Anda di halaman 1dari 46

MANAJEMEN LAKTASI

14.47 TEGUH SUBIANTO 1 COMMENT

Share :

A). Anatomi Payudara


Agar memahami tentang manajemen laktasi perlu terlebih dahulu memahami anatomi payudara dan fisiologi
laktasi.
Dibedakan menurut struktur internal dan struktur external :
Struktur internal payudara terdiri dari : kulit, jaringan dibawah kulit dan korpus. Korpus terdiri dari : parenkim atau
jaringan kelenjar dan stroma atau jaringan penunjang. Parenkim merupakan struktur yang terdiri dari :
1.

Saluran kelenjar : duktulus, duktus dan sinus laktiferus. Sinus laktiferus yaitu duktus yang
melebar tempat ASI mengumpul (reservoir ASI), selanjutnya saluran mengecil dan bermuara
pada puting. Ada 15-25 sinus laktiferus.

2.

Alveoli yang terdiri dari sel kelenjar yang memproduksi ASI.

Tiap duktus bercabang menjadi duktulus, tiap duktulus bercabang menjadi alveolus yang semuanya merupakan
satu kesatuan kelenjar. Duktus membentuk lobus sedangkan duktus dan alveolus membentuk lobulus. Sinus
duktus dan alveolus dilapisi epitel otot (myoepithel) yang dapat berkontraksi. Alveolus juga dikelilingi pembuluh
darah yang membawa zat gizi kepada sel kelenjar untuk diproses sintesis menjadi ASI.
Stroma terdiri dari : jaringan ikat, jaringan lemak, pembuluh darah syaraf dan lymfa.
Struktur External payudara terdiri dari : puting dan areola yaitu bagian lebih hitam sekitar puting pada areola
terdapat beberapa kelenjar montgomery yang mengeluarkan cairan untuk membuat puting lunak dan lentur
( Depkes RI, 2005)
B). Fisiologi Laktasi

Pada masa hamil, terjadi perubahan pada payudara, dimana ukuran payudara bertambah basar. Ini disebabkan
proliferasi sel duktus laktiferus dan sel kelenjar pembuat ASI. Karena pengaruh hormon yang dibuat plasenta
yaitu laktogen, prolaktin koriogonadotropin, estrogen dan progesteron. Pembesaran juga disebabkan oleh
bertambanya pembuluh darah. Pada kehamilan lima bulan atau lebih, kadang-kadang dari ujung puting mulai
keluar cairan yang disebut kolostrum. Sekresi cairan tersebut karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta
dan hormon prolaktin dari kelenjar hipofise. Produksi cairan tidak berlebihan karena meski selama hamil kadar
prolaktin cukup tinggi pengaruhnya dihambat oleh estrogen. Setelah persalinan, dengan terlapasnya plasenta,
kadar estrogen dan progesteron menurun, sedangkan prolaktin tetap tinggi. Karena tak ada hambatan oleh

estrogen maka terjadi sekresi ASI. Pada saat mulai menyusui, maka dengan segera, rangsangan isapan bayi
memacu lepasnya prolaktin dan hipofise yang memperlancar sekresi ASI( Depkes, 2005).
C). Komposisi ASI

Komposisi ASI sedemikian khususnya, sehingga komposisi ASI dari satu ibu dan ibu lainya berbeda. Pada
kenyataanya komposisi ASI tidak tetap dan tidak sama dari waktu ke waktu dan disesuaikan dengan kebutuhan
bayi. Jenis-jenis ASI sesuai perkembangan bayi.

Langkah-langkah kegiatan Menejemen Laktasi menurut Depkes RI (2005) adalah :

a). Masa Kehamilan (Antenatal).


1.

Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi mengenai manfaat dan keunggulan ASI,
manfaat menyusui bagi ibu, bayi dan keluarga serta cara pelaksanaan management laktasi.

2.

Menyakinkan ibu hamil agar ibu mau dan mampu menyusui bayinya.

3.

Melakukan pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara. Disamping itu, perlu pula
dipantau kenaikan berat badan ibu hamil selama kehamilan.

4.

Memperhatikan kecukupan gizi dalam makanan sehari-hari termasuk mencegah kekurangan


zat besi. Jumlah makanan sehari-hari perlu ditambah mulai kehamilan trimester ke-2 (minggu
ke 13-26) menjadi 1-2 kali porsi dari jumlah makanan pada saat sebelum hamil untuk
kebutuhan gizi ibu hamil.

5.

Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Penting pula perhatian keluarga


terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan dan
membesarkan hatinya bahwa kehamilan merupakan anugerah dan tugas yang mulia.

b). Saat segera setelah bayi lahir.


1.

Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, ibu dibantu dan dimotivasi agar mulai kontak
dengan bayi (skin to skin contact) dan mulai menyusui bayi. Karena saat ini bayi dalam
keadaan paling peka terhadap rangsangan, selanjutnya bayi akan mencari payudara ibu
secara naluriah.

2.

Membantu kontak langsung ibu-bayi sedini mungkin untuk memberikan rasa aman dan
kehangatan.

c). Masa Neonetus

1.

Bayi hanya diberi ASI saja atau ASI Eksklusif tanpa diberi minum apapun.

2.

Ibu selalu dekat dengan bayi atau di rawat gabung.

3.

Menyusui tanpa dijadwal atau setiap kali bayi meminta (on demand).

4.

Melaksanakan cara menyusui (meletakan dan melekatkan) yang baik dan benar.

5.

Bila bayi terpaksa dipisah dari ibu karena indikasi medik, bayi harus tetap mendapat ASI
dengan cara memerah ASI untuk mempertahankan agar produksi ASI tetap lancar.

6.

Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) dalam waktu kurang dari 30 hari
setelah melahirkan.

d). Masa menyusui selanjutnya (post neonatal).


1.

Menyusui dilanjutkan secara eksklusif selama 6 bulan pertama usia bayi, yaitu hanya
memberikan ASI saja tanpa makanan atau minuman lainnya.

2.

Memperhatikan kecukupan gizi dalam makanan ibu menyusui sehari-hari. Ibu menyusui perlu
makan 1 kali lebih banyak dari biasanya (4-6 piring) dan minum minimal 10 gelas sehari.

3.

Cukup istirahat (tidur siang/berbaring 1-2 jam), menjaga ketenangan pikiran dan menghindari
kelelahan fisik yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.

4.

Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang keberhasilan
menyusui.

5.

Mengatasi bila ada masalah menyusui (payudara bengkak, bayi tidak mau menyusu, puting
lecet, dll ).

6.

Memperhatikan kecukupan gizi makanan bayi, terutama setelah bayi berumur 6 bulan; selain
ASI, berikan MP-ASI yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya secara bertahap

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Laktasi
Laktasi adalah bagian terpadu dari proses reproduksi yang
memberikan makanan bayi secara ideal dan alamiah serta merupakan dasar
biologik dan psikologik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Air susu
ibu(ASI) merupakan makanan yang ideal bagi pertumbuhan neonatus
(Nugroho, 2011, p.3).
Komponen yang terkandung didalam ASI sebagai sumber nutrisi
untuk pertumbuhan dan perlindungan pertama terhadap infeksi. Proses
pembentukan air susu merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan
hipotalamus, dan payudara yang telah dimulai saat fetus sampai pada
paska persalinan.
ASI yang dihasilkan memiliki komponen yang tidak sama,dengan
terjadinya kehamilan pada wanita akan berdampak pada pertumbuhan
payudara dan proses pembentukan air susu (Laktasi).
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui,mulai dari ASI di
produksi sampai bayi manghisap dan menelan (Prasetyono, 2009, p.61).
Laktasi adalah suatu seni yang harus di pelajari kembali tanpa
diperlukan alat-alat khusus dan biaya yang mahal, yang diperlukan adalah
kesabaran, waktu, pengetahuan tentang menyusui dan dukungan dari
berbagai pihak khususnya suami (Roesli, 2005, p.1).10
Menyusui terbaik untuk bayi karena ASI mudah di cerna dan

memberikan gizi dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan bayi,


Menyusui lebih nyaman dan lebih murah dari pada susu formula, dan ASI
selalu siap pada suhu yang stabil dengan temperatur tubuh (Proverawati,
2010, p.33).
B. Manajemen Laktasi
1. Pengertian
Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang
dilakukan untuk membantu ibu mencapai keberhasilan dalam
menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan terhadap ibu dalam 3
tahap,yaitu pada masa kehamilan(antenatal), sewaktu ibu dalam
persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan pada masa
menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun(postnatal)
(Perinasia, 2007, p.1).
Manajemen laktasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh ibu,
ayah dan keluarga untuk menunjang keberhasilan menyusui
(Prasetyono, 2009, p.61) . Dan ruang lingkup manajemen laktasi
dimulai pada masa kehamilan,setelah persalinan,dan masa menyusui
bayi.
2. Periode Manajemen laktasi
a. Masa kehamilan (Antenatal)
Hal yang perlu diperhatikan dalam menejemen laktasi sebelum
kelahiran adalah:11
1) Ibu mencari informasi tentang keunggulan ASi, manfaat
menyusui bagi ibu dan bayi, serta dampak negative pemberian
susu formula.
2) Ibu memeriksakan kesehatan tubuh pada saat kehamilan
kondisi puting payudara,dan memantau kenaikan berat badan
saat hamil.
3) Ibu melakukan perawatan payudara sejak kehamilan berumur 6
bulan hingga ibu siap untuk menyusui, ini bermaksut agar ibu
mampu memproduksi dan memberikan ASI yang mencukupi
kebutuhan bayi.

4) Ibu senantiasa mencari informasi tentang gisi dan makanan


tambahan sejak kehamilan trimester ke-2.makanan tambahan
saat hamil sebanyak 1 1
/3 kali dari makanan yang dikonsumsi
sebelum hamil (Prasetyono, 2009, p.62).
b. Masa Persalinan (Perinatal)
Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen laktasi saat
kelahiran adalah :
1) Masa persaliinan merupakan masa yang paling penting
dalam kehidupan bayi selanjutnya,bayi harus menyusui
yang baik dan benar baik posisi maupun cara melekatkan
bayi pada payudara ibu.
2) Membantu ibu kontak langsung dengan bayi selama 24 jam
agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.12
3) Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU)
dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan (Prasetyono,
2009, p.62).
c. Masa Menyusui (Postnatal)
Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen laktasi
setelah kelahiran adalah:
1) Setelah bayi mendapatkan ASI pada minggu pertama
kelahiran,ibu harus menyusui bayi secara eksklusif selama
4 bulan pertama setelah bayi lahir dan saat itu bayi hanya di
beri ASI tanpa makanan tambahan.
2) Ibu mencari informasi yang tentang gisi makanan ketika
masa menyusui agar bayi tumbuh sehat.
3) Ibu harus cukup istirahat untuk menjaga kesehatannya dan
menenangkan pikiran serta menghindarkan diri dari
kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak
terhambat.
4) Ibu selalu mengikuti petunjuk petugas kesehatan(merujuk
posyandu atau puskesmas). Bila ada masalah dalam proses

menyusui.
5) Ibu tetap memperhatikan gisi/makanan anak,terutama pada
bayi usia 4 bulan (Prasetyono, 2009, p.63).13
3. Manfaat menyusui
Jika seorang ibu memberikan air susu ibu(ASI) kepada
bayinya,hal ini dapat menguntungkan baik bagi bayinya maupun
ibu,antara lain:
a. Manfaat ASI bagi bayi:
1) Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan
pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan.
2) Meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung berbagai
zat anti kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit.
3) Melindungi anak dari serangan alergi.
4) Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan
otak sehingga bayi lebih pandai.
5) Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian berbicara.
6) Membantu pembentukan rahang yang bagus.
7) Menunjang perkembangan motorik sehiingga bayi akan cepat
bias berjalan(Roesli, 2005, p.6).
b. Manfaat ASI bagi ibu:
1) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan.
2) Mengurangi terjadinya anemia
3) Menjarangkan kehamilan
4) Mengecilkan rahim
5) Ibu lebih cepat mengalami penurunan berat badan
6) Mengurangi kemungkinan menderita kanker14
7) Lebih ekonomis dan murah
8) Tidak merepotkan dan hemat waktu
9) Lebih praktis dan portable
10) Memberi kepuasan bagi ibu tersendiri (Roesli, 2005, p.7) .
c. Manfaat ASI bagi Lingkungan:
1) Mengurangi bertambahnya sampah dan polusi di dunia

2) Tidak menambah polusi udara karena pabrik-pabrik yang


mengeluarkan asap.
d. Manfaat ASI bagi Negara:
1) Penghemat devisa untuk membeli susu formula dan
perlengkapan menyusui
2) Penghematan untuk biaya sakit terutama sakit muntahmuntah,mencret dan
sakit saluran nafas
3) Penghematan obat-obatan,tenaga dan sarana kesehatan.
4) Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan
berkualitas untuk membangun Negara.
e. Manfaat ASI bagi keluarga
1) Aspek ekonomi: ASi tidak perlu dibeli dan membuat bayi jarang
sakit sehingga dapat mengurangi biaya berobat
2) Aspek psikologis: menjarangkan kelahiran,dan mendekatkan
hubungan bayi dengan keluarga.
3) Aspek kemudahan : Sangat praktis sehingga dapat di berikan
dimana saja dan kapan saja dan tidak merepotkan orang lain.

Manajemen Laktasi
Pemberian ASI bergantung pada empat macam proses :
1. Proses pengembangan jaringan penghasil ASI dalam payudara
2. Proses yang memicu produksi ASI setelah melahirkan
3. Proses untuk mempertahankan produksi ASI
4. Proses sekresi ASI (refleks let down)
Perkembangan jaringan penghasil ASI
Proses ini dicapai dalam kehamilan dengan adanya rangsangan pada
jaringan kelenjar serta saluran payudara oleh hormon-hormon estrogen,
progesteron dan hormon laktogenik plasenta (Farrer, 2001).
Memicu produksi ASI setelah melahirkan
Setelah plasenta dilahirkan, penurunan produksi hormon dari organ
tersebut terjadi dengan cepat. Hormon hipofise anterior, yaitu prolaktin,
yang tadinya dihambat oleh kadar estrogen dan progesteron yang tinggi di
dalam darah, kini dilepaskan. Prolaktin akan mengaktifkan sel- sel
kelenjar payudara untuk memproduksi ASI. Dalam waktu 3-4 hari setelah
bayi dilahirkan, produksi ASI sudah dimulai dan susu yang matur
disekresikan pada akhir minggu pertama (Farrer, 2001).
Mempertahankan produksi ASI dan refleks let-down pada eksresi ASI
Proses ini bergantung pada hormon lain, yaitu oksitosin, yang dilepas
dari kelenjar hipofise posterior sebagai reaksi terhadap pengisapan puting.
Oksitosin mempengaruhi sel-sel mio-epitelial yang mengelilingi alveoli
mammae sehingga alveoli tersebut berkontraksi dan mengeluarkan air susu
yang sudah diskresikan oleh kelenjar mammae. Refleks let-down ini
tidak terjadi karena tekanan negatif oleh pengisapan dan juga bukan
karena payudara yang penuh, namun disebabkan oleh refleks neurogenik
yang menstimulasi pelepasan oksitosin.
Ibu menyusui akan mengalami refleks let-down sekitar 30-60 menit

setelah bayi mulai menyusu. Refleks let-down dapat pula disebabkan oleh
faktor-faktor yang murni kejiwaan, seperti mendengar tangisan bayi,
berpikir tentang bayinya atau bahkan berpikir tentang bayinya atau bahkan
berpikir tentang pemberian ASI sendiri. Sebaliknya, refleks tersebut dapat
dihambat oleh kecemasan, ketakutan, perasaan tidak aman atau
ketegangan. Faktor-faktor ini diperkirakan dapat menigkatkan kadar
epinefrin dan neroinefrin dan selanjutnya akan mengambat transportasi
oksitosin ke dalam payudara. Begitu produksi ASI sudah terjadi dengan
baik, pengosongan sakus alveolaris mammae yang teratur akan
mempertahankan produksi tersebut (Farrer, 2001).
Mempersiapkan Pemberian ASI
Cara terbaik dalam mempersiapkan pemberian ASI adalah keadaan
kejiwaan ibu yang sedapat mungkin tenang dan tidak mengahadapi banyak
permasalahan. Higiene perorangan dan kesejahteraan yang normal sangat
penting, kebersihan tangan dan kuku jari tangan ibu atau orang lain yang
akan merawat bayi juga ditekankan. Putting susu tidak boleh disentuh
dengan tangan yang belum dicuci bersih dan saputangan tidak boleh
digunakan sebagai ganjal di balik BH untuk menghentikan perembasan ASI.
Bantalan disposabel kini sudah tersedia untuk keperluan ini dan
dapat dikenakan dalam waktu yang relatif singkat jika perembasan ASI
menimbulkan masalah. Ibu harus mengenakan pakaian yang tidak
menghalangi pemberian ASI, jika gaun yang dikenakan harus dinaikkan
dahulu ke atas untuk mengeluarkan payudara, maka cara ini tentunya tidak
mengenakkan pada bagian bawah pakaian semacam ini bisa terdapat lokia.
BH khusus untuk laktasi yang bersih dan dapat juga menyangga payudara
harus dikenakan sepanjang siang serta malam harinya untuk memberikan
kenyamanan dan mencegah statis air susu pada daerah-daerah payudara
yang tergantung. Jika ibu tidak memiliki BH khusus semacam ini, ia dapat
mengggunakan alat penguat (binder) untuk mengatasi untuk mengatasi
masalah ini. BH untuk laktasi harus dapat dibuka dari depan dan talinya
bisa diturunkan sebelum ibu menyusui bayinya. Tali tersebut dapat
dipasang kembali setelah ibu selesai menyusui.

Prosedur membersihkan puting berbeda antara rumah sakit yang


satu dan rumah sakit lainnya. Namun, selama puting berada dalam
keadaan bersih, apakah dibersihkan dengan cara mengusapnya memakai
air yang steril ataukah dibersihkan secara khusus dengan larutan
pembersih, caranya tidak menjadi masalah. Setiap kerak atau air susu yang
mengering dan setiap bekas krim/ salep yang dioleskan sebelumnya harus
dibersihkan dengan hati-hati. Larutan alkohol tidak boleh dipakai untuk
membersihkan puting karena dapat membuat puting menjadi kering dan
mudah pecah-pecah. Bayi harus berada dalam keadaan bersih, tangan, mata,
hidung,
pakaian, popok dan selimut harus diperiksa dahulu sebelum bayi disusui.
Perhatian terhadap semua detail ini akan membantu mengurangi
kemungkinan infeksi pada payudara dan menghidari komplikasi lainnya
(Farrer, 2001).

Makalah Seminar Managemen Laktasi


" MASALAH-MASALAH DALAM MENYUSUI"
Disusun Oleh
Restuning Widiasih, S.Kp., M. Kep., Sp. Mat
Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Padjadjaran
2008MASALAH-MASALAH DALAM MENYUSUI
PENDAHULUAN
Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya
beberapa
masalah, baik masalah pada ibu maupun pada bayi. Pada sebagian ibu yang
tidak paham
masalah ini, kegagalan menyusui sering dianggap problem pada anak saja.
Masalah dari ibu yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum
persalinan
(periode antenatal), pada masa pasca persalinan dini, dan pasca masa
persalinan lanjut.
Masalah menyusui dapat pula diakibatkan karena keadaan khusus. Selain itu ibu
sering
benar mengeluhkan bayinya sering menangis, ayau menolak menyusu, dsb
yang
sering diartikan bahwa ASInya tidak cukup, atau ASInya tidak enak, tidak baik
atau
apapun pendapatnya sehingga sering menyebabkan diambilnya keputusan untuk
menghentikan menyusui.
Masalah pada bayi umumnya berkaitan dengan manajemen laktasi, sehingga
bayi sering
menjadi bingung puting atau sering menangis, yang sering diinterprestasikan
oleh ibu
dan keluarga bahwa ASI tidak tepat untuk bayinya.
A.Masalah Menyusui Masa Antenatal
Pada masa antenatal, masalah yang sering timbul adalah: kurang/salah informasi
putting susu terbenam (retracted) atau putting susu datar.

Kurang / salah informasi


Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau malah lebih
baik
dari ASI sehingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa ASI kurang.
Petugas kesehatanpun masih banyak yang tidak memberikan informasi pada
saat
pemeriksaan kehamilan atau saat memulangkan bayi. Sebagai contoh, banyak
ibu/petugas kesehatan yang tidak mengetahui bahwa:
Bayi pada minggu-minggu pertama defekasinya encer dan sering, sehingga
dikatakan
bayi menderta diare dan sering kali petugas kesehatan menyuruh menghentikan
menyusui. Padahal sifat defekasi bayi yang mendapat kolostrum memang
demikian
karena kolostrum bersifat sebagai laksans.
ASI belum keluar pada hari pertama sehingga bayi dianggap perlu diberikan
minuman lain, padahal bayi yang baru lahir cukup bulan dan sehat mempunyai
persediaan kalori dan cairan yang dapat mempertahankannya tanpa minuman
selama beberapa hari. Disamping itu, pemberian minuman sebelum ASI keluar
akan
memperlambat pengeluaran ASI oleh bayi menjadi kenyang dan malas menyusu.
Karena payudara berukuran kecil dianggap kurang menghasilkan ASI padahal
ukuran payudara tidak menentukan apakah produksi ASI cukup atau kurang
karena
ukuran ditentukan oleh banyaknya lemak pada payudara sedangkan kelenjar
penghasil ASI sama banyaknya walaupun payudara kecil dan produksi ASI dapat
tetap mencukupi apabila manajemen laktasi dilaksanakan dengan baik dan
benar.
Informasi yang perlu diberikan kepada ibu hamil/menyusui antara lain meliputi :
Fisiologi laktasi
Keuntungan pemberian ASI
Keuntungan rawat gabung
Cara menyusui yang baik dan benar
Kerugian pemberian susu formula
Menunda pemberian makanan lainnya paling kurang setelah 6 bulan.
Putting susu datar atau terbenam

Putting yang kurang menguntungkan seperti ini sebenarnya tidak selalu menjadi
masalah. Secara umum ibu tetap masih dapat menyusui bayinya dan upaya
selama
antenatal umumnya kurang berfaedah, misalnya dengan memanipulasi Hofman,
menarik-nerik puting, ataupun penggunaan brest shield dan breast shell. Yang
paling
efisien untuk memperbaiki keadaan ini adalah isapan langsung bayi yang kuat.
Maka
sebaiknya tidak dilakukan apa-apa, tunggu saja sampai bayi lahir, segera setelah
pasca
lahir lakukan :
Skin-to-skin kontak dan biarkan bayi mengisap sedini mungkin
Biarkan bayi mencari putting kemudian mengisapnya, dan bila perlu coba
berbagai
posisi untuk mendapat keadaan yang paling menguntungkan. Rangsang putting
biar
dapat keluar sebelum bayi mengambilnya. Apabila putting benar-benar
tidak bisa muncul, dapat ditarik dengan pompa
putting susu (nipple puller), atau yang paling sederhana dengan sedotan spuit
yang
dipakai terbalik.
Jika tetap mengalami kesulitan, usahakan agar bayi tetap disusui dengan
sedikit
penekanan pada areola mammae dengan jari sehingga terbentuk dot ketika
memasukkan putting susu ke dalam mulut bayi.
Bila terlalu penuh ASI dapat diperas dahulu dan diberikan dengan sendok atau
cangkir, atau teteskan langsung ke mulut bayi. Bila perlu lakukan ini hingga 1-2
minggu.
B.Masalah Menyusui Pada Masa Pasca Persalinan Dini
Pada masa ini, kelainan yang sering terjadi antara lain : putting susu datar, atau
terbenam, putting susu lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat dan
mastitis
atau abses.
1. Putting susu lecet
Pada keadaan ini seringkali seorang ibu menghentikan menyusui karena
putingnya

sakit. Yang perlu dilakukan adalah :


Cek bagaimana perlekatan ibu-bayi
Apakah terdapat Infeksi Candida (mulut bayi perlu dilihat). Kulit merah,
berkilat,
kadang gatal, terasa sakit yang menetap, dan kulit kering bersisik (flaky)
Pada keadaan putting susu lecet, yang kadang kala retak-retak atau luka, maka
dapat
dilakukan dengan cara-cara seperti ini :
Ibu dapat terus memberikan ASInya pada keadaan luka tidak begitu sakit.
Olesi putting susu dengan ASI akhir (hind milk), jangan sekali-sekali
memberikan
obat lain, seperti krim, salep, dan lain-lain.
Putting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang
lebih
1x24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2x24 jam.
Selama putting susu diistirahatkan, sebaiknya SAI tetap dikeluarkan dengan
tangan,
dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri.
Cuci payudara sekali saja sehari dan tidak dibenarkan untuk menggunakan
sabun.2. Payudara bengkak
Dibedakan antara payudara penuh, karena berisi ASI, dengan payudara bengkak.
Pada
payudara penuh; rasa berat pada payudara, panas dan keras. Bila diperiksa ASI
keluar,
dan tidak ada demam. Pada payudara bengkak; payudara udem, sakit, puting
kencang,
kulit mengkilat walau tidak merah, dan bila diperiksa/isap ASI tidak keluar. Badan
bisa
demam setelah 24 jam. Hal ini terjadi karena antara lain produksi ASI meningkat,
terlambat menyusukan dini, perlekatan kurang baik, mungkin kurang sering ASI
dikeluarkan dan mungkin juga ada pembatasan waktu menyusui.
Untuk mencegah maka diperlukan (1) menyusui dini (2) perlekatan yang baik (3)
menyusui on demand/ Bayi harus lebih sering disusui. Apabila terlalu tegang,
atau
nayi tidak dapat menyusu sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu, agar ketegangan
menurun.

Dan untuk merangsang reflex Oxytocin maka dilakukan :


Kompres panas untuk mengurangi rasa sakit.
Ibu harus rileks
Pijat leher dan punggung belakang (sejajar daerah payudara)
Pijat ringat pada payudara yang bengkak (pijat pelan-pelan kea rah tengah)
Stimulasi payudara dan putting
Selanjutnya kompres dingin pasca menyusui, untuk mengurangi udem. Pakailah
BH
yang sesuai. Bila terlalu sakit dapat diberikan obat analgetik.
3. Mastitis atau abses payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak
kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. Di dalam terasa
ada
masa padat (lump), dan diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada
masa
nifas 1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu
yang
berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI diisap/dikeluarkan atau
pengisapan
yang tak efektif. Dapat juga karena kebiasaan menekan payudara dengan jari
atau
akrena tekanan baju/BH. Pengeluaran ASI yang kurang baik pada payudara yang
besar,
terutama pada bagian bawah payudara yang menggantung.Ada dua jenis
Mastitis ; yaitu yang hanya karena milk stasis adalah Non Infective Mastitis
dan yang telah terinfeksi bakteri : iInfective Mastitis. Lecet pada puting dan
trauma pada
kulit juga dapat mengundang infeksi bakteri. Beberapa tindakan yang dapat
dilakukan:
Kompres hangat/panas dan pemijatan
Rangsang Oxtocin; dimulai pada payudara yang tidak sakit, yaitu stimulasi
putting,
pijat leher-punggung, dan lain-lain.
Pemberian antibiotik; Flucloxacilin atau Erythromycin selama 7-10 hari.
Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang rasa nyeri.

Kalau sudah terjadi abses sebaiknya payudara yang sakit tidak boleh
disusukan
karena mungkin memerlukan tindakan bedah.
C. Masalah Menyusui Pada Masa Pasca Persalinan Lanjut
Yang termasuk dalam masa pasca persalinan lanjut adalah sindrom ASI kurang,
ibu
bekerja.
1. Sindrom ASI kurang
Sering kenyataannya ASI tidak benar-benar kurang. Tanda-tanda yang mungkin
saja
ASI benar kurang antara lain:
Bayi tidak puas setiap setelah menyusui, sering kali menyusu, menyusu
dengan
waktu yang sangat lama. Tapi juga terkadang bayi lebih cepat menyusu.
Disangka
produksinya berkurang padahal dikarenakan bayi telah pandai menyusu.
Bayi sering menangis atau bayi menolak menyusu
Tinja bayi keras, kering atau berwarna hijau
Payudara tidak membesar selama kehamilan (keadaan yang jarang), atau ASI
tidak
dating, pasca lahir.
Walaupun ada tanda-tanda tersebut perlu diperiksa apakah tanda-tanda tersebut
dapat
dipercaya.
Tanda bahwa ASI benar-benar kurang, antara lain :
BB (berat badan) bayi meningkat kurang dari rata-rata 500 gram per bulan
BB lahir dalam waktu 2 minggu belum kembali Ngompol rata-rata kurang
dari 6 kali dalam 24 jam; cairan urin pekat, baud an warna
kuning.
Cara mengatasinya disesuaikan dengan penyebab, terutama dicari pada ke 4
kelompok
factor penyebab :
1. Faktor tehnik menyusui, keadaan ini yang paling sering dijumpai, a.I. masalah
frekuensi, perlekatan, penggunaan dot/botol dan lain-lain
2. Faktor psikologis, juga sering terjadi

3. Faktor fisik ibu (jarang); a.I. KB, kontrasepsi, diuretic, hami , merokok, kurang
gizi, dll
4. Sangat jarng, adalah factor kondisi bayi, missal : penyakit, abnormalitas dan
lain-lain
Ibu dan bayi dapat saling membantu agar produksi ASI meningkat dan bayi terus
memberikan isapan efektifnya. Pada keadaan-keadaan tertentu dimana produksi
ASI
memang tidak memadai maka perlu upaya yang lebih, misalnya pada relaktasi,
maka
bila perlu dapat dilakukan pemberian ASI dengan suplementer yaitu dengan pipa
nasogastrik atau pipa halus lainnya yang ditempelkan pada putting untuk diisap
bati
dan ujung lainnya dihubungkan dengan ASI atau formula.
2. Ibu yang bekerja
Seringkali alas an pekerjaan membuat seseorang ibu berhenti menyusui.
Sebenarnya
ada beberapa cara yang dapat dianjurkan pada ibu menyusui yang bekerja :
Susuilah bayi sebelum ibu bekerja
ASI dikeluarkan untuk persediaan di rumah sebelum berangkat kerja
Pangosongan payudara di tempay kerja, setiap 3-4 jam
ASI dapat disimpan dilemari pendingin dan dapat diberikan pada bayi saat ibu
bekerja dengan cangkir
Pada saat ibub dirumah, sesering mungkin bayi disusui, dang anti jadwal
menyusuinya sehingga banyak menyusui di malah hari
Keterampilan mengeluarkan ASI dan merubah jadwal menyusui sebaiknya
telah
mulai dipraktekkan sejak satu bulan sebelum kembali bekerja
Minum dan makan makanan yang bergizi dan cukup selama bekerja dan
selama
menyusui nayinya.Pengeluaran ASI :
Keluarkan ASI sebanyak mungkin dan tamping ke cangkir atau tempat/teko yang
bersih. Ada ibu yang dapat mengeluarkan sampai 2 cangkir (400-500 ml) atau
lebih
walaupun setelah bayi selesai menyusui. Tetapi meskipun hanya 1 cangkir (200
ml)
sudah bisa untuk pemberian 2 kali A 100 ml.

Penyimpanan ASI :
6-8 jam di temperature ruangan (19o-25 o C), bila masih kolostrum (susu
awal, 1-7
hari) bisa sampai 12 jam
1-2 hari di lemari es (4 oC)
Bertahun dalam deep freezer (-18 oC)
ASI beku perlu dicairkan dahulu dalam lemari es 4 oC. ASI kemudian tidak boleh
dimasakkan, hanya dihangatkan dengan merendam cangkir dalam air hangat.
D. Masalah Menyusui Pada Keadaan Khusus
a.Ibu melahirkan dengan bedah Caesar
Segera rawat gabung,jika kondisi ibu dan bayi membaik,dan menyusui segera.
b.Ibu sakit
Ibu yang menderita Hepatitis dan AIDS, tidak diperkenankan untuk menyusui,
namun pada masyarakat yang tidak dapat membeli PASI, ASI tetap dianjurkan.
c. Ibu hamil
Tidak ada bahaya bagi ibu maupun janin, perlu diperhatikan untuk makan lebih
banyak. Jelaskan perubahan yang dapat terjadi: ASI berkurang, kontraksi
uterus.Masalah Pada Bayi
A. Bayi sering menangis
Perhatikan sebab bayi menangis, jangan biarkan bayi menangis terlalu lama,
puaskan menyusu.
Sebab bayi menangis :
Bayi merasa tidak aman
Bayi merasa sakit
Bayi Basah
Bayi kurang gizi
Tindakan ibu : ibu tidak perlu cemas, karena akan mengganggu proses laktasi,
perbaiki posisi menyusui, periksa pakaian bayi: apakah basah, jangan biarkan
bayi
menangis terlalu lama.
B. Bayi bingung putting
Nipple Confusion adalah keadaan yang terjadi karena bayi mendapat susu
formula

dalam botol berganti-ganti dengan menyusu pada ibu. Terjadi karena mekanisme
menyusu pada puting berbeda dengan botol.
Tanda-tanda : mengisap puting seperti menghisap dot, menghisap terbutusputus
dan sebentar, bayi menolak menyusu.
Tindakan: jangan mudah memberi PASI,jika terpaksa berikan dengan sendok
atau
pipet.
C. Bayi premature
Susui dengan sering,walau pendek-pendek, rangsang dengan sentuh langitlangit
bayi dengan jari ibu yang bersih, jika tidak dapat menghisap berikan dengan
pipa
nasogastrik, tangan, dan sendok. Uraian sesuai dengan umur bayi :
Bayi umur kehamilan < 30 mgg : BBL < 1250 gr. Biasanya diberi cairan infus
selama 24-48 jam. Lalu diberikan ASI menggunakan pipa nasogastrik
Usia 30-32 mgg : BBL 1250 1500 gram.
Dapat menerima ASI dari sendok, 2 kali sehari, namun masih menerima
makanan lewat pipa, namun lama kelamaan makanan pipa makin berkurang
dan ASI ditingkatkan.
Usia 32-34 mgg : BBL 1500-1800 gram.
Bayi mulai menyusui langsung dari payudara namun perlu sabar.
Usia > 34 mgg: BBL > 1800 gram.
Mendapatkan semua kebutuhan dari payudara.
D. Bayi kuning
Pencegahan : segera menyusui setelah lahir, dan jangan dibatasi atau susui
sesering
mungkin.
Berikan bayi kolustrum, kolustrum mengandung purgatif ringan, yang
membantu
bayi untuk mengeluarkan mekonium. Bilirubin dikeluarkan melalui feses, jadi
kolustrum berfungsi mencegah dan menghilangkan bayi kuning.
E. Bayi kembar
Ibu optimis ASI nya cukup, susui dengan football position, susui pada payudara

dengan bergantian untuk variasi bayi, dan kemampuan menghisap mungkin


berbeda
F. Bayi sakit
Tidak ada alasan untuk menghentikan pemberian ASI. Untuk bayi tertentu
seperti
diare, justru membutuhkan lebih banyak ASI untuk rehidrasi.
Yakinkan ibu bahwa alam telah menyiapkan air susu bagi semua makhluk,
sesuai
dengan kebutuhan. Oleh karena itu semua ibu sebenarnya sanggup menyusui
bayi
kembar.G. Bayi sumbing
Bayi tidak akan mengalami kesulitan menyusui, cukup dengan berikan posisi
yang
sesuai, untuk sumbing pallatum molle ( langit-langit lunak ), dan pallatum durum
(
langit-langit keras)
Manfaat menyusui bagi bayi sumbing : melatih kekuatan otot rahang dan lidah,
memperbaiki perkembangan bicara, mengurangi resiko terjadinya otitis media.
Untuk bayi dengan palatoskisis ( celah pada langit-langit ) : Menyusui dengan
posisi
duduk, putting dan areola pegang saat menyusui, ibu jari ibu digunakan sebagai
penyumbat lubang, kalau mengalami labiopalatoskisis, berikan ASI dengan
sendok,
pipet, dot panjang
H. Bayi dengan lidah pendek ( Lingual Frenulum )
Keadaan ini jarang terjadi, dimana bayi mempunyai jaringan ikat penghubung
lidah
dan dasar mulut yang tebal dan kaku, sehingga membatasi gerak lidah, dan bayi
tidak dapat menjulurkan lidah untuk menangkap puting.
Cara menyusui : Ibu membantu dengan menahan kedua bibir bayi segera
setelah
bayi dapat menangkap puting dan areola dengan benar.
I. Bayi yang memerlukan perawatan
Ibu ikut dirawat supaya pemberian ASI bisa dilanjutkan. Seandainya tidak
memungkinkan, ibu dianjurkan untuk memerah ASI setiap 3 jam dan disimpan
didalam lemari untuk kemudian sehari sekali daiantar kerumah sakit.

Perlu ditandai pada botol waktu ASI tersebut ditampung, sehingga dapat
diberikan
sesuai jam nya.

Home > Askeb III (Nifas) > Fisiologi Laktasi

Fisiologi Laktasi
Sep 26, 200911 Commentsby lusa

Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin)
dan pengeluaran ASI (oksitosin).

Produksi ASI (Prolaktin)


Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir ketika
mulai menstruasi. Hormon yang berperan
adalah hormon esterogen dan progesteron yang membantu maturasi alveoli.
Sedangkan hormon prolaktin berfungsi untuk produksi ASI.
Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar
karena pengaruhhormon estrogen yang masih tinggi.
Kadar estrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga
pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi terdapat dua reflek
yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat
perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.

Refleks Prolaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, tetapi
jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat
oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pascapersalinan, yaitu saat
lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus
luteum maka estrogen danprogesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan
merangsang puting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang
berfungsi sebagai reseptor mekanik.
Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan
akan menekanpengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya
merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin.
Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga
keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk
membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan
setelah melahirkan sampai penyapihananak dan pada saat tersebut tidak akan ada
peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namunpengeluaran air susu tetap
berlangsung.
Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu
ke 2 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan
seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting susu

Refleks Aliran (Let Down Reflek)

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang


berasal dari isapan bayidilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian
dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah,hormon ini menuju uterus sehingga
menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat,
keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir
melalui duktuslactiferus masuk ke mulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi.
Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan
bingung/ pikiran kacau, takut dan cemas.
Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi:
1.

Refleks menangkap (rooting refleks)

2.

Refleks menghisap

3.

Refleks menelan

Refleks Menangkap (Rooting Refleks)


Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh ke arah sentuhan.
Bibir bayi dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan membuka mulut dan
berusaha menangkap puting susu.

Refleks Menghisap (Sucking Refleks)


Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting. Agar puting
mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dengan
demikian sinus laktiferus yang berada di bawah areola, tertekan antara gusi, lidah dan
palatum sehingga ASI keluar.

Refleks Menelan (Swallowing Refleks)


Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya.

Pengeluaran ASI (Oksitosin)


Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan
rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria posterior, sehingga
keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan
berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh

ampula.Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor
yang terletak pada duktus. Biladuktus melebar, maka secara
reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.

Referensi
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 10-11)
Arianto, 2004. Anatomi Payudara dan Fisiologi Payudara. Diunduh Ahad, 6 September
2009; pukul 10:55 WIB sobatbaru.blogspot.com/2009/02/anatomi-payudara-dan-fisiologilaktasi.html
botefilia.com/index.php/archives/2009/01/10/asi-laktasi/ diunduh Ahad, 6 September
2009; pukul 10:50 WIB.
Program Manajemen Laktasi, 2004. Buku Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta. (hlm:3-5)
Roesli, U., 2005. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Puspaswara. (hlm: 10-17)
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 11-18)

Home

IDAI Mail

IDAI Network

Login
Contact

Book Navigation

Public
Professional
Articles
Resources Development
Continuing
Publications
Registry
IDAI
Store
IDAI Professional
ReturnAbout
to Content

Untuk Ayah dan Bunda


Pengasuhan Anak
Keluhan Anak
Imunisasi
ASI
Hiburan
Review
Seputar Kesehatan Anak
ASI
26 AUGUST 2013

Kendala Pemberian ASI Eksklusif

Setiap orangtua pasti menginginkan bayinya lahir secara normal, sehat dan dapat tumbuh secara optimal, serta
diharapkan menjadi manusia yang berkualitas dan berguna bagi masyrakat. Tugas mulia seorang ibu adalah
hamil, melahirkan, kemudian menyusui bayinya. Sementara kewajiban orang tua adalah mendidik, membesarkan
dan menjadi panutan bagi anak-anaknya agar impian mendapatkan anak yang berkualitas dapat terwujud.
Bayi baru lahir perlu mendapat perawatan yang optimal sejak dini, termasuk pemberian makanan yang ideal.
Tidak ada satupun makanan yang ideal untuk bayi baru lahir selain ASI. World Health Organization (WHO)
dan United Nations Childrens Fund (UNICEF) menganjurkan pemberian ASI secara eksklusif, yaitu ASI saja
sampai bayi berusia 6 bulan, tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain selain ASI.
Dalam kenyataannya, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan tidak sesederhana yang dibayangkan.
Banyak kendala yang timbul dalam upaya memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan
bayi. Akan tetapi dengan motivasi ibu/ayah yang kuat, pengetahuan dasar yang dimiliki ibu dan ayah, serta usaha
yang terus menerus, sabar dan tekun, serta didukung oleh fasilitas persalinan SAYANG BAYI tidak mustahil
pemberian ASI eksklusif dapat berhasil.
Beberapa kendala yang sering menjadi alasan ibu melakukan konsultasi ke Klinik Laktasi, yaitu
1.

produksi ASI kurang

2.

ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar

3.

ibu ingin menyusui kembali setelah bayi diberi formula (relaktasi)

4.

bayi terlanjur mendapatkan prelakteal feeding (pemberian air gula/dekstrosa, susu formula pada harihari pertama kelahiran)

5.

kelainan ibu: puting ibu lecet, puting ibu luka, payudara bengkak, engorgement, mastitis dan abses

6.

ibu hamil lagi padahal masih menyusui

7.

ibu bekerja

8.

kelainan bayi: bayi sakit, abnormalitas bayi.

Berikut ini akan dibahas satu persatu kendala tersebut agar dapat dipahami masalah dan tata laksananya.
Produksi ASI kurang
Air saya kurang, ASI saya belum keluar, atau bagaimana memperbanyak ASI adalah rangkaian pertanyaan yang
sering disampaikan oleh ibu, terutama saat pertama kali berkonsultasi. Ibu merasa ASI nya kurang, padahal
sebenarnya cukup, hanya ibunya yang kurang yakin dapat memproduksi ASI cukup. Payudara makin sering
dihisap menyebabkan ASI akan makin sering dikeluarkan dan produksi ASI makin bertambah banyak.
Ada dua hal yang dapat diyakini sebagai tanda ASI kurang, yaitu :

Pada bulan pertama berat badan bayi meningkat kurang dari 300 gram. (dalam 1 minggu pertama
kelahiran berat badan bayi masih boleh turun sampai 10% dan dalam kurun waktu 2 minggu sudah
kembali ke berat badan semula), sedangkan pada bulan kedua sampai bulan keenam kurang dari 500
gram per bulan, atau bayi belum mencapai berat lahirnya pada usia 2 minggu.
Bayi mengeluarkan urine (air seni) yang pekat, baunya tajam / menyengat, dengan kekerapan kurang
dari 6 kali per hari.

Hal yang dapat dilakukan untuk menolong ibu yang ASI nya kurang adalah mencoba menemukan penyebab. Ada
beberapa faktor yang perlu diidentifikasi dan diperbaiki sebagai penyebab berkurangnya ASI, yaitu :
1. Faktor menyusui
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah (1) tidak melakukan inisiasi menyusu dini, (2) menjadwal
pemberian ASI, (3) memberikan minuman prelaktal (bayi diberi minum sebelum ASI keluar), apalagi
memberikannya dengan botol/dot, (4) kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusu, (5) tidak
mengosongkan salah satu payudara saat menyusui
Inisiasi menyusu dini adalah meletakkan bayi di atas dada iatau perut ibu segera setelah dilahirkan dan
membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian menghisapnya setidaknya satu jam setengah kelahiran. Cara bayi
melakukan inisiasi menyusu dini disebut sebagai baby crawl.
Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI. Menyusui paling baik dilakukan sesuai permintaan bayi (on
demand) termasuk pada malam hari, minimal 8 kali per hari. Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seringnya
bayi menyusu. Makin jarang bayi disusui biasanya produksi ASI akan berkurang.
Produksi ASI juga dapat berkurang bila bayi menyusu terlalu sebentar. Pada minggu pertama kelahiran seringkali
bayi mudah tertidur saat menyusu. Ibu sebaiknya merangsang bayi supaya tetap menyusu dengan cara
menyentuh telinga/telapak kaki bayi agar bayi tetap mengisap.
Penggunaan kempeng akan membuat perlekatan mulut bayi pada payudara ibu tidak tepat dan sering
menimbulkan masalah bingung puting. Pemberian makanan pendamping pada bayi sebelum waktunya juga
sering berakibat berkurangnya produksi ASI. Bayi menjadi cepat kenyang dan lebih jarang menyusu. Posisi dan
perlekatan mulut bayi saat menyusu juga mempengaruhi pengeluaran ASI. Posisi dan perlekatan yang baik
dapat dibaca selengkapnya di bab Manajemen Laktasi.
2. Faktor psikologis Ibu
Persiapan psikologis ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui. Ibu yang tidak mempunyai keyakinan
mampu memproduksi ASI umumnya akhirnya memang produksi ASI nya berkurang. Stres, khawatir,
ketidakbahagiaan ibu pada periode menyusui sangat berperan dalam mensukseskan pemberian ASI eksklusif.
Peran keluarga dalam meningkatkan percaya diri ibu sangat besar.
3. Faktor Fisik Ibu
Faktor fisik ibu seperti ibu sakit, lelah, ibu yang menggunakan pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain yang
mengandung hormon, ibu menyusui yang hamil lagi, peminum alkohol, perokok, atau ibu dengan kelainan
anatomis payudara dapat mengurangi produksi ASI.
Khusus untuk ibu menyusui yang sedang sakit, hanya sebagian kecil yang tidak boleh menyusui. Ibu yang
sedang mengkonsumsi obat anti kanker atau mendapat penyinaran zat radioaktif tidak diperkenankan untuk
menyusui. Sedangkan, ibu penderita infeksi HIV memerlukan pendekatan khusus.
Bila ibu dirawat di rumah sakit, rawatlah bersama bayinya sehingga dapat tetap menyusui. Bila ibu merasa tidak
mampu untuk menyusui anjurkan untuk memerah ASI setiap 3 jam dan memberikan ASI perah tersebut dengan
cangkir kepada bayinya.
Bila keadaan memungkinkan atau ibu mulai sembuh dianjurkan untuk menyusui kembali dan bila perlu dilakukan
proses relaktasi.

Ibu harus diyakinkan bahwa obat yang diberikan oleh dokter tidak membahayakan bila menyusui. Obat yang
diminum oleh ibu hanya sebagian kecil yang masuk ke dalam ASI (kurang dari 1%). Begitu pula sangat sedikit
laporan tentang efek samping obat yang diminum oleh ibu selama proses laktasi. Walaupun demikian beberapa
obat pernah dilaporkan memberikan efek samping, antara lain: obat psikiatri, obat anti kejang, beberapa
golongan antibiotika, sulfonamid, estrogen (pil anti hamil), dan golongan diuretika.
Bayi yang mengantuk, malas minum, kuning perlu dipikirkan pengaruh obat tertentu.
Segera konsultasi ke dokter untuk memastikan hal tersebut. apabila obat tersebut tidak dapat diganti dengan
jenis obat lain, maka untuk sementara dianjurkan memberikan susu formula kepada bayinya dan konsultasi ke
klinik laktasi rumah sakit terdekat.
Obat antipiretik (parasetamol, ibuprofen), antibiotika (ampisilin, cloxacilin, pebisilin, eritromisin) dapat dikonsumsi
selama ibu menyusui. Sedangkan obat anti tuberkulosa, obat cacing, antihistamin, antasida, hipertensi,
bronkodilator, kortikosteroid, obat diabetes, digoksin, dan beberapa suplemen nutrisi (yodium) bila memang
diperlukan dapat diberikan tetapi dengan pemantauan ketat dari dokter.
4. Faktor Bayi
Ada beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi, misalnya bayi sakit, prematur, dan bayi dengan kelainan
bawaan.
Ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar
Ibu sering kurang memahami tata laksana laktasi yang benar, misalnya pentingnya memberikan ASI, bagaimana
ASI keluar (fisiologi menyusui), bagaimana posisi menyusui dan perlekatan yang baik sehingga bayi dapat
menghisap secara efektif dan ASI dapat keluar dengan optimal, termasuk cara memberikan ASI bila ibu harus
berpisah dari bayinya.
Bila bayi terpisah dengan ibu untuk sementara waktu, ibu memerah ASInya dan diberikan kepada bayinya
dengan sendok atau cangkir. Sebaiknya tidak menggunakan dot karena akan mempersulit bayi bila kembali
menyusu (bingung puting). Untuk mengurangi kemungkinan ibu belum memahami tata laksana laktasi yang
benar, pada saat usia kehamilan lebih dari 32 minggu ibu perlu melakukan konsultasi ke klinik laktasi untuk
melakukan persiapan pemberian ASI eksklusif.
Ibu ingin melakukan relaktasi
Relaktasi merupakan suatu keadaan ibu yang telah berhenti menyusui ingin memulai menyusui kembali.
Biasanya setelah tidak menyusu beberapa lama, produksi ASI akan berkurang, dan bayi akan malas menyusu
dari ibunya apalagi jika ia sudah diberikan minuman melalui botol. Untuk mengembalikan agar bayi dapat
menyusu dari ibu kembali, kita dapat menggunakan alat yang disebut suplementer.
Suplementer menyusui adalah alat yang digunakan sebagai suplemen kepada bayi saat bayi menyusu pada
payudara yang kurang memproduksi ASI. Jenis suplementer yang tersedia, antara lain cangkir dan slang plastik
atau breast feeding supplementer. Dengan menggunakan suplementer bayi tidak marah karena mendapatkan
susu dari selang dan payudara ibu akan terangsang kembali untuk memproduksi ASI.

Gambar 1. Menyusu dengan cangkir dan slang plastica


(sumber: Breastfeeding Counseling: A training course. WHO, UNICEF. 1993)

Gambar 2. Alat Bantu menyusui (breastfeeding supplementer)


(sumber: Packing supplementer
Produksi ASI dapat bertambah bergantung dari motivasi ibu dan keinginan bayi untuk menyusu kembali. Bila
produksi ASI sudah mencukupi, suplementer tidak perlu digunakan lagi. Makin lama tidak menyusui, makin lama
diperlukan penggunaan suplementer.
Bayi sudah terlanjur mendapat prelakteal feeding
Seringkali sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan air putih, air gula, air madu, atau susu formula dengan dot.
Hal ini tidak diperbolehkan karena selain akan menyebabkan bayi malas menyusu, bahan tersebut mungkin
menyebabkan reaksi intoleransi atau alergi.
Kelainan ibu

Kelainan ibu yang sering dijumpai adalah puting lecet, puting datar, puting luka, payudara bengkak, mastitis dan
abses.
Puting lecet / puting luka
Kelainan ini merupakan salah satu kendala dalam proses menyusui. Penyebab yang paling utama dari puting
lecet ini adalah perlekatan yang kurang baik. Bila bayi tidak melekat dengan baik, bayi akan menarik puting,
menggigit dan menggesek kulit payudara, sehingga menimbulkan rasa sangat nyeri dan bila bayi terus
menyusu akan merusak kulit puting dan menimbulkan luka ataupun retak pada puting. Bagaimana
mengatasinya?
Yang pertama dan utama diperhatikan adalah posisi bayi saat menyusu dan pelekatannya. Puting yang retak,
luka juga dapat disertai jamur (Kandidiasis). Mulut bayi sebaiknya dilihat apakah terdapat jamur yang dapat
mengganggu proses menyusu atau adakah ikatan dibawah lidah yang membuat lidah tidak dapat menjulur keluar
(tongue tie).
Pengobatan yang sesuai baik untuk ibu maupun bayi harus segera diberikan. Membangkitkan rasa percaya diri
ibu sangat diperlukan. Membangkitkan rasa percaya diri ibu dan penjelasan bahwa kelainan hanya bersifat
sementara akan membantu ibu melanjutkan untuk menyusui bayi. Posisikan bayi agar mulutnya melekat dengan
baik sehingga rasa nyeri akan segera berkurang. Tidak perlu mengistirahatkan payudara, tetapi tetaplah
menyusu on demand.
Bila diperlukan, bantu ibu untuk memerah ASI, dan ASI perah diberikan dengan cangkir. Pengobatan dengan
antibiotik atau anti jamur dapat diberikan bila memang diperlukan, seringkali dengan mengoleskan ASI yang
diperah luka dapat sembuh. Membersihkan payudara hanya pada waktu mandi, hindari penggunaan sabun,
lotion , salep, atau menggosok-gosok dengan handuk.
Payudara penuh dan/atau bengkak
Ibu sering datang ke Klinik Laktasi karena payudaranya bengkak, penuh dan terasa nyeri. Biasanya terjadi pada
minggu-minggu pertama setelah bayi lahir dimana proses menyusu masih belum mantap. Payudara penuh
berbeda dengan payudara bengkak.
Payudara penuh, (1) terjadi beberapa hari setelah persalinan, yaitu saat ASI sudah mulai diproduksi, (2)
payudara terasa nyeri berat, keras, tapi ASI masih dapat mengalir keluar, (3) ibu tidak merasa demam. Yakinkan
ibu bahwa payudara penuh adalah suatu hal yang normal dan usahakan ibu menyusui sesering mungkin
sehingga payudara terasa lebih nyaman, rasa berat akan berkurang dan payudara menjadi lebih lunak.
Payudara bengkak (engorgement), (1) payudara tampak merah, mengkilat, dan sangat nyeri, (2) terjadi karena
bendungan pada pembuluh darah dan limfe, (3) sekresi ASI sudah mulai banyak, (4) ASI tidak dikeluarkan
sempurna. Payudara bengkak dapat dicegah dengan menyusukan bayi segera setelah lahir, menyusukan bayi
tanpa jadwal, dan jangan memberi minuman lain pada bayi. Lakukan masase dan keluarkan ASI.
Apa yang sebaiknya dilakukan untuk mencegah payudara bengkak? Segera menyusui setelah bayi lahir. Inisiasi
dini sangat membantu bayi/ibu dapat melakukan proses menyusui selanjutnya. Pastikan bayi melekat dengan
baik di payudara. Menganjurkan ibu untuk menyusui on demand (sesuka bayi). Bila bayi dapat menghisap
susuilah bayi sesering mungkin, jangan mengistirahatkan payudara. Namun bila bayi tak dapat menghisap, bantu
ibu untuk memerah ASI dan berikan ASI dengan cangkir.
Melakukan stimulasi refleks oksitosin sebelum menyusui atau memerah dengan cara kompres hangat pada
payudara atau mandi dengan air hangat, memijat ibu dengan lembut pada tengkuk dan punggung, mengurut
payudara dengan lembut, merangsang payudara dan putting, dan selalu mengusahakan ibu merasa rileks.

Setelah menyusui kompres payudara dengan air dingin, dan bangkitkan rasa percaya diri ibu, yakinkan bahwa
ibu segera dapat menyusui kembali, dan rasa nyeri akan berkurang.
Mastitis dan Abses
Mastitis merupakan reaksi reaksi peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak. Abses
payudara merupakan suatu komplikasi dari mastitis berupa kumpulan nanah yang terlokalisir diantara jaringan
payudara.
Mastitis, memperlihatkan gejala klinis payudara nampak merah, bengkak keras, terasa panas dan nyeri sekali.
Dapat mengenai kedua atau hanya satu payudara. Penyebabnya antara lain puting lecet atau saluran ASI
tersumbat yang tidak ditatalaksana dengan baik. Mastitis dapat di tatalaksana dengan mengistirahatkan ibu, ASI
tetap harus dikeluarkan, berikan antibiotik dan kompres/minum obat pengurang rasa sakit
Abses, memperlihatkan gejala klinis berupa benjolan kemerahan, panas, bengkak, dan terasa sangat nyeri. Pada
benjolan teraba fluktuasi dan suhu tubuh meningkat. Bila dijumpai keadaan ini, ibu harus istirahat, ASI tetap
dikeluarkan, berikan antibiotik, insisi abses, dan kompres / minum obat pengurang rasa sakit
Ibu hamil saat masih menyusui
Menyusui eksklusif adalah salah satu cara kontrasepsi, sehingga biasanya ibu jarang hamil lagi selama
menyusui. Akan tetapi seandainya ibu hamil lagi saat masih menyusui, maka dianjurkan:
1.

Bila bayi belum berusia 6 bulan, terus menyusui karena ASI masih merupakan makanan tunggal.

2.

Bila bayi berusia 6-12 bulan, terus menyusui karena ASI masih merupakan makanan utama.

3.

Bila bayi sudah berusia lebih dari 12 bulan, boleh disapih.

Bila menyusui tetap diteruskan, maka perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu (1) volume ASI dapat berkurang
karena pengaruh hormon ibu hamil, (2) puting akan lecet, (3) ibu akan mengalami keletihan, (4) rasa ASI
berubah ke arah kolostrum, (5) terjadi kontraksi rahim karena hormon ibu hamil
Ibu bekerja
Ibu bekerja bukan merupakan alasan untuk menghentikan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang ingin kembali
bekerja diharapkan berkunjung ke Klinik Laktasi untuk menyiapkan cara memberikan ASI bila bayi harus
ditinggal. Langkah-langkah bila ibu ingin kembali bekerja :
1.

Siapkan pengasuh bayi (nenek, kakek, anggota keluarga lain, baby sitter, pembantu) sebelum ibu
mulai bekerja kembali.

2.

Berlatihlah memerah ASI sebelum ibu bekerja kembali. ASI yang diperah dapat dibekukan untuk
persediaan / tambahan apabila ibu mulai bekerja. ASI beku dapat disimpan antara 1-6 bulan,
bergantung dari jenis lemari es nya. Di dalam lemari es dua pintu ASI beku dapat disimpan lebih dari
3 bulan.

3.

Latihlah pengasuh bayi untuk terampil memberikan ASI perah dengan cangkir.

4.

Hindari pemakaian dot/empeng karena kemungkinan bayi akan menjadi bingung puting.

5.

Susuilah bayi sebelum ibu berangkat bekerja, dan pada sore hari segera setelah ibu pulang, dan
diteruskan pada malam hari.

6.

Selama di kantor, perah ASI setiap 3-4 jam dan disimpan di lemari es, diberi label tanggal dan jam
ASI diperah. ASI yang disimpan dalam lemari es pendingin dapat bertahan selama 224 jam. ASI
perah ini akan diberikan esok harinya selama ibu tidak di rumah. ASI yang diperah terdahulu
diberikan lebih dahulu.

7.

ASI yang disimpan di lemari es perlu dihangatkan sebelum diberikan kepada bayi dengan
merendamnya dalam air hangat. ASI yang sudah dihangatkan tidak boleh dikembalikan ke dalam
lemari es. Maka yang dihangatkan adalah sejumlah yang habis diminum bayi satu kali.

8.

Apabila ASI yang diperah kemarin tidak mencukupi kebutuhan bayi sampai ibu kembali dari bekerja,
dapat digunakan ASI beku yang sudah disiapkan sebelumnya. ASI beku ini kalau akan diberikan
harus ditempatkan di lemari es pendingin supaya mencair dan harus digunakan dalam 24 jam.

Gambar 3. Pemberian ASI dengan Cangkir


(sumber: Leaflet Penatalaksanaan ASI eksklusif pada Ibu Bekerja. PODI ASI PKSC)
Kelainan bayi
Bayi yang menderita sakit atau dengan kelainan kongenital mungkin akan mengganggu proses menyusu.
Kelainan ini perlu ditatalaksana dengan benar agar keadaan tersebut tidak menjadi penghambat dalam proses
menyusui.
Kesimpulan
Air susu ibu sebagai makanan bayi yang paling ideal dan tidak dapat digantikan oleh susu formula sudah tidak
perlu disangkal lagi. Keberhasilan pemberian ASI Eksklusif 6 bulan dapat diwujudkan dengan motivasi yang kuat,
pengetahuan dasar tentang menyusui, usaha yang terus menerus, dan dukungan fasilitas persalinan Sayang
Bayi. Pengetahuan dan keterampilan petugas yang terkait dalam keberhasilan manajemen menyusui harus
selalu ditingkatkan agar mereka dapat berperan aktif dalam mengatasi kendala yang mungkin timbul selama
proses menysusui.

Sumber : Buku Bedah ASI IDAI


Penulis : I G. Ayu Nyoman PartiwI dan Jeanne Purnawati

Klinik Konsultasi IDAI


Anda dapat bertanya seputar masalah kesehatan anak anda. Pertanyaan akan dijawab oleh Dokter
spesialis anak dalam waktu 2x24 jam pada hari kerja.

Kirim Pertanyaan >

Nama

Email

Kirim

Artikel Terpopuler
IMUNISASI

Jadwal Imunisasi Anak IDAI 2011


BACA SELENGKAPNYA

GROWTH CHART

Kurva Pertumbuhan WHO


BACA SELENGKAPNYA

PEDIATRIC DRUG DOSE

Formularium Spesialistik Ilmu Kesehatan Anak


BACA SELENGKAPNYA

Artikel Terbaru
MULTIDISCIPLINARY LEARNING PROGRAM

Menanggapi isu tidak rasional mengenai imunisasi


BACA SELENGKAPNYA

ARCHIVES

Gangguan Homeostasis pada Bayi dan Anak 1


BACA SELENGKAPNYA

ARCHIVES

Gangguan Homeostasis pada Bayi dan Anak 2


BACA SELENGKAPNYA

Professional Resources

Rekomendasi
Guideline & Consensus
Growth Chart
Pediatric Drug Dose
Ethic
Format Rujukan
ICD

Publications
Buku Ajar
Buku IDAI
Paediatrica Indonesiana
Sari Pediatri
Buletin IDAI
International Journal Link

IDAI Store
Continuing Professional Development

CPD Online
Multidisciplinary Learning Program
Online Symposium
Case Illustration
Lecture Notes
Archives

About IDAI
Message from the President
IDAI Statement
IDAI Research Grant
History
Structure
By Laws
Distribution of IDAI Member
Directory of IDAI
Website Committee

Public Articles
Pengasuhan Anak
Keluhan Anak
Imunisasi
ASI
Ruang Bermain
Seputar Kesehatan Anak

Registry
Contact

Komite Website IDAI

Gedung IDAI, Jl. Dempo no. 13,

Matraman Dalam

DKI JAKARTA

Telepon : 021-3148610

Fax : 021-3913982

Email: komitewebsite@idai.or.id

Sitemap

Privacy Statement

Contact us
Copyright IDAI. 2012.

myzone

okezone.tv

photo

dahsyat

okegames

okefood

suar

News
International
Economy
Lifestyle
Celebrity
Music
Sports
Bola
Techno
Autos
Kampus
Travel
Index

Home
Lust & Love
Beauty
Family
Trend & Fashion
Ask Expert
Catwalk
Video
Index
Topic Miss World 2013 Miss Indonesia more...

KAMIS, 03 Oktober 2013 - 17:46:44

ASI Susah Keluar? Jangan Menyerah Moms!


Mom& Kiddie
Sabtu, 2 Oktober 2010 08:03 wib

ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan
kecerdasan bayi/anak. (Foto: gettyimages)

DIKARUNIAI bayi mungil yang tampan atau cantik merupakan kebahagiaan luar biasa
bagi Moms bukan? Namun sesaat setelah buah cinta lahir, bagaimana bila ASI Anda belum lancar
keluar? Alhasil pihak rumah sakit pun memberikan susu formula.
Tahukah Moms bahwa tindakan ini tidak sepenuhnya benar! Begitu pula dengan promosi berbagai
produk yang mengelu-elukan bisa meningkatkan kecerdasan si kecil.
Hal ini ditolak dengan tegas oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Seperti yang terjadi
pertengahan Agustus lalu, BPOM mengungkapkan pelanggaran terhadap cara mengiklankan produk
susu formula.
Khususnya untuk produk susu formula lanjutan, ujar Tati Amal, Direktur Penilai Keamanan Pangan

BPOM.
Tati menjelaskan bahwa pelanggaran tersebut banyak terjadi dalam konten iklan. Antara lain adalah
pemakaian bayi sebagai model iklan. Selanjutnya, produsen susu formula lanjutan kerap mengklaim
bahwa susu produksinya dapat meningkatkan kecerdasan, itu dianggap sebagai sebuah pelanggaran.
Bagaimanapun, ASI eksklusif tetap lebih baik daripada susu formula, tegasnya.
Tati menerangkan, terdapat dua jenis susu formula.
Ada susu formula untuk bayi di bawah enam bulan, dan susu formula lanjutan untuk bayi usia di atas
satu tahun, paparnya.
Untuk susu formula bagi bayi di bawah enam bulan, sama sekali tak boleh diiklankan. Hal tersebut
dilakukan agar masyarakat lebih memilih memberi ASI daripada susu formula. Sedangkan untuk susu
formula lanjutan bebas untuk diiklankan.
Yuk, Mengulik Masalah ASI!
Nah, agar Moms tak buru-buru memutuskan untuk memberi susu formula kepada si kecil akibat salah
kaprah mengenai ASI, dr. Mulya Rahma Karyanti, SpA, Fasilitator Laktasi - Sentra Laktasi Indonesia
akan menjelaskan beberapa hal mengenai hal tersebut. Catat baik-baik, ya!
- Kapan ASI mulai keluar?
Belum keluarnya ASI pada hari pertama kelahiran adalah sesuatu yang normal. Hari-hari pertama
ditandai dengan keluarnya kolostrum dengan jumlah yang kecil tetapi sangat penting untuk antibodi
bayi. ASI resminya baru keluar dua hingga tiga hari sejak melahirkan. Bayi sendiri secara alami akan
tahan selama 72 jam sejak kelahirannya tanpa mengonsumsi apapun, termasuk ASI. Sayangnya, tak
sedikit Momsterlanjur pesimis karena dihantui ketakutan bahwa ASI-nya tidak langsung keluar.
Padahal sebenarnya hal tersebut normal.
- Bila ASI belum keluar pada hari pertama kelahiran, perlukah diberi susu formula?
Tidak! Karena belum keluarnya susu pada hari-hari pertama melahirkan bukan alasan yang tepat
untuk memberikan susu formula. Malah, pemberian botol pada hari pertama sejak lahir bisa
mengakibatkan bayi menjadi bingung puting, yang menyebabkan mengisap puting ibunya dengan
cara yang salah, dan ini menyebabkan lecet puting dan berbagai masalah menyusui lainnya, urai
Karyanti.
- Mengapa harus tetap menyusui pada masa sebelum ASI keluar?
Pertama, meskipun tidak ada ASI, payudara ibu tetap mengandung kolostrum, yang berisi konsentrasi
antibodi yang penting untuk bayi. Sekaligus membersihkan pencernaan bayi, merangsang keluarnya
kotoran pertama bayi.
Kedua, mekanisme isapan bayi pada payudara ibu akan membawa dua keuntungan yaitu
merangsang keluarnya ASI yang sesungguhnya dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan bayi,

dan dapat merangsang rahim menciut karena isapan puting merangsang produksi hormon oksitosin.
Karena itu, sebisa mungkin susui bayi Anda pada hari-hari pertama melahirkan, secepatnya!
- Bagaimana prosedur pemberian ASI jika melahirkan secara cesar?
Bayi yang terlahir lewat operasi cesar, mungkin lebih banyak tidur dan terlihat lesu karena terkena
imbas obat anestesi operasi cesar, ketimbang bayi yang terlahir normal. Butuh waktu beberapa hari
bagi bayi agar serangan kantuk hilang. Untuk sementara bayi Anda yang masih lemah, masih sulit
mengisap ASI.
Pemberian ASI sebaiknya dilakukan sedini mungkin karena akan membantu rahim berkontraksi dan
kembali ke ukuran semula dengan lebih cepat. ASI mulai bisa diberikan sejak di ruang operasi begitu
proses kelahiran selesai, asalkan ada yang memegangi posisi bayi. Atau jika ASI mulai diberikan di
ruang pemulihan, posisi bayi bisa ditidurkan di atas bantal atau selimut agar lebih mudah saat
menghisap ASI. Anda juga harus berhati-hati karena efek pembiusan mungkin masih terasa.
Sebaiknya ada orang yang ikut membantu agar bayi dan Anda merasa nyaman, ulas Karyanti.
Beberapa rumah sakit memberlakukan peraturan ibu dan bayi baru bisa bersama setelah 24 jam.
Namun tak perlu khawatir, peraturan ini bisa dilonggarkan karena sang dokter tentu menyadari
pentingnya bagiMoms bersama bayi Anda setelah kelahiran, dengan asumsi tidak ada masalah yang
ditemui.
- Jika terlanjur diberi susu formula, bisakah kembali ke ASI?
Puting payudara bersifat lembut dan fleksibel, sehingga bayi harus membuka mulut dengan lebar
untuk melekat pada areola dan diperlukan usaha otot-otot mulutnya. Sebaliknya, puting buatan
biasanya keras dan tidak fleksibel, sehingga tidak membutuhkan usaha dari bayi untuk mengisap.
Akibatnya, bayi baru lahir yang diberikan puting buatan akan menyusu dari payudara ibu
menggunakan mekanisme yang sama saat ia menyusu dari botol atau empeng, hal ini tentu saja tidak
cukup kuat untuk memerah ASI dari payudara. Akibatnya bayi akan frustasi dan menjadi rewel
menangis atau menolak untuk menyusu lagi, imbuh Karyanti.
Moms harus segera mengatasi hal tersebut, karena bingung puting yang berlangsung terlalu lama
membuat bayi malas menyusu. Akhirnya, suplai ASI akan berkurang, bahkan tidak ada sama sekali.
Walaupun masalah ini sangat menantang tapi dapat diatasi dengan sesegera mungkin menyusui di
waktu-waktu anak biasa menyusu. Itulah langkah pertama yang harus dilakukan untuk memperbaiki
masalah bingung puting ini.
Sedangkan untuk mempersiapkan bayi, ibu bekerja harus mulai membiasakan untuk memberi ASI
perahan dengan sendok, bukan botol susu. Berikan dengan cara menyuapinya dengan sendok agar
bayi tidak bingung puting. Memang pada hari-hari pertama, bayi mungkin menolak, karena
mengalami cemas dan gelisah. Namun, jangan khawatir, tiga atau empat hari setelahnya bayi akan
terbiasa, terang Karyanti.
Mari Kenali Keunggulan ASI!
Keunggulan dan manfaat ASI dapat dilihat dari beberapa aspek, berdasarkan Buku Panduan

Manajemen Laktasi: Dit.Gizi Masyarakat-Depkes RI, 2001, antara lain:


1. Aspek Gizi
Manfaat Kolostrum
- Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit
infeksi terutama diare.
- Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari pertama
kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu
kolostrum harus diberikan pada bayi.
- Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan lemak
rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
- Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan.
Komposisi ASI
- ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung enzimenzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut.
- ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan
perkembangan kecerdasan bayi/anak.
- Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara Whey dan Casein yang
sesuai untuk bayi, yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap.
Sedangkan pada susu sapi perbandingan Whey : Casein adalah 20 : 80, sehingga tidak mudah
diserap.
Komposisi Taurin, DHA dan AA
- Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI berfungsi sebagai
neurotransmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak.
- Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang
(polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah
DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak.
Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk dari substansi pembentuknya, yaitu masingmasing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).
2. Aspek Imunologik
- ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.
- Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori Ig.A tidak
diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada saluran

pencernaan.
- Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di
saluran pencernaan.
- Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan virus. Jumlah
lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.
- Sel darah putih pada ASI di dua minggu pertama berjumlah lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari
tiga macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated
Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue
(MALT) antibodi jaringan payudara ibu.
- Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri
lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat
pertumbuhan bakteri yang merugikan.
3. Aspek Psikologik
- Rasa percaya diri untuk menyusui, bahwa Moms mampu menyusui dengan produksi ASI yang
mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang terhadap bayi akan
meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi
ASI.
- Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada kesatuan
ibu-bayi tersebut.
- Ikatan kasih sayang ibu dan bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti skin to skin
contact. Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan
mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.
4. Aspek Kecerdasan
- Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan sistem
syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
- Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4,3 point lebih tinggi
pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8,3 point lebih tinggi pada usia 8,5
tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.
5. Aspek Neurologis
Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas yang terjadi pada
bayi baru lahir dapat lebih sempurna.
6. Aspek Ekonomis
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai

bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli
susu formula dan peralatannya.
7. Aspek Penundaan Kehamilan
Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan
sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi
(MAL).(ftr)

Berita Terkait : Kesehatan

Cara Jitu Tahan Keinginan Makan Cokelat


Ingin Tubuh Ramping? Makan Pelan-Pelan
Awas, Bakteri E Coli Intai Makanan Bayi
Minyak Ikan Bikin Penderita Leukemia Sembuh Total
Bagaimana Memilih Sikat Gigi Terbaik?
10 Pertanyaan Wajib Ditanyakan pada Dokter (II-Habis)
10 Pertanyaan Wajib Ditanyakan pada Dokter (I)
Perlukah Cek Tekanan Darah Secara Teratur?
Waspada Kanker Saat Pesta Barbeque
Selain ARV, Adakah Obat Alternatif Sembuhkan AIDS?
Beri komentar
BACA JUGA

Kamis, 03 Oktober 2013 16:09 WIB

Anak Phil Collins Jadi Brand Ambassador Lancome

Kamis, 03 Oktober 2013 14:02 WIB

2500 Busana Desainer Bakal Dipamerkan di JFW 2014

Kamis, 03 Oktober 2013 13:10 WIB

Marc Jacobs Hengkang dari Rumah Mode Louis Vuitton

1.
2.
3.

Megan Juara Miss World 2013, Apa Kata Vania?


Horoskop 2-4 Oktober 2013 (VI-Habis)
Siapa Mau Jadi Pacar Miss Nepal?

4.
5.
1.

Keseharian Megan Young Sangat Sederhana


Horoskop 2-4 Oktober 2013 (I)
Wiranto: Mengapa Pemerintah Larang Miss World di Bogor?

( Komentar)
2.

Dukung Miss World Muslimah, Penolak Miss Word Tak Konsisten

( Komentar)
3.

Mengapa Hanya Miss World yang Selalu Diributkan?

( Komentar)
4.

Malam Puncak Miss World 2013 Dihelat di Bali

( Komentar)

Kanal Utama :
Okezone
News
International
Economy
Lifestyle
Celebrity
Sports
Bola
Autos
Techno
Foto
Video
Index
RSS
Portal :
okefood
okeklasika
myzone
okezone.tv
dahsyat
photo
suar
okeinfo
Management :
About Us
Redaksi
Kotakpos
Karier
Info Iklan
Disclaimer
2007 - 2013 okezone.com, All Rights Reserved

read/ rendering in 0.1573 seconds [66]

Anda mungkin juga menyukai