menunjukkan hasil standarisasi masih perlu untuk ditingkatkan untuk mencapai target standar
pelayanan pendidikan untuk kompetensi guru.
Dan dalam hal ini pemerintah memang harus mengupayakan langkah-langkah apa saja
yang
harus
dilakukan
demi
meningkatkan
kualitas
guru
agar
lebih
baik.
Pada saat ini memang kualitas guru agaknya menurun. Ini di karenakan pemerintah yang
kurang peduli akan nasib para guru, disamping itu gaji yang rendah, juga masalah atau
kesibukan pribadi yang selalu mendera nasib para guru. Sehingga ini akan berdampak pula
pada penurunan kualitas pendidikan di Indonesia.
BAB II
2.1 Guru
Guru adalah jabatan atau profesi yang membutuhkan keahlian khusus. Pekerjaan sebagai
guru ini tidak bisa dilakukan oleh seseorang tanpa mempunyai keahlian sebagai guru. Menjadi
seorang guru dibutuhkan syarat-syarat khusus. Apa lagi jika menjadi seorang guru yang
profesional maka harus menguasai seluk beluk pendidikan serta mengajar dengan berbagai ilmu
pengetahuan lainnya yang harus dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu.
Guru adalah jabatan atau profesi yang membutuhkan keahlian khusus. Pekerjaan sebagai
guru ini tidak bisa dilakukan oleh seseorang tanpa mempunyai keahlian sebagai guru. Menjadi
seorang guru dibutuhkan syarat-syarat khusus. Apa lagi jika menjadi seorang guru yang
profesional maka harus menguasai seluk beluk pendidikan serta mengajar dengan berbagai ilmu
pengetahuan lainnya yang harus dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu.
Di dalam pendidikan, guru mempunyai tiga tugas pokok yang bisa dilaksanakan yaitu
tugas profesional, tugas kemasyarakatan dan tugas manusiawi. Tugas profesional adalah tugas
yang berhubungan dengan profesinya. Tugas profesional ini meliputi tugas untuk mendidik,
untuk mengajar dan tugas untuk melatih. Mendidik mempunyai arti untuk meneruskan dan
mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar mempunyai arti untuk meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan serta teknologi, dan tugas melatih mempunyai arti untuk
mengembangkan keterampilan.
Guru yang berkualitas adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus
dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan
kemampuan maksimal. Dengan kata lain guru yang berkualitas adalah orang yang terdidik dan
terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya. Yang dimaksud dengan
terdidik dan terlatih bukan hanya memiliki pendidikan formal tetapi juga harus menguasai
berbagai strategi atau teknik dalam KBM serta landasan-landasan kependidikan seperti
tercantum dalam kompetensi guru.
2.2Guru Berkualitas
Guru yang berkualitas harus memiliki persyaratan, yang meliputi:
1) Memiliki bakat sebagai guru,
2) Memiliki keahlian sebagai guru,
3) Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi,
4) Memiliki mental yang sehat,
5) Berbadan sehat,
6) Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas,
7) Guru adalah manusia berjiwa Pancasila,
8) Guru adalah seorang warga negara yang baik,
9) Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang,
10) Pengembangan profesi secara berkesinambungan.
secara
mendasar
dan
menyeluruh.
Lantas bagaimana usaha pemerintah dalam usahanya untuk meningkatkan kualitas para guru.
sebagai suatu terobosan untuk memperbaikinya meskipun harus kita akui bahwa usaha untuk
meningkatkan penghasilan mereka adalah suatu usaha yang juga sangat mendasar. Secara
mendasar dapat kita katakan bahwa dengan meningkatnya penghasilan mereka maka mereka
akan bisa lebih berkonsentrasi pada tugas-tugas mengajar mereka. Disamping itu pemerintah
juga harus memperbaiki sistem kinerja guru yang buruk agar lebih profesional. Dan dengan
usaha - usaha seperti itu maka kualitas guru dapat meningkat.
Adapun kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas guru adalah sebagai berikut :
Kebijakan pemerintah dalam upaya peningkatan kualitas guru antara lain melalui:
1. Standardisasi Kompetensi Guru
Standardisasi Kompetensi Guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan bagi seorang guru dalam
menguasai seperangkat kemampuan agar berkelayakan menduduki salah satu jabatan fungsional
Guru, sesuai bidang tugas dan jenjang pendidikannya. Persyaratan dimaksud adalah penguasaan
proses belajar mengajar dan penguasaan pengetahuan. jabatan Fungsional Guru adalah
kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggungjawab, wewenang, dan hak seseorang guru yang
dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan tertentu serta
bersifat mandiri.
2. Undang-undang Guru dan Dosen
Indonesia pada tahun 2005 telah memiliki Undang-undang guru dan dosen, yang merupakan
kebijakan untuk intervensi langsung meningkatakan kualitas kompetensi guru
lewat kebijakan keharusan guru untuk memiliki kualifikasi strata 1 atau D4 dan memiliki
sertifikasi profesi. Dengan sertifikat profesi ini guru berhak mendapatkan tunjangan 1 bulan gaji
pokok guru. I. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Guru Saat Ini Hingga saat ini masih banyak
masalah dan kendala yang berkaitan dengan guru sebagai satu kenyataan yang harus diatasi
dengan segera. Berbagai upaya pembaharuan pendidikan telah banyak dilakukan antara lain
melalui perbaikan sarana, peraturan, kurikulum, dsb. tapi belum mempriotitaskan guru sebagai
pelaksana di tingkat instruksional terutama dari aspek kesejahteraannya. Beberapa masalah dan
kendala yang berkaitan dengan kondisi guru antara lain sebagai berikut.
1. Kuantitas, kualitas, dan distribusi.
Dari aspek kuantitas, jumlah guru yang ada masih dirasakan belum cukup untuk menghadapi
pertambahan siswa serta tuntutan pembangunan sekarang. Kekurangan guru di berbagai jenis dan
jenjang khususnya di sekolah dasar, merupakan masalah besar terutama di daerah pedesaan dan
daerah terpencil. Dari aspek kualitas, sebagian besar guru-guru dewasa ini masih belum memiliki
pendidikan minimal yang dituntut. Data di lampiran 1 menunjukkan bahwa dari 2.783.321 orang
guru yang terdiri atas 1.528.472 orang guru PNS dan sisanya (1.254.849 orang) non-PNS, baru
sekitar 40% yang sudah memiliki kualifikasi S-1/D-IV dan di atasnya. Sisanya masih di bawah
D-3 atau lebih rendah. Dari aspek penyebarannya, masih terdapat ketidak seimbangan
penyebaran guru antar sekolah dan antar daerah.. Dari aspek kesesuaiannya, di SLTP dan SM,
masih terdapat ketidak sepadanan guru berdasarkan mata pelajaran yang harus diajarkan.
2. Kesejahteraan.
Dari segi keadilan kesejahteraan guru, masih ada beberapa kesenjangan yang dirasakan sebagai
perlakuan diskriminatif para guru. Di antaranya adalah:
a) Kesenjangan antara guru dengan PNS lainnya, serta dengan para birokratnya,
15
b) Kesenjangan antara guru dengan dosen,
c) Kesenjangan guru menurut jenjang dan jenis pendidikan, misalnya antara guru SD dengan
guru SLTP dan Sekolah Menengah,
d) Kesenjangan antara guru pegawai negeri yang digaji oleh negara, dengan guru swasta yang
digaji oleh pihak swasta,
e) Kesenjangan antara guru pegawai tetap dengan guru tidak tetap atau honorer,
f) Kesenjangan antara guru yang bertugas di kota-kota dengan guru-guru yang berada di
pedesaan atau daerah terpencil,
g) Kesenjangan karena beban tugas, yaitu ada guru yang beban mengajarnya ringan tetapi di lain
pihak ada yang beban tugasnya banyak (misalnya di sekolah yang kekurangan guru) akan tetapi
imbalannya sama saja atau lebih sedikit. Kesejahteraan mencakup aspek imbal jasa, rasa aman,
kondisi kerja, hubungan antar pribadi, dan pengembangan karir.
3. Manajemen guru
Dari sudut pandang manajemen SDM guru, guru masih berada dalam pengelolaan yang lebih
bersifat birokratis-administratif yang kurang berlandaskan paradigma pendidikan (antara lain
manajemen pemerintahan, kekuasaan, politik, dsb.). Dari aspek unsur dan prosesnya, masih
dirasakan terdapat kekurang-terpaduan antara sistem pendidikan, rekrutmen, pengangkatan,
penempatan, supervisi, dan pembinaan guru. Masih dirasakan belum terdapat keseimbangan dan
kesinambungan antara kebutuhan dan pengadaan guru. Rerkrutmen dan pengangkatan guru
masih selalu diliputi berbagai masalah dan kendala terutama dilihat dari aspek kebutuhan
kuantitas, kualitas, dan distribusi. Pembinaan dan supervisi dalam jabatan guru belum
mendukung terwujudnya pengembangan pribadi dan profesi guru secara proporsional. Mobilitas
mutasi guru baik vertikal maupun horisontal masih terbentur pada berbagai peraturan yang
terlalu birokratis dan arogansi dan egoisme sektoral. Pelaksanaan otonomi daerah yang
kebablasan cenderung membuat manajemen guru menjadi makin semrawut.
4. Penghargaan terhadap guru
Seperti telah dikemukakan di atas, hingga saat ini guru belum memperoleh penghargaan yang
memadai. Selama ini pemerintah telah berupaya memberikan penghargaan kepada guru dalam
bentuk pemilihan guru teladan, lomba kreatiivitas guru, guru berprestasi, dsb. meskipun belum
memberikan motivasi bagi para guru. Sebutan pahlawan tanpa tanda jasa lebih banyak
dipersepsi sebagai pelecehan ketimbang penghargaan. Pemberian penghargaan terhadap guru
harus bersifat adil, terbuka, non-diskriminatif, dan demokratis dengan melibatkan semua unsur
yang terkait dengan pendidikan terutama para pengguna jasa guru itu sendiri, sementara
pemerintah lebih banyak berperan sebagai fasilitator. 5. Pendidikan guru Sistem pendidikan guru
baik pra-jabatan maupun dalam jabatan masih belum memberikan jaminan dihasilkannya guru
yang berkewenangan dan bermutu disamping belum terkait dengan sistem lainnya. Pola
pendidikan guru hingga saat ini masih terlalu menekankan pada sisi akademik dan kurang
memperhatikan pengembangan kepribadian disamping kurangnya keterkaitan dengan tuntutan
perkembangan lingkungan. Pendidikan guru yang ada sekarang ini masih bertopang pada
paradigma guru sebagai penyampai pengetahuan sehingga diasumsikan bahwa guru yang baik
adalah yang menguasai pengetahuan dan cakap menyampaikannya. Hal ini mengabaikan azas
guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran dan sumber keteladanan dalam pengembangan
kepribadian peserta didik. Pada hakekatnya pendidikan guru itu adalah pembentukan kepribadian
disamping penguasaan materi ajar. Sebagai akibat dari hal itu semua, guru-guru yang dihasilkan
oleh LPTK tidak terkait dengan kondisi kebutuhan lapangan baik kuantitas, kualitas, maupun
kesepadannya dengan kebutuhan nyata. J. Peran PGRI Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas
Guru
Sebagai suatu organisasi profesi guru yang memiliki anggota lebih dari dua juta, PGRI secara
moral mempunyai tanggung jawab untuk mendorong dan memberikan agar para guru bisa
melaksanakan kegiatan penelitian, memperbanyak pertemuan-pertemuan ilmiah, menerbitkan
pedoman-pedoman penelitian yang dapat cepat dicerna guru, menerbitkan jurnal-jurnal sebagai
media komunikasi ilmiah para anggota, dan melaksanakan lomba penelitian atau karya tulis yang
lain. Untuk itu, kiranya PGRI perlu lebih meningkatkan kualitas tubuhnya sendiri.