A. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan (decision making) adalah memilih salah satu
diantara berbagai alternative tindakan yang ada. Pemilihan ini biasanya
menggunakan dasar ukuran tertentu, apakah probabilitas atau penghematan
cost.
Para manajer berusaha menyusun situasi pengambilan keputusan
dalam bentuk kuantitatif sebanyak mungkin, sehingga pilihan diantara
berbagai alternative dapat dibuat dengan dasar yang sistematik. Jadi dengan
informasi kuantitatif, para para pengambil keputusan dapat mengikuti proses
yang
logis
di
dalam
memilih
berbagai
alternative,
dapat
mempertanggungjawabkan setiap langkah yang diambil, dan dapat
mengevaluasi hasil hasil yang dicapai.
Proses pengambilan keputusan meliputi 4 tahap, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
dari proses produksi disebut split-off point. Cost produksi untuk produk
produk ini sebelum titik pemisahan adalah joint cost atau common cost.
G. Memilih Produk
Apabila perusahaan menghadapi masalah pemilihan produk yang
harus diproduksi (dijual), maka keputusan yang bijaksana adalah memilih
produk yang memberi margin kontribusi total yang tinggi.
Dalam keadaan tidak ada batasan dalam sumberdaya ekonomik,
margin kontribusi total tertinggi tercapai bila perusahaan membuat produk
yang margin kontribusi per unitnya tertinggi. Dalam banyak hal, perusahaan
menghadapi berbagai batasan sumberdaya ekonomik. Misalnya, perusahaan
manufaktur mempunyai kapasitas produksi berupa jam tenaga kerja
lamgsung atau jam mesin dalam jumlah yang terbatas. Dalam department
store, batasan utamanya adalah jumlah lantai yang tersedia untuk
memajang barang dagangan.
H. Kombinasi Produk
1. Pendekatan Linear Programming
2. Pendekatan Margin kontribusi Per Kendala
Laba Bersih
b.
Rp.
-
600.000,
Pesanan khusus tersebut diterima dan menghasilkan laba bersih sebesar Rp.
25.000,-. Selain itu, pesanan khusus yang diterima juga tidak melampaui
kapasitas maksimal pabrik yang bisa memproduksi produk sebanyak 5.500
unit / bulan.
Produksi awal
5.000 unit
Produksi pesanan
500 unit
jumlah
5.500 unit
Jadi, walaupun perusahaa menerima pesanan khusus, jumlah kapasitas
produksi tidak akan terlampaui.
c.
d.
Kasus 2:
a. Analisis pemberhentian divisi ABC
Pendapat manager korporat belum tentu benar apabila divisi ABC
diberhentikan hanya untuk menghindari kerugian dari divisi ABC sebesar Rp.
200.000,-. Meskipun divisi ABC tidak memberikan margin kontribusi yang
cukup untuk menutupi seluruh biaya tetap divisinya sendiri, namun sudah
memberi sumbangan pada laba perusahaan. Sumbangannya adalah Rp.
250.000,- yang terlihat sebagai margin kontribusi. Apabila divisi ABC ditutup,
maka perusahaan akan kehilangan mmargin kontribusi sebesar Rp. 250.000,tersebut. Namun harus dibuat perhitungan lanjutan mengenai laba bersih
Penjualan
Biaya overhead
Divisi
ABC
Divisi
KLM
Divisi
XYZ
1.000.0
00
750.0
00
250.0
00
4.000.0
00
3.000.0
00
1.000.0
00
5.000.0
00
2.500.0
00
2.500.0
00
200.0
00
250.0
00
400.0
00
150.0
00
400.0
00
600.0
00
625.0
00
875.0
00
Margin
kontribusi
Biaya tetap :
Overhead pabrik
150.0
Adm
& 00
pemasaran
175.0
Alokasi
kantor 00
pusat
125.0
00
Laba bersih
(200.00
0)
Hanya
Divisi
Total
KLM &
XYZ
10.000.00 9.000.000
0
6.250.000 5.500.000
Selisih
1.000.000
750.000
3.750.000 3.500.000
250.000
750.000
600.000
1.025.000
850.000
1.150.000 1.150.000
150.000
175.000
-
825.000
900.000
(75.000)
Jika divisi ABC diberhentikan maka laba yang akan diperoleh sebesar
Rp. 900.000,-. Laba bersih perusahaan meningkat sebanyak Rp. 75.000,yaitu dari Rp. 825.000,- menjadi Rp. 900.000,- jika divisi ABC deberhentikan.
Peningkatan laba ini terjadi karena divisi KLM & XYZ mempunyai margin
kontribusi sebesar Rp. 3.500.000,-. Margin kontribusi ini mampu menutupi
biaya terhindarkan kedua divisi tersebut yaitu sebesar Rp. 1.450.000
(overhead pabrik dan administrasi & pemasaran) ditambah lagi dengan
biaya tak terhindarkan Rp. 1.150.000,-. Sehingga hasilnya menunjukkan laba
bersih meningkat sebesar Rp. 75.000,- dari Rp. 825.000,- menjadi Rp.
900.000,c.
Penjualan
Biaya overhead
Divisi
ABC
Divisi
KLM
Divisi
XYZ
1.000.0
00
750.0
00
250.0
00
4.000.0
00
3.000.0
00
1.000.0
00
5.000.0
00
2.500.0
00
2.500.0
00
Hanya
Total
Divisi ABC
Selisih
& KLM
10.000.00 5.000.000
5.000.000
0
6.250.000 3.750.000
2.500.000
Margin
3.750.000 1.250.000
2.500.000
kontribusi
Biaya tetap :
Overhead pabrik
150.0
200.0
400.0
750.000
350.000
400.000
Adm
& 00
00
00
1.025.000
425.000
600.000
pemasaran
175.0
250.0
600.0 1.150.000 1.150.000
Alokasi
kantor 00
00
00
pusat
125.0
400.0
625.0
00
00
00
Laba bersih
(200.00
150.0
875.0
825.000
(675.000)
(1.500.00
0)
00
00
0)
Dengan diberhentikannya divisi XYZ, laba perusahaan menjadi berkurang
sebesar ( Rp. 1.500.000). jika perusahaan hanya menjalakan divisi ABC dan
divisi KLM, maka perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp. 675.000,-.
Kasus 3:
a. Perhitungan pembelia suku cadang
Membuat sendiri suku Membeli
suku
cadang A
cadang A
Variabel Tetap
Rp. 20.000.000,Rp 2.100 x 10.000
Total
Rp. 20.000.000,Rp. 21.000.000
Dalam memperhitungkan atas keputusan ini, biaya tetap tidak ikut
dipertimbangkan. Maka keputusannya adalah tetap memproduksi sendiri
suku cadang A. Ini dilakukan karena membeli dari dari luar suku cadang A
akan menimbulkan pemborosan Rp. 1.000.000,-
b.