Referat Obgyn
Referat Obgyn
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
petunjuknya penyusun dapat menyelesaikan referat yang berjudul Persalinan dengan
bekas sectio caesarea ini tepat pada waktunya.
Referat ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik di bagian
ilmu kandungan dan kebidanan RSUD Cibinong Pada kesempatan ini penyusun
mengucapkan terimakasih kepada dr. Benyamin Rapa,Sp.OG selaku dokter
pembimbing dalam kepaniteraan klinik ini dan rekan-rekan koass yang ikut
memberikan bantuan dan semangat secara moril.
Penyusun menyadari bahwa referat ini masih terdapat kekurangan dan
kesalahan, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak. Semoga referat ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan dalam bidang
ilmu kandungan dan kebidanan khususnya dan bidang kedokteran pada umumnya.
Penyusun
Adeline Novaria Pangestu
i
DAFTAR ISI
Kata pengantar.i
Daftar isi..2
Pendahuluan.3
Bab I Sectio Sesaria.....6
a Definisi......6
b Istilah.....6
c Indikasi...7
d Jenis-jenis Sectio............8
e Komplikasi.............11
f Perawatan pasca bedah...13
Bab II Pengelelolaan Kehamilan Dan Persalinan Pervaginam Pada Bekas Sectio
Casaearea ............................................................................................15
Daftar Pustaka..27
PENDAHULUAN
Definisi Seksio sesaria adalah kelahiran bayi melalui insisi pada dinding
abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerotomi). Namun definisi ini
tidak termasuk mengeluarkan bayi dari kavum abdomen pada kasus ruptur
uteri atau kasus kehamilan di kavum abdomen. Pada beberapa kasus, dan
paling sering karena komplikasi darurat seperti perdarahan yang tidak dapat
diatasi, histerektomi laparotomi diindikasikan dalam persalinan. Saat
dilakukan pada waktu persalinan sesar, operasinya disebut histerektomi
sesaria. Jika dilakukan dalam waktu singkat setelah persalinan per vaginam,
disebut histerektomi postpartum.
Asal terminology sesaria tidak jelas. Salah satu penjelasannya adalah
menurut legenda, Julius Caesar dilahirkan melalui cara ini, dengan hasil
prosedur ini diketahui sebagai operasi sesar.
Tetapi
Meskipun partus percobaan pada bekas operasi sesar telah banyak diterima
pada praktek obstetri modern, tingkat kesuksesan persalinan pervaginan pada
bekas operasi sesar (Vaginal Birth After Cesaeran Section-VBAC), menurun
selama 10 tahun terakhir ini. Dimana 40-50% wanita memilih VBAC pada
tahun 1996, tapi sedikitnya hanya 20% wanita yang memilih VBAC pada
tahun 2002.
BAB I
SECTIO SESAREA
DEFINISI
Sectio sesarea merupakan suatu cara melahirkan janin, plasenta dan selaput
melalui irisan pada dinding perut (laparatomi) dan dinding uterus
(histeretomi).
II
ISTILAH
Operasi porro
Adalah suatu operasi, tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (janin
sudah mati) dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya pada keadaan
infeksi rahim yang berat.
III
INDIKASI
Persalinan secara seksio sesarea sebenarnya diindikasikan untuk
menghindari kematian ibu dan bayi terutama bila terdapat kontraindikasi
selama persalinan atau bila persalinan pervaginam menghadapi hambatan atau
beresiko. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan indikasi yang paling
sering menyebabkan seksio adalah riwayat seksio sebelumnya dan distosia
pada pasien tersebut, selain itu fetal distress juga merupakan penyebab hanya
dalam proporsi yang lebih kecil. Di sini kita mengenal indikasi ibu dan
indikasi janin.
Indikasi ibu :
1
Partus lama
Kelainan letak
Gawat janin
Janin mati
IV
Jika segmen bawah uterus tidak dapat dicapai dengan aman, karena
adanya perlengketan hebat dengan kandung kemih akibat operasi
sebelumnya, atau jika terdapat mioma pada segmen bawah uterus atau
jika terdapat karsinoma serviks yang infasif.
Pada letak lintang bayi besar, terutama bila selaput ketuban telah pecah
dan bahu anak terjepit di jalan lahir.
Teknik :
1
Pada dinding perut dibuat insisisi mediana mulai dari atas simfisis
sepanjang 12 cm sampai dibawah umbilicus lapis demi lapis
sehingga kavum peritoneal terbuka.
Dibuat insisi secara tajam dengan pisau pada segmen atas rahim
(SAR), kemudian diperlebar secara sagital dengan guting.
Lapisan III
catgut biasa.
8
Kelebihan :
Kekurangan :
Lapisan II
Lapisan III
Setelah
dinding
rahim
selesai
dijahit,
kedua
adneksa
dieksplorasi.
8
Kelebihan :
Perdarahan kurang.
10
Dianjurkan
untuk
menangani
kehamilan
dengan
infeksi
SC diikuti Histerektomi
Dilakukan histerektomi setelah seksio dengan indikasi :
a
Atonia uteri
Plasenta Acreta
11
Demam tinggi
Nyeri perut
Bila mencapai keadaan sepsis, resiko kematian ibu akan tinggi sekali.
Keadaan yang memudahkan terjadinya komplikasi :
1
Sangat gemuk
Hipertensi
Gizi buruk
Infeksi nifas
12
Perdarahan
Ruptur uteri
VI
Sebagian luka sembuh dan tertutup dengan baik, sebagian yang lain
terdapat eksudat dalam jumlah sedang atau banyak dan keluar melalui
lubang-lubang (fistel) dan terinfeksi.
Adanya sepsis
13
Aposisi
Bekas SC Transperitoneal
Profunda
Garis pemotong yang tipis
membantu aposisi yang
baik tanpa meniggalkan
poket
Keadaan
uterus Bagian uterus tidak banyak
sewaktu
bergerak selama proses
penyembuhan
penyembuhan
Efek
perenggangan
Bekas SC
klasik/histerektomi
Sulit untuk aposisi garis
yang tebal. Terbentuk
poket yang mengandung
darah, yang akhirnya akan
diganti dengan jaringan
fibrosa.
Pembentukan
saluran pada bagian dalam
lebih sering terjadi karena
desisua sering tertinggal
pada waktu menjahit.
Bagian uterus berkontraksi
dan berretraksi sehingga
jahitan
terganggu,
menyebabkan luka sembuh
kurang baik
Pereganggan
terjadi
bersudut tegak terhadap
bekas operasi
Kemungkinan
besar
plasenta melekat pada
bekas
operasi
dan
melemahnya
dengan
adanya penetrasi trofoblas
atau herniasi kantong
amnion melalui saluran
yang terbentuk
Efek keseluruhan a Bekas operasi baik
a Bekas operasi lemah
b Ruptur hanya terjadi b Ruptur dapat terjadi
pada waktu partus
pada waktu kehamilan
tua dan persalinan (520x lebih sering)
Lama perawatan 5-7 hari, masa pemulihan selama 6 minggu
BAB II
14
15
16
Insisi vertikal dilakukan bila segmen bawah rahim tidak terbentuk dengan
baik atau apabila janin dalam posisi backdawn transverse. Insisi vertikal
merupakan pilihan yang bijaksana kecuali bila segmen bawah rahim telah
terbentuk dengan baik. Insisi klasik adalah insisi yang melibatkan segmen
uterus bagian atas. Kekurangannya adalah bahwa insisi klasik memiliki
kecenderungan terjadinya perlengketan yang lebih besar dan memiliki resiko
ruptur yang lebih besar pada kehamilan selanjutnya. Dalam kehamilan
berikutnya, ruptur lebih sering terjadi pada insisi vertikal yang melebar ke
miometrium bagian atas daripada segmen bawah rahim, khususnya pada saat
persalinan. Insisi vertikal atau insisi klasik memiliki jaringan parut yang lebih
tebal dan terletak pad asegmen atas uterus yang lebih kontraktil.
Vermont /New Hampshire VBAC Guidelines membagi pasien-pasien
kandidat TOLAC menjadi tiga kelompok berdasarkan resiko:
1. Kelompok resiko rendah, yaitu pasien-pasien dengan:
a. satu kali persalinan SCTPP
b. saat mulainya persalinan berlangsung spontan
c. tidak memerlukan augmentasi persalinan
d. tidak terdapat kelainan pola denyut jantung anak yang berulang
e. riwayat persalinan pervaginam pasca seksio sesarea
2. Kelompok resiko sedang, yaitu pasien-pasien dengan :
a. induksi persalinan secara mekanik atau dengan oksitosin
b. augmentasi persalinan dengan oksitosin
c. 2 kali persalinan SCTPP
d. Jarak antara SC sebelum kehamilan ini dengan waktu persalinan
saat ini < 18 bulan.
Kelompok resiko tinggi, yaitu pasien-pasien dengan :
a. Kelainan pola DJA yang meragukan dan berulang yang tidak
responsif terhadap intervensi pengobatan
b. Perdarahan yang menunjukkan tanda-tanda terjadinya solusio
plasenta
c. Dua jam tanpa perubahan serviks dalam fase aktif walaupun his
adekuat.
17
Bila penyebabnya menetap seperti pada kasus panggul sempit kita harus
melakukan SC primer, namun bila penyebabnya tidak menetap, wanita
tersebut boleh melahirkan pervaginam dengan ketentuan sebagai berikut :
1
18
dengan
kejadian
ruptura
yang
lebih
tinggi,
dengan
membandingkan insidens ruptura uteri pada wanita <30 tahun 0,5% dengan
wanita >30 tahun 1,4%. Wanita >30 tahun berisiko 3,2 kali mengalami ruptura
uteri dibandingkan dengan <30 tahun ( OR ; 3,2 angka kepercayaan 95
%).Wanita >40 tahun memiliki kemungkinan 3 kali lebih besar untuk gagal
melakukan VBAC dibanding dengan wanita <40 tahun.
Anomali uterus
Terdapat kejadian ruptur yang lebih tinggi pada wanita dengan anomali uterus.
3. Karakteristik kehamilan saat ini
Makrosomia
Risiko ruptura uteri akan meningkat dengan meningkatnya berat badan janin
karena terjadinya distensi uterus.
Ketebalan segmen bawah rahim (SBU)
19
Risiko terjadinya ruptura 0% bila ketebalan SBU > 4,5 mm, 10% bila 2,6-3,5
mm dan 16% pada ketebalan <2,5mm.
Percobaan P4S dapat dilakukan pada sebagian besar wanita dengan insisi
uterus transversal rendah dan tidak ada kontraindikasi persalinan pervaginam.
Kriteria seleksi pasien yang mencoba P4S menurut American College of
Obstetricians and Gynecologists (ACOG), yaitu:
1
Weinstein dkk dan Alamia dkk telah menyusun sistem penilaian untuk
memperkirakan keberhasilan P4S. Namun, menurut ACOG, tidak ada suatu
cara yang memuaskan untuk memperkirakan apakah P4S akan berhasil atau
tidak.
Sistem penilaian untuk memperkirakan keberhasilan P4S modifikasi FlammGeiger adalah sebagai berikut :
N
Faktor
o
1
Umur
Nilai
Dibawah 40 tahun
Diatas 40 tahun
Riwayat persalinan pervaginam :
Belum pernah
Indikasi seksio sesarea pertama selain kegagalan
0
1
kemajuan persalinan
Nilai Bishop pada saat masuk rumah sakit
<3
Taksiran Berat Janin
Sekarang = dulu
21
No.
1
2
3
Variabel
Nilai bishop 4
Persalinan pervaginam sebelum SC
Indikasi SC sebelumnya
-kategori A
Malpresentasi
Hipertensi dalam kehamilan (HDK)
Gemeli
-kategori B
Plasenta previa atau solusio plasenta
Prematuritas
Ketuban pecah dini
-kategori C
Fetal distress
CPD atau distosia
Prolaps tali pusat
-kategori D
Makrosomia
Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
Tidak
0
0
0
22
Nilai*
Ya
4
2
Variabel
Riwayat persalinan pervaginam sebelumnya
Indikasi SCsebelumnya
-sungsang, gawat janin, PP, elektif
-distosia pada < 5 cm
-distosia pada > 5 cm
3
Dilatasi serviks
- > 4cm
- >2,5 cm tapi < 4 cm
- < 2,5 cm
4
Stasion dibawah -2
5
Panjang serviks 1 cm
6
Persalinan timbul spontan
*Nilai berkisar antara 0 sampai 10
Nilai
2
2
1
0
2
1
0
2
1
1
Jika nilai :
-
23
Pesien tampak gelisah, ketakutan, disertai rasa nyeri perut bagian bawah
terus menerus, juga pada waktu diraba, terutama di luar his.
Ada tanda dehidrasi karena partus yang lama, yaitu mulut kering, lidah
kering dan haus, badan panas.
Bunyi jantung janin tidak ada atau tidak baik karena anak mengalami
asfiksia disebabkan oleh kontraksi dan retraksi rahim yang berlebihan.
Bila keadaan tersebut dibiarkan, maka suatu saat akan terjadi ruptur uteri,
dengan tanda-tanda sebagai berikut :
1
26
Tidak
Konseling kepada pasien mengenai keuntungan dan risiko partus pervaginam pada pasien pernah seksio
Ya
Asuhan antenatal
Tidak
Persalinan normal
Asuhan antenatal
Tidak
Ya
Komplikasipersalinan
Tidak
Persalinan pervaginam masih tepat ?
Ya
Algoritma
Tatalaksana persalinan pervaginam pada pasien pernah seksio
27
DAFTAR PUSTAKA
1
Flamm BL, Geiger AM. Vaginal Birth After Cesarean Delivery : An Admission
Scoring System. Obstet Gynecol 1997 ; 90 : 907 10.
The
American
College
College
Of
Obstetricians
28
And