PENDAHULUAN
Perdarahan uterus abnormal adalah penyebab langsung dari beban yang
layanan kesehatan yang signifikan bagi perempuan, keluarga mereka, dan
masyarakat secara keseluruhan. Sampai dengan 30% dari wanita akan mencari
bantuan medis untuk masalah ini selama tahun-tahun masa reproduksi mereka.
Pedoman ini menggantikan topik pedoman klinis sebelumnya dan ditujukan untuk
memungkinkan penyedia layanan kesehatan dengan alat dan untuk memberikan
perawatan berbasis bukti terbaru dalam diagnosis dan manajemen medis dan
bedah dari masalah umum ini.
AUB didefinisikan sebagai variasi dari siklus menstruasi normal, dan
termasuk perubahan keteraturan dari mulai, frekuensi menstruasi, durasi, dan
jumlah kehilangan darah pada menstruasi. Di bawah kategori AUB, definisi lebih
lanjut dapat dibagi lagi berdasarkan volume menstruasi, keteraturan, frekuensi,
durasi, kronisitas, dan waktu yang berkaitan dengan status reproduksi. Pendarahan
tidak berhubungan dengan menstruasi selanjutnya dapat dikarakteristik juga.
Tabel 1.1 dan 1.2 adalah terminologi dan deskripsi berdasarkan konsensus
FIGO Menstrual Disorders Working Group.1,2
Deskripsi klasik dari AUB berdasarkan pada siklus dan kuantitas aliran
menstruasi. Meskipun perdarahan menurut persepsi pasien belum tentu dapat
dihitung, namun sangat penting untuk pengelolaan masalah ini. Pada akhirnya,
pengalaman wanita dan dampak pada kualitas hidupnya menentukan sejauh mana
intervensi mungkin diperlukan. Presentasi pasien AUB tergantung pada
yang
lebih
holistik
harus
diambil
dengan
definisi
ini.
Perdarahan menstruasi berat adalah keluhan yang paling umum dari AUB. Telah
didefinisikan sebagai "kehilangan darah menstruasi yang berlebihan yang
mengganggu fisik, kualitas sosial, emosional, dan atau bahan wanita hidup. Dapat
terjadi satu gejala atau dalam kombinasi dengan gejala lainnya.3
BAB II
ILUSTRASI KASUS
II.1 Ilustrasi Kasus AUB
1. Identitas
Nama
: Ny. A
Usia
: 43 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
2. Anamnesis
Keluhan Utama :
Pasien datang sendiri bersama keluarga dengan keluhan keluar darah pervaginam
Keluhan Tambahan :
Lemah, tampak pucat
Riwayat Penyakit Sekarang :
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
b. Kesadaran
c. Tanda Vital
1. Tekanan Darah
2. Nadi
3. Suhu
4. Pernapasan
d. Tinggi Badan
e. Berat Badan
4. Status Generalis
Mata
THT
Jantung
Paru
Abdomen
Ekstremitas
: dingin, akral pucat, edema (-), capillary refill time >3 detk
5. Status Ginekologi
Inspeksi
Inspekulo
mm di jam 11 dan tampak erosi pada arah jam 11 s.d 1, Fluxus (+), sondase 9
cm.
RektoVaginal Touche
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1 Fisiologi Menstruasi
Haid (menstruasi) ialah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus,
disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus haid ialah jarak
antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid yang baru. Hari
mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Panjang siklus haid yang
normal atau siklus dianggap sebagai siklus yang klasik ialah 28 hari, tetapi
variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita
yang sama. Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar, siklusnya selalu
tidak sama. Panjang siklus yang biasa pada manusia berkisar antara 25-32 hari,
dan kira-kira 97% wanita yang berovulasi siklus haidnya berkisar antara 18-42
hari. Jika siklusnya kurang dari 18 hari atau lebih dari 42 hari dan tidak teratur,
biasanya siklusnya tidak berovulasi (anovulatoar).
Lama haid biasanya antara 3 5 hari, ada yang 1 2 hari dan diikuti darah
sedikit sedikit kemudian, dan ada yang sampai 7 8 hari. Pada setiap wanita
biasanya lama haid itu tetap. Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 16 cc.
Jumlah darah haid lebih dari 80 cc dianggap patologik. Kurang lebih 50% darah
menstruasi dikeluarkan dalam 24 jam pertama. Cairan menstruasi terdiri dari
utamanya adalah darah arterial, 25% darah vena, debris jaringan, prostaglandin
dan jumlah yang relatif besar dari fibrinolisin dari jaringan endometrial yang
menyebabkan darah haid tidak membeku.
Ada 4 kompartemen pada fisiologi haid, yaitu endometrium, ovarium,
hipofisis, dan hipotalamus.4 Hormon wanita terdiri dari hormon estrogen,
progesterone dan GnRH yang terdiri dari FSH dan LH. Hipotalamus berada diotak
kecil tepatnya dibawah thalamus.1 Hipotalamus merupakan suatu kelenjar yang
berfungsi
menghasilkan
gonadotropin
realizing
hormone
yang
akan
yaitu lobus anterior dan posterior.4 Lobus anterior hipofisis menghasilkan FSH
dan LH, sedangkan lobus posterior hipofisis menghasilkan ADH, oksitosin dan
prolaktin.1,2,3
Saat wanita mengalami haid, akan terjadi pelepasan membrane basalis
pada endometrium sehingga tebal endometrium 3 mm, yaitu disaat level
hormone estrogen dan progesterone turun. Karena itu, akan memberikan efek
umpan balik melalui neurotransmitter ke hipotalamus, sehingga GnRH yang
dihasilkan hipotalamus mempengaruhi hipofisis untuk memproduksi FSH. Setelah
itu akan masuk ke hipofisis melalui aliran darah sehingga terpengaruhlah
hipofisis, yang dinamai dengan short feedback.1
FSH, dihasilkan oleh hipofisis anterior, merupakan hormone gonadotropin
yang akan mempengaruhi gonad wanita yaitu ovarium (kompartemen ke II).
Sebenarnya, di ovarium, terjadi 2 hal, yaitu folikulogenesis dan steroidogenesis
yang terjadi secara bersamaan. Di dalam folikel terdapat 2 sel, yaitu sel granulose
dan sel teka interna dan eksterna. Jika sel granulose berkembang, akan
membentuk dan menghasilkan hormone estrogen yang bersumber dari androgen
yang ada di sel teka. Prosesnya yaitu, sel androgen yang ada pada sel teka yang
awalnya berasal dari kolesterol, akan diaromatisasi oleh enzim sitokrom P450
yang dimiliki sel granulose. Setelah diaromatisasi, jadilah hormone estrogen atau
estradiol.1 Inilah yang dimaksud dengan proses steroidogenesis. Dengan
dihasilkannya estrogen, akan mempengaruhi proliferasi dari endometrium. FSH
bekerja dengan menstimulasi pembentukan folikel di ovarium (folikulogenesis),
yang dimulai dari foliker primer. folikel primer berasal dari folikel primordial.
Folikel primordial ini bersifat independent dan tidak dipengaruhi oleh
gonadotropin. Folikel primordial yang akan menjadi folikel primer, merupakan
cadangan folikel yang ada pada ovarium. Semakin banyak cadangan folikel pada
wanita, maka akan semakin lama dan panjang wanita tsb mengalami menopause.
Siklus menstruasi normal pada manusia dapat dibagi menjadi dua
1. Siklus ovarium
2. Siklus uterus (endometrium)
SIKLUS OVARIUM
10
SIKLUS UTERUS
Pada masa reproduksi dan dalam keadaan tidak hamil, selaput lendir
uterus mengalami perubahan-perubahan siklik yang berkaitan erat dengan
aktivitas ovarium terhadap produksi berulang dari estrogen dan progesterone.
Pada siklus uterus terdiri dari 3 fase, yaitu:
1. Fase proliferasi
2. Fase sekretori
3. Fase menstruasi
Fase Proliferasi (fase estrogen)
11
Pada
permulaan
setiap
siklus
seksual
bulanan,
sebagian
besar
Estrogen
menyebabkan
sedikit
proliferasi
sel
tambahan
pada
12
13
14
15
berdasarkan pertimbangan bahwa seorang pasien dapat memiliki satu atau lebih
faktor penyebab PUA.
A. Polip (PUA-P)
Pertumbuhan lesi lunak pada lapisan endometrium uterus, baik
bertangkai maupun tidak, berupa pertumbuhan berlebih dari stroma dan
kelenjar endometrium dan dilapisi oleh epitel endometrium.
Gejala :
PUA.
Lesi umumnya jinak, namun sebagian kecil atipik atau ganas.
Diagnostik :
Histopatologi
lokal
dari
pertumbuhan
kelenjar
endometrium
vaskularisasi
yang
dan
dan
eksesif
stroma
memiliki
dilapisiolehepitel
endometrium.
B. Adenomiosis (PUA-A)
Dijumpai jaringan stroma dan kelenjar endometrium ektopik pada
lapisan miometrium.
Gejala :
Nyeri haid, nyeri saat snggama, nyeri menjelang atau sesudah haid,
nyeri saat buang air besar, atau nyeri pelvik kronik
16
Diagnostik :
mendiagnosis adenomiosis
Hasil USG menunjukkan jaringan endometrium heterotopik pada
miometrium dan sebagian berhubungan dengan adanya hipertrofi
miometrium.
Hasil histopatologi menunjukkan dijumpainya kelenjar dan stroma
endometrium ektopikpadajaringan miometrium.
C. Leiomioma (PUA-L)
Pertumbuhan jinak otot polos uterus pada lapisan miometrium.
Gejala :
Diagnostik :
17
Diagnostik :
E. Coagulopathy (PUA-C)
Gangguan hemostatis sistemik yang berdampak terhadap perdarahan
uterus.
Gejala :
Diagnostik :
18
Diagnostik :
bervariasi
Dahulu termasuk dalam kriteria Perdarahan uterus disfungsional (PUD)
Gejala bervariasi mulai dari amenorea, perdarahan ringan dan jarang,
G. Endometrial (PUA-E)
Gangguan hemostatis lokal endometrium yang memiliki kaitan erat
dengan terjadinya perdarahan uterus.
Gejala :
Diagnostik :
haid teratur
Penyebab perdarahan pada kelompok ini adalah gangguan hemostatis
lokal endometrium
Adanya penurunan produksi faktor yang terkait vasokonstriksi seperti
endothelin-1 dan prostaglandin F2 serta peningkatan aktifitas
fibrinolitik
Gejala lain kelompok ini adalah perdarahan tengah atau perdarahan
yang berlanjut akibat gangguan hemostasis lokal endometrium
19
H. Iatrogenik (PUA-I)
Perdarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan intervensi medis
breakthrough bleeding.
Perdarahan sela terjadi karena rendahnya konsentrasi estrogen dalam
sirkulasi yang disebabkan oleh sebagai berikut :
o Pasien lupa atau terlambat minum pil kontrasepsi
o Pemakaian obat tertentu seperti rifampisin
o Perdarahan haid banyak yang terjadi pada perempuan pengguna
anti koagulan ( warfarin, heparin, dan low molecular weight
heparin) dimasukkan kedalamklasifikasi PUA-C.
20
1. Pemeriksaan Fisik
Untuk menilai stabilitas keadaan hemodinamik, meliputi semua tanda
vital. Kemudian menilai:
2. Pemeriksaan ginekologi
Pemeriksaan ginekologi yang teliti perlu dilakukan termasuk
pemeriksaan Pap smear dan harus disingkirkan kemungkinan adanya
mioma uteri, polip, hiperplasia endometrium atau keganasan.
3. Penilaian ovulasi
Siklus haid yang berovulasi sekitar 22-35 hari. Jenis perdarahan PUA-O
bersifat ireguler dan sering diselingi amenorea. Konfirmasi ovulasi dapat
21
nulipara
Perempuan
dengan
riwayat
keluarga
nonpolyposis
menggunakan
MRI
lebih
unggukdibandingkan
USG
22
7. Pemeriksaan Penunjang
23
24
aggregasi
trombosit
dan
permeabilitas
pembuluh
kapiler.
25
saat perdarahan akut adalah 4x1 tablet selama 4 hari, dilanjutkan dengan
3x1 tablet selama 3 hari, dilanjutkan dengan 2x1 tablet selama 2 hari, dan
selanjutnya 1x1 tablet selama 3 minggu. Selanjutnya bebas pil selama 7
hari, kemudian dilanjutkan dengan pemberian pil kontrasepsi kombinasi
paling tidak selama 3 bulan. Apabila pengobatannya ditujukan untuk
menghentikan haid, maka obat tersebut dapat diberikan secara kontinyu,
namun dianjurkan setiap 3-4 bulan dapat dibuat perdarahan lucut. Efek
samping dapat berupa perubahan mood, sakit kepala, mual, retensi cairan,
payudara tegang, deep vein trombosis, stroke dan serangan jantung.
e. Progestin
Obat ini akan bekerja menghambat penambahan reseptor estrogen
serta akan mengaktifkan enzim 17-hidroksi steroid dehodrogenase pada
sel-sel endometrium, sehingga estradiol akan dikonversi menjadi estron
yang efek biologisnya lebih rendah dibandingkan estradiol. Meski
demikian penggunaan progestin yang lama dapat memicu efek mitotik
yang menyebabkan terjadinya atrofi endometrium. Progestin dapat
diberikan secara siklik maupun kontinyu. Pemberian siklik diberikan
selama 14 hari kemudian stop selama 14 hari, begitu berulang-ulang tanpa
memperhatikan pola perdarahannya.
Apabila perdarahan terjadi pada saat sedang mengkonsumsi progestin,
makan dosis obat progestin dapat dinaikkan. Selanjutnya hitung hari
pertama perdarahan tadi sebagai hari pertama, dan selanjutnya progestin
diminum sampai 14 hari. Pemberian progestin secara siklik dapat
menggantikan pemberian pil kontrasepsi kombinasi apabila terdapat
kontraindikasi (misalkan : hipersensitivitas, kelainan pembekuan darah,
riwayat stroke, riwayat penyakit jantung koroner atau infark miokard,
kecurigaan keganasan payudara ataupun genital, riwayat penyakit kuning
akibat kolestatis, kanker hati). Sediaan progestin yang dapat diberikan
antara lain MPA 1x10 mg, norestiron asetat dengan dosis 2-3 x 5 mg,
didrogestron 2x5 mg atau nomegestrol asetat 1x 5 mg selama 10 hari per
siklus.
26
27
osteoporosis
(terutama
tulang-tulang
trabekular
apabila
28
BAB IV
ANALISIS KASUS
Abnormal Uterine Bleeding (AUB) merupakan terjadi perdarahan
abnormal di dalam atau di luar siklus haid. Etiologi dibagi 2 bagian
yaitu, kelainan organik meliputi polip, adenomiosis, leimyoma, malignancy dan
kelainan anorganik meliputi coagulopaty, ovarium disfunction, endometrial,
iatrogenik, non yet clasificasion.
Pada kasus ini ditegakkan diagnosis abnormal uterine bleeding suspek
hyperplasia endometrium berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang juga
meliputi pemeriksaan ginekologis. Pada anamnesis didapatkan keluhan keluar
darah dari kemaluannya perdarahan dari vagina sejak 1 minggu SMRS. Pasien
mengatakan menstruasi yang dialaminya semakin hari semakin banyak, nyeri
perut disangkal, perdarahan seperti ini sebelumnya pernah dialami pasien 1 tahun
yang lali. Konsumsi obat-obatan pengencer darah disangkal, penggunaan
kontrasepsi hormonal disangkal, perdarahan diantara siklus mens disangakal,
benjolan diperut atau perut yang semakin membesar disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan takikardi dengan HR 116x/menit dan
konjungtiva yang anemis menunjukkan pasien mengalami anemia yang
kemungkinan dikarenakan perdarahan. Ke-4 akral pasien pun tampak pucat dan
dingin dengan CRT >3 detik menunjukan adanya gangguan perfusi. Pada
pemeriksaan abdomen didapatkan teraba masa diantara umbilicus dan simfisis
pubis tidak nyeri tekan, curiga masa tersebut berasal dari uterus yang
menyebabkan perdarahan pada pasien. Pada pemeriksaan ginekologis didapatkan
adanya benjolan pada porsio yang belum diketahui sehingga untuk pemeriksaan
lebih lanjut akan dilakukan biopsy. Fluksus (+) berasal dari OUE menunjukkan
sumber perdarahan berasal dari dalam uterus, teraba masa dari dalam uterus
curiga adanya mioma uterus dan diperlukan pemeriksaan USG untuk
mengkonfirmasi.
Dari USG kita dapat menilai sebab organik perdarahan yang dapat berasal
dari serviks uteri. Pada pasien ini ditemukan kelainan organik berupa Uterus
membesar ukuran 90x20x85 mm, pada korpus anterior s.d mendesak kavum
29
tampak massa hipoekoik batas tegas ukuran diameter 60mm kemungkinan dari
mioma uteri submukosum. Ovarium kanan dalam batas normal, ovarium kiri
tampak massa kistik tampak ekhointerna diameter 30mm. dengan kesan : mioma
uteri submukosum, kista retorsi ovarium kiri. Sehingga dapat diperkuat penyebab
perdarahan uterus abnormal pada pasien ini karena adanya kelainan organic
berupa mioma uteri submukosal.
Pada pemeriksaan penunjang lab darah ditemukan hb saat masuk
ditemukan hb 7,5g/dl, ht 24, RDW-CV 26,56%. Hb dan hematokrit yang rendah
disetai rdw-cv yang meningkat menunjukan adanya anemia akibat kehilangan
darah pada pasien ini.
Diagnosis pada pasien ini berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang yaitu AUB e.c mioma uteri submukosal dengan anemia
e.c perdarahan, kista retensi ovarium kiri, takikardia e.c anemia e.c AUB.
Terapi Asam Traneksamat 3 x 500 mg Asam traneksamat merupakan
golongan obat anti-fibrinolitik yang menghambat pemutusan benang fibrin, Asam
mefenamat 3 x 500 mg Asam mefenamat merupakan salah satu jenis obat anti
inflamasi non-steroid. Obat ini berfungsi meredakan rasa sakit tingkat ringan
hingga menengah, serta mengurangi inflamasi atau peradangan. Infus ringer laktat
diberikan untuk terapi cairan karena perdarahan dan transfuse PRC hingga
tercapai target hb 10gr/dl.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Fraser IS, Critchley HO, Munro MG. Abnormal uterine bleeding: getting
our terminology straight. Curr Opin Obstet Gynecol 2007;19:5915.
2. Munro MG. Abnormal uterine bleeding. Cambridge: Cambridge University
Press; 2010.
3. National Collaborating Centre for Womens and Childrens Health; National
Institute for Health and Care Excellence. NICE guideline CG44: heavy
menstrual bleeding. London: Royal College of Obstetricians and
Gynaecologists, 2007. Available at: http://www.nice.org.uk/CG44. Accessed
on March 28, 2011.
4. Sherwood, L. Kontrol Endokrin Metabolisme Bahan Bakar. In : Fisiologi
Manusia : Dari Sel ke Sistem. Edisi 7. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 2010.
5. Snell, RS. Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 2006.
6. Sobotta. Atlas Anatomi Manusia. Edisi 21. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2010.
7. Munro, malcom; Hilary O.D. Critchley, Michael S Broder, Ian S Fraser.
2011. FIGO Classification System (PALM-COEIN) for Causes of Abnormal
Uterine Bleeding in Nongravid Women of Reproductive Age.
http://www.pharllc.com/wp-content/uploads/2013/03/Munro-Int-J-ObstetGynecol-2011.pdf
8. Wiknjoksastro, Hanifa, dkk. Ilmu Kandungan Edisi 3, Cetakan Pertama.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2011.
9. Baziad, A., Hestiantoro, A., Wiweko, B. Panduan Tata Laksana Perdarahan
Uterus Abnormal. Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas
Indonesia, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2011; 3-19