"
Emha Ainun Nadjib atau biasa disebut Cak Nun adalah seorang ulama atau
kyai yang punya pemikiran-pemikiran nggak umum, kadang kontroversial,
berbeda dari kebanyakan ustadzzzz. Tapi tentu saja pemikirannya sangat
masuk akal, brilian, otentik dan bisa dipertanggungjawabkan . Ulasan di
bawah ini adalah beberapa dari banyak sekali pemikiran beliau yang saya
anggap sangat dahsyat untuk bahan renungan dan pembelajaran.
Ingat : Tulisan ini khusus untuk para gentho yang sedang berproses mencari
kebenaran Tuhan. Sing ngaku alim atau ahli ibadah minggir dulu, menengo
disik, gak usah komen. Jangan berharap ada dalil-dalil dari Syekh Zulkifli
Jabal Syueb Sanusi (embuh sopo iku).
Cak Nun mengingatkan, usahakan berbuat baik jangan sampai orang tahu.
Kalau bisa jangan sampai orang tahu kalau kita shalat. Lebih ekstrim lagi,
jangan sampai Tuhan tahu kalau kita shalat (walau itu nggak mungkin).
Pokoknya lakukan saja apa yang diperintahkan dan jauhi yang dilarangNya..titik!. Itu adalah sebuah bentuk keikhlasan, tanpa pamrih yang luar
biasa. Sudah suwung, sudah nggak perduli dengan iming-iming imbalan
pahala, yang penting Tuhan ridha, nggak marah sama kita.
Motong rambut atau kuku nggak harus nunggu hari Jum'at. Mau kenthu aja
kok ya harus nunggu malam Jum'at. Itulah kita, tarafnya masih kemaruk
pahala. Nggak ada pahala, nggak ibadah. Ini jangan diartikan meremehkan
Sunnah Rasul. Pikiren dewe..
"Surga itu nggak penting..!" kata Cak Nun suatu kali. Tuhan memberi bias
yang bernama surga dan neraka. Tapi kebanyakan manusia kepincut pada
surga. Akhirnya mereka beribadah tidak fokus kepada Tuhan. Kebanyakan
kita beribadah karena ingin surga dan takut pada neraka. Kelak kalau kita
berada di surga, bakalan dicueki oleh Tuhan. Karena cuma mencari surga
nggak mencari Tuhan. Kalau kita mencari surga belum tentu mendapatkan
Tuhan. Tapi kalau kita mencari Tuhan otomatis mendapatkan surga. Kalau
nggak dikasih surga, terus kita kost dimana???
"Cukup sudah, jangan nambah file di kepalamu tentang surga dan
neraka..fokuskan dirimu pada Tuhan. Karena sebenarnya orang yang berada
di surga adalah orang yang mencari Tuhan. Dzat yang sangat layak dicintai
di atas segala makhluk dan alam semesta..." kata Cak Nun.
----------------------------------------------------------------------------------------------Ilmu kesehatan Cak Nun berbeda dengan ilmu kesehatan pada umumnya.
Beliau tidak percaya bahwa olahraga itu pasti sehat.
"Gizi iku asline gak ono rek...tapi ojo diomongno dokter lho yo.." kata Cak
Nun.
Omongan Cak Nun itu jangan diartikan linier dan harfiah. Bisa jadi itu cuman
cara berpikir dan sugesti aja.
Kalau kita cermati bayi jaman dahulu yang hanya dikasih pisang atau tajin.
Kok ya bisa tubuhnya tumbuh jadi besar. Atau gelandangan yang hidup di
jalan bertahun-tahun makan nggak jelas apa yang dimakan, kok ya bisa
hidup dan nggak pernah sakit. Dan masih banyak contoh yang lain.
Menurut Cak Nun kunci kesehatan itu terletak pada pikiran yang benar. Kalau
pikiran kita salah maka akan membuat disorganisasi otak. Perintah yang
datang dari otak ke organ tubuh yang lain (saraf, jantung, ginjal dan lainnya)
akan jadi kacau. Maka akan menimbulkan sakit-sakit.
Usahakan dalam segala hal cara berpikir kita benar, walau kita nggak
mampu bertindak untuk mewujudkan kebenaran itu. Misal kita tahu ada
seorang presiden yang dalam pikiran kita dia nggak benar tapi kita tidak bisa
merubahnya. Itu sudah beres, minimal pikiran kita sudah tepat.
Maka hati-hatilah dalam berpikir. Karena pikiran akan jadi ucapan. Dan
ucapan akan jadi perbuatan. Perbuatan yang terus menerus akan menjadi
kebiasaan. Karena sudah menjadi kebiasaan maka akan menjadi karakter
hidup. Kalau sudah menjadi karakter lama-lama menjadi unsur dari
kebudayaan dan bersama-sama menjadi kebudayaan masyarakat. Kalau
kebudayaan masyarakat dibiarkan tanpa kritik atas dirinya maka dalam
jangka waktu tertentu akan menjadi peradaban. Kalau sudah jadi peradaban,
susah untuk dirubah lagi. Ibarat batu yang sudah jadi akik.
Begitu juga Endonesah dengan korupsinya, dengan kecurangannya, dengan
kedengkiannya..tidak bisa dirubah lagi. Maka pisahkan dirimu dengan
Endonesah yang itu.Temukan dirimu, kamu regulasi lagi, kamu teliti lagi
benihmu, kesejatianmu.
Per-nya hidup adalah berpikir dengan benar. Tidak kebenaran berpikir akan
membuat destruksi, disorganisasi sel-sel maupun urat-urat syaraf otak.
Selanjutnya urat-urat syaraf yang kacau tadi menurunkan perintah ke
seluruh tubuh dan dalam jangka panjang terakumulasi menciptakan sakitsakit...stres, daya tahan tubuh berkurang, perut sakit, stroke, dsb.
Kunci kesehatan terletak di pikiran bukan di hati. Kalau hati tugasnya
bertapa. Orang yang selamat adalah yang hatinya bertapa, tidak lirik kanan
lirik kiri. Sekarang nikah, besok selingkuh, cerai, kawin lagi, selingkuh lagi,
cerai lagi dan seterusnya.
Pernah suatu kali Cak Nun bertanya pada dokter, "Dok, jantung itu baiknya
dipacu atau dihemat..?"
Doktere ngelu ndase. "Ono-ono ae sampeyan iku.....yooo dihemat..," jawab
ada dirimu itu sebagai anak buahmu. Tanganmu adalah bagian dari tubuhmu
tapi itu bukan kamu. Seperti juga matamu itu bukan kamu. Kalahkan mereka
dengan niat dan sugestimu. (Tapi ya nggak iso rai welek diperintah dadi
ayu).
Menurut Cak Nun, satu obat pun bisa diperintah jadi obat sakit yang lain.
Ketika MUI mengharamkan pengobatan batu oleh Ponari di Jombang, Cak
Nun pikir itu tidak tepat. Apa bedanya batu, kapsul atau obat yang lain.
Sama-sama benda mati. Kesembuhan dari Tuhan bisa lewat apa saja. Syirik
atau bukan itu tidak terletak pada bendanya tapi pada niat dan konsepnya.
Karena umur sudah kepala 6, maka otomatis kemampuan tubuh pun
menurun. Begitu juga dengan kemampuan penglihatan Cak Nun. Tapi
dengan keyakinan dan sugesti tadi, beliau melatih, memerintah matanya
untuk bisa melihat dengan normal. Sekarang mata beliau bisa normal lagi
tanpa harus pakai kaca mata. Tentu saja tidak semua orang bisa berhasil
dengan itu. Kasihan para penjual kaca mata...gak payu mblo.
----------------------------------------------------------------------------------------------Suatu kali beliau bertanya pada jamaahnya, "Kalian suka puasa nggak..?"
Reaksi jamaahnya beragam, ada yang jawab "Suka..!" dengan semangat dan
ada yang jawab "Yaa..suka.." dengan malu-malu seolah nggak yakin.
"Alaa raimu...nggak ada manusia yang suka puasa..!" kata Cak Nun.
Menurut Cak Nun, manusia itu melakukan puasa karena perintah Tuhan
(apalagi perintahnya wajib). Kalau manusia suka puasa, ya nggak akan
diperintahkan..ngapain, lha wong sudah suka kok. Berhubung itu perintah
Tuhan dan hukumnya wajib, mau nggak mau harus dijalankan. Tapi manusia
menjalankannya dengan ikhlas sebagai bentuk cinta pada Tuhannya. Dan
orang hebat adalah orang yang melakukan dengan ihklas perbuatan yang
tidak disukainya. Kalau orang melakukan sesuatu karena memang suka..ya
apa hebatnya.
Sifat dasar manusia adalah lebih banyak meminta daripada memberi.
Sebuah perintah (Tuhan) harus diiming-imingi imbalan dulu. Kayak anak kecil
yang diiming-imingi coklat kalau mau si anak hapal ayat suci tertentu.
Imbalan pahala yang sangat besar itu adalah sebuah bentuk stimulus agar
manusia tergerak dan jadi suka. Itu pun nggak jadi jaminan manusia mau
melaksanakan.