2.
3.
4.
a.
b.
c.
5.
6.
Melalui parenteral
Istilah parenteral mempunyai arti setiap jalur pemberian obat selain melalui
enteral atau saluran pencernaan. Lazimnya, istilah parenteral dikaitkan dengan pemberian
obat secara injeksi baik intradermal, subkutan, intramuscular, atau intravena. Pemberian
obat secara parenteral mempunyai aksi kerja lebih cepat disbanding dengan secara oral.
Namun, pemberian secara parenteral mempunyai berbagai resiko antara lain
merusak kulit, menyebabkan nyeri pada pasien, salah tusuk dan lebih mahal. Demi
keamanan pasien, salah tusuk dan mahal. Demi keamanan pasien, perawat harus
mempunyai pengetahuan yang memadai tentang cara pemberian obat secara parenteral
termasuk cara menyiapkan, memberikan obat dan menggunakan teknik steril.
Dalam memberikan obat secara parenteral, parawat harus mengetahui dan dapat
menyiapkan peralatan yang benar yaitu alat suntik (spuit/syringe), jarum, vial dan
ampul). Menurut bentuknya spuit mempunyai tiga bagian yaitu ujung yang berkaitan
dengan jarum, bagian tabung dan bagian pendorong obat
Dilihat dari bahan pembuatannya spuit dapat berupa spuit kaca (jarang
digunakan) dan spuit plastik (disposable). Ditinjau dari penggunaannya spuit
dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu spuit standard hipodermik, spuit insulin dan
spuit tuberculin
Jarum merupakan alat pelengkap spuit. Jarum injeksi terbuat dari bahan stainless yang
mempunyai ukuran panjang dan besar yang bervariasi. Jarum mempunyai ukuran panjang
yang berkisar antara 1,27 sampai dengan 12,7 cm. besar jarum di nyatakan dengan satuan
gauge antara nomor 14 sampai dengan 28 gauge. Semakin besar ukuran gauge-nya
semakin kecil diameternya. Diameter yang besar dapat menimbulkan rasa sakit saat
ditusukkan. Penggunaan ukuran jarum ini disesuaikan dengan keadaan pasien yang
meliputi umur, gemuk/kurus, jalur yang akan dipakai dan obat yang akan dipakai dan
obat yang akan dimasukkan.
Cairan obat untuk diberikan secara parenteral, biasanya dikemas dalam ampul atau vial
Ampul biasanya terbuat dari bahan gelas. Sebagian besar leher ampul mempunyai tanda
berwarna melingkar yang dapat dipatahkan. Bila bagian leher tidak
Mempunyai tanda berarti bagian pangkal leher harus digergaji dengan
gergaji ampul sebelum dipatahkan. Vial mempunyai ukuran yang bervariasi. Bagian
penutupnya biasanya terbuat dari plastik yang dilindungi dengan bagian logam.
Vial dibuka dengan cara membuka logam tipis penyegel bagian atas vial sehingga bagian
karet akan kelihatan. Cairan obat diambil dengan cara menusuk jarum spuit pada karet
penutup vial. Untuk lebih jelasnya bacalah cara kerja menyiapkan obat dari ampul dan
vial.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
a. Untuk obat dalam ampul ; sebaiknya gunakan jarum berfilter. Buka penutup jarum
kemudian secara hati- hati masukkan jarum yang sesuai yang si butuhkan. Bila
spuit akan digunakan untuk injeksi, ganti jarum filter dengan jarum biasa.
b. Untuk obat dalam vial ; Pasang jarum berfilter pada spuit, buka penutup jarum
dan tarik pengokang spuit agar udara masuk ke tabung spuit agar udara masuk ke
tabung spuit. Secara hati- hati tusukkan jarum di tengah karet penutup vial lalu
masukkan udara. Pertahankan jarum tidak menyentuh cairan obat sehingga udara
tidak membuat gelembung. Pegang vial sejajar dengan mata vial tarik obat
secukupnya secara hati- hati. Tarik spuit dari vial kemudian tutup jarum dengan
kap penutup lalu ganti jarum pada spuit dengan jarum biasa.
c. Bila obat berbentuk bubuk (powder), bacalah cara pengunaannya. Obat injeksi
bentuk bubuk harus dibuat dalam larutan dulu sebelum diambil. Untuk membuat
larutan obat bubuk maka sebelum dibuat larutan, hisap udara dalam vial, yang
berisi obat tersebut dengan spuit 9kecuali untuk obat yang tidak diperbolehkan).
Masukkan air steril atau cairanlain sesuai yang dibutuhkan kedalamnya, kemudian
putar- putar vial sampai obat menjadi larutan. Bila obat merupakan multidosis,
beri label pada vial tersebut tentang tanggal dicampur, banyaknya obat dalam vial
dan tanda tangan anda. Bila perlu disimpan, baca cara penyimpanannya sesuai
yang dianjurkan oleh pabrik farmasi.
d. Bila obat perlu dicampur dari beberapa vial misalnya dua vial, maka perawat
harus berupaya mencegah tercampurnya obat pada kedua vial tersebut. Cara
mencampur obat dari dua vial adalah : masukkan udara secukupnya pada vial A
dan jaga jarum tidak menyentuh cairan. Lalu cabut jarum kemudian hisap udara
secukupnya lalu masukkan pada vial B. Hisap cairan obat B sesuai yang
diperlukan kemudian cabut spuit tersebut. Ganti jarum kemudian tusukkan pada
vial A dan hisap cairan obat dari vial A sesuai yang diperlukan berikutnya cabut
spuit dari vial A.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Melalui supositoria
Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat dengan memasukkan obat
melalui anus atau rektum dalam bentuk suppositoria. Organ-organ yang dapat diberi obat
suppositoria adalah rectum dan vagina.
bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan
merangsang buang air besar.
Persiapan Alat
Obat sesuai yang diperlukan (krim, jelly, foam, supositoria)
Aplikator untuk krim vagina
Pelumas untuk supositoria
Sarung tangan sekali pakai
Pembalut
Handuk bersih
Gorden / sampiran
Fase Kerja
1. Menjelaskan kepada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Memebritahukan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
3. Menutup jendela, korden, dan memasang sampiran atau sketsel bila perlu.
4. Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk keluar ruangan.
5. Periksa kembali order pengobatan mengenai jenis pengobatan waktu, jumlah dan dosis
obat.
6. Siapkan klien
Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya
Berikan penjelasan pada klien dan jaga privasi klien
Atur posisi klien dalam posisi sim dengan tungkai bagian atas fleksi ke depan
Tutup dengan selimut mandi, panjangkan area parineal saja
7. Kenakan sarung tangan
8. Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung bulatan dengan jeli, beri
pelumas sarung tangan pada jari telunjuk dan tangan dominan anda.
9. Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut dan untuk merelaksasikan
sfingterani. Mendorong supositoria melalui spinter yang kontriksi menyebabkan
timbulnya nyeri
10. Regangkan bokong klien dengan tangan dominan, dengan jari telunjuk yang tersarungi,
masukan supusitoria ke dalam anus melalui sfingterani dan mengenai dinding rektal 10
cm pada orang dewasa dan 5 cm pada bayi dan anak-anak.
Anak supositoria harus di tetapkan pada mukosa rectum supaya pada kliennya di serap
dan memberikan efek terapeutik
11. Tarik jari anda dan bersihkan areal anal klien dcngan tisu.
12. Anjurkan klien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama 5 menit untuk
mencegah keluarnya suppositoria
13. Jika suppositoria mengandung laktosit atau pelunak fases, letakan tombol pemanggil
dalam jangkauan klien agar klien dapat mencari bantuan untuk mengambil pispot atau ke
kamar mandi
14. Buang sarung tangan pada tempatnya dengan benar
15. Cuci tangan
16. Kaji respon klien
17. Dokumentasikan seluruh tindakan.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
IM
Pemberian obat intramskular dilakukan dengan cara memasukan obat kedalam jaringan
otot. Lokasi penyuntikan adalah pada daerah paha (vastus lateralis), ventrogluteal
(dengan posisi berbaring), dorsogluteal (posisi tengkurap), atau lengan atas (deltoid).
Tujuan pemberian obat dengan cara ini adalah agar absorpsi obat lebih cepat.
Persiapa alat dan bahan :
Daftar buku obat / catat, jadwal pemberian obat
Obat dalam tempatnaya
Spuit dan jarum sesuai dengan ukurannya : untuk orang dewasa, panjang nya 2,5-3,7 cm;
sedangkan untuk anak , panjangnya 1,25-2,5 cm
Kapas alcohol dalam tempatnya
Cairan pelarut
Bak injeksi
Bengkok
Perosedur kerja:
1. Cuci tangan
2. jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3. ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosis. Setelah itu letakkan
pada bak injeksi
4. periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan.
5. Disinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan penyuntikan
6. Dilakukan penyuntikan
7. Lakukan penusukan menggunakan jarum dengan posisi tegak lurus
8. Setelah jarum masuk , lakukan aspirasi spuit.bila tidak ada darah, semperotkan obat
secara perlahan-lahan hingga habis
9. Setelah selesai, ambil spuit dengan menariknya, tekan daerah penyuntikan dengan kapas
alcohol, kemudian letekkan spuit yang telah digunakan pada bengkok
10. Catat reaksi pemberian , jumlah dosis obat, dan waktu pemberian
11. Cuci tangan
IV
Memberikan obat secara langsung, diantaranya vena mediana cubitus / cephalika (daerah
lengan), vena frontalis / temporalis di daerah frontalis dan temporal dari kepala. Tujuanya
agar reaksi berlangsung cepat dan langsung masuk pada pembuluh darah.
Alat dan Bahan
a. Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran
b. Obat dalam tempatnya
c. Selang intravena
d. Kapas alcohol
Prosedur kerja
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukan ke dalam spuit
4. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intravena
5. Lakukan disinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran
6. Lakukan penyuntikan dengan memasukan jarum spuit hingga menembus bagian tengah
dan masukan obat perlahan lahan ke dalam selang intravena
7. Setelah selesai tarik spuit
8. Periksa kecepatan infus dan observasi reaksi obat
9. Cuci tangan
10. Catat obat yang telah diberikan dan dosisnya
IC
Memberikan atau memasukkan obat kedalam jaringan kulit dilakukan sebagai tes reaksi
alergi terhadap jenis obat yang akan digunakan . pemberian obat melalui jaringan
intrakutan ini dilakukan di bawah dermis atau epidermis secara umum, dilakukan pada
daaerah lengan , tangan bagian venteral.
Persiapan alat dan bahan :
a. Daftar buku obat /catatan, jadwal pemberian obat.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3. Bebaskan daerah yang akan disuntik.bila menggunakan baju lengan panjang, buka dan ke
ataskan.
4. Pasang perlak di bawah bagian yang di suntik.
5. Ambil obat untuk tes alergi ,kemudian larutkan / encerkan dengan akuades (cairan
pelarut). Selanjutnya , ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai 1 cc lalu siapkan pada bak
injeksi atau seteril
6. Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang disuntik
7. Tegangkan daerah yang akan disuntik dengan tangan kiri.
8. Lakukan penusukan dengan lubang mennghadap ke atas yang sudutnya 15-20 terhadap
permukaan kulit.
9. Semperotkan obat hingga terjadi gelembung
10. Tarik supit dan tidak boleh dilakukan massage
11. Cuci tangan
12. Catat reaksi pemberian , hasil pemberian obat / tes obat, tanggal, waktu, dan jenis obat
a.
1.
2.
3.
Melalui sublingual
Adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah. Tujuannya adalah agar efek
yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah merupakan
pusat dari sakit. Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat
akan terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di
dinding usus dan hati dapat dihindari.
Persiapan Alat :
Obat yang telah ditentukan dalam tempatnya.
Cara kerja
Beri obat kepada pasien
Beritahu pasien agar meletakkan obat pada bagian bawah lidah hingga larut seluruhnya.
Anjurkan pasien agar tetap menutup mulutnya, tidak minum dan tidak berbicara selama
obat belum larut seluruhnya.
Melalui mata
Pemberian obat pada mata dengan obat tetes mata atau salep mata digunakan untuk
persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan mendilatasi pupil, pengukuran
refraksi lensa dengan melemahkan otot lensa, serta penghilangan iritasi mata.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Prosedur keja:
Cuci tangan
Jelskan pada pasien, mengenai prosedur yang dilakukan
Atur posisi pasien dengan kepala menengadah dengan posisi perawat di samping kanan
Gunakan sarung tangan
Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembat dari sudut mata k
arahhidung apabila sangat kotor, basuh dengan air hangat.
6. Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari,jari telunjuk di
atas tulang orbita.
7. Teteskan obat mata di atas sakus konjugtiva. Setelah tetesan selesai sesuai dengan dosis,
anjurkan pasien untuk menutup mata dengan perlahan-lahan, apabila menggunakan obat
tetes mata.
8. Apabila obat mata jenis salep pengang aflikator salep di atas pinggir kelopak mata
kemudian pencet tube sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata
bawah.setelah selesai, anjurkan pasien untuk melihat ke bawah , secara bergantian dan
berikan obat pada kelopak mata bagian atas.biarkan pasien untuk memejamkan mata dan
menggerakan kelopak mata
9. Tutup mata dengan kasa bila perlu.
10. Cuci tangan
11. Catat obat, jumlah, waktu, dan tempat pemberian .
1.
2.
3.
4.
5.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Melalui telinga
Memberiakan obat pada telinga dilakukan dengan obat tetes pada telinga atau salep. Pada
umumnya, obat tetes telinga yang dapat berupa obat antibiotik diberiakan pada gangauan
infeksi telinga. Khususnya otitis media pada telinga tengah.
Persiapan alat dan bahan :
Obat dalam tempatnya
Penetes
Spekulum telinga
Pinset anatomi dalam tempatnya
Korentang dalam tempatnya
Plester
Kain kasa
Kertas tisu
i.
Balutan
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien , mengenai prosedur yang akan dilakukan
3. atur posisi pasien dengan kepala miring ke kanan atau ke kiri sesuai dengan daerah yang
akan diobati , usahakan agar lubang telinga pasien ke atas.
4. Lurusakan lubang telinga denger menarik daun telinga ke atas atau ke belekang pada
orng dewasa dan k bawah pada anak
5. Apabila obat berupa obat tetes, maka teteskan obat dengan jumlah tetesan sesuai dosisi
pada dinding saluaran untuk mencegah terhalang oleh gelembung udara
6. Aoabila berupa salep, maka ambil kapas lidi dan masukkan atau oleskan salep pada liang
telinga
7. Pertahankan posisi kepala 2-3m
8. Tutup telinga dengan pembalut dan plester kalau perlu
9. Cuci tangan
10. Catat jumalah, tanggal,dan dosis pemberian.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Melalui hidung
Pemberian obat tetes hidung dapat dilakukan pada hidung seseorang dengan keradangan
hidung (rhinitis) atau nasofaring.
Persiapan alat dan bahan
Obat dalam tempatnya
Pipet
Spekulum hidung
Pinset anatomi pada tempatnya
Korentang dalam tempatnya
Plester
Kain kasa
Kertas tisu
Balutan
Prosedur kerja :
Cuci tangan
Jelaskan pada pasien, mengenai prosedur yang akan dilakukan
Atur posisi pasien dengan cara :
Berikan tetesan obat sesuai dengan dosis pada tiap lubang hidung
Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang selama 5 m
Cuci tangan
Catat cara tanggal, dan dosis pemberian obat
Melalui Bukal
Pemberian obat secara bukal adalah memberika obat dengan cara meletakkan obat
diantara gusi dengan membran mukosa diantara pipi
Prosedur kerja
Secara umum persiapan dan langkah pemberian sama dengan pemberian obat secara oral.
Yang perlu diperhatikan adalah klien perlu diberikan penjelasan untuk meletakkan obat
diantara gusi dan selaput mukosa pipi sampai habis diabsorbsi seluruhnya.
Melalui topical
Pemberian obat dengan cara mengoleskan obat pada permukaan kulit atau membran
mukosa, dapat pula dilakukan melalui lubang yang terdapat pada tubuh (anus).
Obat yang biasa digunakan untuk pemberian obat topical pada kulit adalah obat yang
berbentuk krim, lotion, atau salep.
DISKUSI I
Pasien fulan 35 tahun diagnose medis thypoid program terapi dokter : cefotaxim 3 x 125
mg IV , vitamin B complex 2 x 1 amp IM , sebelumnya pasien belum pernah mendapat
terapi antibiotic cefotaxim .
DISKUSI II
Anak bebey diagnosis medis thypoid mendapat therapy dokter cefotaxim 3 x 125 mg IV .
TUGAS DISKUSI
a.
Jelaskan program pemberian obat ( melalui apa ) pada kasus 1 & 2 bagaimana caranya ,
dimana lokasinya , berapa dosis pemberian obat (ml) pada pasien tersebut.
b. Hal hal apasaja yang perlu diperhatikan pada kasus 1 & 2 dalam program therapy
pemberian obat.
c. Adakah data yang kurang lengkap pada kasus 1 dan 2 dalam hal pemberian obat.
JAWABAN :
Jelaskan program pemberian obat pada kasus 1 & 2 bagaimana caranya, dimana
lokasinya , berapa dosis pemberian obat :
1. Sebelumnya pasien di cek dulu alergi terhadap antibiotic cefotaxim dengan IC letak di
bawah kulit yang tidak berpembuluh darah lingkari dan tulis jam setelah 15 menit lihat
ada alergi antibiotic tersebut atau tidak.
Dosis sehari pasien tersebut mendapat:
pagi 1 ampul cefotaxim IV dan 1 ampul B complek IM
siang hari pasien diberikan 1 ampul cefotaxim IV dan 1 ampul B complex IM
malam hari 1 ampul cefotaxim.
Pada IM di suntikan pada daerah bokong , sedangkan IV di vena apabila terdapat slang
infus masukan ke slang infus.
2. Sebelumnya anak bebey di cek dulu alergi terhadap antibiotic cefotaxim dengan IC letak
di bawah kulit yang tidak berpembuluh darah lingkari dan tulis jam setelah 15 menit lihat
ada alergi antibiotic tersebut atau tidak.
Pemberian IV pada bayi disuntikan pada slang infus .
Dosis : 1 gr = 1000mg dioplos 10 cc
Jadi : 10 cc = 1000 mg
125 = 1000
X
10
1000 X = 1250
X = 1250
1000
X = 1.25 cc
a.
Diberikan selama 3x sehari tiap 8 jam , dosisnya 1,25 cc setiap kali pemberian . secara
suntikan intravena lewat pembuluh darah vena .
b. Hal yang perlu di perhatikan pada kasus 1 & 2 dalam pemberian therapy obat :
1. Harus memperhatikan 5 tepat atau 5 benar
5 tepat pemberian dosis :
Tepat nama pasien nya
Tepat pemberian nama obat
Tepat dosis obat
Tepat cara pemberian obat
Tepat waktu pemberian
2. Pada bayi harus diketahui berat badan , dan umur untuk mempermudah pemberian dosis.
c. Adakah data yang kurang tepat dalam kasus 1 & 2 dalam pemberian obat :
1. Dalam pernyataan 1 :
2. Dalam pernyataan 2 : kurang data berat badan , umur .
DAFTAR PUSTAKA
http://askep-net.blogspot.com/2012/09/tehnik-cara-pemberian-obat.html
Pengertian Pemberian Obat Secara Enteral
Pemberian obat secara enteral adalah pemberian obat melalui saluran cerna
(Gastro Intestinal) mulai dari cavum oris sampai rectum, contohnya dengan cara per oral,
sublingual, bucal.
2.2 Pemberian Obat Per Oral
Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling banyak dipakai karena
merupakan cara yang paling mudah, murah, aman, dan nyaman bagi pasien. Berbagai
bentuk obat dapat diberikan secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau
puyer. Untuk membantu absorbsi, maka pemberian obat per oral dapat disertai dengan
pemberian setengah gelas air atau cairan yang lain.
Kelemahan dari pemberian obat per oral adalah pada aksinya yang lambat
sehingga cara ini tidak dapat di pakai pada keadaan gawat. Obat yang diberikan per oral
biasanya membutuhkan waktu 30 sampai dengan 45 menit sebelum diabsorbsi dan efek
puncaknya dicapai setelah 1 - 1,5 jam. Cara per oral tidak dapat dipakai pada pasien yang
mengalami mual-mual, muntah, semi koma, pasien yang akan menjalani pengisapan
cairan lambung serta pada pasien yang mempunyai gangguan menelan.
Apabila obat dikemas dalam bentuk sirup, maka pemberian harus dilakukan
dengan cara yang paling nyaman khususnya untuk obat yang pahit atau rasanya tidak
enak. Pasien dapat diberikan minuman dingin (es) sebelum minum sirup tersebut.
Sesudah minum sirup pasien dapat diberi minum, pencuci mulut atau kembang gula.
4.
Obat dalam bentuk cair dituangkan menjauhi sisi label, sejajar dengan mata pada
Handscoon bersih
Baki berisi obat- obatan
kereta sorong obat- obat/ troli (tergantung sarana yang ada)
Kartu rencana pengobatan/ catatan terapi pengobatan pasien
Gelas berisi air putih
6.
7.
4.
1.
2.
3.
4.
2.
Kaji kemampuan pasien untuk dapat diberikan obat per oral, sublingual atau bucal
3.
Periksa kembali order pengobatan (nama pasien,nama dan dosis obat, waktu dan cara
pemberian). Bila ada keragu- raguan laporkan ke perawat jaga atau dokter.
4.
Ambil obat sesuai yang diperlukan (Baca order pengobatan dan ambil obat di almari, rak
atau lemari es sesuai yang di perlukan).
5.
Siapkan obat- obatan yang akan diberikan (gunakan teknik asptik, jangan menyentuh
obat dan cocokkan dengan order pengobatan)
6.
Berikan obat pada waktu dan cara yang benar yaitu dengan cara :
9.
Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada pasien kurang lebih 30 menit sewaktu
pemberian.
menelan.
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan iritasi lambung dan menyebabkan muntah
(missal garam besi dan salisilat).Untuk mencegah hal ini, obat dipersiapkan dalam bentuk
kapsul yang diharapkan tetap utuh dalam suasana asam di lambung, tetapi menjadi
hancur pada suasana netral atau basa di usus. Dalam memberikan obat jenis ini, bungkus
kapsul tidak boleh dibuka, obat tidak boleh dikunyah dan pasien diberi tahu untuk tidak
minum antacid atau susu sekurang- kurangnya satu jam setelah minum obat.
Apabila obat dikemas dalam bentuk sirup, maka pemberian harus dilakukan dengan cara
yang paling nyaman khususnya untuk obat yang pahit atau rasanya tidak enak. Pasien
dapat diberi minuman sirup pasien (es) sebelum minum sirup tersebut. Sesudah minum
sirup pasien dapat diberi minum, pencuci mulut atau kembang gula.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Obat dapat diberikan dengan berbagai cara antara lain secara enteral (per oral),
parenteral, dan topikal. Pemberian obat secara enteral adalah pemberian obat melalui
saluran cerna (Gastro Intestinal) mulai dari cavum oris sampai rectum, contohnya dengan
cara per oral, sublingual, bucal.
3.2 Saran
Perawat professional mempunyai peranan yang penting dalam pelaksanaan peberian
obat. Dengan kemajuan bidang farmasi, maka jenis dan jumlah obat juga makin
bervariasi. Untuk mengantisipasi hal ini, maka perawat harus rajin dalam belajar dan
membaca berbagai informasi baru tentang obat- obatan.
DAFTAR PUSTAKA
Priharjo Robert, Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat (1994), Jakarta : EGC ,
1995
POTTER & PERRY, Fundamental Keperawatan, Jakarta : EGC, 2005
http://wayanpuja.blinxer.com/2010/03/09/ pemberian obat/, diakses 14 mei 2012
http://hapsari.student.umm.ac.id/prinsi