Anda di halaman 1dari 170

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ilmu

Ukur

Tanah

adalah

ilmu

yang

mempelajari

tentang

pengukuran pada sebagian besar atau sebagian kecil dari permukaan


bumi, yang mempelajari cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah
tanah untuk menentukan posisi relatif atau absolut titik-titik pada permukaan
tanah, di atasnya atau di bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan
dan penentuan posisi relatif suatu daerah.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah
Mahasiswa dapat mengenal dan menggunakan pesawat waterpass
Mahasiswa dapat mengenal dan menggunakan alat theodolit
Mahasiswa dapat mengenal dan menggunakan alat total station
Mahasiswa dapat terampil membidik ( mengincar ) lurus dalam

menancapkan jalon jalon atau patok patok di lapangan


Mahasiswa dapat melakukan pengukuran jarak yang terhalang oleh

bangunan atau rintangan


Mahasiswa dapat melaksanakan dan mengukur profil memanjang

dan melintang
Mahasiswa dapat melaksanakan pengukuran traversing
Mahasiswa dapat mengetahui prosedur pembuatan garis kontur
Mahasiswa dapat melakukan pengukuran polygon terbuka dan
tertutup

BAB II
DASAR TEORI

Dalam pekerjaan pengukuran progress mining atau survey perlu digunakan


alat-alat untuk mempermudah penyelesaian pengambilan data-data. Jenis alat
yang digunakanpun sangat mempengaruhi kecepatan dan ketepatan dalam
pekerjaan tersebut. Alat yang umum digunakan dalam pengukuran di lapangan
adalah
1. Pesawat waterpass
2. Theodolit
3. Total station

Ruang lingkup pemetaan dari Ilmu Ukur Tanah adalah:


1. Tahap pengambilan data
Pada tahap pengambilan data (Pengukuran) terdapat 3 faktor
yang dapat mempengaruhi ketelitian hasil pengukuran yaitu :

Kestabilan peralatan dalam pengukuran


Keterampilan si pengukur
Keadaan alat pada saat pengukuran.

2. Tahap pengolahan data


Pada tahap ini ada hal penting yang harus kita perhatikan yaitu:

Hasil pengukuran terhadap penyimpangan yang terjadi


pada tahap pengukuran

Proses perhitungan yang dapat menyangkut permukaan


tiada tentu (permukaan yang rumit)

3. Tahap penggambaran (penyajian data)


Pada tahap ini terdapat hal yang patut diperhatikan yaitu
pemakaian/pemilihan skala.

Alat-Alat Yang di Gunakan dalam Pengukuran


1. Pesawat Waterpass

Waterpass digunakan untuk mengukur jarak dan beda tinggi antara


patok dengan cara menempatkan pesawat waterpass di tengah-tengah
antar dua patok kemudian menembak ke arah muka dan belakang.
Pembacaan alat yaitu berupa benang atas (BA), benang tengah (BT), dan
benang bawah (BB). Untuk pengukuran melintang, waterpass terbatas
pada azimuth untuk /2 dan azimuth (/2 + 180o) yang diukur adalah jarak
terhadap alat dan ketinggian di atas tanah.
a). Ketelitian / Kesalahan Dalam Pengukuran Waterpass
Dalam pengukuran sering kali terjadi kesalahan yang mungkin terjadi pada
saat pengukuran. Kesalahan ada 3 macam, yaitu : kesalahan akibat fakror alat,
kesalahan akibat faktor manusia, dan kesalahan akibat faktor alam.
Kesalahan akibat faktor alat :

Kaki statif rusak

Nivo untuk mendatarkan permukaan rusak, dll

Kesalahan akibat faktor manusia :

Kesalahan dalam pembacaan rambu

Kesalahan dalam menegakkan rambu

Kesalahan dalam mencatat / menghitung

Kesalahan dalam mengatur nivo, dll

Kesalahan akibat faktor alam :

Kesalahan akibat pengaruh cuaca

Kesalahan akibat gempa bumi, dll

Untuk menetapkan apakah hasil pengukuran ini dapat dipakai atau tidak, maka
diberi suatu nilai toleransi kesalahan dalam pengukuran.
Toleransi adalah suatu kesalahan maksimum yang masih dapat dijinkan, sehingga
dari hasil pengukuran dapat ditetapkan dua alternatif :
1. Kesalahan > toleransi, maka hasil pengukuran ditolak
2. Kesalahan < toleransi, maka hasil pengukuran diterima
b) PELAKSANAAN PENGUKURAN.
Cara pelaksanaan pengukuran di lapangan :
Pertama tama melakukan pengecekan alat alat, seperti :
1. Pesawat waterpass dan kaki statif
2. Rambu ukur / baak ukur
3. Patok / paku paying
4. Alat mencatat dan dash board
5. Payung
a.

Penyetelan alat

Sebelum dipakai, pesawat harus di stel terlebih dahulu, seperti :


1. Pasang kaki statif terlrbih dahulu dan usahakan posisi dari kaki
tersebut datar.
2.

Pesawat di letakkan diatas statif dengan memutar sekrup pengunci


yang ada di kaki statif tersebut

3. Setel nivonya dan usahakan pas di tengah tengah supaya


mendapatkan hasil ketelitian yang maksimal. Untuk menyetel nivo
dapat menggerakkan sekrup yang ada pada pesawat atau dengan
cara lain yaitu dengan menggerakkan kaki statif naik turun.
4. Usahakan teropong menghadap titik pertama yang akan kita
tembak / baca dengan sudut 0 dan setelah menembak titik tersebut,
maka pesawat diputar searah jarum jam sehingga membentuk sudut
180 .
b. Cara Pengukuran :
1. Tempatkan dua rambu ukur pada titik yang telah ditentukan
sebelumnya, kemudian taruh baak ukur ketitik mula mula,
misalkan titik BM ke titik A. Ukur kedua jarak tersebut.
2. Kita tempatkan pesawat di tengah tengah antara titik BM dan
titik A.
3.

Pesawat kita arahkan ke titik BM kemudian kita baca BA, BT ,dan


BB dan bacaan tersebut diberi nama bacaan belakang. Selanjutnya
pesawat diputar searah jarum jam ke titik A kemudian dibaca BA,
BT, dan BB dan dinamakan bacaan muka.

4.

Untuk pengukuran melintang, pesawat kita letakkan pada titik A.


Kemudian kita letakkan beberapa rambu pada beberapa tempat
dengan arah yang sama dan mengikuti arah melintang dari titik
titik arah memanjang.

5. Setelah itu pesawat kita pindahkan ke tengah tengah antara titik


A dan titik B. Kemudian pesawat kita arahkan ke titik A kemudian
kita baca BA, BT, dan BB dan dinamakan bacaan belakang.

Seterusnya pesawat kita putar dengan searah jarum jam ke titik B


kemudian di baca BA, BT, dan BB dan dinamakan bacaan muka.
6. Pesawat kita pindahkan ke titik B untuk pengukuran melintang
dengan cara yang sam seprti diatas.
7. Selanjutnya pesawat di pindahkan lagi ketitik selanjutnya untuk
pengukuran memanjang dengan cara yang sama seperti diatas.
Setelah itu dilanjutkan dengan pengukuran melintang. Begitu
seterusnya

sampai

titik

terakhir

dan

dilanjutkan

dengan

pengukuran memanjang pulang.


8. Diadakan perhitungan, sehingga beda tinggi dan jarak serta elevasi
dapat ditentukan dengan rumus yang ada.

2. Theodolit

Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk
menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda

dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam


theodolit sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon (detik).
Di dalam pekerjaan pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah,
theodolit sering digunakan dalam bentuk pengukuran polygon, pemetaan
situasi, maupun pengamatan matahari. Theodolit juga bisa berubah fungsinya
menjadi seperti Pesawat Penyipat Datar bila sudut verticalnya dibuat 90.
Dengan adanya teropong pada theodolit, maka theodolit dapat dibidikkan
kesegala arah. Di dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolit sering
digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada perencanaan / pekerjaan
pondasi, theodolit juga dapat digunakan untuk menguker ketinggian suatu
bangunan bertingkat.
A. BAGIAN BAGIAN DARI THEODOLIT
Secara umum, konstruksi theodolit terbagi atas dua bagian :
1. Bagian atas, terdiri dari :
o Teropong / Teleskope
o Nivo tabung
o Sekrup Okuler dan Objektif
o Sekrup Gerak Vertikal
o Sekrup gerak horizontal
o Teropong bacaan sudut vertical dan horizontal
o Nivo kotak
o Sekrup pengunci teropong
o Sekrup pengunci sudut vertical
o Sekrup pengatur menit dan detik
o Sekrup pengatur sudut horizontal dan vertikal
2. Bagian Bawah terdiri dari :
o Statif / Trifoot
o Tiga sekrup penyetel nivo kotak
o Unting unting
o Sekrup repitisi

o Sekrup pengunci pesawat dengan statif


B. PERSYARATAN OPERASI THEODOLIT
o Sumbu I harus tegak lurus dengan sumbu II (dengan menyetel nivo
tabung dan nivo kotaknya).
o Garis bidik harus tegak lurus dengan sumbu II.
o Garis jurusan nivo skala tegak, harus sejajar dengan indeks skala
tegak.
o Garis jurusan nivo skala mendatar, harus tegak lurus dengan sumbu
II.
C. CARA-CARA PENYETELAN THEODOLIT
o Dirikan statif sesui dengan prosedur yang ditentukan.
o Pasang pesawat diatas kepala statif dengan mengikatkan landasan
peawat dan sekrup pengunci di kepala statif.
o Stel nivo kotak dengan cara:
Putarlah sekrup A,B secara bersama-sama hingga gelembung nivo
bergeser kearah garis sekrup C. (lihat gambar a)
Putarlah sekrup c ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo
bergeser ketengah (lihat gambar b)
Setel nivo tabung dengan sekrup penyetel nivo tabung.
Bila penyetelan nivo tabung menggunakan tiga sekrup penyetel (A,B,C),
maka caranya adalah:
Putar teropong dan sejajarkan dengan dua sekrup A,B (lihat
gambar a)
Putarlah sekrup A, B masuk atau keluar secara bersama-sama,
hingga gelembung nivo bergeser ke tengah (lihat gambar a)
Putarlah teropong 90 ke arah garis sekrup C (lihat gambar b)
Putar sekrup C ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo
bergeser ketengah.
8

Periksalah kembali kedudukan gelembung nivo kotak dan nivo


tabung dengan cara memutar teropong ke segala arah
E. CARA PEMBACAAN BAK UKUR
Pada rambu ukur akan terlihat huruf E dan beberapa kotak kecil yang
berwarna merah dan hitam. Setiap huruf E mempunyai jarak 5 cm dan
setiap kotak kecil panjangnya 1cm.
LANGKAH PERHITUNGAN :
PERHITUNGAN JARAK
JIKA MEMAKAI SUDUT VERTIKAL (ZENITH) :
o D = (BA-BB) x100 x sin V, jarak optis
o D = (BA-BB) x 100 x sin V, jarak datar
JIKA MEMAKAI SUDUT VERTIKAL (ELEVASI)
o D = (BA-BB) x 100 x cos2 V, jarak optis
o D = (BA-BB) x100 x cos2 V, jarak datar
PERHITUNGAN KETINGGIAN
TPx = TP1 + h
TP1 adalah ketinggian di titik pesawat
3. TOTAL STATION

Total Station merupakan teknologi alat yang menggabungkan secara


elektornik antara teknologi theodolite dengan teknologi EDM (electronic
distance measurement). EDM merupakan alat ukur jarak elektronik yang
menggunakan gelombang elektromagnetik sinar infra merah sebagai

gelombang pembawa sinyal pengukuran dan dibantu dengan sebuah reflektor


berupa prisma sebagai target (alat pemantul sinar infra merah agar kembali ke
EDM).
Total station adalah alat ukur sudat dan jarak yang terintegrasi dalam satu
unit alat. Total station juga sudah dilengkapi dengan processor sehingga bisa
menghitung jarak datar, koordinat, dan beda tinggi secara langsung tanpa
perlu kalkulator lagi.
Berikut ini penjabaran mengenai pengertian Total station :

Total Station : adalah peralatan elektronik ukur sudut dan jarak (EDM)
yang menyatu dalam 1 unit alat.

Data dapat disimpan dalam media perekam. Media ini ada yang berupa
on-board/internal, external (elect field book) atau berupa card/PCMCIA
Card. -> salah catat tidak ada.

Mampu melakukan beberapa hitungan (misal: jarak datar, beda tinggi dll)
di dalam alat. Juga mampu menjalankan program-program survey, misal :
Orientasi arah, Setting-out, Hitungan Luas dll, kemampuan ini tergantung
type total stationnya.

Untuk type high endnya ada yang dilengkapi motor penggerak, dan
dilengkapi dengan ATR-Automatic Target Recocnition, pengenal objek
otomatis (prisma).

Type tertentu mampu mengeliminir kesalahan-kesalahan : kolimasi Hz &


V, kesalahan diametral, koreksi refraksi, dll. Hingga data yang didapat
sangat akurat.

Ketelitian dan kecepatan ukur sudut dan jarak jauh lebih baik dari
theodolite manual dan meteran. Terutama untuk pemetaan situasi.

Alat baru dilengkapi Laser Plummet, sangat praktis dan Reflector-less


EDM ( EDM tanpa reflector )

Data secara elektronis dapat dikirim ke PC dan diolah menjadi Peta


dengan program mapping software.

10

Perbedaan theodolite dengan Total station


Theodolite sebenarnya adalah alat pengukur sudut saja, jadi data primer
yang dihasilkan dari theodolite hanya sudut horizontal, sudut vertikal dan bacaan
rambu ukur. Untuk mendapatkan jarak diperlukan data pendukung seperti data
dari EDM, meteran atau dengan tachimetri. Sedangkan Total station langsung bisa
mendapatkan data sudut dan jarak dalam satu pengukuran.
Cara Kerja Total Station
Total station merupakan perangkat elektronik yang dilengkapi piringan
horisontal, piringan vertikal dan komponen pengukur jarak. Dari ketiga data
primer ini ( Sudut horisontal, sudut vertikal dan jarak) bisa didapatkan nilai
koordinat X,Y,Z serta beda tinggi. Data direkam dalam memory dan selanjutnya
bisa ditransfer ke komputer untuk di olah menjadi data spasial

Rekomendasi Pemakaian :
A. Total Station sebaiknya digunakan untuk pengukuran tata batas baru, baik
itu tata batas hutan maupun tata batas dengan pihak ketiga seperti halnya
pinjam pakai dan tukar menukar kawasan hutan.
B. Total Station sebaiknya digunakan untuk pengukuran berulang (contoh :
rekonstruksi batas kawasan hutan), dimana data sebelumnya diperoleh dari
pengukuran menggunakan Total Station juga.

11

BAB III
URAIAN JOB KERJA
3.1 JOB I

: Membuat Garis Lurus di Lapangan

Hari / Tanggal

Kamis / 28 Februari 2013

Lokasi

Lapangan Politeknik Negeri ujung Pandang

Kelompok

IV (Empat)

Instruktur

DR.Ir. Hamzah Yusuf, M.S.

Ir. Efraim Bara

Ir. Abd. Rivai Sulaeman. M.S.

Kushari, ST, MT.

1.1. Membuat garis lurus dengan mengukur jalan


1.2. Membuat garis lurus antara dua titik di antara bangunan.
A. TUJUAN
a. Tujuan Umum
1. Dapat membuat garis lurus di lapangan dengan menggunakan alat
ukur yang sederhana.
2. Dapat mengenal dan menggunakan alat-alat untuk mengukur
garis lurus di lapangan.
3. Dapat terampil membidik (mengincar) lurus dalam menancapkan
jalon-jalon atau patok-patok dilapangan.
4. Dapat mengetahui dan mengatasi adanya kekurangan dalam
pembuatan garis di lapangan.
5. Dapat menjadi teliti dan kreatif.
b. Tujuan Khusus
1. Dapat membuat garis lurus antara dua titik dilapangan
2. Dapat membuat garis lurus dengan bidikan tidak langsung.
3. Dapat menentukan titik potong antara dua garis lurus di lapangan.

12

B. DASAR TEORI
Pengukuran garis lurus di lapangan dimaksud untuk mengetahui
jarak yang ada diantara satu titik dan titik lain.
Pengukuran garis lurus dibuat dengan menggunakan titik awal untuk
membuat garis selanjutnya harus berpotongan dengan garis selanjutnya
satu garis lurus. Rintangan yang dihindari dengan pembuatan garis lurus
yaitu apabila terdapat suatu bangunan atau pohon yang terletak pada garis
lurus atau garis ukur sehingga terbuat tidak di ukur secara langsung.
Untuk mendapatkan hasil pengukuran dengan maksimal harus
terbentuk satu garis lurus saja apabila terdapat lebih dari satu garis lurus
maka akan terjadi suatu kesalahan dari hasil pengukuran.
Dengan terbentuknya satu garis lurus maka pengukuran data
memperoleh hasil yang maksimal.
C. ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Jalon 4 buah, alat ini digunakan untuk memperpanjang garis yang
akan diukur.
2. Rol meter 1 buah, untuk mengukur jarak antar jalon.
3. Waterpass tukang 1 buah, digunakan untuk memeriksa kelurusan rol
meter pada saat menariknya dalam pengukuran untuk mendapatkan
hasil yang maksimal.
4. Nivo 1 buah, untuk memeriksa ketegakan jalon yang tel ditancapkan.
5. Helm, digunakan untuk pelindung dari kecelakaan kerja
6. Kaki segitiga (tripod) 4 buah, digunakan pada saat jalon harus
ditancapkan pada tanah keras, untuk itu dapat ditegakkan dengan
bantuan kaki segitiga.
7. Papan pengalas, digunakan untuk mengalas pada penulisan data hasil
pengukuran.

Nama Alat

Gambar

13

Rol Meter

Waterpass
Tukang

Nivo

Jalon

Pen

Tripod

14

D. LANGKAH KERJA
1.1 Membuat Garis Lurus Antara Dua Titik di Lapangan.
1. Menyiapkan semua alat yang akan di gunakan lalu tentukan lokasi
kerja.
2. meletakkan jalon A dan B pada titik yang telah ditentukan sambil
mengontrol ketegakannya dengan menggunakan nivo jalon.

3. Langkah selanjutnya, orang pertama membidik dibelakang jalon A (


1 m) kearah jalon B dan orang kedua menancapkan jalon P1 di depan
jalon A dan melihat / mendengarkan instruksi dari orang pertama,
sehingga penancapan jalon membentuk garis lurus A P1 B.

P1

4. Kemudian kembali orang pertama kembali membidik di belakang


jalon A salah satu teman kelompok atau orang ketiga menancapkan
jalon P2 didepan jalon P1 sambil melihat istruksi dari orang pertama,
sehingga jalon berimpit atau membentuk 1 garis lurus A P1 P2
B.

15

P1

P2

5. Setelah membentuk garis lurus A P1 P2 B kemudian ukurlah


jarak A ke P1, P1 P2, P2 - B dengan menggunakan rol meter dan
gunakan waterpas untuk mengukur kedataran dari rol meter sampai
mendapat pengukuran yang akurat, usahakan dalam penarikan rol
meter tidak kendor dan tidak dihalangi satu benda. Pengukuran
diambil dari asnya lalu catalah hasil pengukuran A P1, P1 P2, P2
- B.

P1

P2

6. Setelah pengukuran selesai cabut jalon P1, P2, kemudian geser dari
tempat semula jalon itu berdiri.

7. Kemudian bidik kembali seperti prosedur pada nomor 3, 4 dan 5.


Setelah mendapat garis A P1 P2 B kita ukur kembali

16

P1

P2

8. Adapun prosedur pengukuran sama yang dilakukan pada no 5, yaitu


menggunakan rol meter dan waterpass catatlah hasil pengukuran
pada lembar catatan dan pisahkan dari pengukuran awal atau yang
pertama tadi. Pengukuran ini dilakukan sampai tiga kali.

P1

P2

1.2 Membuat Garis Lurus Antara Dua Bangunan.

17

1. Setelah melakukan pengukuran tadi maka di lanjutkan dengan


pengukuran antar dua bangunan. Kita menancapkan Jalon P1-P2
disembarang tempat dan seseorang melihat pada jalon P1 dan
seorang lagi menggeser jalon P2 tadi sampai mendapat garis lurus P1
P2 C.

P2

P1
2. Langkah kedua, giliran jalon P1 yang dicabut dan di geser, seseorang
melihat pada jalon P2 untuk mendapatkan garis lurus antara P2 P1
D. Demikian seterusnya sampai didapatkan titik segaris/lurus D
P1 P2 C.

P2

P1

18

3. Setelah mendapatkan garis lurus antar dua bangunan D P1 P2


-C maka kembali kita ukur, langkah pengukurannya sama yaitu
memakai rol meter dan waterpas.

P1

P2

4. Catatlah hasil pengukuran dengan teliti pisahkan dengan catatan


pengukuran yang pertama dan kedua.

19

TABEL DATA LAPANGAN


Pengukuran Garis Lurus dengan Mengukur Jalan
Pengukuran

Titik

Jarak (m)

A P1

7,194

P1 P2

7,660

P2 B

7,120
21,974

II

A P1

9,526

P1 P2

4,988

P2 B

7,276
21,790

III

A P1

5,070

P1 P2

6,126

P2 B

10,770
21,966

Jarak AB

PI PII PIII
3

21,974 21,790 2`1,966


21,910 m
3

20

TABEL DATA LAPANGAN


Pengukuran Garis Lurus diantara Dua Bangunan
Pengukuran

Titik

Jarak (m)

A P1

9,600

P1 P2

9,970

P2 C

8,860
= 28,430

II

A P1

8,028

P1 P2

8,650

P2 C

11,812
= 28,490

III

A P1

10,290

P1 P2

10,032

P2 C

8,140
= 28,462

Jarak AB

I + II + III
3

28,430+ 28,490+ 28,462


3

= 28,461 m

21

E. PEMBAHASAN
Pada pengukuran awal jarak A P1, P1 P2, P2 B, tetap karna titik
awal kita mengukur
Pada pengukuran kedua jarak A P1. P1 P2, P2 B, bertambah
karena pada pengukuran ini jalon P1, P2 di geser dari tempat semula
sehingga mengakibatkan pertambahaan panjang pada titik A P1. P1
P2, P2 B dan seterusnya pada pengukuran ke tiga
Pada pengukuran ke empat yaitu pengukuran di antara dua bangunan,
pada pengukuran ini jarak D P1, bartambah dan P2 C, juga
bertambah tapi pada pengukuran D C, berkurang itu di sebabkan
karena pada waktu membidik jalon P1 terlalu dekat dengan jalon P2
maka pada saat pengukuran mengakibatkan jarak P1 P2 berkurang.

22

F. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
1.1 Membuat Garis Lurus Dengan mengukur jalan
Berdasarkan Hasil Pengukuran di lapangan maka dapat di ketahui
sebagai berikut :
Pengukuran I
: 21,974 m
Pengukuran II
: 21,790 m
Pengukuran III
: 21,966 m
Jarak AB rata rata = 21,910 m
Jarak AB pada setiap pengukuran berbeda beda, hal ini
disebabkan oleh ketelitian dalam :
a. Pembacaan
b. Kesalahan pengukur
1.2 Membuat Garis lurus Antara Dua Titik Pada Bangunan
Berdasarkan pengukuran di lapangan maka diperoleh:
Pengukuran I
: 28,430 m
Pengukuran II
: 28,490 m
Pengukuran III
: 28,462 m
Jadi, Jarak AB rata rata = 28,461 m
Pada bagian ini pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali, sehingga
2.

data yang diperoleh masih kurang akurat.


Saran
1. Sebelum melakukan praktikum, periksalah alat alat yang akan
digunakan untuk mengukur karena mungkin saja alat tersebut
2.

rusak.
Dalam melaksanakan praktek dilapangan kerjasama kelompok
sangat diperlukan, agar dalam pengukuran kesalahan dapat
diminimalisir.

GAMBAR SITUASI

23

3.2 JOB II

: Membuat Sudut Siku-Siku di Lapangan

24

Hari/Tanggal
Lokasi
Kelompok
Instruktur

: Kamis, 07 Maret 2013


: Lapangan Politeknik Negeri Ujung pandang
: IV (Empat)
: - Ir.Efraim Bara
- DR.Ir. Hamzah Yusuf, M.S.
- Kushari,ST, MT.
- Ir. Abd. Rivai, Sulaeman. M.S.

2.1.
2.2.

Membuat sudut siku-siku di Lapangan.


Membuat sudut siku siku dengan prisma

A. TUJUAN
a. Tujuan Umum
1.
2.

Dapat melakukan pengukuran sudut siku siku di lapangan.


Dapat mengetahui dan dapat mengatasi adanya kesulitan - kesulitan
dalam melakukan pengukuran jarak dan rintangan.

b. Tujuan Khusus
1.
2.

Dapat melakukan pengukuran sudut siku siku di lapangan.


Dapat melakukan pengukuran jarak yang terhalang oleh rintangan

3.

Gedung.
Dapat menghitung lebar bangunan yang menjadi rintangannya.

B. DASAR TEORI
Pengukuran dengan sudut siku siku dan membuat garis lurus di
lapangan dengan rintangan banguanan dimaksud untuk mengetahui jarak
yang ada antara satu titik dengan titik yang lain.
Pengukuran ini dibuat dengan menggunakan titik awal untuk membuat
garis selanjutnya . Untuk rintangan bangunan kita harus membuat segitiga
dengan mengguankan jalon atau menancapkannya pada setiap sisi segitiga
yang di buat tadi, dengan membentuk sudut siku siku dengan
menggunkan prisma dan unting unting sehingga membentuk garis lurus.
Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang maksimal harus terbentuk
satu garis lurus apabila terdapat lebih dari satu garis lurus maka akan

25

terjadi suatu kesalahan dari hasil pengukuran. Dengan memperoleh satu


garis lurus maka data pengukuran akan memperlihatkan hasil yang
maksimal.
C. ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Jalon 5 buah, alat ini digunakan untuk memperpanjang garis yang
akan diukur.
2. Rol meter 1 buah, untuk mengukur jarak antar jalon.
3. Waterpas 1 buah, digunakan untuk memeriksa kerataan rol meter pada
saat menariknya dalam pengukuran untuk mendapatkan hasil yang
maksimal.
4. Nivo 1 buah, untuk memeriksa ketegakan jalon yang telah
ditancapkan.
5. Patok/pen 4 buah, digunakan pada saat jalon akan dipidahkan
kemudian setelah itu pen ditancapkan pada tempat jalon tersebut.
6. Kaki segitiga 3 buah, digunakan sebagai penyangga jalon yang telah
ditancapkan.
7. Prisma 1 buah, digunakan untuk mendapatkan suatu sudut siku siku.
8. Unting unting satu buah, digunakan untuk mendapatkan sudut siku
siku setelah menggunakan prisma dan kemudian menjatuhkan unting
unting pada titik siku siku.
9. Alat pengaman dalam pengukuran seperti jas lab. dan helm.

D. LANGKAH KERJA
2.1 Membuat Sudut Siku-Siku di Lapangan
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan diguanak untuk mengukur
b. Tancapkan jalon A dan jalon B pada titik yang telah
ditentukanssambil mengontrol ketegakannya dengan
menggunakan nivo jalon

26

A
c. Tancapkan jalon C diantara jalon A dan jalon B sehingga
membentuk segitiga siku- siku. Tegakkan jalon C dengan
menggunakan Nivo. Kemudian mengatur jalon C dengan
menggunakan prisma agar jalon C tegak lurus dengan jalon A dan
jalon B, sehingga di dapat perbandingan 3:4:5.

d. Kemudian mengukur jarak jalon A ke jalon B dan jalon C dengan


menggunakan rol meter dan menggunakan waterpass untuk
mengukur kedataran dari rol meter sampai mendapatkan hasil
yang lebih akurat

12,400 m

7,840 m

27

9,700 m
Perhitungan :
AB2 = CB2 + AC2
AB2 = 7,8402 + 9,7002
AB2 = 61,460 + 94,090
AB =

155,5556

AB = 12, 472 m

2.2 Membuat Sudut Siku-Siku dengan Prisma


a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan diguanakan untuk mengukur
b. Tancapkan jalon A dan jalon B pada titik yang telah ditentukan
sambil mengontrol ketegakannya dengan menggunakan nivo jalon

28

c. Tancapkan jalon C diantara jalon A dan jalon B sehingga


membentuk segitiga siku- siku. Tegakkan jalon C dengan
menggunakan Nivo. Kemudian mengatur jalon C dengan
menggunakan prisma agar jalon C tegak lurus dengan jalon A dan
jalon B, sehingga di dapat perbandingan 3:4:5.

d. Kemudian mengukur jarak jalon A ke jalon B dan jalon C dengan


menggunakan rol meter dan menggunakan waterpass untuk
mengukur kedataran dari rol meter sampai mendapatkan hasil yang
lebih akurat
B

10,400 m

10,630 m
8,600m

5,930 m

6,440m

29

Perhitungan :
AB2 = AC2 + BC2
AB2 = 5,9302 + 8,6002
AB2 = 35,1649 + 73,960
AB =

109,124

AB = 10,440 m
BD2 = BC2 + CD2
BD2 = 8,6002 + 6,4402
BD2 = 73,960 + 41,4736
BD =

115,4336

BD = 10,744 m

E. KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN
1.
Setelah melakukan job ini kita sudah mampu membuat sudut
siku-siku di lapangan walaupun belum tepat dan kita juga dapat
2.

mengoperasikan alat prisma


Pada job ini kita belum begitu mahir dalam melakukan
pengukuran sehingga jarak yang didapat pada saat pengukuran
belum tepat.

B. SARAN
1. Dalam pengukuran siku-siku keakuratan pengukuran sangat
dituntut maka pada saat pengukuran kita harus teliti dan jadi
pengukuran pada jalon ke jalon harus dari as ke asnya dan pada
saat penarikan saran dan pada saat penarikan rol meter jangan

30

kendor atau terlalu di tarik maka dapat megakibatkan rol meter


memanjang atau melar.
2. Dalam pengukuran dengan menggunakan rol meter sebaiknya pada
saat menarik jangan terlalu kencang, yang mengakibatkan rol meter
menjadi melar dan pada saat penancapan setiap jalon sebaiknya
sejajar.

GAMBAR SITUASI

31

3.3 JOB III

: Mengukur Jarak Antara 2 Titik dengan Rintangan

Hari / Tanggal

Kamis / 28 Maret 2013

Lokasi

Lapangan Politeknik Negeri Ujung Pandang

Kelompok

IV (Empat)

Instruktur

Ir. Efraim Bara

DR. Ir. Hamzah Yusuf, M.S.

Ir. Abd. Rivai Sulaeman. M.S.

Kushari, ST. MT

SUB JOB :
3.1 Mengukur Jarak antara 2 titik dengan Rintangan Sungai
3.2 Mengukur Jarak antara 2 titik dengan Rintangan Gedung
A.

TUJUAN
a.

Tujuan Umum
1.

Dapat melakukan pengukuran sudut siku-siku yang tepat dan

2.

akurat.
Dapat mengetahui dan dapat mengatasi adanya kesulitankesulitan dalam melakukan pengukuran sudut siku-siku dan

3.

pengukuran jarak dengan rintangan.


Dapat menjadi teliti dan hati-hati pada penggunaan ala-alat
maupun pekerjaan.

b.

Tujuan Khusus
1. Dapat melakukan pengukuran sudut siku-siku di lapangan.
2. Dapat melakukan pengukuran jarak yang terhalang oleh rintangan
atau bangunan.
3. Dapat membuat garis sejajar di lapangan
4. Dapat membuktikan keakuratan dalam ukuran

B.

DASAR TEORI

32

Pengukuran dengan membuat sudut siku-siku dan membuat garis


lurus di lapangan dengan rintangan sungai dan bangunan dimaksud untuk
mengetahui jarak yang ada antara satu titik dan titik lain.
Pengukuran ini dibuat dengan menggunakan titik awal untuk
membuat garis selanjutny. Untuk melakukan rintangan dengan rintangan
sungai kita harus membuat sudut siku-siku yaitu dengan menggunakan
prisma dan unting-unting. Kemudian untuk rintangan bangunan kita
haruslah membuat persegi empat dengan menggunakan jalon atau
menancapkannya dengan ukuran yang telah ditentukan pada setiap sisinya,
dengan membentuk sudut siku-siku, dengan menggunakan prisma dan
untuing-unting.
Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang maksimal harus
terbentuk satu garis lurus apabila terdapat lebih dari satu garis lurus maka
akn terjadi suatu kesalahan dari hasil pengukuran.
Dengan terbentuknya satu garis lurus maka pengukuran data
memperoleh hasil yang maksimal.
C.

ALAT YANG DIGUNAKAN


1.

Jalon 6 buah, untuk membeuat dan memperpanjang garis lurus dan


untuk memperpanjang garis dilapangan.

2.

Patok / Pen 10 buah, diguanakan untuk menggantikan jalon yang


telah dipindahkan kemudian menancapkannya.

3.

Rol Meter 1 buah, fungsinya yaitu untuk mengukur dari satu jalon
kejalon yang lainnya.

4.

Waterpass 1 buah, untuk mengetahui kedataran suatu garis yang akan


di kukur.

5.

Nivo 1 buah, untuk mengetahui ketegakan jalon yang telah


ditancapkan.

6.

Prisma 1 buah, digunakan untuk mendapatkan suatu sudut siku-siku.

33

7.

Unting-unting satu buah, digunakan untuk mendapatkan sudut siku


setelah mengunakan prisma, dan kemudian menjatuhkan untingunting pada titik siku-siku.

8.
D.

Alat pengamanan dalam pengukuran yaitu jas laboratorium dan helm.


PPROSEDUR KERJA

3.1 Mengukur Jarak dengan Rintangan Sungai


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk mengukur
dilapangan
2. meletakkan jalon A dan jalon B pada titik yang telah ditentukan
sambil mengontrol ketegakkannya dengan menggunakan nivo jalon

3. memperpanjang garis AB dengan menancapkan jalon C dan Jalon F


dengan cara membidik

dengan menggunakan prisma agar

medapatkan kelurusan dengan AB dan mengontrol ketegakkannya


dengan menggunakan nivo jalon

34

4. membuat garis tgak lurus(sudut siku- siku) dengn perbandingan


sisinya 3:4:5 dengan cara menancapkan jalon D dan jalon E dan
membidik dengan menggunakan prisma agar mendapatkan
kelurusan dan membentuk siku- siku dengan garis A C D dan BFE

5. Mengukur sudut siku- siku

antara sudut DCA dan sudut BFE

dengan menggunakan rol meter dan mengenggunakan waterpass


untuk mengukur kedataran rol meter.
DATA LAPANGAN
Pengukuran dengan Rintangan Sungai

35

Penyelesaian :
Jarak
AC

= 3,820 m

CD

= 2,400 m

AD

= 4,510 m

EF

= 12,220 m

BF

= 3,080 m

BE

= 12,602 m

AF
CA =
AF
3,820
AF=

EF
CD

12,220
2,400

12,220 x 3,820
2,400

AF = 19, 450 m

Jadi,
AB

= AF BF
= 19,450 3,080
= 16,370 m

36

Jarak langsung yang di ukur adalah 16,250 m, tetapi dalam pengukuran


dengan mengunakan prisma lebih panjang ( 16,370 cm ) mungkin pada saat
penggunaan alat prisma tidak membentuk siku-siku 90o.
Kontrol kesikuan :
CD2 + AC2

= AD2

2,4002 + 3,8202

= 4,5102

5,760 + 14,592

= 20,340

20,352
Sin

20,340

= CD
DA

Cos

= 2,400
4,510
Sin

= 0,532

= CA
DA
= 3,820
4,510

Cos

= 32o 09 03

= 0,847
= 32o 06 45

3.2 Mengukur Jarak dengan Rintangan Bangunan


1) Menyiapkan peralatan yang diperlukan di lapangan dan gambar
kerja paraktikum yang akan dilaksanakan.
2) Menancapkan jalon A dan B dengan jarak yang telah ditentukan,
dengan menggunakan rol meter.
37

3) Setelah menancapkan jalon A dan B selanjutnya kita menancapkan


jalon D yang telah ditentukann jaraknya, yaitu jarak 3 : 4 dan 5 atau
dengan jarak kelipatannya.
D
3m

5m

4m
4) Jika kita telah mendapatkan jalon D. Maka kita memperpanjang
garis A dan B yang membentuk garis C perpanjangannya yaitu
dengan cara kita membidik di belakang jalon A sehingga
mendapatkan garis yang lurus A, B dan C.

5) Selanjutnya kita membentuk titik E dengan jarak yang sama dengan


A ke D maka kita mendapatkan jarak A ke D sama dengan jarak B
ke E atau jarak A ke B dan D ke E yaitu jarak sama.

38

6) Setelah kita mendapatkan titik D dan E maka kita perpanjang lagi


titik tersebut sehingga membentuk titik F, g dan H yang selurus
denga titik D, E, F, G, dan H.

7) Setelah kita berdiri pada titik atau jalon G dan mengukur ke titik H
yaitu jaraknya sama dengan jarak A D. Selanjutnya titik H di ukur
sama jaraknya B E sehingga membentuk titik J, dan kita telah
mendapatkan titik J dan I.

39

8) Setelah mendapatkan titik J ke I maka garis itu kita perpanjang


untuk kita perpanjang untuk mendapatkan titik K, maka kita
mendapatkan titikl yang sejajar K, I dan J.

9) Setelah kita mendapatkan titik atau garis yang siku yaitu A B dan
D E sama dengan I J dan G H, dan garis sejajar D, E, F, G dan
H maka kita ukur jarak dari titik tersebut yaitu titik yang diukur
adalah :
- A, B dan C
- D, E, F, G dan H
- K, I dan J

10) Catatlah

hasil

pengukuran

itu,

setelah

mendapatkan

hasil

pengukuran maka kita cari jarak bangunan tersebut dengan rumus


CK = DEFGH ABC + KIJ maka kita mendapatkan jarak CK atau
jarak bangunan yang kita ukur tadi

DATA LAPANGAN
Pengukuran dengan Rintangan Gedung

40

Penyelesaian :
Jarak
ABC
= 4,830 m
DEFGH = 33,780 m
KIJ
= 8,480 m
Jadi
CK

= DEFGH ABC + KIJ


= 33,780 4,830 + 4,480
= 33,430 m

Jarak langsung yang diukur dengan rol meter pada bangunan yaitu 33,300 m.
E.

KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN
1. Pengukuran dengan rintangan sungai:
Dari hasil perhitungan kontrol, ternyata sudut CDA belum sikusiku sehingga mengakibatkan pertambahan panjang sekitar 12 cm,
ini disebabkan pada saat penggunaan alat prisma dilapangan tidak
begitu teliti dan belum mendapat sudut siku-siku 90 o, sehingga dari
perhitungan yang diperoleh tidak sama, jadi kesalahan pada
pengukuran ini yaitu sudut CDA belum siku-siku.
2. Pengukuran dengan rintangan gedung:
Pada pengukuran ini terdapat perpanjangan ukuran dari data yang
diukur langsung dengan selisih 13 cm, mungkin ini disebabkan
pada saat penarikan rol meter terlalu kencang sehingga rol meter
menjdi melar atau pada saat pembentukan garis lurus dengan
menggunakan jalon tidak sejajar atau tidak membentuk garis lurus
41

yang di inginkan sehingga pada pengukuran diantara bangunan ini


terdapat selisih panjang dari data sebenarnya yaitu 33,430 m dan
jarak langsung yaitu 33,300 m.
B. SARAN :
Pada saat pengukuran dengan rintangan sebaiknya yang harus
diperhatikan adalah pada saat membentuk sudut siku-siku dengan
menggunakan alat prisma harus teliti dan konsentrasi agar kesalahan
pengukuran dapat di minimalisir.

42

GAMBAR SITUASI
3.1 Pengukuran dengan rintangan sungai

43

3.2 Pengukuran dengan rintangan gedung

44

3.4 JOB IV

: Pengenalan dan Penggunaan Waterpass (Alat Sipat Datar)

Hari / Tanggal

Kamis / 14 Maret 2013

Lokasi

Lapangan Politeknik Negeri ujung Pandang

Kelompok

IV (Empat)

Instruktur

DR.Ir. Hamzah Yusuf, M.S.

Ir. Efraim Bara

Ir. Abd. Rivai, Sulaeman.M.S.

Kushari, ST, MT

A. TUJUAN
1.1. Tujuan Umum
1. Mahasiswa dapat mengetahui syarat penggunaan pesawat waterpass.
2. Mahasiswa dapat mengenal dann menggunakan alat-alat waterpass.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengatasi kesulitan-kesulitan
dalam menggunakan pesawat waterpass.
1.2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat menempatkan dan menyetel alat ukur waterpass.
2. Mahasiswa dapat membidik dan membaca bak ukur dengan pesawat
waterpass.
3. Mahasiswa dapat membaca skala lingkaran pada pesawat waterpass.
4. Mahasiswa dapat memeriksa waterpas.
5. Dapat mengukur jarak dengan menggunakan waterpas.
6. Dapat menghitung beda tinggi.
B. DASAR TEORI
Pengukuran dengan alat waterpas dilapangan dimaksud untuk menentukan
beda tinggi dan jarak antar patok/pen.
Untuk melakukan pengukuran dengan alat waterpas kita harus menentukan
titik pertama untuk penempatan watrepas selanjutnya untuk bak ukur kita
harus tempatkan pada suatu titik yang telah di tentukan.
Dalam pengukuran dengan menggunakan waterpas harus lurus pada titik yang
akan di bidik pada bak ukur.
45

C. BAGIAN BAGIAN PESAWAT WATERPASS

Keterangan :

4
3

1.
2.
3.
4.
5.

Plat Dasar
Skrup Penyetel
Nivo
Mempertajam Benang
Alat
Bidik Kasar

(Vizier)
Lensa pembidikkan
Lensa Objektif
Penyetel Fokus
Lingkaran Sudut
Penggerak Halus
11. Pembacaan
sudut
6.
7.
8.
9.
10.

Horizontal

(Dalam

grid).

7
8
1
1

9
10

Fungsi bagian bagian waterpass sipat datar :


1. Alat bidik kasar fungsinya adalah untuk membidik kasar target atau jalon
sebelum membidik dengan lensa pembidikan.
2. Penyetel focus fungsinya adalah untuk memperjelas benang.
3. Lensa objektif adalah untuk memperjelas jika bayangan kabur.
4. Penggerak halus fungsinya adalah untuk menghimpitkan benang silang
diafragma dengan bak ukur.
5. Sekrup penyetel fungsinya adalah untuk menyetel nivo.
6. Pembacaan sudut horizontal adalah untuk membaca sudut bila pesawat.
7. Lensa pembidikan fungsinya adalah diputar untuk melihat pembacaan
benang.
8. Nivo fungsinya adalah untuk mengetahui ketegakan pesawat dengan
gelembung nivo berada di tengah tengah.

46

9. Plat dasar fungsinya adalah sebagai tempat untuk mengunci pesawat


dengan statif.
10. Lingkaran sudut fungsinya adalah untuk mengatur sudut horizontal.
D. RUMUS MENCARI JARAK OPTIS DAN BEDA TINGGI

Rumus Jarak :
L

= ( BA BB ) x 100

BT

= BA + BB
2

Ket.

= Jarak langsung

BA = Benang atas
BT = Benang tengah
BB = Benang bawah
Rumus Beda Tinggi :
Kondisi 1 : Alat berada di antara titik.
h = BT Belakang - BT Muka

47

Kondisi 2 : Alat berdiri di atas titik dan berada di antara titik


h = BT Belakang - BT Muka

Kondisi 3 : Alat berdiri di atas titik


h = BTA iB
i

= tinggi alat (m)

48

Rumus Jarak Optis


Jarak ( D ) = 100 ( BA BB )
Pembuktian Rumus jarak = 100 ( BA BB )
BA
BT

BB
S

Fobj

D
D

= D + (S + Fobj)

D / Fobj

=i/P

= i . Fobj / P

Fobj / P = B

= 100 (Konstanta alat)

= i . 100

= (S + Fobj)

= ( BA BB )

D = D + A i . 100 + A

A < 50
A 0, Sehingga ; D

= i . 100 + 0

49

= (BA BB) 100


D = 100 (BA BB )

E. PERALATAN/PERLENGKAPAN
1. Pesawat waterpass (alat sipat datar) dan perlengkapannya.
2. Tripoid (kaki tiga)
3. Unting-unting
4. Bak ukur
5. Rol meter
6. Jalon
7. Patok / pen
8. Payung
9. Nivo
10. Alat tulis menulis dan papan pengalas.
Watepass

Unting-unting

Nivo
Bak Ukur

50

Rol Meter
Roll Meter

Tripod

F. PETUNJUK UMUM
1. Perhatikan dengan seksama lembar kerja ini dan langkah langkah
kerjanya.
2. Menyetel alat waterpass adalah pengaturan alat sampai memenuhi syarat
untuk melakukan pengukuran.
3. Memperhatikan dan mengetahui jenis jenis skrub pada alat.
4. Untuk bak ukur harus tegak / vertikal.
5. Pelajari buku petunjuk / spesifikasi pesawat waterpass yang akan
digunakan.
6. Jangan memutar skrub sebelum mengetahui kegunaannya.
7. Bekerjalah secara hati hati dan sabar jangan mempermainkan alat.
8. Satelah selesai semua peralatan dikumpul, dibersihkan dan dikembalikan
sesuai posisi semula (saat pengambilan dan peminjaman).
9. Data hasil pengukuran di lapangan agar diperiksa dan diparaf oleh
instruktur.
G. LANGKAH KERJA
1.1. Mengatur / menyetel pesawat waterpass.
1. Dirikan tripoid / statif diatas titik yang dimaksud hungga kaki skrub
membentuk segitiga sama sisi dan platnya diusahakan mendatar.
2. Pasang pesawat dan kuncikan sekedarnya sehingga masih muda digesr
geser.
3. Pasang unting unting sedemikian hingga kira kira 1 cm di atas titik
yang dimaksud.
4. Atur unting unting dengan menggeser pesawat di atas plat level
hingga betul betul di tengah, kemudian kencangkan pengunci alat.
51

5. Sejajarkan teropong dengan dua skrub penyetel sumbu I (skrub A dan


B) dan tengahkan gelembung nivo dengan memutar skrub A, B dan C
sekaligus hingga gelembung nivo tepat berada ditengah tengah
lingkaran nivo.Putar teropong kesembarang posisi, jika gelembung
nivo berubah ubah stel kembali skrub penyetel hingga gelembung
nivo kembali ketengah.
6. Lakukan berulang ulang, hingga gelembung nivo tetap di tengah
kemanapun teropong diarahkan, maka sumbu I vertikal dan pesawat
telah siap dipakai.
C

1.2. Membidik dan membaca bak ukur


1. Bidik dan arahkan teropong secara kasar pada bak ukur yang didirikan
vertical pada suatu titik yang telah ditentukan dengan menggunakan
garis bidik kasar yang berada di atas pesawat.
2. Kemudian mulailah membidik kearah bak ukur, bila bayangan kabur
perjelas dengan memutar sekrup pengatur lensa objektif dan jika
benang silang kabur perjelas dengan memutar sekrup pengatur
diafragma.
3. Impitkan benang silang diafraga dengan sumbu bak ukur dengan cara
mengatur sekrup penggerak halus.
4. Lakukan pembacaan bak ukur sebagai berikut :
a. Misalnya bacaan (lihat gambar)
BA = 0,870 m
BT = 0,780 m
BB = 0,690 m.
b. Pembacaan bak ukur selesai dan harus memenuhi ketentuan :
BA + BB = 2BT atau (BA - BT) = (BT - BB).
c. Untuk mendapatkan jarak optis digunakan rumus :
D = (BA - BB) x 100
52

1.3. Memeriksa pesawat waterpass


1. Mengatur / memeriksa garis arah nivo tegak lurus sumbu 1.
a. Tempatkan dan stel pesawat waterpas.
b. Ketegakkan nivo dengan skrup penyetel A, B dan C.
c. Putar teropong kearah 90o dan 180o, jika gelembung nivo tetap
berada ditengah tengah berarti garis arah nivo tegak lurus
dengan sumbu 1.
d. Jika setelah teropong diputar kearah 900 dan 1800, gelembung
nivo berubah maka atur kembali sekrup penyetel A, B dan C
sehingga gelembung nivo berada di tengah tengah.
e. Jika pekerjaan di A telah di kerjakan berulang kali tetapi
gelembung nivo tidak bisa ditengah, berarti garis arah nivo tidak
tegak lurus dengan bidang 1 dan perlu diadakan koreksi nivo.
f. Koreksi nivo dilakukan dengan mengembalikan gelembung nivo
dengan sekrup gelembung nivo.
2. Mengatur benang mendatar diafragma tegak lurus sumbu 1

53

a. Tempatkan dan stel pesawat waterpas sehingga sumbu 1 tegak


lurus seperti langka penyetelan pesawat waterpas.
b. Bidik suatu titik target sehingga titik terletak di salah satu ujung
benang mendatar diafragma (Misal titik target terletak diujung
kiri).
c. Putar teropong ke arah titik tersebut sehingga titik tersebut
terletak diujung kanan mendatar diafragma.
d. Bila titik tersebut berimpit dengan ujung kanan benang mendatar,
berarti benang mendatar diafragma tegak lurus sumbu 1.
e. Jika titik target tersebut tidak berimpit dengan ujung kanan
benang mendatar diafragma, berarti ada kesalahan (Benang
mendatar diafragma tidak tegak lurus sumbu 1).
f. Untuk mengoreksinya, hilangkan setengah kesalahan dengan
mengatur skrup koreksi diafragma, maka benang mendatar
diafragma akan tegak lurus sumbu 1.
g. Ulang pekerjaan ini dari awal, sehingga pada pemutaran teropong
dengan sumbu 1 sebagai sumbu putar titik target berimpit dengan
benang mendatar diafragma.

1.4 Kegiatan Pengukuran yang dilakukan

54

1. Tentukan dahulu titik P1, P2, P3, P4,P5 hingga titik P17 terlebih dahulu.
titik A, B, C, D, E, F sebagai tempat berdirinya alat. Seperti pada
gambar
2. Setelah semua titik titik tadi telah ditentukan, tempatkanlah alat ukur
waterpas pada titik A Kemudian atur sedemikian rupa seperti langkah
langkah pengaturan di atas.
3. Kemudian mulailah melakukan pengukuran berawal dari A ke P1,
kemudian diputar dari A ke P2 dan seterusnya diputar hingga berakhir
pada titik P17. Tetapi sebelumnya lakukan pengukuran dari titik A ke
BM. Lihat gambar.

4. Catat hasil pembacaan pada rambu yang menjadi objek

Gambar Pengukuran :

55

56

Data Pengukuran dilapangan

PEMBACA

TITI
K
ALA
T

Hijrah Rauf (312


12 070)

Evy Fatimah Sari


(312 12 074)

Dendi Purwanto
(312 12 075)

Andi Rahmat
Ashar
(312 12 071)

Yudistira Eka
Putra
(312 12 072)

Gabriel LSB
Pakan
(312 12 069)

NAMA
PATO
K

NOMO
R
PATOK

BM
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10

PEMBACAAN BENANG

TINGG
I ALAT
(i)

JARAK
OPTIS

UKUR

BEDA
TINGGI

28,000
26,900
29,700
34,900
26,900
25,900
30,200
25,500
29,000
29,000
26,800

27.992
26.822
29.608
27.796
27.150
30.072
24.740
25.750
29.074
28.958
26.729

0,397
0,201
-0,601
0,391
0,192
-0,592
0,393
0,191
-0,752
0,395
0,195

1,115

29,000

29.281

-0,550

1,675
1,275
1,065
1,624
1,224
1,021

26,800
28,500
31,500
25,000
26,600
32,200

27.320
28.658
31.780
25.078
26.292
29.659

0,395
0,165
-0,502
0,398
0,190
0,190

BA

BT

BB

I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II

1,810
1,410
1,230
1,890
1,413
1,200
1,802
1,415
1,240
1,980
1,589

1,670
1,273
1,072
1,673
1,282
1,090
1,682
1,289
1,098
1,850
1,455

1,530
1,141
0,933
1,541
1,144
0,941
1,500
1,160
0,950
1,690
1,321

P11

III

1,405

1,260

P12
P13
P14
P15
P16
P17

I
II
III
I
II
III

1,943
1,560
1,380
1,874
1,490
1,343

1,810
1,415
1,250
1,752
1,354
1,164

1,550

1,560

1,480

1,600

1,600

1,570

57

58

H. ANALISIS PERHITUNGAN
Menghitung Jarak Optis :
A BM

= (BA-BB) x 100
= (1,810 1,530) x 100
= 28 m

A P1

= (BA-BB) x 100
= (1,410 1,141) x 100
= 26,9 m

A P2

= (BA-BB) x 100
= (1,230 0,933) x 100
= 29,7 m

B P3

= (BA-BB) x 100
= (1,890 1,541) x 100
= 34,900 m

B P4

= (BA-BB) x 100
= (1,413 1,144) x 100
= 26,900 m

B P5

= (BA-BB) x 100
= (1,240 0,941) x 100
= 25,900 m

C P6

= (BA-BB) x 100
= (1,802 1,500) x 100
= 30,200 m

C P7

= (BA-BB) x 100
= (1,415 1,160) x 100
= 25,500 m

C P8

= (BA-BB) x 100
= (1,240 0,950) x 100
= 29,000 m

59

D P9

= (BA-BB) x 100
= (1,980 1,690) x 100
= 29,000 m

D P10

= (BA-BB) x 100
= (1,589 1,321) x 100
= 26,800 m

D P11

= (BA-BB) x 100
= (1,405 1,115) x 100
= 29,000 m

E P12

= (BA-BB) x 100
= (1,943 1,675) x 100
= 26,800 m

E P13

= (BA-BB) x 100
= (1,560 1,275) x 100
= 28,500 m

E P14

= (BA-BB) x 100
= (1,380 1,065) x 100
= 31,500 m

F P15

= (BA-BB) x 100
= (1,874 1,624) x 100
= 25,000m

F P16

= (BA-BB) x 100
= (1,490 1,224) x 100
= 26,6 m

F P17

= (BA-BB) x 100
= (1,343 1,021) x 100
= 32,2 m

60

Menghitung Beda Tinggi dan Elevasi


BM P1
h BM P1

EBM

= BTBM BTP1

EP1

= EBM + h

= 1,670 1,273

= 10,000 + (0,397)

= 0,397

= +10,397 m

= +10,000

P1 P2
h P1 P2

EP1

= BT1 BTP2

EP2

= EP1 + h

= 1,273 1,072

= 10,397 + (0,201)

= 0,201

= +10,598 m

= +10,397 m

P2 P3
h P2 P3

EP2

= BTP2 BTP3

EP3

= EP2 + h

= 1,072 1,673

= 10,598+ (-0,601)

= -0,601m

= +9,997 m

= +10,598 m

P3 P4
h P3 P4

EP3

= BTP3 BTP4

EP4

= EP3 + h

= 1,673 1,282

= 9,997 + (0,391)

= 0,391m

= +10,388 m

= +9,997 m

P4 P5
h P4 P5

EP4

= BTP4 BTP5\

EP5

= EP4 + h

= 1,282 1,090

= 10,388 + (0,192)

= 0,192

= +10,580 m

= +10,388 m

61

P5 P6
h P5 P6

EP5

= BTP5 BTP6

EP6

= EP5 + h

= 1,090 1,682

= 10,580 + (-0,592)

= -0,592

= +9,988 m

= +10,580 m

P6 P7
h P6 P7

EP6

= BTP6 BTP7

EP7

= EP6 + h

= 1,682 1,289

= 9,988 + (0,393)

= 0,393

= +10,381 m

= +9,988 m

P7 P8
h P7 P8

EP7

= BTP7 BTP8

EP8

= EP7 + h

= 1,289 1,098

= 10,381+ (0,191)

= 0,191

= +10,572 m

= +10,381 m

P8 P9
h P8 P9

EP8

= BTP8 BTP9

EP9

= EP8 + h

= 1,098 1,850

= 10,572 + (-0,752)

= -0,752

= +9,820 m

= +10,572 m

P9 P10
h P9 P10

EP9

= BTP9 BT10

EP10

= EP9 + h

= 1,850 1,455

= 9,820 + (0,395)

= 0,395

= +10,215 m

= +9,820 m

62

P10 P11
h P10 P11 = BT10 BTP11

EBM

EP11

= E10 + h

= 1,455 1,260

= 10,215 + (0,195)

= 0,195

= +10,410 m

= +10,215

P11 P12
h P11 P12

EP1

= BT11 BTP12

EP12

= EP11 + h

= 1,260 1,810

= 10,410+ (-0,550)

= -0,550

= +9,860 m

= +9,860m

P12 P13
h P12 P13

EP2

= BTP12 BTP13

EP13

= EP12 + h

= 1,810 1,415

= 9,860 + (0,395)

= 0,395

= +10,225 m

= +10,225 m

P13 P14
h P13 P14

EP3

= BTP13 BTP14

EP14

= EP13 + h

= 1,415 1,250

= 10,225 + (0,165)

= 0,165

= +10,420 m

= +10,420 m

P14 P15
h P14 P15

EP4

= BTP14 BTP15

EP15

= EP14 + h

= 1,250 1,752

= 10,420 + (-0,502)

= -0,502

= +9,918 m

= +9,918 m

63

P15 P16
h P15 P16

EP15

= BTP15 BTP16

EP16

= EP15 + h

= 1,752 1,354

= 9,918 + (0,398)

= 0,398

= +10,316 m

= +10,316 m

P16 P17
h P16 P17

EP16

= BTP16 BTP17

EP17

= EP16 + h

= 1,354 1,164

= 10,316 + (-0,190)

= 0,190

= +10,506 m

= +10,506 m

64

TABEL DATA

PEMBACA
Hijrah Rauf
(312 12 070)
Evy Fatimah Sari
(312 12 074)
Dendi Purwanto
(312 12 075)
Andi Rahmat Ashar
(312 12 071)
Yudistira Eka Putra
(312 12 072)
Gabriel LSB Pakan
(312 12 069)

TITI
NAMA
K
PATOK
ALAT
BM
A
P1
P2
P3
B
P4
P5
P6
C
P7
P8
P9
D
P10
P11
P12
E
P13
P14
P15
F
P16
P17

NOMO
R
PATOK
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III
I
II
III

PEMBACAAN BENANG
BA

BT

BB

1,810
1,410
1,230
1,890
1,413
1,200
1,802
1,415
1,240
1,980
1,589
1,405
1,943
1,560
1,380
1,874
1,490
1,343

1,670
1,273
1,072
1,673
1,282
1,090
1,682
1,289
1,098
1,850
1,455
1,260
1,810
1,415
1,250
1,752
1,354
1,164

1,530
1,141
0,933
1,541
1,144
0,941
1,500
1,160
0,950
1,690
1,321
1,115
1,675
1,275
1,065
1,624
1,224
1,021

TINGG
I ALAT
1,550

1,560

1,480

1,600

1,600

1,570

JARAK
OPTIS

UKUR

28,000
26,900
29,700
34,900
26,900
25,900
30,200
25,500
29,000
29,000
26,800
29,000
26,800
28,500
31,500
25,000
26,600
32,200

27.992
26.822
29.608
27.796
27.150
30.072
24.740
25.750
29.074
28.958
26.729
29.281
27.320
28.658
31.780
25.078
26.292
29.659

BEDA
TINGG
I
0,397
0,201
-0,601
0,391
0,192
-0,592
0,393
0,191
-0,752
0,395
0,195
-0,550
0,395
0,165
-0,502
0,398
0,190
0,190

ELEVASI
10,000
10,397
10,598
9,997
10,388
10,580
9,988
10,381
10,572
9,820
10,215
10,410
9,860
10,255
10,420
9,918
10,316
10,506

65

I. KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN
- Waterpass merupakan alat sipat datar yang digunakan untuk
-

mengetahui beda tinggi dan jarak datar.


Pengenalan alat ini dimaksudkan agar kita lebih mahir dalam

menggunakan waterpass di lapangan


Dan juga kita dapat mengetahui bagian bagian dari waterpass dan

fungsinya.
B. SARAN
- Dalam pengukuran yang harus di lakukan adalah melakukan
pembacaan bak ukur secara berulang ulang untuk mendapatkan hasil
yang akurat, kemudian harus bergantian dalam pembacaan dengan
teman untuk menyamakan pembacaan
GAMBAR SITUASI

3.5 JOB V
Hari / Tanggal

: Pengukuran Profil Memanjang dan Profil Melintang


:

Kamis / 04 April 2013

66

Lokasi

Lapangan Politeknik Negeri ujung Pandang

Kelompok

IV (Empat)

Instruktur

Ir. Efraim Bara

DR.Ir. Hamzah Yusuf, M.S.

Ir. Abd. Rivai Sulaeman, M.S.

Kushari, ST. MT.

A. TUJUAN
1.1.

Tujuan umum
1.

Dapat terampil mengatur alat dan membaca bak ukur dengan tepat
dalam tiap pengukuran.

2.

Dapat mengatasi masalah dilapangan yang dijumpai pada waktu


pengukuran.

3.

Dapat mengukur jarak optis dan beda tinggi.

4.

Dapat menganalisis hasil pengukuran dilapangan dengan hasil


perhitungan.

1.2.

Tujuan khusus
1.

Dapat melaksanakan dan mengukur profil memanjang dan profil


melintang.

2.

Dapat melaksanakan pengukuran traversing.

3.

Dapat menghitung dan menggambar hasil pengukuran profil.

B. DASAR TEORI
Pada pengukuran profil memanjang dan melintang dilapangan dimaksud
untuk dapat mengetahui jarak dan beda tinggi pada suatu titik dan titik lain.

67

Rumus Jarak :
L

= (BA BB) x 100

BT

= BA + BB
2

Ket. : L

Jarak langsung

BA

Benang atas

BT

Benang tengah

BB

Benang bawah

Rumus Beda Tinggi (h) :


h = BT Belakang - BT Muka

68

Pengukuran profil memanjang dan melintang dibuat dengan menentukan


titik pertama untuk penempatan waterpas. Selanjutnya untuk bak ukur kita
harus tempatkan pada suatu titik yang telah di tentukan dengan menggunakan
roll meter.
Dalam pengukuran memanjang, yang harus diperhatikan adalah
ketegakan waterpas harus tepat pada titik yang telah ditandai dan lurus antar
titik yang satu dengan yang lain, dan pembacaannya harus benar-benar
akurat.
Untuk

mendapatkan

hasil

yang

maksimal

dalam

pengukuran

memanjang, dan melintang harus dengan benar-benar serius dalam


pembacaan bak ukur dengan waterpas. Apabila dalam penggunaan alat tanpa
memperhatikan bagian-bagian yang berfungsi untuk mendukung dalam
ketepatan pengukuran seperti unting-unting, nivo dan lain-lain maka akan
terjadi kesalahan dari hasil pengukuran.
Apabila dalam pengukuran dengan menggunakan alat waterpas, bak
ukur, unting-unting dan sebagainya sesuai dengan fungsinya dengan benar
maka pengukuran data akan memperoleh hasil yang maksimal.
C. PERALATAN / PERLENGKAPAN
1. Pesawat waterpas / sipat datar digunakan untuk mengukur dan
menentukan BA, BT dan BB pada bak ukur.
2. Kaki tiga / Tripod / Statif berfungsi sebagai tempat waterpas dan
sebagai penentu ketepatan titik atau as dengan unting-unting.
3. Bak ukur yaitu sebagai tempat pembacaan BA, BT dan BB dengan
menggunakan waterpas.
4. Rol meter untuk mengukur jarak antar titik dengan titik lain dan untuk
menentukan kelurusan antar titik.

69

5. Unting-unting untuk menentukan as pada titik (patok / pen) yang telah


ditentukan sebagai tempat waterpas.
6. Payung digunakan untuk melindungi waterpas disaat melakukan
pembacaan dari sinar matahari.
7. Papan pengalas dan alat tulis untuk mencatat seluruh data dilapangan.
8. Perlengkapan praktek (baju lab, helm dan sepatu).
9. Pen / Patok, digunakan sebagai penanda titik pada saat pembacaan
benang.

Watepas

Nivo

Unting - unting

Bak Ukur

70

Rol Meter

Tripoid

Pen

D. PETUNJUK UMUM
1. Pergunakan semua peralatan menurut aturannya masing-masing.
2. Bak ukur / Rambu ukur harus berdiri vertical diatas patok atau diatas
alas bakukur (portable shoes) tanah.
3. Setiap pembacaan harus memeriksa yaitu BA + BB = 2 BT atau BA
BT = BT BB.
4. Terlebih dahulu dibuat skema jalan pengukuran sebagai data awal.
5. Ikuti tata tetib keselamatan kerja (baju praktek, helm, sepatu)
6. Setelah

selesai,

semua

peralatan

dikumpul,

dibersihkan

dan

dikembalikan dalam kondisi seperti semula.


7. Data hasil pengukuran dilapangan agar di periksa dan di paraf oleh
instruktur.
E. LANGKAH KERJA
1.

Traversing/Profil Memanjang

71

1.

Tentukan titik-titik traversing yang akan diukur


dengan cara memberi tanda pada masing-masing titik yaitu titik
BM, P1, P2, P3, P4, P5, P6, P7,

2.

Pengukuran jarak optis


1. Untuk alat yang dapat ditempatkan pada salah satu titik (BM,
P1)
a. Tempatkan dan stel pesawat di antara titik, BM - P1
b. Tempatkan bak ukur pada titik BM
c. Bidik dengan teropong ke bak ukur, kemudian baca dan catat
BA, BT, dan BB pada bak ukur.
d. Kemudian dengan cara yang sama, lanjutkan pada P1 - P2
sampai seterusnya.
2. Untuk kondisi alat harus berada di antaranya
a. Tempatkan dan stel pesawat kira-kira di tengah-tengah antara
titik BM dan P1 (slag 1). Penempatan pesawat harus segaris
dengan BM dan P1.
b. Tempatkan bak ukur diatas patok. Titik BM sebagai bak
belakang, dan titik P1 sebagai bak muka.

c. Bidik teropong ke bak belakang (BM) kemudian baca dan


catat BA, BT, dan BB pada bak ukur.

72

d. Pesawat dipindahkan ke slag II (antara P1 dan P2). Dengan


cara yang sama dengan langkah a sampai c, lakukan
pembacaan bak belakang dan bak muka.

e. Begitu seterusnya sampai dengan slag terakhir.


f. Jarak BM P1 (D) adalah jarak pesawat ke bak belakang
(BM) + jarak pesawat ke bak muka (P1). Demikian juga
pada slag-slag berikutnya.
g. Hitung hasil pengukuran dan gambar profil memanjang

2.

Profil Melintang
a. Tentukan posisi dari profil tersebut terhadap traver yang telah
ditentukan. Jarak setiap titik bantu pada profil masing-masing 2m.
b. Tempatkan dan stel pesawat pada titik diluar garis profil, sehingga dari
titik tersebut dapat membidik sepanjang profil yang akan diukur.
c. Pasang bak ukur di BM. Letakkan alat diantara titik P1 dan P2 dari
travers yang ditentukan, kemudian bidik titik BM lalu catat data
pembacaan (BA, BT, BB)

73

d. Pasang bak ukur pada titik P1, lalu catat data pembacaan bak.
e. Setelah itu, pasang bak ukur pada titik bantu (a1, b1, c1, d1) lalu
lakukan pembacaan benang.
f. Setelah pembacaan benang pada titik bantu, putar pesawat waterpass
untuk membaca P2 (muka). Catat hasil pembacaan benang.
g. Pindahkan alat diantara titik P2 dan P3 (alat segaris dengan P2-P3).
Lakukan pembacaan benang untuk P2 belakang. Setelah melakukan
pembacaan, pasang bak ukur pada titik bantu (a2, b2, c2, d2), lalu
baca dan catat data pembacaan.
h. Setelah itu, bidik P3 muka, dan catat hasil pembacaan.
i. Pindahkan pesawat pada slag selanjutnya, kemudian ulangi langkah
(g) dan (h).
j. Begitu seterusnya sampai pada slag terakhir.
k. Hitung dan gambar hasil pengukuran melintang.

74

Tabel Data Pengukuran Profil Memanjang


RAMBU
PATOK
DEPAN

TENGA
H

JARAK
BELAKAN
G

UKUR

P1

1,420
1,870
1,800
1,730
1,295
1,225
1,155

P1
Sla
g2

1,310
1,240
1,170

14,430

14,000

-0,115

1,490
1,428
1,364

P5
Sla
g4
P6
P6

1,245
1,175
1,105
1,656
1,592
1,520

+9,620
+9,620

10,845

+9,505

14,800

14,700

-0,200

+9,305

14,000

14,000

-0,180

+9,305
1,420

1,550
1,483
1,420

ELEVASI

+10,000
11,420

-0,380

P4
P5

Sla
g5

14,000

1,340
1,615
1,540
1,468

P3
Sla
g3

14,000

P2
P3

TGB

OPTIS

BM
Sla
g1

TINGGI
ALAT(i)

13,530

13,000

12,800

12,600

-0,063

14,000

12,750

13,600

+9,125
+9,062
+9,062

0,253
14,000

10,545

10,490
+9,315
7,915

+9,315

75

P7

0,192

1,400

+9,507

76

F. PENGOLAHAN DATA:
Pengukuran Jarak Optis
DP1 muka

= (BA = 1,870 = 14,000 m

BB)
1,730 x

100

DP1 Belakang

= 1,295 = 14,000 m

1,155 x

100

DP3 muka

= 1,615 = 14,700 m

1,468 x

100

DP3 belakang

= 1,310 = 14,000 m

1,170 x

100

DP5 muka

= 1,550 = 13,000 m

1,420 x

100

DP5 belakang

= 1,490 = 12,600 m

1,364 x

100

DP6 muka

= 1,245 = 14,000 m

1,105 x

100

DP6 belakang

= 1,656 = 13,600 m

1,520 x

100

Perhitungan Beda Tinggi dan Elevasi


hBMP1 =
=

i BM
1,420

BTP1
1,800

EP1 =
EBM
= 10,000

+
+

hBMP1
-0,380

77

-0,380

9,620

PIP2 =
=
=

BTP1
1,225
-0,115

iP2
- 1,340
m

EP2 =
=
=

EP1
9,620
9,505

+
+
m

PIP2
-0,115

P1P3 =
=
=

BTP1
1,225
-0,315

- BTP3
- 1,540
m

EP3 =
=
=

EP1
9,620
9,305

+
+
m

P1P3
-0,315

P3P4 =
=
=

BTP3
1,240
-0,180

ip4
- 1,420
m

EP4 =
=
=

EP3
9,305
9,125

+
+
m

P3P4
-0,180

P3P5 =
=
=

BTP3
1,240
-0,243

- BTP5
- 1,483
m

EP5 =
=
=

EP3
9,305
9,062

+
+
m

P3P5
-0,243

P5P6 =
=
=

BTP5
1,428
0,253

- BTP6
- 1,175
m

EP6 =
=
=

EP5
9,062
9,315

+
+
m

P5P6
0,253

P6P7 =
=
=

BTP6
1,592
0,192

iP7
- 1,400
m

EP7 =
=
=

EP6
9,315
9,507

+
+
m

P6P7
0,192

78

Sketsa Pengukuran
Profil Melintang

79

Tabel Pengukuran Profil Melintang


Tempat dan
Tinggi Alat

1.500

1.440

1.438

1.430

1.400

1.420

Titik
Target
BM
P1
a
b
c
d
P2
P2
a
b
c
d
P3
P3
a
b
c
d
P4
P4
a
b
c
d
P5
P5
a
b
c
d
P6
P6
a
b
c
d
P7

Belakang
BA
BT
BB
0.450 0.240 0.030
1.315 1.275 1.235

1.180

1.235

1.342

1.321

1.307

1.140

1.195

1.302

1.281

1.267

BA

Muka
BT

BB

0.815
1.765
1.291
1.321
1.890

0.770
1.725
1.250
1.279
1.850

0.725
1.682
1.210
1.277
1.810

1.009
1.490
1.248
1.232
1.735

0.961
1.448
1.198
1.189
1.695

0.919
1.408
1.153
1.145
1.655

1.481
1.275
1.350
1.345
1.678

1.435
1.232
1.310
1.300
1.640

1.390
1.190
1.267
1.255
1.603

1.297
1.356
1.475
1.489
1.680

1.252
1.314
1.432
1.446
1.635

1.206
1.272
1.392
1.400
1.600

1.181
1.741
1.370
1.380
1.614

1.141
1.701
1.324
1.340
1.574

1.090
1.661
1.290
1.295
1.534

1.261
1.285
1.384
1.354
1.507

1.212
1.245
1.345
1.315
1.468

1.166
1.202
1.307
1.275
1.429

Jarak
Ukur
Optis
42.000 42.000

16.000

16.000

-1.035
0.505
-0.450
0.025
-0.004
-0.575

16.000

0.179
-0.308
-0.058
-0.049
-0.555

15.500

-0.240
-0.037
-0.115
-0.105
-0.445

16.000

0.050
-0.012
-0.130
-0.144
-0.333

15.900

0.140
-0.420
-0.043
-0.059
-0.293

15.700

0.055
0.022
-0.078
-0.048
-0.201

1.100

16.000

1.155

15.400

1.262

16.000

1.242

15.840

1.228

16.000

ANALISA DATA PROFIL MELINTANG :


Perhitungan Jarak
80

Elevasi
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+

10.00
8.965
9.470
8.515
8.990
8.961
8.390
8.390
8.569
8.082
8.332
8.341
7.835
7.835
7.595
7.798
7.720
7.730
7.390
7.390
7.440
7.378
7.260
7.246
7.057
7.057
7.197
6.637
7.014
6.998
6.764
6.764
6.819
6.786
6.686
6.716
6.563

BM-P1
DBM-P1
P1-P2
DP1-P2

P2-P3
DP2-P3

P3-P4
DP3-P4

P4-P5
DP4-P5

P5-P6
DP5-P6

P7-P7
DP5-P6

= (BA-BB) x 100
= (0,450-0,030) x 100
= 42,000 m
= DP1 + DP2
= (BA-BB)P1 blk x 100 + (BA-BB)P2 dpn x 100
= (1,315-1,235) x 100 + (1.890-1,810) x 100
= 16,000 m
= DP2 + DP3
= (BA-BB)P2 blk x 100 + (BA-BB)P3 dpn x 100
= (1,180-1,100) x 100 + (1,735-1,655) x 100
= 16,000 m
= DP3 + DP4
= (BA-BB)P3 blk x 100 + (BA-BB)P4 dpn x 100
= (1,235-1,155) x 100 + (1,678-1,603) x 100
= 15,500 m
= DP4 + DP5
= (BA-BB)P4 blk x 100 + (BA-BB)P5 dpn x 100
= (1,342-1,262) x 100 + (1,680-1,600) x 100
= 16,000 m
= DP5 + DP6
= (BA-BB)P5 blk x 100 + (BA-BB)P6 dpn x 100
= (1,321-1,242) x 100 + (1,614-1,534) x 100
= 15,900 m
= DP6 + DP7
= (BA-BB)P6 blk x 100 + (BA-BB)P7 dpn x 100
= (1,307-1,228) x 100 + (1,507-1,429) x 100
= 15,700 m

Perhitungan Beda Tinggi (h)


hBMP1 =
=
=
hP1a0 =
=
hP1b0 =

BTBM
0.240
-1.035
BTP1
1,275
BTP1

m
-

BTP1
1,275
BTa0
0,770
BTb0

0.505

81

=
hP1c0 =
=
hP1d0 =
=
hP1P2 =
=
hP2a1 =
=
hP2b1 =
=
hP2c1 =
=
hP2d1 =
=
hP2P3 =
=
hP3a2 =
=
hP3b2 =
=
hP3c2 =
=
hP3d2 =
=
hP3P4 =
=
hP4a3 =
=
hP4b3 =
=
hP4c3 =
=
hP4d3 =
=
hP4P5 =
=
hP5a4 =
=
hP5b4 =
=
hP5c4 =
=
hP5d4 =
=
hP5P6 =

1,275
BTP1
1,275
BTP1
1,275
BTP1
1,275
BTP2
1,140
BTP2
1,140
BTP2
1,140
BTP2
1,140
BTP2
1,140
BTP3
1,195
BTP3
1,195
BTP3
1,195
BTP3
1,195
BTP3
1,195
BTP4
1,302
BTP4
1,302
BTP4
1,302
BTP4
1,302
BTP4
1,302
BTP5
1,281
BTP5
1,281
BTP5
1,281
BTP5
1,281
BTP5

1.725
BTc0
1.250
BTd0
1.279
BTP2
1.850
BTa1
0,961
BTb1
1,448
BTc1
1,198
BTd1
1,189
BTP3
1,695
BTa2
1,435
BTb2
1,232
BTc2
1,310
BTd2
1.300
BTP4
1.640
BTa3
1,252
BTb3
1,314
BTc3
1,432
BTd3
1,446
BTP5
1.635
BTa4
1,141
BTb4
1,701
BTc4
1,324
BTd4
1,340
BTP6

-0.450

0.025

-0.004

-0.575

0,179

-0,308

-0,058

-0,049

-0,555

-0.240

-0,037

-0,115

-0,105

-0,445

0,050

-0,012

-0,130

-0,144

-0,333

-0.140

-0,420

-0,043

-0,059

82

=
hP6a5 =
=
hP6b5 =
=
hP6c5 =
=
hP6d5 =
=
hP6P7 =
=

1,281
BTP6
1,267
BTP6
1,267
BTP6
1,267
BTP6
1,267
BTP6
1,267

1,574
BTa5
1,212
BTb5
1,245
BTc5
1,345
BTd5
1,315
BTP7
1.468

-0,293

0,055

0,022

-0,078

-0,048

-0.201

Elevasi Titik
EBM
EP1
EP2
EP3
EP4
EP5
EP6
EP7

= +10.000 m
= EBm + hBmP1
= EP1 + hP1P2
= EP2 + hP2P3
= EP3 + hP3P4
= EP4 + hP4P5
= EP5 + hP5P6
= EP6 + hP6P7

= 10.000 + ( -1,305
= 8,965 + ( -0,575
= 8.390 + ( -0.555
= 7,835 + ( -0.445
= 7,390 + ( -0,333
= 7,057 + ( -0,293
= 7,057 + ( -0,201

)
)
)
)
)
)
)

=
=
=
=
=
=
=

8,965
8,390
7,835
7,390
7,057
6,764
6,563

m
m
m
m
m
m
m

Ea0
Eb0
Ec0
Ed0

=
=
=
=

EP1
EP1
EP1
EP1

+
+
+
+

hP1a
hP1b
hP1c
hP1d

=
=
=
=

8,965
8,965
8,965
8,965

+
+
+
+

( 0,505
( -0,450
( 0,025
( -0,004

)
)
)
)

=
=
=
=

9,470
8,515
8,990
8,961

m
m
m
m

Ea1
Eb1
Ec1
Ed1

=
=
=
=

EP2
EP2
EP2
EP2

+
+
+
+

hP2a
hP2b
hP2c
hP2d

=
=
=
=

8,390
8,390
8,390
8,390

+
+
+
+

( 0,179
( -0,308
( -0,058
( -0,049

)
)
)
)

=
=
=
=

8,569
8,082
8,332
8,341

m
m
m
m

Ea2
Eb2
Ec2
Ed2

=
=
=
=

EP3
EP3
EP3
EP3

+
+
+
+

hP3a
hP3b
hP3c
hP3d

=
=
=
=

7,835
7,835
7,835
7,835

+
+
+
+

( -0,240
( -0,037
( -0,115
( -0,105

)
)
)
)

=
=
=
=

7,595
7,798
7,720
7,730

m
m
m
m

Ea3
Eb3
Ec3
Ed3

=
=
=
=

EP4
EP4
EP4
EP4

+
+
+
+

hP4a
hP4b
hP4c
hP4d

=
=
=
=

7,390
7,390
7,390
7,390

+
+
+
+

( 0,050
( -0,012
( -0,130
( -0,144

)
)
)
)

=
=
=
=

7,440
7,378
7,260
7,246

m
m
m
m

Ea4
Eb4

=
=

EP5
EP5

+
+

hP5a
hP5b

=
=

7,057
7,057

+ ( 0,140
+ ( -0,420

) = 7,197 m
) = 6,637 m
83

Ec4
Ed4

=
=

EP5
EP5

+
+

hP5c
hP5d

=
=

7,057
7,057

+ ( -0,043
+ ( -0,059

) = 7,014 m
) = 6,998 m

Ea5
Eb5
Ec5
Ed5

=
=
=
=

EP6
EP6
EP6
EP6

+
+
+
+

hP6a
hP6b
hP6c
hP6d

=
=
=
=

6,764
6,764
6,764
6,764

+
+
+
+

)
)
)
)

( 0,055
( 0,022
( -0,078
( -0,048

=
=
=
=

6,819
6,786
6,686
6,716

m
m
m
m

G. KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN
1.

Setelah melakukan praktikum job ini kita dapat melaksanakan


dan mengukur profil memanjang dan melintang namun dalam
pengukuran ini masih ada kesalahan yang didapat baik dalam
pembacaan bak ukur dan perletakan alat ukur yang tidak tepat.
84

2.

Dapat menghitung hasil pengukuran yang telah dilakukan


namun dalam pengukuran dengan menggunakan alat ukur masih
terdapat perbedaan antar pengukuran langsung dengan rol meter
dan pengukuran menggunakan waterpas.

3.

Pada job ini kita juga dapat menggambarkan hasil praktikum


atau sketsa hasil pengukuran profil memanjang dan melintang.

4.

Dalam pengukuran ini dapat pula kita mengukur jarak optis dan
beda tinggi dan menganalisis hasil pengukuran dilapangan dengan
hasil pengukuran.

B. SARAN
1.

Pada saat melakukan pembacaan bak ukur


haruslah benar benar teliti dan cermat karena apabila pembacaan
bak ukur terdapat kesalahan maka pada saat menganalisa data jarak
optis, beda tinggi, dan elevasi juga akan terjadi kesalahan, maka
kosentrasilah pada saat membaca bak ukur.

2.

Pastikan antar patok berada dalam satu garis


lurus dengan memperhatikan derajat (grid) pada saat memutar
waterpass

85

3.6 JOB VI

: Membuat Garis Kontur

Hari/Tanggal

: Selasa, 24 mei 2013

Lokasi

: Lapangan Politeknik Negeri Ujung Pandang

Kelompok

: IV (Empat)

Instruktur

: - DR.Ir. Hamzah Yusuf, MS


- Ir. Efraim Bara
- Ir. Abd. Rivai Sulaeman, MS.
- Kushari, ST. MT.

A. TUJUAN
1.1.
Tujuan Umum
Mahasiswa dapat terampil mengukur dan membuat peta kontur
1.2.
Tujuan khusus
1. Dapat menggunakan waterpass dengan baik dan benar
2. Dapat menentukan elevasi titik diatas permukaan tanah dengan
alat waterpas
3. Dapat mengetahui prosedur pembuatan peta kontur
4. Dapat membuat peta kontur dengan komputer
B. DASAR TEORI
Di dalam pengukuran membuuat garis kontur dilapangan dimaksud
untuk dapat mengetahui elevasi titik di atas permukaan tanah dengan alat
waterpas dan terampil dalam menarik garis kontur pada titik elevasi yang
diperoleh dari pengukuran elevasi.
Untuk melakukan pengukuran garis kontur dengan menentukan titik
pertama untuk penempatan waterpas. Sebelum melakukan pembacaan
rambu ukur terlebih dahulu tentukanlmah sudt siku-siku dengan menyetel
alat ukur penentuan kesikuan yang ada pada waterpass.
Dalam pengukuran ini yang harus diperhatikan adalah ketegakkan dan
kesikuan waterpas antara koordinat X dan Y dilapangan. Penempatan
waterpas harus ditentukan, dan lurus antar titik yang satu dengan yang lain
dan pembacaannya harus teliti dan benar-benar akurat.

86

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam pengukuran garis


kontur haruslah dengan benar-benar konsentrasi dan focus dalam
pembacaan BA, BT, dan BB pada bak ukur. Apabila dalam pengukuran
tanpa memperhatikan bagian alat yang befungsi mendukung dalam
ketepatan dalam pengukuran seperti penentuan kesikuan, ketegakkan, dan
pembacaan rambu ukur maka akan terjadi suatu kesalahan dari hasil
pegukuran.
Apabila di dalam pengukuran pembuatan garis kontur dengan
menggunakan alat dengan fungsinya masing-masing sesuai dengan contoh
yang diberikan oleh instruktur pembimbing dan dosen maka pengukuran
data akan memperoleh hasil yang maksimal.
Adapun rumus yang biasa dipakai yaitu:
Rumus jarak:
D

= (BA BB) x 100

BT

= BA + BB
2

Rumus elevasi :
ElvB

= ElA + hAB

Rumus beda tinggi:


h

= BTA - BTB

C. PERALATAN/PERLENGKAPAN
1. Rol meter untuk mengukur jarak antara titik tempat menancapkan
patok/pen dan kelurusan dari titik yang satu dengan yang lain
2. Pesawat waterpas berfungsi untuk membidik atau membaca BA. BT,
dan BB terhadap bak ukur.
3. Bak ukur yaitu sebagai tempat pembacaan ukuran BA. BT, dan BB
dari waterpas.
4. Unting-unting untuk menentukan AS pada titik yang telah ditentukan
sebagai tempat waterpas
5. Nivo untuk menentukan ketegakkan bak ukur
6. Kaki tiga/tripoid/statif berfungsi sebagai tempat atau jarak yang telah
diukur dan sebagai tempat untuk mendirikan bak ukur
87

7. Patok/pen/jalon dan digunakan untuk menandai tempat atau jarak


yang telah diukur dan sebagai tempat untuk mendirikan bak ukur
8. Payung digunakan untuk melindungi waterpas dari sinar matahari
pada saat melakukan pembacaan rambu ukur.
9. Helm untuk pelindung kepala
10. Perlengkapan praktek.
D. LANGKAH KERJA
1.
Siapkan semua alat yang akan digunakan dalam pengukuran
ini.
2.

Tempatkan titik awal pengukuran

(A) berupa titik pusat

koordinat X dan Y. selanjutnya ukur jarak lurus dari titik awal ke arah
X sepanjang 25 meter (sesuai petunjuk instruktur) kemudian beri
patok setiap jarak 5 meter (A1,A2, dan seterusnya) pastikan
kelurusan patok dari titik awal.

88

3.

Ukur jarak lurus dari titik awal (A) sejauh 25 m kearah Y


kemudian beri titik/patok setiap 5 m (B,C,D,E,F)

4.
5.

Lakukan pembacaan bak ukur pada titik B, C, D, E, F.


Pindahkan alat di titik A1. Ukur jarak lurus dari A1 ke arah Y

6.

sejauh 25 m dan beri titik setiap 5 m (B1, C1, D1, E1, F1).
Arahkan pesawat pada titik A1, kemudian putar 90 untuk

membaca titik B1, C1, D1, E1, dan F1.


7.
Catat hasil pembacaan benang.
8.
Dari titik A1, putar pesawat 90 ke arah A2. Kemudia
Pindahkan Alat dititik A2. Bila alat telah berdiri dititik A2, bidik
kembali titik A1 lalu putar pesawat 90 ke arah Y lalu lakukan
9.

pembacaan terhadap titik B2, C2, D2, E2, dan F2.


Setelah itu, pindahkan alat dititik A3. Untuk langkah
selajutnya, lakukan seperti langkah pada poin (6), (7), dan (8). Begitu
seterusnya sampai titik A5.

89

GAMBAR PENEMPATAN TITIK

90

SKESTA PENGUKURAN :

91

TABEL PENGUKURAN DATA DI LAPANGAN

Tempat
Alat

A1

A2

A3

A4

Titik
Target
BM
A
A1
A2
A3
A4
A5
B
C
D
E
F
A
B1
C1
D1
E1
F1
A1
B2
C2
D2
E2
F2
A2
B3
C3
D3
E3
F3
A3
B4
C4

Koordinat
X
Y
0
0
0
0
5
0
10
0
15
0
20
0
25
0
0
5
0
10
0
15
0
20
0
25
5
0
5
5
5
10
5
15
5
20
5
25
10
0
10
5
10
10
10
15
10
20
10
25
15
0
15
5
15
10
15
15
15
20
15
25
20
0
20
5
20
10

Pembacaan Benang
BA
BT
BB
0.870
0.660
0.450
0
0
0
1.444
1.419
1.396
1.420
1.370
1.320
1.505
1.430
1.355
1.491
1.391
1.291
1.482
1.357
1.232
1.506
1.483
1.458
1.603
1.553
1.503
1.694
1.620
1.544
1.760
1.660
1.560
1.880
1.760
1.630
1.469
1.445
1.419
1.509
1.494
1.460
1.586
1.538
1.488
1.745
1.660
1.595
1.815
1.715
1.615
1.920
1.790
1.670
1.482
1.455
1.430
1.505
1.480
1.455
1.584
1.534
1.485
1.720
1.645
1.570
1.840
1.740
1.640
1.900
1.775
1.650
1.390
1.365
1.340
1.475
1.450
1.425
1.545
1.495
1.445
1.645
1.570
1.495
1.741
1.642
1.542
1.835
1.710
1.585
1.488
1.464
1.438
1.514
1.490
1.464
1.562
1.512
1.462

Jarak
Optis (m)
42
0
5
10
15
20
25
5
10
15
20
25
5
5
10
15
20
25
5
5
10
15
20
25
5
5
10
15
20
25
5
5
10

Tinggi
Alat

1.380

1.420

1.400

1.420

1.420

92

A5

D4
E4
F4
A4
B5
C5
D5
E5
F5

20
20
20
25
25
25
25
25
25

15
20
25
0
5
10
15
20
25

1.660
1.755
1.835
1.445
1.555
1.600
1.700
1.780
1.835

1.588
1.655
1.710
1.420
1.505
1.525
1.600
1.655
1.710

1.510
1.555
1.585
1.395
1.455
1.450
1.500
1.530
1.585

15
20
25
5
10
15
20
25
25

1.420

Pengolahan Data :
Perhitungan Beda Tinggi (h ) dan Elevasi
hABM

=
=
=

iA
1.380
0.720

BTBM
0.660

ELA1

=
=
=

ELBM
10.000
9.961

+
+
m

hBMA1
-0.039

hBMA1

=
=
=

iA
1.380
-0.039

BTA1
1.419

ELA2

=
=
=

ELBM
10.000
10.010

+
+
m

hBMA2
0.010

hA1A2

=
=
=

iA
1.380
0.010

BTA2
1.370

ELA3

=
=
=

ELBM
10.000
9.950

+
+
m

hBMA3
-0.050

hA2A3

=
=
=

iA
1.380
-0.050

BTA3
1.430

ELA4

=
=
=

ELBM
10.000
9.989

+
+
m

hBMA4
-0.011

hA3A4

=
=
=

iA
1.380
-0.011

BTA4
1.391

ELA5

=
=
=

ELBM
10.000
10.023

+
+
m

hBMA5
0.023

hA4A5

=
=
=

iA
1.380
0.023

BTA5
1.357

ELB

=
=
=

ELBM
10.000
9.897

+
+
m

hBMB
-0.103

hA5B

=
=
=

iA
1.380
-0.103

BTB
1.483

ELC

=
=
=

ELBM
10.000
9.827

+
+
m

hBMC
-0.173

hBC

iA

BTC

ELD

ELBM

hBMD

93

=
=

1.380
-0.173

1.553

hCD

=
=
=

iA
1.380
-0.240

BTD
1.620

hDE

=
=
=

iA
1.380
-0.280

BtE
1.660

hEF

=
=
=

iA
1.380
-0.380

BTF
1.760

=
=

10.000
9.760

+
m

-0.240

ELE

=
=
=

ELBM
10.000
9.720

+
+
m

hBME
-0.280

ELF

=
=
=

ELBM
10.000
9.620

+
+
m

hBMF
-0.380

Perhitungan h Pada Titik A1


hA1A =
iA1
BTA
= 1.420
1.445
= -0.025 m

Perhitungan Elevasi Pada Titik A1


ELA1 =
9.961 m

hAB1

=
=
=

iA1
1.420
-0.074

BTB1
1.494

ELB1

=
=
=

ELA1
9.961
9.887

+
+
m

hA1B1
-0.074

hA1C1

=
=
=

iA1
1.420
-0.118

BTC1
1.538

ELC1

=
=
=

ELA1
9.961
9.843

+
+
m

hA1C1
-0.118

hA1D1

=
=
=

iA1
1.420
-0.240

BTD1
1.660

ELD1

=
=
=

ELA1
9.961
9.721

+
+
m

hA1D1
-0.240

hA1E1

=
=
=

iA1
1.420
-0.295

BTE1
1.715

ELE1

=
=
=

ELA1
9.961
9.666

+
+
m

hA1E1
-0.295

hA1F1

=
=
=

iA1
1.420
-0.370

BTF1
1.790

ELF1

=
=
=

ELA1
9.961
9.591

+
+
m

hA1F1
-0.370

Perhitungan h Pada Titik A2


hA2A1 =
ia2
BTA1
= 1.400
1.455

Perhitungan Elevasi Pada Titik A2


ELA2 = 10,010

94

-0.055

hA2B2

=
=
=

iA2
1.400
-0.080

BTB2
1.480

ELB2

=
=
=

ELA2
10.010
9.930

+
+
m

hA2B2
-0.080

hA2C2

=
=
=

iA2
1.400
-0.134

BTC2
1.534

ELC2

=
=
=

ELA2
10.010
9.876

+
+
m

hA2C2
-0.134

hA2D2

=
=
=

iA2
1.400
-0.245

BTD2
1.645

ELD2

=
=
=

ELA2
10.010
9.765

+
+
m

hA2D2
-0.245

hA2E2

=
=
=

iA2
1.400
-0.340

BTE2
1.740

ELE2

=
=
=

ELA2
10.010
9.670

+
+
m

hA2E2
-0.340

hAF2

=
=
=

iA2
1.400
-0.375

BTF2
1.775

ELF2

=
=
=

ELA2
10.010
9.635

+
+
m

hA2F2
-0.375

Perhitungan h Pada Titik A3


hA3A2 =
iA3
BTA2
= 1.420
1.365
= 0.055 m

Perhitungan Elevasi Pada Titik A3


ELA3 =
9,950

hA3B3

=
=
=

iA3
1.420
-0.030

BTB3
1.450

ELB3

=
=
=

ELA3
9.950
9.920

+
+
m

Ha3B3
-0.030

hA3C3

=
=
=

iA3
1.420
-0.075

BTC3
1.495

ELC3

=
=
=

ELA3
9.950
-0.075

+
+
m

hA3C3
-0.075

hA3D3

=
=
=

iA3
1.420
-0.150

BTD3
1.570

ELD3

=
=
=

ELA3
9.950
9.800

+
+
m

hA3D3
-0.150

hA3E3

iA3

BTE3

ELE3

ELA3

hA3E3

95

hA3F3

=
=

1.420
-0.222

1.642

=
=
=

iA3
1.420
-0.290

BTF3
1.710

ELF3

=
=

9.950
9.728

+
m

-0.222

=
=
=

ELA3
9.950
9.660

+
+
m

hA3F3
-0.290

Perhitungan h Pada Titik A4


hA4A3 =
iA4
BTA3
= 1.420
1.464
= -0.044 m

Perhitungan Elevasi Pada Titik A4


ELA4 =
9,989 m

hA3B4

=
=
=

iA4
1.420
-0.070

BTB4
1.490

ELB4

=
=
=

ELA4
9.989
9.919

+
+
m

Ha4B4
-0.070

hB4C4

=
=
=

iA4
1.420
-0.092

BTC4
1.512

ELC4

=
=
=

ELA4
9.989
-0.092

+
+
m

hA4C4
-0.092

hC4D4

=
=
=

iA4
1.420
-0.168

BTD4
1.588

ELD4

=
=
=

ELA4
9.989
9.821

+
+
m

hA4D4
-0.168

hD4E4

=
=
=

iA4
1.420
-0.235

BTE4
1.655

ELE4

=
=
=

ELA4
9.989
9.754

+
+
m

hA4E4
-0.235

hE4F4

=
=
=

iA4
1.420
-0.290

BTF4
1.710

ELF4

=
=
=

ELA4
9.989
9.699

+
+
m

hA4F4
-0.290

Perhitungan h Pada Titik A5


hA5A4 =
iA5
BTA4
= 1.420
1.420
= 0.000 m

Perhitungan Elevasi Pada Titik A5


ELA4 =
ELA5 + hA5A4
= 10.023 +
0.055
= 10.078 m

hA4B5

=
=
=

iA5
1.420
-0.085

BTB5
1.505

ELB5

=
=
=

ELA5
10.023
9.993

+
+
m

Ha5B5
-0.030

hB5C5

iA5

BTC5

ELC5

ELA5

hA5C5

96

=
=

1.420
-0.105

1.525

=
=

10.023
-0.075

+
m

-0.075

hC5D5

=
=
=

iA5
1.420
-0.180

BTD5
1.600

ELD5

=
=
=

ELA5
10.023
9.873

+
+
m

hA5D5
-0.150

hD5E5

=
=
=

iA5
1.420
-0.235

BTE5
1.655

ELE5

=
=
=

ELA5
10.023
9.801

+
+
m

hA5E5
-0.222

hE5F5

=
=
=

iA5
1.420
-0.290

BTF5
1.710

ELF5

=
=
=

ELA5
10.023
9.733

+
+
m

hA5F5
-0.290

97

TABEL HASIL PENGOLAHAN DATA

Tempat
Alat

A
El=10.00
0

A1
El=9,961

A2
El=10.01
0

Titik
Target

Koordinat
X
Y

BM
A

0
0

0
0

A1

A2

10

A3

15

A4

20

A5

25

10

15

20

25

B1

C1

10

D1

15

E1

20

F1

25

A1

10

B2
C2

10
10

5
10

Pembacaan Benang
BA
BT
BB
0.66
0.870
0
0.450
0
0
0
1.41
1.444
9
1.396
1.37
1.420
0
1.320
1.43
1.505
0
1.355
1.39
1.491
1
1.291
1.35
1.482
7
1.232
1.48
1.506
3
1.458
1.55
1.603
3
1.503
1.62
1.694
0
1.544
1.66
1.760
0
1.560
1.76
1.880
0
1.630
1.44
1.469
5
1.419
1.49
1.509
4
1.460
1.53
1.586
8
1.488
1.66
1.745
0
1.595
1.71
1.815
5
1.615
1.79
1.920
0
1.670
1.45
1.482
5
1.430
1.48
1.505
0
1.455
1.584 1.53 1.485
4

Jarak
Optis

Tinggi
Alat

42

0.720
1.380

0
5

-0.039

10

0.010

15

-0.050

20
25

1.380

-0.011
0.023

-0.103

10

-0.173

15

-0.240

20

-0.280

25

-0.380

5
-0.074

10
1.420
15

-0.295

25

10

-0.118
-0.240

20

10.000
11.380
9.961
10.010
9.950
9.989
10.023
9.897
9.827
9.760
9.720
9.620
9.961

Elevasi

-0.370
1.400
-0.055
-0.080
-0.134

9.887
9.843
9.721
9.666
9.591
9.955
9.930
9.876

98

A3
El=9.950

A4
El=9.989

A5
El=10.02
3

D2

10

15

1.720

E2

10

20

1.840

F2

10

25

1.900

A2

15

1.390

B3

15

1.475

C3

15

10

1.545

D3

15

15

1.645

E3

15

20

1.741

F3

15

25

1.835

A3

20

1.488

B4

20

1.514

C4

20

10

1.562

D4

20

15

1.660

E4

20

20

1.755

F4

20

25

1.835

A4

25

1.445

B5

25

1.555

C5

25

10

1.600

D5

25

15

1.700

E5

25

20

1.780

F5

25

25

1.835

1.64
5
1.74
0
1.77
5
1.36
5
1.45
0
1.49
5
1.57
0
1.64
2
1.71
0
1.46
4
1.49
0
1.51
2
1.58
8
1.65
5
1.71
0
1.42
0
1.50
5
1.52
5
1.60
0
1.65
5
1.71
0

1.570
1.640
1.650
1.340
1.425
1.445
1.495
1.542
1.585
1.438
1.464
1.462
1.510
1.555
1.585
1.395
1.455
1.450
1.500
1.530
1.585

15

-0.245

20

-0.340

25

-0.375

5
-0.030

10
1.420
15

-0.075
-0.150

20

-0.222

25

-0.290

-0.044

5
1.420
15

-0.092
-0.168

20

-0.235

25

-0.290

9.920
9.875
9.800
9.728
9.660
9.945

9.897
9.821
9.754
9.699
10.023

10

-0.085

15
1.420

25

9.635

9.989

10

25

9.670

9.950

20

9.765

-0.105
-0.180
-0.235
-0.290

9.938
9.918
9.843
9.788
9.733

99

E. KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN
Pembuatan garis kontur merupakan cara untuk mengetahui
perbedaan titik tinggi permukaan bumi, pada pengukuran kami
mendapatkan perbedaan titik tinggi suatu permukaan tanah yang
menjadi objek pengukuran kami, pada pengukuran ini kami
menggunakan alat sipat datar yaitu waterpass yang mana tingkat
ketelitian waterpass ini lebih akurat dalam hal pengukuran beda tinggi.
B. SARAN
Pada saat melakukan pengukuran haruslah memperhatikan betul
angka yang tertera pada rambu ukur pada lensa waterpass, karena ini
akan berpengaruh pada pengolahan data yang mana akan berdampak
ketidaksinambungan antara kondisi lapangan yang sebenarnya dengan
data yang telah di olah. Untuk itu juga di harapkannya kerja sama
kelompok yang selaras karena ini sangat akan membantu pada
kegiatan praktikum. Serta bersihkan alat dan perlengkapan lainnya
yang telah digunakan.

100

3.7 JOB VII : PENGENALAN THEODOLIT DAN PENGGUNAANNYA


Hari/Tanggal

: Kamis, 16 mei 2013

Lokasi

: Lapangan Politeknik Negeri Ujung Pandang

Kelompok

: IV (Empat)

Instruktur

: - DR.Ir. Hamzah Yusuf, MS


- Ir. Efraim Bara
- Ir. Abd. Rivai S. MS.
- Kushari, ST. MT.

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
a. Dapat mengenal komponen theodolit dan fungsinya
b. Dapat mengenal alat theodolit
c. Dapat melaksanakan penyetelan / pembidikan yang lebih teliti dlam
pengukuran
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui bagian dari pesawat theodolit
b. Dapat membaca sudut vertical dan sudut horizontal
c. Dapat mengetahui jarak optis pengukuran dengan metode tangensial
dan metode stadia
B. DASAR TEORI
Theodolit merupakan alat utama yang digunakan untuk mengukur sudut
horizontal atau sudut vertical terhadap bidang dari jarak antara satu titik
dengan titik lainnya. Pada era zaman globalisasi seperti sekarang ini,
teknologi sudah semakin maju dan berkembang dengan pesat. Untuk itu, telah
diciptakan alat untuk mempercepat suatu pengukuran yakni alat theodolit
digital. Fungsi alat ini sama dengan alat theodolit lainnya seperti theodolit
merometer, vernier, substance bar maupun plane table,yaitu untuk pembacaan
sudut horizontal dan sudut vertical,mencari beda tinggi, maupun mencari
jarak. Tetapi alat digital ini diciptakan sedemikian rupa untuk lebih
mempercepat dalam pembidikan.
C. ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Pesawat Theodolit

101

Berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk


mengukur beda tinggi, benang atas, benang bawah,
dan benang tengah, dimana theodolit ini di dalam
pengukurannya ada yang dinamakan pembacaan
sudut,

baik

sudut

vertikal

maupun

sudut

horizontal.
2. Rol meter

Berfungsi sebagai alat ukur yang digunakan untuk mengukur jarak.


3. Helm

Berfungsi sebagai alat pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai
kepala secara langsung atau meminimalkan kecelakaan.
4. Papan pengalas

Berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk mengalas kertas catatan hasil
perhitungan.
5. Bak Ukur

102

Berfungsi sebagai alat yang memiliki skala yang akan dibidik dengan
menggunakan pesawat.
6. Tripod

Berfungsi untuk menjaga garis kedudukan statip tidak berubah.

C. LANGKAH KERJA

1) Mengenal bagian bagian pesawat


a. Pasang pesawat diatas tripod.
b. Perhatikan dengan seksama bagian demi bagian dari pesawat
tersebut dan sesuaikan dengan spesifikasinya untuk mengingat
ingat nama dari bagian tersebut.
c. Ikuti penjelasan instruktur.
d. Contoh salah satu spesifikasi alat Theodolit TOPCON DT-200

103

Keterangan :
1.

Kompas

12.

Tombol

penyetel

sudut 0 s. horizontal

104

2.

Pembidik target

13.

Tombol penggerak halus s. horizontal


3.

Lensa pembidik / pembaca

14.

Sekrup

pengunci sudut horizontal


4.

Display LCD 15.

Tombol

power

ON/OFF
5.

Pembaca sudut vertikal

16.

Pembaca sudut horizontal

17.

Nivo

tabung
6.

Indikator Battery
7.

Sekrup pengunci sudut vertikal

18.

Sekrup penyetel nivo


8.

Sekrup penggerak halus vertikal

19.

Sekrup penyetel pembidik titik


9.

Tempat battery

20.

Sekrup

penyetel lensa pembidik titik


10.

Tombol R/N 21.

Penyetel

lensa

pembidik

11.

Tombol penyetel sudut vertikal


Penyetel pembaca rambu

22.

2) Menyetel Pesawat Dan Memeriksa Sumbu I


a. Pasang pesawat theodolit di atas tripod

105

b. Tempatkan nivo sejajar dengan dua skrub penyetel A & B, dan dengan
dua skrub penyetel ini gelembung nivo ditempatkan di tengah
tengah.

c. Putar nivo 180 dengan sumbu I sebagai sumbu putar.


1. Bila gelembung tetap ditengah tengah pekerjaan dilanjutkan ke
langkah d.

2. Bila gelembung tidak ditengah tengah lagi, ulang langkah b, dan


bila beberapa kali diulangi ternyata gelembung tidak juga
ditengah tengah setelah nivo diputar 180. Maka kembalikan

106

gelembung setengahnya dengan sekrub koreksi nivo dan


setengahnya lagi dengan sekrub penyetel A & B.
d. Ulangi pekerjaan sedemikian rupa hingga gelembung ditengah
tengah sebelum dan sesudah nivo diputar 180 dengan sumbu I
sebagai sumbu putar.
e. Putar 180 dengan sumbu I sebagai sumbu putar dan ketengahkan
gelembung nivo dengan memutar skrub penyetel C, maka sumbu I
tegak lurus pada dua garis jurusan yang mendatar dan akan tegak
vertikal.
f. Pekerjaan di ulang hingga bila nivo di putar ke semua jurusan
gelembung tetap di tengah tengah.
Bila ada nivo lain yang biasanya dipasang pada kaki penyangga
sumbu II (nivo B) dan tegak lurus terhadap nivo yang terletak diatas
alidade horizontal (nivo A) maka lanhkah kerja sebagai berikut:
a.

Tempatkan nivo A sejajar dengan skrup A dan B dan nivo


dengan sendirinya kearah skrup penyetel C.

b.

Tempatkan gelembung kedua nivo tengah-tengah dengan skrup


penyetel A, B, C.

c.

Putar nivo 180 dengan sumbu I sebagai sumbu putar bila


gelembung kedua nivo tetap di tengah-tengah berarti pesawat sudah
baik (sumbu I sudah vertical).

d.

Bila gelembung nivo pindah dari tengah-tengah, coba ulangi


lagi dari langkah a. Dan bila beberapa kali diulangi gelembung tidak
juga ditengah-tengah setelah nivo diputar 180 , maka kembalikan
gelembung kedua nivo ketengah tengah, setengahnya dengan sekrub
koreksi nivo masing masing, maka sumbu I akan tegak lurus pada
garis arah kedua nivo.

e.

Kembalikan gelembung setengahnya lagi, nivo A dengan skrup


penyetel A dan B dan nivo B dengan skrup penyetel C.

107

f.

Mengulangi pekerjaan, s4ehingga p[ada semua jurusan


gelembung nivo selalu ditengah-tengah yang berarti sumbu I telah
vertical.

3) Memeriksa Sumbu II Sumbu I Dan Garis Bidik Sumbu II.


a.

Menempatkan dan menyetel pesawat 5m dimuka suatu dinding


(tembok) yang terang. Sumbu I dianggap sudah baik.

b.

Dengan garis bidik mendatar dan kira-kira tegak lurus pada


dinding dibuat suatu titik T pada dinding yang berimpit dengan titik
potong dua benang difragma.

c.

Dengan menggunakan unting-unting pada dinding dibuat titik P


vertical diatas T yang tingginya dua kali titik T dan titik Q vertical
dibawah titik T dan letak di kaki dinding.

108

d.

Pada titik P dan Q dipasang kertas millimeter atau kertas skala


mendatar sedemikian rupa hingga titik nol skala berimpit dengan titik
P dan Q .

e.

Bidik teropong ketitik T, putar teropong ke atas ( ke arah titik P)


dan kebawah ( kearah vertical) dengan sumbu II sebagai sumbu putar ,
maka akan didapat 4 macam kemungkinan
1. Sewaktu teropong di bidik ketitik P dan sewaktu teropong dibidik
ketitik Q garis bidik akan berimpit dengan titik P dan sewaktu
teropong dibidik ketitik Q garis bidik akan berimpit dengan titk Q (
pada gambar 7-3a). maka dalam hal ini peasawat sudah baik
(sunbu II sumbu I dan garis bidik sumbu II ).

2. Sewaktu teropong di bidik ketitik P, garis bidik akan menunjuk ke


A (sebelah kiri atau kanan P) dan sewaktu dibidik ke titik Q garis
bidik akan menunjuk ke B yang bersebelahan dengan titik A dan
PA = QB = x jalannya garis bidik ATB (lihat gambar).

a) Bidikkan teropong ketitik A.


b) Dengan skrup koreksi sumbu II , garis bidik digeser hingga
berimpit dengan titik P.
c) Ulangi pekerjaan hingga diputar ke atas dan , garis bidik akan
melukiskabn P.T.Q

109

3. Sewaktu teropong di bidik ke titik P, garis bidik akan menunjuk ke


titik C sebelah kiri atau kanan ( lihat gambar 7-3c) dan sewaktu
teropong dibidik ke titik Q ,garis bidik akan menunjuk ketitik D
yang berada pada belahan yang sama dengan titik C PC = QD = y.

Maka dalam hal ini terdapat kesalahan garis bidik tidak tegak lurus
sumbu II, tapi sumbu II telah tegak lurus sumbu I.
-

Bidik teropong ke titik C.

Dengan skrup koreksi diafragma , garis bidik digeser hingga


berimpit dengan titik P.

Ulangi pekerjaan hingga teropong diputar dari atas ke bawah


atau sebaliknya garis bidik akan melukis PTQ.

4. Sewaktu teropong dibidik ketitik P, garis bidik akan menunjuk titik


H , sebelah kanan atau kiri titik. Tapi PQ = a QH = b maka hal ini
menunjukkan adanya kesalahan kombinasi , yaitu sumbu II tidak
tegak lurus sumbu I dan garis bidik tidak tegak lurus sumbu II.

110

Untuk memperbaiki kesalahan ini, maka dapat dilakukan langkahlangkah seperti ini :
a) Hitung besarnya x dan y.
a=x+y

x = (a-b)

b = x- y

y = (a+b)

b) Bidik teropong ke skala atas ( titik 6).


c) Putarlah skrup koreksi sumbu II sedemikian rupa sehingga
pembacaan skala = y ( y = pengaruh tidak tidak tegak lurusnya
garis bidik terhadap sumbu II).
d) Ulangi pekerjaan hingga bila teropong di bidikkan ke skala
atas maupun bawah pembacaan sama dengan y dan terletak
pada belahan yang sama terhadap garis PTQ yang berarti
sumbu II telah tegak lurus terhadap sumbu I.
e) Bidik kembali teropong ke skala atas.
f) Putar skrub koreksi diafragma sedemikian rupa sehingga garis
bidik menunjuk skala nol (berimpit dengan titik P)
g) Ulangi pekerjaan hingga bila teropong diarahkan dari atas ke
bawah atau sebaliknya garis bidik tetap berimpit PTQ.
h) Pesawat telah baik.
4) Pembacaan Sudut Horizontal dan Vertikal
a. Pembacaan sudut horizontal.
1. Nyalakan alat theodolit dengan menekan tombol power

2. Arahkan pesawat ke utara dengan bantuan kompas, kemudian


kunci penggerak horizontal, setelah itu tekan tombol 0 set.

111

3. Untuk membaca titik selanjutnya, putar alat searah jarum jam


kemudian kunci penggerak horizontal

4. Setelah

penggerak

terkunci,

maka

pembacaan

dapat

dilakukan. Jadi, contoh di atas adalah pembacaan sudut


horizontal.
b. Pembacaan Sudut Vertikal

1. Untuk melakukan pembacaan vertical takan tombol V/%

2.

Setelah pembacaan vertical muncul dilayar LCD, bidik bak ukur


kemudian kunci penggerak vertical

c. Pembacaan Bak Ukur


Untuk melakukan pembacaan bak ukur, putar alat ke titik yang telah
dipasangi bak. Setelah bak ukur terlihat, kunci penggerak vertical dan
pembacaan dapat dilakukan.

112

5) Pengukuran di Lapangan
Tabel Data Pengukuran Poligon
Nama, jenis, tipe alat
Nama pengukur
Kelas/kelompok

: Theodolit, Topcon, DT 200


: Adi Sutrisman Abidin
: 1C Transportasi/IV
113

Hari/tanggal pengukuran
Waktu pengukuran
Lokasi
Keadaan cuaca
Instruktur

Tempat
pesawat

Titik
target

: Kamis, 16 Mei 2013


: 15.00
: Koridor Teknik Sipil
: Cerah
: DR. Ir. Hamzah Yusuf. M.S

Pembacaan
benang
BT

BA
BB

P0
0.348
P1

P2

Biasa

LB

000000

1800000

304035

2103735

Ukur
(m)

900000
15.5 m

0.700
0.490

1522340

3322450

920010
21m
923850

2.792
2.479

2390650

590145

1,5m

905660
31.3m
903725

1.880
1.702

3210035

144905

1.785
1.180

930510
17.8m
945300

Tabel Data Pengukuran Poligon


Nama, jenis, tipe alat
Nama pengukur
Kelas/kelompok

jarak

882930

2.643
2.805
1.785

P4

Vertikal

0.625
0.325
2.643

P3

0.420
0.265

Horizontal

0.348
0.780
0.625

Tinggi
Alat
(m)

Pembacaan sudut

: Theodolit, Topcon, DT 200


: Hijrah Rauf
: 1C Transportasi/IV

114

Hari/tanggal pengukuran
Waktu pengukuran
Lokasi
Keadaan cuaca
Instruktur

Tempat
pesawat

Titik
target

Pembacaan
benang
BA
BT
BB

P0
0,267
P1

000000

1800000

314445

2114445

1.337
2.979

Vertikal
Z

Tinggi
Alat
(m)

Jarak
Ukur
(m)

900000
16.4 m
813030

1.075
0.813

1534335

3331705

901900
26.2m
911535

1.151
0.832

2394825

594950

1.3
m

904415
31.9 m

0.989
2.723
1.337

P4

Horizontal
Biasa
LB

0.944
1.069
0.989

P3

Pembacaan sudut

0,267
2,738
0.944

P2

0,349
0,185

: Kamis, 16 Mei 2013


: 15.12
: Koridor Teknik Sipil
: Cerah
: DR. Ir. Hamzah Yusuf. M.S

935230
1.422
1.254

3214410

1413705

884225
16.8 m
941455

Tabel Data Pengukuran Poligon

Nama, jenis, tipe alat

: Theodolit, Topcon, DT 200

115

Nama pengukur
Kelas/kelompok
Hari/tanggal pengukuran
Waktu pengukuran
Lokasi
Keadaan cuaca
Instruktur

Tempat
pesawat

Titik
target

: Gabriel LSB Pakan


: 1C Transportasi/IV
: Kamis, 16 Mei 2013
: 15.30
: Koridor Teknik Sipil
: Cerah
: DR. Ir. Hamzah Yusuf. M.S

Pembacaan
benang
BT

BA
BB

P0
0.335
P1

Biasa

LB

000000

1800000

313220

2113340

jarak
Ukur
(m)

895955
16.6 m
845425

2.468
2.203

1532835

3332635

882420
26.5m
891515

1.936
1.612

2395905

595845

1.5 m

922730
32.4m

1.778
2.170
2.555

P4

Vertikal

2.335
1.810
1.778

P3

Horizontal

0.335
1.812
2.335

P2

0.418
0.252

Tinggi
Alat
(m)

Pembacaan sudut

914435
2.640
2.470

3215700

1415515

2.555
1.428

902510
17 m
941410

Tabel Data Pengukuran Poligon

116

Nama, jenis, tipe alat


Nama pengukur
Kelas/kelompok
Hari/tanggal pengukuran
Waktu pengukuran
Lokasi
Keadaan cuaca
Instruktur

Tempat
pesawat

Titik
targat

: Theodolit, Topcon, DT 200


: Yudistira Eka Putra
: 1C Transportasi/IV
: Kamis, 16 Mei 2013
: 15.42
: Koridor Teknik Sipil
: Cerah
: DR. Ir. Hamzah Yusuf. M.S

Pembacaan
benang
BA

BT

BB
P0
0.461
P1

Biasa

LB

000000

1800000

311635

2111135

jarak
Ukur
(m)

900000
16.5 m
862815

1.315
1.050

1522830

3325730

905715
26.5m
895330

1.502
1.188

2393420

593515

1.5 m

932205
31.4 m

1.347
2.060
2.600

P4

Vertikal

1.180
1.670
1.347

P3

Horizontal

0.961
1.420
1.180

P2

0.483
0.318

Tinggi
Alat
(m)

Pembacaan sudut

920420
2.685
2.515

3213535

1413610

2.600
2.715

903130
17 m
900800

Tabel Data Pengukuran Poligon

117

Nama, jenis, tipe alat


Nama pengukur
Kelas/kelompok
Hari/tanggal pengukuran
Waktu pengukuran
Lokasi
Keadaan cuaca
Instruktur

Tempat
pesawat

Titik
target

: Theodolit, Topcon, DT 200


: Evy Fatimah Sari
: 1C Transportasi/IV
: Kamis, 16 Mei 2013
: 15.55
: Koridor Teknik Sipil
: Cerah
: DR. Ir. Hamzah Yusuf. M.S

Pembacaan
benang
BT

BA
BB

P0
0.230
P1

Biasa

LB

000000

1800000

312605

2112820

2.302
2.218

jarak
Ukur
(m)

900000
22.5 m
865315

0.990
0.732

1532330

3332540

912330
25.8m
905940

1.394
1.078

2900015

625740

1.5 m

932115
31.6 m

1.239
1.905
2.302

P4

Vertikal

0.865
1.500
1.239

P3

Horizontal

0.230
1.160
0.865

P2

0.355
0.110

Tinggi
Alat
(m)

Pembacaan sudut

922855
2.387
2.208

3215755

1415900

910905

17.900
m

922525

118

Tabel Data Pengukuran Poligon

Nama, jenis, tipe alat


Nama pengukur
Kelas/kelompok
Hari/tanggal pengukuran
Waktu pengukuran
Lokasi
Keadaan cuaca
Instruktur

Tempat
pesawat

Titik
target

: Theodolit, Topcon, DT 200


: Andi Rahmat Ashar
: 1C Transportasi/IV
: Kamis, 16 Mei 2013
: 16.10
: Koridor Teknik Sipil
: Cerah
: DR. Ir. Hamzah Yusuf. M.S

Pembacaan
benang
BA
BT
BB

P0
0.370
P1

1800000

314905

2114945

1.545
0.900

Vertikal
Z

Tinggi
Alat
(m)

jarak
Ukur
(m)

895945
16.5 m
865340

0.830
0.565

1533035

3334030

915115
26.5m
903105

0.970
0.650

2400245

601424

1.5 m

941410
32 m

0.810
0.450
1.545

P4

000000

0.700
1.320
0.810

P3

Horizontal
Biasa
LB

0.370
1.265
0.700

P2

0.450
0.285

Pembacaan sudut

945830
1.640
1.460

3220610

1421615

935415
18 m
960500

119

Tabel Data Pengukuran Poligon

Nama, jenis, tipe alat


Nama pengukur
Kelas/kelompok
Hari/tanggal pengukuran
Waktu pengukuran
Lokasi
Keadaan cuaca
Instruktur

Tempat
pesawat

Titik
targat

: Theodolit, Topcon, DT 200


: Dendi Purwanto
: 1C Transportasi/IV
: Kamis, 16 Mei 2013
: 16.22
: Koridor Teknik Sipil
: Cerah
: DR. Ir. Hamzah Yusuf. M.S

Pembacaan
benang
BT

BA
BB

P0
0.338
P1

1800000

304345

2104540

1.930
2.141

Vertikal
Z

jarak
Ukur
(m)

900000
16.4 m
880320

0.665
0.339

1522155

3323230

921445
32.6m
904340

2.048
1.731

2390420

591055

1.1 m

921545
31.7m

1.889
2.352
1.930

P4

000000

0.532
1.239
1.889

P3

Horizontal
Biasa
LB

0.338
0.255
0.532

P2

0.419
0.255

Tinggi
Alat
(m)

Pembacaan sudut

912505
2.015
1.847

3205935

1411420

923310
16.8 m
915010

120

D. KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN :
Theodolit, plane table, maupun substance bar

digunakan untuk

menentukan poligon baik itu poligon terbuka maupun poligon tertutup.


Prinsip dari poligon adalah menentukan sudut jurusan dan panjang dari
gabungan

beberapa

garis yang bersama-sama

membentuk kerangka

dasar untuk keperluan pemetasan dari suatu daerah tertentu. Sudut jurusan
dan jarak kemudian digabungkan dengan busur

derajat

atau system

koordinat. Sudut-sudut jurusan dihitung dari sudut, yang diukur dengan


theodolit yang searah jarum jam.
B. SARAN :
Instruktur sebaiknya harus selalu berada di lokasi pengukuran agar
apabila ada sesuatu yang kurang dimengerti segera dilakukan penjelasan
sehingga pengukuran berjalan dengan lancar.

121

3.8 JOB VIII : PENGUKURAN POLIGON TERBUKA


SISTEM TANGENSIAL
Hari / Tanggal

Kamis / 13 Juni 2013

Lokasi

Jalan menuju jurusan Teknik sipil (Politeknik Negeri


ujung Pandang)

Kelompok

4 (Empat)

Instruktur

DR.Ir. Hamzah Yusuf, M.S.

Ir. Efraim Bara

Ir. Abd. Rivai Sulaeman, M.S.

Kushari, ST. MT.

A. TUJUAN
1. Tujuan umum
a. Dapat menggunakan alat tedolit pada pengukuran polygon
b. Mengenal metode yang di pakai dalam pengukuran polygon
c. Dapat mengatur kesulitan kesulitan yang ada di lapangan
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengukuran polygon terbuka dengan mengikuti
langkah langkah dan prosedur kerja yang baik dengan metode
tangensial pada pengukuran.
b. Dapat melakukan analisa pengukuran jarak optis
c. Dapat melakukan analisa tinggi titik
d. Dapat melekukan analisa pengukuran koordinat
B. DASAR TEORI
Prinsip polygon terbuka adalah menetapkan sudut jurusan dan panjang
dari beberapa gabungan garis yang bersama sama membentuk kerangka
dasar untuk keputusan pemetaan dari suatu daerah tertentu,
Sudut sudut diukur dengan tedolit searah jarum jam dan sudut
sudut jurusan dari sudut yang akan di ukur, Garis dari hasil pengukuran
baik sudut maupun luasan dapat di peroleh dengan baik.

122

Analisa data hasil pengukuran polygon terbuka ini dapat di lakukan


dengan 2 metode, yaitu metode Tangensial dan metode Stadia. Dalam
praktikum ini, metode yang akan digunakan adalah metode tangensial.
Melalui metode ini kita dapat menghitung jarak, tinggi titik dan koordinat
titik.
Rumus Jarak Optis
D = S/(tan tan)
Rumus Koordinat (x,y)
X2 = X1 + x
Y2 = Y1 + y
di mana :
- X2 = koordinat X titik yang dicari
- Y2 = koordinat Y titik yang dicari
- X1 = koordinat X titik yang diketahui
- Y1 = koordinat Y titik yang diketahui
- x = D.sin
adalah KSJ
- y = D.cos
adalah KSJ

Gambar Poligon Terbuka

C. ALAT YANG DIGUNAKAN


1. Alat tedolit digital ( Topcon)

123

2. Kaki Tiga/ Statif digunakan sebagai tempat untuk meletakkan theodolit

3. Bak ukur sebagai alat pembacaan ukuran

4. Rol Meter digunakan untuk mengukur jarak pesawat ke bak ukur

5. Payung

6. Pen / Patok

124

D. LANGKAH KERJA
1. Siapkan semua peralatan yang akan di gunakan
2. Tentukan titik P1, P2, P3,P4, P5, P6, P7 dan P8 dengan jarak masing
masaing yaitu 20
Utara

P8

P7

13,40m

P6

11,20m

P5

P4

15,233 m 17,85m 13,549m

P3

P2

14,201

P1

13,50m

3. Pasang dan stel alat pada titik yang telah di tentukan misalnya di titik P1,
stel alat sampai nivo ( tegak ) dengan memutar ketiga stup penyetelan
nivo, Kemudian nol kan sudut horizontal dengan membuka pengunci
limbus dan skrup pengunci alhigate horizontal hingga pembacaan sudut
horizontal sama dengan nol,begitu pula dengan pembacaan menit dan
detiknya sama dengan nol lalu kunci pada posisi tersebut.

125

4. Arahkan alat kearah utara dan pastikan kompas sudah tenang, lalu kunci
skrup pada posisi tersebut

( pengunci sudut ), Baca sudut vertical,

dengan memutar skurp pengunci alhidate vertical dan skrup penggerak


alhidate vertical.
Utara

5. Putar skrup pengunci sudut, lalu bidik kearah titk P2 yang telah di
tentukan, orang kedua memeganng bak ukur tepat di titik P2, Bidik bak
ukur pada titik P2 melalui lensa okuler, bila sudah terlihat kunci skrup
pengunci sudut pada posisi tersebut lakukan pembacaan bak ukur dengan
mengatur kejelasan pembacaan dengan memutar skur pengunci Alhidatde
vertical, untuk pengukuran tangensial; baca BT1 dan BT2 Pastikan dalam
membidik bak ukur terlihat dahulu melalaui nivo teropong agar agar
kelurusan pembidikan dapat di peroleh

126

6. Baca sudut horizontal ( sudut biasa ) dengan memutar skrup pengunci


penggerak halusnya

7. Putar teropong searah jarum jam sehingga lensa objektif teropong


menghadap pada mata pembacaan ,lalu longgarkan skrup pengunci sudut,
kemudian putar searah jarum jam sehingga kembali lensa objektif berada
di depan dan lensa okuler berada di depan pembaca, kunci skrup pada
pengunci sudut, pada posisi tersebut.

8. Kemudian ukur tinggi alat dengan menggunakan rol meter atau dengan
bak ukur

127

9. Pindahkan alat ke titik P2, lalu bidik kembali ke P1 untuk mengukur


sudut horizontal (luar biasa).
10. Putar alat ke P3,jangan lupa nol kan sudut horizontalnya pada P2 dan
lakukan pembacaan benang pada bak ukur dan sudut vertikal sesuai
langkah langkah sebelumya
P1

a2=H

P2

P3

11. Baca sudut horizontal ( sudut biasa ) dengan memutar skrup pengunci
sudut alhidade horizontal dan skurp pengerak halus.
12. Ukur tinggi alat di P2 dengan rol meter atau dengan bak ukur.

128

Ulangi langkah pengukuran di setiap penggantian tempat alat sampai titik


P7, Lakukan pembacaan pengukuran dengan teknik pengukuran yang
sama.

TABEL PENGUKURAN POLIGON TERBUKA


Tempat
Alat

Titik
Arah

Pembacaan
Rambu

Sudut
Vertikal

Sudut
Horizontal

Jarak Ukur
(m)

129

BT1
BT2

Z1
Z2

Biasa
Luar Biasa

1,750
2,600

90 05' 10"
86 28' 40"

274 03' 20"

U
P1
P2
P1
P2
P3

1,040
1,450

92 56' 55"
91 17' 40"

P2
P3
P4

1,160
1,960

92 55' 40"
89 33' 05"

P3
P4
P5

1,600
1,750

91 12' 25"
90 43' 15"

P4
P5
P6

1,510
1,720

91 03' 40"
90 17' 20"

P5
P6
P7

1,430
2,220

91 20' 25"
87 17' 00"

P6
P7
P8

1,200
2,300

91 22' 10"
86 37' 55"

00 00' 00"
180 05' 50"
180 53' 15"
00 52' 00"
00 00' 00"
180 01' 40"
179 42' 40"
359 38' 00"
00 00' 00"
180 02' 40"
178 38' 45"
358 38' 10"
00 00' 00"
180 02' 00"
181 01' 35"
01 05' 00"
00 00' 00"
180 08' 30"
178 54' 55"
358 45' 10"
00 00' 00"
180 00' 00"
178 50' 40"
358 52' 05"

13,500
13,500
14,201
14,201
10,500
10,500
17,850
17,850
15,233
15,233
11,200
11,200
13,400

MENGHITUNG JARAK OPTIS

Titik P1 P2
BT1 = 1,750

Z1 = 90 05 10

BT2 = 2,600

Z2 = 86 28 40

130

= 900 900 05 10
= -000 05 10

= 900 860 2840


= 030 31 20

S = D (tan + tan)
D = S/(tan + tan)
D = (BT2 BT1) / (tan + tan)
= (2,600 1,750) / (tan 000 05 10 + tan 030 31 20)
= (0,85) / (0,001502923 + 0,061551931)
= 13,481 m

Titik P2 P3
BT1 = 1,040

Z1 = 92 56 55

BT2 = 1,450

Z2 = 91 17 40

131

= 900 920 56 55
= -020 56 55

= 900 910 1740


= -010 17 40

S = D (tan - tan)
D = S/(tan - tan)
D = (BT2 BT1) / (tan - tan)
= (1,450 1,040) / (tan 020 56 55 - tan 010 17 40)
= (0,41) / (0,051508452 - 0,022596162)
= 14,181 m

Titik P3 P4
BT1 = 1,160

Z1 = 92 55 40

BT2 = 1,960

Z2 = 89 33 05

132

= 900 920 55 40
= -020 55 40

= 900 890 3305


= 010 26 55

S = D (tan + tan)
D = S/(tan + tan)
D = (BT2 BT1) / (tan + tan)
= (1,960 1,160) / (tan 020 55 40 + tan 010 26 55)
= (0,8) / (0,051143884 + 0,025288422)
= 10,467 m

Titik P4 P5
BT1 = 1,600

Z1 = 91 12 25

BT2 = 1,750

Z2 = 90 43 15

133

= 900 910 12 25
= -010 12 25

= 900 900 4315


= -000 43 15

S = D (tan - tan)
D = S/(tan - tan)
D = (BT2 BT1) / (tan - tan)
= (1,750 1,600) / (tan 010 12 25 - tan 000 43 15)
= (0,15) / (0,02106827 - 0,012581578)
= 17,674 m

Titik P5 P6
BT1 = 1,510

Z1 = 91 03 40

BT2 = 1,720

Z2 = 90 17 20

134

= 900 910 03 40
= -010 03 40

= 900 900 1720


= -000 17 20

S = D (tan - tan)
D = S/(tan - tan)
D = (BT2 BT1) / (tan - tan)
= (1,720 1,510) / (tan 010 03 40 - tan 000 17 20)
= (0,21) / (0,018522 - 0,005042105)
= 15,578 m

Titik P6 P7
BT1 = 1,430

Z1 = 91 20 25

BT2 = 1,720

Z2 = 87 17 00

135

= 900 910 20 25
= -010 20 25

= 900 870 1700


= 020 43 00

S = D (tan + tan)
D = S/(tan + tan)
D = (BT2 BT1) / (tan + tan)
= (2,220 1,430) / (tan 010 20 25 + tan 020 43 00)
= (0,79) / (0,023396527 + 0,047450342)
= 11,151 m

Titik P7 P8
BT1 = 1,200

Z1 = 91 22 10

BT2 = 2,300

Z2 = 86 37 55

136

= 900 910 22 10
= -010 22 10

= 900 860 3755


= 030 22 05

S = D (tan + tan)
D = S/(tan + tan)
D = (BT2 BT1) / (tan + tan)
= (2,300 1,200) / (tan 010 22 10 + tan 030 22 05)
= (1,1) / (0,023905866 + 0,058851461)
= 13,292 m

137

MENGHITUNG KOORDINAT TITIK


1. Koordinat P1 (100, 10)
2. Koordinat P2
Diketahui : - Koordinat P1
- DP1P2
- Z12

KSJ :
12
12
12

= 100, 10
= 13,481 m
= 274 03 20

= 360 00 00 Z12
= 360 00 00 - 274 03 20
= 85 56 40 (UB/Kuadran IV)

P2 x
P2 x

= P1 x - x
= 100 d12 sin 12
= 100 13,481 sin 85 56 40
= 100 13,447
= 86,553 m
P2 y
= P1 y + y
= 10 + d12 cos 12
= 10 + 13,481 cos 85 56 40
= 10 + 0,953
= 10,953 m

Jadi, diperoleh koordinat P2 , x = 86,553 m; y = 10,953 m


3. Koordinat P3
Diketahui : - Koordinat P2 = (86,553 ; 10,953)
- DP2P3
= 14,181 m
- 2
= 180 53 15

138

KSJ :
23
23
23

= 90 00 00 (23 - 180 00 00)


= 90 00 00 (180 53 15 - 180 00 00)
= 89 06 45 (UB/Kuadran IV)

P3 x

= P2 x - x
P3 x
= 86,553 d23 sin 23
= 86,553 14,181 sin 89 06 45
= 86,553 14,179
= 72,374 m
P3 y
= P2 y + y
= 10,953 + d23 cos 23
= 10,953 + 14,181 cos 89 06 45
= 10,953 + 0,220
= 11,173 m
Jadi, diperoleh koordinat P3 , x = 72,374 m; y = 11,173 m

4. Koordinat P4
Diketahui : - Koordinat P3 = 72,374 ; 11,173)
- DP3P4
= 10,467 m
- 3
= 179 42 40
- 23
= 89 06 45

KSJ :
34
34
34

= 180 00 00 (3 - 23)
= 180 00 00 (179 42 40 - 89 06 45)
= 89 24 05 (UB/Kuadran IV)

P4 x

= P3 x - x
P4 x
= 72,374 d34 sin 34
= 72,374 10,467 sin 89 24 05
= 72,374 10,466
= 61,908 m
P4 y
= P3 y + y

139

= 11,173 + d34 cos 34


= 11,173 + 10,467 cos 89 24 05
= 11,173 + 0,109
= 11,282 m
Jadi, diperoleh koordinat P4 , x = 61,908 m; y = 11,282 m
5. Koordinat P5
Diketahui : - Koordinat P4 = (61,908 ; 11,282)
- DP4P5
= 17,674 m
- 4
= 178 38 45
- 34
= 89 24 05

KSJ :
45
45
45

= (4 34)
= 178 38 45 - 89 24 05)
= 89 14 40 (SB/Kuadran III)

P5 x

= P4 x - x
P5 x
= 61,908 d45 sin 45
= 61,908 17,674 sin 89 14 40
= 61,908 17,672
= 44,236 m
P5 y
= P4 y - y
= 11,282 - d45 cos 45
= 11,282 - 17,674 cos 89 14 40
= 11,282 - 0,233
= 11,049 m

Jadi, diperoleh koordinat P5 , x = 44,236 m; y = 11,049 m

6. Koordinat P6
Diketahui : - Koordinat P5 = 44,236 ; 11,049)
- DP5P6
= 17,674 m
- 5
= 181 01 35
140

- 45

KSJ :
56
56
56

= 89 14 40

= 180 00 00 (5 45)
= 180 00 00 (181 01 35 89 14 40)
= 88 13 05 (UB, Kuadran IV)

P6 x

= P5 x - x
P6 x
= 44,236 d56 sin 56
= 44,236 15,578 sin 88 13 05
= 44,236 15,570
= 28,666 m
P6 y
= P5 y + y
= 11,049 + d56 cos 56
= 11,049+ 15,578 cos 88 13 05
= 11,049 + 0,484
= 11,533 m

Jadi, diperoleh koordinat P6 , x = 28,666 m; y = 11,533 m

7. Koordinat P7
Diketahui : - Koordinat P6 = 28,666 ; 11,533)
- DP6P7
= 11,151 m
- 6
= 178 54 55
- 56
= 88 13 05

KSJ :

141

67
67
67

= 180 00 00 (6 56)
= 180 00 00 (178 54 55 88 13 05)
= 89 18 10 (UB, Kuadran IV)

P7 x

= P6 x - x
P7 x
= 28,666 d56 sin 67
= 28,666 11,151 sin 89 18 10
= 28,666 11,150
= 17,516 m
P7 y
= P6 y + y
= 11,533 + d67 cos 67
= 11,533+ 11,151 cos 89 18 10
= 11,533 + 0,136
= 11,669 m

Jadi, diperoleh koordinat P7 , x = 17,516 m; y = 11,669 m


8. Koordinat P8
Diketahui : - Koordinat P8 = (17,516 ; 11,669)
- DP7P8
= 13,292 m
- 8
= 178 50 40
- 67
= 89 18 10

KSJ :
78
78
78

= (7 67)
= 178 50 40 89 18 10
= 88 41 50 (SB, Kuadran IV)

P8 x

= P7 x - x
P8 x
= 17,516 d78 sin 78
= 17,516 13,292 sin 88 41 50
= 17,516 13,288
= 4,228 m
P8 y
= P7 y - y
= 11,669 - d78 cos 78
= 11,669 - 13,292 cos 88 41 50
= 11,669 - 0,302

142

= 11,367 m
Jadi, diperoleh koordinat P8, x = 4,228 m; y = 11,367 m

KOREKSI KOORDINAT TITIK


Untuk mengoreksi kesalahan koordinat titik, digunakan persamaan
d sin = xakhir - xawal
d cos = yakhir - yawal

xakhir xawal

yakhir - yawal
-

= 4,228 100
= -95,772
= 11,367 10
= 1,367

d sin

= (-d12 sin 12) + (-d23 sin 23) + (-d34 sin 34) +


(-d45 sin 45) + (-d56 sin 56) + (-d67 sin 67) +
(-d78 sin 78)
= (-13,447) + (-14,179) + (-10,466) + (-17,672)
(-15,570) + (-11,150) + (-13,288)
= -95,772

d cos

= (-d12 cos 12) + (-d23 cos 23) + (-d34 cos 34) +


(-d45 cos 45) + (-d56 cos 56) + (-d67 cos 67) +
(-d78 cos 78)
= (-0,302) + 0,136 + 0,484 + (-0,233)
0,109 + 0,220 + 0,953
= 1,367

d sin

= xakhir - xawal

-95,772 = -95,772
d cos

Koreksi Ok

= yakhir - yawal

1,367 = 1,367

Koreksi Ok

143

TABEL PENGUKURAN
Tempat
Alat

Titik
Arah

Pembacaan
Rambu

Sudut Vertikal

Sudut
Horizontal

BT1

Z1

Biasa

BT2

Z2

Luar Biasa

1,750

90 05' 10"

274 03' 20"

2,600

86 28' 40"

Jarak
Ukur
(m)

Jarak
Optis
(m)

13,500

Koordinat (m)
x

13,481

-13,447

0,953

13,500

13,481

-13,447

0,953

14,201

14,181

-27,656

1,173

14,201

14,181

-27,656

1,173

10,500

10,467

-38,122

1,282

10,500

10,467

-38,122

1,282

17,850

17,674

-55,794

1,049

17,850

17,674

-55,794

1,049

15,233

15,578

-71,364

1,533

15,233

15,578

-71,364

1,533

11,200

11,151

-82,514

1,669

11,200

11,151

-82,514

1,669

13,400

13,292

-95,802

1,367

U
P1 (0,0)
P2

00 00' 00"

P1
P2
P3

180 05' 50"


1,040

92 56' 55"

180 53' 15"

1,450

91 17' 40"

00 52' 00"
00 00' 00"

P2
P3
P4

180 01' 40"


1,160

92 55' 40"

179 42' 40"

1,960

89 33' 05"

359 38' 00"


00 00' 00"

P3
P4
P5

180 02' 40"


1,600

91 12' 25"

178 38' 45"

1,750

90 43' 15"

358 38' 10"


00 00' 00"

P4
P5
P6

180 02' 00"


1,510

91 03' 40"

181 01' 35"

1,720

90 17' 20"

01 05' 00"
00 00' 00"

P5
P6
P7

180 08' 30"


1,430

91 20' 25"

178 54' 55"

2,220

87 17' 00"

358 45' 10"


00 00' 00"

P6
P7
P8

180 00' 00"


1,200

91 22' 10"

178 50' 40"

2,300

86 37' 55"

358 52' 05"

144

SKETSA PENGUKURAN

145

3.8 JOB VIII : POLYGON TERTUTUP SISTEM STADIA


Hari / Tanggal

Senin / 17 Juni 2013

Lokasi

Lapangan Politeknik Negeri ujung Pandang

Kelompok

IV (Empat)

Instruktur

DR.Ir. Hamzah Yusuf, M.S.

Ir. Efraim Bara

Ir. Abd. Rivai, S.M.S.

Kushari, ST. MT.

A. TUJUAN
1.1.

Tujuan Umum
a. Dapat mengenal dan mengoperasikan alat theodolit pada
pengukuran polygon tertutup.
b. Mengenal metode yang digunakan dalam metode pengukuran
polygon.
c. Dapat mengatur kesulitan yang ada dilapangan.

1.2.

Tujuan Khusus
a. Dapat melakuakn pengukuran polygon tertutup dengan mengikuti
prosedur dan langkah kerja yang baik dengan metode satadia pada
pengukuran.
b. Dapat melakuakn analisa pengukuran jarak optis.
c. Dapat melakukan analisa tinggi titik.
d. Dapat melakukan analisa pengukuran koordinat.

B. DASAR TEORI
Prinsip polygon tertutup adalah menetapkan sudut jurusan dan panjang
dari beberapa gabungan garis yang bersama sama membentuk kerangka
dasar untuk keperluan pemetaan dan suatu daerah tertentu.
Sudut sudut diukur theodolit searah jaurm jam dan sudut sudut
jurusan dihitung dari sudut yang akan diukur garis dari sudut hasil pengukuran
baik sudut maupun luasan dapat diperoleh dengan baik.

146

Analisa data hasil pengukuran polygon tertutup ini dapat dilakukan


dengan dua metode ini kita dapat menghitung jarak, tinggi titik dan koordinat
titik.
Rumus-rumus yang digunakan dalam pengukuran poligon sistem stadia yaitu :
Rumus Jarak (D)
D = Sn . cos2 (BA-BB) . 100 cos2
Rumus Koordinat (x,y)
X2 = X1 + x
Y2 = Y1 + y
di mana :
- X2
= koordinat X titik yang dicari
- Y2
= koordinat Y titik yang dicari
- X1
= koordinat X titik yang diketahui
- Y1
= koordinat Y titik yang diketahui
- x = D.sin
adalah KSJ
- y = D.cos
adalah KSJ

Gambar Poligon Tertutup


Pada perhitungan koordinat, nilai positif atau negatif x dan y diketahui
berdasarkan kuadran dari koordinat sudut jurusan (KSJ)

147

Kuadran I (UT)
x = +, y = +
Kuadran II (ST)
x = +, y = Kuadran III (SB)
x = -, y = Kuadran IV (UB)
x = -, y = +

Rumus Koreksi Sudut


- Koreksi Sudut Luar
= (n+2) . 180 00 00
- Koreksi Sudut Dalam
= (n-2) . 180 00 00
Keterangan : n adalah banyaknya sudut.
Rumus Koreksi Koordinat
x++ x

Faktor koreksi x (kx) = x + x

y+ + y

Faktor koreksi y (kx) = y + y

C. ALAT YANG DIGUNAKAN


a. Pesawat theodolit (digital) + kompas
b. Kaki tiga / statif.
c. Bak ukur
d. Rol meter
e. Payung dan alat tulis
148

f. Nivo
g. Patok atau pen
D. LANGKAH KERJA
1. Siapkan semua peralatan yang dibutuhkan.
2. Tentukan titik P1, P2, P3, P4, dan P5 dengan jarak yang tidak ditentukan
dan P5 harus ketemu dititik P1

3. Pasang dan stel alat theodolit dititik P1 dalam keadaan nivo kemudian cari
sudut utara pada kompas yang ada dialat theodolit, setelah itu nolkan
dengan menekan tombol yang ada dipesawat theodolit digital setelah
dinolkan putar searah jarum jam pada titik P2.

149

P1

P2
U
Searah jarum
jam

Tampak Atas
4. Setelah mendapat P2, salah satu orang dari tim memegang bak ukur dititik
P2 dan baca BT, BA dan BB dan jangan lupa baca sudut horizontal dan
sudut vertikal.
BA

Z=V

BT
BB

P2

P1

5. Setelah pengukuran P1-P2 dan alat berada di titik P1 maka selanjutnya alat
dipindahkan dititik P2 untuk Melakukan pembacaan dititik P3.

P2

P3
150

6. Sebelum membidik pada titik P3 terlebih dahulu kita bidik ke belakang P1


untuk mengatur sudut horizontal. Setelah bak ukur P1 terlihat di dalam alat
theodolit, set sudut horizontal pada alat menjadi 00 00 00, lalu putar alat
theodolit searah jarum jam ke arah bak ukur di titik P3.

7. Kemudian kita baca BA, BB, BT pada bak ukur di P3 dan sudut horizontal
dan vertikal pada alat.

8. Setelah pembacaan selesai dan telah mendapatkan data yang diinginkan


maka kita pindahkan alat dititik P3. Jangan lupa beri tanda pada setiap titik
yang akan diukur maupun pada saat kita tinggalkan.

151

P3

P4

P2

9. Setelah memindahkan alat dititik P3 dan telah menyetel alat agar nivo,
bidik bak ukur P2 belakang lalu set sudut horizontal alat menjadi
000000.

P2

P3

10. Setelah mendapatkan sudut nol dititik P2 maka kita putar alat ketitik P4
dan stel sedemikian rupa sehinggga dapat membaca BA, BT dan BB serta
sudut horizontal dan sudut vertikal.

152

11. Setelah pembacaan bak ukur di P4 selesai, pindahkan alat di titik P4 untuk
membidik titik P3 belakang (untuk mengatur sudut horizontal ke 00 00
00) lalu bidik titik P5. Bila pembacaan selesai, pindahkan alat ke titik P5
untuk

membidik

titik

P4

belakang

dan

titik

P1.

Langkah kerjanya seperti pada poin 9, 10, dan 11.


12.

Jika pengukuran selesai, bersihkan alat dan kembalikan


seperti semula dan juga data yang diperoleh tak lupa diparaf oleh dosen
dan pembimbing.

Gambar Situasi :

153

Tabel Data Pengukuran di Lapangan


Bacaan Mistar
Tempat dan
Tinggi Alat

Target

Sudut Horizontal
Belakang
(B/LB)

Muka
Tengah

Atas
Bawah

'

Muka (B/BL)
''

Jarak
Langsung
(m)

Sudut Vertikal

'

''

Zenit

'

Miring
''

'

''

154

P1
1.489
P2
1.500
P3
1.500
P4
1.530
P5
1.405

P1
1.530

U
P2

0.985

1.111
0.860

354
174

50
50

0
5

90

P1
P3

24,622
0.715

0.840
0.585

245
65

32
32

10
5

90

P2
P4

0.965

1.072
0.852

243
63

7
7

50
50

90

10

1.242

1.350
1.125

247
67

31
30

10
10

90

20

22,530
22,530

1.385

1.547
1.203

254
74

29
29

10
5

90

30

P5
P2

22,300
22,300

P4
P1

25,500
25,500

P3
P5

24,622

34.522
34,522

269
89

39
39

30
30

90

30

24,622

155

SKETSA PENGUKURAN
(Sebelum Perhitungan Koordinat)

156

E.

ANALISA DATA

1. KOREKSI SUDUT LUAR


Diketahui Sudut-sudut Luar (Sesuai pada Sketsa)
- 1 =
- 2 =
- 3 =
- 4 =
- 5 =

269 39 30
245 32 10
243 07 50
247 31 10
254 29 10
= 1260 19 50

Jumlah Sudut luar yang sebenarnya :

= 1 + 2 + 3 + 4 + 5
= (n + 2) x 180 00 00 n adalah banyaknya sudut luar
= (5 + 2) x 180 00 00
= 1260 00 00
Maka,
Faktor Koreksi = (1260 00 00 - 1260 19 50) / n
= (-00 19 50) / n
= (-00 19 50) / 5
= -00 03 58
Diperoleh faktor koreksi sudut luar yaitu (00 03 58), maka setiap sudut
luar dikurangi 00 03 58. Sehingga :
- 1 = 269 39 30 - 00 03 58
- 2 = 245 32 10 - 00 03 58
- 3 = 243 07 50 - 00 03 58
- 4 = 247 31 10 - 00 03 58
- 5 = 254 29 10 - 00 03 58

2.

= 269 35 32
= 245 28 12
= 243 03 52
= 247 27 12
= 254 25 12
= 1260 00 00

PERHITUNGAN JARAK
DP1P2
Diketahui data : - BA
= 1,111 m
- BT

= 0,985 m

- BB

= 0,860 m

-Z

= 90 00 00 = 00 00 00

157

DP1P2

= (BA-BB) x 100 cos2


= (1,111 0,860) x 100 cos2 00 00 00
= 0,251 x 100 x 1
= 25,100 m

DP2P3
Diketahui data : - BA

= 0,840 m

- BT

= 0,715 m

- BB

= 0,585 m

-Z

= 90 00 00 = 00 00 00

DP2P3

= (BA-BB) x 100 cos2


= (0,840 0,585) x 100 cos2 00 00 00
= 0,255 x 100 x 1
= 25,500 m

DP3P4
Diketahui data : - BA

= 1,072 m

- BT

= 0,965 m
158

DP3P4

- BB

= 0,852 m

-Z

= 90 00 10 = 00 00 10

= (BA-BB) x 100 cos2


= (1,072 0,852) x 100 cos2 00 00 10
= 0,255 x 100 x 1
= 22,000 m

DP4P5
Diketahui data : - BA

= 1,350 m

- BT

= 1,242 m

- BB

= 1,125 m

-Z

= 90 00 20 = 00 00 20

DP4P5

= (BA-BB) x 100 cos2


= (1,350 1,125) x 100 cos2 00 00 20
= 0,225 x 100 x 1
= 22,500 m

DP5P1
Diketahui data : - BA

= 1,547 m

- BT

= 1,385 m

159

DP5P1

- BB

= 1,203 m

-Z

= 90 00 30 = 30 00 00

= (BA-BB) x 100 cos2


= (1,547 1,203) x 100 cos2 00 00 30
= 0,344 x 100 x 1
= 34,400 m

3.

PERHITUNGAN KOORDINAT
P1
x1

= 100

y1

= 100

P2
Diketahui data : - Z12
= 354 50 00
- DP1P2
= 25,100 m
- Koordinat P1 (x,y)= (100, 100)

160

12

x2

y2

KSJ :
= 360 00 00 Z12
= 360 00 00 354 50 00
= 05 10 00 (UB/Kuadran IV)

= x1 - x
= 100 DP1P2 sin 12
= 100 25,100 sin 05 10 00
= 100 2,260
= 97,740 m
= y1 + y
= 100 + DP1P2 cos 12
= 100 + 25,100 cos 05 10 00
= 100 + 24,998
= 124,998 m
Jadi, koordinat P2 yaitu : x2 = 97,740 m, dan y2 =

12

4,998 m

P3
Diketahui data : - DP2P3
- 12
- 2
- Koordinat P2 (x,y)

= 25,500 m
= 05 10 00
= 245 28 12
= (97,740; 124,998) m

KSJ :
23 = (2 12) 180 00 00
= (245 28 12 05 10 00) - 180 00 00
= 60 18 12 (ST / Kuadran II)
x3 = x2 + x
= 97,740 + DP2P3 sin 23
161

= 97,740 + 25,500 sin 60 18 12


= 97,740 + 22,151
= 119,891 m
y3 = y2 + y
= 124,998 + DP2P3 cos 23
= 124,998 + 25,500 cos 60 18 12
= 124,998 + 12,632 m
= 137,630 m
Jadi, koordinat P3 yaitu : x3 = 119,891 m, dan y3 = 137,630 m
P4
Diketahui data : - DP3P4
- 23
- 3
- Koordinat P3 (x,y)

= 22,000 m
= 60 18 12
= 243 03 52
= (119,891 ; 137,630) m

KSJ :
34 = 360 00 00 3 23
= 360 00 00 243 03 52 60 18 12
= 56 37 56 (ST / Kuadran II)
x4 = x3 + x
= 119,891 + DP3P4 sin 34
= 119,891 + 22,000 sin 56 37 56
= 119,891 + 18,373
= 138,264 m
y4 = y3 - y
= 137,630 - DP3P4 cos 34
= 137,630 - 22,000 cos 56 37 56
= 137,630 - 12,100 m
= 125,530 m
Jadi, koordinat P4 yaitu : x4 = 138,264, dan y4 = 125,530 m
P5
Diketahui data : - DP4P5

= 22,500 m
162

- 34
= 56 37 56
- 4
= 247 27 12
- Koordinat P4 (x,y) = (138,264 ; 125,530) m

KSJ :
45 = 4 34 180 00 00
= 247 27 12 56 37 56 180 00 00
= 10 40 16 (SB / Kuadran III)
x5 = x5 - x
= 138,264 - dP3P4 sin 45
= 138,264 - 22,500 sin 10 40 16
= 138,264 - 4,166
= 134,098 m
y5 = y5 - y
= 125,530 - dP3P4 cos 45
= 125,530 - 22,500 cos 10 40 16
= 125,530 - 22,110 m
= 103,420 m
Jadi, koordinat P5 yaitu : x5 = 134,098, dan y5 = 103,420 m
P1
Diketahui data : - DP5P1
- 45
- 5
- Koordinat P5 (x,y)

= 34,400 m
= 10 40 16
= 254 25 12
= (134,098 ; 103,420) m

KSJ :
51 = 5 + 45 180 00 00

163

= 254 25 12 + 10 40 16 180 00 00
= 85 05 28 (SB / Kuadran III)
x1 = x5 - x
= 134,098 dP5P1 sin 51
= 134,098 34,400 sin 85 05 28
= 134,098 34,273
= 99,825 m
y1 = y5 - y
= 103,420 dP5P1 cos 45
= 103,420 34,400 cos 85 05 28
= 103,420 2,943 m
= 100,477 m
Jadi, koordinat P1 (Penutup) yaitu : x = 99,825 m dan y = 100,477 m

Berdasarkan perhitungan sebelumnya, diperoleh koordinat setiap titik :


Titik
P1 (awal)
P2
P3
P4
P5
P1 (penutup)

Koordinat
x (m)
100
97,740
119,891
138,264
134,098
99,825

y (m)
100
124,998
137,630
125,530
103,420
100,477

Dilihat dari tabel di atas, terjadi kesalahan pengukuran (kesalahan


penutup) dimana koordinat titik P1 tidak sesuai dengan koordinat awal
pengukuran.
Gambar dibawah adalah gambar hasil perhitungan koordinat yang
digambar dengan program AutoCAD.
Garis hijau adalah garis penghubung titik P5 dan titik P1 (penutup)

164

Skala Gambar = 1 : 500

165

4.

KOREKSI KOORDINAT

P1P2
DP1P2
x
y
KSJ
P2P3
DP2P3
x
y
KSJ
P3P4
DP3P4
x
y
KSJ
P4P5
DP4P5
x
y
KSJ
P5P1
DP5P1
x
y
KSJ

= 25,100 m
= -2,260 m
= 24,998 m
= 05 10 00
= 25,500 m
= 22,151 m
= 12,632 m
= 60 18 12
= 22,000 m
= 18,373 m
= -12,100 m
= 56 37 56
= 22,500 m
= -4,166 m
= -22,110 m
= 10 40 16
= 34,400 m
= -34,273 m
= -2,943 m
= 05 10 00

166

Faktor Koreksi x (kx)

= (x+ x_)

Faktor Koreksi y (ky)

(x+ + x_)
(22,151 + 18,373) (2,260 + 4,166 + 34,273)
(22,151 + 18,373) + (2,260 + 4,166 + 34,273)
= 0,00215456213141594
= (y+ y_)
(y+ + y_)
(24,998 + 12,632) (12,100 + 22,110 + 2,943)
(24,998 + 12,632) + (12,100 + 22,110 + 2,943)
= 0,00637845499645647
Selisih Koordinat

TITIK
ARAH

JARAK
(m)

KSJ

P1P2

25,100

05 10' 00"
(UB)

P2P3

25,500

60 18' 12"
(ST)

22,151

P3P4

22,000

56 37' 56"
(ST)

18,373

P4P5

22,500

10 40' 16"
(SB)

P5P1

34,400

85 05' 28"
(SB)

JUMLAH

x+

40,524

x-

y+

2,260

Koreksi Faktor
x

24,998

0,00486931041700003

0,159448618001419

12,632

-0,0477257057729946

0,0805726435152381

22,1987257057730

12,100

-0,0395857700405051

-0,0771793054571232

18,4125857700405

4,166

22,11

0,00897590583947882

-0,141027639971652

34,273

2,943

0,0738433079300186

-0,0187717930545714

40,699

37,630

y-

x+

37,153

40,6113114758135

TABEL KOREKSI KESALAHAN PENUTUP

167

5. KOORDINAT SETIAP TITIK SETELAH KOREKSI

TITIK
P1
P2
P3
P4
P5
P1

KOORDINAT
x
y
100
100
97,745
124,839
119,944
137,390
138,356
125,213
134,199
102,962
100
100

168

F. KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN
Setelah melakukan pengukuran ini dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Dapat melakukan pengukuran polygon tertutup dengan system stadia
2. Dapat menghitung koordinat setiap titik.
3. Dapat menggambar situasi dilapangan.
B. SARAN
Untuk memperoleh hasil yang maksimal perlu diperhatikan saran
sebagai berikut :
1.

Utarakan pesawat pada titik awal.

2.

Buat sketsa pengukuran.

3.

Berikan tanda yang jelas pada titik yang telah diukur.

169

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum Ilmu Ukur Tanah, dapat disimpulkan
bahwa setiap tujuan dari masing-masng job telah tercapai.
Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi tingkat

akurasi

pengukuran, seperti faktor cuaca, faktor alat, dan faktor pengukur itu
sendiri.
Setelah pengukuran, dilakukan olah data. Pada proses olah data,
biasanya terjadi perbedaan hasil pengukuran antara pengukuran optis
(jarak) dengan pengukuran manual
Hasil akhir dari praktikum ini ialah kami dapat menggunakan alat-alat
yang digunakan dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah, baik itu manual,
ataupun otomatis.
B. SARAN
Dalam pengukuran/pengambilan data, diperlukan ketelitian dan
konsentrasi tinggi untuk meminimalisir kesalahan pengukuran.
Dalam pengukuran, menggunakan alat sesuai prosedur dan petunjuk
instrukstur.
Sebaiknya Instruktur selalu mengawasi pengukuran dan perlakuan
pengukur terhadap alat.
Selama pengukuran berlangsung, sebaiknya alat tidak boleh
ditinggalkan dilapangan, harus terlindungi dari sinar matahari
langsung dan terlindung dari hujan.
Pemegang payung harusnya fokus untuk melindungi alat, bukan

melindungi diri sendiri.

170

Anda mungkin juga menyukai