Anda di halaman 1dari 17

Jurnal

Administrasi Negara
VOLUME 22 No. 1

APRIL 2016

ISSN : 1410-8399

Pengaruh Budaya Organisasi


Terhadap Kinerja Pegawai Sekretariat Daerah Kota Makassar
The Inuence Of Organizational Culture
On The Employee Performance In Regional Secretariat Of Makassar City
Fitri Juana, Halim , Muhammad Basri

Program Persiapan Pensiun Pegawai Negeri Sipil


Direktorat Jenderal Pajak di Kota Makassar
Retirement Preparation Program
For The Civil Servant Of General Directorate Of Taxation In Makassar
Husein Akbar dan Muttaqin

Efektivitas Pengelolaan Keuangan Pada Sekretariat DPRD


Kota Makassar
Eectiveness Of Financial Management At Secretariat Of DPRD Of Makassar Municipality
Andi Anna Mayasari dan Alam Tauhid Syukur

Implementasi Kebijakan Pelayanan Penanaman Modal Ditinjau Dari


Aspek Struktur Birokrasi Pada BKPMD
Provinsi Sulawesi Selatan
Policy Implementation Of Investment Services Viewed From The Aspect
Of The Structure Of Bureaucracy Of Investment Coordinating Board
Of South Sulawesi Province
Yessy Yoanna Ariestiani, Halim, dan Muhammad Syarif Ahmad

Potret Inovasi Pelayanan Publik Sektor Kesehatan di Kabupaten Jeneponto:


Tim Reaksi Cepat Brigade Siaga 115
Portrait Of Innovation Of Health Public Service In Jeneponto District:
Brigade Siaga 115 Quick Response Team
Milawaty

STIA LAN
MAKASSAR

Jurnal
Administrasi
Negara

Volume 22

Nomor 1

Makassar
April 2016

ISSN
1410-8399

JURNAL ADMINISTRASI NEGARA


Volume 22 Nomor 1

ISSN 1410-8399

April 2016

PROGRAM PERSIAPAN PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DI KOTA MAKASSAR
RETIREMENT PREPARATION PROGRAM
FOR THE CIVIL SERVANT OF GENERAL DIRECTORATE OF TAXATION IN MAKASSAR
Husein Akbar 1 dan Muttaqin 2
1

Sekretariat Daerah Kota Makassar, Sulawesi Selatan.


e-mail: husein.akbar85@gmail.com

Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi-Lembaga Administrasi Negara, Makassar.


e-mail: muttaqin_lan@yahoo.com

Abstrak
Pensiun adalah seseorang yang sudah tidak bekerja lagi. Pada masa pensiun, individu akan meninggalkan
karir, meninggalkan kelekatan dengan organisasi dan menghadapi tekanan masa pensiun baik secara fisik,
psikologis maupun sosial. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis
program persiapan pensiun pegawai negeri sipil Direktorat Jenderal Pajak di kota Makassar. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan melakukan survei terhadap 85 responden
dari 542 pegawai. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa persiapan pensiun ditinjau dari kesadaran
pegawai mengenai : (a) aspek ekonomi berupa kewirausahaan dan tata kelola keuangan, (b) aspek psikologis
yang terdiri dari mental (mindset) dan manajemen stress, (c) aspek sosial yaitu peran/aktivitas sosial dan
dukungan sosial keluarga serta (d) aspek fisik/kesehatan berupa tindakan preventif dan manajemen pola
makan berada pada kategori setuju dan sangat setuju, sedangkan peran serta instansi masih perlu
ditingkatkan dimana keempat aspek tersebut masih berada dalam kategori cukup setuju.
Kata kunci: program persiapan pensiun, aspek ekonomi, psikologis, sosial, kesehatan fisik.
Abstract
Retirement is an employee who does not work anymore. In retirement period, individual will leave his/her
career, leave the attachment of the organization and face retirement pressure physically, psychologically
and socially. Therefore, this study aims to identify and analyze the retirement preparation programs for the
civil servant of the General Directorate of Taxation in the city of Makassar. The method used in this
research is quantitative descriptive by conducting a survey of 85 respondents out of 542 employees. The
results of this study indicate that retirement preparation in terms of awareness of employees regarding: (a)
economic aspects such as entrepreneurial and financial governance, (b) psychological aspects consisting of
mental (mindset) and stress management, (c) social aspects consisting of role/ social activities and family
supports, and (d) physical/health aspects consisting of preventive actions and management in the form of
diet in the category of agree and strongly agree. Meanwhile, the role of the agency still needs to be
improved because the fourth aspects are in quite agree category.
Keywords: retirement preparation programs, the economic, psychological, social, physical health.
i

PENDAHULUAN
Pensiun adalah seseorang yang sudah tidak bekerja lagi karena usianya sudah lanjut dan
harus diberhentikan, ataupun atas permintaan sendiri (pensiun muda). Seseorang yang pensiun
biasanya berhak atas dana pensiun atau pesangon. Jika mendapat pensiun, maka ia tetap menerima
dana pensiun sampai meninggal dunia. Pada umumnya usia pensiun di Indonesia berkisar antara
usia 56 tahun, sedangkan di negara Barat usia pensiun adalah berkisar 65 tahun. Pada usia 65 tahun,
secara psikologi perkembangan seseorang memasuki usia manula atau dewasa akhir (late
adulthood). Keadaan ini cukup berlainan dengan situasi di Indonesia dimana seseorang sudah
termasuk pensiun pada tahapan dewasa menengah (middle adulthood). Masa dewasa menengah ini
masih dapat dikatakan cukup produktif. Meskipun kekuatan fisik maupun kekuatan mental
seseorang pada masa ini mulai menurun, namun pada masa inilah seseorang mulai mencapai
prestasi puncak baik itu karir, pendidikan dan hubungan interpersonal.
Program jaminan hari tua dan pensiun di Indonesia masih jauh dari kategori baik, dikutip
dari surat kabar harian Bisnis Indonesia, surat kabar harian dengan segmentasi pemberitaan bisnis
dan ekonomi berbahasa Indonesia yang diterbitkan di Jakarta, Indonesia, sejak 14 Desember 1985,
edisi tanggal 20 Oktober 2015 halaman 22 dengan judul Kualitas Pensiun di Indonesia Rendah
bahwa berdasarkan laporan Melbourne Mercer Global Pension Index (MMGPI), nilai indeks
kualitas pensiun Indonesia masih berada di poin 35-50 atau diklasifikasikan dalam rating D
meskipun posisi indeks maik menjadi 48,2 dari sebelumnya 45,3 pada 2014. Harmonisasi antara
skema pensiun wajib dan dana pensiun swasta menjadi kendala utama. Mulai 1 Juli 2015, BPJS
Ketenagakerjaan sebagai lembaga negara akan memberlakukan program Jaminan Pensiun untuk
para buruh atau pekerja di sektor swasta sedangkan khusus untuk pegawai negeri sipil (PNS), TNI
dan Polri baru berlaku pada 2029.
Program Jaminan Pensiun

BPJS Ketenagakerjaan ini mendapat sorotan dari sejumlah

kalangan. Karena dikhawatirkan akan menggerus ceruk bisnis program pensiun swasta yang
diselenggarakan oleh dana pensiun lembaga keuangan, maupun dana pensiun pemberi kerja. Bisa
dipastikan, industri dana pensiun swasta sepertinya harus berancang-ancang mengambil strategi
bisnis baru. Soalnya BPJS Ketenagakerjaan sudah mengambil langkah-langkah pasti untuk
melaksanakan program Jaminan Pensiun. Namun demikian, kebijakan program tersebut tidak akan
tumpang tindih dengan perusahaan yang sudah memberlakukan jaminan serupa. Karena targetnya
karyawan baru atau pekerja yang belum mendapatkan jaminan pensiun. Apalagi bentuk jaminan
yang diberlakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan hanya bersifat perlindungan dasar.
Negara yang berada dalam rating D didefinisikan telah memiliki sistem pensiun dengan fitur
yang diinginkan, tetapi memiliki beberapa kelemahan. Tanpa adanya perbaikan, maka keberlanjutan
ii

sistem diragukan. Rinciannya, Indikator integritas sistem pensiun Indonesia saat ini mencapai 70,8
atau meningkat dibandingkan tahun lalu 68,3, tetapi indikator kecukupan dan keberlanjutan masih
dinilai rendah masing-masing 41,3 dan 40,1. MMGPI mengukur sistem pensiun di 25 negara
dengan 40 indikator yakni indeks kecukupan, keberlanjutan, dan integritas. MMGPI mengklaim
mencakup hampir 60% dari populasi dunia.
Tabel 1
Rating Pensiun Sejumlah Negara
N
o

Rating

Nilai Indeks

Negara

>80

Denmark dan Belanda

B+

75-80

Australia

65-75

Swedia, Swiss, Finlandia, Kanada, Chili dan Inggris Raya

C+

60-65

Singapura, Irlandia dan Jerman

50-60

Prancis, Amerika Serikat, Polandia, Afrika Selatan, Brazil,


Austria, Mexico dan Italia

35-50

<35

Indonesia, China, Jepang, Korea Selatan dan India


-

Sumber : Harian Bisnis Indonesia edisi Selasa, 20 Oktober 2015 hal. 22.
Pada masa pensiun, individu akan meninggalkan karir, meninggalkan kelekatan dengan
organisasi dan menghadapi tekanan masa pensiun baik secara fisik, psikologis maupun sosial.
Sehingga disaat seseorang memasuki masa pensiun, mereka rentan terhadap permasalahan yang
timbul sebagai akibat transisi dari masa bekerja ke masa pensiun. Akan terasa semakin berat apabila
pensiunan tersebut pernah memangku jabatan penting dalam sebuah instansi pemerintahan, karena
mereka sudah tidak akan menerima lagi perlakuan istimewa seperti pada saat rnasih aktif bekerja.
Masa inilah yang dikenal dengan kata Post Power Syndrome

atau sindroma kecemasan oleh

orang yang kehilangan kekuasaannya.


Post power syndrome adalah gejala-gejala pasca kekuasaan, hal ini diambil dari definisi
syndrome yang artinya adalah kumpulan gejala dan power yang artinya adalah kekuasaan. Gejala
ini pada umumnya terjadi pada orang-orang yang tadinya mempunyai kekuasaan atau memegang
jabatan penting dikantornva, kemudian setelah tidak menjabat lagi muncul gejala-gejala kejiwaan
atau emosi yang kurang stabil. Di sarnping itu gejala ini juga bisa disebabkan oleh masa krisis pra
pensiunan, dimana seseorangyang semula mempunyai power atau kekuasaan semasa memegang
jabatan penting, menjadi orang yang tidak penting lagi ketika pensiun dan harus berkumpul bersama
masyarakat pada umumnya.
1

Selain itu, sebagai orang tua, pada umumnya mereka harus bertanggung jawab dalam
membesarkan anak-anak yang mulai berangkat remaja, bahkan ada yang sudah berkeluarga. Dapat
dipahami bahwa pada masa ini sebetulnya masa yang penuh tantangan khususnya untuk pensiunan
di Indonesia. Terlebih bagi pensiunan yang masih harus membiayai kuliah anak-anak mereka
padahal dengan status pensiun keadaan keuangan menurun. Biaya pendidikan di Indonesia naik
mencapai dua kali lipat dari rata-rata tingkat inflasi Indonesia, kenaikan biaya pendidikan bisa
mencapai 18-30% per tahun. Begitu pula harga barang kebutuhan pokok tiap tahun meningkat
akibat inflasi.
Tabel 2
Inflasi di Indonesia 2008-2015

Inflasi
(perubahan % tahunan)
Target Bank Indonesia
(perubahan % tahunan)

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

9.8

4.8

5.1

5.4

4.3

8.4

8.4

5.0

4.5

5.0

5.0

4.5

4.5

4.5

2015
2.2*

4.0

* s.d. September 2015


Sumber : BPS, Bank Indonesia dan Bank Dunia
Meningkatnya harga dan biaya diatas disertai dengan adanya penurunan penghasilan yang
akan diterima oleh para pegawai yang sudah memasuki usia pensiun, dimana akan berdampak pada
hilangnya ketenangan bekerja, karena terdapat penurunan jumlah pendapatan ketika masih aktif dan
pada saat pensiun nanti, sehingga mereka akan menyongsong masa purna tugas yang suram dan
masa transisi karir mereka dari bekerja ke tidak bekerja lagi.
Sebagai contoh pensiunan pegawai atau PNS yang memasuki Batas Usia Pensiun/mencapai
batas masa pengabdian berdasarkan usia, maka berhak menerima maksimal 75% dari gaji pokok
dan serendah-rendahnya 40% dari gaji Pokok. Kemudian, bagi pensiunan janda/duda disebabkan
oleh perceraian berhak menerima maksimal 36% dari gaji pokok. Berikutnya bagi pensiunan
janda/duda tewas atau meninggal dunia dalam tugas atau aktif sebagai PNS maka diberikan hak
maksimal 72% dari gaji pokok, dapat dilihat dalam perhitungan pada tabel berikut berdasarkan
penetapan gaji pokok tahun 2015:

Tabel 3
Penghasilan PNS Aktif dan Pensiun Pegawai DJP
di Kota Makassar

Sumber : SIKKA DJP, PP 30 Tahun 2015 dan PP 37 Tahun 2015


Hal tersebut tidak dibarengi dengan persiapan yang baik, hanya segelintir PNS yang
memikirkan masa transisi karir lni, terlebih saat rutinitas harian, mingguan, bulanan dan tahunan
serta pencapaian-pencapaian target kinerja yang ditetapkan oleh atasan menjadi sebuah kesibukan
seorang aparatur negara sekarang ini. Hal demikian terjadi disebabkan oleh manusia itu sendiri di
mana secara kejiwaan cenderung memilih infrmrasi yang memuaskan dan menyenangkan bagi
rnereka, kemudian mengabaikan infromasi yang dianggap mengganggu atau tidak penting.
Kondisi ini memerlukan penanganan yang serius agar calon pensiunan tersebut
mernasuki dan rnernanfaatkan
menyusun sebuah model

rnasa pensiunnva

persiapan

dapat

dengan lebih baik salah satunya dengan

masa pensiun yang baik karena apabila permasalahan ini

dibiarkan berlarut-larut maka permasalahan akan semakin sulit diatasi, dimana tiap tahunnya
terdapat PNS yang pensiun. Oleh karena itu, persiapan menjelang masa pensiun dalam aspek
ekonomi, psikologis, sosial dan fisik/kesehatan harus direncanakan sejak dini, sehingga tidak terjadi
masalah yang timbul akibat pensiun. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
dan menjelaskan program persiapan pensiun Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Pajak di Kota
Makassar.

METODE PENELITIAN
Tipe penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan analisis deskriptif, yakni dimaksudkan
untuk menggambarkan program persiapan pensiun Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Pajak
di Kota Makassar dengan menggunakan data dan analisis kuantitatif.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di tujuh kantor pajak dalam kota Makassar, yaitu Kantor Wilayah DJP
Sulawesi Selatan, Barat dan Tenggara, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Utara, Kantor
3

Pelayanan Pajak Pratama Makassar Selatan, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Barat,
Kantor Pelayanan Pajak Madya Makassar dan Kantor Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan
Makassar.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah 542 pegawai dengan status aktif pada November 2015.
Sampel sebanyak 85 orang ditetapkan menggunakan rumus Slovin dan diambil secara
Disproportional Stratified Random Sampling, yaitu sampel acak yang ditetapkan berdasarkan
kriteria populasi yang tidak proporsional jumlahnya pada setiap strata.
Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penyebaran angket/kuisioner, wawancara,
telaah dokumen dan observasi.
Untuk memperoleh data yang akurat terhadap sampel yang telah ditentukan maka digunakan
instrumen pengumpulan data yang terdiri dari kuesioner sebagai sumber data primer dan pedoman
wawancara yang digunakan untuk memperoleh data dalam bentuk pernyataan isian atau tertulis
yang digunakan untuk mendukung analisis penelitian secara keseluruhan sebagai simpulan
fenomena atas kecenderungan pilihan jawaban dalam kuisioner sebagai data sekunder ditambah
dengan hasil telaah dokumen dan observasi.
Teknik Analisis Data
Data dianalisis secara menggunakan tabel distribusi frekuensi untuk mengkaji variabel
penelitian, dengan rumus P=F/n x 100%

HASIL PENELITIAN
Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini yaitu pegawai negeri sipil Direktorat Jenderal Pajak di kota
Makassar yang berjumlah 85 orang, yang diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin, umur, masa
kerja, kantor/unit organisasi dan golongan.
Hasil klasifikasi responden berdasarkan jenis kelamin memperlihatkan bahwa umunya
responden adalah pria yaitu 57 orang (67,1%) sedangkan responden wanita sebanyak 28 orang
(32,9%). Sedangkan menurut kelompok umur memperlihatkan bahwa kelompok umur yang paling
banyak menjadi responden yaitu umur lebih dari 50 tahun tahun sebanyak 40 orang (47,9%) dan
kelompok umur yang paling sedikit menjadi responden yaitu umur kurang dari 30 tahun yakni
sebanyak 10 orang (11,8%).
Klasifikasi responden berdasarkan masa didominasi oleh pegawai dengan masa kerja 30-40
tahun paling banyak yaitu 29 orang (34,1%). Penyebaran responden berdasarkan asal kantor/unit
4

organisasi hampir merata pada 6 (enam) kantor pajak di kota Makassar dengan rentang sebesar 8-20
pegawai tiap kantor. Sedangkan untuk kategori golongan didominasi oleh pegawai golongan III
sebanyak 65 orang (76,5%).
Program Persiapan Pensiun Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Pajak di Kota
Makassar
Berikut ini hasil penelitian mengenai program persiapan pensiun pegawai negeri sipil
Direktorat Jenderal Pajak di kota Makassar yang dilihat dari 4 (empat) aspek dengan total 24
indikator.
1. Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi terdiri yang terdiri dari (a) kewirausahaan dijabarkan menjadi empat
indikator yaitu menyadari penurunan penghasilan, berwirausaha sebelum pensiun, berwirausaha
setelah pensiun dan bekal kewirausahaan dari instansi serta (b) tata kelola keuangan yang juga
dijabarkan menjadi empat indikator yaitu mengatur keuangan, membeli produk investasi,
memanfaatkan tunjangan pensiun untuk investasi dan bekal pengetahuan manajemen keuangan dari
instansi, dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
Tabel 4
Tanggapan Responden Mengenai Program Persiapan Pensiun
dari Aspek Ekonomi

Sumber : Hasil Olahan Data Primer, Januari 2016


5

Tabel 2 memperlihatkan tanggapan pegawai mengenai program persiapan pensiun pegawai


negeri sipil Direktorat Jenderal Pajak di kota Makassar dari aspek ekonomi berada pada kategori
setuju dengan persentase nilai rata-rata skor adalah 548/8 = 68,5 %. Indikator bekal kewirausahaan
dari instansi dan bekal pengetahuan manajemen keuangan dari instansi masih berada pada kategori
cukup setuju yaitu 50,4% dan 52,2%. Hal ini menunjukkan bahwa peran instansi masih kurang dan
perlu ditingkatkan.
2. Aspek Psikologis
Aspek Psikologis terdiri yang terdiri dari (a) Mindset (mental) dijabarkan menjadi tiga
indikator yaitu kesiapan mental, siap mental menjalani fase pensiun dan peran instansi dalam
menyiapkan mental pegawai serta (b) Manajemen stress yang juga dijabarkan menjadi tiga indikator
yaitu mengelola stress, kecerdasan emosional dan pelatihan manajemen stress dari instansi, dapat
dilihat pada tabel 3 berikut :
Tabel 5
Tanggapan Responden Mengenai Program Persiapan Pensiun
dari Aspek Psikologis

Sumber : Hasil Olahan Data Primer, Januari 2016

Tabel 3 memperlihatkan tanggapan pegawai mengenai program persiapan pensiun pegawai


negeri sipil Direktorat Jenderal Pajak di kota Makassar dari aspek psikologis berada pada kategori
setuju dengan persentase nilai rata-rata skor adalah 433,6/6 = 72,3 %. Indikator peran instansi
dalam menyiapkan mental pegawai dan pelatihan manajemen stress dari instansi masih berada pada

kategori cukup setuju yaitu 50,8% dan 47,1% yang menunjukkan bahwa peran instansi masih
kurang dan perlu ditingkatkan.
3. Aspek Sosial
Aspek Psikologis terdiri yang terdiri dari (a) Peran dan aktivitas sosial yang dijabarkan
menjadi dua indikator yaitu interaksi sosial dan pembekalan kegiatan sosial dari instansi serta (b)
dukungan sosial dan keluarga yang juga dijabarkan ke dalam dua indikator yaitu meyakinkan
keluarga dan interaksi sosial di instansi, dapat dilihat pada tabel 4 berikut :
Tabel 6
Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Program Persiapan Pensiun
dari Aspek Sosial

Sumber : Hasil Olahan Data Primer, Januari 2016

Tabel 4 memperlihatkan tanggapan pegawai mengenai program persiapan pensiun pegawai


negeri sipil Direktorat Jenderal Pajak di kota Makassar dari aspek sosial berada pada kategori setuju
dengan persentase nilai rata-rata skor adalah 270,1/4 = 67,5 %. Indikator pembekalan kegiatan
sosial dari instansi dan interaksi sosial di instansi masih berada pada kategori cukup setuju yaitu
52,9% dan 49,6% yang menunjukkan bahwa peran instansi masih kurang dan perlu ditingkatkan.
4. Aspek Fisik/Kesehatan
Aspek Fisik/kesehatan terdiri yang terdiri dari (a) Tindakan Preventif dijabarkan menjadi
tiga indikator yaitu pemeriksaan kesehatan, mengetahui penyakit usia pensiun dan fasilitas
pemeriksaan kesehatan dari instansi serta (b) Manajemen pola makan yang juga dijabarkan ke
dalam tiga indikator yaitu menata pola makan, sehat menjelang pensiun dan bekal manajemen gizi
dan pola makan dari instansi, dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5 memperlihatkan tanggapan pegawai mengenai program persiapan pensiun pegawai
negeri sipil Direktorat Jenderal Pajak di kota Makassar dari aspek fisik/kesehatan berada pada
kategori setuju dengan persentase nilai rata-rata skor adalah 422,6/6 = 70,4%. Indikator fasilitas
pemeriksaan kesehatan dari instansi dan bekal manajemen gizi dan pola makan dari instansi masih
7

berada pada kategori cukup setuju yaitu 58,4% dan 52,9% yang menunjukkan bahwa peran instansi
masih kurang dan perlu ditingkatkan.
Tabel 7
Tanggapan Responden Mengenai Program Persiapan Pensiun
dari Aspek Fisik/Kesehatan

Sumber : Hasil Olahan Data Primer, Januari 2016

PEMBAHASAN
Undang Undang nomor 5 Tahun 2014 Tanggal 14 Januari 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (selanjutnya disingkat UU ASN) mengatur manajemen PNS meliputi penyusunan dan
penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi,
mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian,
jaminan pensiun dan jaminan hari tua dan perlindungan.
Manajemen PNS pada instansi pusat dilaksanakan oleh pemerintah pusat, sedangkan pada
instansi daerah dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Keduanya dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Salah satu bagian penting dalam manajemen PNS adalah pensiun. Partini (2011)
menyatakan Pensiun merupakan keadaan dimana pada umur tertentu institusi mengatur untuk
karyawannya berhenti dari pekerjaannya. Pensiun merupakan bagian tahapan perencanaan karier
yaitu tahap akhir yang terfokus pada meninggalkan karir, meninggalkan kelekatan pada organisasi
dan siap menghadapi masa pensiun. Karyawan pada tahap ini mulai merencanakan ketertarikan
diluar pekerjaan, pekerjaan setelah pensiun, keamanan keuangan, kesehatan, mental menghadapi
8

masa transisi dan karya yang akan dilakukan setelah pensiun. (Cummings & Worley, 2005).
Pensiun tidak hanya sekedar berhenti bekerja karena usia. Sebagai sebuah istilah, pensiun
kurang lebih bermakna purnabakti, tugas selesai, atau berhenti. (Sutarto dan Ismulcokro, 2008).
Kondisi ini mengakibatkan transisi peran dari seorang pekerja menjadi seorang pensiunan yang
tidak bekerja lagi. Masa-masa ini cukup kritis dalam perjalanan hidup seseorang, dan memengaruhi
kesejahteraan hidupnya kelak. Pandangan lain berpendapat bahwa pensiun bukanlah hanya sekedar
mengenai berhenti bekerja yang disebabkan oleh faktor usia, namun pensiun adalah suatu fase
dalam hidup manusia yang harus dilalui oleh semua individu. Pandangan ini lebih menekankan
aspek psikologis individu, dan seorang yang bekerja kepada orang lain (instansi/perusahaan)
menjadi pekerja yang mandiri. Pola pikir yang positif seperti ini penting untuk ditanam dan
dikembangkan agar pensiun tidak lagi dianggap sebagai ancaman dalam hidup, melainkan peluang
besar yang harus dioptimalkan, sehingga individu bisa memandang dan menerima masa pensiun
dengan lebih baik.
Sutarto dan Ismulcokro (2008) menyatakan:
Sebaiknya membangun dan menciptakan perspektif dan persepsi yang indah dan
bahagia terlebih dahulu, barulah membuat rencana-rencana untuk kehidupan di masa
pensiun. Salah satu elemen kunci untuk bisa menjalani masa pensiun dengan sukses
adalah persiapan. Orang yang telah membuat persiapan untuk masa pensiunnya
cenderung lebih sukses beradaptasi pada perubahan dalam hidupnya.
Berk (2007) menyatakan bahwa merencanakan suatu kehidupan yang aktif memberi
dampak yang lebih besar dalam kebahagiaan di masa pensiun dibandingkan dengan persiapan
finansial. Sebuah Bank yang menyediakan jasa asuransi kesejahteraan hari tua (Sun Trust Bank
Amerika) mendefinisikan kesiapan pensiun adalah suatu kondisi yang menunjukkan apakah pekerja
memiliki uang yang cukup di masa pensiunnya (nanti) untuk menikmati standar hidup yang seperti
yang ia jalani saat sebelum pensiun.
PNS yang akan mencapai Batas Usia Pensiun (BUP), dapat dibebaskan dari jabatannya
untuk paling lama 1 (satu) tahun, dengan mendapat penghasilan berdasarkan peraturan
perundangan-undangan yang berlaku, kecuali tunjangan jabatan. Pembebasan tugas ini dikenal
dengan MPP. MPP dapat diambil penuh 1 tahun atau sebagian sesuai dengan keinginan/kebutuhan
PNS.
Masa Persiapan Pensiun Pegawai Negeri Sipil (MPP) adalah waktu yang diberikan kepada
setiap pegawai Negeri (PNS) selama satu tahun, tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada
setiap PNS untuk mempersiapkan diri menjelang masa pensiun. Selama MPP seorang PNS
dibebaskan dari tugas-tugas pekerjaan sebagai PNS. Untuk dapat menikmati masa MPP enam bulan
sebelumnya harus sudah mengajukan permohonan mengambil MPP, dan nanti akan menerima surat
9

tugas yang menyatakan PNS yang bersangkutan bebas dari tugas-tugas sebagai PNS dengan
mendapatkan gaji pokok ditambah tunjangan istri dan anak full. Kecuali bagi PNS yang memiliki
jabatan fungsional atau jabatan struktural tidak akan diberikan.
Masa MPP bisa diambil bagi PNS yang mau, atau tidak diambil juga tidak apa-apa,
tergantung pada PNS yang bersangkutan. Biasanya PNS yang memiliki jabatan fungsional dan
jabatan struktural jarang sekali yang memanfaatkan masa MPP, sepertinya merasa sayang
kehilangan tunjangan jabatan.
Dengan peraturan baru, UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, ada
perubahan usia pensiun untuk PNS biasa, dari usia 56 tahun diperpanjang menjadi 58 tahun. Masa
pensiun merupakan sesuatu yang tidak diinginkan oleh setiap PNS, maka oleh sebab itu bagi PNS
yang belum siap menerima datangnya masa pensiun kadang-kadang tidak tahan dalam menjalankan
masa transisi, biasanya ada yang stress karena kaget biasa beraktivitas, kemudian tiba-tiba stop.
Oleh karena itu MPP merupakan kesempatan yang baik untuk digunakan sebagai masa transisi dan
mempersiapkan diri sebelum tiba saatnya masa pensiun yang sebenarnya.
Ketika tiba saatnya masa pensiun, maka penghasilan akan melorot tajam, apalagi bagi PNS
yang memiliki jabatan fungsional seperti guru, dosen, laboran, pustakawan dsb, dan bagi PNS yang
memiliki jabatan struktural mulai sebagai pejabat eselon satu sampai eselon terendah yaitu eselon
empat.
Masa Persiapan Pensiun sebaiknya dimanfaatkan untuk melatih dan mempersiapkan diri kita
sebelum datangnya masa pensiun, dengan mencari alternatif kegiatan tertentu yang nantinya bisa
dijadikan pengisi waktu di masa pensiun.
Program persiapan pensiun yang difasilitasi oleh pemeintah memungkinkan adanya
perencanaan persiapan yang dibangaun secara terstruktur, sifatnya sistemik atau menyeluruh,
menyangkut berbagai aspek yang dibutuhkan, bisa menjangkau sampai dengan keberlanjutan
program dan memiliki konsistensi persiapan. Persiapan ini pula bisa membangun kerjasama yang
tetap harmonis antara pegawai yang memasuki masa masa pensiun dengan instansinya. Pegawai
yang merasa mendapatkan support dan instansinya di masa purnabakti maka yang bersangkutan
akan tetap memberikan performasi terbaik atau memiliki motivasi kerja yang tinggi.
Beberapa bentuk persiapan pensiun yang ada, masing-masing memiliki prioritas yang
berbeda. Beberapa program persiapan pensiun mentitikberatkan pada persiapan berwirausaha. untuk
mempersiapkan income baru setelah masa pensiun. Beberapa program menawarkan bahwa
persiapan pensiun tidak cukup hanya persiapan untuk memulai usaha guna income baru tetapi
masih ada beberapa persiapan yang penting untuk dilakukan. Antara lain perlu pula dilakukan
persiapan pensiun secara psikologis, sosial, kesehatan atau persiapan secara fisik.
10

Program persiapan pensiun tidak hanya meliputi persiapan finansial (income) saja, tetapi
juga persiapan fisik-kesehatan, psikologis, dan sosial (Becker et ail, 1983).
1. Aspek ekonomi, pegawai prapurnabakti harus mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan
pengelolaan keuangan serta kewirausahaan.
a. Kewirausahaan mencakup hal-hal berikut :

Memberikan bekal kepada karyawan pra pensiun dalam rangka menyiapkan aktivitas
dan income baru setelah pensiun dengan menyadari bahwa setelah pensiun akan ada
pengurangan penghasilan yang drastis (signifikan);

Menyiapkan usaha ini tidak sebatas memberikan ketrampilan dan menemukan usaha
yang tepat namun demikian sampai dengan bagaimana usaha ini ditatakelola dan
karyawan memiliki bisnis plan yang jelas baik sebelum maupun setelah pensiun;

Perlu diperhatikan pula bagaimana menfasilitasi usaha ini disesuaikan dengan minat
atau hobby karyawan pra pensiun.

b. Perencanaan atau tatakelola keuangan dalam keluarga termasuk di dalamnya mencakup :

Penataan gaya hidup sehingga pengeluaran tidak lebih besar daripada pemasukan
(mulai pensiun biasanya pendapatan akan berkurang dan seharusnya tidak ada hutang);

Menghilangkan pengeluaran yang tidak perlu;

Mengenali aset yang dimiliki sehingga bisa dikelola;

Membeli produk investasi berupa asuransi, reksadana, tabungan rencana, dan produk
lainnya;

Pemahaman bagaimana memanfaatkan pesangon dengan tepat.

2. Aspek psikologis yaitu mempersiapkan mental untuk menghadapi perubahan pada saat pensiun.
Terdiri dari :
a. Mental (mindset) yang mencakup :

Menyiapkan mental karyawan pra pensiun menghadapi perubahan yang akan terjadi
saat masa transisi pensiun sehingga perubahan yang ada tidak menimbulkan stress atau
ketidaknyamanan lain;

Memahami fase pensiun yang akan dilalui oleh seseorang yang akan menjalani masa
pensiun sehingga ada gambaran kesiapan secara psikologis.

b. Manajemen Stress yang terdiri dari :

Mampu menghadapi fase kekecewaan dengan mengenali stessor yang mungkin


muncul, mampu menatakelola emosi dan management stress;

Melatih skil tatakelola stress dengan antara lain meditasi, yoga, relaksasi, senam otak
bagi senior dan program lainnya.

11

3. Aspek sosial terdiri dari :


a. Menyiapkan aktivitas dan peran sosial yang akan ditekuni untuk mengisi waktu luang dan
tetap memiliki keterlibatan sosial meskipun sudah pensiun;
b. Menyiapkan atau membangun dukungan sosial maupun dukungan keluarga pada saat
pensiun nantinya.
4. Aspek fisik berkaitan dengan kesehatan, diantaranya dalam rangka membangun perilaku kuratif
untuk menjaga kesehatan dan mengatur pola makan yang terdiri dari :
a. Perlunya tindakan preventif untuk menjaga kesehatan dan pentingnya cekcup untuk
mendeteksi adanya gangguan kesehatan supaya segera diatasi;
b. Mengenali penyakit yang biasanya timbul diusia pensiun sehingga muncul kesadaran dan
tanggungjawab untuk mencegahnya dan penting untuk menjaga kesehatan;
c. Menata pola makan yang tepat untuk menjaga kesehatan dan upaya untuk pencegahan.
Berdasarkan konsep tersebut, dalam kajian ini dapat dijelaskan tentang program persiapan
pensiun pegawai negeri sipil Direktorat Jenderal Pajak di kota Makassar sebagai berikut.
Aspek ekonomi, pegawai prapurnabakti harus mempersiapkan hal-hal yang berkaitan
dengan pengelolaan keuangan serta kewirausahaan. Kewirausahaan mencakup hal-hal berikut:
memberikan bekal kepada pegawai pra pensiun dalam rangka menyiapkan aktivitas dan income
baru setelah pensiun dengan menyadari bahwa setelah pensiun akan ada pengurangan penghasilan
yang drastis (signifikan), menyiapkan usaha ini tidak sebatas memberikan ketrampilan dan
menemukan usaha yang tepat namun demikian sampai dengan bagaimana usaha ini ditatakelola dan
karyawan memiliki bisnis plan yang jelas baik sebelum maupun setelah pensiun dan perlu
diperhatikan pula bagaimana menfasilitasi usaha ini disesuaikan dengan minat atau hobby karyawan
pra pensiun. Perencanaan atau tatakelola keuangan dalam keluarga termasuk di dalamnya mencakup
penataan gaya hidup sehingga pengeluaran tidak lebih besar daripada pemasukan (mulai pensiun
biasanya pendapatan akan berkurang dan seharusnya tidak ada hutang), menghilangkan pengeluaran
yang tidak perlu, mengenali aset yang dimiliki sehingga bisa dikelola, membeli produk investasi
berupa asuransi, reksadana, tabungan rencana, dan produk lainnya dan pemahaman bagaimana
memanfaatkan pesangon dengan tepat.
Aspek psikologis yaitu mempersiapkan mental untuk menghadapi perubahan pada saat
pensiun yang terdiri dari mental (mindset) dan manjemen stress. Mental (mindset) mencakup
menyiapkan mental karyawan pra pensiun menghadapi perubahan yang akan terjadi saat masa
transisi pensiun sehingga perubahan yang ada tidak menimbulkan stress atau ketidaknyamanan lain
dan memahami fase pensiun yang akan dilalui oleh seseorang yang akan menjalani masa pensiun
sehingga ada gambaran kesiapan secara psikologis. Manajemen Stress terdiri dari kemampuan
12

menghadapi fase kekecewaan dengan mengenali stessor yang mungkin muncul, mampu
menatakelola emosi dan management stress dan melatih skil tatakelola stress dengan antara lain
meditasi, yoga, relaksasi, senam otak bagi senior dan program lainnya.
Aspek sosial terdiri dari menyiapkan aktivitas dan peran sosial yang akan ditekuni untuk
mengisi waktu luang dan tetap memiliki keterlibatan sosial meskipun sudah pensiun dan
menyiapkan atau membangun dukungan sosial maupun dukungan keluarga pada saat pensiun
nantinya.
Aspek fisik berkaitan dengan kesehatan, diantaranya dalam rangka membangun perilaku
kuratif untuk menjaga kesehatan dan mengatur pola makan yang terdiri dari tindakan preventif
untuk menjaga kesehatan dan pentingnya checkcup untuk mendeteksi adanya gangguan kesehatan
supaya segera diatasi, mengenali penyakit yang biasanya timbul diusia pensiun sehingga muncul
kesadaran dan tanggungjawab untuk mencegahnya dan penting untuk menjaga kesehatan dan
menata pola makan yang tepat untuk menjaga kesehatan dan upaya untuk pencegahan.
Berdasarkan hasil jawaban responden atas indikator-indikator faktor ekstrinsik, maka dapat
diketahui bahwa program persiapan pensiun pegawai negeri sipil Direktorat Jenderal Pajak di kota
Makassar baik. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase program persiapan pensiun sebesar
1674,4/24 = 69,8 % atau kategori setuju. Persiapan pensiun berupa kesadaran dari pegawai sudah
sangat baik sedangkan peran serta instansi masih perlu ditingkatkan dimana indikatornya masih
dalam kategori cukup setuju yang menggambarkan bahwa peran instansi masih kurang dimana
sesuai hasil telaah dokumen penulis bahwa dalam kurun waktu dua tahun (2014 dan 2015) hanya
terdapat satu diklat persiapan pensiun yang dilaksanakan di pada bulan maret 2014 sedangkan di
tahun 2015 tidak dilaksanakan diklat persiapan pensiun. Pada diklat tahun 2014 pun tidak terdapat
pegawai Direktorat Jenderal Pajak dimana pesertanya sebanyak 17 orang yang berasal dari
direktorat jenderal bea dan cukai sebanyak 13 orang dan direktorat jenderal kekayaan negara
sebanyak 4 orang.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kami menyimpulkan bahwa program persiapan pensiun pegawai negeri sipil Direktorat
Jenderal Pajak di kota Makassar dalam kategori baik. Persiapan pensiun berupa kesadaran dari
pegawai sudah sangat baik sedangkan peran serta instansi masih perlu ditingkatkan dimana
indikatornya masih dalam kategori cukup setuju yang menggambarkan bahwa peran instansi masih
kurang. Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan peran instansi dalam rangka persiapan
pensiun pegawai dengan memberikan bekal kepada para pegawai berupa pengetahuan wirausaha,
manajemen keuangan, manajemen stress, penyakit yang mungkin timbul di usia pensiun dan
13

manajemen gizi dan pola makan. Seluruh pegawai yang sudah masuk dalam masa prapurnabhakti
kira-kira 10 tahun sebelum pensiun dipanggil untuk mengikuti diklat persiapan pensiun, supaya bisa
memiliki lebih banyak alternatif pilihan dan keterampilan dalam menghadapi masa pensiun,
melakukan sosialisasi persiapan pensiun pada PNS yang merupakan inisiatif dari instansi,
menyediakan ruang dan waktu kepada para pegawai yang telah pensiun untuk berinteraksi dengan
instansi dan pegawai lainnya dengan membentuk paguyuban pensiunan pegawai negeri sipil
Direktorat Jenderal Pajak di kota Makassar dan mengundang para pensiunan jika ada acara family
gathering, menyediakan bantuan modal berupa kredit lunak kepada pegawai purnabhakti dari
koperasi pegawai sebagai modal untuk memulai usaha dan menyediakan fasilitas chekup
(pemeriksaan) kesehatan secara berkala terutama pegawai yang sudah memasuki masa
prapurnabhakti.

REFERENSI
Becker J.M, Trail F.M, Lambert B.M, & Jimmerson M.R. Is Preretirement Planning Important?.
Journal of Extention, May/June 1983, 10-14.
Berk, Laura. E. 2007. Through the Life Span. Boston: Person Education.
Cummings & Worley. 2005. Organization Development & Change. Eight Edition. Thomson SouthWestern.
Partini S, Suardiman. 2011.,. Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Sutarto, J. T., & Ismu l Cokro, 2008. Pensiun Bukan Akhir Segalanya. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

14

Anda mungkin juga menyukai