Anda di halaman 1dari 24

NAMA

LOKASI
KOORDINAT
KETINGGIAN
STRUKTUR
ERUPSI
SEJARAH LETUSAN :

Sejarah letusan yang tercatat mulai tahun 1538 hingga tahun 2003 ( badan geologi)
Pada 18 Desember 2014 terjadi erupsi freatik pada pukul 22:41:18 WIT.
1907
1980
1988, 1991 1993 dan 20032003
2011

18 Juli 2015

Sejarah Gunung Gamalama


Posted by wartamalut

Ternate, wartamalut.com - gunung Gamalama tinggi 1715 m dpl adalah Salah satu
gunung api aktif yang terletak di busur timur pulau Halmahera, sebelah timurlaut maluku.
Wilayah ini diperkirakan sebagai daerah pertemuan beberapa lempeng diantaranya lempeng
pasifik, Eurasia, dan australia serta lempeng kecil yang lainnya dengan intensitas Gempah
yang sangat kecil. Pulau Ternate yang dibentuk oleh gunung gamalama mengambil tempat di
atas jalur penunjaman (subduction zone) yang miring ke timur dengan sudut yang kecil.
Sementara karakter letusan gunung gamalama tipe letusan umumnya adalah tipe vulkano
sampai stromboli yang berlangsung di kawah utama, yaitu erupsi freato-magmatik sampai
magmatik dengan lontaran bom vulkanik berstruktur'kerak roti', dan terkadang diakhiri oleh
adanya leleran lava.
Awan panas letusan (aliran piroklastik) teramati pada letusan tahun 1988, 1991 1993
dan 2003. Letusan yang terjadi pada tahun 1907 yang bertempat dilereng timur (letusan

samping), menghasilkan leleran lava (batu Angus) hingga ke pantai. Sedangkan letusan tahun
1980 menghasilkan kawah baru, lokasi sekitar 175 meter ke arah timur dan kawah utama.
Bahaya utama atau bahaya primer erupsi gunung gamalama adalah luncuran awan panas,
lontaran piroklastika(bom vulkanik), lapili, pasir dan debu) dan mungkin aliran lava.
Sedangkan bahaya sekunder adalah terjadinya lahar hujan pada aliran sungai yang berhulu
dari puncak gunung gamalama.
Lava gunung gamalama pada umumnya terdiri dari jenis basaltis andesit
(mawardi,1991). Lava tersebut berbutir sedang, porfiritik dengan fenokris dari plagioklas,
piroksen, olivin dan mineral gelap (mafic mineral) dalam masa dasar mikrolit plagioklas dan
gelas. Terkadang terdapat vesikuler antara 3 - 35%.
(sumber pusat vulkanologi dan mitigasi bencana geologi).
Sumber : http://www.wartamalut.com/2015/07/sejarah-gunung-gamalama.html
Pvmbg :
Erupsi G. Gamalama umumnya mempunyai tanda-tanda yang mengawali letusan (precursor)
sangat singkat. Kemunculan gempa-gempa vulkanik tidak banyak namun dapat diikuti oleh
letusan yang bersifat freatik - freatomagmatik. Kemunculan gempa-gempa vulkanik
umumnya diawali oleh aktivitas tektonik regional dan diikuti oleh kejadian gempa-gempa
Tektonik Lokal. Karakteristik ini juga teramati pada letusan G. Gamalama pada tahun 2003
dan 2011.
Jenis dan jumlah gempa yang terekam selama periode Januari hingga awal Maret 2016 adalah
sebagai berikut:
Januari 2016: 2 kali gempa Vulkanik Dalam (VA), 277 kali gempa Hembusan, 114 kali
gempa Tektonik Lokal, 436 kali gempa Tektonik Jauh dan 2 kali Getaran Banjir. Terjadi 1
kali gempa Terasa dengan kekuatan II-III MMI pada tanggal 20 Januari. Tremor Harmonik
terekam 79 kali dengan amplitudo maksimum 0,5-3 mm.
Februari 2016: 5 kali gempa Vulkanik Dalam (VA), 3 kali gempa Vulkanik Dangkal (VB),
289 kali gempa Hembusan, 221 kali gempa Tektonik Lokal, 483 kali gempa Tektonik Jauh
dan 1 kali Getaran Banjir. Terjadi 3 kali gempa Terasa dengan kekuatan I-III MMI pada
tanggal 24 Februari. Tremor Harmonik terekam 21 kali dengan amplitudo maksimum 1-2
mm.
1- 22 Maret 2016: 14 kali gempa Vulkanik Dalam (VA), 3 kali gempa Vulkanik Dangkal
(VB), 94 kali gempa Hembusan, 65 kali gempa Tektonik Lokal dan 227 kali gempa Tektonik
Jauh. Tremor Harmonik terekam 5 kali dengan amplitudo maksimum 1.5 mm. Terekam 1 kali
Gempa Terasa pada tanggal 14 Maret 2016 dengan skala MMI I.

Letusan tahun (a) 1994 (b) 2003

letusan 22 Desember 2014, pukul 17.30 WIT

Gunung Dukono
Nama gunung: Gunung Dukono
Ketinggian: 1.335 m (4.380 kaki)
Letak: Pulau Halmahera
Koordinat: 1,68LU 127,88BT
Meletusnya: Pada letusan pada tahun 1550, letusan lava mengisi selat di
antara Pulau Halmahera dan lereng utara dari Gunung Mamuya.
Letusannya mencapai skala 3 dari Volcanic Explosivity Index. Letusan kecil
terjadi selama rentang waktu 1719, 1868, dan 1901. Sejak 1933, Gunung
Dukono terjadi letusan-letusan kecil secara berkelanjutan hingga saat ini.
Struktur: kompleks
Foto:

Letusan dukono 2012

Akibat erupsi dukono april 2012

kehebatan erupsi di pusat


dukono

Gunung Ibu
Nama gunung: Gunung Ibu
Ketinggian : 1.325 m (4.347 kaki)
Lokasi :Halmahera, Indonesia
Koordinat: 1,488LU 127,63BT
Meletusnya: Pertama kali Gunung Ibu diketahui meletus terjadi pada
Agustus hingga September 1911. Tidak ada penjelasan jenis dan dampak
letusan tersebut. Letusan berikutnya berlangsung 87 tahun kemudian,
yaitu Desember 1998 yang menghasilkan sumbat lava. Berikut ini
kronologi Letusan 1998-1999;

Desember 1998
18
penduduk Kampung Duono dan Going (5-6 km
dari puncak) mendengar suara dentuman disusul kepulan asap dari
puncak G. Ibu, yang selama ini tidak pernah mereka lihat. Dentuman
terjadi secara sporadis, tetapi kepulan asap semakin hari semakin besar.
30
beberapa penduduk melaporkan hal tersebut
kepada Pengamat Gunungapi di Pos PGA Gamkonora di Kampung
Gamsungi, 25 km dari Duono
31
dilakukan pemeriksaan visual dan ternyata benar
terjadi letusan. Diberlakukan status Siaga Ibu

Januari 1999

02
Pengamat dari Pos PGA Gamkonora mulai
melakukan pengamatan visual secara intensif dari Kampung Duono.
11
Tim terpadu dari Direktorat Vulkanologi tiba dan
melakukan pengamatan seismik serta deformasi. Asap letusan semakin
besar dan sudah berubah warna menjadi kelabu
16
Penduduk Kampung Going dan Barona, utara
puncak, melihat lontaran material pijar dari puncak melampaui lereng
utara, awal leleran lava ?

Februari 1999
02
Dilakukan pendakian puncak G. Ibu. Diketahui
bahwa titik letusan berada di tempat di sudut utara-timurlaut pada dasar
kawah. Dalam Peta Topografi Puncak G. Ibu, titik tersebut digambar
sebagai cone. Magma sudah mencapai permukaan dan sudah membentuk
sumbat, kemudian dikenal dengan sumbat lava 1999.
Letusan berlangsung secara periodik. Satu periodik berlangsung antara 45
- 60 detik dengan selang waktu 5 - 15 menit setiap siklus. Letusan disertai
suara gemuruh bagaikan suara mesin jet. Sebaran material letusan
berukuran abu dan pasir terbatas di sekitar puncak dan lereng, tidak ada
yang mencapai perkampungan.

Maret 1999
06
dilakukan pendakian yang kedua kalinya.
Frekwensi letusan sudah mulai berkurang. Sumbat Lava 99 tidak
bertambah besar, volumenya 500.000 m3
09

status Siaga Ibu diturunkan menjadi Waspada Ibu

31
normal

status kegiatan G. Ibu dinyatakan dalam Aktif-

Letusan 1998/1999 G. Ibu diawali dengan letusan freato magmatik yang


menghancurkan kubah lama. Kegiatan berlanjut sebagai letusan magmatik
yang berakhir dengan munculnya lava di dasar kawah kemudian dikenal
sebagai Sumbat Lava 99.

Mei - Oktober 2001

Data satelit menunjukkan adanya aktifitas vulkanik G. Ibu selama Mei Oktober 2001. Sebuah foto yang diambil pada Mei 2000 memperlihatkan
kubah lava menutupi dasar kawah.

Mei - Agustus 2004


Pada periode 31 Mei - 29 Agustus 2004 tercatat asap kawah putih tipis tebal mencapai ketinggian lebih kurang 50-150 meter di atas puncak.
Kubah lava yang tumbuh di dalam kawah diperkirakan terus bertambah
besar. Tingkat kegiatan G. Ibu berada pada tingkat Waspada (level II)

April 2008

Aktivitas kegempaan G. Ibu meningkat kembali sejak terekamnya


gempa letusan dengan amplituda maksimum mencapai 48 mm dan lama
gempa 470 detik pada tanggal 4 dan 5 April 2008.
Tanggal 6 - 14 April 2008 gempa letusan meningkat hingga 716 kejadian
atau rata- rata 80 kejadian perhari.
Tanggal 15-18 April 2008 terekam gempa letusan 405 kejadian atau
rata- rata 101 kejadian perhari. Gempa hembusan terekam rata-rata 50
kejadian perhari. Sedangkan getaran tremor vulkanik terekam dengan
amplituda maksimum berkisar antara 1 - 3 mm.
Tanggal 19-20 April 2008 terekam gempa letusan 241 kejadian atau 120
kejadian perhari dan gempa hembusan terekam 143 kali kejadian. Gempa
tremor vulkanik masih terekam dengan amplituda maksimum yang
meningkat, yaitu berkisar antara 2 - 25 mm.
Secara visual aktivitas letusan yang keluar dari puncak G. Ibu teramati
secara intensif sejak tanggal 4 April 2008. Asap letusan yang teramati
berwarna kelabu dengan ketinggian berkisar antara 300 - 400 meter di
atas puncak Ibu.
Tanggal 12 - 17 April 2008, ketinggian asap letusan berkisar antara 500600 meter dari Kawah G. Ibu.
Sejak 18 April 2008 hingga saat ini, ketinggian asap letusan berkisar
antara 700-800 meter dari Kawah G. Ibu.

Tanggal 21 April 2008 pukul 16.00 WIT Status kegiatan G. Ibu dinaikkan
dari status Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III).

Struktur: Stratovolcano
Foto:

Sumbat lava 99 masih membara (A. Solihin, 1999)

Satu seri letusan yang terjadi pada 2 Februari 1999 (A. Solihin, 1999)

Gunung : bibinoi
Buku Bibinoi (Buku Bibinoi) is a mountain (class T - Hypsographic) in Indonesia (general), Indonesia (Asia)
with the region font code of Asia/Pacific. It is located at an elevation of 537 meters above sea level.
Buku Bibinoi is also known as Buku Bibinoi, Zoutberg.
Its coordinates are 046'60" S and 12743'1" E in DMS (Degrees Minutes Seconds) or -0.783333 and
127.717 (in decimal degrees). Its UTM position is CE51 and its Joint Operation Graphics reference is SA5202.
Current local time is 11:42; the sun rises at 08:53 and sets at 21:00 local time (Asia/Pontianak
UTC/GMT+7). The standard time zone for Buku Bibinoi is UTC/GMT+7
In 2016 DST starts on - and ends on -.
A Mountain is an elevation standing high above the surrounding area with small summit area, steep slopes
and local relief of 300m or more.

Peningkatan Aktivitas Gunung


Kie Besi

08 March 2016

Share
Facebook
twitter
Evaluasi aktivitas G. Kie Besi, Kabupaten Halmahera
Selatan, Provinsi Maluku Utara, periode 1 Januari hingga 7
Maret 2016 berdasarkan data pengamatan visual dan
instrumental sebagai berikut:
I. Pendahuluan

1. G. Kie Besi terletak di Kabupaten Halmahera Selatan,


Provinsi Maluku Utara. Secara geografis puncaknya terletak
pada 0 19 LU dan 127 24' BT dengan ketinggian puncak
1357 mdpl. G. Kie Besi merupakan gunung api strato yang
memiliki 1 (satu) kawah utama.
2. Karakter letusan gunungapi ini umumnya bersifat eksplosif
(mengeluarkan bahan-bahan piroklastik seperti bongkahan
batuan, lapilli dan abu vulkanik), efusif (mengeluarkan aliran
lava), serta freatomagmatik (hembusan gas, abu, dan lava).
Ketika terjadi letusan, biasanya G. Kie Besi bertipe Saint
Vincent (tipe volcano) berupa letusan sangat dahsyat dan
disertai dengan semburan awan panas secara radial melalui
bibir kawah. Letusan besar terjadi terkahir kali pada tahun
1988.
3. Pada 2 Juni 2009 terjadi peningkatan aktivitas vulkanik,
sehingga tingkat aktivitas G. Kie Besi ditingkatkan dari Level
I (Normal) menjadi Level II (Waspada). Kemudian pada 16
Juli 2009 tingkat aktivitas kembali diturunkan ke Level I
(Normal) karena tidak ada perubahan aktivitas vulkanik, baik
secara visual maupun kegempaan.
4. Pemantauan secara visual dan instrumental aktivitas
vulkanik G. Kie Besi dilakukan dari Pos PGA Kie Besi di
Kelurahan Tafaga, Kecamatan Moti, Kota Ternate, Provinsi
Maluku Utara.

II. Hasil Pengamatan


2.1 Visual

Selama Januari hingga awal Maret 2016 pengamatan visual


ke arah G. Kie Besi dari Pos PGA umumnya tertutup kabut,
pada saat cuaca cerah tidak teramati adanya hembusan
asap dari arah kawah.

2.2 Instrumental
Kegempaan yang terekam selama periode 1 Januari hingga
7 Maret 2016 adalah sebagai berikut :
Januari 2016: terekam 9 kali Gempa Vulkanik Dalam (VA),
28 kali Gempa Frekuensi Rendah (LF), 15 Kali Gempa
Tektonik Lokal (TL) dan 230 kali Gempa Tektonik Jauh
dengan 1(satu) diantaranya merupakan Gempa Terasa
dengan intensitas I MMI pada 12 Januari 2016.
Februari 2016: terekam 19 kali Gempa Vulkanik Dalam
(VA), 16 kali Gempa Frekuensi Rendah (LF), 28 Kali Gempa
Tektonik Lokal (TL) dan 380 kali Gempa Tektonik Jauh
dengan 2 (dua)diantaranya merupakan Gempa Terasa
dengan intensitas I MMI pada 18 dan 24 Februari 2016.
Getaran Tremor terjadi 2 kali dengan amplitudo maksimum
0,5-1 mm dan lama gempa 152-189 detik.
1-6 Maret 2016: terekam 15 kali Gempa Vulkanik Dalam
(VA), 4 kali Gempa Frekuensi Rendah (LF), 4 Kali Gempa
Tektonik Lokal (TL) dan 40 kali Gempa Tektonik Jauh.
Getaran Tremor terjadi 9 kali dengan amplitudo maksimum
1,5-10 mm dan lama gempa 292-4315 detik.

7 Maret 2016: terekam Getaran tremor menerus sejak pukul


06.55 WIT hingga saat ini, dengan amplitudo maksimum
2,5-11 mm.
Grafik jenis dan jumlah gempa harian selengkapnya selama
kurun waktu 1 Januari - 6 Maret 2016 dapat dilihat pada
lampiran 1.

III. Evaluasi
1. Pengamatan visual menunjukkan tidak adanya perubahan
tinggi asap hembusan gas yang melampaui dinding kawah.
Hembusan gas hanya terbatas pada lantai dasar kawah
berupa lubang-lubang tembusan solfatara intensitas lemah
dengan tinggi asap lk. 50 cm dari atas lubang hembusan
gas.
2. Rekaman kegempaan menunjukkan bahwa gempa-gempa
vulkanik (VA, LF dan Tremor) terekam sejak awal Januari
2016 dan jumlahnya cenderung meningkat hingga awal
Maret 2016.
3. Amplituda maksimum dan durasi Getaran Tremor meningkat
pada awal Maret 2016, mengindikasikan adanya aliran fluida
yang bergerak mendekati permukaan. Adanya kejadian
gempa LF sejak Januari 2016 juga mengindikasikan bahwa
tekanan/ dorongan dari fluida dari dalam terhadap tubuh
gunungapi semakin besar
4. Selama 1 Januari - 6 Maret 2016, aktivitas kegempaan
didominasi oleh gempa Tektonik Jauh dan Tektonik Lokal.
Hal ini dikarenakan lokasi G. Kie Besi yang berada di sisi
timur punggungan Mayu, dimana seismisitas di punggungan

Mayu dan sekitarnya sangat tinggi. Kejadian gempa terasa


pada November 2015 diduga turut berperan pada
peningkatan aktivitas seismik G. Kie Besi yang diindikasikan
oleh peningkatan gempa Vulkanik Dalam (VA) dan Low
Frequency (LF) pada bulan Januari 2016. Oleh karena itu,
perlu diwaspadai kejadian gempa Tektonik Lokal (terutama
Gempa Terasa) yang dapat menyebabkan kenaikan aktivitas
secara cepat.
V. Potensi Bahaya
Potensi bahaya letusan G. Kie Besi saat ini adalah sebagai
berikut:
1. Awan panas, aliran lava, lontaran batu (pijar), yang
berpotensi melanda kawasan puncak dan sekitarnya hingga
radius 2 km.
2. Berkaitan dengan kejadian Gempa Tremor, jika terjadi
letusan, maka kemungkinan bersifat magmatik, karena ada
indikasi suplai magma yang relatif tinggi ditinjau dari jumlah
Gempa Vulkanik Dalam (VA) yang cenderung meningkat.

Potensi bahaya letusan G. Kie Besi dilihat dari sejarah


panjang letusannya tertuang di dalam Peta Kawasan Rawan
Bencana G. Kie Besi yang selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 2.

VI. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental


serta potensi bahaya letusannya, maka tingkat aktivitas G.
Kie Besi dinaikkan dari NORMAL (Level I) menjadi
WASPADA (Level II) terhitung sejak tanggal 7 Maret 2016
pukul 10.00 WIT.

VII. Rekomendasi
Sehubungan dengan tingkat aktivitas
WASPADA, maka direkomendasikan:

G.

Kie

Besi

1. Masyarakat
di
sekitar
G.
Kie
Besi
dan
pengunjung/wisatawan disarankan untuk tidak mendaki atau
beraktifitas dalam radius 1,5 km dari puncak/kawah G. Kie
Besi.
2. Masyarakat di sekitar G. Kie Besi diharap tenang, tidak
terpancing isu-isu tentang letusan G. Kie Besi, namun tetap
meningkatkan kewaspadaan dan senantiasa mengikuti
arahan dari Pemerintah Daerah/Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Provinsi dan Kabupaten.
3. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi selalu
berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Provinsi Maluku Utara dan Kabupaten
Halamahera Selatan tentang aktivitas G. Kie Besi.
4. Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten agar selalu
berkoordinasi dengan Pos Pengamatan G. Kie Besi di
Kelurahan Tafaga, Kecamatan Moti, Kota Ternate atau
dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di
Bandung.

Grafik kegempaan G. Kie Besi tanggal 1 Januari - 6 Maret


2016

Peta Kawasan Rawan Bencana G. Kie Besi

G. Banda Api
30 May 2014

Share

Facebook
twitter

Page 1 of 9
G. BANDA API, Kepulauan Banda, Maluku

KETERANGAN
UMUM
"Etna van Indonesia" Menurut Dr.R.D.M Verbeek 1900
NAMA LAIN

Lokasi
GEOGRAFI
:

04 31' 30" LS dan129 52' 17" BT

Kecamatan P. Banda, Kab. Maluku Tengah, Propinsi


Maluku

KETINGGIAN

a. + 641 m dari muka air laut


b. + 1150 m dari dasar laut

LUAS PULAU

ADMINISTRASI

7.3446 Km persegi
Ambon Propinsi Maluku, Kabupaten Maluku Tengah,

KOTA TERDEKAT

Kecamatan Pulau Banda. l.k. 120 mil laut atau 150


Km dari Kota Ambon

TIPE GUNUNG
API

Strato
Desa Dwi Warna, kecamatan Banda Neira Propinsi
Maluku Geografi : 04 31' 45,78" LU dan 129 54'

POS
PENGAMATAN

08,54" BT, ketinggian lk. 8 m dml


:

SEJARAH LETUSAN
Selama 4 Abad terakhir ini paling tidak terjadi 24 erupsi G. Banda Api, termasuk yang
berlangsung pada 9 Mei 1988. Hanya 4 peristiwa diantaranya yang menimbulkan korban,
yaitu tahun 1598, 1615, 1690 dan 1988.

Erupsi G. Banda Api 9 Mei 1988 dimulai dari pemunculan gejala pra erupsi yang jelas,
baik visual maupun kegempaan.

Gejala pra erupsi (jam dalam WIT)


Pada 4 -5 Mei terjadi gempa terasa yang dapat dirasakan sampai ke Kota Neira, dengan
magnituda 2,8 dan 4 SR.
Pada 5 Mei terekam peningkatan gempa vulkanik dalam (32 kejadian) yang sebelumnya
hanya terekam 1-2 kejadian perhari. Gempa bumi terasa oleh penduduk di pulau
gunungapi dan di P. Neira.
Pada 7 Mei sejak pukul 06:16 kerapatan gempa terasa bertambah persatuan waktu dan
menjadi lebih rapat, kurang dari 5 menit.
Secara Visual terlihat asap berwarna putih dari kawah di puncak (kawah Puncak),
hembusannya menguat bersama waktu.kemudian asap putih muncul di kawah lereng
barat laut (Kawah Utara). Asap sejenis dilaporkan penduduk dari lereng sebelah selatan

menenggara (Kawah Selatan) asap putih tersebut menunjukkan suatu letusan uap yang
dikenal sebagai letusan freatik.
Pada 8 Mei gempa tersebut semakin rapat dan menjadi gempa beruntun (swarm).
Pada 9 Mei mulai pukul 01:00 mulai terekam gempa yang menerus (tremor vulkanik)
sampai erupsi berlangsung.
Secara visual, pukul06:00, dari Kawah Utara terlihat asap putih kehitaman bercampur lontaran lava.

Erupsi Utama
G. Banda Api meletus pada hari Senin 9 Mei 1988 pukul 06:30. Peristiwa yang langka
terjadi ialah erupsi berlngsung dari 6 lubang letusan selama kurang dari 12 jam pada
satu kerucut gunungapi.
06:30

Lubang letusan pertama di lereng utara, tinggi abu lebih kurang 200 m

:
:

Lubang letusan kedua di lereng selatan, tinggi abu lebih kurang 150 m
Lubang letusan ketiga di lereng utara, tinggi abu lebih kurang 350 m

Lubang letusan keempat di tepi pantai selatan

Tiang asap dari keempat lubang letusan tersebut hanya tampak sebagai dua tiang asap besar di selatan
(Kawah Selatan) dan di utara (Kawah Utara). Lubang letusan kelima (Kawah Puncak) dan ke enam (di lereng
utara) terbentuk siang hari

Lubang-lubang letusan tersebut berderet membentuk busur ber arah utara - selatan.
Setelah peristiwa itu, hanya 3 lubang letusan yang aktif, yaitu Kawah Puncak, Kawah
Utara dan Kawah Selatan. Tinggi tiang asap letusan dari Kawah Puncak mencapai 3,5
km. Asap bergumpal-gumpal, berwarna hitam membangun bentuk cendawan.
Bom vulkanik jatuh di sekitar kawah, sedangkan abu dan lapili menyelimuti 2/3 bagian
barat pulau gunungapi. Ketebalan rata-rata 40 cm di perkampungan sepanjang pantai
barat, di selatan dan utara 20 cm. Abu setelal 2 cm mengendap di Pulai Ai yang terletak
12 km sebelah barat pulau tersebut. Kota Banda Neira bebas dari endapan abu. Selain
rempah vulkanik, terjadi pula awan panas, kemungkinan terjadi pada letusan kedua
dengan arah ke selatan menenggara. Lava meleler dari 3 lubang letusan dan satu keluar
dari rekahan sebelah timur lubang keempat. Lava yang ke utara melanda Kampung
Kalobi dan Kampung Batuangus. Kemungkinan lain ialah lewat rekahan yang terbentuk
pada tahun 1978. Volum keempat leleran lava itu lebih kurang 6 juta m3
Purna Erupsi Utama

Asap letusan masih dihembuskan dari ke tiga kawah setelah 9 Mei, namun yang terkuat
keluar melalui Kawah Puncak. Asap letusan dari Kawah Selatan berhenti pada 13 Mei
kemudian diikuti oleh Kawah Utara pada 16 M ei. Menjelang 18 Mei letusan vulkanian
Kawah Puncak berubah menjadi jenis letusan stromboli. Sejak 18 Mei hanya tampak
kepulan asap yang sangat lemah.

Letusan G. Banda Api 1988

Karakter Letusan
Sifat dan bahaya letusan G. Banda Api, dengan mempelajari sifat dan tingkah laku
letusan masa lampau, orang dapat memperkirakan bahaya apa yang dapat ditimbulkan
oleh letusan yang akan terjadi di masa depan.
Dari uraian bab-bab terdahulu hal tersebut dapat disimpulkan dan langkah-langkah apa
yang perlu dilakukan untuk menghadapinya. G. Banda Api sekurang-kurangnya
merupakan generasi ke-empat dari gunungapi purba G.Lonthor.
Era pembangunan G. Lonthor tentunya dimulai dengan letusan-letusan lemah, aliran lava
meningkat menjadi letusan lebih kuat dan akhirnya dengan letusan dahsyat sehingga
terjadi kaldera Lonthor, sesuai dengan perubahan magma (dengan komposisi kimia) dari
basa ke asam.

Perioda Letusan Gunungapi Banda-api


1586
23 tahun
1609
6 tahun
1615

17 tahun
1632
58 tahun
1690
6 tahun
1696
16 tahun
1712
10 tahun
1723
26 tahun
1749
16 tahun
1765
1 tahun
1766
7 tahun
1773
2 tahun
1775
3 tahun
1778
38 tahun
1816
4 tahun
1820
4 tahun
1824
66 tahun
1890
1 tahun
1901
7 tahun
1908
70 tahun
1988

Anda mungkin juga menyukai