Anda di halaman 1dari 3

ASPEK MEDIKOLEGAL

Oleh :
MOH CAESAR B A P H, S.Ked N 111 14 020
LESTARI IRAWAN HADI, S.Ked N 111 14 013
SITI RAHMA, S.Ked N 111 14 015
MICHELINE BRIGITA BOLANG, S.Ked N 111 14 012
WINDY MENTARI, S.Ked N 111 14 026
Pembimbing :
dr. ANNISA A. MUTHAHER, SH, M.Kes, Sp. F

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
APRIL
2016

Prosedur medikolegal penanganan surat keterangan medis untuk


kepentingan klaim asuransi

Pada kasus ini, berdasarkan hasil olah TKP dan hasil autopsi disimpulkan bahwa
kematian pasien tidak wajar. Oleh karena itu, sesuai dengan prosedur klaim asuransi jiwa
kematian jika ditemukan jenazah di TKP atau keluarga jenazah meminta dokter untuk
memeriksa jenazah dengan hasil kematian tidak wajar maka kasus ini harus dilaporkan ke
penyidik untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan. Selanjutnya penyidik akan mengeluarkan
surat permintaan visum kepada dokter dan dokter akan mengeluarkan laporan Visum et
Repertum kepada pihak penyidik.
Prosedur Klaim Asuransi Jiwa karena Kematian

Sumber : (Hanafiah, 2007).


Dari penjelasan tentang aspek medikolegal dan alur klaim asuransi jiwa kematian
maka jika keluarga ingin melakukan klaim untuk asuransi jiwa kematian, keluarga langsung
datang ke dokter untuk meminta dokter melakukan pemeriksaan di TKP tentang cara
kematian, sebab kematian dan mekanisme kematian. Setelah itu akan ditentukan apakah
kematian tersebut wajar atau tidak. Jika kematiannya wajar maka dokter dapat langsung
memberikan surat keterangan medik yakni surat keterangan kematian tanpa harus ada ijin
dari penyidik. Seperti yang diatur dalam peraturan pemerintah No.10 tahun 1966 dengan
sanksi hukum seperti dalam pasal 322 KUHAP. Dokter boleh membuka isi catatan medik
kepada pihak ketiga, misalnya dalam bentuk keterangan medik, hanya setelah memperoleh

izin dari pasien, baik berupa izin langsung maupun berupa perjanjian yang dibuat sebelumnya
antara pasien dengan pihak ketiga tertentu (misalnya perusahaan asuransi). Sebaliknya, jika
kematian tidak wajar maka dokter harus ke pihak penyidik untuk dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut. Penyidik akan mengeluarkan surat permintaan visum kepada dokter dan dokter
akan mengeluarkan laporan Visum et Repertum kepada pihak penyidik. (Hanafiah, 2007).
Dokter dalam hal menyangkut surat kematian berperan dalam menentukan seseorang
telah meninggal dunia (berhenti secara permanen, sirkulasi, respirasi, dan neurologi),
melengkapi surat keterangan kematian bagian medis (menuliskan sebab kematian, jika
diperlukan dilakukan autopsi) (Hanafiah, 2007).

DAFTAR PUSTAKA
1. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta. FKUI
2. Hanafiah, J Dan Amir, A. Etika Kedokteran Dan Hukum Kesehatan Ed 4. 2007.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
3. Hoediyanto, haryadi. 2010. Buku ajar ilmu kedokteran forensik dan medikolegal.
Surabaya: departemen ilmu kedokteran forensik dan medikolegal DK UNAIR
4. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Peranan Ilmu Forensik Dalam Penegakan
Hukum. Ilmu Kedokteran Forensik Universitas Indonesia. Jakarta. 2008.
5. Solahuddin. Kitab Undang-Undng Hukum Pidana (KUHP) & Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (KUHP). 2007. Jakarta: Transmedia Pustaka
6. Susanti R. Paradigma Baru Peran Dokter dalam Pelayanan Kedokteran Forensik.
Majalah Kedokteran Andalas. 2012: 36(2);150-151

Anda mungkin juga menyukai