779
590.549.832.730
820.146.741.096
640.603.277.181
602.983.603.263
1.016.528.043.442
654.372.178.467
693.848.918.700
576.903.031.573
1.597.567.545.823
583.163.884.131
942.566.500.471
638.902.586.972
746.663.465.239
741.596.779.061
697.453.960.762
JUMLAH TOTAL
2014
163
3.340.147.976
3.609.437.080
1.182.848.640
2.933.403.033
165.822.656.403
59.465.447.975
16.510.422.372
30.443.756.993
8.588.255.840
2.694.013.117
12.909.196.147
43.405.237.215
28.789.814.676
19.207.214.945
27.271.142.072
38.147.077.401
3.986.904.558
2.190.604.200
7.971.818.995
50.912.478.129
17.956.857.512
18.925.089.505
11.745.641.725
4.493.919.543
12.755.421.426
14.534.378.026
8.261.378.634
68.225.850.419
417.518.497
457.214.025
14.745.512.859
84.758.188.792
417.518.497
21.970.222.682
82.673.324.994
439
417.518.497
20.338.565.748
16.328.717.569
417.518.497
24.243.169.762
17.594.717.361
456.586.380
417.518.497
6.929.247.881
5.899.406.998
11.076.796.147
14.508.634.622
DBH PAJAK *)
Nama Daerah
No
8.350.049.428
76.331.526.971
8.350.049.428
8.350.049.428
12.999.697.369
8.350.076.308
8.350.049.428
8.600.913.748
9.551.581.631
10.261.379.526
38.743.387.677
402.414.486
402.414.486
402.414.486
402.414.486
402.414.486
402.414.486
402.414.486
402.414.486
402.414.486
3.155.937.859
25.026.425.445
11.413.194.475
29.362.060.815
19.308.168.348
DBH SDA**)
339.993.327.000
349.283.834.000
410.483.310.000
564.661.391.000
724.963.659.000
1.039.124.622.000
865.423.847.000
685.318.844.000
521.667.743.000
771.058.947.000
980.390.340.000
615.961.906.000
719.621.530.000
474.427.796.000
614.793.461.000
484.825.804.000
626.674.608.000
854.532.248.000
486.381.005.000
324.815.695.000
832.297.473.000
97.698.630.000
223.177.156.000
366.551.466.000
441.295.580.000
438.746.757.000
DAU
43.992.850.000
44.717.880.000
33.992.090.000
52.222.910.000
66.038.060.000
101.042.760.000
66.403.040.000
58.946.380.000
51.626.440.000
73.107.750.000
54.663.430.000
24.642.780.000
58.514.490.000
42.267.390.000
60.473.980.000
43.546.330.000
44.882.840.000
64.898.210.000
43.195.920.000
551.160.000
41.600.750.000
5.486.520.000
53.513.420.000
45.974.050.000
53.527.880.000
DAK
9.175.880.000
11.382.060.000
15.206.730.000
22.714.290.000
14.518.060.000
11.766.670.000
14.374.880.000
17.837.590.000
11.347.510.000
8.741.230.000
14.211.440.000
DAK TAMBAHAN
OTSUS
-
773.500.000
1.632.000.000
2.154.500.000
1.358.900.000
2.709.750.000
1.194.750.000
3.137.500.000
1.449.000.000
2.025.500.000
1.289.750.000
2.998.250.000
1.329.750.000
713.250.000
790.250.000
1.904.500.000
1.016.500.000
1.930.120.000
1.110.000.000
1.104.000.000
2.073.750.000
1.801.000.000
2.074.000.000
TAMSIL**)
45.005.588.000
34.097.973.000
78.094.218.000
119.413.450.000
115.120.871.000
218.799.196.000
178.325.531.000
120.522.888.000
70.734.806.000
132.869.333.000
182.110.933.000
157.721.676.000
88.673.765.000
139.072.771.000
94.906.804.000
157.117.802.000
217.990.974.000
70.094.513.000
130.516.028.000
14.117.604.000
23.630.460.000
22.355.621.000
18.648.374.000
36.394.601.000
TJ. PROF
-
22.052.555.000
22.809.994.000
3.000.000.000
22.763.285.000
19.943.276.000
23.311.379.000
DID
-
459.073.400.000
380.385.340.000
BOS
459.866.354.826
563.041.115.386
546.522.876.692
800.708.757.176
985.715.106.309
1.461.227.411.942
1.214.644.206.341
912.630.465.499
685.204.791.600
1.031.279.391.019
1.690.303.596.888
928.972.161.977
960.673.351.665
623.807.351.552
838.536.656.259
643.023.338.344
875.160.208.888
1.172.667.290.559
618.945.361.238
540.496.142.958
1.425.376.487.379
119.015.574.892
284.323.968.443
474.184.209.356
560.330.929.437
575.339.642.495
JUMLAH TOTAL
2014
164
166.770.092
4.848.799.887
4.791.791.917
56.936.519.467
13.268.021.570
22.730.616.574
7.896.988.518
8.034.178.935
393.201.798
614.914.461
8.213.150.725
8.828.690.047
166.770.092
300.292.358
8.964.409.429
9.416.592.874
166.770.092
10.928.869.933
20.095.908.941
243.712.980
227.034.183
313.722.824
166.770.092
190.031.737
13.317.018.126
11.713.405.170
414.648.367
7.049.703.987
431.567.622
184.540.587
206.713.246
290.111.399
1.644.949.046
7.281.854.561
11.243.944.339
602.695.838
8.872.435.634
10.474.232.346
9.844.183.132
11.627.015.392
234.254.921
10.184.382.366
626.055.421
9.976.684.856
197.077.152
3.335.401.847
7.574.158.506
67.802.415.535
DBH PAJAK *)
Nama Daerah
450
No
20.378.040.011
5.100.575.520
11.132.000.183
1.296.444.020
565.172.479
686.883.775
1.060.167.679
1.134.222.079
1.438.951.231
511.412.479
719.065.855
511.412.479
2.469.118.111
1.662.343.871
1.176.316.159
884.372.479
549.467.518
938.441.599
783.365.503
711.092.479
1.167.297.919
511.412.479
1.380.685.429
1.438.092.296
796.243.968
3.485.319.424
DBH SDA**)
848.638.632.000
487.859.601.000
1.019.704.312.000
285.088.668.000
314.254.688.000
421.442.287.000
302.033.721.000
413.582.665.000
381.411.361.000
442.388.310.000
361.623.423.000
598.804.801.000
506.713.353.000
658.897.183.000
561.028.322.000
350.946.291.000
553.376.947.000
410.643.171.000
507.725.930.000
388.625.200.000
598.332.549.000
531.905.134.000
546.281.332.000
349.381.471.000
510.220.213.000
1.131.687.590.000
DAU
79.024.340.000
88.681.950.000
70.134.160.000
59.315.150.000
60.619.330.000
47.199.820.000
57.779.650.000
53.814.920.000
70.708.820.000
68.124.580.000
61.439.470.000
77.111.260.000
79.221.340.000
55.844.720.000
47.110.780.000
57.200.420.000
51.185.280.000
84.916.470.000
51.502.280.000
71.364.090.000
63.399.410.000
51.722.470.000
82.491.950.000
83.203.560.000
74.235.910.000
DAK
18.790.490.000
15.370.890.000
10.005.250.000
15.999.210.000
11.365.610.000
14.151.130.000
14.968.790.000
21.325.970.000
15.408.880.000
13.373.610.000
15.476.900.000
15.796.710.000
11.159.470.000
12.405.540.000
12.877.300.000
24.514.740.000
12.731.470.000
13.715.810.000
11.196.220.000
11.458.790.000
13.171.310.000
15.525.840.000
DAK TAMBAHAN
OTSUS
10.664.190.000
5.735.750.000
321.000.000
1.935.000.000
1.944.190.000
2.011.750.000
778.750.000
1.770.750.000
4.649.110.000
2.233.420.000
2.702.060.000
6.965.500.000
3.248.250.000
1.965.010.000
2.786.750.000
2.237.250.000
4.256.000.000
2.040.060.000
3.857.250.000
3.482.140.000
2.417.430.000
4.752.000.000
4.583.240.000
TAMSIL**)
-
68.730.792.000
41.974.893.000
50.102.952.000
15.202.947.000
51.318.470.000
13.120.218.000
38.563.948.000
46.438.097.000
95.173.327.000
34.664.992.000
127.517.782.000
46.923.720.000
80.509.232.000
52.918.743.000
40.203.207.000
79.904.196.000
36.241.573.000
55.340.795.000
45.809.450.000
76.235.695.000
71.213.233.000
84.616.684.000
43.255.662.000
47.135.915.000
TJ. PROF
DID
227.306.730.000
716.042.300.000
BOS
1.068.957.100.585
657.991.681.090
1.385.534.721.650
343.214.855.937
404.419.041.549
560.358.272.534
384.855.045.289
535.433.969.587
508.449.221.754
644.473.834.711
491.905.540.376
808.536.144.512
660.388.761.136
854.635.935.778
703.573.792.265
459.733.482.833
717.898.832.479
521.589.410.747
688.218.246.095
510.894.683.951
774.751.129.972
693.624.676.270
709.706.722.841
502.690.699.223
671.638.773.976
1.996.588.936.806
JUMLAH TOTAL
2014
165
43.753.155.898
15.218.101.783
7.402.381.093
12.371.977.865
9.163.530.698
33.911.599.509
17.988.652.609
17.483.452.745
249.463.714.439
22.787.469.901
15.063.681.624
308.851.687.582
5.606.789.682
8.013.541.406
19.873.470.400
9.967.114.625
19.403.834.497
15.453.815.468
13.755.027.410
23.535.186.236
14.652.981.066
47.257.041.105
15.649.957.353
25.677.519.047
14.140.663.687
13.856.817.585
11.648.273.970
DBH PAJAK *)
Nama Daerah
No
38.396.893.025
738.190.224.535
63.599.426.457
28.071.568.891
30.538.448.816
27.908.036.611
406.107.926.469
13.268.941.065
18.357.300.965
47.731.812.621
48.340.162.081
18.932.122.142
19.183.495.332
82.237.304.640
18.163.644.005
18.808.220.432
40.449.057.976
75.924.233.098
17.162.560.665
8.691.576.544
1.970.848.096
6.518.740.701
5.763.475.612
1.972.466.510
1.970.848.096
15.527.685.891
1.970.848.096
DBH SDA**)
643.898.180.000
582.498.865.000
1.161.464.820.000
608.581.629.000
597.199.562.000
525.097.245.000
1.991.202.341.100
127.680.329.000
323.758.154.000
422.491.517.000
524.814.372.000
339.809.267.000
497.417.022.000
372.886.814.000
536.443.879.000
410.351.504.000
392.180.412.000
906.623.550.000
362.524.010.000
483.431.553.000
311.236.553.000
469.996.166.000
436.637.414.000
495.911.700.000
601.627.489.000
392.051.367.000
399.953.093.000
DAU
66.646.810.000
63.567.800.000
154.868.680.000
103.979.500.000
65.499.130.000
55.772.490.000
120.505.640.000
7.500.260.000
77.850.060.000
58.889.940.000
48.965.100.000
63.325.900.000
49.139.160.000
58.574.140.000
59.724.230.000
56.550.830.000
53.023.530.000
74.623.090.000
69.525.730.000
86.571.110.000
37.646.940.000
54.912.100.000
51.196.040.000
52.504.700.000
45.444.830.000
46.468.860.000
57.677.580.000
DAK
14.085.950.000
17.823.760.000
38.944.350.000
19.836.330.000
9.921.060.000
9.039.750.000
14.374.520.000
9.247.690.000
12.410.710.000
15.733.510.000
13.649.590.000
9.528.090.000
12.404.500.000
21.052.500.000
7.598.930.000
9.529.450.000
10.726.940.000
9.586.130.000
DAK TAMBAHAN
-
4.777.070.560.000
OTSUS
3.107.000.000
324.750.000
5.407.000.000
1.624.500.000
1.049.250.000
1.011.000.000
1.956.750.000
3.859.500.000
1.430.000.000
2.826.000.000
1.007.250.000
2.921.960.000
2.423.750.000
3.066.910.000
2.632.880.000
201.750.000
1.611.000.000
3.218.250.000
1.280.250.000
3.307.500.000
10.118.400.000
5.123.250.000
5.079.000.000
4.616.940.000
3.342.750.000
TAMSIL**)
46.146.145.000
31.170.916.000
49.327.113.000
50.007.680.000
48.199.964.000
34.596.271.000
19.062.840.000
10.855.053.000
34.147.182.000
37.097.066.000
48.732.004.000
38.806.355.000
34.323.754.000
82.776.610.000
43.212.484.000
23.663.119.000
15.895.740.000
19.978.032.000
27.492.128.000
14.823.231.000
13.246.500.000
31.802.071.000
129.315.671.000
24.770.798.000
31.255.109.000
TJ. PROF
DID
-
345.040.400.000
154.892.720.000
BOS
830.269.630.634
1.683.040.029.974
1.507.522.988.966
829.584.660.636
764.224.574.717
669.408.034.235
7.948.778.555.151
174.130.159.747
449.830.609.371
601.367.942.021
689.298.224.578
496.003.117.767
619.308.309.742
582.131.298.108
723.067.299.241
560.292.519.498
537.127.046.329
1.259.522.384.203
488.287.071.363
635.314.999.409
387.029.100.189
572.374.769.484
570.244.435.510
612.181.791.197
809.115.357.143
504.670.054.861
508.056.197.681
JUMLAH TOTAL
2014
166
26.828.403.087
24.299.083.199
12.401.843.526
41.950.123.249
8.319.117.027
9.321.141.196
10.343.537.666
8.968.809.424
12.253.614.335
14.047.732.826
12.851.810.267
10.455.718.695
166.600.614.578
148.931.551.011
39.447.283.542
37.813.813.725
22.594.562.078
23.926.362.174
22.329.466.322
17.727.108.522
19.030.508.281
20.420.720.034
30.863.770.986
19.316.675.372
18.835.313.681
13.181.464.339
15.719.555.825
DBH PAJAK *)
Nama Daerah
No
28.679.724.724
16.911.415.706
90.771.783.166
672.533.024.421
27.898.730.491
27.898.730.491
27.898.730.491
27.898.730.491
27.898.730.491
27.898.730.491
27.898.730.491
27.898.730.491
51.757.451.778
27.898.730.491
30.861.486.707
32.644.919.010
28.142.767.627
51.586.896.799
29.843.364.091
30.984.151.291
34.940.752.891
38.729.186.165
69.944.222.698
27.898.730.491
27.898.730.491
32.736.915.451
34.716.950.011
DBH SDA**)
626.893.988.000
426.037.888.000
473.691.257.000
1.122.264.659.000
405.595.790.000
636.141.574.000
722.726.455.000
462.108.590.000
506.372.604.000
594.234.876.000
567.217.623.000
554.042.420.000
650.844.607.000
409.397.485.000
467.780.810.000
822.115.038.000
728.591.348.000
740.002.449.000
661.680.651.000
784.449.474.000
606.920.946.000
500.546.216.000
667.002.043.000
624.312.379.000
469.840.515.000
632.414.392.000
508.843.453.000
DAU
53.399.520.000
55.155.510.000
62.212.050.000
61.215.730.000
69.323.660.000
115.471.040.000
116.286.770.000
69.838.410.000
94.728.540.000
132.557.380.000
115.523.040.000
105.700.670.000
58.866.700.000
85.798.620.000
48.642.950.000
77.013.570.000
74.803.490.000
66.284.590.000
134.631.230.000
140.512.710.000
89.638.500.000
85.323.760.000
56.454.580.000
52.060.640.000
66.838.450.000
119.407.740.000
90.407.210.000
DAK
20.647.520.000
10.453.600.000
13.083.610.000
37.614.880.000
15.491.610.000
15.120.710.000
25.403.150.000
22.281.350.000
22.858.820.000
13.897.810.000
8.037.830.000
11.690.650.000
13.895.060.000
22.298.170.000
12.367.020.000
23.998.770.000
20.775.730.000
16.242.020.000
14.779.540.000
12.333.460.000
12.087.900.000
17.102.580.000
20.803.530.000
DAK TAMBAHAN
-
2.047.315.954.000
OTSUS
-
1.319.070.000
1.017.000.000
1.270.250.000
102.750.000
1.221.750.000
71.500.000
1.737.000.000
1.150.500.000
443.250.000
129.750.000
1.818.000.000
1.760.250.000
2.354.750.000
2.400.000.000
218.250.000
1.095.250.000
2.072.250.000
1.047.750.000
3.872.700.000
1.944.890.000
1.051.500.000
TAMSIL**)
33.416.237.000
40.080.046.000
61.953.099.000
15.105.968.000
11.104.372.000
16.076.032.000
24.278.908.000
13.507.160.000
71.387.176.000
26.463.008.000
41.953.420.000
11.807.788.000
39.243.844.000
23.855.480.000
15.396.796.000
47.452.431.000
12.569.640.000
10.643.280.000
12.804.576.000
13.225.612.000
22.842.170.000
10.995.112.000
110.710.743.000
26.009.487.000
16.323.868.000
6.101.591.000
TJ. PROF
DID
-
124.213.930.000
BOS
781.522.353.449
578.649.143.248
859.477.510.177
4.194.246.661.999
540.055.217.186
816.622.636.758
934.650.600.317
611.869.862.826
668.333.553.915
862.975.350.157
769.148.142.687
760.902.927.518
830.942.480.027
582.778.353.017
608.517.988.881
986.014.695.088
925.587.289.826
912.038.998.886
878.742.653.613
1.012.951.357.613
783.460.800.925
681.251.380.446
837.093.843.070
849.718.963.477
623.455.286.172
834.756.551.276
674.054.198.350
JUMLAH TOTAL
2014
167
8.237.684.710
539
323
JUMLAH DAERAH
7.441.774.701
7.272.794.697
19.506.140.425
18.463.747.259
31.189.549.172
34.811.203.772
86.614.243.822
20.695.550.746
17.485.901.284
14.721.643.385
DBH SDA**)
91.403.520.000
85.432.173.000
494.724.124.000
377.464.887.000
561.572.509.000
373.039.643.000
576.627.839.000
591.036.221.000
396.040.495.000
420.363.515.000
DAU
8.467.420.000
4.737.640.000
69.152.440.000
61.978.050.000
53.083.940.000
55.296.190.000
53.484.710.000
80.560.460.000
55.336.800.000
45.538.650.000
DAK
16.194.260.000
10.651.140.000
8.201.300.000
8.135.680.000
12.747.450.000
18.061.370.000
8.856.800.000
DAK TAMBAHAN
OTSUS
-
996.000.000
996.000.000
192.190.000
1.876.970.000
2.124.750.000
2.088.000.000
1.236.000.000
2.364.500.000
2.113.750.000
TAMSIL**)
56.927.620.000
9.065.540.000
5.944.307.000
22.839.683.000
76.457.784.000
23.578.758.000
23.110.495.000
15.208.968.000
40.829.786.000
60.301.587.000
TJ. PROF
DID
-
BOS
-
173.474.019.411
115.344.638.987
620.351.240.535
507.300.150.245
756.459.149.750
518.807.301.775
933.161.807.628
765.468.595.280
554.262.604.137
571.553.177.566
JUMLAH TOTAL
2014
538
539
528
183
429
505
99
34
539
39.237.603.580.856 2.213.999.999.987 60.560.606.544.471 341.219.325.651.000 30.200.000.000.000 2.800.000.000.000 -13.648.773.028.000 945.865.970.000 56.136.316.551.000 1.387.800.000.000 23.229.660.670.000 571.579.951.995.314
7.840.491.290
PAGU TOTAL
14.637.779.110
24.077.097.578
15.902.642.986
21.821.077.003
38.670.025.534
178.489.069.806
28.514.032.181
33.348.321.853
DBH PAJAK *)
Nama Daerah
No
168
169