Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentrasi
hemoglobin menurun.Sebagai akibatnya, ada penurunan transportasi oksigen dari paru ke
jaringan perifer. Selama kehamilan, anemia lazim terjadi dan biasanya disebabkan oleh
defisiensi besi, sekunder terhadap kehilangan darah sebelumnya atau masukkan besi yang
tidak adekuat.1
Penurunan ringan kadar hemoglobin selama kehamilan dijumpai pada wanita sehat
yang tidak mengalami defisiensi besi atau folat. Hal ini disebabkan oleh ekspansi volume
plasma yang lebih besar daripada peningkatan massa hemoglobin dan volume sel darah
merah yang terjadi pada kehamilan normal. Pada awal kehamilan dan menjelang aterm, kadar
hemoglobin kebanyakan wanita sehat dengan simpanan besi adalah 11 gr/dL atau lebih.
Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada pertengahan kehamilan. Oleh karena itu Center
for Disease Control and Prevention (CDC) mendefinisikan anemia sebagai kadar hemoglobin
yang lebih rendah dari 10,5 gr/dL pada trimester kedua.2
Menurut WHO, 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia
dalam kehamilan.3 Frekuensi ibu hamil dengan anemia di Indonesia relatif tinggi yaitu 63,5%.
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) dibawah 11 gr%
pada trimester I dan III atau kadar < 10,5 gr% pada trimester II.4
Data survei demografi dan kesehatan Indonesia (SKDI) pada tahun 2010
menyebutkan bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia sebesar 220 per 100.000
kelahiran hidup. Angka tersebut masih jauh dari target rancangan pembangunan jangka
menengha (RPJMN) pada tahun 2014 sebesar 118 per 100.000 kelahiran hidup dan target
millenium development goals (MDGs) sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2015.6

Anemia pada ibu hamil disebabkan oleh kekurangan zat besi, kekurangan asam folat,
infeksi dan kelainan darah, serta anemia juga merupakan salah satu faktor resiko yang dapat
meningkatkan komplikasi kehamilan berupa pendarahan, gangguan fungsi imunitas sehingga
rentan terjadi infeksi, serta gangguan fungsi kognisi pasca melahirkan. Anemia pada ibu
hamil sangat mempengaruhi keadaan ibu dan janin selama proses persalinan. Ibu hamil yang
menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan
bayi, kemungkinan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan prematur
juga lebih besar. Selain itu juga prevalensi anemia yang tinggi berakibat negative, karena
dapat menyebabkan berbagai gangguan, seperti: 1) Gangguan dan hambatan pada
pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak, 2) Kekurangan Hb dalam darah
mengakibatkan kurangnya oksigen yang dibawa atau ditransfer ke sel tubuh maupun ke
otak.3,6
Upaya pencegahan dan penanggulan anemia dilaksanakan oleh pemerintah melalui
pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) dengan dosis pemberian sehari sebanyak 1 tablet (60
mg zat besi dan 0,25 mg asam folat) berturut-turut minimal 90 hari selama masa kehamilan.6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang
dari 12 gr/dL.5 Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin di
bawah 11 gr/dL pada trimester 1 dan 3 atau kadar haemoglobin kurang dari 10,5 gr/dL
pada trimester 2. Nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan wanita tidak hamil terjadi
karena hemodilusi,terutama pada trimester 2.4
Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim

disebut dengan

hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah tersebut masih kurang dibandingkan
dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut
adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%.
Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan
mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu.5
B. Etiologi
Semua penyakit penyebab anemia yang dijumpai pada wanita subur dapat menjadi
penyulit kehamilan.2 Beberapa faktor penyebab terjadinya anemia, yaitu :1
1. Perdarahan : Perdarahan yang jelas (dari perdarahan pervaginam, epistakisi dan
sebagainya) menjadi suatu keterangan yang nyata untuk anemia.
2. Defisiensi Gizi : Anemia defisiensi besi diakibatkan oleh adanya defisiensi besi dalam
diet atau deplesi cadangan besi. Selama kehamilan normal kira-kira 1000 mg besi
dibutuhkan oleh janin dan plasenta serta untuk meningkatkan volume eritrosit
ibu.Sementara itu, defisiensi folat dapat menyebabkan anemia megaloblastik dalam
kehamilan.Diagnosisnya digambarkan oleh adanya eritrosit makrositik dan leukosit
polimorfonuklear hipersegmentasi pada pemeriksaan hapusan darah tepi. Pemeriksan
sumsum tulang dan penurunan folat serum dapat digunakan untuk memastikan
diagnosis.
3. Infeksi : Anemia dari infeksi biasanya normositik dan normokrom, walaupun dapat
juga mikrositik dan hipokrom.
4. Malabsorbsi
5. Penyakit-penyakit kronik seperti Tuberculosis Paru, cacingan, malarian dan lain-lain.
3

C. Gejala dan Tanda Klinik


Kelelahan dan kelemahan umum dapat merupakan satu-satunya gejala penurunan
kapasitas pengangkutan oksigen.Banyak pasien asimptomatik, bahkan dengan anemia
derajat sedang. Palpitasi atau dispnue saat istirahat atau keduanya jarang terlihat, kecuali
kadar haemoglobin 5gr/dL atau kurang.1 Secara klinik dapat dilihat ibu lemah, pucat,
mudah pingsan, mata berkunang-kunang, sementarapada pemeriksaan tekanan darah
masih dalam batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi. Untuk menegakkan
diagnosa dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan melakukan pemeriksaan kadar Hb.4
D. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan
Ada beberapa klasifikasi anemia dalam kehamilan, diantaranya :2,3,5
1. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi
dalam darah.Dua penyebab tersering anemia dalam kehamilan dan nifas adalah
defisiensi zat besi dan kehilangan darah akut.Tidak jarang keduanya berkaitan erat
karena kehilangan darah dalam jumlah besar disertai hilangnya zat besi hemoglobin
serta habisnya simpanan zat besi dalam suatu kehamilan dapat menjadi penyebab
penting terjadinya anemia defisiensi besi pada kehamilan selanjutnya.
Untuk menegakkan diagnosa anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan
anamnesa.Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda.Pada pemeriksaan dan
pengawasan Hb dapat dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I
dan III. Hasil pemeriksaan Hb, dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Hb 11 gr% : Tidak anemia
b. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
c. Hb 7-8 gr%: Anemia sedang
d. Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800 mg.
Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta
sekitar 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal,
kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu

hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 810 mg zat besi. Perhitungan
makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 2025 mg zat besi
perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan
menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih
kekurangan untuk wanita hamil.
2. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam
folat, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12.
3. Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang,
membentuk sel darah merah baru.Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan
pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan
pemeriksaan retikulosit.
4. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel
darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik
sukar menjadi hamil; apabila ia hamil, maka anemianya biasanya menjadi lebih berat.
Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan,
kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
5. Anemia-anemia lain
Seorang wanita yang menderita anemia, misalnya berbagai jenis anemia hemolitik
herediter atau yang diperoleh seperti anemia karena malaria, cacing tambang,
penyakit ginjal menahun, penyakit hati, tuberkulosis, sifilis, tumor ganas dan
sebagainya dapat menjadi hamil. Dalam hal ini anemianya menjadi lebih berat dan
berpengaruh tidak baik pada ibu dalam masa kehamilan, persalinan, nifas serta
berpengaruh pula bagi anak dalam kandungan
E. Penanganan
Penanganan yang diberikan, disesuaikan dengan jenis anemia yang dialami selama
kehamilan.
a. Anemia Defisiensi Zat Besi

Pada anemia defisiensi zat besi, pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk
wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian
tablet besi.
1) Terapi oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu ferosulfat,
feroglukonat atau Natrium ferobisitrat. Pemberian preparat besi 60mg/hari.
Dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dL tiap bulan. Saat ini program
nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat
untuk profilaksis anemia.4
2) Terapi parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi
per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau
masa kehamilannya tua.5 Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran
sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat
meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr/dL.3
b. Anemia Megaloblastik
1) Asam folat 15-30 mg per hari
2) Vitamin B123 X 1 tablet per hari
3) Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
4) Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat
diberikan transfusi darah
c. Anemia Hemolitik
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik dan beratnya
anemia.Obat-obat penambah darah tidak memberi hasil.Tranfusi darah, kadang
dilakukan berulang untuk mengurangi penderitaan ibu dan menghindari bahaya
hipoksia janin.
d. Anemia Lain
Pengobatan ditujukan pada sebab pokok anemianya, misalnya antibiotika
untuk infeksi, obat-obat anti malaria, anti sifilis obat cacing dan lain-lain.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama saat kehamilan,
persalinan dan nifas.Anemia dalam kehamilan juga dapat menjadi penyulit dalam
menghadapi persalinan. Penyebab anemia tersering adalah defisiensi zat-zat nutrisi. Oleh
sebab itu, selama kehamilan seorang wanita hamil harus menjaga dan memperhatikan asupan
gizinya, agar selalu tercukupi dengan baik, agar tidak memicu terjadinnya hal-hal yang tidak
diinginkan dalam hal ini khususnya anemia dalam kehamilan.
B. Saran
1. Bagi petugas kesehatan :
Untuk upaya menurunkan prevalensi anemia pada ibu hamil dapat dilakukan melalui
upaya peningkatkan promosi kesehatan kepada ibu hamil sehingga ibu hamil mengetahui
pentingnya pemeriksaan kehamilan, cara mengkonsumsi zat besi baik yang berasal dari
suplemen maupun dari makan sehari-hari.

2. Kepada Ibu hamil


Dianjurkan melakukan pemeriksaan antenatal untuk memenuhi program kunjungan
minimal 4 kali kunjungan dan diharapkan bisa sesuai dengan program.

Anda mungkin juga menyukai