Blefaritis Dan Blefarokonjungtivitis
Blefaritis Dan Blefarokonjungtivitis
Blefarokonjungtifitis OD
dan Blefaritis OS
Oleh:
Novitalia
11-2014-239
Pembimbing :
dr. Nanda Lessi Hafni Eka Putri, Sp.M
: Novitalia
NIM
: 11 2014 239
Tanda Tangan
........................................
Dr Pembimbing / Penguji : dr. Nanda Lessi Hafni Eka Putri, Sp.M ..........................
I.
II.
IDENTITAS
Nama
Umur
Agama
Pekerjaan
Alamat
Tanggal pemeriksaan
Pemeriksa
: Tn. HR
: 27 tahun
: Islam
: Karyawan swasta
: Kp. Nagrak, Bogor
: 01 Juni 2016
: Novitalia
ANAMNESIS
Auto anamnesis pada tanggal 01 Juni 2016
Keluhan utama
Mata kanan merah, berair dan gatal.
Umum :
- Diabetes Mellitus
: tidak ada
2
- Hipertensi
: tidak ada
- Hepatitis
: tidak ada
- Alergi
: tidak ada
- Asma
: tidak ada
Mata :
- Riwayat penggunaan kacamata
- Riwayat operasi mata = insisi kalazion palpebra inferior OD pada
tahun 2010
-
Riwayat trauma mata = tertusuk lidi pada saat pasien berusia SMP
Riwayat Sosial
Pasien sehari hari adalah karyawan swasta.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak Sakit Ringan
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital
: tidak dilakukan
Kepala/Leher
Mulut
Abdomen
Ekstremitas
Status Ophtalmologi
KETERANGAN
OD
OS
3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
-
VISUS
Visus
CCKS 20/20
CCKS 20/20
Koreksi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Addisi
Distansia pupil
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
KEDUDUKAN BOLA MATA
Ukuran
Normal
Normal
Eksoftalmus
Endoftalmus
Deviasi
Gerakan Bola Mata
Baik ke segala arah
Baik ke segala arah
SUPERSILIA
Warna
Hitam
Hitam
Simetris
Normal
Normal
PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
Edema
Nyeri tekan
Ekteropion
Entropion
Blefarospasme
Trikiasis
Sikatriks
+
Punctum lakrimal
Normal
Normal
Fissure palpebral
+
+
Skuama
+
+
KONJUNGTIVA TARSAL SUPERIOR DAN INFERIOR
Hiperemis
+
+
Folikel
Papil
Sikatriks
Hordeolum
Kalazion
KONJUNGTIVA BULBI
Sekret
Injeksi Konjungtiva
++
+
Injeksi Siliar
Perdarahan
Subkonjungtiva/kemosis
- Pterigium
- Pinguekula
- Flikten
- Nevus Pigmentosus
- Kista Dermoid
7. SKLERA
- Warna
Putih
Putih
- Ikterik
- Nyeri Tekan
4
8. KORNEA
- Kejernihan
- Permukaan
- Ukuran
- Sensibilitas
- Infiltrat
- Keratik Presipitat
- Sikatriks
- Ulkus
- Perforasi
- Arcus senilis
- Edema
- Test Placido
9. BILIK MATA DEPAN
- Kedalaman
- Kejernihan
- Hifema
- Hipopion
- Efek Tyndall
10. IRIS
- Warna
- Kripta
- Sinekia
- Kolobama
11. PUPIL
- Letak
- Bentuk
- Ukuran
- Refleks Cahaya Langsung
- Refleks Cahaya Tidak
Langsung
12. LENSA
- Kejernihan
- Letak
- Test Shadow
13. BADAN KACA
- Kejernihan
14. FUNDUS OCCULI
- Batas
-
Jernih
Rata
Normal
Baik
Tidak dilakukan
Jernih
Rata
Normal
Baik
Tidak dilakukan
Cukup
Jernih
-
Cukup
Jernih
-
Coklat
-
Coklat
-
Tengah
Bulat, isokor
3 mm
+
+
Tengah
Bulat, isokor
3 mm
+
+
Jernih
Tengah
-
Jernih
Tengah
-
Jernih
Jernih
Tegas
Tegas
Jingga
Jingga
Tidak ada
Tidak ada
Warna
Ekskavasio
2:3
0,3
0,3
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Baik
Baik
C/D rasio
Eksudat
Perdarahan
Sikatriks
Ablasio
15. PALPASI
- Nyeri tekan
- Masa tumor
- Tensi Occuli
- Tonometry Schiotz
16. KAMPUS VISI
- Tes Konfrontasi
IV.
2:3
V.
RESUME
Tn. HR, laki laki 27 tahun, datang dengan keluhan mata kanan merah
(+), gatal (+), dan berair (+) sejak 5 hari lalu. Pasien memiliki riwayat operasi
kalazion saat tahun 2010, riwayat tertusuk lidi pada palpebra superior saat
masih SMP. Dan pasien menggunakan kacamata. Pada pemeriksaan
menggunakan lup maka didapatkan skuama pada palpebra OD dan OS, namun
ditemukan paling banyak pada OD. Pada pemeriksaan fisik conjungtiva tarsal
superior ODS hiperemis dan tidak didapatkan papil. Pada pemeriksaan fisik
didapati status generalis: dalam batas normal, status ophtalmologi:
OD
OS
Visus
20/20
20/20
Skuama ++
Skuama +
Hiperemis
Hiperemis
Injeksi Konjungtiva ++
Injeksi konjungtiva +
Jernih
Jernih
Cukup
Cukup
Bulat, 3mm, RC +
Bulat , 3mm, RC +
Sinekia -
Sinekia -
Jernih
Jernih
Ratio A:V = 2 : 3
Ratio A:V = 2 : 3
Palpebra
TIO
Cts
Cti
Cb
C
CoA
P
I
L
F
VI.
DIAGNOSIS KERJA
Blefarokonjungtivitis OD
Blefaritis skuamosa ODS
VII.
DIAGNOSIS BANDING
Blefaritis ulseratif
Blefaritis seboroik
VIII.
PENATALAKSANAAN
Medika mentosa : Neomisin Sulfat ED 3,5mg/ml fl No 1. S4 dd gtt 1 ODS
Polimiksin B Sulfat ED fl No 1. S4 dd gtt 1 ODS
Dexametason ED fl No 1. S4 dd gtt 1 ODS
Loratadin tab 10 mg no V. S 1 dd tab 1
Non medika mentosa : Bersihkan kelopak mata dengan menggunakan
shampoo bayi di bagian tepinya
IX.
PROGNOSIS
OD
OS
Ad Vitam
Bonam
Bonam
Ad Fungsionam
Bonam
Bonam
Ad Sanationam
Dubia
Dubia
Tinjauan Pustaka
Blefaritis
Gambar 1. Palpebra
Definisi1,2
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. sering mengenai bagian kelopak mata
dan tepi kelopak mata. Pada beberapa kasus disertai tukak atau tidak pada tepi kelopak
mata. bisanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis ditandai dengan
pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan
lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit.
Biasanya orang sering menganggap kelelahan pada mata, atau mata yang berpasir,
dan terasa silau dan tidak nyaman bila terkena sinar matahari atau pada saat berada pada
lingkungan yang berasap, memberikan gambaran berupa mata merah, dan seperti ada benda
asing
di
dalam
mata.
Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi biasanya berjalan kronis atau
menahun. Blefaritis alergi biasanya berasal dari debu, asap, bahan kimia iritatif, dan bahan
kosmetik. Infeksi kelopak mata dapat disebabkan kuman streptococcus alfa atau beta,
pneumococcus, dan pseudomonas. Di kenal bentuk blefaritis skuamosa, blefaritis ulseratif,
dan
blefaritis
angularis.
Gejala umum pada blefaritis adalah kelopak mata merah, bengkak, sakit, eksudat
lengket dan epiforia. blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata. Hal ini
mengakibatkan invasi mikrobakteri secara langsung pada jaringan, kerusakan sistem imun
atau kerusakan yang disebabkan oleh produksi toksin bakteri , sisa buangan dan enzim.
Kolonisasi dari tepi kelopak mata dapat ditingkatkan dengan adanya dermatitis seboroik
dan
kelainan
fungsi
kelenjar
meibom.
Dalam banyak kasus, Kebersihan dan rajin membersihkan kelopak mata bisa
mencegah blefaritis. Termasuk sering keramas dan mencuci muka. Pada beberapa kasus
yang disebabkan karena bakteri, penggunaan antibiotic dapat digantikan dengan hanya
menjaga kebersihan kelopak mata. Pentinganya membersihkan kelopak mata sebelum tidur,
karena
proses
infeksi
terjadi
saat
sedang
tidur.
PATOFISIOLOGI3
Patofisiologi blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata karena adanya
pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan
lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit. Hal
ini mengakibatkan invasi mikrobakteri secara langsung pada jaringan pada sekitar kelopak
mata, mengakibatkan kerusakan sistem imun atau terjadi kerusakan yang disebabkan oleh
produksi toksin bakteri , sisa buangan dan enzim.
10
ETIOLOGI1,2
Blefaritis dapat disebabkan infeksi staphylococcus, dermatitis seboroik, gangguan
kelenjar meibom, atau gabungan dari ketiganya. Blefaritis anterior biasanya disebabkan
karena infeksi staphylococcus atau dermatitis seboroik yang menyerang bulu mata. Pada
infeksi staphylococcus aureus, didapatkan pada 50% pada pasien yang menderita blefaritis,
tapi hanya 10% orang yang tidak memberikan gejala blefaritis namun ditemukan bakteri
staphylococcus. Infeksi staphylococcus epidermidis, didapatkan sekitar 95% pasien.
Blefarits seboroik serupa dengan dermatitis seboroik, dan posterior blefaritis (meibomian
blefaritis)
disebabkan
gangguan
kerja
kelenjar
meibom.
Kelenjar meibom yang ada sepanjang batas kelopak mata, dibelakang batas bulu
mata, kelenjar ini menghasilkan minyak ke kornea dan konjungtiva. Kelenjar ini
disekresikan dari lapisan luar air mata, yang bisa menghambat penguapan air mata, dan
membuat permukaan mata menjadi tetap halus, dan membantu menjaga struktur dan
keadaan mata. Sekresi protein pada pasien yang menderita kelainan kelenjar meibom
berbeda komposisi dan kuantitas dari orang dengan mata normal. Ini menjelaskan kenapa
pada pasien dengan kelainan kelenjar meibom jarang menderita sindrom mata kering.
Kelenjar
meibom
berasal
dari
glandula
sebasea.
KLASIFIKASI1,2
BLEFARITIS BAKTERIAL
Blefaritis superfisial
Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh staphylococcus maka pengobatan
yang terbaik adalah dengan salep antibiotik seperti sulfasetamid dan sulfisolksazol.
Sebelum pemberian antibiotik krusta diangkat dengan kapas basah. Bila terjadi blefaritis
menahun maka dilakukan penekanan manual kelenjar Meibom untuk mengeluarkan nanah
dari kelenjar Meibom (Meibormianitis), yang biasanya menyertai.
Blefaritis Seboroik
Blefaritis sebore biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 Tahun), dengan
keluhan mata kotor, panas dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah sekret yang keluar dari
kelenjar Meiborn, air mata berbusa pada kantus lateral, hiperemia dan hipertropi papil pada
konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk kalazion, hordeolum, madarosis, poliosis dan
11
jaringan keropeng.
Blefaritis seboroik merupakan peradangan menahun yang sukar penanganannya.
Pengobatannya adalah dengan memperbaiki kebersihan dan membersihkan kelopak dari
kotoran. Dilakukan pembersihan dengan kapas lidi hangat. Kompres hangat selama 5-10
menit. Kelenjar Meibom ditekan dan dibersihkan dengan shampoo bayi. Penyulit yang
dapat timbul berupa flikten, keratitis marginal, tukak kornea, vaskularisasi, hordeolum dan
madarosis.
Blefaritis Skuamosa
Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama atau krusta pada
pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan terjadinya luka kulit. Merupakan
peradangan tepi kelopak terutama yang mengenai kulit di daerah akar bulu mata dan sering
terdapat pada orang yang bekulit berminyak. Blefaritis ini berjalan bersama dermatitik
seboroik.
Penyebab blefaritis skuamosa adalah kelainan metabolik ataupun oleh jamur. Pasien
dengan blefaritis skuamosa akan terasa panas dan gatal. Pada blefaritis skuamosa terdapat
sisik berwarna halus-halus dan penebalan margo palpebra disertai madarosis. Sisik ini
mudah dikupas dari dasarnya dan tidak mengakibatkan perdarahan.
Pengobatan blefaritis skuamosa ialah dengan membersihkan tepi kelopak dengan
shampoo bayi, salep mata, dan steroid setempat disertai dengan memperbaiki metabolisme
pasien. Penyulit yang dapat terjadi pada blefaritis skuamosa adalah keratitis, konjungtivitis.
Blefaritis Ulseratif.
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat infeksi
staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng berwarna kekunung-kuningan
yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang yang kecil dan mengeluarkan dfarah di sekitar
bulu mata. Pada blefaritis ulseratif skuama yang terbentuk bersifat kering dan keras, yang
bila diangkat akan luka dengan disertai perdarahan. Penyakit bersifat sangat infeksius.
Ulserasi berjalan lebih lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel rambut sehingga
mengakibatkan rontok (madarosis).
Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik. Pengobatan pada blefaritis
ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin. Biasanya disebabkan
12
stafilokok maka diberi obat staphylococcus. Apabila ulseratif luas pengobatan harus
ditambah antibiotik sistemik dan diberi roboransia.
Penyulit adalah madarosis akibat ulserasi berjalan lanjut yang merusak folikel
rambut, trikiasis, keratitis superfisial, keratitis pungtata, hordeolum dan kalazion. Bila
ulkus kelopak ini sembuh maka akan terjadi tarikan jaringan parut yang juga dapat
berakibat trikiasis.
Blefaritis angularis.
Blefaritis angularis merupakan infeksi staphylococcus pada tepi kelopak di sudut
kelopak atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut kelopak mata (kantus
eksternus dan internus) sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi puntum
lakrimal. Blefariris angularis disebabkan Staphylococcus aureus. Biasanya kelainan ini
bersifat rekuren.
Blefaritis angularis diobati dengan sulfa, tetrasiklin dan Seng sulfat. Penyulit pada
pungtum lakrimal bagian medial sudut mata yang akan menyumbat duktus lakrimal.
Meibomianitis
Merupakan infeksi pada kelenjar Meibom yang akan mengakibatkan tanda
peradangan lokal pada kelenjar tersebut. Meibomianitis menahun perlu pengobatan
kompres hangat, penekanan dan pengeluaran nanah dari dalam berulang kali disertai
antibiotik lokal.
BLEFARITIS VIRUS
Herpes zoster
Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion gaseri saraftrigeminus.
Biasanya herpes zoster akan mengenai orang dengan usia lanjut. Bila yang terkena
ganglion cabang oftalmik maka akan terlihat gejala-gejala herpes zoster pada mata dan
kelopak mata atas.
Gejala tidak akan melampaui garis median kepala dengan tanda-tanda yang terlihat
pad mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena dan badan berasa demam. Pada
13
kelopak mata terlihat vesikel dan infiltrat pada kornea bila mata terkena. Lesi vesikel pada
cabang oftalmik saraf trigeminus superfisial merupakan gejala yang khusus pada infeksi
herpes zoster mata.
Herpes simplek
Vesikel kecil dikelilingi eritema yang dapat didertai dengan keadaan yang sama
pada bibir merupakan tanda herpes simpleks kelopak. Dikenal bentuk blefaritis simpleks
yang merupakan radang tepi kelopak ringan dengan terbentuknya krusta kuning basah pada
tepi bulu mata,yang mengakibatkan kedua kelopak lengket.
BLEFARTIS JAMUR
1. Infeksi superficial
2. Infeksi jamur dalam
3. Blefaritis pedikulosis.
Blefaritis pedikulosis
Kadang-kadang pada penderita dengan hygiene yang buruk akan dapat bersarang
tuma atau kutu pada pangkal silia di daerah margo palpebra.
Konjungtivitis1,2,3
Peradangan pada konjungtiva atau konjungtivitis dapat disebabkan oleh bakterivirus-fungus-alergi. Oleh karena itu, pada setiap komjungtivitis perlu dilakukan
pemeriksaan mikroskopis dari secret ataupun kerokan konjungtiva untuk mengetahui
penyebabnya supaya pengobatannya tepat.
Etiologi
Konjungtiva bisa mengalami peradangan akibat:
Infeksi olah virus atau bakteri
Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang
Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet dari las
listrik atau sinar matahari.
14
Macam-macam Konjungtivitis
1. Konjungtivitis Bakteri
o Definisi : inflamasi konjungtiva diakibatkan Staphylococcus aureus
(berhubungan dengan blefaritis), S.Epidermidis, Streptococcus pneumonia,
dan Haemophilus influenza (khususnya pada anak-anak)
o Diagnosis
Gejala : Mata merah, pedih, nyeri, mengganjal, eksudat, lakrimasi
Tanda :
Papila konjungtiva
Konjungtiva injeksi
Pemeriksaan penunjang :
o Terapi
Prinsip terapi dengan antibiotik. Pada 24 jam pertama obat diteteskan tiap 2 jam kemudian
pada hari berikutnya diberikan 4 kali sehari selama 1 minggu.
o Prognosis
Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri, infeksi dapat berlangsung selama
10-14 hari; jika diobati dengan memadai, 1-3 hari, kecuali konjungtivitis stafilokokus (yang
dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis dan memasuki tahap menahun) dan
konjungtivitis gonokokus (yang bila tidak diobati dapat berakibat perforasi kornea dan
endoftalmitis).
Karena konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk bagi meningokokus ke dalam darah dan
meninges, hasil akhir konjungtivitis meningokokus adalah septicemia dan meningitis.
Konjungtivitis bacterial menahun mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan menjadi
masalah pengobatan yang menyulitkan.
16
2. Konjungtivitis Virus
1. Konjungtivitis Folikuler Virus Akut
a). Demam Faringokonjungtival
Tanda dan gejala
Demam Faringokonjungtival ditandai oleh demam 38,3-40 C, sakit tenggorokan, dan
konjungtivitis folikuler pada satu atau dua mata. Folikuler sering sangat mencolok pada
kedua konjungtiva dan pada mukosa faring. Mata merah dan berair mata sering terjadi, dan
kadang-kadang sedikit kekeruhan daerah subepitel. Yang khas adalah limfadenopati
preaurikuler (tidak nyeri tekan).1
b). Keratokonjungtivitis Epidemika
Tanda dan gejala
Keratokonjungtivitis epidemika umumnya bilateral. Awalnya sering pada satu mata saja,
dan biasanya mata pertama lebih parah. Pada awalnya pasien merasa ada infeksi dengan
nyeri sedang dan berair mata, kemudian diikuti dalam 5-14 hari oleh fotofobia, keratitis
epitel, dan kekeruhan subepitel bulat. Sensai kornea normal. Nodus preaurikuler yang nyeri
tekan adalah khas. Edema palpebra, kemosis, dan hyperemia konjungtiva menandai fase
akut. Folikel dan perdarahan konjungtiva sering muncul dalam 48 jam. Dapat membentuk
pseudomembran dan mungkin diikuti parut datar atau pembentukan symblepharon. 1,3,
c). Konjungtivitis Virus Herpes Simpleks
Tanda dan gejala
Konjungtivitis virus herpes simplex biasanya merupakan penyakit anak kecil, adalah
keadaan yang luar biasa yang ditandai pelebaran pembuluh darah unilateral, iritasi, bertahi
mata mukoid, sakit, dan fotofobia ringan. Pada kornea tampak lesi-lesi epithelial tersendiri
yang umumnya menyatu membentuk satu ulkus atau ulkus-ulkus epithelial yang bercabang
banyak (dendritik). Konjungtivitisnya folikuler. Vesikel herpes kadang-kadang muncul di
palpebra dan tepian palpebra, disertai edema hebat pada palpebra. Khas terdapat sebuah
nodus preaurikuler yang terasa nyeri jika ditekan. 1,3
17
sekret mukoid.
Bentuk limbal, hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat membentuk
jaringan hiperplastik gelatin, dengan Trantas dot yang merupakan degenerasi
epitel kornea atau eosinofil dibagian epitel limbus kornea, terbentuk pannus
Kesimpulan
18
Pasien ini diduga telah lama menderita blefaritis skuamosa yang di dukung dengan
pengakuan pasien yang selalu berminyak pada muka dan tubuhnya. Pasien juga memiliki
riwayat insisi kalazion dan sekarang terdapat konjungtivitis pada pasien.
Mungkin saja blefaritis yang diderita sekarang merupakan perjalanan kronis karena
dulu pernah ada kalazion dan kalazion dapat menjadi komplikasi dari terdapatnya blefaritis.
Karena dengan adanya blefaritis menahun maka terjadi pula peradangan pada kelenjar
meibom berulang dan kelenjar meibom mengalami granulasi.
Konjungtivitis juga merupakan penyulit dan komplikasi dari terdapatnya blefaritis
karena masuknya bakteri ke dalam konjungtiva dan menyebabkan peradangan konjungtiva.
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaugan, Asbury. Oftalmologi umum. Jakarta : Perpustakaan Nasional Katalog
Dalam Terbitan ; 2009 .h.79-80, 99-111
2. Supartoto A, Utomo PT. Ilmu kesehatan mata . Yogyakarta : Bagian Ilmu
Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada ; 2012 .h.1920
3. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata . Jakarta : Bagian Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia ; 2015 .h.91-94, 124-34
19