Anda di halaman 1dari 38

Bab

Pendahuluan

A.

Latar Belakang
Ide matriks pertama kali dikemukakan oleh Arthur Cayley (1821-1895)
seorang matematikawan Inggris. Matriks merupakan penemuan dalam
matematika yang memudahkan seseorang untuk mengolah data, yang
tentunya akan sangat bermanfaat dalam pekerjaan mereka (siswa) kelak.
Siswa akan memperoleh ketrampilan mencari data, mengolahnya secara
lebih terurut/hierarkis dengan mudah melalui operasi-operasi matriks
hingga diperoleh suatu penyelesaian, sehingga dengan mempelajari
matriks siswa dapat memperoleh kecakapan berfikir rasional, dan
ketrampilan yang menunjang kecakapan keahlian mereka.
Umumnya pada materi tentang matriks ini, siswa masih sering
melakukan kesalahan karena kurang memahami konsep-konsep dasar
matriks dan aljabar matriks serta kurangnya ketelitian dalam operasi
hitung matriks. Padahal matriks bisa dipahami dengan daya nalar dan
cukup realistis, meskipun dapat dikembangkan menjadi konsep yang
sangat abstrak. Contoh matriks yang abstrak adalah matriks polinomial
yaitu matriks dengan elemen-elemennya adalah suku banyak.
Untuk membangkitkan minat siswa, perlu dikembangkan suatu teknik
pembelajaran

tentang

matriks

yang

menarik,

agar

siswa

dapat

mempelajarinya dan memahaminya dengan mudah. Sebagai contoh,


siswa perlu mendapat penjelasan tentang manfaat mempelajari matriks,
1

juga perlu dikembangkan tema-tema pembelajaran matematika yang


kontekstual, aplikatif pada bidang keahliannya dan memberi kesempatan
pada siswa untuk mengembangkan daya nalar dan kreatifitasnya.

B. Tujuan
Modul ini disusun sebagai bahan ajar yang berisi konsep-konsep dasar
tentang matriks dan masih dapat dikembangkan sesuai keadaan di
lapangan. Diharapkan dapat semakin memantapkan penguasaan materi
sehingga guru dapat meningkatkan ketrampilan siswa menyelesaikan
masalah yang menyangkut matriks khususnya di bidang keahlian masingmasing.

C. Ruang Lingkup
Materi tentang matriks ini meliputi :
1. Pengertian matriks dan jenis-jenis matriks
2. Operasi matriks
3. Determinan dan Invers matriks, serta
4. Contoh-contoh penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan dalam
bidang keahlian

Bab
Matriks

A. Pengertian Matriks
1.

Pengertian Matriks dan Ordo Matriks


Dalam menjelaskan pengertian matriks, sebaiknya mengangkat

peristiwa kehidupan sehari-hari agar lebih mudah dipahami oleh siswa.


Matriks yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari misalnya : tabel
matrikulasi di sekolah atau kantor, penyajian data pada suatu media cetak
yang disajikan dalam bentuk matriks, dan sebagainya.
Contoh : tabel matrikulasi yang memuat data jumlah siswa di suatu
sekolah
Tabel Jumlah Siswa
Kelas

Laki-laki
240
220
205

Wanita
180
210
205

Dari tabel di atas, bila diambil angka-angkanya saja dan ditulis dalam
240

tanda siku, bentuknya menjadi 220


205

180

210 . Bentuk sederhana inilah yang


205

kita sebut sebagai matriks.


Pengertian Matriks : Susunan bilangan berbentuk persegi panjang yang
diatur dalam baris dan kolom yang diletakkan dalam kurung biasa atau
kurung siku. (Herry Sukarman, 2002 : hal 270)
Matriks dinotasikan dengan huruf kapital A, B, K, dan sebagainya.
3

14 26

Contoh: A = 13 30
15 25

Bilanganbilangan yang tersusun dalam baris-baris dan kolom-kolom


tersebut disebut elemen/unsur. Elemen matriks A yang terletak di baris ke2 dan kolom ke-1 dinotasikan sebagai a 21 =13.
Contoh: Berapakah nilai a 31 dan a 32 untuk matriks A di atas ?
Jawab: a 31 =15, a 32 =25
Matriks A di atas mempunyai 3 baris dan 2 kolom. Banyaknya baris
dan banyaknya kolom suatu matriks menentukan ukuran dari matriks
tersebut.
Ordo adalah ukuran suatu matriks yang dinyatakan dalam banyaknya
baris kali banyaknya kolom
Jadi matriks A berordo 3 X 2 dan ditulis A 3 x 2
2. Jenis-jenis Matriks
Setelah memahami pengertian matriks dan ordo suatu matriks,
siswa dapat diperkenalkan dengan jenis-jenis matriks. Berdasarkan
ordonya terdapat jenis matriks, sebagai berikut :
a. Matrik bujursangkar/persegi yaitu matriks berordo n x n atau banyaknya
baris sama dengan banyaknya kolom disebut juga sebagai matriks
kuadrat berordo n.
Contoh:

B 2x2 =
, maka 1 dan 12 dikatakan berada pada
6 12

diagonal utama B.
b. Matriks baris yaitu matriks berordo 1 x n atau hanya memiliki satu baris.
4

Contoh: C 1x 3 = 1 3

c. Matriks kolom yaitu matriks berordo n x 1atau hanya memiliki satu


kolom
8

Contoh: E 2x1 =
4
d. Matriks tegak yaitu matriks berordo m x n dengan m>n
6 8

Contoh: A = 4 1 , A berordo 3 X 2 dan 3 > 2 sehingga matriks A tampak


7 3

tegak
e. Matriks datar yaitu matriks berordo m x n dengan m<n
23 5

Contoh: F =
, F berordo 2 X 3 dan 2<3 sehingga matriks F tampak
4 6 10
datar
Berdasarkan elemen-elemen penyusunnya terdapat jenis-jenis matriks :
a. Matriks nol yaitu matriks yang semua elemen penyusunnya adalah 0
dan dinotasikan sebagai O.
Contoh: O 1x 3 = 0

0 , O 2 x 2 =
0

0
0

b. Matriks diagonal yaitu matriks persegi yang semua elemen diatas dan
dibawah diagonalnya adalah 0 dan dinotasikan sebagai D.
1

Contoh: D 3 x3 = 0
0

0
2
0

0
0
3

c. Matriks skalar yaitu matriks diagonal yang semua elemen pada


diagonalnya sama.
5

5
0

0
5

0
0

0
0

Contoh: D 4 x 4 =
0 0 5 0

d. Matriks simetri yaitu matriks persegi yang setiap elemennya, selain


elemen diagonal, adalah simetri terhadap diagonal utama.
3

Contoh: F2 x 2 =

1 4

e. Matriks simetri miring yaitu matriks simetri yang elemen-elemennya,


selain elemen diagonal, saling berlawanan.
0

Contoh: G 3 x3 = 5
7

7
2

5
0

f. Matriks Identitas/satuan yaitu matriks diagonal yang semua elemen


pada diagonalnya adalah 1 dan dinotasikan sebagai I.
1

Contoh: I 2 x 2 =
0

0
1

g. Matriks segitiga atas yaitu matriks persegi yang elemen-elemen di


bawah diagonal utamanya adalah 0.
1

Contoh: G 3 x3 = 0
0

3
2
0

5
4
6

h. Matriks segitiga bawah yaitu matriks persegi yang elemen-elemen di


atas diagonal utamanya adalah 0.
1

Contoh: H 3 x3 = 6
4

0
2
9

0
0
6

i. Matriks transpose yaitu matriks yang diperoleh dari memindahkan


elemen-elemen baris menjadi elemen pada kolom dan elemen-elemen
kolom

menjadi

elemen

pada

baris.

Sebagai

pengingat

adalah

trans=perpindahan dan pose=letak. Transpose matriks A dilambangkan


dengan A T
6 8
6 4 7

Contoh: A 3 x 2 = 4 1 , maka A T =
, perhatikan bahwa ordo dari A
8 1 3
7 3
T

adalah 2 X 3.

3. Kesamaan Matriks
Dua buah matriks atau lebih dikatakan sama bila dan hanya bila
mempunyai ordo yang sama dan elemen-elemen penyusun yang seletak
juga sama.
2 3 4

2 3 4

Contoh: A 2 x3 =
, B 2 x3 = 4 6 8 maka A = B
4 6 8

Perhatikan bahwa C 2 x3 =

2 8 4
4 6 3

dan C 2 x3 A 2 x3

karena ada

elemennya yang seletak dan nilainya tidak sama.


2 4

Perhatikan juga bahwa D = 3 6 dan D A karena ordo kedua matriks


4 8

tersebut tidak sama.

B. Operasi Matriks dan Sifat-sifatnya


Dalam menjelaskan operasi hitung pada matriks, kita dapat
mengangkat peristiwa sehari-hari. Misalnya dengan mengambil contoh di
7

suatu toko kelontong. Untuk menunjukkan operasi penjumlahan dan


pengurangan kita dapat mengambil tabel matrikulasi jumlah barang yang
terjual.
Tabel Jumlah barang yang terjual pada bulan Mei (Tabel 1)
Jenis Barang
Mie instan
Sabun cuci
Pasta gigi

Jumlah
240
130
80

Tabel Jumlah barang yang terjual pada bulan Juni (Tabel 2)


Jenis Barang
Mie instan
Sabun cuci
Pasta gigi

Jumlah
200
120
70

Jika kita ingin mengetahui berapa jumlah mie instan yang terjual dalam
waktu dua bulan tersebut, maka kita harus menjumlahkan baris 1 tabel 1
dengan baris 1 tabel 2. Total mie instan yang terjual adalah 240+200 =
440. Untuk mengetahui total sabun cuci yang terjual, kita harus
menjumlahkan baris 2 tabel 1 dengan baris 2 tabel 2, demikian pula untuk
jenis barang berikutnya. Berdasarkan prinsip yang sama, siswa kita
perkenalkan dengan operasi penjumlahan dan pengurangan pada matriks.
1. Penjumlahan Matriks
Prinsip penjumlahan dua atau lebih matriks yaitu menjumlahkan
setiap elemennya yang seletak.
Pengertian penjumlahan matriks : Jika A + B = C, maka elemen-elemen
C diperoleh dari penjumlahan elemen-elemen A dan B yang seletak, yaitu
c ij = a ij + b ij untuk elemen C pada baris ke-i dan kolom ke-j.
8

Akibatnya, matriks A dan B dapat dijumlahkan apabila kedua matriks


memiliki ordo yang sama.
1
3

Contoh: A =

5
, B =

4
7

1
3

maka A + B =

5
+

4
7

=
=C
10 12
Perhatikan bahwa C mempunyai ordo sama dengan A dan B
Sifat-sifat penjumlahan matriks :
a. A+B = B+A
b. A+(B+C) = (A+B)+C

(hukum komutatif untuk penjumlahan)


(hukum asosiatif untuk penjumlahan)

c. A+O = O+A
d. (A+B) T = A T + B T

2. Pengurangan Matriks
Operasi pengurangan pada matriks menggunakan prinsip yang
sama seperti pada operasi penjumlahan. Matriks A dikurangi matriks B
dengan cara mengurangi elemen matriks A dengan elemen matriks B
yang seletak.
Pengertian pengurangan matriks : Jika AB = C, maka elemen-elemen
C diperoleh dari pengurangan elemen-elemen A dan B yang seletak, yaitu
c ij = a ij b ij atau pengurangan dua matriks ini dapat dipandang sebagai
penjumlahan, yaitu A + (-B)
9

Syarat : Matriks A dan B dapat dikurangkan jika ordo kedua matriks


tersebut sama.
5 4
3 6
6 9

Contoh: A =
, B = 5 4
7 0
1 2
5 4
3 6
2
6 9
5 4

AB =

= 1
7 0
1 2
6

2
5
2

5 4
3
6 9

atau AB = A+(-B) =
+ 5
7 0
1

4
2

= 1
6

2
5
2

Kaidah ilmu hitung yang berlaku pada pengurangan adalah :


a.

AA = O

b.

A O = A

3. Perkalian Matriks
Operasi perkalian pada matriks ada dua macam yaitu perkalian
matriks dengan skalar dan perkalian matriks dengan matriks. Sebelum
memperkenalkan perkalian matriks dengan matriks, siswa terlebih dahulu
diperkenalkan perkalian matriks dengan bilangan/skalar.
a. Perkalian Matriks dengan skalar
Matriks A dikalikan dengan c suatu bilangan/skalar maka cA
diperoleh dari hasilkali setiap elemen A dengan c. Dengan demikian,
matriks A dapat dipandang sebagai hasil kali matriks A dengan skalar
(-1). Jadi A = (-1)A.
10

Berikut ini adalah contoh perkalian matriks dengan bilangan skalar,


3

Contoh: P =
5

maka 4P= 4
5

12

=
20

32
4

Jika a dan b bilangan real dan B, C dua matriks dengan ordo


sedemikian hingga dapat dilakukan operasi hitung berikut, maka berlaku
sifat-sifat perkalian matriks dengan skalar :
1)

a(B+C)=aB+aC

2)

a(BC) = aBaC

3)

(a+b)C = aC+bC

4)

(a-b)C = aCbC

5)

(ab)C = a(bC)

6)

(aB) T = aB T

b.

Perkalian matriks dengan matriks


Untuk lebih memahami perkalian matriks dengan matriks, kita

perhatikan kembali contoh di sebuah toko kelontong. Misalnya daftar


harga barang disajikan pada tabel berikut ini,
Tabel Harga barang
Jenis Barang
Harga (rupiah)

Mie instan
700

Sabun cuci
1000

Pasta gigi
2200

Tabel Jumlah barang yang terjual


Jenis Barang

Jumlah

Mie instan
Sabun cuci
Pasta gigi

220
130
80

11

Untuk mengetahui total pendapatan, kita akan menghitung dengan cara :


(700x220) +(1000x130) + (2200x80) = 460000. Perhitungan itu dapat
ditunjukkan

dalam

700

220

2200 130
80

1000

bentuk

perkalian

matriks

sebagai

berikut

= (700 x220) (1000 x130 ) (2200 x80)

= 460000
Dua matriks AB dapat dikalikan bila dan hanya bila jumlah kolom
matriks A sama dengan jumlah baris matriks B. Jadi A mxn B nxp bisa
didefinisikan, tapi B nxp A mxn tidak dapat didefinisikan.
A

AB

mxn

nxp

mxp

Perhatikan bahwa hasil kali matriks AB berordo mxp


Untuk menguji apakah dua matriks dapat dikalikan atau tidak dan juga
untuk menentukan ordo hasil perkaliannya, dapat juga menggunakan
aturan memasang kartu domino sebagai berikut :
sama
1x 2

2 x3

1x3 (Hasil)
12

Elemen-elemen dari AB diperoleh dari hasil kali setiap baris pada


matriks A dengan setiap kolom pada matriks B, kemudian dijumlahkan
menjadi satu elemen. Untuk lebih jelasnya, berikut ini diberikan contohcontoh perkalian matriks dengan matriks.
Contoh Perkalian Matriks 1xp dengan matriks px1 :

B = 6

4

7 dan C = 7 , B 1x 3 C 3 x1 = ( 6 x 4) (8 x7) (7 x 2) = 94
2

Contoh perkalian matriks px1 dengan matriks 1xp:


2

A= 5
4
12
30

24

dan

B= 6

7 ,

A 3 x1 B 1x 3

2x 6
5x6

4 x 6

2x7

2 x8

5 x7
4 x7

5 x8
4 x8

14

16

35
28

40
32

Hasilkalinya merupakan suatu matriks berordo 3X3.


Contoh perkalian matriks mxn dengan matriks nxp:
1

A=
3

2
4

,B=

0 2 0
1

A 2 x 2 B 2 x3 =
3

2 1
4 0

(1x1) ( 2x0 )

0
2

1
0

(1x0) (2 x 2)

(1x1) (2x0 )

AB =
= 3 8 3

(3 x1) ( 4 x0) (3 x0) ( 4 x 2) (3 x1) ( 4 x0)

Untuk matriks A dan matriks C pada contoh-contoh di atas, A 3 x1 C 3 x1


tidak dapat didefinisikan.
Sifat-sifat perkalian matriks dengan matriks :
13

1)

A(BC) = (AB)C

2)

A(B+C) = AB + AC

3)

(B+C)A = BA + CA

4)

A(BC) = ABAC

5)

(BC)A = BACA

6)

a(BC) = (aB)C = B(aC)

7)

AI = IA = A

Perlu diingat bahwa bila AB dapat didefinisikan, maka BA belum tentu


dapat didefinisikan, sehingga AB belum tentu sama dengan BA.
C. Determinan Matriks
Untuk setiap matriks persegi terdapat suatu bilangan tertentu yang
disebut determinan.
Pengertian Determinan matriks adalah jumlah semua hasil perkalian
elementer yang bertanda dari A dan dinyatakan dengan det(A).
(Howard Anton, 1991 : hal 67)
Yang diartikan dengan sebuah hasil perkalian elementer bertanda dari
suatu matriks A adalah sebuah hasil perkalian elementer pada suatu
kolom dengan +1 atau -1. Untuk lebih jelasnya, berikut ini diuraikan cara
mencari determinan matriks berordo 2x2 dan matriks berordo 3x3.
1. Determinan matriks berordo 2 X 2
a

Jika matriks A =
c

maka det (A) =

= adbc

14

Sebagai pengingat ketentuan di atas diperoleh dari


c
8

4
, maka det(P) =
4

Contoh: P =
3

= (8x4)-(4x3) = 20

2. Determinan matriks berordo 3 X 3


Untuk mencari determinan matriks berordo 3 X 3 dapat digunakan
dua metode, sebagai berikut :
a. Metode Sarrus
p

Jika matriks B = s
v

maka det(B) =

q
t
w

p
s
v

r
u
x
q
t
w

r
u
x

= ptx + quv +rsw rtv qsx-puw

Sebagai pengingat ketentuan di atas diperoleh dari


p
s

q
t
w

r p
u s
x v

q
t
w

Perlu diperhatikan bahwa cara demikian tidak berlaku bila matriks


berordo 4x4 dan yang lebih tinggi lagi.
2

Contoh: Q = 1
7
2
1
7

4
3
8

6
5
9

= 1
7

4
3
8
4
3
8

6
5 , maka det(Q) = Q adalah
9
6 2
5 1
9 7

4
3

= (2x3x9)+(4x5x7)+(6x1x8)-(6x3x7)-

(2x5x8)-(4x1x9) = 242-242 = 0
b. Metode Kofaktor

15

Terlebih dahulu siswa dijelaskan tentang sub matriks atau minor


dari suatu matriks. Minor suatu matriks A dilambangkan dengan M ij
adalah matriks bagian dari A yang diperoleh dengan cara menghilangkan
elemen-elemennya pada baris ke-i dan elemen-elemen pada kolom ke-j.
2

Contoh: Q = 1
7

M 12 = 1
7

4
3
8

4
3
8

6
2

5 , maka M 11 = 1
7
9

1
= 7

5
9

, M 13 = 1
9
7

4
3
8

4
3
8

6
5
9

1
5 =
7
9

3
8

5
9

3
8

M 11 , M 12 dan M 13 merupakan submatriks hasil ekspansi baris ke-1 dari


matriks Q.
Kofaktor suatu elemen baris ke-i dan kolom ke-j dari matriks A
dilambangkan dengan K ij = (-1) i j

Mij

= (-1) i j det (M ij )

Untuk mencari det(A) dengan metode kofaktor cukup mengambil satu


ekspansi saja misal ekspansi baris ke-1
2

Contoh: Q = 1
7

4
3
8

5 , untuk mendapatkan det(Q) dengan metode


9

kofaktor adalah mencari terlebih dahulu determinan-determinan minornya


yang diperoleh dari ekspansi baris ke-1 diatas, yaitu det(M 11 )=-13 , det(M
12 )=-26
Q

dan det(M 13 ) =-13, maka :

= q 11 .k 11 +q 12 .k 12 + q 13 .k 13
16

= q 11 .(-1) 11 det(M 11 )+q 12 (-1) 1 2 det(M 12 )+q 13 (-1) 1 3 det(M 13 )


= 2.134.26 + 6.13 = 0
3.

Adjoin Matriks
Adjoin matriks A adalah transpose dari kofaktor-kofaktor matriks

tersebut, dilambangkan dengan adj A = (k ij ) t

Contoh: Q = 1
7

4
3
8

5
9

telah diketahui dari hitungan sebelumnya bahwa

k 11 =13, k 12 =26 dan k 13 =13 sekarang kita hanya mencari kofaktor dari
ekspansi baris ke-2 dan ekspansi baris ke-3, yaitu :
k 21 =(-1) 21

=12, k 22 =(-1) 2 2

=24, k 23 =(-1) 23

=12
k 31 =(-1) 31

=2, k 32 =(-1) 3 2

=4, k 33 =(-1) 33

=2

k11 k 21 k 31
12
2
13
k

26
24
4
Adj A = 12 k 22 k 32 =
13
12
2
k13 k 23 k 33
Hal yang menarik dalam mencari adjoin matriks berordo 2x2
ditunjukkan sebagai berikut :

17

a
c

Jika A 2 x 2 =

21 =-b

, maka kofaktor-kofaktornya adalah k 11 =d, k 12 =-c, k


d

k11 k 21
d
dan k 22 =a. Kemudian Adj A =
=

c
k12 k 22

b
a

Hal ini sama artinya dengan menukarkan elemen-elemen pada diagonal


utamanya dan mengubah tanda pada elemen-elemen pada diagonal
lainnya
D. Invers Matriks
Untuk menjelaskan invers matriks, perhatikan contoh dalam kehidupan
sebagai berikut :
Di koperasi sekolah Ana membeli 5 buah buku tulis dan 6 buah pensil, Ani
membeli 6 buah buku tulis dan 8 buah pensil. Untuk itu Ana membayar
Rp. 8000,- dan Ani membayar sebesar Rp. 10.000,-. Berapakah harga
buku tulis per-buah dan pensil per-buah ?
Soal kehidupan sehari-hari di atas dapat diselesaikan dengan model
aljabar yaitu menggunakan persamaan linear. Misalkan x=harga buku tulis
per-buah dan y=harga pensil per-buah. Sistem persamaan linearnya:
5x+6y=8000
6x+8y=10000
Koefisien persamaan di atas jika di tulis dalam bentuk matriks adalah
sebagai berikut:

18

5
6

6 x
8000
=

8 y
10000

atau A 2 x 2 = B 2x1 , untuk mengetahui nilai x


y

dan y kita perlu menjelaskan pada siswa adanya invers matriks.


Pengertian Invers matriks : Lawan atau kebalikan suatu matriks dalam
perkalian yang dilambangkan dengan A 1 .
Berlaku AA 1 = A 1 A = I, I matriks identitas.
x

Untuk soal diatas : A 2 x 2 = B 2x1 , maka A 1 .A = A 1 .B


y
y
x

I. = A 1 .B = A 1 .B
y
y

Kita tunjukkan bahwa hasil kali C 2x 2

3

2 dengan A
2 x 2 adalah I
5

2
=
3

2

2x2

2
(matriks identitas), sebagai berikut:
3

2

3
5 6

1 0
2
=
.

5 6 8 0 1

Maka C 2x 2 adalah invers matriks A 2 x 2 atau C= A 1 .


x

Sehingga kita dapat memperoleh nilai x dan y, sebagai berikut: =A 1


y

2
.B=
3

2

3

2
5

8000
1000
10000 = 500

19

Cara mencari invers matriks berordo 2x2 dan invers matriks berordo 3x3
dipaparkan berikut ini.
1.

Invers matriks berordo 2x2


a
c

d
1
1
, maka A 1 =
.Adj (A) =

d
det( A )
det( A ) c

Jika A =

5
3

b
a

3
, tentukan A 1 !
2

Contoh: A=

Jawab: det(A) = (5x2) (3x3) = 1


A 1 =
2.

1
1

2
3

2
=

5
3

3
5

Invers matriks berordo 3x3

Jika B 3 x3 , maka B 1 =
1

Contoh : B = 0
0

2
4
0

1
.Adj(B)
det(B)

5 ,tentukan invers dari matriks segitiga tersebut!


6

Jawab : Untuk mencari determinan matriks B, cara paling praktis adalah


dengan metode kofaktor dengan mengekspansi baris yang memuat nol
terbanyak yaitu baris ke-3, maka det(B)=6(1x4-0x2)= 24

4
0

Adj B =
0

5
6
5
6
4
0

2
0
1

0
1

3
6
3
6
2
0

2
4
1

0
1

5
24
3

= 0
5
0
2
4

12
6
0

2
5
4

20

12
1 24
24 12 2

6
1

1
0
6
5 = 0
B =

24
24

0
4
0

0
0

2
24
5

24
4
24

Sifat-sifat invers matriks :


1. (AB) 1 = B 1 A 1
2. Jika AB = BA = I, maka A dan B dikatakan sebagai matriks yang saling
invers karena A = B 1 dan B = A 1
Bila suatu matriks A mempunyai determinan nol atau det(A) = 0
maka matriks A

tidak mempunyai invers. Suatu matriks yang tidak

mempunyai invers disebut matriks singular. Bila det(A)0, maka matriks A


pasti mempunyai invers. Suatu matriks persegi yang mempunyai invers
disebut matriks non singular.
Bab
Aplikasi Matriks

Umumnya aplikasi matriks yang dapat diajarkan di SMK adalah untuk


menyelesaikan soal kehidupan sehari-hari atau yang berkaitan dengan
bidang keahlian dengan langkah :
1. Mengubah soal cerita dalam bentuk tabel lalu diselesaikan dengan
matriks, atau
2. Menyatakan nilai yang akan di cari dalam variabel, menyusun sistem
persamaan linearnya dan menyelesaikannya dengan matriks.
21

Contoh Soal Aplikasi Matriks


1. Toko Sembada Art Yogyakarta menjual kerajinan tangan pada Unik
Galery Jakarta yang dituliskan dalam nota penjualan berikut :
Sembada Art
Yogyakarta
NOTA PENJUALAN
No Transaksi : 13524
Kepada Yth : UNIK GALERY
Tanggal Transaksi : 29-11-2003
Alamat
: Jakarta
NO

Jenis Barang

Jumlah

Harga Satuan
(Rp)

Total
(Rp)

Patung Lilin

20

100.000

2.000.000

Patung keramik

35

150.000

5.250.000

Boneka akar wangi

50

20.000

1.000.000

Jumlah

8.250.000

Pertanyaan:
a. Buatlah dua tabel berdasarkan nota penjualan di atas, yaitu tabel

yang

memuat jumlah barang dan tabel yang memuat harga barang !


b. Berdasarkan tabel pada jawaban a, ubahlah kedalam bentuk matriks
perkalian untuk memperoleh total harga penjualan !
Jawab:
a.

Tabel Jumlah Barang

Jenis Barang

Patung Lilin

Patung Keramik

Boneka Akar Wangi

Jumlah

20

35

50

Tabel Harga Barang


Jenis Barang

Harga Satuan (Rp)


22

Patung Lilin

100000

Patung Keramik

150000

Boneka Akar Wangi

20000

b. Bentuk perkalian matriksnya adalah :

20

100000

50 150000 = (20 x100000 ) (35 x150000 ) (50 x 20000 )


20000

35

= 8250000
2. Perusahaan garmen Indah tiap bulannya mengekspor 3 macam model
busana ke-4 negara tujuan. Berikut ini adalah tabel daftar barang pesanan
pada bulan November 2003 dalam satuan lusin.
Jenis
Model
A
B
C

Jepang
0
20
15

Negara
Korea
25
30
0

Tujuan
Cina
10
11
12

Taiwan
0
24
16

Tabel berikut adalah daftar harga masing-masing model busana dalam


satuan US $.
Model
A
B
C

Harga per lusin


120
144
180

Pertanyaan:
a. Berapakah pemasukan yang akan diperoleh perusahaan tersebut dari
negara Korea pada bulan Nopember tersebut ?

23

b. Jika pada bulan Desember 2003 pesanan dari Jepang meningkat 3


kalinya dan pesanan dari Cina meningkat 2 kalinya, sedangkan pesanan
dari Korea dan Taiwan tetap, berapakah total pesanan baju masingmasing model pada bulan Desember 2003 tersebut ?
Jawab:
a. Hasil matriks perkalian berikut ini merupakan nilai pemasukan yang
akan diperoleh perusahaanIndah

120

144

180 20
15

25
30

10
11

12

0
24

16

Pemasukan dari negara Korea diperoleh dari hasil kali baris ke-1 matriks
harga dengan kolom ke-2 matriks pesanan, yaitu :
(120x25)+(144x30)+0 = 3000+4320 = 7320. Jadi pemasukan yang akan
diperolehnya adalah US $ 7320.
0

b. 20
15

25
30

10
11

12

0
24

16

3
1

2

1

45

= 136
85

Jadi daftar pesanan dari 4 negara pada bulan Desember 2003 adalah 45
lusin model A, 136 lusin model B dan 85 lusin model C.
3. Dewi dan teman-temannya memesan 3 mangkok bakso dan 2 gelas es
jeruk di kantin sekolahnya. Tak lama kemudian, datang Doni dan temantemannya memesan 5 mangkok bakso dan 3 gelas es jeruk. Dewi
menantang Amir, seorang siswa SMK non Teknik, untuk menentukan
harga bakso per mangkok dan harga es jeruk per gelas jika Dewi harus
24

membayar Rp. 7000,00 untuk semua pesanannya, dan Doni harus


membayar Rp. 11.500,00 untuk semua pesanannya itu. Maka berapakah
harga bakso per mangkok dan es jeruk per gelasnya?
Petunjuk : Buatlah sistem persamaan linearnya lalu selesaikan dengan
matriks.
Jawab:
Misalkan x = harga bakso per mangkok
y = harga es jeruk per gelas
Sistem persamaan linearnya : 3x + 2y = 7000
5x + 3y = 11500
Dalam bentuk matriks adalah sebagai berikut :
3
5

2 x
3 y

A 1 =

7000

1
( 3 .3 5 .2 )

x
3
y = 5

=
atau A y = B, maka y = A 1 B
11500


3
5

3
=

3
5

2
3

2 7000
( 21000 23000 )
2000
=
=

3 11500
500
(35000 34500 )

Harga bakso Rp. 2000,00 per mangkok dan harga es jeruk Rp. 500,00 per
gelas.
4. Sebuah perusahaan roti donat selalu mencatat jumlah tiap jenis donat
yang terjual di tiga tokonya, sehingga perusahaan itu dapat

terus

memantau penyaluran produknya tanpa harus memproduksi ekstra.


Berikut adalah data penjualan selama 2 hari :
Senin:
Coklat

Kacang

Keju

Strawberry
25

Toko Big Donat

120

97

64

75

TokoCals Donat

80

59

36

60

Toko Donats Inc

72

84

29

48

Selasa :
Coklat Kacang

Keju

Strawberry

Toko Big Donat

112

87

56

74

TokoCals Donat

84

65

39

70

Toko Donats Inc

88

98

43

60

Pertanyaan:
a. Tulislah dalam bentuk matriks dan beri nama untuk masing-masing
hari. Hitunglah total donat yang terjual pada kedua hari itu dalam bentuk
matriks !
b. Setiap jenis donat memerlukan kira-kira

1
cawan tepung. Jika ada 4
4

cawan dalam 1 pon tepung, berapa pon tepung yang diperlukan untuk
memproduksi pada dua hari tersebut ?
Jawab:
120

a. Matriks penjualan pada hari Senin = M = 80


72
112

Matriks penjualan pada hari Selasa = T = 84


88

97
59

64
36

84

29

87

56

65
98

39
43

75
60
48

74
70
60

Jumlah total donat yang terjual selama dua hari = M + T


120
80

72

97
59

64
36

84

29

75
60
48

112

+ 84
88

87
65

56
39

98

43

74
70
60

232

= 164
160

184
124

120
75

182

72

149
130
108

26

b. 1 pon tepung dapat dipakai untuk membuat 4x4 = 16 donat . Total

232

donat yang terjual pada dua hari untuk masing-masing toko adalah 164
160

184
120
149
124
75

+
+
+ 130
182
72
108

685

= 493
522

Total donat yang terjual dari ketiga toko adalah 685+493+522 = 1700, jadi
tepung yang dibutuhkan untuk memproduksi donat sejumlah 1700 adalah
1700 : 16 = 106, 25.
5. Sebuah pabrik tekstil hendak menyusun tabel aktiva mesin dan
penyusutan mesin selama 1 tahun yang dinilai sama dengan 10% dari
harga perolehan sebagai berikut:
Jenis

Harga

Penyusutan

Harga

Aktiva

Perolehan (Rp)

tahun (Rp)

(Rp)

Mesin A

25.000.000

2.500.000

Mesin B

65.000.000

6.500.000

Mesin C

48.000.000

4.800.000

Baku

Untuk melengkapi tabel tersebut, hitunglah harga baku masing-masing


mesin dengan menggunakan matriks !
Jawab:
Harga baku = harga perolehan-penyusutan tahun

27

25.000 .000

= 65.000.000
48.000 .000

2.500 .000

- 6.500 .000
4.800.000

22.500.000

= 58.500.000
43.200.000

Jadi, tabel Aktiva Mesin secara lengkap adalah:


Jenis

Harga

Penyusutan

Harga

Baku

Aktiva

Perolehan (Rp)

tahun (Rp)

(Rp)

Mesin A

25.000.000

2.500.000

22.500.000

Mesin B

65.000.000

6.500.000

58.500.000

Mesin C

48.000.000

4.800.000

43.200.000

Contoh penyelesaian aplikasi matriks pada soal-soal di atas


bukanlah satu-satunya cara. Siswa hendaknya diperbolehkan mencari
penyelesaian lain selama penyelesaian dibuat dengan logis dan mengikuti
kaidah aljabar matriks serta memperoleh hasil sama. Untuk tahap
selanjutnya kepada siswa dapat diajarkan tentang persamaan dan
pertidaksamaan, baik yang linear atau kuadrat, juga relasi dan fungsi.

28

Lembar Kerja
2

1. Jika A = 4
6

1
7

8
0

6
9

0
0 , tentukan ordo A dan a 23 !
0

2. Sebutkan jenis matriks berikut ini :


0

a. 3
7

1
5
b.
8

0
0

0
1

5
2
6
9

0
9
7

8
6
3
7
2

c. 0
1

3. Jika A =
, B= 7 4 3
1 7 5

1
1
0

0
1
1

dan A + B = C T , tentukanlah

matriks C !
8
9

4. Jika A =

2
6

dan (AB)

1 =

3
4
12 14 , maka :

a. Tentukan A 1
b. Tentukan B 1
1
0

0
2

5. Jika P =
3

dan Q =

0
7 8 9

a. Tentukanlah PQ
b. Tentukan P(

1
Q)
2

6. Untuk sembarang nilai a carilah nilai x yang memenuhi bila diketahui


det(A)=0 untuk matriks :
x

a. A =
a

a
2

b. A =
a

4
x

29

7. Jika P =
5

1
3
dan Q =

3
2

a. Det(P)

1
, hitunglah :
2

b. Det(Q)

c. Det(PQ)

Apa kesimpulan anda setelah melakukan perhitungan di atas ?


1

8. Jika P 3 x 3 = 4
5

0
3
6

0
2
7

carilah det(P) dengan menggunakan :

a. Metode Sarrus
b. Metode Kofaktor
9. Biro travel Lintas mengelola perjalanan antar 3 kota. Berikut adalah
catatan perjalanan travel Lintas pada tanggal 22 Nopember 2003,
sebuah mobil yang berangkat dari kota A tujuan kota B membawa 8
penumpang, dan mobil tujuan kota C membawa 12 penumpang, mobil
yang berangkat dari kota B ke kota A membawa 10 penumpang dan
mobil tujuan kota C membawa 9 penumpang, dari kota C berangkat
sebuah mobil tujuan kota A berpenumpang 11 dan tujuan kota B
berpenumpang 7 orang. Bila harga tiket antar kota A ke B Rp.42.000,00
per orang, antar kota B dan kota C Rp. 45.000,00 per orang dan antar
kota A ke kota C Rp.40.000, 00 per orang. Ubahlah soal ini dalam
bentuk matriks ! Bagaimana cara menghitung pendapatan biro hari itu
dengan matriks yang anda buat ?
10. Perusahaan roti Harum mempunyai tiga pabrik yang masing-masing
memproduksi jenis roti yang berbeda. Tiap harinya perusahaan itu
memasarkan produknya antar tiga cabang pabrik sejumlah 50 kotak
30

(tiap kotak berisi 500 bungkus roti) dan mengembalikan roti yang sudah
rusak ke pabrik pembuatnya. Berikut ini adalah daftar pengembalian roti
per kotak :
Tujuan
Pengirim
Cabang I
Cabang II
Cabang III

Cabang I

Cabang II

Cabang III

0
4
1

2
0
3

3
2
0

Hitunglah jumlah roti yang diterima masing-masing cabang setelah


dikurangi roti yang rusak !

Rangkuman

1. Matriks adalah susunan dari bilangan-bilangan dalam baris dan kolom


yang disajikan dalam kurung siku-siku.
31

Ordo adalah ukuran suatu matriks yang dinyatakan dalam banyaknya


baris kali banyaknya kolom.
a11
a
21
Secara umum, matriks A mxn = a31

...
am1

a12
a22
a32

a13
a23
a33

...

...

... a1n
... a2n
... a3n
...

...
am2 am3 ... amn

a mn menyatakan elemen matriks A pada baris ke-m dan kolom ke-n


2. Jenis-jenis matriks : matriks bujursangkar/persegi, matriks baris, matriks
kolom, matriks tegak, matriks datar, matriks nol, matriks diagonal,
matriks skalar, matriks identitas, matriks segitiga bawah dan segitiga
atas, matriks transpose, matriks simetri, dan matriks simetri miring
3. Matriks Transpose merupakan matriks hasil perpindahan elemenelemen barisnya menjadi elemen pada kolom dan elemen-elemen
kolomnya menjadi elemen pada baris.
A mxn

AT

nxm

, dengan a ij =a t

ji

4. Kesamaan matriks menyatakan bahwa dua buah matriks atau lebih


dikatakan sama bila : mempunyai ordo yang sama dan elemen-elemen
penyusun yang seletak juga sama.
5. Operasi penjumlahan dan pengurangan matriks A dan matriks B hanya
dapat dilakukan jika ordo kedua matriks tersebut sama.
A mxn +B mxn = C mxn , dengan c ij =a ij +b ij
A mxn B mxn = C mxn , dengan c ij =a ij b ij

32

6. Operasi perkalian matriks A dengan skalar c diperoleh dari mengalikan


setiap elemen A dengan c
7. Operasi perkalian matriks A dengan matriks B dapat didefinisikan hanya
jika jumlah kolom matriks A sama dengan jumlah baris matriks B.
A mxn B nxp = C mxp , dengan c ij = a in b jn untuk n=1,2,3,,n
8. Sifat-sifat operasi hitung matriks :
a. Komutatif : A+B = B+A
b. Assosiatif : A+(B+C) = (A+B)+C
(AB)C = A(BC)
c. Distributif : A(B+C) = AB+AC
(A+B)C = AC+BC
d. Identitas : A+O = O+A = A
A.I = I.A = A
9. Determinan matriks adalah jumlah semua hasil perkalian elementer
yang bertanda dari A dan dinyatakan dengan det(A).
Determinan matriks A 2 x 2 =

=(ad-bc)

Determinan matriks berordo 3x3 dapat dicari dengan 2 metode, yaitu :


a. Metode Sarrus, atau
b. Metode Kofaktor
10. Minor suatu matriks A dilambangkan dengan M ij adalah matriks
bagian dari A yang diperoleh dengan cara menghilangkan elemenelemennya pada baris ke-i dan elemen-elemen pada kolom ke-j.
11. Kofaktor suatu elemen baris ke-i dan kolom ke-j dari matriks A
dilambangkan dengan K ij = (-1) i j

Mij

= (-1) i j det (M ij )
33

12. Adjoin matriks A adalah transpose dari kofaktor-kofaktor matriks


tersebut, dilambangkan dengan adj A = (k ij ) t
13. Invers matriks adalah Lawan atau kebalikan suatu matriks dalam
perkalian yang dilambangkan dengan A 1 .
a

Jika A 2 x 2 =
c

d
1
, maka A 1 =

d
det( A ) c

Jika B 3 x3 , maka B 1 =

b
a

1
.Adj(B)
det(B)

Bab IV
Penutup

Matriks merupakan salah satu metode dalam matematika untuk


menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan beberapa data atau
beberapa variabel. Data-data yang tersajikan dalam bentuk tabel dapat
34

dianalisa dengan menggunakan matriks. Variabel-variabel dalam masalah


persamaan linier juga dapat diselesaikan dengan matriks.
Dalam pembelajaran matriks hendaknya:
1. Dikaitkan dengan realitas kehidupan, dekat dengan alam pikiran siswa
dan relevan dengan masyarakat . Hal-hal yang berkaitan dengan bidang
keahlian siswa atau kehidupan sehari-hari diangkat sebagai masalah yang
dapat diselesaikan dengan matriks.
2. Memberi kesempatan pada siswa secara bersama-sama untuk aktif
mencari dan menemukan konsep dasar matriks.
3. Dapat memberikan keterampilan yang menunjang kecakapan hidup
bagi siswa, membantu berkembangnya kecakapan personal dalam diri
siswa yaitu dengan mengenal diri lebih baik sebagai bagian dari suatu
kelompok atau masyarakat, juga dapat meningkatkan kemampuan siswa
untuk berfikir rasional dan kreatif untuk mencari pemecahan masalah.

Bacaan yang Disarankan

Maman Abdurrahman. 2000. Matematika SMK Bisnis dan Manajemen


Tingkat I. Bandung: Armico

35

Daftar Pustaka

Fadjar Shadiq. 2001. Diklat Matematika Guru SMK (Non Teknik)


Pembelajaran Matriks. Yogyakarta: PPPG Matematika
Howard Anton ; alih bahasa oleh Pantur Silaban. 1991. Aljabar Linier
Elementer. Jakarta: Erlangga
Klimartha Eka Putri M, Herry Sukarman. 2002. Bahan Ajar Matematika
SMK Kelompok Bidang Keahlian Non Teknik. Yogyakarta: PPPG
Matematika
Alan G. Foster and friends. 1995. Merrill Algebra 2 with Trigonometry
Aplication and Connection. Ohio. MacMillan/McGraw Hill
Publishing.

Lampiran Kunci Jawaban


1. Ordo A adalah 3x5 dan a 23 =0.
2. a. Matriks segitiga bawah, matriks persegi berordo 3
b. Matriks simetri, matriks persegi berordo berordo 4
c. Matriks persegi berordo 3
36

3. C =

5
1

8
3

4. a. A 1 =

2
30
8

30

6
30
9

30
60

30

b. B 1 =

30 60
2
14
5. a. P 4 x 2 Q 2 x3 =
6

28

1
16
3
32

1
18
3

36

1 1
2 2
1
8 9
b. P( Q) =
3 3
2
3

2
2

14 16 18
1
7

6. a. x =

1 2
a
2

b. x=4 untuk sembarang nilai a.


7. a. Det(P) = 7
b. Det(Q) = 4
c. det(PQ) = 28
Kesimpulan : det(PQ) = det(P). det(Q)
8. a. Metode Sarrus
det(P) =9
b. Metode Kofaktor
37

det(P) = 9
8

9. P = matriks penumpang = 10
0

0
9
7

12
0 ,
11

42000

H=matriks harga = 45000


40000

Cara menghitung pendapatan pada hari itu adalah P kali H, apabila


ingin mengetahui total pendapatan dari ke-3 cabang kita tinggal
menjumlahkan elemen-elemen matriks PH.
0

10. 48
47

46
0
48

49
47 , elemen ij menyatakan jumlah kotak roti yang dikirim
0

pabrik i ke j setelah dikurangi yang rusak.

38

Anda mungkin juga menyukai