PENDAHULUAN
Torsio testis adalah terpluntirnya funikulus spermatikus yang berakibat
terjadinya gangguan aliran darah pada testis. Torsio testis merupakan suatu
keadaan funikulus spermatikus yang terpuntir sehingga mengakibatkan oklusi dan
strangulasi dari vaskularisasi yang mengarah ke testis dan epididimis, lebih lanjut
oklusi tersebut akan memicu terbentuknya berbagai macam radikal bebas. Angka
kejadian torsio testis adalah 4,5 per 100.000 laki-laki usia 1-25 tahun setiap
tahunnya.1,2
Torsio testis merupakan salah satu kegawatdaruratan yang harus segera
ditangani secara cepat yaitu kurang dari 6 jam (golden period). Jika penanganan
torsio testis lebih dari 6 jam setelah onset ,maka prognosisnya akan semakin
memburuk dan berisiko untuk 40% kemungkinan terjadinya kerusakan testis
kontralateral, kematian jaringan testis, atau bahkan infertilitas. Torsio testis juga
merupakan kegawat daruratan urologi yang paling sering terjadi pada laki-laki
dewasa muda. Penatalaksanaan torsio testis menjadi tindakan yang harus segera
dilakukan. Penatalaksanaan kegawatdaruratan torsio testis yang paling sering dan
mutlak dilakukan saat ini adalah dengan cara pembedahan dan tindakan detorsi.
Tindakan bedah menjadi hal yang penting untuk memperbaiki aliran darah yang
terhambat agar tidak terjadi iskemi dan reperfusi. Penatalaksanaan torsio testis
menjadi tindakan darurat yang harus segera dilakukan karena angka keberhasilan
serta kemungkinan testis tertolong akan menurun seiring dengan bertambahnya
lama waktu terjadinya torsio. Adapun penyebab tersering hilangnya testis setelah
BAB 2.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Torsio testis adalah terpluntirnya funikulus spermatikus yang berakibat
terjadinya gangguan aliran darah pada testis. Torsio testis merupakan adanya torsi
(puntiran) terhadap struktur korda spermatikus yang diikuti hilangnya suplai darah
ke testis ipsilateral. Keadaan ini merupakan kondisi darurat.1,3
Torsio testis merupakan keadaan terpuntirnya funikulus spermatikus
sehingga mengakibatkan terhentinya aliran darah yang mendarahi testis. Nyeri
sesisi pada skrotum dengan onset yang tiba tiba biasanya merupakan gejala yang
mengindikasikan torsio testis karena diperkirakan sekitar setengah dari angka
kejadian torsio testis diawali dengan nyeri testis.2
2.2 Anatomi
Testis normal dibungkus oleh tunika albuginea. Pada permukaan anterior
dan lateral, testis dan epididimis dikelilingi oleh tunika vaginalis yang terdiri atas
2 lapis, lapisan viseralis yang langsung menempul ke testis dan di sebelah luarnya
adalah lapisan parietalis yang menempel ke muskulus dartos pada dinding
skrotum.1
Testis terdiri dari dua organ kelenjar berbentuk oval yang mensekresikan
semen. Testis digantung oleh funikulus spermatikus dan terbungkus di dalam
skrotum. Ukuran volume normal dari testis orang dewasa kurang lebih 25 ml.
Saat awal perkembang kehidupan janin, testis terdapat di dalam rongga perut, di
Steroidogenesis
adalah
proses
pembentukan
hormon
Pada masa janin dan neonatus, lapisan parietal yang menempel pada
muskulus dartos masih belum banyak jaringan penyanggahnya sehingga testis,
epididimis, dan tunika vaginalis mudah sekali bergerak dan memungkinkan untuk
terpluntir pada sumbu funikulus spermatikus. Terpluntirnya testis pada keadaan ini
disebut torsio testis ekstravaginal.1
2.4 Etiologi
Kebanyakan torsio testis terjadi tanpa adanya kejadian pemicu. Hanya 48% kejadian yang disebabkan oleh trauma. Faktor predisposisi lain adalah
peningkatan volume testis (terkait dengan masa pubertas), tumor testis, testis yang
posisinya mendatar, atau riwayat kriptorkidismus.3,6
Penyebab dari keadaan torsio adalah tidak adekuatnya fiksasi dari testis
dan epididimitis ke skrotum atau dikenal dengan istilah bell clapper deformity.
Bell clapper deformity adalah satu-satunya kelainan anatomi yang menjadi faktor
risiko kejadian torsio testis. Namun, belum diketahui secara pasti apakah keadaan
ini berkaitan dengan kelainan perkembangan embrional dari skrotum, funikulus
spermatikus, dan testis atau berkaitan mesorchium yang panjang atau
kriptokismus testis. Kontraksi otot kremaster yang berlebihan juga dapat
menyebabkan
testis
dapat
mengalami
torsio.
Keadaan-keadaan
yang
menyebabkan pergerakan yang berlebihan itu antara lain adalah perubahan suhu
yang mendadak atau trauma yang mengenai skrotum.2,6
Selain berkaitan dengan kelainan anatomi, dalam beberapa penelitian
terkini menyebutkan bahwa faktor keturunan juga diperkirakan memiliki
pengaruh sebesar 11.4% terhadap risiko terjadinya torsio testis. Faktor hormonal
INSL3 dan reseptor RXLF2 telah diduga menjadi gen penyebab munculnya
keadaan torsio testis. Keberadaan hormon dan reseptor ini menyebabkan atrofi
testis yang berisiko tinggi terjadinya torsio testis secara tiba-tiba.2
2.5 Patogenesis
Secara fisiologis otot kremaster berfungsi menggerakkan testis mendekati
dan menjauhi rongga abdomen guna mempertahankan suhu ideal untuk testis.
Adanya kelainan pada sistem penyanggah testis menyebabkan testis dapat
mengalami torsio jika bergerak secara berlebihan. Beberapa keadaan yang
menyebabkan pergerakan yang berlebihan itu, antara lain adalah perubahan suhu
yang mendadak (seperti pada saat berenang), ketakutan, latihan yang berlebihan,
batuk, celana yang terlalu ketat, defekasi, atau trauma yang mengenai skrotum.1
Terpluntirnya funikulus spermatikus menyebabkan obstruksi aliran darah
testis sehingga testis mengalami hipoksia, edema testis, dan iskemia. Pada
akhirnya testis akan mengalami nekrosis. Torsio dapat menyumbat aliran darah
vena. Sumbatan aliran balik vena akan meningkatkan tekanan sehingga liran darah
masuk melalui arteri juga dihambat. Akibatnya, testis dapat mengalami iskemia
yang prosesnya mulai berlangsung jika torsio terjadi lebih dari 4 jam. Derajat
iskemia bergantung pada lama berlangsungnya torsio dan derajat putaran korda
spermatikus (berkisar antara 180-720).1,3
Torsio testis terjadi pada anak dengan insersi tunika vaginalis tinggi di
funikulus spermatikus sehingga funikulus dengan testis dapat terpuntir di dalam
tunika vaginalis. Akibat puntiran tangkai, terjadi gangguan perdarahan testis mulai
dari bendungan vena sampai iskemia yang menyebabkan gangren. Keadaan
insersi tinggi tunika vaginalis di funikulus biasanya gambarkan sebagai lonceng
dengan bandul yang memutar dan mengalami nekrosis dan gangren.4
Kadang torsio dicetuskan oleh cedera olahraga. Biasanya nyeri testis hebat
timbul tiba-tiba yang sering disertai nyeri perut dalam serta mual dan muntah.
Nyeri perut selalu ada karena berdasarkan perdarahan dan persarafannya, testis
tetap merupakan organ perut. Pada permulaan testis teraba agak bengkak dengan
nyeri dan terletak agak tinggi di skrotum dengan funikulus yang juga bengkak.
Akhirnya, kulit skrotum tampak udem dan menjadi merah sehingga menyulitkan
palpasi, dan kelainan ini sukar dibedakan dengan epididimitis akut.4
justru meningkatkan produksi dari zat-zat toxic pada sirkulasi darah di jaringan
testis.2
Kerusakan yang terjadi di jaringan testis juga turut memicu peningkatan
produksi dari radikal bebas salah satunya reactive oxygen species (ROS).
Peningkatan ROS terjadinya karena adanya kerusakan pada endotel. Keberadaan
ROS yang tinggi tidak diimbangi dengan sistem pertahanan enzimatik tubuh
sehingga akan memicu proses induksi kematian sel dan jaringan testis.2
Telah dikenal beberapa obat-obatan untuk memperbaiki keadaan ischaemi
reperfusion injury (I-R) Obat-obatan seperti Calcium Channel Blocker, verapamil,
menjegah terjadinya injuri pada torsio testis unilateral. Jenis obat lain seperti
capsaicin secara efektif untuk mencegah apoptosis pada torsio testis unilateral
maupun pada testis kontralateral.2
Pengaruh Torsio Testis terhadap Testis Kontralateral
Pada keadaan torsio testis unilateral, testis kontralateral juga dalam
keadaan bahaya. Keadaan torsio yang lama atau lebih dari 4 jam dengan torsi 720
dapat mengakibatkan kerusakan jaringan di kedua testis atau dapat mempengaruhi
testis kontralateral. Kerusakan jaringan testis kontralateral diakibatkan oleh
penurunan aliran darah dan hipoksia jaringan testis akibat torsio testis yang terjadi
unilateral. Selain akibat penurunan aliran darah, penyebab lain yang
mempengaruhi testis kontralateral adalah tindakan detorsi testis unilateral.
Disgenesis kongenital dapat memicu reaksi serupa terhadap testis kontralateral
ditunjukkan dengan penemuan histopatologi dimana ditemukan peningkatan
10
apoptosis pada testis kontralateral. Proses autoantibodi testis juga terdeteksi pada
testis kontralateral.2
11
Diagnosis torsio testis perlu dilakukan secara cepat dan tepat. Penundaan
diagnosis dapat menyebabkan kerusakan fungsi testis, sementara diagnosis
berlebihan dapat menyebabkan pasien menjalani tata laksana yang tidak
diperlukan.3
a. Anamnesis: nyeri skrotum ipsilateral akut.
b. Pemeriksaan fisik:
12
korda spermatikus.
Testis tampak lebih besar.
Refleks kremaster berkurang atau hilang. Refleks kremaster dipicu
dengan menggores atau mencubit bagian medial paha, yang
menyebabkan kontraksi otot kremaster dan mengangkat testis.
Torsio Testis
Bedah Segera
13
14
15
16
Gambar 2.9 A Testis normal (panah merah) B Torsio testis ekogenisitas menurun,edema
17
18
19
20
21
2.8 Penatalaksanaan
Terapi yang dapat dilakukan antara lain:1,10
1. Detorsi manual
Detorsi manual adalah mengembalikan posisi testis ke asalnya, yaitu
dengan jalan memutar testis kearah yang berlawanan dengan arah torsio. Karena
arah torsio biasanya ke medial maka dianjurkan untuk memutar testis ke arah
lateral terlebih dahulu, kemudian jika tidak terjadi perubahan, dicoba detorsi ke
arah medial. Hilangnya nyeri setelah detorsi menandakan bahwa detorsi telah
berhasil. Jika detorsi berhasil operasi harus tetap dilaksanakan.
Metode tersebut dikenal dengan metode open book (untuk testis kanan),
Karena gerakannya seperti membuka buku. Bila berhasil, nyeri yang dirasakan
dapat menghilang pada kebanyakan pasien. Detorsi manual merupakan cara
terbaik untuk memperpanjang waktu menunggu tindakan pembedahan, tetapi
tidak dapat menghindarkan dari prosedur pembedahan
Dalam pelaksanaannya, detorsi manual sulit dan jarang dilakukan. Di unit
gawat darurat, pada anak dengan scrotum yang bengkak dan nyeri, tindakan ini
sulit dilakukan tanpa anestesi. Selain itu, testis mungkin tidak sepenuhnya
terdetorsi atau dapat kembali menjadi torsio tak lama setelah pasien pulang dari
RS. Sebagai tambahan, mengetahui ke arah mana testis mengalami torsio adalah
hampir tidak mungkin, yang menyebabkan tindakan detorsi manual akan
memperburuk derajat torsio.
22
2. Operasi
Tindakan operasi ini dimaksudkan untuk mengembalikan posisi testis pada
arah yang benar (reposisi) dan setelah itu dilakukan penilaian viabilitas testis yang
mengalami torsio, mungkin masih viable (hidup) atau sudah mengalami nekrosis.
Jika testis masih hidup, dilakukan orkidopeksi (fiksasi testis) pada tunika dartos
kemudian disusul orkidopeksi pada testis kontralateral.
Orkidopeksi dilakukan dengan mempergunakan benang yang tidak diserap
di 3 tempat untuk mencegah agar testis tidak terpluntir kembali, sedangkan pada
testis
yang
sudah
mengalami
nekrosis
dilakukan
pengangkatan
testis
23
24
25
26
DAFTAR PUSTAKA
27
28