HICROCHEL
DI RUANG IBS RSUD KRATON PEKALONGAN
DI SUSUN OLEH :
ARBELLA NOVANTICA
G3A015038
1. Hidrokel komunikan
Melibatkan PPV yang memanjang hingga ke dalam skrotum. Pada kasus ini PPV
bersambung dengan tunika vaginalis yang mengelilingi testis. Defek pada hidrokel ini
lebih kecil sehingga hanya terjadi akumulasi cairan (Darmajaya, 2012).
Terjadi karena adanya prosesus vaginalis yang terbuka yang mengarah ke berbagai
jumlah cairan serosa dalam testis cavum vaginalis. Risiko jangka panjang hidrokel
berkomunikasi adalah pengembangan hernia inguinalis. (Borgmann, 2014).
2. Hidrokel nonkomunikan
Berisi cairan yang terperangkap dalam tunika vaginalis pada skrotum. Prosesus
vaginalisnya tertutup sehingga cairan tidak dapat terhubung dengan ruang abdomen.
Hidrokel ini umum terjadi pada bayi, dan biasanya cairan akan direabsorbsi sebelum
umur 1 tahun.
3. Hidrokel reaktif
Hidrokel nonkomunikan yang berkembang dari kondisi inflamasi pada skrotum.
4. Hidrokel pada cord
Terjadi bila prosesus vaginalis menutup di atas testis, tetapi tetap ada hubungan kecil
dengan peritoneum. Pada hidrokel ini, terdapat sebuah daerah seperti kantung pada
inguinal canal yang terisi oleh cairan. Cairan ini tidak sampai masuk ke dalam
skrotum.
5. Hidrokel pada canal of nuck
Terjadi pada wanita saat cairan terakumulasi di dalam prosesus vaginalis pada saluran
inguinal. Hal ini dapat terjadi karena adanya rembesan fisiologis cairan intraperitoneal
atau hipersekresi atau bisa juga penyerapan dalam lapisan epitel pada segmen distal.
Secara klinis, hidrokel ini tanpa rasa sakit, tembus cahaya, berfluktuasi (berubahubah), pembengkakan tidak dapat mengecil di daerah inguinalis dan labio mayora
(Jagdale, 2012).
6. Hidrokel abdominoscrotal terjadi karena pembukaan kecil pada prosesus vaginalis.
Cairan masuk ke dalam hidrokel dan terperangkap. Hidrokel akan terus membesar dan
suatu saat akan meluas ke atas menuju abdomen (Darmajaya, 2012).
C. ETIOLOGI
1. Belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis dan atau belum sempurnanya sistem
limfatik di daerah skrotum dalam melakukan resorbsi cairan hidrokel
2. Ketidakseimbangan antara produksi dan penyerapan cairan dalam membran serosa dari
tunika vaginalis
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penatalaksanaan Pre operasi hidrokel
Hidrokel dapat sembuh dengan sendirinya karena penutupan spontan dari PPV (patent
processus vaginalis) sesaat setelah lahir. Residu pada hidrokel nonkomunikan tidak
bertambah maupun berkurang dalam volume, dan tidak terdapat tanda silk glove. Cairan
pada hidrokel biasanya terserap kembali ke dalam tubuh sebelum bayi berumur 1 tahun.
Oleh karena, observasi sering diperlukan untuk hidrokel pada bayi. Hidrokel harus
diobati apabila, tidak menghilang setelah berumur 2 tahun menyebabkan rasa tidak
nyaman, bertambah besar atau secara jelas terlihat pertambahan atau pengurangan
volume, apabila tidak terlihat, dan terinfeksi (Darmajaya, 2012).
Hydrocelectomy adalah operasi untuk memperbaiki pembengkakan skrotum yang terjadi
ketika seseorang memiliki hidrokel. Pasien akan menerima anestesi umum dan akan
tertidur dan bebas rasa sakit selama prosedur. Dalam bayi atau anak : dokter bedah
membuat sayatan kecil di lipatan pangkal paha, dan kemudian menguras cairan kantung
(hidrokel), kadang-kadang ahli bedah menggunakan laparoskop untuk melakukan
prosedur ini. Sebuah laparoskop adalah kamera kecil yang ahli bedah memasukkan ke
daerah melalui luka bedah kecil. Kamera ini melekat pada monitor video. Dokter bedah
membuat perbaikan dengan instrumen kecil yang dimasukkan melalui pemotongan bedah
kecil lainnya.
Indikasi dilakukan pembedahan pada hidrokel : menjadi terlalu besar, pembesaran
volume cairan hidrokel yang dapat menekan pembuluh darah, terinfeksi dan gagal untuk
hilang pada umur 1 tahun. Sebelum Prosedur anak akan diminta untuk berhenti makan
dan minum setidaknya 6 jam sebelum prosedur pembedahan.
2. Penatalaksanaan Post Operasi Hidrokel
Pemulihan dari operasi hidrokel umumnya tidak rumit. Untuk kontrol rasa nyeri, pada
bayi digunakan ibuprofen 10 mg/kgBB setiap 6 jam dan asetaminofen 15 mg/kgBB setiap
6 jam, hindari narkotik karena beresiko apnea.
Untuk anak yang lebih tua diberikan asetaminofen dengan kodein (1 mg/kgBB kodein)
setiap 4-6 jam. Untuk dua minggu setelah operasi, posisi straddle harus dihindari untuk
mencegah pergeseran dari testis yang mobile keluar dari skrotum dan menyebabkan
cryptorchidism sekunder. Pada anak dalam masa berjalan, aktifitas harus dibatasi sebisa
mungkin selama satu bulan. Pada anak dalam masa sekolah, aktivitas peregangan dan
olahraga aktif harus dibatasi selama 4-6 minggu.
Oleh karena sebagian besar operasi hidrokel dilakukan dengan basis rawat jalan, pasien
dapat kembali bersekolah segera saat sudah terasa cukup nyaman (biasanya 1-3 hari
setelah operasi) (Darmajaya, 2012).
H. ALAT INSTRUMEN
1. Koker
2. Pisau
3. Pinset anatomis Cirugis
4. Gunting benang
5. Gunting jaringan
6. Klem
7. Nalpuder
8. Beb cock
9. Elis
10. Retraktor kecil
11. Kom
12. Bengkok
13. Bethadine
14. Alcohol
15. NaCL
7
1
2/2
1
1
6
1
2
2
2
2
1
1. Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan hidrokel
permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke testis sehingga menimbulkan
atrofi testis
2. Infeksi sekunder
3. Perdarahan yang disebabkan karena trauma dan aspirasi
K. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Anamnese
Berkaitan dengan lamanya pembengkakan skrotum dan apakah ukuran pembengkakan itu
bervariasi baik waktu istirahat maupun dalam keadaan emosional (menangis, ketakutan).
2. Pemeriksaan Fisik
Lakukan pemeriksaan pada posisi berbaring dan berdiri. Jika pada posisi berdiri tonjolan
tampak jelas, baringkan pasien pada posisi supine. Bila terdapat resolusi pada tonjolan
(dapat mengecil), harus dipikirkan kemungkinan hidrokel komunikan atau hernia.
Bila tonjolan tidak terlihat, lakukan valsava maneuver untuk meningkatkan tekanan
intarabdominal. Pada anak yang lebih besar, dapat dilakukan dengan menyuruh pasien
meniup balon, atau batuk. Pada bayi, dapat dilakukan dengan memberikan tekanan pada
abdomen (palpasi dalam) atau dengan menahan kedua tangan bayi diatas kepalanya
sehingga bayi akan memberontak sehingga akan menimbulkan tonjolan.
Hidrokel dapat dibedakan dengan hernia melalui beberapa cara :
a. Pada pemeriksaan fisik dengan transiluminasi hidrokel berwarna merah terang,
dan hernia gelap
b. Hidrokel pada saat diinspeksi terdapat benjolan yang hanya di skrotum
c. Auskultasi pada hidrokel tidak ada bising usus, pada hernia ada bising usus
d. Pada saat dipalpasi hidrokel teraba seperti kistik, tetapi pada hernia teraba kenyal
e. Hidrokel tidak dapat didorong, hernia dapat didorong.
3. Lakukan transiluminasi test
Transiluminasi adalah sorotan dari sebuah lampu secara terus menerus pada area tubuh
atau organ untuk memeriksa adanya kelainan. Sediakan lampu kamar yang redup atau
dimatikan sehingga area tubuh dapat dilihat lebih jelas, ambil senter, pegang skrotum,
sorot dari bawah, bila sinar merata atau menyala pada bagian skrotum, maka isinya
cairan (ADAM, 2013).
4. Kaji setelah pembedahan berupa infeksi, perdarahan, disuria dan drainase.
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan