Telah dilaporkan sebuah kasus dari seorang pasien usia 27 tahun
yang masuk ke PONEK RSUD. Palembang Bari pada tanggal 02 Mei 2016 pukul 16.16 WIB RSUD. Palembang Bari dengan keluhan utama mules seperti ingin melahirkan sejak sehari sebelum masuk rumah sakit. Dari anamnesis didapatkan identitas pasien, keluhan utama, riwayat perjalanan penyakit, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit dalam keluarga, dan riwayat obstetrikus. Dari identitas pasien didapatkan status penikahan dan tingkat pendidikan serta usia ibu untuk menentukan bahwa ibu berada dalam usia reproduktif yang aman dan sehat antara 20 30 tahun. Dari keluhan utama didapatkan pasien sedang hamil 35-36 minggu dengan keluhan mules seperti ingin melahirkan sejak sehari SMRS. Keluhan mules dirasakan dengan nyeri dirasakan pasien hingga ke pinggang. Keluhan mules disertai dengan keluar darah dan lendir. Selain itu, pasien juga mengeluhkan terdapat bengkak pada kedua kaki dan juga hipertensi sejak kehamilan 7 bulan. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan perut membuncit dengan palpasi dirasakan fundus teraba bokong, DJJ (+) 140 x/menit teratur, dan HIS (+) 3x/30 menit. Hal ini memprediksikan bahwa pasien ini sedang hamil dengan presentasi kepala. Dengan perkiraan tinggi fundus uteri adalah 4 jari dibawah proccessus xiphoideus atau dengan panjang 34 cm. Maka diagnosis pada kasus ini belum tepat, karena dari pemeriksaan tinggi fundus uteri didapatkan hasil yang menunjukkan jika os hamil aterm. Pemeriksaan USG pada kasus ini sudah dilakukan, akan tetapi deskripsi yang ada dalam rekam medik tidak lengkap, sehingga mempersulit untuk meneggakkan diagnosis pada kasus ini.
27
4.2. Apakah tatalaksana sudah tepat?
Untuk penatalaksanaan pada kasus ini, pasien dirawat di rumah
sakit atas indikasi Preeklampsia berat dengan rencana akan dilakukan seksio sesarea. Dilakukan pemeriksaan laboratorim darah berupa pemeriksaan Hb, Urin Lengkap, golongan darah, waktu perdarahan, dan waktu pembekuan sebagai bahan rujukan pre-operatif. Pemeriksaan laboratorium pada kasus ini tidak lengkap karena tidak dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, liver dan pemeriksaan lainnya untuk mengetahui apakah preeklampsianya sudah mengganggu organ lain atau tidak. Penatalaksanaan medikamentosa sudah tepat, dan diberikan injeksi D5% + MgSO4 1flesh gtt 20x/menit bertujuan untuk tokolitik dan mencegah terjadinya kejang pada PEB itu sendiri. Nifedipine 3x1 dan dopamet 3x1 sebagai antihipertensi, dexametason 2x2 sebagai pematangan paru.
Ceftriaxone 3 x 1gr IV sebagai antibiotik, dikombinasikan dengan
injeksi Metronidazole 3 x 500mg IV yang merupakan antibiotik anaerob.
Untuk menghilangkan rasa nyeri post operatif, pasien ini diberikan Injeksi Tramadol 3 x 100 mg IV. Pemberian vitamin c dosis tinggi sebanyak 2 x 2 IV sebagai vitamin untuk daya tahan tubuh. Pemberian obat injeksi ini diberikan paling tidak selama 2 hari pasca operasi. Kemudian, digantikan dengan obat oral berupa antibiotik Cefixime 2 x 1 per oral dan Metronidazole 3 x1, analgetik berupa As. Mefenamat 3 x 1 per oral, dan diteruskan pemberian nifedipine 3x1 dan dopamet 3x1 sebagai antihipertensi. Setelah hari IV post operatif, IVFD dan kateter dapat dilepas dan pasien diperkenankan untuk pulang. Setelah pulang, pasien disarankan untuk kontrol ulang minimal 1 kali pada 12 hari post operasi untuk pelepasan perban anti air serta pengecekan bekas jahitan. Apabila terdapat keluhan-keluhan yang mengganggu disarankan untuk segera menghubungi dokter.