Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Cakupan penilaian LKPJ Akhir Tahun Anggaran 2015 (LKPJ ATA) pada
kesempatan ini hanya dapat dilakukan pada 3 aspek penilaian, yakni (1)
aspek formal; (2) aspek kinerja pemerintah daerah; dan (3) aspek kebijakan
umum pengelolaan keuangan daerah. Adapun penilaian terhadap aspek
lainnya, yakni aspek: (1) penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah; (2)
penyelenggaraan tugas pembantuan; dan (3) penyelenggaraan tugas umum
pemerintahan, masih belum dapat dilakukan karena keterbatasan waktu
dan keterbatasan data pembanding/tolok ukur sebagai acuan untuk
melakukan penilaian atas 3 aspek tersebut.
I.
ATA
pada
dasarnya
adalah
kegiatan
untuk
anggaran
yang
pelaksanaannya.
Guna
pelaksanaan
suatu
telah
menilai
disepakati
tingkat
program/kegiatan,
dengan
realisasi/
keberhasilan/kegagalan
dilakukan
dengan
cara
c. RKPD;
d. KUA/PPAS;
e. RKA/DPA SKPD;
f. Indikator kinerja program & kegiatan; dan
g. Perda APBD & Perda APBD Perubahan.
Dalam penilaian LKPJ ATA 2015 hanya terdapat beberapa tolok ukur
yang tersedia yakni huruf b dan huruf f, sedangkan tolok ukur
lainnya tidak tersedia sehingga tidak dapat dilakukannya penilaian
secara optimal terhadap LKPJ ATA 2015.
Rekomendasi:
Agar mendapatkan penilaian yang maksimal terhadap LKPJ ATA
pada tahun-tahun berikutnya, maka sebaiknya semua tolok ukur
penilaian diberikan/dilengkapi, sehingga dapat digunakan untuk
membandingkan
dengan
capaian
atau
realisasi
pelaksanaan
Agar
LKPJ
memenuhi
aspek
formal/sistematika,
sebaiknya
(Perpres
dengan
tingkat
pertumbuhan
sektor
pertanian,
adanya
intensifikasi
dan
lingkage
antara
sektor
pertanian,
dengan
sektor
industri
pengolahan
maka
akan
terkait
dalam
melakukan
Pansus
LKPJ
terhadap
indikator
Persentase
dan
perkotaan,
seperti
pada
disparitas
rasio
bantuan
68,4. Angka 76,36 tersebut telah melampaui target RPJMD 20112015 yakni 75,97, bahkan capaian IPM pada Tahun 2013 tersebut
telah mendekati target IPM Tahun 2015 yakni 76,99. Meski demikian
hendaknya disadari pula bahwa pencapaian kinerja IPM Gresik
masih
menyisakan
sejumlah
permasalahan,
seperti
tingkat
Sidoarjo
ialah
sebesar
104,64%
dan
Kabupaten
Kabupaten
Malang
realisasinya
sebesar
129,03%
dan
pemasukan
daerah,
sehingga
dapat
meningkatkan
3.
Tahun
anggaran
431.797.814.095,60
dan
450.326.075.139,76 atau
2015
direncanakan
sebesar
Rp
dapat
direalisasikan
sebesar
Rp
terealisasi
sebesar
Rp
117.640.882.350,20
atau
51,15%. Jika
dan
Kabupaten
Sidoarjo
sebesar
Rp.
96.645.390.259,65.
Realisasi pajak daerah dan retribusi tahun 2015 sudah melampaui
target RPJMD 2011-2015 pada tahun 2015 yakni sebesar Rp.
206.551.300.000,00 yakni sebesar Rp. 34.141.620.000,00. Bahkan
realisasi proporsi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah
terhadap pendapatan daerah telah melampaui target 20% bagi
wilayah Jawa-Bali dalam RPJMN 2015-2019.
Rekomendasi:
- Dokumen Bab III LKPJ belum dilengkapi dengan permasalahan
dan solusi dalam upaya peningkatan pajak daerah dan retribusi
daerah. Seharusnya dalam dokumen LKPJ Bab III disertai dengan
permasalahan yang dihadapi sehingga realisasi retribusi daerah
sangat kecil terutama realisasi retribusi jasa usaha yang hanya
22,61%.
- Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014 bahwa urusan energi dan
sumber
daya
mineral
tidak
lagi
menjadi
kewenangan
pajak
mineral
bukan
logam
dan
batuan
yang
menjadi
hak/kewenangan kabupaten.
- Perlu
adanya
pendapatan
beberapa
termasuk
melakukan
pembenahan
peningkatan
pembenahan
kelembagaan
secara
dan
terus
sistem
kualitas
layanan.
pengembangan
menerus
pengelolaan
dalam
Perlu
internal
melakukan
sektor
konstruktif
terkait
dengan
pemerintahan,
serta
berbagai
kalangan
membangun
pihak
baik
pengusaha
komunikasi
dalam
akademisi
yang
lingkungan
maupun
masyarakat.
dengan
Kabupaten
Sidoarjo
sebesar
84,43%,
Bandingkan
dengan
penyerapan
anggaran
Kabupaten
bahwa
ABPD
lambat
disahkan,
terlambatnya
juknis/juklak
umum
sebagai
penghambat
serapan
anggaran
dapat
menghabiskan
anggaran
di
akhir
tahun
dengan
Rekomendasi:
- Perlunya analisis terhadap permasalahan yang dihadapi dalam
penyerapan anggaran. Jadi, bukan hanya besaran realisasi belanja
dan
pembiayaan
yang
dijadikan
target
melainkan
realisasi
dapat
dijadikan
sebagai
bahan
evaluasi
untuk