Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sedimentologi adalah Salah satu cabang dari ilmu geologi yang membahas secara
khusus batuan sedimen atau endapan-endapan dengan segala prosesnya.
Istilah batuan sedimen berasal dari bahasa latin yaitu sedimentum yang berarti
endapan, yang digunakan untuk materi padat yang diendapkan oleh fluida. Produk
dari proses pelapukan, baik mekanik maupun kimia, merupakan sumber material
untuk membentuk batuan sedimen. Material yang yag berasal dari batuan induk akan
mengalami pengikisan lalu pengangkutan dan kemudian diendapakan di danau,
lembah sungai, laut, atau pada cekungan lainnya.
Material yang terakumulasikan sebagai sedimen mempunyai dua sumber utama.
Pertama, material sedimen yang terakumulasikan berasal dari hasil proses pelapukan
mekanik maupun kimia yang tertransportasi dalam keadaan padat. Endapan dari tipe
ini disebut detrital sedimentary rock. Kedua, material yang terlarut sebagai hasil dari
proses pelapukan kimia. Bila larutan tersebut mengalami presipitasi, baik oleh proses
anorganik maupun organik materialnya disebut chemical sedimentary rock.
Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan
dari beberapa centimeter sampai beberapa kilometer. Juga ukuran butirnya dari yang
sangat halus sampai yang sangat besar dan beberapa proses yang penting lainnya.
Pada umumnya batuan sedimen dibagi menjadi lima kelompok besar berdasarkan
cara terbentuknya yaitu batuan sedimen klastik, batuan sedimen evaporit, batuan
sedimen batubara, batuan sedimen silika, batuan sedimen karbonat.

BAB II
PEMBAHASAN

Granulometri atau sering diterjemahkan dengan analisa besar butir adalah salah
satu dari sekian banyak metoda yang sering dipakai untuk menganalisa batuan
sedimen klastik.
Analisis granulometri merupakan suatu analisis tentang ukuran butir sedimen.
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat resistensi butiran sedimen terhadap
proses-proses eksogenik seperti pelapukan erosi dan abrasi dari provenance, serta
proses transportasi dan deposisinya. Hal-hal tersebut merupakan variabel penting
dalam melakukan suatu interpretasi.
Tingkat resistensi suatu batuan dapat dilihat dari ukuran butirnya. Proses-proses
eksogenik akan mengubah bentuk dan ukuran suatu partikel sedimen. Menurut Boggs
(1987), ada 3 faktor yang mempengaruhi ukuran butir batuan sedimen, yaitu variasi
ukuran butir sedimen asal, proses transportasi, dan energi pengendapan. Data-data
hasil analisis ukuran butir sedimen tersebut digunakan untuk mengetahui 3 faktor
tersebut secara jelas.

Ukuran Butir Partikel


Ukuran butir partikel sedimen penting dalam beberapa hal. Ukuran butir
mencerminkan :
Resistensi partikel terhadap pelapukan, erosi dan abrasi. Partikel-partikel yang
lunak seperti batugamping dan fragmen-fragmen batuan makin lama makin mengecil,
bahkan partikel kuarsa yang besar dan resistensi akan terabrasi dan berubah
ukurannya.
Proses transportasi dan deposisi seperti kemampuan air angina untuk
menggerakakn dan mengendapkan partikel.
Partikel-partikel yang lunak seperti batugamping dan fragmen-fragmen batuan,
makin lama makin mengecil bahkan partikel kuarsa yang besar dan resisten akan

terabrasi dan berubah ukurannya. Ukuran butir partikel sedimen juga mencerminkan
proses transportasi dan deposisi partikel sedimen, seperti : kemampuan air/angin
dalam menggerakkan dan mengendapkan partikel.
Material-material yang diangkut oleh media pengangkut (air, angin) akan
terdistribusi menjadi berbagai macam ukuran butir seperti gravel (boulder, coble, dan
pebble), pasir dan mud. Distribusi ukuran butir ini menunjukkan :
Terdapatnya bermacam-macam ukuran butir dari batuan induknya.
Proses yang terjadi selama sedimentasi terutama kompetensi (kemampuan arus untuk
membawa suatu beban sesuia ukurannya. Jika ada beban yang lebih berat maka beban
tersebut akan diendapkan).
Dengan banyaknya variasi ukuran butir tersebut maka perlu diadakna klasifikasi
ukuran butir. Dikenal beberapa klasifikasi ukuran butir yang dibuat oleh bebrapa ahli.
Tetapi skala penentuan ukuran butir yang diajukan oleh J.A Udden dan C.K
Wentworth yang sering digunaka, selanjutnya disebut skala Udden-Wentworth
sebagai skala geometri (1,2,4,8, ...). pada perkembangan selanjutnya ditambah
skala aritmetik (1,2,3,4,) sebagai unit phi () oleh W.C Krumbein, dimana phi
merupakan transformasi logaritma dari skala Udden-Wentworth, yaitu : = -log2 d,
dengan d adalah ukuran butir dalam millimeter.
Dalam acara ini akan dilakukan pemisahan ukuran butir dari suatu contoh pasir
lepas. Seperti diketahui analisis ini untuk mengetahui koefisien sortasi, skewness dan
kurtosis. Untuk mengetahiu harga-harga tersebut dapat dilakukan dengan cara grafis
dan matematis.
1. Cara grafis
Cara grafis ini prinsipnya adalah menggunakan data hasil pengayakan dan
penimbangan yang diplot sebagai kurva kumulatif untuk mengetahui parameterparameter statistiknya. Kurva kumulatif dibedakan menjadi dua, yaitu kurva
kumulatif aritmetik (arithmetic ordinate) dan kurva kumulatif probabilitas

(probability ordinate).Kurva kumulatif aritmetik digambarkan secara smooth


melewati semua data (kurva berbentuk S), sehingga semua parameter statistic dapat
terbaca. Sedang kurva probabilitas digambarkan dengan garis lurus untuk mengetahui
probabilitas normalnya. Pada kurva ini memungkinkan untuk membaca parameter
statistic lebih akurat karena mengurangi interpolasi dan ekstrapolasi dalam
penggambaran. Tetapi yang sering digunakan adalah kurva kumulatif aritmetik karena
lebih mencerminkan distribusi ukuran butirnya. Kurva kumulatif dibuat dengan absis
ukuran butir dalam millimeter ( untuk kertas semilog) atau unit phi dan ordinat
prosentase berat (skala 1 100%).
Setelah dilakukan pengayakan dan penimbangan hasilnya dapat disajikan dalam
bentuk table. Dan untuk mengetahui distribusi tiap frekuensi dapat dibuat histogram.
Harga-harga median diameter, koefisien sortasi, skewness dan kurtosis diturunkan
dari kurva kumulatif dan dihitung dengan rumus-rumus berikut :
Folk menetukan koefisien sortasi sebagai defiasi standar grafis:
G = 84 25
2
Kemudian disempurnakan sebagai deviasi standar grafis inklusif dengan rumus :
1 = 84 16 + 95 5
4
6,6
Harga So menurut Folk dan Ward (1957) :
< 0.35
Very well sorted
0.35 0.50
Well sorted
0.50 0.71
Moderetely well sorted
0.71 1.00
Moderetely sorted
1.00 2.00
Poorly sorted
2.00 4.00
Very poorly sorted
> 4.00
Extremely poorly sorted

Skewness (Sk)
Skewness menyatakan derajat ketidaksimetrian suatu kurva. Bila Sk berharga positif
maka sedimen yang bersangkutan mempunyai jumlah butir kasar lebih banyak dari
jumlah butir yang halus dan sebaliknya jika berharga negatif maka sedimen tersebut
mempunyai jumlah butir halus lebih banyak dari jumlah butir yang kasar.

Dan bila dinyatakan secara grafis maka :


Skq = (Q1+Q3-2(Md)) (dalam phi)
2
Harga Sk menurut Folk dan Ward (1957) :
Nilai Skewness

Klasifikasi

+1.0 sd +0,3

Very fine skewness

+0,3 sd +0,1

Fine skewness

+0,1 sd -0,1

Near symmetrical

-0,1 sd -0,3

Coarse skewness

-0,3 sd -1,0

Very coarse skewness

Kurtosis (K)
Kurtosis menunjukan harga perbandingan antara pemilahan bagian tengah

terhadap bagian tepi dari suatu kurva. Untuk menentukan harga K digunakan rumus
yang diajukan oleh Folk (1968), yaitu :
K = __ 95 - 5___
2, 44(75-25)

Harga K menurut Folk dan Ward (1957) adalah :

Nilai Kurtosis

Klasifikasi

<0,67

Very platycurtic

0,67 0,90

Platycurtic

0,90 1,11

Mesokurtic

1,11 1,50

Leptokurtic

1,50 3,00

Very leptokurtic

>3,00

Extremely leptokurtic

Cara matematis
Cara matematis dalam analisis ukuran butir akan memberikan gambaran yang
lebih baik daripada cara grafis, karena dalam cara matematis semua harga ukuran
butir dalam klas interval diikutsertakan dalam perhitungan. Kelemahan cara
matematis ini adalah ruwetnya perhitungan dalam pengolahan data. Untuk memahami
cara matematis ini adalah dengan memahami distribusi normal dari suatu kurva
distribusi frekuensi yaitu kurva hasil pengeplotan ukuran butir (dalam skala phi)

dengan frekuensi yang disajikan dalam beberapa klas interval. Perhitungan tersebut
adalah perhitungan statistic. Ukuran butir diplot pada absis dan frekuensinya pada
ordinat. Kurva normal akan berbentuk simeetri.
Dalam statistic distribusi normal ini disebut moment. Istilah moment dalam
mekanika yaitu jarak dikalikan massanya. Jadi mome suatu benda terhadap suatu titik
adalah besar massa tersebut dikalikan jarak terhadap titik tersebut. Dalam
statistikmassa digantikan dengan frekuensi suatu klas interval ukuran butir dan jarak
yang dipakai adalah jarak terhadap titik tertentu (arbitrary point) yaitu suatu titik awal
dari suatu kurva atau dapat juga titik rata-rata ukuran butir tersebut.
Tiap klas interval dicari momenya, kemudian setelah momen masing-masing klas
sudah dicari dijumlahkan dan dibagi total jumlah sample ( jika frekuensi dalam %
maka jumlahnya 100, hal ini memberikan harga momen per unit 1% frekuensi ).
= f . m
100
Momen pertama ini identik dengan harga rata-rata ukuran butir (mean). Frekuensi
(f) dalam prosen dan m adalah mid point tiap interval kelas dalam unit phi setelah
diketahui harga x maka dapat dijadikan titik tumpu dimana jarak disebelah titik
kanannya positif dan sebelah kirinya negatif. Distribusi dikatakan normal jika selisih
jumlah kedua kelompok tersebut nol.
Harga momen yang lebih besar dicari dengan titik tumpu menggunakan X atau
jarak m, jadi jaraknya (m-x).
= f .(m - X)2
100
Momen pertama = nilai mean, frekuensi (f) dalam persen dan m adalah nilai
mid poin tiap kelas interval dalam unit phi.

Momen kedua ini merupakan kuadrat dari standart deviasi (). Standart deviasi
ini menunjukkan besar kecilnya selisih dari harga x dan ini merupakan konsep sortasi,
sehingga sortasi adalah :
= f .(m - X)3
100
Karena harga (m-x) positif disebelah kanan x dan negatif disebelah kirinya harga
momen ketiga yang normal adalah nol. Harga skewness dihitung dengan membagi
momen ketiga dengan pangkat tiga dari standar deviasi ().
= f .(m - X)4
100
Skewness ini mencerminkan deviasi dari keestriman dari suatu kurva dan peka
terhadap yang kasar atau halus dalam suatu populasi ukuran butir sedimen. Sehingga
dapat digunakan untuk interpretasi pengendapan dari sedimen tersebut.
Momen keempat digunakan untuk menghitung tinggi rendahnya puncak suatu
kurva distribusi (peakkedness) atau kurtosis. Kurtosis dicari dengan membagi momen
keempat dengan pangkat empat dari standar deviasi.

TUGAS MID SEDIMENTOLOGI

ANALISIS GRANULOMETRI

ARUMSARI DWIYANTRI
F 121 14 003

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2016

DAFTAR PUSTAKA
Boggs, Sam.2006. Principles of Sedimentary and Stratigraphy 4th Edition. New
Jersey Pearson Education, Inc
tryfor3.wordpress.com/2013/11/22/sedimentologi-analisis-ukuran-butir-pasir-analisisgranulometri/
www.scribd.com/doc/248061450/BAB-II-Granulometri

Anda mungkin juga menyukai