Anda di halaman 1dari 22

Bagian Mitigasi (Lantai brp?

Tulis kalo perlu yan)


Berbagai proses geologi selalau bekerja di sekitar kita. Proses-proses tersebut bekerja
membentuk roman muka bumi. Ada kalanya, proses-proses yang bekerja itu bersentuhan dengan
manusia dan dapat menyebabkan kerusakan harta benda dan bahkan kematian. Proses-proses
geologi yang dapat menimbulkan kerugian pada manusia itu selanjutnya disebut sebagai bencana
geologi.
Bila kita memperhatikan lokasi tempat proses-proses geologi berlangsung, maka akan
tampak bahwa proses-proses geologi dapat terjadi di semua tempat di permukaan bumi. Oleh karena
itu, bencana geologi dapat juga terjadi di berbagai tempat di permukaan bumi. Meskipun demikian,
macam-macam proses geologi atau bencana geologi yang terjadi di suatu setting lingkungan sangat
ditentukan oleh kondisi geologi dan geomofologi yang ada di lingkungan tersebut. Pada Bagian ini
akan dibahas mengenai permalasahan geologi yang berkaitan dengan mitigasi atau bencana alam.
Proses Terjadinya Gempa dan Tsunami

Gempa Bumi

Gempa bumi merupakan salah satu jenis bencana alam yang secara terus menerus terjadi di bumi.
Hanya saja, kita baru bisa merasakan getarannya apabila gempa tersebut terjadi di dekat permukaan
bumi. Teknisnya, semua wilayah yang ada di bumi berpotensi mengalami gempa. Hanya saja, ada
beberapa titik yang mengalami gempa dengan jumlah lebih jika dibandingkan dengan titik lainnya.
Salah satu Negara yang sering mengalaminya adalah Jepang dan juga Indonesia. Di Indonesia
sendiri, gempa bumiseolah telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Hal ini wajar
mengingat Indonesia memang dilalui pegunungan Sirkum dan juga Mediterania yang

menjadikannya titik potensial gempa bumi. Meski sering terjadi,namun bukan berarti semua orang
di Indonesia memahami proses terjadinya gempa bumi.

Pada sarnya, para ahli membagi proses terjadinya gempa bumi atau asal muasal gempa ke dalam
dua kelompok besar yakni:
1.

Teori Pergeseran Sesar

2.

Teori Kekenyalan Elastis atau elastic rebound theory.

Menurut para ahli, gempa yang banyak terjadi disebabkan oleh pergeseran lempengan sepanjang
sesar dan terjadi secara tiba-tiba atau dikenal dengan istilah sudden slip. Hal ini terjadi pasa lapisan
kerak bumi. Lebih lanjut para ahli berpendapat bahwa penyebab utama bencana gempa bumi
prosesnya diawali dengan sebuah gaya pergerakan yang terdapay di titik interior bumi. Gaya ini
dikenal juga dengan istilah gaya konveksi mantel. Proses gempa bumi ini dimulai dari gaya
konveksi mantel yang kemudian menekan bagian kerak bumi yang dikenal juga dengan nama outer
layer. Kerak ini memiliki sifat yang rapuh, dengan demikian saat ia tak lagi bisa menahan gaya
konveksi mantel ini maka sebagai akibatnya sesar akan bergeser dan dirasakan manusia sebagai
sebuah gempa. Proses gempa bumi yang satu ini masuk ke dalam jenis gempa tektonik. Tentu jika
jenis gempanya vulkanik, buatan, tumbukan serta runtuhan, maka prosesnya akan berbeda.
Namun, menurut para ahli, dari semua total gempa yang terjadi di seluruh dunia, jenis gempa
tektonik inilah yang mendominasi. Bahkan jenis gempa vulkanik sendiri pun hanya mencapai 7%
dari semua total gempa yang terjadi. Proses terjadinya gempa vulkanik dimulai dari pergerakan
material yang ada di dalam saluran fluida. Gerakan ini biasanya dirasakan sesaat sebelum sebuah
gunung berapi meletus.
Klasifikasi gempa, antara lain:
Berdasarkan penyebabnya :

Gempa tektonik, yaitu gempa yang disebabkan oleh pergeseran lapisan batuan pada daerah

patahan.
Gempa vulkanik,yaitu gempa yang diakibatkan oleh aktivitas vulkanisme.
Gempa guguran (gempa runtuhan), yaitu disebabkan oleh runtuhnya bagian gua.
Gempa tumbukan, yaitu gempa yang disebabkan oleh meteor besar yang jatuh ke bumi.

Berdasarkan bentuk episentrum :

Gempa sentral, yaitu gempa yang episentrumnya titik

Gempa linier, yaitu gempa yang episentrumnya garis.

Berdasarkan kedalaman hiposentrum

Gempa dalam, yaitu lebih dari 300 km


Gempa menengah, yaitu antara 100-300 km
Gempa dangkal, yaitu kurang dari 100 km

Berdasarkan jarak episentrum

Gempa lokal, yaitu episentrumnya kurang dari 10000 km.


Gempa jauh, yaitu episentrumnya sekitar 10000 km.
Gempa sangat jauh, yaitu episentrumnya lebih dari 10000 km.

Data dalam ilmu kebumian selalu berkaitan dengan kedalaman dan ketebalan. Oleh karena
itu,seorang ahli ilmu kebumian harus mempunyai kemampuan untuk menentukan kedalaman dan
ketebalan. Kedalaman sendiri sebebarnya adalah lokasi sebuah titik, yang diukur secara vertikal
terhadap ketinggian titik acuan. Dalam ilmu Geofisika misalnya. Dikenal klasifikasi gempa
berdasarkan kedalaman. Menurut Fowler, 1990, klasifikasi gempa berdasarkan kedalaman fokus
adalah :

Gempa dangkal : kedalaman fokus gempa kurang dari 70 km


Gempa sedang : kedalamanan fokus gempa kurang dari 300 km
Gempa dalam : kedalaman fokus gempa lebih dari 300 km (kadang-kadang lebih dari 450
km)

Seperti halnya kedalaman, kemampuan untuk menentukan ketebalan juga sangat diperlukan dalam
ilmu kebumian. Dengan mengetahui cara menghitung ketebalan, ahli kebumian bisa menyelidiki
ketebalan lapisan-lapisan penyusun bumi sehingga kita bisa mengetahui bahwa ketebalan kerak
bumi mencapai 100 km, ketebalan matel adalah sekitar 2900 km, liquid outer core sekitar 2200 km,
dan solid inner core sekitar 1250 km
Analisis geometri akifer (aquifer : lapisan yang dapat menyimpan dan mengalirkan air dalam
jumlah yang ekonomis. Contoh : pasir, kerikil, batupasir, batugamping rekahan.) juga melibatkan
analisis kedalaman dan ketebalan.
Selain klasifikasi gempa di atas dikenal juga gempa laut, yaitu gempa yang episentrumnya terdapat
di bawah permukan laut. Gempa ini menyebabkan terjadinya gelombang pasang yang dahsyat,

disebut tsunami. Seismograf adalah alat pencatat gempa, sedang seismogram adalah rekaman atau
hasil catatan seismograf.
Peyebab Terjadinya Gempa
Gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang bersifat alamiah, yang terjadi pada lokasi tertentu,
dan sifatnya tidak berkelanjutan. Getaran pada bumi terjadi akibat dari adanya proses pergeseran
secara tiba-tiba (sudden slip) pada kerak bumi. Pergeseran secara tiba-tiba terjadi karena adanya
sumber gaya (force) sebagai penyebabnya, baik bersumber dari alam maupun dari bantuan manusia
(artificial earthquakes). Selain disebabkan oleh sudden slip, getaran pada bumi juga bisa disebabkan
oleh gejala lain yang sifatnya lebih halus atau berupa getaran kecil-kecil yang sulit dirasakan
manusia. Getaran tersebut misalnya yang disebabkan oleh lalu-lintas, mobil, kereta api, tiupan angin
pada pohon dan lain-lain. Getaran seperti ini dikelompokan sebagai mikroseismisitas (getaran
sangat kecil). Dimana tempat biasa terjadinya gempa bumi alamiah yang cukup besar, berdasarkan
hasil penelitian, para peneliti kebumian menyimpulkan bahwa hampir 95 persen lebih gempa bumi
terjadi di daerah batas pertemuan antar lempeng yang menyusun kerak bumi dan di daerah sesar
atau fault.
Para peneliti kebumian berkesimpulan bahwa penyebab utama terjadinya gempa bumi berawal dari
adanya gaya pergerakan di dalam interior bumi (gaya konveksi mantel) yang menekan kerak bumi
(outer layer) yang bersifat rapuh, sehingga ketika kerak bumi tidak lagi kuat dalam merespon gaya
gerak dari dalam bumi tersebut maka akan membuat sesar dan menghasilkan gempa bumi. Akibat
gaya gerak dari dalam bumi ini maka kerak bumi telah terbagi-bagi menjadi beberapa fragmen yang
di sebut lempeng (Plate). Gaya gerak penyebab gempa bumi ini selanjutnya disebut gaya sumber
tektonik (tectonic source).
Proses Terjadinya Gempa
Terdapat dua teori yang menyatakan proses terjadinya atau asal mula gempa yaitu pergeseran sesar
dan teori kekenyalan elastis. Gerak tiba2 sepanjang sesar merupakan penyebab yang sering terjadi.
Klasifikasi gempa bumi secara umum berdasarkan sumber kejadian gempa (R.Hoernes, 1878).
Setiap bencana alam selalu mengakibatkan penderitaan bagi masyarakat, korban jiwa dan harta
benda kerap melanda masyarakat yang berada di sekitar lokasi bencana.

Tsunami
Kata Tsunami sendiri berasal dari bahasa Jepang yang berarti Ombak Besar (Tsu : pelabuhan dan
Nami : gelombang). Adapan definisi yang disepakati banyak orang adalah tsunami merupakan
bencana alam yang disebabkan oleh naiknya gelombang laut ke daratan dengan kecepatan yang
tinggi akibat adanya gempa yang berpusat di bawah lautan. Gempa tersebut bisa saja diakibatkan
oleh tanah yang longsor, lempeng yang bergeser, gunung berapi yang mengalami erupsi serta
meteor yang jatuh di lautan. Tsunami ini biasanya terjadi apabila besarnya gempa melebihi 7 skala
richter. Tsunami ini cukup berbahaya, utamanya bagi mereka yang bermukim di sekitaran pantai.
Dengan kekuatan besar, ia akan menyapu apa saja yang dilewatinya.
Proses Terjadinya Tsunami
Jika berbicara mengenai proses terjadinya tsunami, maka kita tentu harus memulai dari
penyebabnya, yakni gempa di wilayah lautan. Tsunami selalu diawali suatu pergerakan dahsyat
yang lazim kita sebut gempa. Meski diketahui bahwa gempa ini ada beragam jenis, namun 90%
tsunami disebabkan oleh pergerakan lempeng di dalam perut bumi yang letaknya kebetulan ada di
dalam wilayah lautan. Akan tetapi perlu juga disebutkan, sejarah pernah merekam tsunami yang
dahsyat akibat meletusnya Gunung Krakatau.
Gempa yang terjadi di dalam perut bumi akan mengakibatkan munculnya tekanan ke arah vertical
sehingga dasar lautan akan naik dan turun dalam rentang waktu yang singkat. Hal ini kemudian
akan memicu ketidakseimbangan pada air lautan yang kemudian terdorong menjadi gelombang
besar yang bergerak mencapai wilayah daratan.
Dengan tenaga yang besar yang ada pada gelombang air tersebut, wajar saja jika bangunan di
daratan bisa tersapu dengan mudahnya. Gelombang tsunami ini merambat dengan kecepatan yang
tak terbayangkan. Ia bisa mencapai 500 sampai 1000 kilometer per jam di lautan. Dan saat
mencapai bibir pantai, kecepatannya berkurang menjadi 50 sampai 30 kilometer per jam. Meski
berkurang pesat, namun kecepatan tersebut sudah bisa menyebabkan kerusakan yang parah bagi
manusia.
Jika kita mencermati proses terjadinya tsunami, tentu kita paham bahwa tak ada campur tangan
manusia di dalamnya. Dengan demikian, kita tak memiliki kendali untuk mencegah penyebab
tersebut.

Namun,

dengan

persiapan

dan

kewaspadaan

yang

maksimal,

kita

bisa

meminimalisir dampak bencana tsunami ini sendiri. Contoh yang baik sudah diperlihatkan Jepang.

Meski rawan tsunami, namun kesadaran rakyatnya mampu menekan jumlah korban akibat bencana
tersebut.

Badan Geologi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral telah mengindentifikasi wilayahwilayah di Indonesia yang rawan gerakan tanah, gempa bumi dan tsunami. 19 Wilayah Indonesia
terindikasi rawan terhadap terjadi gelombang tsunami.
Berikut 19 wilayah rawan gelombang tsunami seperti dilansir situs Kementerian ESDM, Kamis
(27/2/2014):
1. Nangroe Aceh Darussalam (P. Simeulue, Pantai Barat NAD (Lhok Nga, Calang, Meulaboh),
Lhokseumawe)
2. Sumatera Utara (Pulau Nias, Pantai Barat Sumatera Utara (Singkil, Sibolga)
3. Sumatera Barat (Kep. Mentawai, Pantai Barat Sumatera Barat (termasuk Siri Sori)
4. Bengkulu (Pulau Enggano, Pantai Barat Bengkulu (termasuk Kota Bengkulu dan Manna)
5. Lampung dan Banten (Pantai Selatan Lampung, Pantai Barat Banten)
6. Jawa Barat Tengah Bagian Selatan (Pantai Selatan Jawa Barat Tengah)
7. Jawa Timur Bagian Selatan (Pantai Selatan Jawa Timur)
8. Bali (Pantai Selatan Bali)
9. Nusa Tenggara Barat (Pantai Selatan Lombok, Sumbawa , dan Pantai utara Bima)
10. Nusa Tenggara Timur (Pantai Utara Flores, Pulau Babi, Pantai Utara P. Timor (Atapupu),
dan Pantai Selatan Sumba)
11. Sulawesi Utara (Manado, Bitung, Sangihe, dan Talaud)
12. Sulawesi Tengah-Palu (Pulau Peleng, Banggai Kepulauan, Luwuk, Palu, Teluk Tomini,
Tambu, Mupaga, Toli-toli, Donggala, dan Tojo)
13. Sulawesi Selatan (Bulukumba, Tinambung, dan Majene)
14. Sulawesi Tenggara (Pantai Kendari)
15. Maluku Utara (Sanana, Ternate, Tidore, Halmahera, dan Pulau Obi)
16. Maluku Selatan (Bandanaira, P. Seram, P. Buru, Pantai Talaga, P. Banda, P. Kai, P. Tual)
17. Papua Utara (Yapen, Biak, Supiori, Oranbari, dan Ransiki)
18. Kalimantan Selatan Bagian Timur (Langadai dan Loeri)
19. Sangata (Daerah Sekuran).
Berdasarkan catatan yang ada di Badan Geologi ESDM, Wilayah Maluku Selatan tercatat terbanyak
terkena tsunami yaitu 19 kali (yakni pada 1629, 1657, 1659, 1673, 1674, 1708, 1763, 1775, 1802,
1841, 1851, 1852, 1861, 1876, 1899, 1950, 1966, 1983 dan 1996). Daerah yang paling sedikit
Sangata yakni hanya terkena satu kali gelombang tsunami pada 1921.
Cara Menyelamatkan Diri Saat Gempa dan Tsunami

Gempa sering terjadi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Seiring dengan seringnya terjadi
gempa di negara kita, maka salah satu hal yang perlu untuk kita ketahui adalah cara menyelamatkan
diri di saat gempa dan tsunami datang. Berikut adalah beberapa tips penyelamatan diri ketika terjadi
gempa atau tsunami:
Di dalam rumah
Getaran akan terasa beberapa saat. Selama jangka waktu itu, anda harus mengupayakan
keselamatan diri anda dan keluarga anda. Masuklah ke bawah meja untuk melindungi tubuh anda
dari jatuhan benda-benda. Jika anda tidak memiliki meja, lindungi kepala anda dengan bantal.
Jika anda sedang menyalakan kompor, maka matikan segera untuk mencegah terjadinya kebakaran.
Matikan alat listrik, dan cabut kabelnya.
Sesudah selesai gempa, matikan sumber listrik.
Siapkan fire extinguisher atau air untuk berjaga-jaga jika terjadi munculnya api.

Jika melihat api, berteriaklah bahwa ada api atau kebakaran.


Di jalan sempit dan tebing Menjauhlah dari jalan sempit, tebing, walled street dan jurang.
Jangan berdiri dekat dinding rumah untuk melindungi diri dari kejatuhan atap, seng.
Menjauhlah dari tebing atau jurang untuk melindungi diri dari kemungkinan terjadinya longsor
akibat getaran tanah.

Di sekolah
Berlindunglah di bawah kolong meja, lindungi kepala dengan tas atau buku, jangan panik, jika
gempa mereda keluarlah berurutan mulai dari jarak yang terjauh ke pintu, carilah tempat lapang,
jangan berdiri dekat gedung, tiang dan pohon.

Di luar rumah
Lindungi kepala anda dan hindari benda-benda berbahaya. Di daerah perkantoran atau kawasan
industri, bahaya bisa muncul dari jatuhnya kaca-kaca dan papan-papan reklame. Lindungi kepala
anda dengan menggunakan tangan, tas atau apapun yang anda bawa.

Di gedung, mall, bioskop, dan lantai dasar mall


Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan. Ikuti semua petunjuk dari petugas atau
satpam.

Di dalam lift
Jangan menggunakan lift saat terjadi gempa bumi atau kebakaran. Jika anda merasakan getaran
gempa bumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah semua tombol. Ketika lift berhenti, keluarlah,

lihat keamanannya dan mengungsilah. Jika anda terjebak dalam lift, hubungi manajer gedung
dengan menggunakan interphone jika tersedia.

Di kereta api
Berpeganganlah dengan erat pada tiang sehingga anda tidak akan terjatuh seandainya kereta
dihentikan secara mendadak.

Bersikap tenanglah mengikuti penjelasan dari petugas kereta.

Salah mengerti terhadap informasi petugas kereta atau stasiun akan mengakibatkan kepanikan.

Di dalam mobil
Saat terjadi gempa bumi besar, anda akan merasa seakan-akan roda mobil anda gundul. Anda akan
kehilangan kontrol terhadap mobil dan susah mengendalikannya.Jauhi persimpangan, pinggirkan
mobil anda di kiri jalan dan berhentilah. Ikuti instruksi dari radio mobil. Jika harus mengungsi maka
keluarlah dari mobil, biarkan mobil tak terkunci.

Di gunung/pantaiAda kemungkinan longsor terjadi dari atas gunung. Menjauhlah langsung ke


tempat aman. Di pesisir pantai, bahayanya datang dari tsunami. Jika anda merasakan getaran dan
tanda-tanda tsunami tampak, cepatlah mengungsi ke dataran yang tinggi.

Beri pertolongan

Sudah dapat diramalkan bahwa banyak orang akan cedera saat terjadi gempa bumi besar. Karena
petugas kesehatan dari rumah-rumah sakit akan mengalami kesulitan datang ke tempat kejadian,
maka bersiaplah memberikan pertolongan pertama kepada orang-orang yang berada di sekitar anda.

Dengarkan informasi
Saat gempa bumi besar terjadi, masyarakat terpukul kejiwaannya. Untuk mencegah kepanikan,
penting sekali setiap orang bersikap tenang dan bertindaklah sesuai dengan informasi yang benar.
Anda dapat memperoleh informasi yang benar dari pihak yang berwenang atau polisi. Jangan
bertindak karena informasi orang yang tidak jelas jika akan terjadi terjadi tsunami. Jika sedang
berada di pantai, segera berlindunglah ke tempat tinggi saat merasakan gempa yang cukup kuat
(lebih dari skala 4), atau merasakan getaran lemah tapi lama.

Perhatikan radio atau berita untuk informasi yang berkaitan dengan kemunculan tsunami.

Menjauhlan dari tempat yang pernah terjadi longsor atau terdapat longsor.

Diperlukan waktu yang cukup bagi petugas untuk menginformasikan adanya tsunami. Tsunami
dapat saja mencapai pantai sebelum itu, maka segeralah berlindung.
Yakinlah bahwa anda menerima informasi yang benar. Jangan dengar rumor.

Ikuti berita di TV atau radio


Ikutilah perintah dari pemerintah setempat, dinas kebakaran, atau kepolisian.

Jangan menggunakan telepon untuk hal yang tidak perlu, seperti menelepon dinas kebakaran atau
rescue untuk menanyakan berita atau status bencana.

Sediakan first-aid untuk luka ringan dan bekerjasamalah dengan yang lain. Bekerjasamalah dengan
rescue team

Ikuti prosedur evakuasi


Evakuasilah dengan berjalan kaki. Bawalah hanya barang-barang personal yang diperlukan.
Sebaiknya menghindari evakuasi dengan mobil, karena dapat menghambat traffic dan menghalangi
ambulance atau pemadam kebakaran.

Tanah Longsor

Bencana alam tanah longsor sering melanda beberapa wilayah di Indonesia. Secara umum
hal tersebut disebabkan karena letak geografis wilayah Indonesia yang dilewati cincin api, Iklim
dan penutup lahan. Bencana tanah longsor yang terjadi di berbagai lokasi di Indonesia, umumnya
terjadi pada musim penghujan, sehingga dampak yang ditimbulkan tidak hanya terjadi setempat (on
site) namun juga disebelah hilirnya (off site), yaitu berupa hasil sedimen yang jumlahnya cukup
besar untuk suatu kejadian hujan tertentu. Penyebab tanah longsor terutama disebabkan oleh
ketahanan geser batuan yang menurun tajam jauh melebihi tekanan geser dan yang terjadi seiring
dengan meningkatnya tekanan air akibat pembasahan atau peningkatan kadar air, disamping juga
karena adanya peningkatan muka air tanah. Identifikasi lahan berpotensi longsor sangat diperlukan
untuk mengetahui sebaran daerah yang rawan longsor sehingga dapat dilakukan upaya
penanganannya.
Bencana tanah longsor selain menimbulkan korban jiwa, harta benda dan material lain yang
tidak sedikit juga menimbulkan dampak negatif jangka panjang yaitu berkurangnya (hilangnya)

lapisan permukaan tanah (top soil) yang subur sehingga produktifitas tanah menurun. Menurut
Soebroto, dkk.(1981), faktor . faktor yang menyebabkan terjadinya gerakan tanah (tanah longsor)
adalah topografi (kemiringan lereng), keadaan tanah (tekstur, struktur perlapisan), keairan termasuk
curah hujan, gempa bumi dan keadaan vegetasi/hutan dan penggunaan lahan.

Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok,
runtuhan batu, rayapantanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasidan rotasi paling
banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan korban jiwa
manusia adalah aliran bahan rombakan.

1. Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
rata atau menggelombang landai.

berbentuk

2. Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk
cekung.
3. Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata.
Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.
4. Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau material lain bergerak ke bawah dengan
cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga meng-gantung terutama di daerah
pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang parah.
5. Rayapan Tanah
Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa butiran
kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama
longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke
bawah.
6. Aliran Bahan Rombakan Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong
oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis
materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya.
Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar gunung api.
Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.
Faktor Penyebab Longsor
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar dari gaya
penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah.
Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut kemiringan lereng, air, beban serta
berat jenis tanah batuan. Ancaman tanah longsor biasanya terjadi pada bulan November, karena
meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang menyebabkan terjadinya
penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar, sehingga mengakibatkan munculnya poripori atau rongga-rongga dalam tanah, yang mengakibatkan terjadinya retakan dan rekahan
permukaan tanah.

Pada waktu turun hujan, air akan menyusup ke bagian tanah yang retak sehingga dengan
cepat tanah akan mengembang kembali. Pada awal musim hujan dan intensitas hujan yang tinggi
biasanya sering terjadi kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat.
Hujan lebat yang turun pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah
yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan
gerakan lateral.
Dengan adanya vegetasi di permukaannya akan mencegah terjadinya tanah longsor, karena
air akan diserap oleh tumbuhan dan akar tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah.
Lereng atau tebing yang terjal terbentuk akan memperbesar gaya pendorong. Kebanyakan
sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 derajat, apabila ujung lerengnya terjal dan
bidang longsorannya mendatar.
Gerakan Tanah
Gerakan tanah adalah perpindahan masa tanah atau batuan yang bergerak dari atas ke bawah
disepanjang lereng atau keluar dari lereng. Jenis gerakan tanah dapat dikelompokkan kedalam 5
jenis yaitu:
1. Jatuhan massa tanah dan atau batuan adalah perpindahan masa tanah dan atau batuan ke

ketinggian yang lebih rendah tanpa melalui bidang gelincir karena pengaruh gaya tarik
bumi.
2. Longsoran masa tanah atau batuan adalah perpindahan masa tanah dan atau batuan melalui
bidang gelincir yang pergerakannya dipengaruhi gaya tarik bumi
3. Aliran tanah adalah perpindahan campuran masa tanah dengan air yang bergerak mengalir

sesuai dengan arah kemiringan lereng


4. Amblesan adalah penurunan permukaan tanah secara tegak karena adanya pengosongan
rongga di dalam tanah akibat dari pemadatan normal tanah dan atau batuan, pengambilan
airtanah secara berlebihan. Larian air karena struktur geologi, kebocoran atau retak bagian
dasar, penggalian tanah atau batuan, dan bahan galian logam
5. Tanah mengembang adalah perubahan atau pergerakan masa tanah sebagai akibat sifat-sifat
tanah atau batuan itu sendiri yang mengembang apabila jenuh air dan mengkerut apabila
kering.

Mitigasi Bencana Gunung Api

Gunung meletus, terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas
yang bertekanan tinggi. Dari letusan-letusan seperti inilah gunung berapi terbentuk. Letusannya
yang membawa abu dan batu menyembur dengan keras sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan
lavanya bisa membanjiri daerah sejauh radius 90 km. Letusan gunung api bisa menimbulkan korban
jiwa dan harta benda yang besar sampai ribuan kilometer jauhnya dan bahkan bias mempengaruhi
putaran iklim di bumi ini.
Ciri-ciri Gunung Api akan meletus
Gunung berapi yang akan meletus dapat diketahui melalui beberapa tanda, antara lain :
o
o
o
o
o

Suhu di sekitar gunung naik.


Mata air menjadi kering.
Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa).
Tumbuhan di sekitar gunung layu.
Binatang di sekitar gunung bermigrasi.

Hasil letusan Gunung Api


1. Gas vulkanik

Gas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas tersebut antara lain Karbon
monoksida (CO), Karbon

dioksida (CO2), Hidrogen

Sulfida (H2S), Sulfur

dioksida (S02),

dan Nitrogen (NO2) yang dapat membahayakan manusia.


2. Lava dan aliran pasir serta batu panas
Lava adalah cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir dari dalamBumi ke permukaan
melalui kawah. Lava encer akan mengalir mengikuti aliran sungai sedangkan lava kental akan
membeku dekat dengan sumbernya. Lava yang membeku akan membentuk bermacam-macam
batuan.
3. Lahar
Lahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material lainnya. Lahar sangat
berbahaya bagi penduduk di lereng gunung berapi.
4. Hujan Abu
Yakni material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan. Karena sangat
halus, abu letusan dapat terbawa angin dan dirasakan sampai ratusan kilometer jauhnya. Abu
letusan ini bisa menganggu pernapasan.
5. Awan Panas
Yakni hasil letusan yang mengalir bergulung seperti awan. Di dalam gulungan ini terdapat batuan
pijar yang panas dan material vulkanik padat dengan suhu lebih besar dari 600 C. Awan panas
dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan
juga dapat menyebabkan sesak napas.
Dampak dari Letusan Gunung Api
Gas vulkanik adalah gas-gas yang dikeluarkan saat terjadi letusan gunung api antara lain
Karbon Monoksida (CO), Karbon Dioksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur Dioksida (SO2)
dan Nitrogen (N2) yang membahayakan bagi manusia. Lava adalah cairan magma bersuhu sangat
tinggi yang mengalir ke permukaan melalui kawah gunung api. Lava encer mampu mengalir jauh
dari sumbernya mengikuti sungai atau lembah yang ada, sedangkan lava kental mengalir tidak jauh
dari sumbernya.
Lahar juga merupakan salah satu ancaman bagi masyarakat sekitar Gunung Merapi.
Ancaman lahar telah terjadi pada letusan Gunung Merapi pada tahun 1994 dan 2006. Lahar adalah
banjir bandang di lereng gunung yang terdiri dari campuran bahan vulkanik berukuran lempung
sampai bongkah. Lahar dapat berupa lahar panas atau lahar dingin. Lahar panas berasal dari letusan

gunung api yang memiliki danau kawah, dimana air danau menjadi panas kemudian bercampur
dengan material letusan dan keluar dari mulut gunung. Lahar dingin atau lahar hujan terjadi karena
percampuran material letusan dengan air hujan di sekitar gunung yang kemudian membuat lumpur
kental dan mengalir dari lereng gunung. Lumpur ini bisa panas atau dingin.
Awan panas (wedhus gembel) adalah hasil letusan gunung api yang paling berbahaya
karena tidak ada cara untuk menyelamatkan diri dari awan panas tersebut kecuali melakukan
evakuasi sebelum gunung meletus. Awan panas hembusan adalah awan dari material letusan kecil
yang panas, dihembuskan angin dengan kecepatan mencapai 90 km per jam. Awan panas jatuhan
adalah awan dari material letusan panas besar dan kecil yang dilontarkan ke atas oleh kekuatan
letusan yang besar. Material berukuran besar akan jatuh di sekitar puncak sedangkan yang halus
akan jatuh mencapai puluhan, ratusan bahkan ribuan kilometer dari puncak karena pengaruh
hembusan angin. Awan panas dapat mengakibatkan luka bakar pada bagian tubuh yang terbuka
seperti kepala, lengan, leher atau kaki, dan juga menyebabkan sesak napas sampai tidak bisa
bernapas. Bahkan pada letusan tahun 2006, awan panas telah merenggut dua korban jiwa di
Kaliadem.
Abu Letusan gunung api adalah material letusan yang sangat halus. Karena hembusan
angin dampaknya bisa dirasakan ratusan kilometer jauhnya. Pada letusan besar seperti pernah
terjadi di Gunung Krakatau, abu yang dihasilkan bahkan menutupi sinar matahasi sampai
berminggu-minggu.
Mitigasi Bencana Gunung Api
Indonesia merupakan Negara dengan jumlah gunung berapi yang banyak. Sekitar 13%-17%
dari gunung berapi aktif yang ada di dunia, terdapat di Indonesia.
Mengingat banyaknya gunung berapi yang terdapat di Indonesia, maka Indonesia sangat
rawan dengan letusan gunung berapi. Yang masih sangat melekat dalam ingatan kita tentunya
letusan gunung Merapi di Yogyakarta yang mengeluarkan material vulkanik yang dahsyat hingga
memakan korban yang tidak sedikit.
Sebenarnya letusan gunung berapi tidak hanya membawa bencana, Selain itu gunung berapi
juga membawa sumber kemakmuran bagi kawasan disekitarnya. Material vulkanik yang
dikeluarkan oleh gunung berapi dapat dimanfaatkan untuk kelangsungan hidup pascabencana.
Penanggulangan bencana gunung berapi tidak hanya terpusat di kawasan gunung berapi,
tetapi juga masyarakat yang ada di sekitar kawasan gunung berapi yang kadang sulit untuk
dievakuasi. Alasannya selain keterikatan dengan tempat tinggal dan lahan pertanian, juga karena
adanya kepercayaan terhadap gunung berapi.

Upaya memperkecil jumlah korban jiwa dan kerugian harta benda akibat letusan gunung
berapi, tindakan yang perlu dilakukan :
a.

Pemantauan, aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam menggunakan alat pencatatgempa
(seismograf). Data harian hasil pemantauan dilaporkan ke kantorDirektorat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) di Bandung dengan menggunakan radio komunikasi SSB.
Petugas pos pengamatan Gunung api menyampaikan laporan bulanan ke pemda setempat.

b.

Tanggap Darurat, tindakan yang dilakukan oleh DVMBG ketika terjadipeningkatan aktivitas
gunung berapi, antara lain mengevaluasi laporandan data, membentuk tim Tanggap Darurat,
mengirimkan tim ke lokasi, melakukan pemeriksaan secara terpadu.

c.

Pemetaan, Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung berapi dapat menjelaskanjenis dan sifat bahaya
gunung berapi, daerah rawan bencana, arahpenyelamatan diri, lokasi pengungsian, dan pos
penanggulangan bencana.

d. Penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi, Geofisika, danGeokimia. Hasil


penyelidikan ditampilkan dalam bentuk buku, peta dandokumen lainya.
e. Sosialisasi, petugas melakukan sosialisasi kepada Pemerintah Daerahserta masyarakat terutama
yang tinggal di sekitar gunung berapi. Bentuk sosialisasi dapat berupa pengiriman informasi kepada
Pemda dan penyuluhan langsung kepada masyarakat.
Langkah-langkah konkrit yang harus dilakukan saat menghadapi ancaman bencana Gunung
Api, diantaranya :
a.

Antisipasi atau Sebelum Letusan Gunung Api

Mengenali tanda-tanda bencana, karakter gunung dan ancaman-ancamannya.

Membuat peta ancaman, mengenali daerah ancaman, daerah aman.

Membuat sistem peringatan dini.

Mengembangkan Radio komunitas untuk penyebarluasan informasi status gunung api

Mencermati dan memahami Peta Kawasan Rawan gunung api yang diterbitkan oleh instansi
berwenang.

Membuat perencanaan penanganan bencana Mempersiapkan jalur dan tempat pengungsian yang
sudah siap dengan bahan kebutuhan dasar (air, jamban, makanan, pertolongan pertama) jika
diperlukan.

Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen penting.


Memantau informasi yang diberikan oleh Pos Pengamatan gunung api (dikoordinasi oleh
Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi). Pos pengamatan gunung api biasanya
mengkomunikasikan perkembangan status gunung api lewat radio komunikasi.

b.

Saat Letusan Gunung Api Terjadi


Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah, aliran sungai kering dan daerah aliran
lahar Hindari tempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan.

Masuk ruang lindung darurat bila terjadi awan panas.


Siapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh,
seperti baju lengan panjang, celana panjang, topi dan lainnya.

Melindungi mata dari debu, bila ada gunakan pelindung mata seperti kacamata renang atau
apapun yang bisa mencegah masuknya debu ke dalam mata Jangan memakai lensa kontak.

Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung .

Saat turunnya abu gunung usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah tangan.

c.

Setelah Terjadi Letusan Gunung Api

Jauhi wilayah yang terkena hujan abu.

Bersihkan atap dari timbunan abu karena beratnya bisa merusak atau meruntuhkan atap bangunan.

Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak mesin motor,
rem, persneling dan pengapian.

Gambar diatas merupakan barang-barang yang diambil saat bencana letusan gunung merapi.
Tampak sepeda motor, TV, dan peralatan rumah tangga warga yang rusak akibat dari letusan gunung
tersebut.

Sumber:
Museum Geologi , Bandung
Sumber lain:
http://belajarilmugeografi.blogspot.com/2013/04/mengurai-proses-terjadinya-gempa-bumi.html
http://belajarilmugeografi.blogspot.com/2013/10/pengertian-proses-terjadinya-tsunami.html
http://info.bisnis.com/read/20140227/342/206429/19-daerah-rawan-tsunami-di-mana-saja
http://biarkanakumenulis.blogspot.com/2009/10/longsor.html
http://yudhakharismayanto.blogspot.com/2011/06/gunung-api-dan-mitigasi-bencana-letusan.html

Anda mungkin juga menyukai