Anda di halaman 1dari 95

Ocean Thermal Energy Conversion

Energi Panas Laut

December 18,

bumi, menerima energi panas yang berasal


dari penyinaran matahari. Lautan befungsi
sebagai suatu penampungan yang cukup
besar dari energi surya yang mencapai bumi.
Kira-kira seperempat dari daya surya sebesar
1,7 x 1017 watt yang mencapai atmosfer
diserap oleh lautan. Selain itu, air laut juga
menerima energi panas yang berasal dari
panas bumi, yaitu magma yang berasal dari
bawah laut. Pemanasan dari permukaan air di
daerah tropikal mengakibatkan permukaaan
air laut memiliki suhu kira-kira 27 - 30oC.
Bilamana air permukaan yang hangat ini
dipakai dalam kombinasi dengan air yang
lebih dingin (5 - 7oC) pada kedalaman 500 600 meter, maka suatu sumber energi panas

OTEC African Deployment


12/18/2009
3

akan dapat dibangkitkan dalam pusat-pusat listrik


tenaga panas laut (PLT-PL) dengan menggunakan
siklus Rankine rangkaian tertutup maupun terbuka.
Selisih suhu sebesar 20oC akan tersedia selama 24
jam sehari dan sepanjang tahun. Hal ini jauh lebih
menguntungkan dibanding dengan pemanfaatan sinar
matahari di daratan, yang tersedia hanya siang hari,
itupun bilamana udara tidak mendung atau cuaca
tidak hujan. Bilamana selisih 20oC itu dimanfaatkan
dengan suatu efisiensi efektif sebesar misalnya 1,2%,
maka suatu arus air sebesar 5 meter kubik per detik
akan dapat menghasilkan daya elektrik bersih dengan
daya sebesar kira-kira 1 MW. Dapat dibayangkan
bahwa ukuran-ukuran yang besar sekali diperlukan
untuk dapat membantu suatu PLT-PL yang besar.
Sebab sejumlah arus air yang meliputi 500 meter
kubik per detik yang akan diperlukan untuk dapat
membuat suatu PLT-PL yang besar, misalnya 100 MW.
Dengan demikian maka taraf efisiensi yang perlu

OTEC African Deployment


12/18/2009
5

PRINSIP KERJA
Pada teknologi konversi energi panas
laut atau KEPL (Ocean Thermal Energy
Conversion, OTEC), siklus Rankine
digunakan untuk menarik arus-arus
energi termal yang memiliki sekurangkurangnya selisih suhu sebesar 20oC.
Pada saat ini terdapat dua siklus daya
alternatif yang dikembangkan, yaitu
siklus Claude terbuka dan siklus tertutup.

Siklus terbuka dengan mendidihkan air laut yang


beroperasi pada tekanan rendah, menghasilkan uap air
panas yang melewati turbin penggerak/generator.
Siklus tertutup menggunakan panas permukaan
laut untuk menguapkan fluida pengerak dengan
Amonia atau Freon. Uap panas menggerakan turbin,
kemudian turbin berkerja menghidupkan generator
untuk menghasilkan listrik. Prosesnya, air laut yang
hangat dipompa melewati tempat pengubah
dimana fluida pemanas tekanan rendah diuapkan
hingga menjalankan turbo-generator. Air dingin dari
dalam laut dipompa melewati pengubah kedua
mengubah uap menjadi cair kemudian dialiri kembali
dalam sistem.

Dalam siklus Claude terbuka, air laut digunakan


sebagai medium kerja maupun sebagai sumber
energi. Air hangat yang berasal dari permukaan laut
diuapkan dalam suatu alat penguap (flash
evaporator) dan menghasilkan uap air dengan
tekanan yang sangat rendah, lk 0,02 hingga 0,03 bar
dan suhu kira-kira 20oC. Uap itu memutar sebuah
turbin uap yang merupakan penggerak mula bagi
generator yang menghasilkan energi listrik (Gambar
1).
Karena tekanan uap itu rendah sekali maka ukuranukuran turbin menjadi sangat besar. Setelah melewati
turbin, uap yang sudah dimanfaatkan dialirkan ke
sebuah kondensor yang menghasilkan air tawar.

OTEC African Deployment


12/18/2009
9

Kondensor didinginkan oleh air laut yang


berasal dari lapisan bawah permukaan
laut. Dengan demikian, metode dengan
siklus Claude ini menghasilkan energi
listrik maupun air tawar. Masalah
dengan metode ini adalah bahwa
ukuran-ukuran turbin menjadi sangat
besar oleh karena tekanan uap yang
begitu rendah. Sebagai contoh, sebuah
modul sebesar 10 MW yang terdiri atas
penguap, turbin dan kondensor, akan
memerlukan ukuran garis tengah dan
panjang 100 meter.

Dalam kaitan ini maka metode kedua, yaitu dengan siklus


tertutup, merupakan pilihan yang pada saat ini lebih disukai
dan digunakan banyak proyek percobaan. Seperti yang
terlihat pada gambar 2, air permukaan yang hangat dipompa
ke sebuah penukar panas atau evaporator, dimana
energi panas dilepaskan kepada suatu medium kerja,
misalnya amonia. Amonia cair itu akan berubah menjadi gas
dengan tekanan kira-kira 8,7 bar dan suhu lk 21oC.
Turbin berputar menggerakkkan generator listrik yang
menghasilkan energi listrik. Gas amonia akan meninggalkan
turbin pada tekanan kira-kira 5,1 bar dan suku lk 11oC dan
kemudian di bawa ke kondensor. Pendinginan pada
kondensor mengakibatkan gas amonia itu kembali menjadi
bentuk benda cair. Perbedaan suhu dalam rangkaian
perputaran amonia adalah 10oC sehingga rendemen Carnot
akan menjadi :

Rendemen ini merupakan efisiensi termodinamika


yang baik sekali, namun di dalam praktek rendemen
yang sebenarnya akan terjadi lebih rendah, yaitu
sekitar 2-2,5 %. Pada rancangan-rancangan terkini
suatu arus air sebesar 3-5 m3/s baik pada sisi air
hangat maupun pada sisi air dingin, diperlukan untuk
menghasilkan daya sebesar 1 MW pada generator.
Selain amonia (NH3), juga Fron-R-22 (CHClF2) dan
Propan (C3H6) memiliki titik didih yang sangat rendah,
yaitu antara -30oC sampai -50oC pada tekanan
atmosfer dan + 30oC pada tekanan antara 10 dan 12,5
Kg/cm2. Gas-gas inilah yang prosfektif untuk
dimanfaatkan sebagai medium kerja pada konversi
energi panas laut.

PERKEMBANGAN DAN PROSPEK


Ahli fisika Perancis Jaques Arsonval pada tahun 1881 sudah
mengemukakan konsep konversi energi panas laut, atau KEPL (ocean
thermal energy conversion, OTEC) sebagai salah satu penggunaan dari
siklus Rankine. Salah seorang muridnya, yaitu Georges Claude, pada
tahun 1930 telah membuat pusat listrik tenaga KEPL di Teluk Matanzas
dekat Kuba. Pusat tenaga listrik ini dengan daya 22 KW hanya dapat
bekerja selama dua minggu karena dihancurkan oleh sebuah angin
topan sehingga pipa untuk masukan airnya rusak total. Proyek itu
kemudian dihentikan. Pada tahun 1950an, perusahaan Perancis yakni
Societe dEnergie des Mers melanjutkan usaha itu dengan
merancang sebuah pusat tenaga listrik di pantai dekat Abidjan, ibukota
Pantai Gading (Ivory Coast). Pusat ini tidak jadi dibangun karena harga
tenaga listrik yang saat itu rendah sekali dan nampaknya energi
nuklirlah yang merupakan jawaban bagi masalah energi murah

OTEC African Deployment


12/18/2009
17

Kemudian yang memberikan suatu dorongan kuat


kepada perkembangan KEPL adalah kemelut energi
yang terjadi pada tahun 1973, sewaktu terdapat embargo
minyak yang terjadi di Timur Tengah. Dalam sebuah tulisan
majalah ilmiah Physics Today (tahun 1973), ahli fisika
Clarence Zenner menyoroti lagi prinsip KEPL dan sangat
menganjurkan agar pengembangan KEPL dilanjutkan. Sejak
itu banyak perusahaan besar mulai melanjutkan proyekproyek KEPL. Di Amerika Serikat misalnya, perusahaan
Lockheed, Westinghouse dan General Electric dengan giat
melakukan pengembangan prinsip KEPL. Ada pula
perusahaan-perusahaan yang mengembangkan bagian
spesifik seperti penukar panas. Antara lain Union Carbide,
Foster Wheeler, Rockwell dan Alva-Laval. Juga lembagalembaga penelitian seperti Batelle dan MITRE memberikan
dukungan besar pada pengembangan KEPL.

OTEC African Deployment


12/18/2009
19

Pusat energi listrik KEPL terapung pertama di dunia dengan daya


sebesar 50 KW beroperasi di lepas pantai kepulauan Hawaii pada
tahun-tahun 1980an. Proyek
ini merupakan inisiatif perusahaan Lockheed bekerjasama dengan
negara bagian Hawaii. Dari Eropa dapat disebut perusahaanperusahaan Alva-Laval (Swedia), Compagnie Francaise des
Petroles-Groupe Total (Perancis, Johnson Group (Swedia), Kockums
(Swedia), Micoperi (Italia), Pechiney Ugine Kuhlmann (Perancis) dan
Tecnomare (Italia). Studi-studi di Eropa itu sejalan dengan perkiraan
yang terdapat di Amerika Serikat bahwa pada jangka menengah atau
jangka panjang prinsip KEPL memiliki prospek yang cukup baik.
Karenanya direncanakan untuk membuat suatu proyek percobaan di
Eropa untuk membangun sebuah pusat tenaga listrik KEPL dengan
daya hingga 10 MW. Hal itu juga didukung oleh pemerintah Perancis
melalui Centre National pour lExploitation des Oceans (CNEXO).

OTEC African Deployment


12/18/2009
21

Terdapat masalah yang dihadapi pada


pengembangan prinsip KEPL disebabkan
rendemen perpindahan panas yang sangat
rendah, karena memerlukan jumlah air baik
yang hangat maupun yang dingin yang perlu
dipindahkan. Untuk sebuah PLTKEPL dengan
daya misalnya 100 MW, diperlukan kira-kira
450 m3/s, baik air hangat maupun air dingin
yang harus dialirkan malalui pemindah
panas. Jumlah-jumlah air yang besar itu
mengakibatkan bahwa berbagai komponen
memiliki ukuran-ukuran yang sangat besar
pula.

OTEC African Deployment


12/18/2009
23

Pemindah panas merupakan komponen yang sangat


penting dan juga sangat mahal bagi sebuah PLT-PL,
meskipun dengan sistem tertutup. Biayanya merupakan
kira-kira 1/3 dari biaya keseluruhan pembangkit. Untuk
pembangkit dengan daya 100 MW diperlukan untuk suatu
luas penukaran panas antara 500.000 dan 1.500.000 m2
material yang digunakan untuk pemindah panas harus
terdiri atas bahan penukar panas yang baik. Pada saat ini
nampaknya bahwa aluminium, titan dan baja tahan karat
merupakan material yang terbaik. Terjadinya pertumbuhan
bebagai organisme pada permukaan pemindah panas
merupakan gangguan yang serius terhadap berfungsinya
dengan baik sebuah PLT-PL, yang akan dengan pesat
menurunkan daya dan kemampuannya. Kecepatan
pertumbuhan organisme itu tergantung dari material
pemindah panas dan juga suhu air hangat.

Pipa air dingin merupakan komponen


paling menonjol karena ukurannya yang
gigantik. Bagi sebuat PLT-PL dengan
daya 100 MW, pipa itu akan memiliki
garis tengah kira-kira 500 - 600 meter
atau lebih. Gaya-gaya hidrolik maupun
mekanikal yang terjadi pada pipa air
dingin itu sangat besar, terutama
pada pipa dengan struktur yang kaku.
Juga pengaruh arus dan ombak air laut
merupakan masalah yang perlu
diperhitungkan. Karenanya juga dicari
konsep-konsep dengan pipa yang agak
fleksibel.

OTEC African Deployment


12/18/2009
26

Pembuatan anjungan (platform) untuk


memuat bangunan PLT-PL terapung
dapat mempunyai beberapa
konfigurasi. Untuk sebuah pusat
tenaga listrik dengan daya 100 MW
menurut pandangan terkini akan
memerlukan suatu konstruksi yang
memiliki daya apung sebesar 200.000
sampai 300.000 ton, setara dengan
sebuah kapal tangki minyak yang
besar. Pertimbangan-pertimbangan
yang perlu diperhatikan adalah :

OTEC African Deployment


12/18/2009
28

1.Stabilitas dan gerakan-gerakan


dari laut.
2.Instalasi dan kemungkinankemungkinan penyambungan dari
pipa air dingin
3.Berbagai kemungkinan
konstruksi
4.Biaya yang diperlukan.

OTEC African Deployment


12/18/2009
30

Agar anjungan terapung itu tetap berada pada tempatnya dan tidak
berpindahpindah mengikuti arus air laut ataupun angin, juga
merupakan masalah serius, lebihlebih kerena ukurannya yang serba
besar. Salah satu pilihan adalah bahwa anjungan itu memiliki mesin
penggerak sendiri sehingga dapat mengatur sendiri posisinya. Energi
listrik yang dibangkitkan dengan sendirinya dialirkan ke daratan
melalui sebuah kabel laut. Perlu ada pengaturan bahwa kabel laut itu
tidak mengalami tarikan mekanikal bilamana anjungannya bergerak.
Sebuah PLT-PL terapung kecil yang dinamakan proyek Mini-OTEC
beroperasi di lepas pantai kepulauan Keahole Point, Hawaii,
Amerika Serikat. Proyek itu merupakan inisiatif dari perusahaan
Lockheed Missiles and Space Company serta Negara Bagian Hawaii.
Tujuan proyek ini adalah memperlihatkan bahwa sebuah PLT-PL
percobaan dengan daya 50 KW dan sistem siklus tertutup merupakan
suatu sumber energi yang tidak mengganggu lingkungan. Mini-OTEC ini
menggunakan pemindah panas berbahan titanium dan dibuat oleh
perusahaan Alfa Laval dari Swedia. Pipa air dingin terbuat dari
polietileen dan memiliki garis, tengah 0,71 meter dan panjang 900
meter. Bagian atas pipa dikaitkan pada sebuah ponton terapung.
Pipa air dingin juga berfungsi sebagai jangkar untuk menahan ponton
pada tempatnya.

Beroperasinya dengan baik sebuah PLT-PL


percobaan dengan daya 100 KW di Pulau
Nauru, kepulauan Pasifik, dibangun oleh
TEPSCO (Tokyo Electric Power Services
Company). Perusahaan tersebut
merencanakan akan membangun sebuhah
PLT-PL lagi yang tidak terapung, melainkan di
tepi pantai, dengan daya yang lebih besar
yaitu 10 MW. Pembangkit itu
direncanakan juga untuk dibangun di
Kepulauan Pasifik.

Selanjutnya dapat pula dikemukanan bahwa


perusahaan Global Marine mendapat tugas dari
Departemen Energi Amerika Serikat untuk mengubah
tangker Chipachet menjadi suatu anjungan terapung
percobaan bagi sebuah PLT-PL dengan daya 1 MW.
Proyek ini dinamakan OTEC-1, dan antara lain akan
menguji beberapa konsep pemindah panas pada
kondisi lapangan dan terletak juga di lepas Pantai
Hawaii. Pipa air dingin pada proyek ini terdiri atas
gabungan tiga pipa polietileen (garis tengah masingmasing 1,2 meter) dan panjang 640 meter. Tiap pipa
dilalui sebuah kabel baja yang pada ujung bawahnya
dilengkapi dengan suatu beban yang berat agar pipa
itu senantiasa berada dalam posisi yang vertikal.
Kedalaman laut adalah kira-kira 1220 meter.

Suatu rencana untuk membuat


proyek PLT-PL Eropa dengan daya
10 MW (OTEC-10) menggunakan
anjungan yang terbuat dari beton.
Juga diguankan sistem siklus
tertutup dengan amonia sebagai
medium kerja. Pipa air dingin
memiliki garis tengah 7 meter dan
panjangnya 800 meter.

Konsep ini dikembangkan oleh Hollandse


Betton Group (HBG) dari Belanda.Beberapa
proyek percobaan lain dengan daya 10 MW juga
dilakukan di Jepang dan Amerika Serikat. Dapat
dikemukakan bahwa semua proyek percobaan
menyimpulkan bahwa secara teknis diperoleh
hasil-hasil yang cukup memuaskan namun secara
ekonomi belum karena harganya masih terlampau
tinggi untuk dapat dioperasikan secara komersial.
Peningkatan efisiensi terutama dari penukar panas
masih perlu dicapai untuk menurunkan ukuranukuran pembangkit dan dengan demikian juga
menurunkan biayanya.

PROSPEK DI INDONESIA
Minyak merupakan sumber energi utama di Indonesia. Pemakaiannya terus
meningkat baik untuk komoditas ekspor yang menghasilkan devisa maupun
untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. Sementara cadangannya
terbatas sehingga pengelolaannya harus dilakukan seefisien mungkin.
Karena itu, ketergantungan akan minyak bumi untuk jangka panjang tidak dapat
dipertahankan lagi sehingga perlu ditingkatkan pemanfaatan energi baru dan
terbarukan. Energi baru dan terbarukan adalah energi yang pada umumnya
sumber daya nonfosil yang dapat diperbarui atau bisa dikelola dengan baik,
maka sumber dayanya tidak akan habis. Laut selain menjadi sumber pangan
juga mengandung beraneka sumber daya energi. Kini para ahli menaruh
perhatian terhadap laut sebagai upaya mencari jawaban terhadap tantangan
kekurangan energi di waktu mendatang dan upaya menganekakan penggunaan
sumber daya energi. Kesenjangan antara kebutuhan dan persediaan energi
merupakan masalah yang perlu segera dicari pemecahannya.

OTEC African Deployment


12/18/2009
40

Apalagi mengingat perkiraan dan perhi- tungan


para ahli pada tahun 2010-an produksi minyak akan
menurun tajam dan bisa menja- di titik awal
kesenjangan energi. Untuk lautan di wilayah
Indonesia, potensi termal 2,5 x 1023 joule dengan
efisiensi konversi energi panas laut sebesar tiga
persen dapat menghasilkan daya sekitar 240.000 MW.
Potensi energi panas laut yang baik terletak pada
daerah antara 6- 9 lintang selatan dan 104-109
bujur timur. Di daerah tersebut pada jarak kurang dari
20 km dari pantai didapatkan suhu rata-rata
permukaan laut di atas 28C dan didapatkan
perbedaan suhu permukaan dan kedalaman laut
(1.000 m) sebesar 22,8C. Sedangkan perbedaan
suhu rata-rata tahunan permukaan dan kedalaman
lautan (650 m) lebih tinggi dari 20C. Dengan potensi
sumber energi yang melimpah, konversi energi panas
laut dapat dijadikan alternatif pemenuhan kebutuhan

Sebagaimana kita ketahui, luas laut Indonesia


mencapai 5,8 juta km2, mendekati 70% luas
keseluruhan wilayah Indonesia. Dengan luas wilayah
mayoritas berupa lautan, wilayah Indonesia memiliki
energi yang punya prospek bagus yakni energi arus
laut. Hal ini dikarenakan Indonesia mempunyai
banyak pulau dan selat sehingga arus laut akibat
interaksi Bumi-Bulan-Matahari mengalami percepatan
saat melewati selat-selat tersebut. Selain itu,
Indonesia adalah tempat pertemuan arus laut yang
diakibatkan oleh konstanta pasang surut M2 yang
dominan di Samudra Hindia dengan periode sekitar
12 jam dan konstanta pasang surut K1 yang dominan
di Samudra Pasifik dengan periode lebih kurang 24
jam. M2 adalah konstanta pasang surut akibat gerak
Bulan mengelilingi Bumi, sedangkan K1 adalah
konstanta pasang surut yang diakibatkan oleh
kecondongan orbit Bulan saat mengelilingi Bumi.

OTEC African Deployment


12/18/2009
44

Di Indonesia, potensi energi samudra


sangat besar karena Indonesia adalah
negara kepulauan yang terdiri dari 17.000
pulau dan garis pantai sepanjang 81.000 km
dan terdiri dari laut dalam dan laut dangkal.
Biaya investasi belum bisa diketahui di
Indonesia tetapi berdasarkan uji coba di
beberapa negara industri maju adalah
berkisar 9 sen/kWh hingga 15 sen/kWh.

Berdasarkan letak penempatan pompa kalor,


konversi energi panas laut dapat
diklasifikasikan menjadi tiga tipe, konversi
energi panas laut landasan darat, konversi
energi panas laut terapung landasan
permanen, dan konversi energi panas laut
terapung kapal. Konversi energi panas laut
landasan darat alat utamanya terletak di
darat, hanya sebagian kecil peralatan yang
menjorok ke laut.

Kelebihan sistem ini adalah dayanya lebih


stabil dan pemeliharaannya lebih mudah.
Kekurangan sistem jenis ini membutuhkan
keadaan pantai yang curam, agar tidak
memerlukan pipa air dingin yang
panjang.Untuk konversi energi panas laut
terapung landasan permanen, diperlukan
sistem penambat dan sistem transmisi bawah
laut, sehingga permasalahan utamanya pada
sistem penambat dan teknologi transmisi
bawah laut yang mahal. Jenis ini masih dalam
taraf penelitian dan pengembangan.
Perkembangan teknologi konversi energi
panas laut di Indonesia baru mencapai
status penelitian, dengan jenis konversi energi
panas laut landasan darat dan dengan
kapasitas 100 kW, lokasi di Bali Utara.

OTEC African Deployment


12/18/2009
49

Secara umum kendala pada teknologi


konversi energi panas laut adalah efisiensi
pemompaan yang masih rendah, korosi pipa,
bahan pipa air dingin, dan biofouling, yang
semuanya menyangkut investasi. Selain itu
kajian sumber daya kelautan masih terbatas
terhadap langkah pengembangan konversi
energi panas laut.

Keuntungan bagi sisi pemerintah :


Pemanfaatan energi baru, seperti tenaga panas
laut, akan mengurangi ketergantungan akan BBM
atau Batu bara yang cadangannya diperkirakan akan
habis dalam beberapa tahun mendatang.
Penelitian ini akan melibatkan instansi-instansi
yang terkait/departemen sehingga diharapkan
akan memberikan sumbangsihnya dalam bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Penggunaan teknologi ini akan mengurangi dampak
pencemaran lingkungan akibat emisi gas buang dari
produk BBM atau Batu bara.
Setiap proyek yang akan dibangun nantinya
akan mengurangi jumlah pengangguran, karena
tentunya akan menyerap banyak tenaga kerja.

Keuntungan bagi penyedia listrik (PT PLN) :


Merupakan solusi alternatif untuk masa
yang akan datang, sekiranya produksi BBM
atau batu bara telah berhenti.
Mengurangi ketergantungan akan BBM
atau batu bara sebagai bahan baku dalam
memproduksi listrik.
Jika dimanfaatkan secara optimum, maka
dengan efisiensi sekitar tiga persen maka
Indonesia dapat menghasilkan 240.000 MW
dari total potensi panas laut yang ada.
Hasil sampingan berupa air tawar tentu
dapat dimanfaatkan untuk produksi air
minum bersih untuk didayakan oleh PLN.

Keuntungan bagi konsumen :


Konsumen akan merasa lega
akan kontinuitas penyediaan
energi listrik untuk beberapa
waktu mendatang.

Kendala :
Untuk mengubah suatu sistem ketenaga listrikan dari
BBM dan Batubara menjadi panas laut dibutuhkan
biaya investasi yang sangat besar.
Efisiensi pembangkit tenaga panas laut (PLT-PL) yang
masih di dwah 5 % tentu bukan merupakan kabar yang
baik bagi semua pihak.
Belum ada investor yang besedia menanamkan
investasinya untuk proyek pembuatan pembangkit
tenaga panas laut (PLT-PL).
Adanya gangguan alam di daerah laut atau
pantai akan merugikan sistem kelistrikan dengan
teknologi panas laut.
Biaya produksi akan tinggi sehingga mau tidak mau
jika pemerintah mekakukan subsidi, maka budget
APBN akan tersedot untuk biaya subsidi.

Problem Statement, Mission


Problem Statement:
A clean, renewable energy source that provides
baseload power without impacting the environment,
regardless of seasonal weather conditions, does not
exist for supplying power to African nations.
Mission:
To develop a feasible architecture and business
strategy for an Ocean Thermal Energy Conversion
system deployed off the African coast.

OTEC African Deployment


55
12/18/2009

Project Team Role


Sponsor : Lockheed Martin
Team Role: Research Contractor
Sponsor Focus Areas Tasks:
Feasibility study for possible OTEC site off African
continent
Investigation of planning activities required for
OTEC deployment
Development of location specific requirements for
area
Business/Financial plan for profitability in 30 years
OTEC African Deployment
56
12/18/2009

OTEC Description
Oceanic Thermal Energy

Conversion
OTEC utilizes the oceans 20C
natural thermal gradient between
the warm surface water and the
cold deep sea water to drive a
Rankine Cycle
OTEC utilizes the worlds largest
solar radiation collector - the
ocean. The ocean contains enough
energy power all of the worlds
electrical needs.

OTEC African Deployment


57
12/18/2009

OTEC Process
5. Heat extraction
from cold-water sink to
condense the working
fluid in the condenser.
Cycle begins
again
Return to step
2

4. Expanding vapor drive


the turbine, and electricity
is created by a generator

2. Fluid pump pressurizes and


pushes working fluid to evaporator

1. Power input to pumps


to start process

58

OTEC African Deployment

3. Heat addition from the hotwater source used to


evaporate the working fluid
within the heat exchanger
(Evaporator)

OTEC Project Development Process

OTEC African Deployment


59
12/18/2009

Work Products
House of
Quality
Cost Model

System
Description
Document

Risk
Manageme
nt Strategy

Project
Schedule
OTEC African Deployment
60
12/18/2009

Business /
Marketing
Approach

Technology
S-Curves

CPN
Simulation
Model

System
Functionality
Sequence
Model

System
Architectur
e Views
(SV-)

Stakeholder Needs
Analysis

Special
Local
Interest
Prioritized Stakeholder Needs
Community
Groups
Environmental
1. Competitive Energy Cost
5 Citizens
African
2. Minimal Time to Market

Local
3
Sustainable
3. Replaces Non-renewable
Govt
OTEC Energy
sources
Syste
Design
4. Adaptable to Future Markets
Competitor
m
Team
5. Scalable Capacity
s
Related Engineering
1 Lockheed Martin
Oil Industry
Characteristics
1. High Efficiency Components GMU SEOR Faculty
HydroPower
2. Utilize Commercial Components
Partners /
Subcontractors Interfaces
3. Subsystems powered by
system power output
Ocean Environment
4. Modular design for power
4 Electric Company
producing systems
2 Financing Group

Engineering Characteristics Evaluated using House of


Quality
OTEC African Deployment
61
12/18/2009

Regulations & Standards


Platform Safety:
Maritime Safety (DOT, USCG 46 CFR)
Luminaries (UL 1598A)
Electrical Installations on Shipboard (IEEE P45.1, P45.5)
Designing & Construction of Floating Platforms (API RP 2FB)
Underwater Cabling:
Design & Construction (IEC 60092-350; NAVY OPNAV 11310.3B)
Sheathing (IEC 60092-351, -359)
Installation & Test

(IEC 60092-350, -352; IEEE 45 INT 1-2)

Workforce Safety:
Job Hazard Analysis (OSHA 3071)
Workplace First Aid (OSHA 3317)
Hazardous Waste Operations (OSHA 3172)
Occupational Health & Safety (OSHA 29-CFR 1910.1)
Habitation on Offshore Installation (ABS Pub. 105)
OTEC African Deployment
62
12/18/2009

Other Considerations
Supplier Qualification
Several key components to be sourced (Water Pump, Turbine,
Generator, Heat Exchangers & Power Cabling)
Institution of Preferred Supplier Qualification System
Process/Product control plan to ensure quality components &
participation in the auditing of their processes
Suppliers will be empowered - push high standards of quality to 2 nd
tier suppliers since their company reputation is at stake
Standards Based Procurement - ensure that even the 2 nd tier
vendors push for quality - end products delivered to the OTEC
system have higher reliability

Integrated Logistics Support


Maintainability support for equipment
Support team to handle any questions/issues during program
execution, with trained staff to deal with all situational needs
OTEC African Deployment
63
12/18/2009

Trade Study Research

OTEC African Deployment


64
12/18/2009

Sponsor Requirements
Location shall be located off the African coast
Humanitarian efforts strengthen US ties with African
nations
Sponsor has not conducted in-depth research in this
area
Africa is becoming a hot topic in Renewable Resources
Locations shall provide:
At least 20 C temperature difference between surface

water and 1000 m deep water


Economic Stability
Political stability (reduces program risk)
Established power infrastructure to I/F with OTEC
Little or no coastal pirating crime
OTEC African Deployment
12/18/2009

65

Africa Continent
of landmass uninhabited
Highest birthrate of any
Overview continent with population

Over 500M people, yet 75%

expected to reach 2B by
2050
Fastest growing region on
earth facing most serious
problems
of food and
water
High potential for
commercial OTEC plant off
Political instability & poor western coast
infrastructure plague the
continent
OTEC African Deployment
66
12/18/2009

Possible OTEC Locations

OTEC African Deployment


12/18/2009
67

Technical Case
Operational Concept
Scope and Context
Architecture Evaluation
Functional Decomposition
Architecture Development
DoDAF Diagrams
Executable Architecture

OTEC African Deployment


68
12/18/2009

Operational Concept

OTEC African Deployment


69
12/18/2009

OTEC System P-Diagram


(Noise Factors)
Temperature
Sea state
Weather
Corrosion
(Input Signals)
Water
Startup
Power

OTEC African Deployment


70

OTEC
System

(Output Functions)
Power
Water

Controls
Water Pump
Fluid Pump
OTEC CPU
Turbine
Generator
Heat Exchangers
Pipes
Working fluid

Architecture Evaluation

Closed Cycle OTEC is the Most Feasible and Mature


Approach
OTEC African Deployment
71
12/18/2009

Functional
Decomposition

OTEC African Deployment


72
12/18/2009

External Systems/Context
Diagrams
Context Diagram

OTEC African Deployment


73
12/18/2009

OTEC IDEF0

OTEC African Deployment


74
12/18/2009

Architecture Development
The Six Stage Process: Structured Analysis
L. Wagenhals, A. Levis, SYST 621
OV-1, OV-4, OV5
System Functional Mapping
SV-3, SV-4, SV5a

Business Strategy
SV-8, SV-9
Market Analysis

Architecture Behavior
OV-6C, SV-10
CPN Tools

OTEC African Deployment


75
12/18/2009

DoDAF Diagrams
Utilized CORE v5 to develop DoDAF

views
Developed applicable DoDAF diagrams
for an interoperable architecture

OTEC African Deployment


76
12/18/2009

OTEC System
Requirements

OTEC African Deployment


77
12/18/2009

Executable Architecture
Leads to significant new insights into the

design and operation of the OTEC system


The structure CPN model is directly related to
the functionality represented in the
architecture
Video
Simulation

OTEC African Deployment


78
12/18/2009

Executable Architecture
Results
The executable CPN model provided

additional input into the logical flow of the


system
System Control function benefited the most
from the model
How to can the system be adjusted to maintain

optimum performance
How can the system be stopped in the event of
an error

Led to additional requirements to perform

control functionality
OTEC African Deployment
12/18/2009
79

Market Analysis
Average OPEC Basket Price (USD)

World Energy Goals


Increase efficiency
Decrease dependence on
foreign oil
Clean, Carbon Free Fuels
Renewable sources

$100.00
$90.00
$80.00
$70.00
$60.00
$50.00
$40.00
$30.00
$20.00
$10.00
$-

Renewable Market Trends


Data Source: OPEC
Renewable energy market will
grow at 431% in the next 10 years
Oil predictions at 26% and natural gas at 46%.

Oil Industry Driving Change due to Rapidly Rising


Costs, Limited Resources and Political Instability in
Major Supplying Countries
OTEC African Deployment
80
12/18/2009

Investment Strategy

Alternative Investment Strategies

Deployment

Contract Type

Risk

Profit

Internal

IR&D

High

High

Third Party

License Agreement

Low

Low

Shared Responsibility

Power Purchase Agreement

Med

Med

Market Introduction
HI Pilot
OTEC Plant

Commercial
OTEC Plant

Establish
Investment
Partner

Sign PPA

First commercial plant in areas with high $/kWh


Investor may have funds up-front or financing agreement
Installation timing may impact subsystem technology choices
Utilize Patent process, proprietary markings, and legal teaming agreements
OTEC African Deployment
12/18/2009
81

Program Risks

16 Risks identified in Risk

Register

OTEC Program Risk Register

Each risk has a Risk Mitigation

Strategy, Status, Probability, &


Overall Risk Importance
calculated as the sum of
Schedule, Cost and
Performance Impact
Impact Scores are on a scale of
0 (No Impact) to 10
OTEC Program Risk
(Extremely High Impact)
R15

OTEC African Deployment


82
12/18/2009

Affordability Calculations
Assumptions
100 MW Capacity, 99% Uptime, 30 year Financing at 8%
Power Co. and Investor require 25% of income for internal costs

Sponsor sale price for system affordability:


Cash
Flow
Analysis

$307M

Expected Value ($M)

$4,000.00
$3,500.00

Discrete Chance Nodes


$3,000.00
$2,500.00
Sales Income Growth
$2,000.00
Cumulative Present Value
$1,500.00
O&M Cost Growth
$1,000.00
Fixed Expenses
$500.00
$$307M Investment
$(500.00)
Expected Value ($M)
Best Case ($M)

Worst Case ($M)

Net Present Value is $1.7B in 30 years


OTEC African Deployment
12/18/2009
83

Growth Potential
Electricity Capacity Expansion
Additional OTEC systems could be installed
Current system could be upgraded to include more
power modules
Clean Water System
Use the power created to create clean water
Install an Open-Cycle system to create both at

once

Alternative Technology Solutions


Geo-OTEC to power Oil Platforms
Renewable Fuels Ammonia as a Carbon Carrier
Agriculture Ammonia as a fertilizer
OTEC African Deployment
84
12/18/2009

Summary and Conclusions


Consider methods to reduce system cost, consider:
Sell directly to city to remove middle-man
Platform cost savings: less-robust design, shorter CWP
Recommend Africa installation after OTEC is proven at large

scale
Alternative technology approaches increase possible installation
area to include colder water regions
Way Forward Recommendations
Meet early and often with environmental policy teams regarding

licensing and permits to ensure compliance and a clear path ahead


Begin talks with Nigerian government to express interest in
developing OTEC near Lagos; Establish a partnership with power
distributor
Verify ocean temperatures & geography; Consider university
research
OTEC African Deployment
12/18/2009
85

Thank You
Lockheed Martin Corporation
Dr. Ted Johnson
Kiffin Bryan
GMU SEOR Faculty
Dr. Thomas Speller
Dr. Abbas K. Zaidi
Faculty Reviewers

OTEC African Deployment


86
12/18/2009

Stakeholder Value
Mapping

OTEC African Deployment


87
12/18/2009

Quality
Analysis

House of Quality

OTEC African Deployment


88
12/18/2009

Risk Register

OTEC African Deployment


12/18/2009
89

OTEC African Deployment

Project Plan
WBS Developed based on Project Guidance
Tasks organized and linked in MS Project

OTEC African Deployment


91
12/18/2009

Architecture Development

L. Wagenhals, A. Levis, SYST 621 Lecture 8


OTEC African Deployment
92
12/18/2009

Technology S-Curves
Key technology Focus Areas
Cold Water Pipe
Turbine Technology

Cold Water Pipe

OTEC African Deployment


12/18/2009
93

Turbine Technology

CPN Model

OTEC African Deployment


12/18/2009
94

CPN Simulation Video


http://mason.gmu.edu/~amccull1/files/OTEC_CPN_Simulation.wmv

OTEC African Deployment


12/18/2009
95

Anda mungkin juga menyukai