Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Kanker Payudara

1.

Defenisi
Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh

yang berubah menjadi sel dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker
(Setiati, 2009).
Kanker payudara merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian
dan mekanisme normalnya, sehingga terjadi pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak
terkendali yang terjadi pada jaringan payudara (Mulyani, 2013)
2.

Faktor Resiko
Penyebab kanker payudara tidak diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor

resiko yang menyebabkan seorang wanita menjadi lebih mungki menderita kanker payudara.
Berbagai faktor resiko tersebut menurut Pamungkas (2011) adalah sebagai berikut:
a. Faktor resiko yang tidak dapat dihindari
1. Gender
Wanita adalah resiko utama kanker payudara. Pria juga bisa mengidap namun
perbandingannya adalah seratus banding satu.
2. Usia
Sekitar dua dari tiga wanita menderita kanker payudara yang berusia diatas 55 tahun
sedangkan 1 dari 8 wanita menderita kanker payudara yang berumur di bawah 45
tahun.

Universitas Sumatera Utara

3. Pernah Menderita Kanker Payudara


Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif beresiko tinggi
menderita kanker payudara. Setelah payudara yang terkena kanker diangkat, maka
resiko terjadinya kanker pada payudara yang sehat meningkat sebsesar 0,5-1% per
tahun.
4. Riwayat Keluarga
Wanita yang mempunyai ibu, saudara perempuan, dan anak yang menderita kanker,
ternyata memiliki resiko 3 kali lebih besa untuk menderita kanker payudara.
5. Faktor Genetik Dan Hormonal
Diketahui bahwa dua varian gen yang tampaknya berperan dalam terjadinya kanker
payudara, yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seseorang wanita memiliki salah satu dari
gen tersebut, maka ia berkemungkinan besar menderita kanker payudara.
Gen lainnya yang juga diduga berperan dalam terjadinya kanker paydara, yakni p53,
BARD1, BRCA3, dan Noey2, ATM, CHEK2, PTEN,. Kenyataan ini menimbulkan
dugaan bahwa kanker payudara disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel yang secara
genetik mengalami kerusakan.
Faktor hormonal pun berperan penting, karena hormon memicu pertumbuhan sel.
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif wanita, terutama jika tidak
diselingi oleh perubahan hormonal karena kehamilan, tampaknya meningkatkan
peluang tumbuhnya se-sel yang secara genetik sudah mengalami kerusakan dan
menyebabkan kenker.
6. Pernah Menderita Penyakit Payudara Nonkanker
Resiko menderita kanker payudara agak lebih tinggi pada wanita yang pernah
menderita penyakit payudara nonkanker yang menyebabkan bertambahnya jumlah

Universitas Sumatera Utara

saluran air susu dan terjadinya kelainan struktur jaringan payudara (hiperflasia
atifik).
7. Menarche
Semakin dini menarche, semakin besar resiko wanita menderita kanker payudara.
Resiko menderita kanker payudara adalah 2-4 kali lebih besar pada wanita yang
mengalami menarche sebelum usia 12 tahun. Demikian halnya dengan menopause
ataupun kehamilan pertama. Semakin lambat menopause dan kehamilan pertama,
semakin besar resiko menderita kanker payudara.
8. RAS
Wanita berkulit putih akan lebih rendah terkena resiko kanker payudara
dibandingkan wanita Afrika-Amerika. Dan, wanita Afrika-Amerika kemungkinan
besar mati karean kanker ini. Alasan yang tampaknya paling mungkin adalah bahwa
wanita Afrika-Amerika mempunyai tumor yang berkembang lebih cepat.
9. Tingkat ketebalan jaringan payudara
Jaringan payudara yang tebal menandakan terdapatnya jaringan kelenjar yang lebih
banyak dan jaringan lemak yang lebih sedikit.
b. Faktor resiko yang bisa dihindari
1. Pemakaian Pil KB Atau Terapi Sulih Esterogen
Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara, yang tergantung
pada usia, lamanya pemakaian, dan faktor lainnya. Sebenarnya, sebelum diketahui
seberapa lama efek pil setelah pemakaian pil dihentikan. Sepertinya, terapi sulih
esterogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun sedikit meningkatkan resiko kanker
payudara. Dan, resikonya meningkat jika pemakaiannya berlangsung lebih lama.

Universitas Sumatera Utara

2. Obesitas Pasca Menopause


Obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara masih diperdebatkan. Beberapa hasil
penelitian menyebutkan bahwa obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara
dikarenakan tigginya kadar esterogen pada wanita yang mengalami obesitas.
3. Pemakaian Alkohol
Pemakaian alkohol lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker
payudara.
4. Bahan Kimia
Beberapa penelitian telah menyebutkan bahwa pemaparan bahan kimia yang
menyerupai esterogen (yang terdapat pada pestisida dan produk industri lainnya)
berkemungkinan meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
5. DES (Dietilstilbestrol)
Wanita yang menkonsumsi DES guna mencegah keguguran beresiko tinggi menderita
kanker payudara.
6. Penyinaran
Pemaparan terhadap penyinaran, terutama penyinaran pada dada, semasa kanak-kanak
bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
7. Tidak memberikan ASI
8. Kurang beolahraga
9. Tidak mempunyai anak atau mempunyai anak pada usia tua
10. Terapi hormon post-menopause(PHT)
c. Faktor Resiko yang tidak pasti
1. Makanan tinggi lemak
2. Penggunaan bra dan antikeringat
3. Susuk payudara

Universitas Sumatera Utara

4. Polusi
5. Asap rokok
6. Bekerja malam
3.

Tanda dan Gejala Kanker Payudara


Menurut (Mulyani,2013), beberapa gejala kanker payudara yaitu :
1. Ditemukannya benjolan pada payudara
Gejala awal yang signifikan dan sering dialami wanita ialah benjolan tidak biasa yang
ditemukan pada payudara. Benjolan itu biasanya ditandai dengan rasa sakit bila
dipegang atau ditekan.
2. Perubahan pada payudara
Biasanya gejala yang terjadi ialah berubah ukuran, bentuk payudara dan putting. Di
mana gejala itu awalnya ditandai dengan permukaan payudara akan berwarna merah,
kemudian perlahan kulit mengerut seperti kulit jeruk.
3. Puting mengeluarkan cairan
Pada putting sering kali mengeluarkan cairan (nipple discharge) seperti darah, tetapi
juga terkadang berwarna kuning, kehijau-hijauan berupa nanah.
4. Pembengkakan pada payudara
Gejala kanker payudara juga ditandai dengan pembengkakan payudara tanpa ada
benjolan merupakan gejala umumnya. Bahkan, kadang-kadang salah satu payudara
pembuluh darahnya lebih terlihat.

4.

Stadium Kanker Payudara


Menurut (Olfah, 2013) tahapan kanker payudara adalah sebagai berikut :
1. Stadium 1
Tumor terbatas pada payudara dengan ukuran <2 cm, tidak terfiksasi pada kulit atau
otot pektoralis, tanpa dugaan metastasis aksila.

Universitas Sumatera Utara

2. Stadium II
Tumor dengan diameter < 2 cm dengan metastasis aksila atau tumor dengan diameter
2-5 cm dengan atau tanpa metastatis aksila.
3. Stadium IIIA
Tumor dengan diameter >5 cm tetapi masih bebas dari jaringan sekitarnya dengan
atau tanpa metastasis aksila yang masih bebas satu sama lain, atau tumor dengan
metastasis aksila yang melekat
4. Stadium IV
Tumor yang telah mengalami metastasis jauh
5.

Pengobatan Kanker Payudara


Menurut Mulyani (2013) pengobatan kanker payudara tergantung stadium yang

dialami penderita. Macam-macam pengobatan kanker payudara yaitu:


1. Pembedahan
a. Radical Mastectomy, merupakan operasi pengangkatan sebagian dari payudara
(lumpectomy) dan operasi ini selalu diikuti dengan pemberian radioterapi.
b. Total Mastectomy, merupakan operasi pengangkatan seluruh payudara saja
bukan kelenjar di axial
c. Modified Radical Mastectomy, merupakan operasi pengangkatan seluruh
payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka, dan tulang iga
serta benjolan di sekitar ketiak
2. Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk membunuh
sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan. Terapi ini juga bertujuan untuk
mencegah agar kanker tidak muncul di area lain.

Universitas Sumatera Utara

3. Terapi Hormon
Terapi hormon dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka hormon dan dapat
dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium akhir.
4. Kemoterapi
Yaitu proses pemberian obat-obatan anti kanker dapat secara oral dan intravenous.
Kemoterapi adjuvant, diberikan setelah operasi pembedahan untuk jenis kanker
payudara yang belum menyebar dengan tujuan untuk mengurangi risiko timbulnya
kembali kanker payudara. Neoadjuvant kemoterapi diberikan sebelum operasi.
5. Terapi Imunologik
Terapi kanker ini berlandaskan pada fungsi sistem imun yang tujuannya untuk
mengenali dan menghancurkan sel yang berubah sifat sebelum sel tumbuh menjadi
tumor serta pembunuh sel tumor yang telah terbentuk.
6.

Efek pengobatan Kanker Payudara


Efek samping dari pengobatan pasien kanker payudara yaitu pada kemoterapi. Efek

samping yang paling umum adalah kelelahan atau merasa letih. Sebagian pengobatan bisa
membuat tubuh dehidrasi atau menyebabkan sulit buang air besar. Beberapa efek samping
lainnya seperti anemia, diare, kelelahan, masalah kesuburan, perubahan rambut,infeksi,
kehilangan daya ingat, luka pada mulut dan kerongkongan, perubahan pada kuku, mual,
perubahan dalam merasa dan membau, muntah, perubahan berat badan. Lalu pada terapi
radiasi yang menyebabkan reaksi kulit penderita seperti terbakar matahari, dengan warna
kemerah-merahan dari yang ringan hingga berat, dengan rasa gatal, terbakar, sakit, dan
mungkin bisa mengelupas. Tidak seperti yang terjadi pada kulit yang terbakar matahari, kulit
akan secara perlahan-lahan dan mungkin hanya dalam potongan kecil saja. Selain pada kulit,
efek samping terjadi pada ketiak dengan timbulnya rasa tidak nyaman, nyeri pada dada,

Universitas Sumatera Utara

kelelahan, masalah jantung, menurunnya sel darah putih, juga masalah pada paru-paru
(Pamungkas, 2011).
B.

Kecemasan

1.

Defenisi Kecemasan
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan (afektif) yang ditandai dengan perasaan

ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan (Hawari, 2004).


Menurut (Suliswati, 2012) kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu
keadaan yang tidk menyenangkan dan dialami oleh senua makhluk hidup dalam kehidupan
sehari-hari. Kecemasan juga merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat
diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik.
2.

Kepribadian Pencemas
Seseorang akan menderita gangguan cemas manakala yang bersangkutan tidak

mampu mengatasi stresor psikososial yang dihadapinya. Tetapi pada orang-orang tertentu
meskipun tidak ada stresor psikososial, yang bersangkutan menunjukkan kecemasan juga,
yang ditandai dengan otak atau tipe kepribadian pencemas, yaitu cemas, khawatir, tidak
tenang, ragu, bimbang, memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir), kurang
percaya diri, gugup apabila tampil dimuka umum,sering merasa tidak bersalah, menyalahkan
orang lain, tidak mudah mengalah, gerakan sering serba salah, sering mengeluh, khawatir
berlebihan terhadap penyakit,mudah tersinggung, suka membesar-besarkan masalah yang
kecil, dalam mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang dan ragu
Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya seringkali diulang-ulang, jika sedang
emosi seringkali bertindak histeris.orang dengan tipe kepribadian pencemas tidak selamanya
mengeluh hal-hal yang sifatnya psikis tetapi sering juga disertai dengan keluhan-keluhan fisik
(somatik) (Hawari, 2001).

Universitas Sumatera Utara

3.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan


Menurut Dalami (2009) faktor predisposisi kecemasan ditinjau dari berbagai teori

yang telah dikembangkanyaitu :


1. Teori psikoanalitik
Dalam pandangan psikoanalitik, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara
dua elemen kepribadian id dan superego. Id melambangkan dorongan insting dan
implus primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang yang
dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi menengahi
tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi ansietas adalah
meningkatkan ego bahwa ada bahaya.
2. Teori interpersonal
Menurut pandangan interpersonal kecemasaan timbul dari ketakutan terhadap ketidak
setujuan dan penlakkan interpersonal. Hal ini juga dihubungkan dengan trauma pada
masa pertumbuhan seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang
menjadi tidak berdaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat
mudah untuk terjadi kecemasan yang berat.
3. Teori perilaku
Menurut pandangan prilaku kecemasan merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu
yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Para ahli prilaku menganggap kecemasan merupakan suatu dorongan yang dipelajari
berdasarkan keinginan untuk menghindari rasa sakit. Teori ini meyakini bahwa
manusia pada awal kehidupannya dihadapkan rasa takut yang berlebihan akan
menunjukkan kemungkinan yang terjadi kecemasan yang berat pada kehidupannya
masa dewasanya. Ahli teori konflik memandang ansietas sebagai pertentangan antara
dua kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini adanya hubungan timbal balik

Universitas Sumatera Utara

antara konflik dan ansietas, konflik yang menimbulkan ansietas menimbulkan


perasaan tidak berdaya yang pada gilirannya meningkatkan konflik yang dirasakan.
4. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam
keluarga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan ansietas dengan
depresi.
5. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gamaaminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang
berhubungan dengan ansietas. Selain itu kesehatan untuk individu dan riwayat
ansietas pada keluarga memiliki efek nyata sebagai predisposisi ansietas. Kecemasan
mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan
individu untuk mengatasi stresor.
4.

Gejala Klinis Cemas


Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung,

merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut, takut sendirian, takut pada keramaian
dan banyak orang. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan. Gangguan
konsentrasi dan daya ingat. Keluhan keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan
tulang, pendengaran berdenging (tinnitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan
pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya (Hawari,2001)
5.

Gangguan Cemas Menyeluruh


Menurut Hawari (2001) secara klinis selain gejala cemas yang biasa, disertai dengan

kecemasan yang menyeluruh dan menetap (paling sedikit berlangsung selama 1 bulan)
dengan manifestasi 3 dari 4 kategori gejala berikut ini :

Universitas Sumatera Utara

1. Ketegangan motorik / alat gerak


Gemetar , tegang, nyeri otot, letih, tidak dapat santai, kelopak mata bergetar,
kening berkerut, muka tegang, gelisah, tidak dapat diam dan mudah kaget.
2. Hiperaktivitas saraf autonom
Berkeringat berlebihan, jantung berdebar-debar, rasa dingin, telapak tangan/kaki
basah, mulut kering, pusing, kepala terasa ringan, kesemutan, rasa mual, rasa
aliran panas atau dingin, sering buang air seni, diare, rasa tidak enak di uluh hati,
kerongkongan tersumbat, muka merah atau pucat, denyut nadi dan nafas yang
cepat waktu istirahat.
3. Rasa khawatir berlebihan tentang hal-hal yang akan datang
Cemas , khawatir, takut, berfikir berulang, membayangkan akan datangnya
kemalangan terhadap dirinya atau orang lain.
4. Kewaspadaan berlebihan
Mengamati lingkungan secara berlebihan sehingga mengakibatkan perhatian
mudah teralih, sukar konsentrasi, sukar tidur, merasa ngeri, mudah tersinggung,
dan tidak sabar
6.

Tingkat Kecemasan
Menurut Dalami (2009) ansietas atau kecemasan terdapat dalam 4 tingkatan, setiap

tingkatan memiliki karakteristik dalam persepsi yang berbeda, tergantung kemampuan


individu yang ada dan dari dalam dan luarnya maupun dari lingkungannya, tingkat
kecemasan atau ansietas yaitu :
a.

Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Individu

masih waspada dan berhati-hati, serta lapang persepsinya melebar. Individu terdorong untuk
belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Respon fisiologi kecemasan

Universitas Sumatera Utara

ringan adalah : sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada
lambung, muka berkerut dan bibir bergetar, sedang respon perilaku dan emosinya adalah :
tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-kadang meninggi.
b.

Kecemasan Sedang
Individu lebih memfokuskan hal-hal penting saat itu dan mengenyampingkan hal

lain, lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun. Respon fisiologi pada kecemasan
sedang adalah : sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anorexia,
konstipasi atau diare, gelisah., sedang respon perilaku dan emosinya adalah : gerakan
tersentak-sentak (mremas tangan), bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, perasaan tidak
aman.
c.

Kecemasan Berat
Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatianya pada detil yang kecil

(spesifik) dan mengabaikan hal lain. Individu tidak mampu lagi berfikir realistis dan
membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian pada area lain. Respon
fisiologi pada kecemasan berat adalah : nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik,
berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan, sedang respon perilaku dan
emosinya adalah : perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat.
d.

Kecemasan Panik
Pada tingkatan ini lapangan persepsi Individu sudah sangat menyempit dan sudah

terganggu sehingga tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa -apa
walaupun telah diberikan pengarahan. Respon fisiologi pada tingkat kecemasan ini adalah :
nafas pendek, rasa tercekik, sakit dada, pucat, hipotensi, koordinasi motorik rendah, sedang
respon perilaku dan emosi nya adalah : mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak,
kehilangan kendali atau kontrol diri, persepsi kacau.

Universitas Sumatera Utara

7.

Alat Ukur Kecemasan


Menurut Hawari (2013) Untuk mengetahuit sejauh mana derajat kecemasan seseorang

apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali orang menggunakan alat ukur (instrumen) yang
dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari
14 kelompok gejala yang masing masing kelompok dirinci lagi dengan gejala gejala yang
lebih spesifik. Masing-masing kelompok gejala yang diberi penilaian (score) antara 0-4 yang
artinya adalah : Nilai 0 : Tidak Ada gejala (keluhan), 1 : Gejala Ringan,

2 : Gejala Sedang,

3 : Gejala Berat , 4 : Gejala Berat sekali .


Penilaian atau pemakaian alat ukur ini dilakukan oleh dokter (psikiater) atau orang
yang telah dilatih untuk menggunakannya melalui teknik wawancara langsung. Masingmasing nilai angka (score) dari 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil
penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang yaitu : kurang dari 14
tidak ada kecemasan, 14-20 kecemasan ringan, 21-27 kecemasan sedang, 28-41 kecemasan
berat, 42-56 berat sekali
C.

Dukungan Sosial

1.

Definisi Dukungan Sosial


Taylor (2003) mengatakan dukungan sosial merupakan bentuk pemberian informasi

serta merasa dirinya dicintai dan diperhatikan, terhormat dan diharga, serta merupakan bagian
dari jaringan komunikasi dan kewajiban timbal balik dari orangtua, kekasih/kerabat, teman,
jaringan lingkungan sosial serta dalam lingkungan masyarakat.
2.

Sumber dukungan sosial

Sumber-sumber dukungan sosial dikelompokkan oleh Sarafino (1994) yang mengeukakan


bahwa dukungan sosial dapat berasal dari :
1

Orang-orang

sekitar

individu

yang

termasuk

kalangan

non-profesional

(signification others) seperti : keluarga, teman dekat, atau rekan . hubungan dengan

Universitas Sumatera Utara

kalangan non-profesional atau significant others merupakan hubungan yang


menempati bagian terbesar dari kehidupan seseorang individu dan menjadi sumber
dukungan sosial yang sangat potensial.
2

Profesional , seperti psikologi atau dokter, yang brguna untuk menganalisis secara
klinis maupun psikis.

3
3.

Kelompok-kelompok dukungan sosial (social support group)


Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Sosial
Tidak semua orang mendapatkan dukungan sosial seperti yang diharapkannya.

Setidaknya ada 3 faktor yang menyebabkan seseorang menerima dukungan (Sarafino, 1994).
a.

Potensi penerima dukungan


Tidak mungkin seseorang memperoleh dukungan sosial seperti yang diharapkan jika
dia tidak sosial, tidak pernah menolong orang lain, dan tidak membiasakan orang lain
mengetahui bahwa dia sebenarnya memerlukan pertolongan . beberapa orang tidak
perlu assertive untuk meminta bantuan orang lain atau merasa bahwa mereka
seharusnya tidak tergantung dan menyusahkan orang lain.

b.

Potensi penyedia dukungan


Seseorang yang seharusnya menjadi penyedia dukungan bisa saja tidak mempunyai
sesuatu yang dibutuhkan orang lain, atau mungkin mengalami stress sehingga tidak
memikirkan orang lain, atau bisa saja tidak sadar akan kebutuhan orang lain.

c.

Komposisi dan struktur jaringan sosial


Maksud dari jaringan sosial adalah hubungan yang dimiliki individu dengan orangorang dalam keluarga dan lingkungannya. Hubungan ini dapat bervariasi dalam
ukuran (jumlah orang yang sering berhubungan dengan individu), frekuensi hubungan
(seberapa sering individu berteman dengan orang-orang tersebut), komposisi ( apakah

Universitas Sumatera Utara

orang-orang tersebut keluarga, teman, rekan kerja, dan sebagainya ), dan kedekatan
hubungan.
4.

Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kesehatan


Menerut Sarafino (2006), ada dua model teori untuk mengetahui bagaimana dukungan

sosial ini bekerja dalam diri individu, yaitu :


1. The Buffering Hypothesis
Menurut teori ini, dukungan sosial melindungi individu dengan melawan efek -efek
negatif dari tingkat stres yang tinggi, yaitu dengan dua cara berikut:
a.

Ketika individu menghadapi stressor yang kuat, seperti krisis keuangan, maka
individu dengan tingkat dukungan sosial yang tinggi menjadi kurang melihat
situasi tersebut sebagai situasi yang penuh stress, bila dibandingkan dengan
individu dengan tingkat dukungan sosial yang rendah. Individu dengan tingkat
dukungan sosial yang tinggi berharap bahwa seseorang yang dikenal individu
akan menolong individu tersebut.

b.

Dukungan sosial dapat merubah respon seseorang terhadap stressor yang telah
diterima sebelumnya. Contohnya, individu dengan dukungan sosial yang tinggi
mungkin memeliki seseorang yang dapat memberikan solusi terhadap masalah
individu, atau melihat masalah tersebut sebagai suatu yang tidak terlalu penting,
atau membuat individu dapat menemukan titik terang dari masalah tersebut.

2. The Direct Effect Hypothesis


Individu dengan tingkat dukungan sosial yang tinggi memiliki perasaan yang kuat
bahwa individu tersebut dicintai dan dihargai. Individu dengan dukungan sosial
tinggi merasa bahwa orang lain peduli dan membutuhkan individu tersebut,
sehingga hal ini dapat mengarahkan individu kepada gaya hidup yang sehat.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai