PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ilmu
Ukur
Tanah
adalah
ilmu
yang
mempelajari
tentang
dan melintang
Mahasiswa dapat melaksanakan pengukuran traversing
Mahasiswa dapat mengetahui prosedur pembuatan garis kontur
Mahasiswa dapat melakukan pengukuran polygon terbuka dan
tertutup
BAB II
DASAR TEORI
Untuk menetapkan apakah hasil pengukuran ini dapat dipakai atau tidak, maka
diberi suatu nilai toleransi kesalahan dalam pengukuran.
Toleransi adalah suatu kesalahan maksimum yang masih dapat dijinkan, sehingga
dari hasil pengukuran dapat ditetapkan dua alternatif :
1. Kesalahan > toleransi, maka hasil pengukuran ditolak
2. Kesalahan < toleransi, maka hasil pengukuran diterima
b) PELAKSANAAN PENGUKURAN.
Cara pelaksanaan pengukuran di lapangan :
Pertama tama melakukan pengecekan alat alat, seperti :
1. Pesawat waterpass dan kaki statif
2. Rambu ukur / baak ukur
3. Patok / paku paying
4. Alat mencatat dan dash board
5. Payung
a.
Penyetelan alat
4.
sampai
titik
terakhir
dan
dilanjutkan
dengan
2. Theodolit
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk
menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda
Total Station : adalah peralatan elektronik ukur sudut dan jarak (EDM)
yang menyatu dalam 1 unit alat.
Data dapat disimpan dalam media perekam. Media ini ada yang berupa
on-board/internal, external (elect field book) atau berupa card/PCMCIA
Card. -> salah catat tidak ada.
Mampu melakukan beberapa hitungan (misal: jarak datar, beda tinggi dll)
di dalam alat. Juga mampu menjalankan program-program survey, misal :
Orientasi arah, Setting-out, Hitungan Luas dll, kemampuan ini tergantung
type total stationnya.
Untuk type high endnya ada yang dilengkapi motor penggerak, dan
dilengkapi dengan ATR-Automatic Target Recocnition, pengenal objek
otomatis (prisma).
Ketelitian dan kecepatan ukur sudut dan jarak jauh lebih baik dari
theodolite manual dan meteran. Terutama untuk pemetaan situasi.
10
Rekomendasi Pemakaian :
A. Total Station sebaiknya digunakan untuk pengukuran tata batas baru, baik
itu tata batas hutan maupun tata batas dengan pihak ketiga seperti halnya
pinjam pakai dan tukar menukar kawasan hutan.
B. Total Station sebaiknya digunakan untuk pengukuran berulang (contoh :
rekonstruksi batas kawasan hutan), dimana data sebelumnya diperoleh dari
pengukuran menggunakan Total Station juga.
11
BAB III
URAIAN JOB KERJA
3.1 JOB I
Hari / Tanggal
Lokasi
Kelompok
IV (Empat)
Instruktur
12
B. DASAR TEORI
Pengukuran garis lurus di lapangan dimaksud untuk mengetahui
jarak yang ada diantara satu titik dan titik lain.
Pengukuran garis lurus dibuat dengan menggunakan titik awal untuk
membuat garis selanjutnya harus berpotongan dengan garis selanjutnya
satu garis lurus. Rintangan yang dihindari dengan pembuatan garis lurus
yaitu apabila terdapat suatu bangunan atau pohon yang terletak pada garis
lurus atau garis ukur sehingga terbuat tidak di ukur secara langsung.
Untuk mendapatkan hasil pengukuran dengan maksimal harus
terbentuk satu garis lurus saja apabila terdapat lebih dari satu garis lurus
maka akan terjadi suatu kesalahan dari hasil pengukuran.
Dengan terbentuknya satu garis lurus maka pengukuran data
memperoleh hasil yang maksimal.
C. ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Jalon 4 buah, alat ini digunakan untuk memperpanjang garis yang
akan diukur.
2. Rol meter 1 buah, untuk mengukur jarak antar jalon.
3. Waterpass tukang 1 buah, digunakan untuk memeriksa kelurusan rol
meter pada saat menariknya dalam pengukuran untuk mendapatkan
hasil yang maksimal.
4. Nivo 1 buah, untuk memeriksa ketegakan jalon yang tel ditancapkan.
5. Helm, digunakan untuk pelindung dari kecelakaan kerja
6. Kaki segitiga (tripod) 4 buah, digunakan pada saat jalon harus
ditancapkan pada tanah keras, untuk itu dapat ditegakkan dengan
bantuan kaki segitiga.
7. Papan pengalas, digunakan untuk mengalas pada penulisan data hasil
pengukuran.
Nama Alat
Gambar
13
Rol Meter
Waterpass
Tukang
Nivo
Jalon
Pen
Tripod
14
D. LANGKAH KERJA
1.1 Membuat Garis Lurus Antara Dua Titik di Lapangan.
1. Menyiapkan semua alat yang akan di gunakan lalu tentukan lokasi
kerja.
2. meletakkan jalon A dan B pada titik yang telah ditentukan sambil
mengontrol ketegakannya dengan menggunakan nivo jalon.
P1
15
P1
P2
P1
P2
6. Setelah pengukuran selesai cabut jalon P1, P2, kemudian geser dari
tempat semula jalon itu berdiri.
16
P1
P2
P1
P2
17
P2
P1
2. Langkah kedua, giliran jalon P1 yang dicabut dan di geser, seseorang
melihat pada jalon P2 untuk mendapatkan garis lurus antara P2 P1
D. Demikian seterusnya sampai didapatkan titik segaris/lurus D
P1 P2 C.
P2
P1
18
P1
P2
19
Titik
Jarak (m)
A P1
7,194
P1 P2
7,660
P2 B
7,120
21,974
II
A P1
9,526
P1 P2
4,988
P2 B
7,276
21,790
III
A P1
5,070
P1 P2
6,126
P2 B
10,770
21,966
Jarak AB
PI PII PIII
3
20
Titik
Jarak (m)
A P1
9,600
P1 P2
9,970
P2 C
8,860
= 28,430
II
A P1
8,028
P1 P2
8,650
P2 C
11,812
= 28,490
III
A P1
10,290
P1 P2
10,032
P2 C
8,140
= 28,462
Jarak AB
I + II + III
3
= 28,461 m
21
E. PEMBAHASAN
Pada pengukuran awal jarak A P1, P1 P2, P2 B, tetap karna titik
awal kita mengukur
Pada pengukuran kedua jarak A P1. P1 P2, P2 B, bertambah
karena pada pengukuran ini jalon P1, P2 di geser dari tempat semula
sehingga mengakibatkan pertambahaan panjang pada titik A P1. P1
P2, P2 B dan seterusnya pada pengukuran ke tiga
Pada pengukuran ke empat yaitu pengukuran di antara dua bangunan,
pada pengukuran ini jarak D P1, bartambah dan P2 C, juga
bertambah tapi pada pengukuran D C, berkurang itu di sebabkan
karena pada waktu membidik jalon P1 terlalu dekat dengan jalon P2
maka pada saat pengukuran mengakibatkan jarak P1 P2 berkurang.
22
rusak.
Dalam melaksanakan praktek dilapangan kerjasama kelompok
sangat diperlukan, agar dalam pengukuran kesalahan dapat
diminimalisir.
GAMBAR SITUASI
23
3.2 JOB II
24
Hari/Tanggal
Lokasi
Kelompok
Instruktur
2.1.
2.2.
A. TUJUAN
a. Tujuan Umum
1.
2.
b. Tujuan Khusus
1.
2.
3.
Gedung.
Dapat menghitung lebar bangunan yang menjadi rintangannya.
B. DASAR TEORI
Pengukuran dengan sudut siku siku dan membuat garis lurus di
lapangan dengan rintangan banguanan dimaksud untuk mengetahui jarak
yang ada antara satu titik dengan titik yang lain.
Pengukuran ini dibuat dengan menggunakan titik awal untuk membuat
garis selanjutnya . Untuk rintangan bangunan kita harus membuat segitiga
dengan mengguankan jalon atau menancapkannya pada setiap sisi segitiga
yang di buat tadi, dengan membentuk sudut siku siku dengan
menggunkan prisma dan unting unting sehingga membentuk garis lurus.
Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang maksimal harus terbentuk
satu garis lurus apabila terdapat lebih dari satu garis lurus maka akan
25
D. LANGKAH KERJA
2.1 Membuat Sudut Siku-Siku di Lapangan
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan diguanak untuk mengukur
b. Tancapkan jalon A dan jalon B pada titik yang telah
ditentukanssambil mengontrol ketegakannya dengan
menggunakan nivo jalon
26
A
c. Tancapkan jalon C diantara jalon A dan jalon B sehingga
membentuk segitiga siku- siku. Tegakkan jalon C dengan
menggunakan Nivo. Kemudian mengatur jalon C dengan
menggunakan prisma agar jalon C tegak lurus dengan jalon A dan
jalon B, sehingga di dapat perbandingan 3:4:5.
12,400 m
7,840 m
27
9,700 m
Perhitungan :
AB2 = CB2 + AC2
AB2 = 7,8402 + 9,7002
AB2 = 61,460 + 94,090
AB =
155,5556
AB = 12, 472 m
28
10,400 m
10,630 m
8,600m
5,930 m
6,440m
29
Perhitungan :
AB2 = AC2 + BC2
AB2 = 5,9302 + 8,6002
AB2 = 35,1649 + 73,960
AB =
109,124
AB = 10,440 m
BD2 = BC2 + CD2
BD2 = 8,6002 + 6,4402
BD2 = 73,960 + 41,4736
BD =
115,4336
BD = 10,744 m
B. SARAN
1. Dalam pengukuran siku-siku keakuratan pengukuran sangat
dituntut maka pada saat pengukuran kita harus teliti dan jadi
pengukuran pada jalon ke jalon harus dari as ke asnya dan pada
saat penarikan saran dan pada saat penarikan rol meter jangan
30
GAMBAR SITUASI
31
Hari / Tanggal
Lokasi
Kelompok
IV (Empat)
Instruktur
Kushari, ST. MT
SUB JOB :
3.1 Mengukur Jarak antara 2 titik dengan Rintangan Sungai
3.2 Mengukur Jarak antara 2 titik dengan Rintangan Gedung
A.
TUJUAN
a.
Tujuan Umum
1.
2.
akurat.
Dapat mengetahui dan dapat mengatasi adanya kesulitankesulitan dalam melakukan pengukuran sudut siku-siku dan
3.
b.
Tujuan Khusus
1. Dapat melakukan pengukuran sudut siku-siku di lapangan.
2. Dapat melakukan pengukuran jarak yang terhalang oleh rintangan
atau bangunan.
3. Dapat membuat garis sejajar di lapangan
4. Dapat membuktikan keakuratan dalam ukuran
B.
DASAR TEORI
32
2.
3.
Rol Meter 1 buah, fungsinya yaitu untuk mengukur dari satu jalon
kejalon yang lainnya.
4.
5.
6.
33
7.
8.
D.
34
35
Penyelesaian :
Jarak
AC
= 3,820 m
CD
= 2,400 m
AD
= 4,510 m
EF
= 12,220 m
BF
= 3,080 m
BE
= 12,602 m
AF
CA =
AF
3,820
AF=
EF
CD
12,220
2,400
12,220 x 3,820
2,400
AF = 19, 450 m
Jadi,
AB
= AF BF
= 19,450 3,080
= 16,370 m
36
= AD2
2,4002 + 3,8202
= 4,5102
5,760 + 14,592
= 20,340
20,352
Sin
20,340
= CD
DA
Cos
= 2,400
4,510
Sin
= 0,532
= CA
DA
= 3,820
4,510
Cos
= 32o 09 03
= 0,847
= 32o 06 45
5m
4m
4) Jika kita telah mendapatkan jalon D. Maka kita memperpanjang
garis A dan B yang membentuk garis C perpanjangannya yaitu
dengan cara kita membidik di belakang jalon A sehingga
mendapatkan garis yang lurus A, B dan C.
38
7) Setelah kita berdiri pada titik atau jalon G dan mengukur ke titik H
yaitu jaraknya sama dengan jarak A D. Selanjutnya titik H di ukur
sama jaraknya B E sehingga membentuk titik J, dan kita telah
mendapatkan titik J dan I.
39
9) Setelah kita mendapatkan titik atau garis yang siku yaitu A B dan
D E sama dengan I J dan G H, dan garis sejajar D, E, F, G dan
H maka kita ukur jarak dari titik tersebut yaitu titik yang diukur
adalah :
- A, B dan C
- D, E, F, G dan H
- K, I dan J
10) Catatlah
hasil
pengukuran
itu,
setelah
mendapatkan
hasil
DATA LAPANGAN
Pengukuran dengan Rintangan Gedung
40
Penyelesaian :
Jarak
ABC
= 4,830 m
DEFGH = 33,780 m
KIJ
= 8,480 m
Jadi
CK
Jarak langsung yang diukur dengan rol meter pada bangunan yaitu 33,300 m.
E.
42
GAMBAR SITUASI
3.1 Pengukuran dengan rintangan sungai
43
44
3.4 JOB IV
Hari / Tanggal
Lokasi
Kelompok
IV (Empat)
Instruktur
Kushari, ST, MT
A. TUJUAN
1.1. Tujuan Umum
1. Mahasiswa dapat mengetahui syarat penggunaan pesawat waterpass.
2. Mahasiswa dapat mengenal dann menggunakan alat-alat waterpass.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengatasi kesulitan-kesulitan
dalam menggunakan pesawat waterpass.
1.2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat menempatkan dan menyetel alat ukur waterpass.
2. Mahasiswa dapat membidik dan membaca bak ukur dengan pesawat
waterpass.
3. Mahasiswa dapat membaca skala lingkaran pada pesawat waterpass.
4. Mahasiswa dapat memeriksa waterpas.
5. Dapat mengukur jarak dengan menggunakan waterpas.
6. Dapat menghitung beda tinggi.
B. DASAR TEORI
Pengukuran dengan alat waterpas dilapangan dimaksud untuk menentukan
beda tinggi dan jarak antar patok/pen.
Untuk melakukan pengukuran dengan alat waterpas kita harus menentukan
titik pertama untuk penempatan watrepas selanjutnya untuk bak ukur kita
harus tempatkan pada suatu titik yang telah di tentukan.
Dalam pengukuran dengan menggunakan waterpas harus lurus pada titik yang
akan di bidik pada bak ukur.
45
Keterangan :
4
3
1.
2.
3.
4.
5.
Plat Dasar
Skrup Penyetel
Nivo
Mempertajam Benang
Alat
Bidik Kasar
(Vizier)
Lensa pembidikkan
Lensa Objektif
Penyetel Fokus
Lingkaran Sudut
Penggerak Halus
11. Pembacaan
sudut
6.
7.
8.
9.
10.
Horizontal
(Dalam
grid).
7
8
1
1
9
10
46
Rumus Jarak :
L
= ( BA BB ) x 100
BT
= BA + BB
2
Ket.
= Jarak langsung
BA = Benang atas
BT = Benang tengah
BB = Benang bawah
Rumus Beda Tinggi :
Kondisi 1 : Alat berada di antara titik.
h = BT Belakang - BT Muka
47
48
BB
S
Fobj
D
D
= D + (S + Fobj)
D / Fobj
=i/P
= i . Fobj / P
Fobj / P = B
= i . 100
= (S + Fobj)
= ( BA BB )
D = D + A i . 100 + A
A < 50
A 0, Sehingga ; D
= i . 100 + 0
49
E. PERALATAN/PERLENGKAPAN
1. Pesawat waterpass (alat sipat datar) dan perlengkapannya.
2. Tripoid (kaki tiga)
3. Unting-unting
4. Bak ukur
5. Rol meter
6. Jalon
7. Patok / pen
8. Payung
9. Nivo
10. Alat tulis menulis dan papan pengalas.
Watepass
Unting-unting
Nivo
Bak Ukur
50
Rol Meter
Roll Meter
Tripod
F. PETUNJUK UMUM
1. Perhatikan dengan seksama lembar kerja ini dan langkah langkah
kerjanya.
2. Menyetel alat waterpass adalah pengaturan alat sampai memenuhi syarat
untuk melakukan pengukuran.
3. Memperhatikan dan mengetahui jenis jenis skrub pada alat.
4. Untuk bak ukur harus tegak / vertikal.
5. Pelajari buku petunjuk / spesifikasi pesawat waterpass yang akan
digunakan.
6. Jangan memutar skrub sebelum mengetahui kegunaannya.
7. Bekerjalah secara hati hati dan sabar jangan mempermainkan alat.
8. Satelah selesai semua peralatan dikumpul, dibersihkan dan dikembalikan
sesuai posisi semula (saat pengambilan dan peminjaman).
9. Data hasil pengukuran di lapangan agar diperiksa dan diparaf oleh
instruktur.
G. LANGKAH KERJA
1.1. Mengatur / menyetel pesawat waterpass.
1. Dirikan tripoid / statif diatas titik yang dimaksud hungga kaki skrub
membentuk segitiga sama sisi dan platnya diusahakan mendatar.
2. Pasang pesawat dan kuncikan sekedarnya sehingga masih muda digesr
geser.
3. Pasang unting unting sedemikian hingga kira kira 1 cm di atas titik
yang dimaksud.
4. Atur unting unting dengan menggeser pesawat di atas plat level
hingga betul betul di tengah, kemudian kencangkan pengunci alat.
51
53
54
1. Tentukan dahulu titik P1, P2, P3, P4,P5 hingga titik P17 terlebih dahulu.
titik A, B, C, D, E, F sebagai tempat berdirinya alat. Seperti pada
gambar
2. Setelah semua titik titik tadi telah ditentukan, tempatkanlah alat ukur
waterpas pada titik A Kemudian atur sedemikian rupa seperti langkah
langkah pengaturan di atas.
3. Kemudian mulailah melakukan pengukuran berawal dari A ke P1,
kemudian diputar dari A ke P2 dan seterusnya diputar hingga berakhir
pada titik P17. Tetapi sebelumnya lakukan pengukuran dari titik A ke
BM. Lihat gambar.
Gambar Pengukuran :
55
56
PEMBACA
TITI
K
ALA
T
Dendi Purwanto
(312 12 075)
Andi Rahmat
Ashar
(312 12 071)
Yudistira Eka
Putra
(312 12 072)
Gabriel LSB
Pakan
(312 12 069)
NAMA
PATO
K
NOMO
R
PATOK
BM
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
PEMBACAAN BENANG
TINGG
I ALAT
(i)
JARAK
OPTIS
UKUR
BEDA
TINGGI
28,000
26,900
29,700
34,900
26,900
25,900
30,200
25,500
29,000
29,000
26,800
27.992
26.822
29.608
27.796
27.150
30.072
24.740
25.750
29.074
28.958
26.729
0,397
0,201
-0,601
0,391
0,192
-0,592
0,393
0,191
-0,752
0,395
0,195
1,115
29,000
29.281
-0,550
1,675
1,275
1,065
1,624
1,224
1,021
26,800
28,500
31,500
25,000
26,600
32,200
27.320
28.658
31.780
25.078
26.292
29.659
0,395
0,165
-0,502
0,398
0,190
0,190
BA
BT
BB
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
1,810
1,410
1,230
1,890
1,413
1,200
1,802
1,415
1,240
1,980
1,589
1,670
1,273
1,072
1,673
1,282
1,090
1,682
1,289
1,098
1,850
1,455
1,530
1,141
0,933
1,541
1,144
0,941
1,500
1,160
0,950
1,690
1,321
P11
III
1,405
1,260
P12
P13
P14
P15
P16
P17
I
II
III
I
II
III
1,943
1,560
1,380
1,874
1,490
1,343
1,810
1,415
1,250
1,752
1,354
1,164
1,550
1,560
1,480
1,600
1,600
1,570
57
58
H. ANALISIS PERHITUNGAN
Menghitung Jarak Optis :
A BM
= (BA-BB) x 100
= (1,810 1,530) x 100
= 28 m
A P1
= (BA-BB) x 100
= (1,410 1,141) x 100
= 26,9 m
A P2
= (BA-BB) x 100
= (1,230 0,933) x 100
= 29,7 m
B P3
= (BA-BB) x 100
= (1,890 1,541) x 100
= 34,900 m
B P4
= (BA-BB) x 100
= (1,413 1,144) x 100
= 26,900 m
B P5
= (BA-BB) x 100
= (1,240 0,941) x 100
= 25,900 m
C P6
= (BA-BB) x 100
= (1,802 1,500) x 100
= 30,200 m
C P7
= (BA-BB) x 100
= (1,415 1,160) x 100
= 25,500 m
C P8
= (BA-BB) x 100
= (1,240 0,950) x 100
= 29,000 m
59
D P9
= (BA-BB) x 100
= (1,980 1,690) x 100
= 29,000 m
D P10
= (BA-BB) x 100
= (1,589 1,321) x 100
= 26,800 m
D P11
= (BA-BB) x 100
= (1,405 1,115) x 100
= 29,000 m
E P12
= (BA-BB) x 100
= (1,943 1,675) x 100
= 26,800 m
E P13
= (BA-BB) x 100
= (1,560 1,275) x 100
= 28,500 m
E P14
= (BA-BB) x 100
= (1,380 1,065) x 100
= 31,500 m
F P15
= (BA-BB) x 100
= (1,874 1,624) x 100
= 25,000m
F P16
= (BA-BB) x 100
= (1,490 1,224) x 100
= 26,6 m
F P17
= (BA-BB) x 100
= (1,343 1,021) x 100
= 32,2 m
60
EBM
= BTBM BTP1
EP1
= EBM + h
= 1,670 1,273
= 10,000 + (0,397)
= 0,397
= +10,397 m
= +10,000
P1 P2
h P1 P2
EP1
= BT1 BTP2
EP2
= EP1 + h
= 1,273 1,072
= 10,397 + (0,201)
= 0,201
= +10,598 m
= +10,397 m
P2 P3
h P2 P3
EP2
= BTP2 BTP3
EP3
= EP2 + h
= 1,072 1,673
= 10,598+ (-0,601)
= -0,601m
= +9,997 m
= +10,598 m
P3 P4
h P3 P4
EP3
= BTP3 BTP4
EP4
= EP3 + h
= 1,673 1,282
= 9,997 + (0,391)
= 0,391m
= +10,388 m
= +9,997 m
P4 P5
h P4 P5
EP4
= BTP4 BTP5\
EP5
= EP4 + h
= 1,282 1,090
= 10,388 + (0,192)
= 0,192
= +10,580 m
= +10,388 m
61
P5 P6
h P5 P6
EP5
= BTP5 BTP6
EP6
= EP5 + h
= 1,090 1,682
= 10,580 + (-0,592)
= -0,592
= +9,988 m
= +10,580 m
P6 P7
h P6 P7
EP6
= BTP6 BTP7
EP7
= EP6 + h
= 1,682 1,289
= 9,988 + (0,393)
= 0,393
= +10,381 m
= +9,988 m
P7 P8
h P7 P8
EP7
= BTP7 BTP8
EP8
= EP7 + h
= 1,289 1,098
= 10,381+ (0,191)
= 0,191
= +10,572 m
= +10,381 m
P8 P9
h P8 P9
EP8
= BTP8 BTP9
EP9
= EP8 + h
= 1,098 1,850
= 10,572 + (-0,752)
= -0,752
= +9,820 m
= +10,572 m
P9 P10
h P9 P10
EP9
= BTP9 BT10
EP10
= EP9 + h
= 1,850 1,455
= 9,820 + (0,395)
= 0,395
= +10,215 m
= +9,820 m
62
P10 P11
h P10 P11 = BT10 BTP11
EBM
EP11
= E10 + h
= 1,455 1,260
= 10,215 + (0,195)
= 0,195
= +10,410 m
= +10,215
P11 P12
h P11 P12
EP1
= BT11 BTP12
EP12
= EP11 + h
= 1,260 1,810
= 10,410+ (-0,550)
= -0,550
= +9,860 m
= +9,860m
P12 P13
h P12 P13
EP2
= BTP12 BTP13
EP13
= EP12 + h
= 1,810 1,415
= 9,860 + (0,395)
= 0,395
= +10,225 m
= +10,225 m
P13 P14
h P13 P14
EP3
= BTP13 BTP14
EP14
= EP13 + h
= 1,415 1,250
= 10,225 + (0,165)
= 0,165
= +10,420 m
= +10,420 m
P14 P15
h P14 P15
EP4
= BTP14 BTP15
EP15
= EP14 + h
= 1,250 1,752
= 10,420 + (-0,502)
= -0,502
= +9,918 m
= +9,918 m
63
P15 P16
h P15 P16
EP15
= BTP15 BTP16
EP16
= EP15 + h
= 1,752 1,354
= 9,918 + (0,398)
= 0,398
= +10,316 m
= +10,316 m
P16 P17
h P16 P17
EP16
= BTP16 BTP17
EP17
= EP16 + h
= 1,354 1,164
= 10,316 + (-0,190)
= 0,190
= +10,506 m
= +10,506 m
64
TABEL DATA
PEMBACA
Hijrah Rauf
(312 12 070)
Evy Fatimah Sari
(312 12 074)
Dendi Purwanto
(312 12 075)
Andi Rahmat Ashar
(312 12 071)
Yudistira Eka Putra
(312 12 072)
Gabriel LSB Pakan
(312 12 069)
TITI
NAMA
K
PATOK
ALAT
BM
A
P1
P2
P3
B
P4
P5
P6
C
P7
P8
P9
D
P10
P11
P12
E
P13
P14
P15
F
P16
P17
NOMO
R
PATOK
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
PEMBACAAN BENANG
BA
BT
BB
1,810
1,410
1,230
1,890
1,413
1,200
1,802
1,415
1,240
1,980
1,589
1,405
1,943
1,560
1,380
1,874
1,490
1,343
1,670
1,273
1,072
1,673
1,282
1,090
1,682
1,289
1,098
1,850
1,455
1,260
1,810
1,415
1,250
1,752
1,354
1,164
1,530
1,141
0,933
1,541
1,144
0,941
1,500
1,160
0,950
1,690
1,321
1,115
1,675
1,275
1,065
1,624
1,224
1,021
TINGG
I ALAT
1,550
1,560
1,480
1,600
1,600
1,570
JARAK
OPTIS
UKUR
28,000
26,900
29,700
34,900
26,900
25,900
30,200
25,500
29,000
29,000
26,800
29,000
26,800
28,500
31,500
25,000
26,600
32,200
27.992
26.822
29.608
27.796
27.150
30.072
24.740
25.750
29.074
28.958
26.729
29.281
27.320
28.658
31.780
25.078
26.292
29.659
BEDA
TINGG
I
0,397
0,201
-0,601
0,391
0,192
-0,592
0,393
0,191
-0,752
0,395
0,195
-0,550
0,395
0,165
-0,502
0,398
0,190
0,190
ELEVASI
10,000
10,397
10,598
9,997
10,388
10,580
9,988
10,381
10,572
9,820
10,215
10,410
9,860
10,255
10,420
9,918
10,316
10,506
65
fungsinya.
B. SARAN
- Dalam pengukuran yang harus di lakukan adalah melakukan
pembacaan bak ukur secara berulang ulang untuk mendapatkan hasil
yang akurat, kemudian harus bergantian dalam pembacaan dengan
teman untuk menyamakan pembacaan
GAMBAR SITUASI
3.5 JOB V
Hari / Tanggal
66
Lokasi
Kelompok
IV (Empat)
Instruktur
A. TUJUAN
1.1.
Tujuan umum
1.
Dapat terampil mengatur alat dan membaca bak ukur dengan tepat
dalam tiap pengukuran.
2.
3.
4.
1.2.
Tujuan khusus
1.
2.
3.
B. DASAR TEORI
Pada pengukuran profil memanjang dan melintang dilapangan dimaksud
untuk dapat mengetahui jarak dan beda tinggi pada suatu titik dan titik lain.
67
Rumus Jarak :
L
BT
= BA + BB
2
Ket. : L
Jarak langsung
BA
Benang atas
BT
Benang tengah
BB
Benang bawah
68
mendapatkan
hasil
yang
maksimal
dalam
pengukuran
69
Watepas
Nivo
Unting - unting
Bak Ukur
70
Rol Meter
Tripoid
Pen
D. PETUNJUK UMUM
1. Pergunakan semua peralatan menurut aturannya masing-masing.
2. Bak ukur / Rambu ukur harus berdiri vertical diatas patok atau diatas
alas bakukur (portable shoes) tanah.
3. Setiap pembacaan harus memeriksa yaitu BA + BB = 2 BT atau BA
BT = BT BB.
4. Terlebih dahulu dibuat skema jalan pengukuran sebagai data awal.
5. Ikuti tata tetib keselamatan kerja (baju praktek, helm, sepatu)
6. Setelah
selesai,
semua
peralatan
dikumpul,
dibersihkan
dan
Traversing/Profil Memanjang
71
1.
2.
72
2.
Profil Melintang
a. Tentukan posisi dari profil tersebut terhadap traver yang telah
ditentukan. Jarak setiap titik bantu pada profil masing-masing 2m.
b. Tempatkan dan stel pesawat pada titik diluar garis profil, sehingga dari
titik tersebut dapat membidik sepanjang profil yang akan diukur.
c. Pasang bak ukur di BM. Letakkan alat diantara titik P1 dan P2 dari
travers yang ditentukan, kemudian bidik titik BM lalu catat data
pembacaan (BA, BT, BB)
73
d. Pasang bak ukur pada titik P1, lalu catat data pembacaan bak.
e. Setelah itu, pasang bak ukur pada titik bantu (a1, b1, c1, d1) lalu
lakukan pembacaan benang.
f. Setelah pembacaan benang pada titik bantu, putar pesawat waterpass
untuk membaca P2 (muka). Catat hasil pembacaan benang.
g. Pindahkan alat diantara titik P2 dan P3 (alat segaris dengan P2-P3).
Lakukan pembacaan benang untuk P2 belakang. Setelah melakukan
pembacaan, pasang bak ukur pada titik bantu (a2, b2, c2, d2), lalu
baca dan catat data pembacaan.
h. Setelah itu, bidik P3 muka, dan catat hasil pembacaan.
i. Pindahkan pesawat pada slag selanjutnya, kemudian ulangi langkah
(g) dan (h).
j. Begitu seterusnya sampai pada slag terakhir.
k. Hitung dan gambar hasil pengukuran melintang.
74
TENGA
H
JARAK
BELAKAN
G
UKUR
P1
1,420
1,870
1,800
1,730
1,295
1,225
1,155
P1
Sla
g2
1,310
1,240
1,170
14,430
14,000
-0,115
1,490
1,428
1,364
P5
Sla
g4
P6
P6
1,245
1,175
1,105
1,656
1,592
1,520
+9,620
+9,620
10,845
+9,505
14,800
14,700
-0,200
+9,305
14,000
14,000
-0,180
+9,305
1,420
1,550
1,483
1,420
ELEVASI
+10,000
11,420
-0,380
P4
P5
Sla
g5
14,000
1,340
1,615
1,540
1,468
P3
Sla
g3
14,000
P2
P3
TGB
OPTIS
BM
Sla
g1
TINGGI
ALAT(i)
13,530
13,000
12,800
12,600
-0,063
14,000
12,750
13,600
+9,125
+9,062
+9,062
0,253
14,000
10,545
10,490
+9,315
7,915
+9,315
75
P7
0,192
1,400
+9,507
76
F. PENGOLAHAN DATA:
Pengukuran Jarak Optis
DP1 muka
BB)
1,730 x
100
DP1 Belakang
= 1,295 = 14,000 m
1,155 x
100
DP3 muka
= 1,615 = 14,700 m
1,468 x
100
DP3 belakang
= 1,310 = 14,000 m
1,170 x
100
DP5 muka
= 1,550 = 13,000 m
1,420 x
100
DP5 belakang
= 1,490 = 12,600 m
1,364 x
100
DP6 muka
= 1,245 = 14,000 m
1,105 x
100
DP6 belakang
= 1,656 = 13,600 m
1,520 x
100
i BM
1,420
BTP1
1,800
EP1 =
EBM
= 10,000
+
+
hBMP1
-0,380
77
-0,380
9,620
PIP2 =
=
=
BTP1
1,225
-0,115
iP2
- 1,340
m
EP2 =
=
=
EP1
9,620
9,505
+
+
m
PIP2
-0,115
P1P3 =
=
=
BTP1
1,225
-0,315
- BTP3
- 1,540
m
EP3 =
=
=
EP1
9,620
9,305
+
+
m
P1P3
-0,315
P3P4 =
=
=
BTP3
1,240
-0,180
ip4
- 1,420
m
EP4 =
=
=
EP3
9,305
9,125
+
+
m
P3P4
-0,180
P3P5 =
=
=
BTP3
1,240
-0,243
- BTP5
- 1,483
m
EP5 =
=
=
EP3
9,305
9,062
+
+
m
P3P5
-0,243
P5P6 =
=
=
BTP5
1,428
0,253
- BTP6
- 1,175
m
EP6 =
=
=
EP5
9,062
9,315
+
+
m
P5P6
0,253
P6P7 =
=
=
BTP6
1,592
0,192
iP7
- 1,400
m
EP7 =
=
=
EP6
9,315
9,507
+
+
m
P6P7
0,192
78
Sketsa Pengukuran
Profil Melintang
79
1.500
1.440
1.438
1.430
1.400
1.420
Titik
Target
BM
P1
a
b
c
d
P2
P2
a
b
c
d
P3
P3
a
b
c
d
P4
P4
a
b
c
d
P5
P5
a
b
c
d
P6
P6
a
b
c
d
P7
Belakang
BA
BT
BB
0.450 0.240 0.030
1.315 1.275 1.235
1.180
1.235
1.342
1.321
1.307
1.140
1.195
1.302
1.281
1.267
BA
Muka
BT
BB
0.815
1.765
1.291
1.321
1.890
0.770
1.725
1.250
1.279
1.850
0.725
1.682
1.210
1.277
1.810
1.009
1.490
1.248
1.232
1.735
0.961
1.448
1.198
1.189
1.695
0.919
1.408
1.153
1.145
1.655
1.481
1.275
1.350
1.345
1.678
1.435
1.232
1.310
1.300
1.640
1.390
1.190
1.267
1.255
1.603
1.297
1.356
1.475
1.489
1.680
1.252
1.314
1.432
1.446
1.635
1.206
1.272
1.392
1.400
1.600
1.181
1.741
1.370
1.380
1.614
1.141
1.701
1.324
1.340
1.574
1.090
1.661
1.290
1.295
1.534
1.261
1.285
1.384
1.354
1.507
1.212
1.245
1.345
1.315
1.468
1.166
1.202
1.307
1.275
1.429
Jarak
Ukur
Optis
42.000 42.000
16.000
16.000
-1.035
0.505
-0.450
0.025
-0.004
-0.575
16.000
0.179
-0.308
-0.058
-0.049
-0.555
15.500
-0.240
-0.037
-0.115
-0.105
-0.445
16.000
0.050
-0.012
-0.130
-0.144
-0.333
15.900
0.140
-0.420
-0.043
-0.059
-0.293
15.700
0.055
0.022
-0.078
-0.048
-0.201
1.100
16.000
1.155
15.400
1.262
16.000
1.242
15.840
1.228
16.000
Elevasi
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
10.00
8.965
9.470
8.515
8.990
8.961
8.390
8.390
8.569
8.082
8.332
8.341
7.835
7.835
7.595
7.798
7.720
7.730
7.390
7.390
7.440
7.378
7.260
7.246
7.057
7.057
7.197
6.637
7.014
6.998
6.764
6.764
6.819
6.786
6.686
6.716
6.563
BM-P1
DBM-P1
P1-P2
DP1-P2
P2-P3
DP2-P3
P3-P4
DP3-P4
P4-P5
DP4-P5
P5-P6
DP5-P6
P7-P7
DP5-P6
= (BA-BB) x 100
= (0,450-0,030) x 100
= 42,000 m
= DP1 + DP2
= (BA-BB)P1 blk x 100 + (BA-BB)P2 dpn x 100
= (1,315-1,235) x 100 + (1.890-1,810) x 100
= 16,000 m
= DP2 + DP3
= (BA-BB)P2 blk x 100 + (BA-BB)P3 dpn x 100
= (1,180-1,100) x 100 + (1,735-1,655) x 100
= 16,000 m
= DP3 + DP4
= (BA-BB)P3 blk x 100 + (BA-BB)P4 dpn x 100
= (1,235-1,155) x 100 + (1,678-1,603) x 100
= 15,500 m
= DP4 + DP5
= (BA-BB)P4 blk x 100 + (BA-BB)P5 dpn x 100
= (1,342-1,262) x 100 + (1,680-1,600) x 100
= 16,000 m
= DP5 + DP6
= (BA-BB)P5 blk x 100 + (BA-BB)P6 dpn x 100
= (1,321-1,242) x 100 + (1,614-1,534) x 100
= 15,900 m
= DP6 + DP7
= (BA-BB)P6 blk x 100 + (BA-BB)P7 dpn x 100
= (1,307-1,228) x 100 + (1,507-1,429) x 100
= 15,700 m
BTBM
0.240
-1.035
BTP1
1,275
BTP1
m
-
BTP1
1,275
BTa0
0,770
BTb0
0.505
81
=
hP1c0 =
=
hP1d0 =
=
hP1P2 =
=
hP2a1 =
=
hP2b1 =
=
hP2c1 =
=
hP2d1 =
=
hP2P3 =
=
hP3a2 =
=
hP3b2 =
=
hP3c2 =
=
hP3d2 =
=
hP3P4 =
=
hP4a3 =
=
hP4b3 =
=
hP4c3 =
=
hP4d3 =
=
hP4P5 =
=
hP5a4 =
=
hP5b4 =
=
hP5c4 =
=
hP5d4 =
=
hP5P6 =
1,275
BTP1
1,275
BTP1
1,275
BTP1
1,275
BTP2
1,140
BTP2
1,140
BTP2
1,140
BTP2
1,140
BTP2
1,140
BTP3
1,195
BTP3
1,195
BTP3
1,195
BTP3
1,195
BTP3
1,195
BTP4
1,302
BTP4
1,302
BTP4
1,302
BTP4
1,302
BTP4
1,302
BTP5
1,281
BTP5
1,281
BTP5
1,281
BTP5
1,281
BTP5
1.725
BTc0
1.250
BTd0
1.279
BTP2
1.850
BTa1
0,961
BTb1
1,448
BTc1
1,198
BTd1
1,189
BTP3
1,695
BTa2
1,435
BTb2
1,232
BTc2
1,310
BTd2
1.300
BTP4
1.640
BTa3
1,252
BTb3
1,314
BTc3
1,432
BTd3
1,446
BTP5
1.635
BTa4
1,141
BTb4
1,701
BTc4
1,324
BTd4
1,340
BTP6
-0.450
0.025
-0.004
-0.575
0,179
-0,308
-0,058
-0,049
-0,555
-0.240
-0,037
-0,115
-0,105
-0,445
0,050
-0,012
-0,130
-0,144
-0,333
-0.140
-0,420
-0,043
-0,059
82
=
hP6a5 =
=
hP6b5 =
=
hP6c5 =
=
hP6d5 =
=
hP6P7 =
=
1,281
BTP6
1,267
BTP6
1,267
BTP6
1,267
BTP6
1,267
BTP6
1,267
1,574
BTa5
1,212
BTb5
1,245
BTc5
1,345
BTd5
1,315
BTP7
1.468
-0,293
0,055
0,022
-0,078
-0,048
-0.201
Elevasi Titik
EBM
EP1
EP2
EP3
EP4
EP5
EP6
EP7
= +10.000 m
= EBm + hBmP1
= EP1 + hP1P2
= EP2 + hP2P3
= EP3 + hP3P4
= EP4 + hP4P5
= EP5 + hP5P6
= EP6 + hP6P7
= 10.000 + ( -1,305
= 8,965 + ( -0,575
= 8.390 + ( -0.555
= 7,835 + ( -0.445
= 7,390 + ( -0,333
= 7,057 + ( -0,293
= 7,057 + ( -0,201
)
)
)
)
)
)
)
=
=
=
=
=
=
=
8,965
8,390
7,835
7,390
7,057
6,764
6,563
m
m
m
m
m
m
m
Ea0
Eb0
Ec0
Ed0
=
=
=
=
EP1
EP1
EP1
EP1
+
+
+
+
hP1a
hP1b
hP1c
hP1d
=
=
=
=
8,965
8,965
8,965
8,965
+
+
+
+
( 0,505
( -0,450
( 0,025
( -0,004
)
)
)
)
=
=
=
=
9,470
8,515
8,990
8,961
m
m
m
m
Ea1
Eb1
Ec1
Ed1
=
=
=
=
EP2
EP2
EP2
EP2
+
+
+
+
hP2a
hP2b
hP2c
hP2d
=
=
=
=
8,390
8,390
8,390
8,390
+
+
+
+
( 0,179
( -0,308
( -0,058
( -0,049
)
)
)
)
=
=
=
=
8,569
8,082
8,332
8,341
m
m
m
m
Ea2
Eb2
Ec2
Ed2
=
=
=
=
EP3
EP3
EP3
EP3
+
+
+
+
hP3a
hP3b
hP3c
hP3d
=
=
=
=
7,835
7,835
7,835
7,835
+
+
+
+
( -0,240
( -0,037
( -0,115
( -0,105
)
)
)
)
=
=
=
=
7,595
7,798
7,720
7,730
m
m
m
m
Ea3
Eb3
Ec3
Ed3
=
=
=
=
EP4
EP4
EP4
EP4
+
+
+
+
hP4a
hP4b
hP4c
hP4d
=
=
=
=
7,390
7,390
7,390
7,390
+
+
+
+
( 0,050
( -0,012
( -0,130
( -0,144
)
)
)
)
=
=
=
=
7,440
7,378
7,260
7,246
m
m
m
m
Ea4
Eb4
=
=
EP5
EP5
+
+
hP5a
hP5b
=
=
7,057
7,057
+ ( 0,140
+ ( -0,420
) = 7,197 m
) = 6,637 m
83
Ec4
Ed4
=
=
EP5
EP5
+
+
hP5c
hP5d
=
=
7,057
7,057
+ ( -0,043
+ ( -0,059
) = 7,014 m
) = 6,998 m
Ea5
Eb5
Ec5
Ed5
=
=
=
=
EP6
EP6
EP6
EP6
+
+
+
+
hP6a
hP6b
hP6c
hP6d
=
=
=
=
6,764
6,764
6,764
6,764
+
+
+
+
)
)
)
)
( 0,055
( 0,022
( -0,078
( -0,048
=
=
=
=
6,819
6,786
6,686
6,716
m
m
m
m
2.
3.
4.
Dalam pengukuran ini dapat pula kita mengukur jarak optis dan
beda tinggi dan menganalisis hasil pengukuran dilapangan dengan
hasil pengukuran.
B. SARAN
1.
2.
85
3.6 JOB VI
Hari/Tanggal
Lokasi
Kelompok
: IV (Empat)
Instruktur
A. TUJUAN
1.1.
Tujuan Umum
Mahasiswa dapat terampil mengukur dan membuat peta kontur
1.2.
Tujuan khusus
1. Dapat menggunakan waterpass dengan baik dan benar
2. Dapat menentukan elevasi titik diatas permukaan tanah dengan
alat waterpas
3. Dapat mengetahui prosedur pembuatan peta kontur
4. Dapat membuat peta kontur dengan komputer
B. DASAR TEORI
Di dalam pengukuran membuuat garis kontur dilapangan dimaksud
untuk dapat mengetahui elevasi titik di atas permukaan tanah dengan alat
waterpas dan terampil dalam menarik garis kontur pada titik elevasi yang
diperoleh dari pengukuran elevasi.
Untuk melakukan pengukuran garis kontur dengan menentukan titik
pertama untuk penempatan waterpas. Sebelum melakukan pembacaan
rambu ukur terlebih dahulu tentukanlmah sudt siku-siku dengan menyetel
alat ukur penentuan kesikuan yang ada pada waterpass.
Dalam pengukuran ini yang harus diperhatikan adalah ketegakkan dan
kesikuan waterpas antara koordinat X dan Y dilapangan. Penempatan
waterpas harus ditentukan, dan lurus antar titik yang satu dengan yang lain
dan pembacaannya harus teliti dan benar-benar akurat.
86
BT
= BA + BB
2
Rumus elevasi :
ElvB
= ElA + hAB
= BTA - BTB
C. PERALATAN/PERLENGKAPAN
1. Rol meter untuk mengukur jarak antara titik tempat menancapkan
patok/pen dan kelurusan dari titik yang satu dengan yang lain
2. Pesawat waterpas berfungsi untuk membidik atau membaca BA. BT,
dan BB terhadap bak ukur.
3. Bak ukur yaitu sebagai tempat pembacaan ukuran BA. BT, dan BB
dari waterpas.
4. Unting-unting untuk menentukan AS pada titik yang telah ditentukan
sebagai tempat waterpas
5. Nivo untuk menentukan ketegakkan bak ukur
6. Kaki tiga/tripoid/statif berfungsi sebagai tempat atau jarak yang telah
diukur dan sebagai tempat untuk mendirikan bak ukur
87
koordinat X dan Y. selanjutnya ukur jarak lurus dari titik awal ke arah
X sepanjang 25 meter (sesuai petunjuk instruktur) kemudian beri
patok setiap jarak 5 meter (A1,A2, dan seterusnya) pastikan
kelurusan patok dari titik awal.
88
3.
4.
5.
6.
sejauh 25 m dan beri titik setiap 5 m (B1, C1, D1, E1, F1).
Arahkan pesawat pada titik A1, kemudian putar 90 untuk
89
90
SKESTA PENGUKURAN :
91
Tempat
Alat
A1
A2
A3
A4
Titik
Target
BM
A
A1
A2
A3
A4
A5
B
C
D
E
F
A
B1
C1
D1
E1
F1
A1
B2
C2
D2
E2
F2
A2
B3
C3
D3
E3
F3
A3
B4
C4
Koordinat
X
Y
0
0
0
0
5
0
10
0
15
0
20
0
25
0
0
5
0
10
0
15
0
20
0
25
5
0
5
5
5
10
5
15
5
20
5
25
10
0
10
5
10
10
10
15
10
20
10
25
15
0
15
5
15
10
15
15
15
20
15
25
20
0
20
5
20
10
Pembacaan Benang
BA
BT
BB
0.870
0.660
0.450
0
0
0
1.444
1.419
1.396
1.420
1.370
1.320
1.505
1.430
1.355
1.491
1.391
1.291
1.482
1.357
1.232
1.506
1.483
1.458
1.603
1.553
1.503
1.694
1.620
1.544
1.760
1.660
1.560
1.880
1.760
1.630
1.469
1.445
1.419
1.509
1.494
1.460
1.586
1.538
1.488
1.745
1.660
1.595
1.815
1.715
1.615
1.920
1.790
1.670
1.482
1.455
1.430
1.505
1.480
1.455
1.584
1.534
1.485
1.720
1.645
1.570
1.840
1.740
1.640
1.900
1.775
1.650
1.390
1.365
1.340
1.475
1.450
1.425
1.545
1.495
1.445
1.645
1.570
1.495
1.741
1.642
1.542
1.835
1.710
1.585
1.488
1.464
1.438
1.514
1.490
1.464
1.562
1.512
1.462
Jarak
Optis (m)
42
0
5
10
15
20
25
5
10
15
20
25
5
5
10
15
20
25
5
5
10
15
20
25
5
5
10
15
20
25
5
5
10
Tinggi
Alat
1.380
1.420
1.400
1.420
1.420
92
A5
D4
E4
F4
A4
B5
C5
D5
E5
F5
20
20
20
25
25
25
25
25
25
15
20
25
0
5
10
15
20
25
1.660
1.755
1.835
1.445
1.555
1.600
1.700
1.780
1.835
1.588
1.655
1.710
1.420
1.505
1.525
1.600
1.655
1.710
1.510
1.555
1.585
1.395
1.455
1.450
1.500
1.530
1.585
15
20
25
5
10
15
20
25
25
1.420
Pengolahan Data :
Perhitungan Beda Tinggi (h ) dan Elevasi
hABM
=
=
=
iA
1.380
0.720
BTBM
0.660
ELA1
=
=
=
ELBM
10.000
9.961
+
+
m
hBMA1
-0.039
hBMA1
=
=
=
iA
1.380
-0.039
BTA1
1.419
ELA2
=
=
=
ELBM
10.000
10.010
+
+
m
hBMA2
0.010
hA1A2
=
=
=
iA
1.380
0.010
BTA2
1.370
ELA3
=
=
=
ELBM
10.000
9.950
+
+
m
hBMA3
-0.050
hA2A3
=
=
=
iA
1.380
-0.050
BTA3
1.430
ELA4
=
=
=
ELBM
10.000
9.989
+
+
m
hBMA4
-0.011
hA3A4
=
=
=
iA
1.380
-0.011
BTA4
1.391
ELA5
=
=
=
ELBM
10.000
10.023
+
+
m
hBMA5
0.023
hA4A5
=
=
=
iA
1.380
0.023
BTA5
1.357
ELB
=
=
=
ELBM
10.000
9.897
+
+
m
hBMB
-0.103
hA5B
=
=
=
iA
1.380
-0.103
BTB
1.483
ELC
=
=
=
ELBM
10.000
9.827
+
+
m
hBMC
-0.173
hBC
iA
BTC
ELD
ELBM
hBMD
93
=
=
1.380
-0.173
1.553
hCD
=
=
=
iA
1.380
-0.240
BTD
1.620
hDE
=
=
=
iA
1.380
-0.280
BtE
1.660
hEF
=
=
=
iA
1.380
-0.380
BTF
1.760
=
=
10.000
9.760
+
m
-0.240
ELE
=
=
=
ELBM
10.000
9.720
+
+
m
hBME
-0.280
ELF
=
=
=
ELBM
10.000
9.620
+
+
m
hBMF
-0.380
hAB1
=
=
=
iA1
1.420
-0.074
BTB1
1.494
ELB1
=
=
=
ELA1
9.961
9.887
+
+
m
hA1B1
-0.074
hA1C1
=
=
=
iA1
1.420
-0.118
BTC1
1.538
ELC1
=
=
=
ELA1
9.961
9.843
+
+
m
hA1C1
-0.118
hA1D1
=
=
=
iA1
1.420
-0.240
BTD1
1.660
ELD1
=
=
=
ELA1
9.961
9.721
+
+
m
hA1D1
-0.240
hA1E1
=
=
=
iA1
1.420
-0.295
BTE1
1.715
ELE1
=
=
=
ELA1
9.961
9.666
+
+
m
hA1E1
-0.295
hA1F1
=
=
=
iA1
1.420
-0.370
BTF1
1.790
ELF1
=
=
=
ELA1
9.961
9.591
+
+
m
hA1F1
-0.370
94
-0.055
hA2B2
=
=
=
iA2
1.400
-0.080
BTB2
1.480
ELB2
=
=
=
ELA2
10.010
9.930
+
+
m
hA2B2
-0.080
hA2C2
=
=
=
iA2
1.400
-0.134
BTC2
1.534
ELC2
=
=
=
ELA2
10.010
9.876
+
+
m
hA2C2
-0.134
hA2D2
=
=
=
iA2
1.400
-0.245
BTD2
1.645
ELD2
=
=
=
ELA2
10.010
9.765
+
+
m
hA2D2
-0.245
hA2E2
=
=
=
iA2
1.400
-0.340
BTE2
1.740
ELE2
=
=
=
ELA2
10.010
9.670
+
+
m
hA2E2
-0.340
hAF2
=
=
=
iA2
1.400
-0.375
BTF2
1.775
ELF2
=
=
=
ELA2
10.010
9.635
+
+
m
hA2F2
-0.375
hA3B3
=
=
=
iA3
1.420
-0.030
BTB3
1.450
ELB3
=
=
=
ELA3
9.950
9.920
+
+
m
Ha3B3
-0.030
hA3C3
=
=
=
iA3
1.420
-0.075
BTC3
1.495
ELC3
=
=
=
ELA3
9.950
-0.075
+
+
m
hA3C3
-0.075
hA3D3
=
=
=
iA3
1.420
-0.150
BTD3
1.570
ELD3
=
=
=
ELA3
9.950
9.800
+
+
m
hA3D3
-0.150
hA3E3
iA3
BTE3
ELE3
ELA3
hA3E3
95
hA3F3
=
=
1.420
-0.222
1.642
=
=
=
iA3
1.420
-0.290
BTF3
1.710
ELF3
=
=
9.950
9.728
+
m
-0.222
=
=
=
ELA3
9.950
9.660
+
+
m
hA3F3
-0.290
hA3B4
=
=
=
iA4
1.420
-0.070
BTB4
1.490
ELB4
=
=
=
ELA4
9.989
9.919
+
+
m
Ha4B4
-0.070
hB4C4
=
=
=
iA4
1.420
-0.092
BTC4
1.512
ELC4
=
=
=
ELA4
9.989
-0.092
+
+
m
hA4C4
-0.092
hC4D4
=
=
=
iA4
1.420
-0.168
BTD4
1.588
ELD4
=
=
=
ELA4
9.989
9.821
+
+
m
hA4D4
-0.168
hD4E4
=
=
=
iA4
1.420
-0.235
BTE4
1.655
ELE4
=
=
=
ELA4
9.989
9.754
+
+
m
hA4E4
-0.235
hE4F4
=
=
=
iA4
1.420
-0.290
BTF4
1.710
ELF4
=
=
=
ELA4
9.989
9.699
+
+
m
hA4F4
-0.290
hA4B5
=
=
=
iA5
1.420
-0.085
BTB5
1.505
ELB5
=
=
=
ELA5
10.023
9.993
+
+
m
Ha5B5
-0.030
hB5C5
iA5
BTC5
ELC5
ELA5
hA5C5
96
=
=
1.420
-0.105
1.525
=
=
10.023
-0.075
+
m
-0.075
hC5D5
=
=
=
iA5
1.420
-0.180
BTD5
1.600
ELD5
=
=
=
ELA5
10.023
9.873
+
+
m
hA5D5
-0.150
hD5E5
=
=
=
iA5
1.420
-0.235
BTE5
1.655
ELE5
=
=
=
ELA5
10.023
9.801
+
+
m
hA5E5
-0.222
hE5F5
=
=
=
iA5
1.420
-0.290
BTF5
1.710
ELF5
=
=
=
ELA5
10.023
9.733
+
+
m
hA5F5
-0.290
97
Tempat
Alat
A
El=10.00
0
A1
El=9,961
A2
El=10.01
0
Titik
Target
Koordinat
X
Y
BM
A
0
0
0
0
A1
A2
10
A3
15
A4
20
A5
25
10
15
20
25
B1
C1
10
D1
15
E1
20
F1
25
A1
10
B2
C2
10
10
5
10
Pembacaan Benang
BA
BT
BB
0.66
0.870
0
0.450
0
0
0
1.41
1.444
9
1.396
1.37
1.420
0
1.320
1.43
1.505
0
1.355
1.39
1.491
1
1.291
1.35
1.482
7
1.232
1.48
1.506
3
1.458
1.55
1.603
3
1.503
1.62
1.694
0
1.544
1.66
1.760
0
1.560
1.76
1.880
0
1.630
1.44
1.469
5
1.419
1.49
1.509
4
1.460
1.53
1.586
8
1.488
1.66
1.745
0
1.595
1.71
1.815
5
1.615
1.79
1.920
0
1.670
1.45
1.482
5
1.430
1.48
1.505
0
1.455
1.584 1.53 1.485
4
Jarak
Optis
Tinggi
Alat
42
0.720
1.380
0
5
-0.039
10
0.010
15
-0.050
20
25
1.380
-0.011
0.023
-0.103
10
-0.173
15
-0.240
20
-0.280
25
-0.380
5
-0.074
10
1.420
15
-0.295
25
10
-0.118
-0.240
20
10.000
11.380
9.961
10.010
9.950
9.989
10.023
9.897
9.827
9.760
9.720
9.620
9.961
Elevasi
-0.370
1.400
-0.055
-0.080
-0.134
9.887
9.843
9.721
9.666
9.591
9.955
9.930
9.876
98
A3
El=9.950
A4
El=9.989
A5
El=10.02
3
D2
10
15
1.720
E2
10
20
1.840
F2
10
25
1.900
A2
15
1.390
B3
15
1.475
C3
15
10
1.545
D3
15
15
1.645
E3
15
20
1.741
F3
15
25
1.835
A3
20
1.488
B4
20
1.514
C4
20
10
1.562
D4
20
15
1.660
E4
20
20
1.755
F4
20
25
1.835
A4
25
1.445
B5
25
1.555
C5
25
10
1.600
D5
25
15
1.700
E5
25
20
1.780
F5
25
25
1.835
1.64
5
1.74
0
1.77
5
1.36
5
1.45
0
1.49
5
1.57
0
1.64
2
1.71
0
1.46
4
1.49
0
1.51
2
1.58
8
1.65
5
1.71
0
1.42
0
1.50
5
1.52
5
1.60
0
1.65
5
1.71
0
1.570
1.640
1.650
1.340
1.425
1.445
1.495
1.542
1.585
1.438
1.464
1.462
1.510
1.555
1.585
1.395
1.455
1.450
1.500
1.530
1.585
15
-0.245
20
-0.340
25
-0.375
5
-0.030
10
1.420
15
-0.075
-0.150
20
-0.222
25
-0.290
-0.044
5
1.420
15
-0.092
-0.168
20
-0.235
25
-0.290
9.920
9.875
9.800
9.728
9.660
9.945
9.897
9.821
9.754
9.699
10.023
10
-0.085
15
1.420
25
9.635
9.989
10
25
9.670
9.950
20
9.765
-0.105
-0.180
-0.235
-0.290
9.938
9.918
9.843
9.788
9.733
99
100
Lokasi
Kelompok
: IV (Empat)
Instruktur
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
a. Dapat mengenal komponen theodolit dan fungsinya
b. Dapat mengenal alat theodolit
c. Dapat melaksanakan penyetelan / pembidikan yang lebih teliti dlam
pengukuran
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui bagian dari pesawat theodolit
b. Dapat membaca sudut vertical dan sudut horizontal
c. Dapat mengetahui jarak optis pengukuran dengan metode tangensial
dan metode stadia
B. DASAR TEORI
Theodolit merupakan alat utama yang digunakan untuk mengukur sudut
horizontal atau sudut vertical terhadap bidang dari jarak antara satu titik
dengan titik lainnya. Pada era zaman globalisasi seperti sekarang ini,
teknologi sudah semakin maju dan berkembang dengan pesat. Untuk itu, telah
diciptakan alat untuk mempercepat suatu pengukuran yakni alat theodolit
digital. Fungsi alat ini sama dengan alat theodolit lainnya seperti theodolit
merometer, vernier, substance bar maupun plane table,yaitu untuk pembacaan
sudut horizontal dan sudut vertical,mencari beda tinggi, maupun mencari
jarak. Tetapi alat digital ini diciptakan sedemikian rupa untuk lebih
mempercepat dalam pembidikan.
C. ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Pesawat Theodolit
101
baik
sudut
vertikal
maupun
sudut
horizontal.
2. Rol meter
Berfungsi sebagai alat pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai
kepala secara langsung atau meminimalkan kecelakaan.
4. Papan pengalas
Berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk mengalas kertas catatan hasil
perhitungan.
5. Bak Ukur
102
Berfungsi sebagai alat yang memiliki skala yang akan dibidik dengan
menggunakan pesawat.
6. Tripod
C. LANGKAH KERJA
103
Keterangan :
1.
Kompas
12.
Tombol
penyetel
sudut 0 s. horizontal
104
2.
Pembidik target
13.
14.
Sekrup
Tombol
power
ON/OFF
5.
16.
17.
Nivo
tabung
6.
Indikator Battery
7.
18.
19.
Tempat battery
20.
Sekrup
Penyetel
lensa
pembidik
11.
22.
105
b. Tempatkan nivo sejajar dengan dua skrub penyetel A & B, dan dengan
dua skrub penyetel ini gelembung nivo ditempatkan di tengah
tengah.
106
b.
c.
d.
e.
107
f.
b.
c.
108
d.
e.
109
Maka dalam hal ini terdapat kesalahan garis bidik tidak tegak lurus
sumbu II, tapi sumbu II telah tegak lurus sumbu I.
-
110
Untuk memperbaiki kesalahan ini, maka dapat dilakukan langkahlangkah seperti ini :
a) Hitung besarnya x dan y.
a=x+y
x = (a-b)
b = x- y
y = (a+b)
111
4. Setelah
penggerak
terkunci,
maka
pembacaan
dapat
2.
112
5) Pengukuran di Lapangan
Tabel Data Pengukuran Poligon
Nama, jenis, tipe alat
Nama pengukur
Kelas/kelompok
Hari/tanggal pengukuran
Waktu pengukuran
Lokasi
Keadaan cuaca
Instruktur
Tempat
pesawat
Titik
target
Pembacaan
benang
BT
BA
BB
P0
0.348
P1
P2
Biasa
LB
000000
1800000
304035
2103735
Ukur
(m)
900000
15.5 m
0.700
0.490
1522340
3322450
920010
21m
923850
2.792
2.479
2390650
590145
1,5m
905660
31.3m
903725
1.880
1.702
3210035
144905
1.785
1.180
930510
17.8m
945300
jarak
882930
2.643
2.805
1.785
P4
Vertikal
0.625
0.325
2.643
P3
0.420
0.265
Horizontal
0.348
0.780
0.625
Tinggi
Alat
(m)
Pembacaan sudut
114
Hari/tanggal pengukuran
Waktu pengukuran
Lokasi
Keadaan cuaca
Instruktur
Tempat
pesawat
Titik
target
Pembacaan
benang
BA
BT
BB
P0
0,267
P1
000000
1800000
314445
2114445
1.337
2.979
Vertikal
Z
Tinggi
Alat
(m)
Jarak
Ukur
(m)
900000
16.4 m
813030
1.075
0.813
1534335
3331705
901900
26.2m
911535
1.151
0.832
2394825
594950
1.3
m
904415
31.9 m
0.989
2.723
1.337
P4
Horizontal
Biasa
LB
0.944
1.069
0.989
P3
Pembacaan sudut
0,267
2,738
0.944
P2
0,349
0,185
935230
1.422
1.254
3214410
1413705
884225
16.8 m
941455
115
Nama pengukur
Kelas/kelompok
Hari/tanggal pengukuran
Waktu pengukuran
Lokasi
Keadaan cuaca
Instruktur
Tempat
pesawat
Titik
target
Pembacaan
benang
BT
BA
BB
P0
0.335
P1
Biasa
LB
000000
1800000
313220
2113340
jarak
Ukur
(m)
895955
16.6 m
845425
2.468
2.203
1532835
3332635
882420
26.5m
891515
1.936
1.612
2395905
595845
1.5 m
922730
32.4m
1.778
2.170
2.555
P4
Vertikal
2.335
1.810
1.778
P3
Horizontal
0.335
1.812
2.335
P2
0.418
0.252
Tinggi
Alat
(m)
Pembacaan sudut
914435
2.640
2.470
3215700
1415515
2.555
1.428
902510
17 m
941410
116
Tempat
pesawat
Titik
targat
Pembacaan
benang
BA
BT
BB
P0
0.461
P1
Biasa
LB
000000
1800000
311635
2111135
jarak
Ukur
(m)
900000
16.5 m
862815
1.315
1.050
1522830
3325730
905715
26.5m
895330
1.502
1.188
2393420
593515
1.5 m
932205
31.4 m
1.347
2.060
2.600
P4
Vertikal
1.180
1.670
1.347
P3
Horizontal
0.961
1.420
1.180
P2
0.483
0.318
Tinggi
Alat
(m)
Pembacaan sudut
920420
2.685
2.515
3213535
1413610
2.600
2.715
903130
17 m
900800
117
Tempat
pesawat
Titik
target
Pembacaan
benang
BT
BA
BB
P0
0.230
P1
Biasa
LB
000000
1800000
312605
2112820
2.302
2.218
jarak
Ukur
(m)
900000
22.5 m
865315
0.990
0.732
1532330
3332540
912330
25.8m
905940
1.394
1.078
2900015
625740
1.5 m
932115
31.6 m
1.239
1.905
2.302
P4
Vertikal
0.865
1.500
1.239
P3
Horizontal
0.230
1.160
0.865
P2
0.355
0.110
Tinggi
Alat
(m)
Pembacaan sudut
922855
2.387
2.208
3215755
1415900
910905
17.900
m
922525
118
Tempat
pesawat
Titik
target
Pembacaan
benang
BA
BT
BB
P0
0.370
P1
1800000
314905
2114945
1.545
0.900
Vertikal
Z
Tinggi
Alat
(m)
jarak
Ukur
(m)
895945
16.5 m
865340
0.830
0.565
1533035
3334030
915115
26.5m
903105
0.970
0.650
2400245
601424
1.5 m
941410
32 m
0.810
0.450
1.545
P4
000000
0.700
1.320
0.810
P3
Horizontal
Biasa
LB
0.370
1.265
0.700
P2
0.450
0.285
Pembacaan sudut
945830
1.640
1.460
3220610
1421615
935415
18 m
960500
119
Tempat
pesawat
Titik
targat
Pembacaan
benang
BT
BA
BB
P0
0.338
P1
1800000
304345
2104540
1.930
2.141
Vertikal
Z
jarak
Ukur
(m)
900000
16.4 m
880320
0.665
0.339
1522155
3323230
921445
32.6m
904340
2.048
1.731
2390420
591055
1.1 m
921545
31.7m
1.889
2.352
1.930
P4
000000
0.532
1.239
1.889
P3
Horizontal
Biasa
LB
0.338
0.255
0.532
P2
0.419
0.255
Tinggi
Alat
(m)
Pembacaan sudut
912505
2.015
1.847
3205935
1411420
923310
16.8 m
915010
120
digunakan untuk
beberapa
membentuk kerangka
dasar untuk keperluan pemetasan dari suatu daerah tertentu. Sudut jurusan
dan jarak kemudian digabungkan dengan busur
derajat
atau system
121
Lokasi
Kelompok
4 (Empat)
Instruktur
A. TUJUAN
1. Tujuan umum
a. Dapat menggunakan alat tedolit pada pengukuran polygon
b. Mengenal metode yang di pakai dalam pengukuran polygon
c. Dapat mengatur kesulitan kesulitan yang ada di lapangan
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengukuran polygon terbuka dengan mengikuti
langkah langkah dan prosedur kerja yang baik dengan metode
tangensial pada pengukuran.
b. Dapat melakukan analisa pengukuran jarak optis
c. Dapat melakukan analisa tinggi titik
d. Dapat melekukan analisa pengukuran koordinat
B. DASAR TEORI
Prinsip polygon terbuka adalah menetapkan sudut jurusan dan panjang
dari beberapa gabungan garis yang bersama sama membentuk kerangka
dasar untuk keputusan pemetaan dari suatu daerah tertentu,
Sudut sudut diukur dengan tedolit searah jarum jam dan sudut
sudut jurusan dari sudut yang akan di ukur, Garis dari hasil pengukuran
baik sudut maupun luasan dapat di peroleh dengan baik.
122
123
5. Payung
6. Pen / Patok
124
D. LANGKAH KERJA
1. Siapkan semua peralatan yang akan di gunakan
2. Tentukan titik P1, P2, P3,P4, P5, P6, P7 dan P8 dengan jarak masing
masaing yaitu 20
Utara
P8
P7
13,40m
P6
11,20m
P5
P4
P3
P2
14,201
P1
13,50m
3. Pasang dan stel alat pada titik yang telah di tentukan misalnya di titik P1,
stel alat sampai nivo ( tegak ) dengan memutar ketiga stup penyetelan
nivo, Kemudian nol kan sudut horizontal dengan membuka pengunci
limbus dan skrup pengunci alhigate horizontal hingga pembacaan sudut
horizontal sama dengan nol,begitu pula dengan pembacaan menit dan
detiknya sama dengan nol lalu kunci pada posisi tersebut.
125
4. Arahkan alat kearah utara dan pastikan kompas sudah tenang, lalu kunci
skrup pada posisi tersebut
5. Putar skrup pengunci sudut, lalu bidik kearah titk P2 yang telah di
tentukan, orang kedua memeganng bak ukur tepat di titik P2, Bidik bak
ukur pada titik P2 melalui lensa okuler, bila sudah terlihat kunci skrup
pengunci sudut pada posisi tersebut lakukan pembacaan bak ukur dengan
mengatur kejelasan pembacaan dengan memutar skur pengunci Alhidatde
vertical, untuk pengukuran tangensial; baca BT1 dan BT2 Pastikan dalam
membidik bak ukur terlihat dahulu melalaui nivo teropong agar agar
kelurusan pembidikan dapat di peroleh
126
8. Kemudian ukur tinggi alat dengan menggunakan rol meter atau dengan
bak ukur
127
a2=H
P2
P3
11. Baca sudut horizontal ( sudut biasa ) dengan memutar skrup pengunci
sudut alhidade horizontal dan skurp pengerak halus.
12. Ukur tinggi alat di P2 dengan rol meter atau dengan bak ukur.
128
Titik
Arah
Pembacaan
Rambu
Sudut
Vertikal
Sudut
Horizontal
Jarak Ukur
(m)
129
BT1
BT2
Z1
Z2
Biasa
Luar Biasa
1,750
2,600
90 05' 10"
86 28' 40"
U
P1
P2
P1
P2
P3
1,040
1,450
92 56' 55"
91 17' 40"
P2
P3
P4
1,160
1,960
92 55' 40"
89 33' 05"
P3
P4
P5
1,600
1,750
91 12' 25"
90 43' 15"
P4
P5
P6
1,510
1,720
91 03' 40"
90 17' 20"
P5
P6
P7
1,430
2,220
91 20' 25"
87 17' 00"
P6
P7
P8
1,200
2,300
91 22' 10"
86 37' 55"
00 00' 00"
180 05' 50"
180 53' 15"
00 52' 00"
00 00' 00"
180 01' 40"
179 42' 40"
359 38' 00"
00 00' 00"
180 02' 40"
178 38' 45"
358 38' 10"
00 00' 00"
180 02' 00"
181 01' 35"
01 05' 00"
00 00' 00"
180 08' 30"
178 54' 55"
358 45' 10"
00 00' 00"
180 00' 00"
178 50' 40"
358 52' 05"
13,500
13,500
14,201
14,201
10,500
10,500
17,850
17,850
15,233
15,233
11,200
11,200
13,400
Titik P1 P2
BT1 = 1,750
Z1 = 90 05 10
BT2 = 2,600
Z2 = 86 28 40
130
= 900 900 05 10
= -000 05 10
S = D (tan + tan)
D = S/(tan + tan)
D = (BT2 BT1) / (tan + tan)
= (2,600 1,750) / (tan 000 05 10 + tan 030 31 20)
= (0,85) / (0,001502923 + 0,061551931)
= 13,481 m
Titik P2 P3
BT1 = 1,040
Z1 = 92 56 55
BT2 = 1,450
Z2 = 91 17 40
131
= 900 920 56 55
= -020 56 55
S = D (tan - tan)
D = S/(tan - tan)
D = (BT2 BT1) / (tan - tan)
= (1,450 1,040) / (tan 020 56 55 - tan 010 17 40)
= (0,41) / (0,051508452 - 0,022596162)
= 14,181 m
Titik P3 P4
BT1 = 1,160
Z1 = 92 55 40
BT2 = 1,960
Z2 = 89 33 05
132
= 900 920 55 40
= -020 55 40
S = D (tan + tan)
D = S/(tan + tan)
D = (BT2 BT1) / (tan + tan)
= (1,960 1,160) / (tan 020 55 40 + tan 010 26 55)
= (0,8) / (0,051143884 + 0,025288422)
= 10,467 m
Titik P4 P5
BT1 = 1,600
Z1 = 91 12 25
BT2 = 1,750
Z2 = 90 43 15
133
= 900 910 12 25
= -010 12 25
S = D (tan - tan)
D = S/(tan - tan)
D = (BT2 BT1) / (tan - tan)
= (1,750 1,600) / (tan 010 12 25 - tan 000 43 15)
= (0,15) / (0,02106827 - 0,012581578)
= 17,674 m
Titik P5 P6
BT1 = 1,510
Z1 = 91 03 40
BT2 = 1,720
Z2 = 90 17 20
134
= 900 910 03 40
= -010 03 40
S = D (tan - tan)
D = S/(tan - tan)
D = (BT2 BT1) / (tan - tan)
= (1,720 1,510) / (tan 010 03 40 - tan 000 17 20)
= (0,21) / (0,018522 - 0,005042105)
= 15,578 m
Titik P6 P7
BT1 = 1,430
Z1 = 91 20 25
BT2 = 1,720
Z2 = 87 17 00
135
= 900 910 20 25
= -010 20 25
S = D (tan + tan)
D = S/(tan + tan)
D = (BT2 BT1) / (tan + tan)
= (2,220 1,430) / (tan 010 20 25 + tan 020 43 00)
= (0,79) / (0,023396527 + 0,047450342)
= 11,151 m
Titik P7 P8
BT1 = 1,200
Z1 = 91 22 10
BT2 = 2,300
Z2 = 86 37 55
136
= 900 910 22 10
= -010 22 10
S = D (tan + tan)
D = S/(tan + tan)
D = (BT2 BT1) / (tan + tan)
= (2,300 1,200) / (tan 010 22 10 + tan 030 22 05)
= (1,1) / (0,023905866 + 0,058851461)
= 13,292 m
137
KSJ :
12
12
12
= 100, 10
= 13,481 m
= 274 03 20
= 360 00 00 Z12
= 360 00 00 - 274 03 20
= 85 56 40 (UB/Kuadran IV)
P2 x
P2 x
= P1 x - x
= 100 d12 sin 12
= 100 13,481 sin 85 56 40
= 100 13,447
= 86,553 m
P2 y
= P1 y + y
= 10 + d12 cos 12
= 10 + 13,481 cos 85 56 40
= 10 + 0,953
= 10,953 m
138
KSJ :
23
23
23
P3 x
= P2 x - x
P3 x
= 86,553 d23 sin 23
= 86,553 14,181 sin 89 06 45
= 86,553 14,179
= 72,374 m
P3 y
= P2 y + y
= 10,953 + d23 cos 23
= 10,953 + 14,181 cos 89 06 45
= 10,953 + 0,220
= 11,173 m
Jadi, diperoleh koordinat P3 , x = 72,374 m; y = 11,173 m
4. Koordinat P4
Diketahui : - Koordinat P3 = 72,374 ; 11,173)
- DP3P4
= 10,467 m
- 3
= 179 42 40
- 23
= 89 06 45
KSJ :
34
34
34
= 180 00 00 (3 - 23)
= 180 00 00 (179 42 40 - 89 06 45)
= 89 24 05 (UB/Kuadran IV)
P4 x
= P3 x - x
P4 x
= 72,374 d34 sin 34
= 72,374 10,467 sin 89 24 05
= 72,374 10,466
= 61,908 m
P4 y
= P3 y + y
139
KSJ :
45
45
45
= (4 34)
= 178 38 45 - 89 24 05)
= 89 14 40 (SB/Kuadran III)
P5 x
= P4 x - x
P5 x
= 61,908 d45 sin 45
= 61,908 17,674 sin 89 14 40
= 61,908 17,672
= 44,236 m
P5 y
= P4 y - y
= 11,282 - d45 cos 45
= 11,282 - 17,674 cos 89 14 40
= 11,282 - 0,233
= 11,049 m
6. Koordinat P6
Diketahui : - Koordinat P5 = 44,236 ; 11,049)
- DP5P6
= 17,674 m
- 5
= 181 01 35
140
- 45
KSJ :
56
56
56
= 89 14 40
= 180 00 00 (5 45)
= 180 00 00 (181 01 35 89 14 40)
= 88 13 05 (UB, Kuadran IV)
P6 x
= P5 x - x
P6 x
= 44,236 d56 sin 56
= 44,236 15,578 sin 88 13 05
= 44,236 15,570
= 28,666 m
P6 y
= P5 y + y
= 11,049 + d56 cos 56
= 11,049+ 15,578 cos 88 13 05
= 11,049 + 0,484
= 11,533 m
7. Koordinat P7
Diketahui : - Koordinat P6 = 28,666 ; 11,533)
- DP6P7
= 11,151 m
- 6
= 178 54 55
- 56
= 88 13 05
KSJ :
141
67
67
67
= 180 00 00 (6 56)
= 180 00 00 (178 54 55 88 13 05)
= 89 18 10 (UB, Kuadran IV)
P7 x
= P6 x - x
P7 x
= 28,666 d56 sin 67
= 28,666 11,151 sin 89 18 10
= 28,666 11,150
= 17,516 m
P7 y
= P6 y + y
= 11,533 + d67 cos 67
= 11,533+ 11,151 cos 89 18 10
= 11,533 + 0,136
= 11,669 m
KSJ :
78
78
78
= (7 67)
= 178 50 40 89 18 10
= 88 41 50 (SB, Kuadran IV)
P8 x
= P7 x - x
P8 x
= 17,516 d78 sin 78
= 17,516 13,292 sin 88 41 50
= 17,516 13,288
= 4,228 m
P8 y
= P7 y - y
= 11,669 - d78 cos 78
= 11,669 - 13,292 cos 88 41 50
= 11,669 - 0,302
142
= 11,367 m
Jadi, diperoleh koordinat P8, x = 4,228 m; y = 11,367 m
xakhir xawal
yakhir - yawal
-
= 4,228 100
= -95,772
= 11,367 10
= 1,367
d sin
d cos
d sin
= xakhir - xawal
-95,772 = -95,772
d cos
Koreksi Ok
= yakhir - yawal
1,367 = 1,367
Koreksi Ok
143
TABEL PENGUKURAN
Tempat
Alat
Titik
Arah
Pembacaan
Rambu
Sudut Vertikal
Sudut
Horizontal
BT1
Z1
Biasa
BT2
Z2
Luar Biasa
1,750
90 05' 10"
2,600
86 28' 40"
Jarak
Ukur
(m)
Jarak
Optis
(m)
13,500
Koordinat (m)
x
13,481
-13,447
0,953
13,500
13,481
-13,447
0,953
14,201
14,181
-27,656
1,173
14,201
14,181
-27,656
1,173
10,500
10,467
-38,122
1,282
10,500
10,467
-38,122
1,282
17,850
17,674
-55,794
1,049
17,850
17,674
-55,794
1,049
15,233
15,578
-71,364
1,533
15,233
15,578
-71,364
1,533
11,200
11,151
-82,514
1,669
11,200
11,151
-82,514
1,669
13,400
13,292
-95,802
1,367
U
P1 (0,0)
P2
00 00' 00"
P1
P2
P3
92 56' 55"
1,450
91 17' 40"
00 52' 00"
00 00' 00"
P2
P3
P4
92 55' 40"
1,960
89 33' 05"
P3
P4
P5
91 12' 25"
1,750
90 43' 15"
P4
P5
P6
91 03' 40"
1,720
90 17' 20"
01 05' 00"
00 00' 00"
P5
P6
P7
91 20' 25"
2,220
87 17' 00"
P6
P7
P8
91 22' 10"
2,300
86 37' 55"
144
SKETSA PENGUKURAN
145
Lokasi
Kelompok
IV (Empat)
Instruktur
A. TUJUAN
1.1.
Tujuan Umum
a. Dapat mengenal dan mengoperasikan alat theodolit pada
pengukuran polygon tertutup.
b. Mengenal metode yang digunakan dalam metode pengukuran
polygon.
c. Dapat mengatur kesulitan yang ada dilapangan.
1.2.
Tujuan Khusus
a. Dapat melakuakn pengukuran polygon tertutup dengan mengikuti
prosedur dan langkah kerja yang baik dengan metode satadia pada
pengukuran.
b. Dapat melakuakn analisa pengukuran jarak optis.
c. Dapat melakukan analisa tinggi titik.
d. Dapat melakukan analisa pengukuran koordinat.
B. DASAR TEORI
Prinsip polygon tertutup adalah menetapkan sudut jurusan dan panjang
dari beberapa gabungan garis yang bersama sama membentuk kerangka
dasar untuk keperluan pemetaan dan suatu daerah tertentu.
Sudut sudut diukur theodolit searah jaurm jam dan sudut sudut
jurusan dihitung dari sudut yang akan diukur garis dari sudut hasil pengukuran
baik sudut maupun luasan dapat diperoleh dengan baik.
146
147
Kuadran I (UT)
x = +, y = +
Kuadran II (ST)
x = +, y = Kuadran III (SB)
x = -, y = Kuadran IV (UB)
x = -, y = +
y+ + y
f. Nivo
g. Patok atau pen
D. LANGKAH KERJA
1. Siapkan semua peralatan yang dibutuhkan.
2. Tentukan titik P1, P2, P3, P4, dan P5 dengan jarak yang tidak ditentukan
dan P5 harus ketemu dititik P1
3. Pasang dan stel alat theodolit dititik P1 dalam keadaan nivo kemudian cari
sudut utara pada kompas yang ada dialat theodolit, setelah itu nolkan
dengan menekan tombol yang ada dipesawat theodolit digital setelah
dinolkan putar searah jarum jam pada titik P2.
149
P1
P2
U
Searah jarum
jam
Tampak Atas
4. Setelah mendapat P2, salah satu orang dari tim memegang bak ukur dititik
P2 dan baca BT, BA dan BB dan jangan lupa baca sudut horizontal dan
sudut vertikal.
BA
Z=V
BT
BB
P2
P1
5. Setelah pengukuran P1-P2 dan alat berada di titik P1 maka selanjutnya alat
dipindahkan dititik P2 untuk Melakukan pembacaan dititik P3.
P2
P3
150
7. Kemudian kita baca BA, BB, BT pada bak ukur di P3 dan sudut horizontal
dan vertikal pada alat.
151
P3
P4
P2
9. Setelah memindahkan alat dititik P3 dan telah menyetel alat agar nivo,
bidik bak ukur P2 belakang lalu set sudut horizontal alat menjadi
000000.
P2
P3
10. Setelah mendapatkan sudut nol dititik P2 maka kita putar alat ketitik P4
dan stel sedemikian rupa sehinggga dapat membaca BA, BT dan BB serta
sudut horizontal dan sudut vertikal.
152
11. Setelah pembacaan bak ukur di P4 selesai, pindahkan alat di titik P4 untuk
membidik titik P3 belakang (untuk mengatur sudut horizontal ke 00 00
00) lalu bidik titik P5. Bila pembacaan selesai, pindahkan alat ke titik P5
untuk
membidik
titik
P4
belakang
dan
titik
P1.
Gambar Situasi :
153
Target
Sudut Horizontal
Belakang
(B/LB)
Muka
Tengah
Atas
Bawah
'
Muka (B/BL)
''
Jarak
Langsung
(m)
Sudut Vertikal
'
''
Zenit
'
Miring
''
'
''
154
P1
1.489
P2
1.500
P3
1.500
P4
1.530
P5
1.405
P1
1.530
U
P2
0.985
1.111
0.860
354
174
50
50
0
5
90
P1
P3
24,622
0.715
0.840
0.585
245
65
32
32
10
5
90
P2
P4
0.965
1.072
0.852
243
63
7
7
50
50
90
10
1.242
1.350
1.125
247
67
31
30
10
10
90
20
22,530
22,530
1.385
1.547
1.203
254
74
29
29
10
5
90
30
P5
P2
22,300
22,300
P4
P1
25,500
25,500
P3
P5
24,622
34.522
34,522
269
89
39
39
30
30
90
30
24,622
155
SKETSA PENGUKURAN
(Sebelum Perhitungan Koordinat)
156
E.
ANALISA DATA
269 39 30
245 32 10
243 07 50
247 31 10
254 29 10
= 1260 19 50
= 1 + 2 + 3 + 4 + 5
= (n + 2) x 180 00 00 n adalah banyaknya sudut luar
= (5 + 2) x 180 00 00
= 1260 00 00
Maka,
Faktor Koreksi = (1260 00 00 - 1260 19 50) / n
= (-00 19 50) / n
= (-00 19 50) / 5
= -00 03 58
Diperoleh faktor koreksi sudut luar yaitu (00 03 58), maka setiap sudut
luar dikurangi 00 03 58. Sehingga :
- 1 = 269 39 30 - 00 03 58
- 2 = 245 32 10 - 00 03 58
- 3 = 243 07 50 - 00 03 58
- 4 = 247 31 10 - 00 03 58
- 5 = 254 29 10 - 00 03 58
2.
= 269 35 32
= 245 28 12
= 243 03 52
= 247 27 12
= 254 25 12
= 1260 00 00
PERHITUNGAN JARAK
DP1P2
Diketahui data : - BA
= 1,111 m
- BT
= 0,985 m
- BB
= 0,860 m
-Z
= 90 00 00 = 00 00 00
157
DP1P2
DP2P3
Diketahui data : - BA
= 0,840 m
- BT
= 0,715 m
- BB
= 0,585 m
-Z
= 90 00 00 = 00 00 00
DP2P3
DP3P4
Diketahui data : - BA
= 1,072 m
- BT
= 0,965 m
158
DP3P4
- BB
= 0,852 m
-Z
= 90 00 10 = 00 00 10
DP4P5
Diketahui data : - BA
= 1,350 m
- BT
= 1,242 m
- BB
= 1,125 m
-Z
= 90 00 20 = 00 00 20
DP4P5
DP5P1
Diketahui data : - BA
= 1,547 m
- BT
= 1,385 m
159
DP5P1
- BB
= 1,203 m
-Z
= 90 00 30 = 30 00 00
3.
PERHITUNGAN KOORDINAT
P1
x1
= 100
y1
= 100
P2
Diketahui data : - Z12
= 354 50 00
- DP1P2
= 25,100 m
- Koordinat P1 (x,y)= (100, 100)
160
12
x2
y2
KSJ :
= 360 00 00 Z12
= 360 00 00 354 50 00
= 05 10 00 (UB/Kuadran IV)
= x1 - x
= 100 DP1P2 sin 12
= 100 25,100 sin 05 10 00
= 100 2,260
= 97,740 m
= y1 + y
= 100 + DP1P2 cos 12
= 100 + 25,100 cos 05 10 00
= 100 + 24,998
= 124,998 m
Jadi, koordinat P2 yaitu : x2 = 97,740 m, dan y2 =
12
4,998 m
P3
Diketahui data : - DP2P3
- 12
- 2
- Koordinat P2 (x,y)
= 25,500 m
= 05 10 00
= 245 28 12
= (97,740; 124,998) m
KSJ :
23 = (2 12) 180 00 00
= (245 28 12 05 10 00) - 180 00 00
= 60 18 12 (ST / Kuadran II)
x3 = x2 + x
= 97,740 + DP2P3 sin 23
161
= 22,000 m
= 60 18 12
= 243 03 52
= (119,891 ; 137,630) m
KSJ :
34 = 360 00 00 3 23
= 360 00 00 243 03 52 60 18 12
= 56 37 56 (ST / Kuadran II)
x4 = x3 + x
= 119,891 + DP3P4 sin 34
= 119,891 + 22,000 sin 56 37 56
= 119,891 + 18,373
= 138,264 m
y4 = y3 - y
= 137,630 - DP3P4 cos 34
= 137,630 - 22,000 cos 56 37 56
= 137,630 - 12,100 m
= 125,530 m
Jadi, koordinat P4 yaitu : x4 = 138,264, dan y4 = 125,530 m
P5
Diketahui data : - DP4P5
= 22,500 m
162
- 34
= 56 37 56
- 4
= 247 27 12
- Koordinat P4 (x,y) = (138,264 ; 125,530) m
KSJ :
45 = 4 34 180 00 00
= 247 27 12 56 37 56 180 00 00
= 10 40 16 (SB / Kuadran III)
x5 = x5 - x
= 138,264 - dP3P4 sin 45
= 138,264 - 22,500 sin 10 40 16
= 138,264 - 4,166
= 134,098 m
y5 = y5 - y
= 125,530 - dP3P4 cos 45
= 125,530 - 22,500 cos 10 40 16
= 125,530 - 22,110 m
= 103,420 m
Jadi, koordinat P5 yaitu : x5 = 134,098, dan y5 = 103,420 m
P1
Diketahui data : - DP5P1
- 45
- 5
- Koordinat P5 (x,y)
= 34,400 m
= 10 40 16
= 254 25 12
= (134,098 ; 103,420) m
KSJ :
51 = 5 + 45 180 00 00
163
= 254 25 12 + 10 40 16 180 00 00
= 85 05 28 (SB / Kuadran III)
x1 = x5 - x
= 134,098 dP5P1 sin 51
= 134,098 34,400 sin 85 05 28
= 134,098 34,273
= 99,825 m
y1 = y5 - y
= 103,420 dP5P1 cos 45
= 103,420 34,400 cos 85 05 28
= 103,420 2,943 m
= 100,477 m
Jadi, koordinat P1 (Penutup) yaitu : x = 99,825 m dan y = 100,477 m
Koordinat
x (m)
100
97,740
119,891
138,264
134,098
99,825
y (m)
100
124,998
137,630
125,530
103,420
100,477
164
165
4.
KOREKSI KOORDINAT
P1P2
DP1P2
x
y
KSJ
P2P3
DP2P3
x
y
KSJ
P3P4
DP3P4
x
y
KSJ
P4P5
DP4P5
x
y
KSJ
P5P1
DP5P1
x
y
KSJ
= 25,100 m
= -2,260 m
= 24,998 m
= 05 10 00
= 25,500 m
= 22,151 m
= 12,632 m
= 60 18 12
= 22,000 m
= 18,373 m
= -12,100 m
= 56 37 56
= 22,500 m
= -4,166 m
= -22,110 m
= 10 40 16
= 34,400 m
= -34,273 m
= -2,943 m
= 05 10 00
166
= (x+ x_)
(x+ + x_)
(22,151 + 18,373) (2,260 + 4,166 + 34,273)
(22,151 + 18,373) + (2,260 + 4,166 + 34,273)
= 0,00215456213141594
= (y+ y_)
(y+ + y_)
(24,998 + 12,632) (12,100 + 22,110 + 2,943)
(24,998 + 12,632) + (12,100 + 22,110 + 2,943)
= 0,00637845499645647
Selisih Koordinat
TITIK
ARAH
JARAK
(m)
KSJ
P1P2
25,100
05 10' 00"
(UB)
P2P3
25,500
60 18' 12"
(ST)
22,151
P3P4
22,000
56 37' 56"
(ST)
18,373
P4P5
22,500
10 40' 16"
(SB)
P5P1
34,400
85 05' 28"
(SB)
JUMLAH
x+
40,524
x-
y+
2,260
Koreksi Faktor
x
24,998
0,00486931041700003
0,159448618001419
12,632
-0,0477257057729946
0,0805726435152381
22,1987257057730
12,100
-0,0395857700405051
-0,0771793054571232
18,4125857700405
4,166
22,11
0,00897590583947882
-0,141027639971652
34,273
2,943
0,0738433079300186
-0,0187717930545714
40,699
37,630
y-
x+
37,153
40,6113114758135
167
TITIK
P1
P2
P3
P4
P5
P1
KOORDINAT
x
y
100
100
97,745
124,839
119,944
137,390
138,356
125,213
134,199
102,962
100
100
168
2.
3.
169
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum Ilmu Ukur Tanah, dapat disimpulkan
bahwa setiap tujuan dari masing-masng job telah tercapai.
Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi tingkat
akurasi
pengukuran, seperti faktor cuaca, faktor alat, dan faktor pengukur itu
sendiri.
Setelah pengukuran, dilakukan olah data. Pada proses olah data,
biasanya terjadi perbedaan hasil pengukuran antara pengukuran optis
(jarak) dengan pengukuran manual
Hasil akhir dari praktikum ini ialah kami dapat menggunakan alat-alat
yang digunakan dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah, baik itu manual,
ataupun otomatis.
B. SARAN
Dalam pengukuran/pengambilan data, diperlukan ketelitian dan
konsentrasi tinggi untuk meminimalisir kesalahan pengukuran.
Dalam pengukuran, menggunakan alat sesuai prosedur dan petunjuk
instrukstur.
Sebaiknya Instruktur selalu mengawasi pengukuran dan perlakuan
pengukur terhadap alat.
Selama pengukuran berlangsung, sebaiknya alat tidak boleh
ditinggalkan dilapangan, harus terlindungi dari sinar matahari
langsung dan terlindung dari hujan.
Pemegang payung harusnya fokus untuk melindungi alat, bukan
170