Anda di halaman 1dari 20

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

ELEKTROCARDIOGRAFI II
Deni Supriyanti
HIPERCCI JATENG/ ICU RSI SULTAN AGUNG

INTERPRETASI EKG

Cara Interpretasi Ekg 12 Lead


1. Tentukan Irama Jantung ( Rhythm)
2. Tentukan Frekuensi ( Hr )
3. Tentukan Sumbu Jantung ( Axis )
4. Tentukan Adakah Tanda Hipertrofi ( Atrium /Ventrikel )
5. Tentukan Adakah Tanda Iskemia/ Infark
6. Tentukan Adakah Blok (RBBB/ LBBB)

Menentukan Irama Jantung


Tentukan keteraturan dari setiap beat yang dihasilkan, yang paling gampang adalah
dengan melihat jarak dari pada puncak gelombang R. kalau dilihat dengan mata masih sulit
karena kotak-kotaknya kecil-kecil, maka cara praktis adalah dengan mengambil sehelai kertas
kosong lalu ukur jarak gelombang R pada beat pertama dan beat kedua
( dengan memberikan tanda pada kertas ) lalu jarak yang sudah didapatkan dijadikan
patokan untuk mengukur jarak puncak gelombang R pada beat-beat selanjutnya, jika semua
jaraknya sama berarti irama teratur, dan sebaliknya jika tidak sama berarti irama tidak teratur.
Irama EKG yang normal impulsnya ( sumber listriknya ) berasal dari nodus SA, maka
iramanya disebut dengan irama sinus ( Sinus Rhythm )

1. Menentukan Frekuensi Jantung


Cara Menentukan frekuensi jantung melalui gambaran EKG dapat dilakukan dengan 3
cara yaitu:
195

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

A. 300 = ( jml kotak besar dlm 60 detik )


Jml kotak besar antara R R
B. 1500 = (jml kotak kecil dlm 60 detik )
Jml kotak kecil antara R R
C. Ambil EKG strip sepanjang 6 detik, hitung jumlah QRS dan kalikan 10 atau ambil
dalam 12 detik dikalikan 5. (Chuchum . 2010)
CAT : RUMUS A/B UNTUK EKG YANG TERATUR. RUMUS C UNTUK YANG
TIDAK TERATUR.

2. Menentukan Sumbu Jantung (Axis )


Untuk menentukan sumbu jantung ( AXIS) dapat dipakai beberapa cara:
-

Yang paling gampang adalah dengan cara menghitung axis QRS rata-rata pada
bidang frontal.

Axis normal terletak antara 30 s/d + 110 derajat.

Deviasi axis kekiri (LAD) antara -3- s/d -90 derajat

Deviasi axis kekanan (RAD) antara + 110 s/d -180 derajat

Menentukan Sumbu Axis jantung

Axis normal terletak antara -30 s/d +110 derajat. Deviasi axis ke kiri (LAD) antara -30 s/d -90
derajat dan deviasi ke kanan (RAD) antara +110 s/d -180 derajat.

3.

Menentukan Hipertropi
a. Hipertrofi Atrium Kanan ( RAH )
196

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

Gelombang P lancip dan tinggi ( P Pulmonal ) paling jelas terlihat di lead I


dan II.

b. Hipertrofi Atrium Kiri (LAH)


Gelombang P lebar dan berlekuk ( P Mitral ) paling jelas terlihat di lead I dan
II

c. Hipertrofi ventrikel kanan (RVH)

Gelombang R > S pada lead prekordial kanan

VAT > 0,03 detik di V1

Gelombang S menetap di V5 dan V6


197

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

Depresi segmen ST dan gelombang T terbalik di V1 V3

RAD

d. Hipertrofi ventrikel kiri (LVH)

Gelombang R > 27 mm pada V5/V6

Gelombang S di V1 + gelombang R di V5/V6 > 35 mm

VAT > 0,05 detik di V5/V6

Depresi segmen ST dan gelombang T terbalik di V5 / V6

LAD

(gustizealmeow.blogspot.com/2012)

198

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

4. Menentukan Tanda-Tanda Ischemi/Infark


Ischemia miokard ditandai dengan adanya depresi segmen ST atau gelombang T terbalik,
untuk injuri ditandai dengan adanya ST elevasi. Sedang untuk infark miocard gambaran yang
paling diagnostic adalah adanya gelombang Q patologis.
-

Pada fase awal terjadi infark perubahan EKG yang pertama timbul adalah
terbentuknya gelombang T yang tinggi sekali ( Hyper Acut T).

Pada fase akut umumnya gelombang Q patologis disertai adanya elevasi segmen ST
atau hanya berupa elevasi segmen ST

Sedangkan pada fase sub akut atau recent gelombang Q patologis disertai
gelombang T terbalik.

Pada fase old gambaran EKG nya berupa gelombang Q patologis, segmen ST dan
gelombang T notmal kembali.

Adapun untuk menentukan lokasi ischemia atau infark digunakan ketentuan sebagai
berikut:
-

Kelainan pada daerah Anterior di Lead V2 Lead V4

Kelainan pada daerah Anteroseptal di Lead V1 Lead V3

Kelainan pada daerah Anterolateral di Lead V5 Lead V5, Lead I dan Lead AVL

Kelainan pada daerah Inferior di Lead II, Lead III dan Lead AVF

Kelainan pada daerah

Posterior kelainannya di Lead V1 Lead V2 ( berupa

resiprokal)
-

Kelainan pada daerah Infark Ventrikel kanan di Lead V1, Lead V3R dan Lead V4R.
(Chuchum .2010)

199

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

5. Tentukan Adakah Blok (RBBB/ LBBB)


a. Right Bundle Branch Blok ( RBBB)
Kriteria;

Irama : teratur
Frekuensi HR : umumnya normal antara 60-100 x/menit
Gel. P : normal, setiap gel.p selalu diikuti gel QRS dan T
Interval PR : normal
Gel. QRS : lebar lebih dari 0,12 detik
Catatan : ada bentuk rsR (M shape) di V1 dan V2. Gel S yang lebar dan dalam di
lead 1,II aV1, dan V6. Perubahan ST segmen dan gel T Di V1 dan V2

b. Left Bundle Branch Blok (LBBB)


Kriteria;

Irama : teratur
Frekwensi HR : umumnya normal antara 60-100x/menit
Gel. P : normal, setiap gel. P selalu diikuti gel QRS dan T
Interval PR : normal
Gel. QRS : lebar lebih dari 0,12 detik.

Catatan :
ada bentuk rsR (M Shape) di VS dan V6. Gel Q yang lebar dan dalam di V1 dan V2. ST
segmen dan gel t di VS dan V6

200

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

(af gaan heart.wordpress.com/2013

A. Cara menginterpretasikan EKG Strip


1. Tentukan apakah denyut jantung berirama teratur atau tidak, dengan cara melihat jarak antara
QRS satu dengan QRS yang lain jaraknya sama atau tidak
2. Tentukan frekuensi jantung (HR), melalui gambaran EKG dapat dilakukan dengan 3 cara :
a. 300/(jumlah kotak besar antara R-R)
b. 1500/(jumlah kotak kecil antara R-R)
c. Ambil EKG strip sepanjang 6 detik, hitung jumlah QRS dan kalikan 10
3. Tentukan gelombang P normal atau tidak, kemudian lihat apakah setiap gelombang P diikuti
gelombang QRS atau tidak ?
4. Tentukan interval PR normal atau tidak?
5. Tentukan gelombang QRS normal atau tidak? Irama jantung yang normal impulsnya berasal
dari nodus SA, maka iramanya disebut irama sinus (Sinus Rhythm)

B. Kriteria irama Sinus Rhythm


1. Irama teratur
2. Frekuensi jantung (HR) antara 60-100 kali/menit
3. Gelombang P normal, gelombang P normal, setiap gelombang P selalu diikuti gelombang
QRS dan gelombang T
4. Interval PR normal (0,12-0,20 detik)
5. Gelombang QRS normal (0,06 0,12 detik)
6. Semua gelomban sama

Irama EKG yang tidak mempunyai kriteria tersebut diatas disebut Disritmia.

201

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

Disritmia atau aritmia dibagi dua yaitu:

1. Aritmia karena gangguan pembentukan impuls


a.
Nodus SA
1) Takikardi sinus (ST)
2) Bradikardi sinus (SB)
3) Aritmia Sinus
4) Sinus Arest
b.
Atrium
1) Ekstrasistol atrial
2) Atrial Takikardi
3) Flutter atrial
4) Fibrilasi atrial
c.
Nodus AV
1) irama Junctional (JR)
2) Ekstrasistol Junctional
3) Takikardi Junctioanl
d.
Supraventrikel
1) Ekstrasistol Supraventrikel
2) Takikardi supraventrikel
e.
Ventrikel
1) Irama Idioventrikuler
2) Ekstrasistol ventrikuler
3) Takikardi Ventrikel
4) Fibrilasi Ventrikel

2. Aritmia karena gangguan penghantaran impuls


a. Nodus SA
- Blok sinoatrial (SA Blok)
b. Nodus AV
- Blok AV derajat 1 (first degree AV block)
- Blok AV derajat 2 ( second degree AV block)
- Blok AV derajat 2 mobitz I (Wenckebach)
- Blok AV derajat 2 mobitz II
- Blok AV derajat 3 (total AV blok)
c. Interventrikuler
- Right bundle branch block (RBBB)
- Left bundle branch block (LBBB).( Dharma Surya. 2009)

Catatan:
Irama EKG yang normal impuls (sumber listrik) nya berasal dari Nodus SA, maka iramanya
disebut dengan irama sinus (Sinus Rhythm).

202

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

Kriteria Irama Sinus

Irama

: Teratur

Frekuensi (HR)

: 60 100 x/m

Gelombang P

: Normal, setiap gelombang P diikuti komplek gelombang


QRS dan gelombang T
: Normal 0.12 0.20 detik

Interval PR
: Normal 0.06 0.12 detik
Gelombang QRS

JENIS-JENIS ARITMIA
Sinus Takikardi

Irama

: Teratur

Frekuensi (HR)

: > 100 - 150 x/m

Gelombang P

: Normal, setiap gelombang P diikuti kompleks


gelombang QRS dan gelombang T
: Normal 0.12 0.20 detik

Interval PR
: Normal 0.06 0.12 detik
Gelombang QRS

203

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

Sinus Bradikardi

Irama

: Teratur

Frekuensi (HR)

: < 60 x/m

Gelombang P

: Normal, setiap gelombang P diikuti komplek gelombang QRS


dan gelombang T
: Normal 0.12 0.20 detik

Interval PR
: Normal 0.06 0.12 detik
Gelombang
QRS

Sinus Aritmia

Irama

: Tidak teratur

Frekuensi (HR)

: Biasanya antara 60 100 x/m

Gelombang P

: Normal, setiap gelombang P diikuti komplek gelombang


QRS dan gelombang T
: Normal 0.12 0.20 detik

Interval PR
: Normal 0.06 0.12 detik
Gelombang QRS

204

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

Sinus Arrest
Terdapat episode hilangnya satu atau lebih gelombang P, kompleks QRS, dan T.
Hilangnya gelombang P, QRS, T tidak menyebabkan kelipatan jarak antara R-R

Irama

: Teratur, kecuali pada yang hilang

Frekuensi (HR)

: biasanya 60 100 x/m

Gelombang P

: Normal, setiap gelombang P diikuti komplek gelombang


QRS dan gelombang T
: Normal 0.12 0.20 detik

Interval PR
: Normal 0.06 0.12 detik
Gelombang QRS

Atrial Ekstrasistol (AES/PAB/PAC)


Ekstrasistol selalu mengikuti irama dasar

Irama

: Tidak teratur, karena ada gelombang yg timbul lebih dini

Frekuensi (HR)

: Tergantung irama dasarnya

Gelombang P

: Bentuknya berbeda dengan gelombang P irama dasar

Interval PR

: Biasanya normal, bisa juga memendek

Gelombang QRS

: Normal (0,06-0,12 detik)

205

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

Supraventrikuler Takikardi (SVT)

Irama

: Teratur

Frekuensi (HR)

: 150 250 x/m

Gelombang P

: sulit dilihat karena bersatu dengan gelombang T.


Kadang gelombang P terlihat kecil

Interval PR

: Tidak dapat dihitung atau memendek

Gelombang QRS

: Normal (0,06-0,12 detik)

Atrial Flutter

Irama

: Teratur, atau dapat juga tidak teratur

Frekuensi (HR)

: bervariasi

Gelombang P

: bentuk seperti gigi gergaji, dengan gelombang P


timbulnya teratur dan dapat dihitung, P : QRS = 2:1,
3:1, atau 4:1
: Tidak dapat dihitung atau memendek

Interval PR
: Normal (0,06-0,12 detik)
Gelombang QRS

206

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

Atrial Fibrilasi (AF)

Irama

: Tidak teratur, atau dapat juga tidak teratur

Frekuensi (HR)

: bervariasi

Gelombang P

: Tidak dapat diidentifikasikan

Interval PR

: Tidak dapat dihitung

Gelombang QRS

: Normal (0,06-0,12 detik)

Irama Junctional (JR)

Irama

: teratur

Frekuensi (HR)

: 40 60 x/m bervariasi

Gelombang P

: terbalik didepan, di belakang atau menghilang

Interval PR

: < 0.12 detik atau tidak ada

Gelombang QRS

: Normal (0,06-0,12 detik)

Ekstrasistol Junctional (JES)


Irama

: tidak teratur, karena ada gelombang yang timbul lebih


dini
: tergantung irama dasarnya

Frekuensi (HR)
: tidak normal sesuai dengan letak asal impuls
Gelombang P
: memendek atau tidak ada
Interval PR
: Normal (0,06-0,12 detik)

207

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

Gelombang QRS

Takikardi Junctional

Irama

: teratur

Frekuensi (HR)

: > 100 x/m

Gelombang P

: terbalik di depan, di belakang, atau menghilang

Interval PR

: < 0.12 detik atau menghilang

Gelombang QRS

: Normal (0,06-0,12 detik)

Irama Idioventrikuler

Irama

: teratur

Frekuensi (HR)

: 20-40 x/menit

Gelombang P

: Tidak terlihat

Interval PR

: Tidak ada

Gelombang QRS

: >0,12 detik

208

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

Ventrikel Ekstasistol

Irama

: tidak teratur, karena ada gelombang yang timbul lebih


dini
: tergantung irama dasarnya

Frekuensi (HR)
: Tidak ada
Gelombang P
: Tidak ada
Interval PR
: > 0,12 detik
Gelombang QRS

Lima (5) bentuk Ekstrasistol Ventrikel yang berbahaya :


1. Ventrikel Ekstrasistol >6 kali/menit
2. Ventrikel Ekstrasistol bigemini

3. Ventrikel Ekstrasistol Multifocal

4. Ventrikel Ekstrasistol Consecutif/Couplet

209

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

5. Ventrikel Ekstrasistol R on T

Ventrikel Takikardi

Irama

: teratur

Frekuensi (HR)

: > 100 x/m

Gelombang P

: Tidak terlihat

Interval PR

: Tidak ada

Gelombang QRS

: > 0,12 detik

Ventrikel Fibrilasi (VF)

Irama

: tidak teratur,

Frekuensi (HR)

: tidak dapat dihitung

Gelombang P

: Tidak ada

Interval PR

: Tidak ada

Gelombang QRS

: Tidak dapat dihitung, bergelombang dan tidak teratur

210

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

Blok Sinoatrial (SA Blok)

Terdapat episode hilangnya satu atau lebih gelombang P, QRS, T


Irama

: teratur, kecuali pada yang hilang

Frekuensi (HR)

: biasanya < 60 x/m

Gelombang P

: normal, setiap gelombang P diikuti gelombang QRS, T

Interval PR

: Normal (0,12 - 0,20 detik)

Gelombang QRS

: Normal (0.06 - 0,12 detik

AV Blok Derajat 1

Irama

: teratur

Frekuensi (HR)

: biasanya < 60 100 x/m

Gelombang P

: normal, setiap gelombang P diikuti gelombang QRS, T

Interval PR

: Memanjang > 0.02 detik

Gelombang QRS

: Normal (0.06 - 0,12 detik)

211

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

AV Blok Derajat 2 Tipe Mobitz 1

Irama
Frekuensi (HR)
Gelombang P

Interval PR

: tidak teratur
: 60 100 x/menit atau < 60 x/menit
: normal, tetapi ada satu gelombang P yang tidak diikuti
gelombang QRS dalam 1 siklus
: Makin lama makin panjang sampai ada gelombang P
yang tidak diikuti gel QRS, kemudian siklus berulang:
Normal (0.06 - 0,12 detik)

Gelombang QRS

AV Blok Derajat 2 Tipe Mobitz 2

Irama
Frekuensi (HR)
Gelombang P

: tidak teratur
: biasanya < 60 x/m
: Normal, ada satu atau lebih gelombang P yang tidak
diikuti gelombang QRS
: Normal/memanjang secara konstan kemudian ada blok

Interval PR
: Normal (0.06 - 0,12 detik)
Gelombang QRS

212

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

AV Blok Derajat 3

Irama
Frekuensi (HR)
Gelombang P

: teratur
: < 60 x/m
: normal, tetapi gelombang P dan QRS berdiri sendiri,
sehingga gelombang P kadang diikuti, kadang tidak
: Memanjang > 0.02 detik

Interval PR
: Normal (0.06 - 0,12 detik)
Gelombang QRS

(Awaluddin.2009)
KESIMPULAN
Kontraksi dan relaksasi dari otot jantung akan memberikan perubahan potensial aksi kelistrikan
yang dapat dianalisis dengan hasil rekaman elektrokardiogram (EKG). Ada dua istilah yang perlu
dipahami, pertama elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari aktivitas otot jantung, kedua
elektrokardiogram (EKG) adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik jantung.
Kegiatan listrik jantung dalam tubuh dapat dicatat dan direkam melalui elektroda-elektroda yang
dipasang pada permukaan tubuh. Dengan EKG tersebut dapat diinterpretasi gangguan gangguan
yang terjadi pada jantung dan system konduksinya.

213

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

References
Dharma Surya. (2009). Sistematika Interprestasi EKG. Jakarta
http : //af gaan heart.wordpress.com/2013/02/03/right-bundle-branch-block-rbbb/
http : //gustizealmeow.blogspot.com/2012/08/ bagaimana-mendiagnosis-left-ventrikular.html
Kidd, P. S. & Switzer, M.

(2001). Acute Cardiac Dysfunction and Electrocardiographic

Monitoring. In: Kidd, P. S. & Wagner, K. D. (eds.) High Acuity Nursing. 3rd ed. New Jersey:
Prentice-Hall.
Pranatu Sunoto. (2011).Kursus Elektro Kardiografi.cetakan ke 6. Kardiologi Fakultas
Kedokteran Airlangga. RSUD Dr.Soetomo Surabaya.
Sumiarty. Chuchum .(2010).Cara Praktis Membaca EKG. Surya Gemilang.Jakarta
Utami, R.S. & Awaluddin S. (2009). Interpretasi EKG Sederhana. Modul Pelatihan EKG Bagi
Perawat. Unpublished. Program Studi Ilmu Keperawatan FK UNDIP

214

Anda mungkin juga menyukai