Anda di halaman 1dari 11

Mekanisme Pernapasan

Paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis,


dalam keadaan normal terdapat lapisan cairan tipis
antara paru dan dinding dada. Paru dengan mudah
bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan
antara paru dan dinding dada di bawah tekanan
atmosfer. Paru teregang dan berkembang pada waktu
bayi baru lahir (Syaifuddin,H., 2011).
Pada waktu menarik napas dalam, otot berkontraksi
tetapi pengeluaran pernapasan dalam proses yang pasif.
Diafragma menutup ketika penarikan napas, rongga
dada kembali memperbesar paru, dinding badan
bergerak, diafragma dan tulang dada menutup ke posisi
semula. Aktivitas bernapas merupakan dasar yang
meliputi gerak tulang rusuk ketika bernapas dalam dan
volume udara bertambah (Syaifuddin,H., 2011).
Pada waktu inspirasi udara melewati hidung dan
faring. Udara dihangatkan dan diambil uap airnya.
Udara berjalan melalui trakea, bronkus, bronkiolus, dan
duktus alveolaris ke alveoli. Alveoli dikelilingi oleh
kapiler-kapiler. Terdapat kira-kira 300 juta alveoli. Luas
total dinding paru yang bersentuhan dengan kapilerkapiler pada kedua paru kira-kira 70 m2 (Syaifuddin,H.,
2011).

Aktivitas bernapas merupakan dasar yang meliputi


gerak tulang rusuk sewaktu bernapas dalam. Pada
waktu istirahat pernapasan menjadi dangkal akibat
tekanan abdomen yang membatasi gerakan diafragma
(Syaifuddin,H., 2011).
Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan
pulmoner atau pernapasan eksternal:
1. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang
menukar udara dalam alveoli dengan udara luar.
2. Arus darah melalui paru-paru.
3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian
sehingga dalam jumlah tepat dapat mencapai
semua bagian tubuh.
4. Difusi gas yang menembusi membran pemisah
alveoli dan kapiler. CO2lebih mudah berdifusi
daripada oksigen (Pearce, Evelyn C.,2011).
Volume dan Kapasitas Paru
Metoda yang sederhana untuk meneliti ventilasi paru
adalah dengan merekam volume pergerakan udara yang
masuk dan keluar paru. Alat yang digunakan dinamakan
spirometri atau spirogram yang dapat memperlihatkan

perubahan dalam volume paru pada berbagai keadaan


pernapasan (Syaifuddin,H., 2011).
Volume Paru
Ada empat volume paru bila semua dijumlahkan sama
dengan volume maksimal paru yang mengembang,
masing-masing volume itu adalah:
1. Volume tidal: Merupakan volume udara yang
diinspirasikan dan di ekspirasikan di setiap
pernapasan normal, jumlahnya sekitar 500 ml.
2. Volume cadangan inspirasi: Merupakan volume
tambahan udara yang dapat diinspirasikan di atas
volume tidal normal, biasanya 3.000 ml.
3. Volume cadangan ekspirasi: Merupakan jumlah
udara yang masih dapat dikeluarkan dengan
ekspirasi tidal yang normal, jumlahnya lebih
kurang 1.100 ml.
4. Volume sisa: Volume udara yang masih tersisa di
dalam paru setelah kebanyakan ekspirasi kuat,
volume ini rata-rata 1.200 ml.
Ventilasi paru normal hampir sepenuhnya dilakukan
oleh otot-otot inspirasi, pada waktu otot inspirasi

berelaksasi sifatnya elastis, paru dan toraks mengempis


secara pasif. Bila semua otot berelaksasi kembali ke
suatu keadaan istirahat. Volume udara di dalam paru
pada tingkat yang sama dengan kapasitas sisa
fungsional kira-kira 2.300 ml (Syaifuddin,H., 2011).
Volume Sisa
Udara yang tidak bisa dikeluarkan dari paru bahkan
dengan ekspirasi yang kuatpun tidak bisa dikeluarkan,
fungsinya menyediakan udara dalam alveolus untuk
menyerasikan darah di antara dua siklus pernapasan.
Seandainya tidak ada udara sisa, konsentrasi oksigen
dan karbon dioksida di dalam darah akan naik dan turun
secara jelas (Syaifuddin,H., 2011).

Volume Respirasi Per Menit


Volume respirasi per menit adalah jumlah total udara
baru yang masuk ke dalam saluran pernapasan setiap
menit, sama dengan volume tidal kecepatan respirasi.
Volume tidal normal sekitar 500 ml dan kecepatan
respirasi normal 12 kali per menit. Rata-rata volume
respirasi per menit sekitar 6 liter/menit. Seseorang dapat
hidup untuk waktu singkat dengan volume respirasi
permenit sedikitnya 1,5 liter dan kecepatan respirasi
serendahnya 2-4 kali permenit (Syaifuddin,H., 2011).

Kecepatan respirasi kadang-kadang mencapai 40-50


kali per menit dan volume tidal dapat menjadi sama
besar dengan kapasitas vital, kira-kira 4.600 ml pada
pria dewasa muda. Kecepatan bernapas tinggi tidak
dapat mempertahankan suatu volume tidal yang lebih
besar dari setengah kapasitas vital, dengan
mengombinasikan kedua faktor ini laki-laki dewasa
muda mempunyai kapasitas pernapasan maksimum
100-120 liter/menit (Syaifuddin,H., 2011).
Kapasitas Paru
Dalam peristiwa siklus paru perlu menyatukan dua
volume atau lebih. Kombinasi seperti ini disebut
kapasitas paru sebagai berikut :
1. Kapasitas inspirasi: Sama dengan volume tidal,
ditambah dengan volume cadangan inspirasi, kirakira 3.500 ml. Jumlah udara yang dapat dihirup
oleh seseorang mulai pada tinggat ekspirasi normal
dan mengembangkan parunya sampai jumlah
maksimum.
2. Kapasitas sisa fungsional: Sama dengan volume
cadangan ekspirasi ditambah volume sisa. Jumlah
udara yang tersisa di dalam paru pada akhir
ekspirasi normal kira-kira 2.300 ml.

3. Kapasitas vital: Sama dengan volume cadangan


ditambah dengan volume tidal dan volume
cadangan ekspirasi. Jumlah udara maksimum yang
dapat dikeluarkan dari paru-paru setelah ia
mengisinya sampai batas maksimum dan kemudian
mengeluarkan sebanyak-banyaknya kira-kira 4.600
ml.
4. Kapasitas total paru: Adalah volume maksimum
pengembangan paru dengan usaha inspirasi yang
sebesar-besarnya kira-kira 5.800 ml (Syaifuddin,H.,
2011).
Spirometri
Spirometri adalah alat ukur yang digunakan untuk
mengukur aliran udara kedalam dan keluar dari paru
(Blonshine, 2000) .
Seseorang yang bernapas melalui mouthpiece
spirometri perlu ditutup hidungnya. Responden yang
meniup diinstruksi mengenai cara bernapas sewaktu
prosedur. Tiga maneuver pernapasan dicoba dahulu
sebelum menentukan data prosedur dan data yang
tertinggi dari tiga kali percobaan diambil untuk
mengevaluasi pernapasan. Prosedur ini mengukur aliran
udara melalui prinsip-prinsip perpindahan elekronik
atau mekanik dan menggunakan mikropresessor dan

perekam untuk menghitung serta memplot aliran udara


(Blonshine, 2000).
Tes ini menghasilkan rekaman ventilasi responden
dalam kondisi yang melibatkan usaha normal dan
maksimal.
Rekaman
yang
diperoleh
disebut
spirogram yang akan menunjukkan volume udara
serta tingkat aliran udara yang memasuki dan keluar
dari paru. Spirometri dapat menghitung beberapa
kapasitas paru. Akurasi pengukuran tergantung pada
betapa benar responden melakukan maneuver ini.
Pengukuran yang
spirometri adalah :

paling

umum

diukur

melalui

1. Vital Capacity (VC)


Vital Capacity adalah jumlah udara (dalam liter) yang
keluar dari paru sewaktu pernapasan yang normal.
Responden diinstruksi untuk menginhalasi dan
mengekspirasi secara normal untuk mendapat ekspirasi
yang maksimal. Nilai normal biasanya 80% dari jumlah
total paru. Akibat dari elastisitas paru dan keadaan
toraks, jumlah udara yang kecil akan tersisa didalam
paru selepas ekspirasi maksimal. Volume inidisebut
residual volume (RV) (Guyton, 2006).
1. Forced vital capacity (FVC)
Setelah mengekspirasi secara maksimal, responden
disuruh menginspirasi dengan usaha maksimal dan

mengekspirasi secara kuat dan cepat. FVC adalah


volume udara yang diekspirasi kedalam spirometri
dengan usaha inhalasi yang maksimum (Ganong, 2005).
1. Forced expiratory volume (FEV)
Pada awalnya maneuver FVC diukur dengan volume
udara keluar ke dalam spirometri dengan interval 0.5,
1.0, 2.0, dan 3.0 detik. Jumlah dari semua nilai itu
memberikan ukuran sebanyak 97% dari FVC. Secara
umum, FEV-1 digunakan lebih banyak yaitu volume
udara yang diekspirasi kedalam spirometri pada 1 detik.
Nilai normalnya adalah 70% dari FVC ( Ganong,
2005) .
1. Maximal voluntary ventilation (MVV)
Responden akan bernapas sedalam dan secepat
mungkin selama 15 detik. Rerata volume udara (dalam
liter) menunjukkan kekuatan otot respiratori. (Guyton,
2006)
Semua nilai normal pengukuran yang dilakukan melalui
spirometri sangat tergantung pada umur, kelamin, berat
badan, tinggi dan ras (Braunwald, 2001).
Tujuan Spirometri
Spirometri dapat membantuk untuk mendeteksi
berbagai penyakit yang menggangu fungsi paru.
Antaranya adalah asma, chronic obstructive pulmonary

disease (COPD), emfisema, dan kelainan kronik paru


yang lain. Jika nilai spirometri menunjukkan nilai
dibawah batas normal, maka dapat dipastikan adanya
kelainan fungsional paru. Prosedur spirometri dapat
dilakukan dengan cepat tanpa menyebabkan nyeri
(Blonshine, 2000).
Indikasi Spirometri
Ada beberapa indikasi-indikasi
spirometri seperti:

dari

pemeriksaan

Diagnostik
Untuk

mengevaluasi

gejala

dan

tanda
Untuk mengukur efek penyakit pada
fungsi paru
Untuk menilai resiko pra-operasi
Untuk menilai prognosis
Untuk

menilai

status

kesehatan

sebelum memulai aktivitas fisik berat


program
Monitoring

Untuk menilai intervensi terapeutik


Untuk

menggambarkan

perjalanan

peyakit yang mempengaruhi fungsi


paru-paru
Untuk memantau efek samping obat
dengan toksisitas paru diketahui
Untuk memantau orang terkena agen
merugikan
Penurunan Nilai Evaluasi
Untuk menilai pasien sebagai bagian
dari program rehabilitasi
Untuk menilai resiko seb agai bagian
dari evaluasi asuransi
Kontraindikasi Spirometri
Spirometri dikontraindikasi pada responden yang :
1. Hemoptisis
2. Pneumotoraks
3. Sakit jantung

4. Angina Pektoris
5. Aneurisme pada toraks, abdominal, cranial
6. Kondisi trombotik
7. Pembedahan toraks atau abdominal
8. Nausea dan muntah (Blonshine, 2000)
Peak Flow Meter (PFM)
Peak Flow Meter (PFM) adalah alat untuk mengukur
jumlah aliran udara dalam jalan napas (PFR). Nilai PFR
dapat dipengaruhi beberapa faktor misalnya posisi
tubuh, usia, kekuatan otot pernapasan, tinggi badan dan
jenis kelamin. Ventilasi patologis terdiri dari ventilasi
obstruktif, ventilasi restriktif, dan ventilasi campuran
yaitu gabungan dari ventilasi obstruktif dan ventilasi
restriktif.

Anda mungkin juga menyukai