KAJIAN PUSTAKA
secara perlahan, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
tidak dapat memperbaiki kerusakan yang diderita disebut penuaan ( Darmojo, 2009).
Penuaan adalah merupakan suatu proses yang menyebabkan atresi dan
perburukan selular seiring usia yang pada akhirnya berakhir pada penurunan
viabilitas dan kematian, dipengaruhi baik oleh suatu program genetik mau pun juga
oleh peristiwa lingkungan dan endogen kumulatif yang berlangsung di sepanjang
rentang usia organisme. Proses penuaan perlu dipahami, sebagian karena proporsi
individu berumur 55 tahun ke atas terus meningkat, diprediksikan sebesar 31% di
Amerika Serikat pada tahun 2030 ( Yaar, 2003 ), dengan pergeseran demografi
serupa diprediksikan untuk Eropa dan Jepang. Persentase orang berusia 60 tahun ke
atas akan meningkat dua atau tiga kali lipat pada 2050.
Ketika harapan hidup meningkat, yang memaksa individu tua untuk menunda
pensiun mereka dan/atau merencanakan pensiun panjang, kaum manula mencari modalitas
intervensi untuk memperbaiki penampilan mereka dan mengembalikan tanda penuaan.
Oleh karena itu, jumlah kunjungan ke dokter estetik, dokter kulit dan dokter bedah plastik
diperkirakan meningkat pesat di masa mendatang. Untuk menangani penyakit kulit pada
manula secara efektif dan untuk menggunakan modalitas intrevensi yang tepat untuk
membalikkan penuaan kulit, penting bagi kita untuk mengerti dengan perubahan
klinis dan histologis yang menyertai penuaan kulit.
2.1.1. Penuaan Kulit Kronologis
6
kadar induksi dari beberapa molekul penghantar sinyal tertentu yang meliputi
sitokin dan kemokin mengalami penurunan seiring usia yang mengakibatkan
beberapa fungsi kulit memburuk ( Swift, 2001 ).
Atresi dan perburukan selular yang menandakan proses penuaan
diakibatkan oleh perubahan molekular baik pada lingkungan selular mau pun
juga pada DNA dan protein didalam sel. Perubahan ini mengakibatkan respons
selular yang menyimpang terhadap perubahan lingkungan, yang pada akhirnya
menyebabkan penurunan viabilitas dan kematian.
2.1.2 Manifestasi klinis dan histologis penuaan kulit kronologis
Manifestasi klinis dari penuaan kulit kronologis meliputi xerosis, kendor,
keriput, lamban
Perubahan
kulit yang besar pada penuaan kulit kronologis terlihat pada dermoepidermal junction
yang memperlihatkan perataan rete ridges yang menyebabkan reduksi kontak antara
epidermis dan dermis menyebabkan reduksi pertukaran nutrien dan metabolit diantara
kedua kompartemen ini.
Epidermis
Perataan
dermoepidermal
junction
Perubahan ketebalan
Dermis
Athropy ( kurangnya volume
Jaringan Lain
Depigmentasi rambut
dermis )
Perubahan jaringan penunjang
Rambut rontok
kulit
Fibroblast yang berkurang
bervariasi
Terdapat atipik nuclear
Melanosit berkurang
Sel Langerhans berkurang
Tabel 2.1 Manifestasi histologis dari penuaan kulit kronologis. (Yaar M, 2006 )
.
Dermis tampak hiposelular dengan lebih sedikit fibroblast dan mast cells dan
hilangnya volume dermis. Penelitian dengan mikroskop elektron menunjukkan bahwa
serabut kolagen menjadi longgar dan terjadi peningkatan moderat dan penebalan
serabut elastis dengan resorpsi sebagian besar serabut sub-epidermis. Selain itu,
terjadi penurunan jumlah pembuluh darah dermis, pemendekan capillary loop, dan
penurunan densitas Pacinian corpuscles dan Meissners corspuscles, yakni organujung kulit yang bertanggung jawab terhadap persepsi tekanan dan sentuhan ringan.
Kehilangan inervasi sensorik dan otonom yang melibatkan epidermis maupun dermis
( Ulfhak, 2002 ).
Modifikasi appendage kulit meliputi rontok rambut yang mencerminkan konversi
rambut utama menjadi rambut vellus ( Yaar, 2003 ). Juga terjadi pengubanan rambut
sebagai akibat hilangnya melanosit dari akar rambut dan penyimpangan fungsi
melanosit yang meliputi penurunan aktivitas tyrosinase, penurunan dan kurang
efisiennya transfer melanosom dan rusaknya migrasi dan/atau proliferasi melanosit
dari area penyimpanan ke area yang berdekatan dengan dermal papilla.
1. Keriput ( Wrinkle )
serabut
elastis
pada
area
sub-epidermis,
dan
dermis
retikulum
7
2.
hilangnya
homeostasis
secara
fokal,
dengan
UVC (100-280 nm). Bagian UVC dari spektrum tersebut tidak terdapat pada
sinar mahatari di bumi, kecuali pada garis bujur tinggi, karena bagian UVC
tersebut diserap oleh lapisan ozon atmosfer melalui absorpsi sinar UVA dan UVB
oleh kromofor seluler seperti urocanic acid, riboflavin dan precursor melanin yang
bekerja sebagai fotosensitizer berperan utama untuk produksi
reactive oksigen
serabut
dermis.
menunjukkan karakteristik kasar, kerutan halus dan kasar, hiperpigmentasi yang tidak
merata dapat berupa lentigen atau bercak (freckles), kelemahan, bengkak, dan
teleangiektasis (Rigel , 2004).
Iradiasi UVB utamanya mengenai epidermis. Ini diserap langsung oleh DNA
selular, mengakibatkan pembentukan lesi DNA, utamanya dimer cyclobutane dan
photoproduct pyrimidine (6-4) pyrimidone. Meski mempunyai sistem perbaikan
kerusakan nuclear DNA, kerusakan DNA jarang diperbaiki secara menyeluruh. Jika
sel terus menyimpan banyak DNA rusak, maka mereka mengalami apoptosis, suatu
proses yang utamanya diperantarai oleh protein tumor suppressor p53 ( Kulms,
2000) . P53 juga ikut serta dalam perbaikan kerusakan DNA dan dalam penghentian
siklus sel transien sesudah kerusakan DNA. Sel yang tidak mengalami apoptosis dan
yang kerusakannya tidak diperbaiki secara menyeluruh akan beresiko mutasi dan
pada akhirnya menjadi kanker. Ini sangat penting mengingat beberapa penelitian
epidemiologi terbaru menunjukkan bahwa lebih dari 90% squamous cell carcinoma
pada epidermis dan lebih dari 50% basal cell carcinoma (BCC) memperlihatkan
mutasi terinduksi UV yang menonaktifkan actinic keratosis . Selanjutnya, mutasi
p53 terdapat pada premalignant actinic keratosis , menunjukkan bahwa mutasi p53
terjadi secara dini, meningkatkan risiko transformasi ganas pada sel yang terserang.
Terlepas dari efek langsungnya terhadap DNA epidermis, beberapa penelitian
pada sistem mencit menunjukkan bahwa iradiasi UVB mempengaruhi respons
imun kulit dan sistemik yang menyebabkan presentasi antigen defektif dan
pembentukan suppressor T-cells, sehingga memungkinkan penyebaran sel kanker
yang akan ditolak ( Kulms, 2000).
peroksidasi lipid menstimulasi migrasi keluar sel respons imun dari epidermis dan
dengan
demikian
turut
menyebabkan
imunospuresi.
Iradiasi
UVB
juga
10
Karena area kulit yang terpapar sinar matahari juga adalah area yang dapat
dilihat jelas, persepsi atas umur seseorang utamanya dipengaruhi oleh banyaknya
photodamage kulitnya. Respons terhadap kerusakan yang diinduksi UV tampaknya
bergantung pada tipe kulit individu. Individu dengan tipe kulit III-V menunjukkan
respons hiperplastik memperlihatkan kulit tebal dan keras dengan keriput kesat.
Kadangkala, juga terdapat nodularitas halus (elastosis) dan komedo (maladie
de
Favre et Racouchot). Kulit terlihat hyperpigmented permanen atau kecoklatan
dengan corak kuning hingga kemerahan dan kulit memperlihatkan banyak makula
hyperpigmented
pada individu bertipe kulit III-V. Secara klinis, mereka membentuk pola rhomboid
silang-menyilang dan kulit kasar memperlihatkan nodularitas halus.
Gambar 2.3
11
Elastosis adalah suatu bahan yang terdiri dari jalinan massa besar dari
jaringan elastis yang terurai. Terdapat pita tipis yang mengandung suatu zat
eosinofilik yang utamanya terdiri dari glikosaminoglikan dan kolagen yang baru
terbentuk dan disebut Green zone. Zona ini dianggap sebagai suatu area tempat
berlangsungnya perbaikan aktif photodamage dan secara histologis mengingatkan
akan jaringan parut pada luka. Lebih dalam lagi pada dermis, serabut kolagen
tampak terurai, menggumpal dan terfragmentasi. Dermis juga sering memperlihatkan
banyak infiltrat inflamatorik yang terdiri dari mast cells, histiosit dan sel
mononukleus lain ( Fisher et al, 2002 ).
Ciri klinis dan histologis dari photodamage kulit diringkas pada tabel berikut
ini.
Tabel 2.2 Dampak klinis dan histologis dari photodamage ( dikutip dari Mina Yaar ,
2002 )
Abnormal Klinis
Abnormal Histologis
Kering ( Kasar )
Actinic Keratoses
IRREGULER PIGMENTASI
1.
2.
3.
4.
Freckles
Lentigo
Hipomelanosis gutata
Hiperpigmentasi
persisten
Kerutan
Pseudoscar stelata
Nodul
Inelastisitas
Telangiektasia
Venous Lake
Purpura ( Gampang Memar )
Makrokomedo ( maladie de
Favre et Racouchot )
12
Hyperplasi sebaceous
Salah satu ciri histologis paling menyolok dari photodamage adalah solar elastosis
Gambar 2.4. Gambaran Histologis Photodamage. Pewarnaan HE menunjukkan adanya masa keunguan yang mel
13
membentuk mutasi lain dan pada akhirnya berkembang menjadi squamous cell
carcinoma.
2.1.5 Kemunduran fungsi kulit terkait usia
1. Penggantian sel dan penyembuhan luka
Keratinosit mencakup 90% populasi sel epidermis. Seiring waktu, mereka
kehilangan kapasitas proliferatifnya, dan kemampuan untuk berdiferensiasi
terminal sebagaimana mestinya untuk membentuk stratum korneum protektif
( Granstein, 2003 ) , serta kemampuan untuk mengelaborasi sitokin dan sinyal
antar sel lain sebagai respons terhadap stimulus lingkungan ( Yaar, 2004 ).
Pemburukan ini mungkin ikut menyebabkan lambatnya penyembuhan trauma
minor
dan parut bedah yang lebih lemah, maupun juga kecenderungan terhadap
14
15
16
skor lebih rendah yang terkait dengan peluang peningkatan 5-fold menjadi vitamin D
tidak cukup (atau 5.0, 95% CI: 1.1, 23). Skor yang didapat untuk parameter tertentu
yaitu photodamage , kerut dan termasuk eritema/telangiectasias, hiperpigmentasi,
yang juga secara signifikan dikaitkan dengan kekurangan vitamin D. Hasil tersebut
menunjukkan hubungan antara penuaan kulit dan 25 tingkat D-OH ( Chang , 2010).
2.2. Sel Punca ( Stem cell )
berdiferensiasi dan mempunyai potensi untuk dapat berdiferensiasi menjadi jenis sel lain.
Potensi tersebut memungkinkan sel induk menjadi sistem perbaikan tubuh dengan
menyediakan sel baru selama organisme bersangkutan itu hidup.
Sel Punca merupakan dasar dari kehidupan, dikemukakan oleh Rudolph Virchow
bahwa All Cell come from Cells .
mengubah diri menjadi sel yang spesifik, baik dari jaringan embrio maupun dewasa, yang
dikenal dengan totipoten.
Perkembangan sel punca sebagai terapi sel semakin mendapat perhatian dari sejumlah
peneliti yang ada di seluruh dunia. Berbagai kemajuan dan manfaat yang telah
dipublikasikan secara ilmiah juga sudah dapat dirasakan oleh masyarakat dunia. Selain itu
juga mengundang sejumlah kontroversi yang secara etika belum dapat diterima di
sebagian negara.
Sel Punca dapat berdiferensiasi menjadi lebih dari satu jenis sel, satu
karakteristik yang disebut dengan plastisitas. Plastisitas sel punca variasi bergantung
pada apakah ia berasal dari embrio ataukah dari organisme dewasa. Sel punca dari
17
18
Gambar 2.5 Diagram diferensiasi Stem Cell Embrio dan progenitornya (dikutip dari
Stem cell Handbook, Stewart Sell ,2004)
Berdasarkan statistik yang ada, penelitian ilmiah dengan menggunakan Adult stem
cell
ini hampir menembus angka 1373, dibanding dengan Embryonic stem cell,
dikarenakan dari segi etika dan kesulitan untuk mendapatkan sel progenitor .
Sampai saat ini , progenitor sel dari bone marrow dipercayai bersifat pluripoten, dapat
berkembang menjadi sel stromal dan limfosit, sebagaimana yaitu RBC, white blood cells
(WBCs), dan megakariosit (Platelets) . Selain sebagai prekursor pada susunan
hematopoetik, bone marrow juga mengandung mesenkim sel progenitor
yang dapat
berkembang juga menjadi tipe sel yang lain seperti osteosit, sel otot, astrosit dan neuron
seperti halnya sel stromal sebagai pendukung hematopoesis.
19
Blastomer amfibi, dari embrio dua atau empat sel, juga mempertahankan totipotensi
mereka dan merupakan contoh yang tepat untuk stem cell embrio ( Shi et al, 2006 ).
Stem cell embrio mamalia diperoleh hanya dari inner mass cell
(ICM)
blastocyst, dan jika dimasukkan dalam kultur sel, mereka dapat berdiferensiasi
menjadi banyak jenis sel, mewakili tiga lapisan germ embrio (ectoderm, mesoderm,
dan endoderm). Tetapi, sesudah asosiasi antara ICM dan trophoblast terganggu
(seperti ketika stem cell embrio dimasukkan dalam kultur), stem cell embrio tidak
dapat berkembang menjadi embrio. Karena alasan ini, mereka dikatakan pluripoten
bukan totipoten. Dalam kultur, stem cell embrio hidup selamanya, berproliferasi
selama jangka waktu tak terbatas yang selama itu mempertahankan fenotip embrio
( Shi et al, 2006 ).
Dalam percobaan lain, stem cell embrio diletakkan dalam piring kultur dan
dibiarkan untuk berdiferensiasi secara spontan (dalam hal ini, sel dikatakan telah
berdiferensiasi secara in vitro). Tahapan pertama dan sangat penting pada
diferensiasi in vitro melibatkan agregasi sel menjadi gumpalan kecil yang disebut
embryoid bodies. Kontak diantara sel diperlukan agar diferensiasi terjadi dan
mengulang peristiwa embriogenesis normal, dimana kontak dan interaksi antar sel
diantara ketiga lapisan germ menentukan nasib perkembangan sekelompok sel
tertentu ( Shi et al, 2006 ).
Dalam kultur, komunikasi antar sel didalam embryoid body mengakibatkan
pembentukan neuron, sel kulit, jaringan otot kontraksi, dan jenis sel lain. Meski
embryoid body mempunyai organisasi yang longgar, beberapa diantara mereka mirip
blastocyst.
Ketika stem cell embrio yang dikulturkan beragregasi membentuk embryoid
body, atau teratoma, mereka mencoba untuk membentuk gastrula dan ketiga lapisan
20
dapat
membuat semua sel yang akan selalu dibutuhkan oleh tubuh, tetapi mereka tidak
tahu dimana sel tersebut akan diletakkan atau cara untuk menghubungkan mereka
( Shi et al, 2006 ).
Deskripsi
Adiposit
Astrosit
Tipe sel glia (lem) yang menopang neuron secara struktural dan metabolik
Kardiomiosit
Condrosit
Sel dendritik
Sel endotel
Sel yang membentuk lapisan bagian dalam (endothelium) semua pembuluh darah
Sel hematopoietik
Keratinosit
Mast cell
Neuron
Sel yang membentuk otak, spinal cord, dan sistem syaraf peripheral
Oligodendrosit
Osteoblast
Otot halus
21
dilaksanakan oleh jaringan yang rusak: Jika kulit teriris, sel kulit lain disepanjang
area yang rusak akan membelah dan bermigrasi untuk menutup luka tersebut; jika
kaki patah, maka kondrosit (sel pembentuk tulang) akan memperbaiki kerusakan
tersebut. Organ lain, seperti otak dan jantung, diduga tidak mampu memperbaiki diri
sendiri, karena miosit dan neuron diketahui sebagai sel post-mitosis.
Meski stem cell embrio didefinisikan dan diidentifikasikan melalui isolasi dari
ICM blastocyst, identifikasi stem cell dewasa dan penentuan asalnya sangatlah sulit
dilakukan.
disisihkan selama perkembangan tiap jaringan, sedangkan ahli lain meyakini mereka
mungkin adalah bagian dari suatu populasi migran sel embrio yang yang mendiami
berbagai bagian tubuh selama proses neurulasi dan organogenesis. Kemungkinan
yang ketiga adalah bahwa stem cell dewasa diproduksi sesudah perkembangan embrio
selesai melalui de-diferensiasi sekelompok sel pilihan didalam berbagai jaringan
tubuh. Tidaklah jelas mengapa sel-sel ini mampu memperbaiki beberapa jaringan
tetapi tidak mampu memperbaiki jaringan yang lain
( Shi et al, 2006 ).
Tabel 2.4 Stem cell dewasa
JARINGAN DAN ORGAN DEWASA YANG DIKETAHUI MENGANDUNG STEM CELL
Asal
Deskripsi
Otak
Stem cell otak dapat berdiferensiasi menjadi ketiga jenis jaringan syaraf astrosit,
oligodendrosit, dan neuron dan, pada beberapa kasus, prekursor sel darah.
Sumsum tulang
Ini terdapat sebagai stem cell hematopoietik, yang menghasilkan semua sel darah, dan
sebagai sel stoma, yang berdiferensiasi menjadi tulang rawan dan tulang.
Endothelium
Stem cell ini disebut hemangioblast dan diketahui berdiferensiasi menjadi pembuluh darah
dan kardiomiosit. Mereka bisa berasal dari sumsum tulang, tetapi ini belum pasti.
Otot kerangka
Stem cell ini bisa diisolasi dari otot atau sumsum tulang. Mereka memperantarai
pertumbuhan otot dan bisa berproliferasi sebagai respons terhadap injuri atau
aktivitas fisik (exercise).
Kulit
Stem cell kulit dikaitkan dengan sel epitel, sel epidermis, sel folikel rambut, dan lapisan
dasar epidermis.
Sistem pencernaan
Terletak di rongga usus, atau invaginasi. Stem cell ini bertanggung jawab meremajakan
lapisan epitel usus.
22
Pankreas
Banyak jenis sel ini diyakini ada, tetapi contoh-contohnya belum diisolasi. Beberapa
stem cell syaraf diketahui menghasilkan sel pankreas.
Liver
Identitas stem cell liver masih belum jelas. Stem cell dari sumsum tulang bisa
memperbaiki beberapa kerusakan liver, tetapi sebagian besar perbaikan tampaknya
dilaksanakan oleh hepatosit (sel liver) itu sendiri.
23
Gambar
2.6
Sejarah
pemanfaatan
stemcell,
dikutip
dari
http://okebanget.net/2009/05/18/kultur-sel-sebagai-teknik-pengobatan-di-masa-depan/
Stem cell dewasa pertama yang ditemukan pada sumsum tulang dan
diketahui bertanggung jawab mengisi kembali sel darah. Sebelum penemuan stem
cell, sel darah diasumsikan hanya digantikan oleh sel precursor yakni sel yang
dapat menjadi dewasa menjadi sel darah tetapi tidak dapat berdiferensiasi
menjadi jenis sel lain. Stem cell dewasa lain, yang ditemukan di kulit, bisa
terlibat dalam perbaikan luka. Pada sebagian besar kasus, pembelahan dan
pergerakan sel kulit memperbaiki luka gores, sedangkan luka yang lebih dalam
bisa mengaktifkan stem cell untuk memperbaiki kerusakan. Roh dan Lyle pernah
membuktikan sel punca yang diambil dari bulge region dapat berdiferensiasi menjadi
folikel rambut, sel epidermal dan kelenjar sebacea secara in vitro ( Roh , 2006 )
Keberadaan stem cell dewasa sangatlah penting, karena penggunaan
mereka untuk mengobati penyakit menghilangkan masalah etika yang terkait
dengan penggunaan stem cell embrio. Keterbatasan plastisitas stem cell dewasa
menjadi penghalang utama yang harus diatasi sebelum mereka akan menjadi
alternatif praktis atas stem cell embrio, tetapi banyak ahli yakin prestasi ini akan
dicapai ketika penelitian tentang sel ini yang dipelihara dalam kultur jaringan,
akan meningkat.
2.2.2.1 Hematopoetic stem cells
HSC (Hematopoetic Stem cell) adalah sel yang diisolasi dari darah dan bone
marrow yang dapat menggantikan diri sendiri, dapat berdiferensiasi menjadi varian dari
sel tertentu, dapat berpindah keluar dari bone marrow menuju sirkulasi darah,dan dapat
mengalami kematian sel, dinamakan apoptosis yaitu suatu proses dimana sel akan
24
mengalamai kemunduran atau kerusakan karena tidak digunakan. HSC ditemukan pada
bone marrow dewasa, termasuk femur, panggul, iga, tulang dada dan lainnya. Sumber
lainnya yang digunakan dalam klinis dan penelitian termasuk juga darah tali pusat,
plasenta, darah perifer. Untuk keperluan eksperimen, hati dan limpa bayi dari binatang
berkemampuan sebagai sumber dari HSC.
Secara umum problem dalam pemeriksaan stem cell ini adalah mengidentifikasi stem
cell progenitor jangka panjang dan jangka pendek dikarenakan sulit, mahal , dan memakan
waktu serta tidak dapat dilakukan pada manusia. Dibeberapa penelitian dikatakan bahwa sel
yang ditest pada kultur memiliki kemampuan membentuk asal usul dan koloni koloni dari sel,
akan tetapi ragam test tersebut tidak dapat diterima sebagai bukti bahwa merupakan stem cell
jangka panjang.
Kesulitan pada penentuan HSC meliputi dua hal yang selalu timbul dalam penelitian :
1. Identifikasi pasti dari HSC,
2. Membuat proliferasi atau meningkatkan jumlah sel pada media kultur.
Gambar 2.7 Diferensiasi dari Hematopoetic dan Stromal Stem Cell ( dikutip dari
http/stemcell information.com , chapter 5, 2010 )
25
Gambar 2.8 Diferensiasi Hematopoetic Stemcell dikutip dari Stem Cell & Anti Cancer
Technology for Better life.
2.3 Stem cell Niche
Stem cell niche adalah frase yang dipakai secara umum dalam komunitas ilmiah
untuk menjelaskan lingkungan mikro dimana stem cells
berinteraksi
ditemukan, yang
dengan stem cells untuk meregulasi nasib stem cells. Kata niche
dapat mengacu pada lingkungan mikro stem cells in vivo atau in vitro. Selama
perkembangan embrio, berbagai faktor niche bekerja terhadap stem cells embrio
untuk mengubah ekspresi gen, dan menginduksi proliferasi dan diferensiasi untuk
perkembangan fetus. Dalam tubuh manusia, stem cell niche mempertahankan stem
cells dewasa dalam keadaan diam, namun sesudah trauma jaringan, lingkungan mikro
sekitarnya aktif mengirim sinyal ke stem cells untuk memacu peremajaan diri atau
diferensiasi membentuk jaringan baru.
26
pemeliharaan
karakteristik pluripotent dari stem cells embrio. Tetapi, kondisi ini pun tidak bisa
seluruhnya meniru kondisi niche in vivo.
Stem cells dewasa tetap dalam kondisi belum berdiferensiasi sepanjang
kehidupan dewasa. Tetapi, ketika mereka dikulturkan secara in vitro, mereka sering
mengalami proses penuaan dimana morfologi mereka berubah dan kemampuan
proliferasi mereka menurun. Kondisi kultur yang benar untuk stem cells dewasa
diyakini
harus
disempurnakan
sehingga
stem
cells
dewasa
dapat
terus
27
28
GSCs, yang langsung melekat ke somatic cap cells dan escort cells, yang
mengirimkan sinyal secara langsung ke GSCs. GSCs mudah diidentifikasi melalui
histological staining terhadap protein vasa (untuk mengidentifikasi germ cells) dan
protein 1B1 (untuk mengetahui bentuk luar dari struktur sel dan struktur fusome
spesifik germline). Perlekatan fisik mereka ke cap cells diperlukan untuk
pemeliharaan dan aktivitas mereka ( Song et al, 2009 ).
2.3.2 Mekanisme Molekular pada Germ Stem Cells
Sinyal Sistemik yang Meregulasi GSCs yaitu diet atau insulin-like signaling
mengendalikan proliferasi GSCs secara langsung pada Drosophila melanogaster.
Diet meningkatkan kadar Drosophila insulin-like peptide (DILP) menyebabkan
peningkatan proliferasi GSCs. Up-regulasi DILPs pada GSCs tua dan niche mereka
menyebabkan peningkatan pemeliharaan dan proliferasi. DILPs juga terbukti
meregulasi kuantitas cap cells dan meregulasi perlekatan fisik GSCs ke cap cells
( Hsu, 2009 ).
Mekanisme Peremajaan pada stem cells dibagi dua, yakni pembelahan simetri
GSCs
untuk memproduksi satu cystoblast anakan, tetapi ada pendapat yang menyatakan
bahwa pembelahan simetris dapat terjadi pada dua sel anakan yang tetap menjadi
GSCs ( Pan et al, 2007 ) . Jika GSCs dibuang untuk menciptakan niche kosong dan
cap cells masih ada dan mengirimkan sinyal pemeliharaan, maka cystoblast yang
sudah berdiferensiasi dapat direkrut ke ceruk itu dan berde-diferensiasi menjadi
GSCs fungsional.
Ketika betina Drosophila mengalami penuaan, stem cell niche mengalami
hilangnya keberadaan dan aktivitas GSCs secara age-dependent. Kehilangan ini diduga
disebabkan oleh penguraian beberapa faktor pensignalan penting dari niche yang
29
berasal dari niche, GSCs mengalami penuaan secara intrinsic yaitu ada reduksi adhesi
GSCs ke cap cells secara age-dependent dan ada akumulasi reactive oxygen species
(ROS) yang menyebabkan kerusakan selular yang ikut andil dalam menyebabkan
penuaan GSCs. Ada reduksi jumlah cap cell dan perlekatan fisik GSCs ke cap cells
akibat penuaan. Shg diekspresikan dengan kadar lebih rendah secara signifikan pada
GSC niche tua dibanding GSC niche muda ( Pan et al, 2007 ).
2.4
lingkungan dan inflamasi. Banyak antigen asing masuk tubuh melalui kulit dan respons
imun sudah diawali di kulit. Kulit terdiri atas lapisan dermis dan epidermis. Epidermis yang
merupakan bagian terluar mengandung keratinosit, melanosit, sel langerhans, sel T dan
dermis mengandung sel T intraepitel dan makrofag.
Gambar 2.9 Kulit sebagai organ limfoid ,Dikutip dari Karnen Garna Baratawidjaja,
Imunologi Kulit , 2004
30
langerhans mulai diaktifkan dan melepaskan diri dari susunan jala untuk bermigrasi
ke dermis dan memasuki sistem aferen limfatik, dan masuk ke kelenjar getah bening
31
untuk berpartisipasi dalam respon imun primer dan mempresentasikan antigen ke sel
T ( Karnen, 2004 ).
Sel
Langerhans
ini
dinamai oleh
Paulus
Jerman dan ahli anatomi, yang menemukan sel-sel pada usia 21, sementara dia
adalah mahasiswa kedokteran. Pada infeksi kulit, sel Langerhans setempat akan
mengambil dan proses mikroba antigen untuk menjadi fungsi menyajikan antigen-sel.
Umumnya, sel dendritik di jaringan yang aktif dalam penangkapan, pengambilan dan
pemrosesan antigen. Setelah sel dendritik tiba di jaringan limfoid sekunder, mereka
kehilangan sifat ini, sementara memperoleh kemampuan untuk berinteraksi
dengan sel-T naif.
2009.
Sel Langerhans berasal dari diferensiasi selular dari monosit dengan penanda
"Gr-1" (juga dikenal sebagai "Ly-6G/Ly-6C"). Diferensiasi membutuhkan stimulasi
oleh faktor stimulasi koloni (CSF)-1 yang serupa dalam morfologi dan fungsi
makrofag
32
(pengalihan jalur respons) ke respon profil Th2. Produksi IL-6 yang berlebihan juga
berperan dalam respons Th2 ( Karnen, 2004 ).
33
Gambar 2.11 Tiga Tahap Hematopoesis ( dikutip dari Karnen Garna Baratawidjaja,
Imunologi Kulit ,2004 ).
Hematopoetik stem cell adalah pluripoten, berarti dapat berkembang menjadi
semua sel darah. HSC tidak mengekspresikan petanda spesifik seperti CD3 pada sel
T atau CD19 pada sel B, tetapi mengekspresikan molekul protein CD34. Selama
perkembangan embrionik, HSC bermigrasi ke hati dan sumsum tulang dan
selanjutnya diinduksi untuk berkembang atas pengaruh faktor pertumbuhan dalam
jaringan tersebut (CSF). SIH menjadi sel progenitor yang tidak terlalu primitif
dibanding sel HSC dan selanjutnya dapat berkembang menjadi sel yang khusus
( Karnen, 2004).
34
Th yang berkembang
menjadi sel Th1 dan Th2 dan CD8+ CTL/Tc. Sel T yang juga mengekspresikan
reseptor T spesifik yang berperan dalam proteksi spesifik terhadap infeksi virus dan
infeksi intraselular lain. Sel NK adalah limfosit yang berasal dari sel induk yang
berbeda dari sel B dan sel T merupakan bagian dari sistem imun nonspesifik dan
menghancurkan sel yang terinfeksi virus dan beberapa sel tumor.
Stimulasi sel Langerhans ( Sel Dendritik ) melalui Toll Like Receptors
(TLRs) menginduksi up-regulasi molekul MHC dan molekul ko-stimulatorik dan
sekresi beberapa sitokin, termasuk TNF-, IL-12, IL-6, IL-10 dan type 1
interferon ( Iwasaki et al, 2004 ) .
35
Ada perbedaan ekspresi TLRs pada pDC, mDC darah dan mdDC ( Kurg et
al, 2001, Kadowaki et al,2001, Jarrossay, 2001 ) . pDC mengekspresikan TLR-1,
-7 dan -9, mDC darah mengekspresikan TLR-1, -2, -3, -5, -6, -8 dan -10, dan
mdDC mengekspresikan TLR-1, -2, -3, -4, -5, -6 dan -8. Baru-baru ini dilaporkan
persebaran TLR pada DC yang diisolasi langsung dari kulit, tetapi tidak ada
informasi serupa mengenai model yang banyak digunakan yakni CD34-derived
LC dan derived Dendritic cell ( dDC ) ( Flacher, 2006 ). Oleh karena itu, kita
menganalisis ekspres TLR oleh LC dan dDC yang dihasilkan dari CD34 stem
cells dan menyelidiki respons maturasional dan respons sitokin terhadap ligand
TLR terkait. Kita menunjukkan perbedaan ekspresi TLR antara LC dan dDC
yang berkorelasi dengan respons maturasional terhadap beberapa ligand mereka
yang asalnya sama (cognate) dan perbedaan menyolok dalam hal profil sitokin
yang disekresikan. Kita juga menunjukkan bahwa ada perbedaan antara profil
TLR yang dilaporkan untuk DC dan LC yang langsung diisolasi dari kulit, dan
dDC yang dihasilkan secara in vitro ( Flatcher, 2006 ).
2.5.1.2. Sel progenitor mieloid
Sel darah utama yang lain adalah granulosit dan monosit atau makrofag. Sel
tersebut berasal dari progenitor mieloid yang sama dari eritrosit dan trombosit.
Berbagai diferensiasi terjadi atas pengaruh berbagai faktor pertumbuhan.
Molekul
CSF : granulosit
sel endotel
CSF : granulosit-
36
makrofag
progenitor mieloid
CSF : monosit
makrofag
sel endotel
IL-3
Sel T
IL-4
IL-5
Sel T
IL-7
Tabel 2.5 Colony Stimulating Factor dan sitokin penting pada hematopoiesis
meng-cross-present
antigen eksogen terlarut pada sel golongan I MHC ke sel T CD8 + spesifik
antigen. Antigen yang berasosiasi dengan sel, seperti sel yang terinfeksi virus,
sel tumor yang ditransfeksi, sel berselubung protein, dan sel yang hampir mati
dapat diambil dan di-cross-present oleh sel dendritik ke sel T CD8 +.
Banyak patogen memasuki tubuh melalui kulit. Tetapi, sedikit hal yang
diketahui mengenai kemampuan sel Langerhans dalam menangkap dan
memproses antigen eksogen pada kulit utuh dan mempresentasikannya pada sel
37
2.7.1 Medium
Medium kultur merupakan komponen paling penting pada lingkungan kultur,
karena ia menyediakan nutrien yang diperlukan, growth factors, dan hormon
untuk growth faktor, maupun juga meregulasi pH dan tekanan osmosis pada
kultur. Meski eksperimen kultur sel awal dilaksanakan dengan menggunakan
medium alami yang diperoleh dari ekstrak jaringan dan cairan tubuh, kebutuhan
akan standarisasi, kualitas media, dan peningkatan kebutuhan mendorong
pengembangan media dengan definisi lebih tinggi. Tiga golongan dasar media
adalah basal media, reduced-serum media, dan serum-free media, yang yang
berbeda kebutuhannya akan suplementasi dengan serum.
1.
Serum
Serum sangat penting sebagai sumber growth factor dan adhesion factor,
hormon, lipida dan mineral untuk kultur sel dalam basal media. Selain itu, serum
38
2. Basal media
Mayoritas cell line tumbuh dengan baik dalam basal media, yang
mengandung asam amino, vitamin, garam anorganik, dan sumber karbon seperti
glukosa, namun fiormulasi basal media ini harus disuplementasi dengan serum.
3. Reduced-serum media
39
Strategi lain untuk mereduksi efek tak diinginkan dari serum pada
eksperimen kultur sel adalah dengan menggunakan reduced-serum media.
Reduced-serum media merupakan formulasi basal media yang diperkaya dengan
nutrien dan animal-derived factors, yang mereduksi jumlah serum yang
dibutuhkan.
4. Serum-free media
Serum-free media (SFM) menghindari masalah-masalah yang terkait
dengan penggunaan serum hewan dengan mengganti serum dengan formulasi
nutrisi dan hormon yang tepat. Formulasi SFM ada untuk banyak kultur primer
dan cell line, termasuk protein rekombinan yang memproduksi jenis Chinese
Hamster Ovary (CHO), berbagai cell line hibridoma, jenis insekta Sf9 dan Sf21
(Spodoptera frugiperda), dan untuk cell line yang bertindak selaku inang untuk
produk virus , dan lain-lain. Salah satu kelebihan utama dari penggunaan SFM
adalah kemampuannya dalam membuat medium menjadi selektif untuk jenis sel
spesifik dengan memilih kombinasi growth factor yang tepat.
Kelemahan
Definisi tinggi
Produktivitas tinggi
40
2.7.2
Kultur Sel
Kultur sel adalah proses kompleks dimana sel dipelihara dalam kondisi terkontrol.
Dalam praktiknya, istilah kultur sel mengacu pada pembiakan sel yang berasal dari
eukaryot multiselular, terutama sel hewan. Sejarah perkembangan dan metode kultur
sel terkait erat dengan sejarah perkembangan dan metode kultur jaringan dan kultur
organ. Kultur sel ( cell line ) juga dapat berarti suatu koloni sel yang telah mapan, sehingga
mampu melakukan proliferasi tanpa batas waktu. Koloni sel tersebut dapat bermutasi
menjadi koloni dengan kultur berbeda, atau merupakan sub-kultur hasil mutasi dari kultur
sel sebelumnya ( Schiff, 2002 ). Fisiolog Inggris abad ke-19 Sidney Ringer
mengembangkan larutan garam yang mengandung klorida sodium, potassium, kalsium
dan magnesium yang cocok untuk mempertahankan detak jantung hewan isolasi diluar
tubuh .
Isolasi sel
Isolasi sel yang dimaksud yaitu dimana sel dapat diisolasi dari jaringan
untuk kultur secara ex vivo dengan beberapa cara. Sel dapat dimurnikan dengan
mudah dari darah, tetapi hanya sel darah putih saja yang mampu tumbuh dalam
kultur. Sel mononukleus dapat dibebaskan dari jaringan lunak melalui
penguraian enzimatik menggunakan enzim seperti collagenase, trypsin, atau
pronase, yang menguraikan matriks ekstraselular. Atau, potongan jaringan dapat
dimasukkan dalam medium pertumbuhan, dan sel yang tumbuh bisa dikulturkan.
Metode ini dikenal sebagai explant culture.
41
Sel yang dikulturkan langsung dari subjek dikenal sebagai sel primer.
Kecuali beberapa sel yang berasal dari tumor, sebagian besar sel primer
mempunyai rentang hidup terbatas. Sesudah sejumlah penggandaan populasi, sel
mengalami proses penuaan dan berhenti membelah, meski secara umum
mempertahankan viabilitasnya.
Cell line yang mapan atau awet (immortalized) memperoleh kemampuan
untuk berproliferasi untuk jangka waktu tak terbatas melalui mutasi acak atau
modifikasi terencana, misalnya ekspresi artifisial pada gen telomerase. Ada banyak
cell line mapan yang merepresentasikan tipe sel tertentu.
2. Memelihara sel dalam kultur
Sel dibiakkan dan dipelihara pada suhu dan campuran gas yang tepat
(biasanya, 37C, CO2 5% untuk sel mamalia) dalam inkubator sel. Kondisi kultur
sangat bervariasi untuk tiap jenis sel, dan variasi kondisi untuk suatu jenis sel
tertentu dapat menyebabkan ekspresi fenotip berbeda.
Terlepas dari suhu dan campuran gas, faktor yang paling bervariasi adalah
medium pertumbuhan. Resep untuk medium pertumbuhan dapat bervariasi pH,
konsentrasi glukosa, growth factor, dan adanya nutrien lain.
Sel dapat dibiakkan dalam kultur suspensi atau adherent culture (kultur
menempel). Beberapa sel hidup alami dalam suspensi, tanpa menempel ke
permukaan, seperti sel yang ada pada aliran darah. Juga ada cell line yang
dimodifikasi untuk mampu bertahan hidup dalam kultur suspensi sehingga
mereka
dapat
dibiakkan
hingga
densitas
lebih
tinggi
dibanding
yang
42
43
lymphocyte antigen (HLA) typing dan STR analysis (Dunham, 2008). Satu
kontaminan silang cell line yang penting adalah cell line HeLa.
4. Manipulasi sel biakan
Karena sel pada umumnya membelah dalam kultur, mereka biasanya
berkembang memenuhi area atau volume yang tersedia. Ini dapat menimbulkan
beberapa masalah:
a. Pengosongan nutrien pada medium pertumbuhan
b. Akumulasi sel apoptotik/nekrotik
c. Kontak antar sel dapat menstimulasi penghentian siklus sel, menyebabkan sel
teknik
steril. Teknik
steril bertujuan
untuk
menghindari
kontaminasi oleh bakteri, ragi, atau cell line lain. Manipulasi biasanya
dilaksanakan dalam laminar flow cabinet untuk mencegah adanya mikroorganisme kontaminan. Antibiotik (contohnya, penicillin dan streptomycin) dan
obat anti-jamur (contohnya, Amphotericin B) dapat juga ditambahkan pada
medium pertumbuhan.
Ketika sel mengalami proses metabolik, asam dihasilkan dan pH
mengalami penurunan. Indikator pH sering ditambahkan pada medium untuk
mengukur pengosongan nutrien.
a. Penggantian medium
44
45
46
Mekanisme utamanya terlibat dalam proses sel organisme dewasa dan embrio
yang berkembang termasuk didalamnya adalah pertumbuhan sel, diferensiasi sel,
apoptosis, homeostasis selular dan fungsi selular lain, terlepas dari berbagai proses
47
48
sitokin antagonis. Informasi terbatas tersedia pada efek Activin A pada sel hematopoetik
normal ( Shav-Tal, 2002 ).
Activin A merupakan famili dari TGF- yang diinduksi oleh sitokin proinflamasi
termasuk IL-12 dan berpengaruh dalam proses morfogenesis kulit dan penyembuhan luka,
menginduksi diferensiasi dari monosit manusia menjadi Langerhans cell ( Jones , 2004 ).