Definisi
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru,
mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) dan metastasis
tumor di paru. Metastasis tumor di paru adalah tumor yang tumbuh sebagai
akibat penyebaran (metastasis) dari tumor primer organ lain. Definisi khusus
untuk kanker paru primer yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus.
Meskipun jarang dapat ditemukan kanker paru primer yang bukan berasal dari
epitel bronkus misalnya bronchial gland tumor. Tumor paru jinak yang sering
adalah hamartoma.
Tumor paru adalah suatu jenis tumor yang sulit di sembuhkan, tumor ini
tumbuh di organ paru-paru. Tumor paru diakibatkan oleh sel yang membelah
dan tumbuh tidak terkendali di bagian organ paru-paru. Proses keganasan pada
epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang
terjadi pada masa pra kanker disebut metaplasia skuamosa yang ditandai
dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia.
Kanker
Menurut Yale Journal of Biology and Medicine tahun 2006, ada tiga tahapan
sel normal berubah menjadi sel ganas (kanker).
1. Tahap prakasa (initiation phase), tahap ini memiliki ciri-ciri terjadinya
perubahan gen dari sel normal menjadi sel kanker.
2. Tahap promosi (promotion phase), yaitu tahapan perkembangan tumor
yang biasanya dipicu oleh sel-sel abnormal yang berhasil hidup (survive)
dan terus membelah diri.
3. Tahap progresi (progression phase), tahapan ketika terjadi pertumbuhan
tak terkendali sel-sel abnormal tersebut sehingga ukuran tumor menjadi
sangat besar dan atau sel-sel kanker mulai menyebar ke jaringan atau
organ lain.
Keterangan:
1. Sel-sel yang tubuh sebagai tumor jinak di jaringan epitel.
2. Sel-sel tumor yang menerobos lamina basalis.
3. Sel tumor menyerang pembuluh kapiler (perjalanan melalui aliran darah)
kurang dari 1 di dalam 1.000 selakan bertahan dan bermetastasis
4. Sel tumor melekat atau menempel di dinding pembuluh darah di hati.
5. Sel mulai keluar dari pembuluh darah.
6. Sel berkembangbiak dan bermetastasis di salam hati.
Klasifikasi
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru-paru (1977):
Karsinoma Bronkogenik
a. Karsinoma epidermoid (skuamosa). Kanker ini berasal dari
permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia,
atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas
mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan
menonjol
jarang
(termasuk
karsinoma
sel
alveolar).
merokok.
Adenokarsinoma
Adenokarsinoma berkembang dari sel-sel yang ada di sepanjang
4
paru.
Cell Carcinoma Besar
Kanker jenis ini cenderung tumbuh lebih cepat.
Klasifikasi histologist WHO 1999 untuk tumor paru dan tumor pleura : Epithelia
tumors
1. Benign
2. Preinsasive
3. Malignant
4. Large cell carcinoma
5. Adenosquamous carcinoma
6. Carcinoma woth pleomorphic sarcomatoid or sarcomatous element
7. Carcinoid tumor
8. Carcinomas of salicary gland tyepe
Klasifikasi/Stadium
Tingkatan (staging) kanker paru ditentukan oleh tumor (T), keterlibatan
kelenjar getah bening (N) dan penyebaran jauh (M). Beberapa pemeriksaan
tambahan harus dilakukan dokter spesialis paru untuk menentukan staging
penyakit. Pada pertemuan pertama akan dilakukan foto toraks (foto polos
dada). Jika pasien membawa foto yang telah lebih dari 1 minggu pada
umumnya akan dibuat foto yang baru. Foto toraks hanya dapat metentukan
lokasi tumor, ukuran tumor, dan ada tidaknya cairan. Foto toraks belum dapat
dirasakan cukup karena tidak dapat menentukan keterlibatan kelenjar getah
bening dan metastasis luar paru.
kelenjar getah bening di sisi yang sama atau pun sisi berlawanan dari
tumor tersebut.
6. Stadium IV, merupakan tahap kanker yang ditemukan lebih dari satu
lobus paru-paru yang sama, atau di paru-paru yang lain. Sel-sel kanker
telah menyebar juga ke organ tubuh lainnya, misalnya ke otak, kelenjar
adrenalin, hati, dan tulang.
Stadium
Occult
TNM
Tx N0 M0
Carcinom
a
0
IA
IB
IIA
IIB
IIIA
Tis
T1
T2
T1
T2
T1
N0
N0
N0
N1
N1
N2
M0
M0
M0
M0
M0, T3 N0 M0
M0, T2 N2 M0, T3 N1 M0, T3 N2
M0
IIIB
Sebarang T N3 M0, T4 sebarang N M0
IV
Sebarang T sebarang N M1
Tabel 1. Stadium tumor paru
Keterangan TNM untuk Kanker Paru :
1. T: Tumor Primer
To: Tidak ada bukti ada tumor primer
Tx: Tumor primer sulit dinilai, atau tumor primer terbukti dari penemuan
sel tumor ganas pada sekret bronkopulmoner tetapi tidak tampak
secara radiologis atau bronkoskopis.
Tis: Karsinoma in situ.
T1: Tumor dengan garis tengah terbesar tidak melebihi 3 cm, dikelilingi
oleh jaringan paru atau pleura viseral dan secara bronkoskopik invasi
tidak lebih proksimal dari bronkus lobus (belum sampai ke bronkus
utama). Tumor sembarang ukuran dengan komponen invasif terbatas
pada dinding bronkus yang meluas ke proksimal bronkus utama.
T2 : Setiap tumor dengan ukuran atau perluasan sebagai berikut :
a) Garis tengah terbesar lebih dari 3 cm
(termasuk
tumor
sulkus
superior),
diafragma,
pleura
Etiologi
1. Merokok
protein dengan berat molekul 53 kDa. Gen p53 juga berfungsi mendeteksi
kerusakan DNA, menginduksi reparasi DNA.
epidermoid ( sel skuamosa ). Karsinoma sel kecil ( sel oat ), karsinoma sel
besar ( tak terdeferensiasi ) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan karsinoma
sel kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial.Karsinoma sel
kecil umumnya terbentuk dijalan napas utama bronkial.Karsinoma sel besar
dan adenokarsinoma umumnya tumbuh dicabang bronkus perifer dan
alveoli.Karsuinoma sel besar dan karsinoma sel oat tumbuh sangat cepat
sehigga mempunyai progrosis buruk.Sedangkan pada sel skuamosa dan
adenokar.Paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut dan letaknya
di dalam rongga dada atau toraksinoma prognosis baik karena pertumbuhan
sel ini lambat.
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar.Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala gejala yang timbul dapat berupa
batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat
terdengar pada auskultasi.Pada stadium lanjut, penurunan berat badan
biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati.Kanker paru
dapat bermetastase ke struktur struktur terdekat seperti kelenjar limfe,
dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
Manifestasi Klinis
Telah ditemukan bahwa 90-95% pasien dengan kanker paru mengalami
gejala (simtomatik) saat didiagnosis (Shields 1994).Tanda dan gejala klinis
bergantung pada ukuran dan lokasi tumor, luasnya penyebaran ke struktur
yang berdekatan atau jauh, dan munculnya gejala hormonal yang
berhubungan.
11
Gejala kanker paru yang paling sering adalah batuk, kemungkinan akibat
iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Individu sering mengabaikan gejala
ini dan menghubungkannya dengan merokok.Batuk muncul pada sebagian
besar dan banyak yang mengalami infeksi saluran napas atas persisten atau
pneumonia akibat obstruksi bronkial.Batuk mulai sebagai batuk kering
(hacking), tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana
dibentuk sputum yang kental, purulent dalam berespons terhadap infeksi
sekunder.Batuk yang karakternya berubah membangkitkan kecurigaan
terhadap kanker paru.
Manifestasi paru lainnya mencakup hemoptysis, dispnea, abses paru, dan
mengi (Maddaus & Ginsberg 1995).Mengi tampak pada sekitar 20% pasien
dengan kanker paru.Mengi dapat terjadi ketika bronkus menjadi tersumbat
sebagian oleh tumor.Pasien sering membatukkan sputum yang bersemu darah,
terutama pada pagi hari.sputum menjadi berwarna darah karena sputum
melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi.Pada beberapa pasien,
demam kambuhan terjadi sebagai gejala dini dalam berespons terhadap infeksi
yang menetap pada area pneumonitis ke arah distal tumor.Pada kenyataannya,
kanker paru harus dicurigai pada individu yang mengalami infeksi saluran
pernapasan atas berulang yang tidak sembuh-sembuh.Nyeri adalah manifestasi
akhir dan sering ditemukan berhubungan dengan metastasis ke tulang.
Jika tumor menyebar ke struktur yang berdekatan dank e nodus limfe
regional, pasien dapat menunjukkan nyeri dada dan sesak, serak (menyerang
saraf laringeal) disfagia, edema kepala dan leher, dan gejala-gejala efusi pleura
atau perikardial.Tempat metastasis yang paling umum adalah nodus limfe,
tulang, otak, paru kontralateral, dan kelenjar adrenal.
Gejala nonspesifik (gejala umum) yang berhubungan dengan kanker paru
mencakup kehilangan berat badan, anoreksia, dan malaise.Gejala ini tampak
pada akhir penyakit.
Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2003), gambaran klinik
penyakit kanker paru tidak banyak berbeda dari penyakit paru lainnya, terdiri
dari keluhan subyektif dan gejala obyektif. Dari anamnesis akan didapat
12
keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktorfaktor lain yang sering
sangat membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utama dapat berupa :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat
metastasis di luar paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di
otak, pembesaran hepar atau patah tulang kaki.
Gejala dan keluhan yang tidak khas seperti :
1)
Berat badan berkurang
2)
Nafsu makan hilang
3)
Demam hilang timbul
4)
Sindrom paraneoplastik, seperti "Hypertrophic pulmonary
osteoartheopathy", trombosis vena perifer dan neuropatia.
Menurut Price (1995), gejala umum pada klien dengan Ca paru antara
lain yaitu:
1) Batuk
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk
kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana
dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi
sekunder.
2) Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor
yang mengalami ulserasi.
3) Anoreksia
4) Lelah
5) Berkurangnya berat badan
Pemeriksaan Diagnostik
13
Gambaran Radiologis
Hasil pemeriksaan radiologis adalah salah satu pemeriksaan
penunjang yang mutlak dibutuhkan untuk menentukan lokasi tumor
primer dan metastasis, serta penentuan stadium penyakit berdasarkan
sistem TNM. Pemeriksaan radiologi paru yaitu Foto toraks PA/lateral,
bila mungkin CT-scan toraks, bone scan, Bone survey, USG abdomen
dan Brain-CT dibutuhkan untuk menentukan letak kelainan, ukuran
tumor dan metastasis.
a
Foto thorax
Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral akan dapat dilihat
bila masa tumor dengan ukuran tumor lebih dari 1 cm. Tanda yang
mendukung keganasan adalah tepi yang ireguler, disertai identasi
pleura, tumor satelit tumor, dll. Pada foto tumor juga dapat
ditemukan telah invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi perikar
dan metastasis intrapulmoner.Sedangkan keterlibatan KGB untuk
menentukan N agak sulit ditentukan dengan foto toraks saja.
Kewaspadaan dokter terhadap kemungkinan kanker paru
pada seorang penderita penyakit paru dengan gambaran yang tidak
khas untuk keganasan penting diingatkan.Seorang penderita yang
tergolong dalam golongan resiko tinggi (GRT) dengan diagnosis
penyakit paru, harus disertai difollow up yang teliti. Pemberian
OAT yang tidak menunjukan perbaikan atau bahkan memburuk
setelah 1 bulan harus menyingkirkan kemungkinan kanker paru,
tetapi lain masalahnya pengobatan pneumonia yang tidak berhasil
setelah pemberian antibiotik selama 1 minggu juga harus
menimbulkan dugaan kemungkinan tumor dibalik pneumonia
tersebut
Bila foto toraks menunjukkan gambaran efusi pleura yang
luas harus diikuti dengan pengosongan isi pleura dengan punksi
berulang atau pemasangan WSD dan ulangan foto toraks agar bila
ada tumor primer dapat diperlihatkan.Keganasan harus difikirkan
bila cairan bersifat produktif, dan/atau cairan serohemoragik.
b CT-Scan thoraks
14
Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah pemeriksan dengan tujuan diagnostik
sekaligus dapat dihandalkan untuk dapat mengambil jaringan atau
bahan agar dapat dipastikan ada tidaknya sel ganas.Pemeriksaan
ada tidaknya masa intrabronkus atau perubahan mukosa saluran
napas, seperti terlihat kelainan mukosa tumor misalnya, berbenjolbenjol,
hiperemis,
atau
stinosis
infiltratif,
mudah
15
Biopsi lain
Biopsi jarum halus dapat dilakukan bila terdapat pembesaran
KGB atau teraba masa yang dapat terlihat superfisial.Biopsi KBG
harus dilakukan bila teraba pembesaran KGB supraklavikula, leher
atau aksila, apalagi bila diagnosis sitologi/histologi tumor primer di
paru belum diketahui. Biopsi Daniels dianjurkan bila tidak jelas
terlihat pembesaran KGB suparaklavikula dan cara lain tidak
menghasilkan informasi tentang jenis sel kanker. Punksi dan biopsi
pleura harus dilakukan jika ada efusi pleura.
Toraskokopi medik
Dengan tindakan ini massa tumor di bagaian perifer paru,
pleura viseralis, pleura parietal dan mediastinum dapat dilihat dan
dibiopsi.
16
Sitologi sputum
Sitologi sputum adalah tindakan diagnostik yang paling
mudah dan murah.Kekurangan pemeriksaan ini terjadi bila tumor
ada di perifer, penderita batuk kering dan tehnik pengumpulan dan
pengambilan sputum yang tidak memenuhi syarat.Dengan bantuan
inhalasi NaCl 3% untuk merangsang pengeluaran sputum dapat
ditingkatkan.
Semua bahan yang diambil dengan pemeriksaan tersebut di
atas harus dikirim ke laboratorium Patologi Anatomik untuk
pemeriksaan sitologi/histologi. Bahan berupa cairan harus dikirim
segera tanpa fiksasi, atau dibuat sediaan apus, lalu difiksasi dengan
alkohol absolut atau minimal alkohol 90%. Semua bahan jaringan
harus difiksasi dalamformalin 4%.
17
Penatalaksanaan
Pengobatan tergantung pada tipe sel, tahap penyakit, dan status fisiologi
(terutama status jantung dan paru) pasien.Secara umum, pengobatan dapat
mencakup pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi, dan imunoterapi yang
digunakan secara terpisah atau dalam kombinasi.
1. Pembedahan
Reseksi bedah adalah metode yang lebih dipilih untuk pasien
dengan tumor setempat tanpa adanya penyebaran metastatik dan mereka
yang fungsi jantung paru yang baik. Tipe-tipe reseksi paru mungkin
dilakukan: lobektomi (satu lobus paru diangkat), lobektomi sleeve (lobus
yang mengalami kanker diangkat dan segmen bronkus besar direseksi),
dan pneumonektomi (pengangkatan seluruh paru).
Reseksi bedah yang menghasilkan penyembuhan sempurna sangat
jarang terjadi.Biasanya pembedahan untuk kanker sel kecil paru tidak
disarankan karena tipe kanker ini berkembang dengan cepat serta cepat
bermetastasis dan sangat luas.Pada banyak pasien dengan kanker
bronkogenik,
lesi
kanker
tidak
dapat
dioperasi
pada
waktu
disembuhkan
paru).Keseluruhan
paru
adalah
dapat
lobektomi
diangkat
(pengangkatan
lobus
(pneumonektomi)
dalam
18
2. Terapi Radiasi
Terapi radiasi dapat menyembuhkan pasien dalam persentasi yang
kecil.Terapi radiasi ini sangat bermanfaat dalam pengendalian neoplasma
yang tidak dapat direseksi tetapi yang responsif terhadap radiasi.Tumor sel
kecil dan epidermoid biasanya sensitif terhadap radiasi.Radiasi dapat juga
digunakan untuk mengurangi ukuran tumor untuk membuat tumor yang
tidak dapat dioperasi menjadi dapat dioperasi atau radiasi dapat digunakan
sebagai pengobatan paliatif untuk menghilangkan tekanan tumor pada
struktur vital.Terapi radiasi dapat mengendalikan metastasis medula
spinalis dan kompresi vena kava superior.Juga, iradiasi otak profilatik
digunakan pada pasien tertentu untuk mengatasi metastasis mikroskopik
ke otak.Radiasi dapat membantu menghilangkan batuk, nyeri dada,
dyspnea, hemoptisis, dan nyeri tulang dan hepar.Hilangnya gejala-gejala
dapat berlangsung dari beberapa minggu sampai beberapa bulan dan
penting dalam meningkatkan kualitas sisa hidup yang masih tersisa.
Terapi radiasi biasanya adalah toksik bagi jaringan normal di dalam
bidang radiasi.Komplikasi radiasi termasuk esophagitis, pneumonitis, dan
radiasi fibrosis paru yang dapat merusak kapasitas ventilasi dan difusi
serta secara signifikan mengurangi ketersediaan paru.Radiasi juga dapat
mempengaruhi jantung.
Indikasi terapi radiasi adalah:
19
alkaloid
(vinblastin
dan
vindesin)
dan
etoposid
(V-16)
memberikan
peredaan,
terutama
nyeri,
tetapi
20
Nyeri
Supresi sumsum tulang (anemia, leukemia, trombositopenia)
Ketidak seimbangan cairan dan biokimia.
Gejala-gejala disfungsi organ seperti kanker yang menyebar ke tempat yang
lebih jauh (otak, hepar, paru-paru, tulang, organ reproduksi, dll)
Prognosis
Sebagian besar kanker paru tidak bisa disembuhkan secara total.Pada lebih
dari 50% pasien yang diagnosis, kanker telah menyebar ke seluruh tubuh
(metastasis).Melalui aliran darah dan getah bening, sel kanker dapat menyebar
ke tulang, otak, hati dan kelenjar adrenal.
Pada prognosis kanker paru adalah menentukan stadium penyakit.Pada
kasus kanker paru jenis NSCLC yang dilakukan tindakan pembedahan,
kemungkinan hidup 5 tahun adalah 30%. Pada karsinoma in situ, kemampuan
hidup setelah dilakukan pembedahan adalah 70%, pada stadium I, sebesar 3540% pada stadium II, sebesar 10-15% pada stadium III, dan kurang dari 10%
pada stadium IV. Kemungkinan hidup rata-rata tumor metastasis bervariasi
dari 6 bulan sampai dengan 1 tahun.Hal ini tergantung pada status penderita
dan luasnya tumor.Sedangkan untuk kasus SCLC, kemungkinan hidup ratarata adalah 1-2 tahun pasca pengobatan.Sedangkan ketahanan hidup SCLC
tanpa terapi hanya 3-5 bulan (Wilson, 2005).
21
Tidak ada yang dapat memastikan harapan hidup pasien. Hal ini sangat
tergantung pada tahap apa kanker ditemukan, kondisi dan usia pasien, dan
bagaimana respon kanker terhadap pengobatan. Karsinoma sel kecil seringkali
ditemukan
terlambat
sehingga
penyembuhan
tidak
mungkin
TUMOR MEDIASTINUM
Anatomi Mediastinum
Mediastinum yaitu rongga yang berada di antara paru kanan dan kiri.
Mediastinum berisi jantung, pembuluh darah arteri, pembuluh darah vena,
trakea, kelenjar timus, syaraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan
salurannya.
Mediastinum adalah suatu rongga yang terletakdi bagian tengah
toraks dan mempunyai batas-batas anatomi sebagai berikut:
Atas
Bawah
: diafragma
Lateral
: pleura mediastinalis
Posterior
Anterior
: sternum.
22
bening dan salurannya. Jadi, Tumor mediastinum adalah tumor yang berada di
daerah mediastinum.
Tumor mediastinum sebagian besar adalah metastasis dari tempat lain
(yang paling sering karsinoma bronkogenik), kemudian limfoma, sebagian
kecil lagi dari tumor neurogenic, teratoma, timoma dan lipoma.
Tumor neurogen adalah tumor primer mediastinum yang tersering,
umumnya terletak di dekat mediastinum posterior dekat lekukan para
vertebral. Umumnya bersifat jinak antara lain neurofibroma, schwannoma dan
ganglioneuroma.
Klasifikasi
1. Timoma
Timoma adalah tumor epitel yang bersifat jinak atau tumor dengan
derajat keganasan rendah yang berasal dari epitel thymus dan ditemukan
pada mediastinum anterior. Timoma termasuk jenis tumor yang tumbuh
lambat. Sering terjadi invasi lokal ke jaringan sekitar tetapi jarang
bermetastasis ke luar toraks. Kebanyakan terjadi setelah usia lebih dari
40 tahun dan jarang dijumpai pada anak dan dewasa muda. Tidak
terdapat preferensi jenis kelamin, suku bangsa atau geografi. Jika pasien
datang dengan keluhan maka keluhan yang sering ditemukan adalah
nyeri dada, batuk, sesak atau gejala lain yang berhubungan dengan
invasi atau penekanan tumor ke jaringan sekitarnya. Satu atau lebih
tanda dari sindrom paratimik sering ditemukan pada pasien timoma,
misalnya miastenia gravis, hipogamaglobulinemi dan aplasia sel darah
merah.
Gambaran histologiknya dapat sangat bervariasi dan dapat terjadi
komponen limfositik atau tidak. Malignitas ditentukan oleh pertumbuhan
infiltrate di dalam organ-organ sekelilingnya dan tidak dalam bentuk
histologiknya.
Thymoma juga dapat berhubungan dengan myasthenia gravis,
pure red cell aplasia dan hipogamaglobulinemia. Bagian terbesar
Thymoma mempunyai perjalanan klinis benigna. Penentuan ada atau
24
a.
b.
c.
d.
Klasifikasi Timoma
Timoma (klasifikasi Muller Hermerlink)
Tipe meduler
Tipe campuran
Tipe kortikal predominan
Tipe kortikal
Timik karsinoma
Makroskopis
berkapsul,
tidak
makroskopis
sekitar
ke
Stage
jaringan
pleura
II
Stage
secara mikroskopis.
Invasi secara makroskopis ke organ
25
III
Stage
IV.A
Stage
sekitarnya.
Penyebaran ke pleura atau perikard.
Metastasis
limfogen
atau
IV.B
hematogen.
Tabel 2. Staging berdasarkan sistem Masaoka
Penatalaksanaan timoma sangat bergantung pada invasif atau
tidaknya tumor, staging dan klinis penderita. Terapi untuk timoma adalah
bedah, tetapi sangat jarang kasus datang pada stage I atau noninvasif
maka multimodaliti terapi (bedah, radiasi dan kemoterapi) memberikan
hasil lebih baik. Jenis tindakan bedah untuk timoma adalah Extended
Thymo Thymectomy (ETT) atau reseksi komplet yaitu mengangkat
kelenjar timus beserta jaringan lemak sekitarnya. ETT + ER yaitu
tindakan reseksi komplet, sampai dengan jaringan perikard dan
debulking reseksi sebagian yaitu pengangkatan massa tumor sebanyak
mungkin. Jenis operasi ini sangat bergantung pada staging dan klinis
penderita. Reseksi komplet diyakini dapat mengurangi risiko invasi dan
meningkatkan umur harapan hidup.
Radioterapi tidak direkomendasikan untuk timoma yang telah
menjalani reseksi komplet tetapi harus diberikan pada timoma invasif
atau reseksi sebagian untuk kontrol lokal. Dosis radiasi 3500-5000 cGy.
Untuk mencegah terjadi radiation-induced injury pemberian radiasi lebih
dari 6000 cGy harus dihindarkan.
Kemoterapi diberikan dengan berbagai rejimen tetapi hasil terbaik
adalah cisplatin based rejimen. Rejimen yang sering digunakan adalah
kombinasi sisplatin, doksorubisin dan siklofosfamid (CAP). Rejimen
lain adalah doksorubisin, sisplatin, vinkristin dan siklofosfamid
(ADOC). Rejimen yang lebih sederhana yaitu sisplatin dan etoposid
(PE) juga memberikan hasil yang tidak terlalu berbeda.
Stage
Stage I
Stage II
Stage III
Terapi
ETT (Extended Thymo
Thymecthomy).
ETT, dilanjutkan dengan radiasi.
ETT dan extended resection
26
Stage IV.A
Stage IV.B
kemoterapi.
Debulking dianjutkan dengan
kemoterapi dan radioterapi.
Kemoterapi dan radioterapi
tampak
sebagai
massa
besar
yang
homogen.
27
Jinak (benigna)
Ganas (maligna)
Dengan unsur germinal
Dengan unsur non-germinal
Immature
Tabel 3. Klasifikasi histologi tumor sel germinal
Terapi tumor sel germinal bergantung pada subtipe sel tumor dan
staging penyakit. Bedah adalah terapi pilihan untuk teratoma jinak,
teratoma ganas diterapi dengan kemoterapi dan kalau perlu dilakukan
reseksi setelah kemoterapi. Terapi untuk seminoma tergantung pada
apakah masih resectable atau tidak, sedangkan yang nonseminoma
diberikan kemoterapi.
Histologi
Teratoma jinak
Teratoma ganas
Seminoma (Resectable)
Terapi
Bedah
Kemoterapi + reseksi
Bedah + radiasi + kemoterapi
Metastasis
Kemoterapi
28
Nonseminoma
Kemoterapi
Tabel 6. Penatalaksanaan tumor sel germinal
3. Tumor Neurogenik
Tumor neurogen merupakan tumor mediastinal yang terbanyak
terdapat, manifestasinya hampir selalu sebagai tumor bulat atau oval,
berbatas licin, terletak jauh di mediastinum belakang. Tumor ini dapat
berasal dari saraf intercostals, ganglia simpatis, dan dari sel-sel yang
mempunyai ciri kemoreseptor. Tumor ini dapat terjadi pada semua
umur, tetapi relative frekuen pada umur anak (Aru W. Sudoyo, 2006).
Banyak Tumor Nerogenik menimbulkan beberapa gejala dan
ditemukan pada foto thoraks rutin. Gejala biasanya merupakan akibat
dari penekanan pada struktur yang berdekatan. Nyeri dada atau
punggung biasanya akibat kompresi atau invasi tumor pada nervus
interkostalis atau erosi tulang yang berdekatan. Batuk dan dispneu
merupakan gejala yang berhubungan dengan kompresi batang
trakeobronchus. Sewaktu tumor tumbuh lebih besar di dalam
mediastinum posterosuperior, maka tumor ini bisa menyebabkan
sindrom pancoast atau Horner karena kompresi pleksus brakhialis atau
rantai simpatis servikalis.
Tumor neurogen dapat bersifat jinak atau ganas dan biasanya
diklasifikasi berdasarkan jaringan yang membentuknya, dibagi atas
neural sheath yang sering bersifat jinak (schwannoma) dan
neurofibroma yang paling sering ditemukan (Elisna Syahruddin dkk).
Tumor yang bersifat jinak sangat jarang menjadi ganas.
Meskipun dikatakan sering pada anak tetapi juga dapat ditemukan
pada orang dewasa.
Klasifikasi Tumor Neurogenik
Berasal dari saraf tepi (Peripheral nerves)
a. Neurofibroma
b. Neurilemoma (Schwannoma)
c. Neurosarkoma
29
untuk
semua
tumor
neurogenik
adalah
30
tumbuhnya
jaringan/sel-sel
kankerpadajaringan
31
struktur
mediastinum,
sedangkan
tumor
ganas
dapat
33
lesi
mediastinum.
Teknik
ini
sangat
bermanfaat
dalam
34
35
Obstruksi trachea
Sindrom Vena Cava Superior
Invasi vascular dan catastrophic hemorrhage, dan
Rupture esophagus
Prognosis
Prognosis Tumor Mediastinum jinak cukup baik, terutama jika tanpa
gejala. Berbeda variai prognosisnya pada pasien dengan tumor mediastinum
ganas, dimana hasil diagnostic spesifik, derajat keparahan penyakit, dan
keadaan spesifik pasien yang lain (komorbid) akan mempengaruhi.
Kebanyakan tumor mediastinum ganas berespon baik terhadap terapi
konvensional. Besarnya variasi individual penyakit mengakibatkan terjadinya
berbagai kelainan mediastinum beragam.
36