KOSMETOLOGI
SEDIAAN MOUTHWASH DENGAN
EKSTRAK APEL VARIETAS MALANG
Disusun oleh :
( Kelompok 4C )
Auliyani Rosdiana K
(1113102000015)
(1113102000056)
Sri Komalasari
(1113102000057)
Primo Bittaqwa
(1113102000063)
JUNI/2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebersihan diri merupakan suatu yang penting dalam kehidupan. Untuk mencapainya
dibuatlah suatu produk yang membantu meningkatkan kebersihan diri. Produk-produk ini
termasuk kedalam golongan sediaan kosmetik. Salah satu bagian tubuh yang sangat diajaga
kebersihan nya adalah mulut. Umumnya untuk membersihkan mulut dilakukan penyikatan
gigi untuk merawat dan membersihkan gigi, baik setelah makan dan juga sebelum tidur.
Namun hanya dengan melakukan penyikatan gigi, kebersihan mulut tidak tercapai
dengan maksimal karena hanya membersihkan bagian gigi. Untuk membersihkan rongga
mulut secara menyeluruh dibuatlah sediaan mouthwash. Menurut Scovilles (1975),
mouthwash adalah suatu cairan dengan rasa dan bau yang menyenangkan, digunakan untuk
membersihkan mulut. Dalam Remingtons Pharmaceutical Science edisi 18 dijelaskan,
mouthwash adalah suatu larutan cair dimana paling sering digunakan untuk penghilang bau,
penyegar atau efek antiseptik atau untuk mengontrol plak.
Mouthwash adalah larutan yang digunakan untuk membersihkan mulut atau
pengobatan kondisi penyakit pada membran mukosa oral (Parrot, 1971). Mouthwash dapat
diklasifikasikan sebagai berikut (Balsam,1972):
1. Mouthwash kosmetik terdiri dari air (dan biasanya alkohol, pengaroma atau pewarna)
6. Mouthwash penghilang bau dimana tergantung pada aksi antibakterinya atau pada
mekanisme lain yang tidak berhubungan dengan aksi lain untuk efeknya.
7. Mouthwash terapeutik dimana diformulasikan untuk tujuan meringankan infeksi,
mencegah karies gigi, atau meringankan beberapa kondisi patologikal lain pada
mulut, gigi atau kerongkongan.
1.2 Tujuan
1) Memberikan inovasi baru dari salah satu produk kosmetik, yakni Mouthwash dengan
ekstrak apel.
2) Memudahkan para konsumen dalam merawat kesehatan rongga mulut, gusi, dan gigi.
1.3 Manfaat
1) Memberikan pilihan lain kepada konsumen dalam memilih produk kosmetik yang
berkualitas.
2) Produk ini dapat memberikan cukup banyak manfaat, yakni membunuh bakteri,
sebagai penyegar, menghilangkan bau tak sedap, dan memberikan efek terapetik
dengan meringankan infeksi atau mencegah karies.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Apel
2.1.1
: Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi
: Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: Rosidae
Ordo
: Rosales
Famili
: Rosaceae
Genus
: Pyrus
Spesies
Apel juga mengandung berbagai senyawa yang dapat menyehatkan gigi dan mulut.
Tanin di dalam apel merupakan zat yang dapat membersihkan dan menyegarkan mulut,
sehingga dapat mencegah kerusakan gigi dan penyakit periodontal. Apel mengandung zat
fitokimia antara lain flavonoid dan polifenol dalam konsentrasi cukup besar. Salah satu
kandungan antioksidan pada apel yaitu katekin adalah bagian dari senyawa polifenol yang
diketahui memiliki sifat antibakteri (Kasamuddin, 2012). Katekin merupakan senyawa
polifenol yang terkandung dalam buah dan daun apel (Dewi R, 2011).
Penelitian pada apel menemukan bahwa katekin pada apel mempunyai aktivitas
antistreptokokus yang dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh S. mutans dan S.
sobrinus. Katekin juga menghambat aktivitas enzim glukosiltransferase pada S. mutans dan
S. sobrinus yang merupakan enzim penting dalam proses fermentasi sukrosa. Polifenol juga
dapat menghambat perlekatan bakteri pada permukaan gigi. Polifenol mengikat permukaan
protein bakteri dan menurunkan hidrofobisitas sehingga menyebabkan agregasi/perlengketan
bakteri pada permukaan email akan berkurang (Kasamuddin, 2012). Selain itu, jus Apel
dengan konsentrasi 10% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Lactobacillus, salah satu
bakteri penyebab karies gigi (Kasamuddin dan Ashariah, 2011).
misel, sehingga proses ini membantu pencegahan plak pada gigi (Shanebrook, 2004).
Surfaktan juga digunakan untuk mencapai produk akhir yang jernih (Mitsui, 1997).
2.3 Preformulasi
1. Ekstrak Apel
Nama latin
Pyrus malus L
Varietas
Rome Beauty (Apel Malang)
Taksonomi
Kingdom
: Plantae
Subkingdom : Tracheabianta
Superdivisi : Spermatophyto
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: Rosidae
Ordo
: Rosales
Famili
: Rosaceae
Genus
: Pyrus
Spesies
: Pyrus malus (L)
Kandungan kimia
Polifenol, katekin, tanin, flavonoid, asam malat.
Bagian
tanaman Daging buah. Katekin merupakan senyawa polifenol yang
yang digunakan
Fungsi
2. Oleum Mentha
Nama lain
Formula molekul
Berat molekul
Pemerian
C62H108O7
965,51672,9/mol
Cairan kuning pucat; bau peppermint dan aromatik yang kuat,
Kelarutan
Densitas
20C.
0,896 0,908 pada 25C.
Stabilitas
Inkompatibilitas
Penyimpanan
Fungsi
Sumber
3. Sodium Benzoat
Struktur kimia
Rumus molekul
C7H5NaO2
Berat molekul
144,11
Pemerian
Kelarutan
Pelarut
Etanol 95%
Etanol 90%
Air
Fungsi
Pengawet antimikroba.
Aplikasi
Sodium
benzoat
digunakan
terutama
sebagai
pengawet
kosmetik.
& Sodium benzoat stabil pada larutan air yang dapat disterilkan
dengan autoklaf atau filtrasi. Sodium benzoat harus disimpan
dalam wadah tertutup baik, ditempat yang kering dan sejuk.
Inkompatibilitas
Sumber
4. Gliserin
Struktur kimia
Rumus molekul
C3H8O3
Berat molekul
92,09
Pemerian
Kelarutan
Titik Didih
Pelarut
Aseton
Benzena & Kloroform
Etanol (95%)
Eter
Etil asetat
Metanol
Minyak
Air
290C
Titik Leleh
17,8C
Fungsi
Pengawet
Aplikasi
antimikroba;
cosolvent;
emolien;
humektan:
Stabilitas
Penyimpanan
Inkompatibilitas
Sumber
http://www.tomsofmaine.com/ingredients/overlay/glycerin.
Polisorbat 80 memiliki bau yang khas dan hangat, rasa agak pahit.
Warna dan bentuk fisik polisorbat 80 pada suhu 25C adalah cairan
kuning berminyak walaupun harus dicatat bahwa intensitas warna
yang tetap dari produk dapat berubah dari batch ke batch atau dari
Kelarutan
pembuat ke pembuat.
Polisorbat 80 larut dalam etanol dan air; tidak larut dalam minyak
HLB
Fungsi
agent;
surfaktan
nonionik;
Aplikasi
makanan.
dan Polisorbat 80 stabil dengan elektrolit dan asam lemah dan basa;
penyimpanan
saponifikasi bertahap dapat terjadi dengan asam kuat dan basa kuat.
Ester asam oleat sensitif terhadap oksidasi. Polisorbat 80
higroskopis dan harus diperiksa kadar air untuk digunakan dan bila
perlu dikeringkan. Polisorbat 80 yang disimpan lama dengan
surfaktan polieksietilen lain dapat mengakibatkan pembentukan
peroksida. Polisorbat 80 harus disimpan dalam wadah tertutup
tanin,
dan
bahan
seperti
tar.
Aktivitas
polisorbat.
: HOPE 6th edition, page 549
6. Na Sakarin
Struktur kimia
Rumus molekul
C7H4NNaO3S
Berat molekul
Pemerian
205,16
Natrium sakarin berupa serbuk kristal putih, tidak berbau atau
aromatik lemah.
Kelarutan
Pelarut
Etanol
Etanol (95%)
Propilen Glikol
Propan-2-ol
Air
pH
Fungsi
Sweetening agent.
Aplikasi
Stabilitas
Penyimpanan
tidak menyenangkan.
& Natrium sakarin stabil dibawah rentang normal dalam kondisi
formulasi. Hanya ketika natrium sakarin terpapar suhu tinggi
(125oC) pada pH rendah (pH 2) lebih dari 1 jam kan terjadi
dekomposisi secara signifikan.
Natrium sakarin sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup rapat
untuk
diminum.
Air
digunakan
dalam
industri
Titik leleh
0C
Titik didih
100C
Rumus molekul
H2O
Berat molekul
18,02
Aplikasi
Fungsi
Stabilitas
Penyimpanan
Inkompatibilitas
Dalam formulasi farmaseutika, air dapat bereaksi dengan obatobat dan bahan tambahan (eksipien) lain yang rentan untuk
terhidrolisis (penguraian karena adanya air atau kelembaban)
pada suhu kamar dan suhu yang tinggi. Air dapat bereaksi
dengan kasar dengan logam alkali dan dengan cepat bereaksi
dengan logam alkalin dan oksidanya, seperti kalsium oksida dan
magnesium oksida. Air juga dapat bereaksi dengan garam
anhidrat yang membentuk hidrat pada komposisi yang beragam,
dan dengan bahan organik tertentu dan kalsium karbida.
BAB III
METODOLOGI
3.1
3.2
3.1.1. Alat
- Gelas beker
- Spatel
- Cawan penguap
- Gelas Ukur
- Kaca arloji
- Neraca Analitik
- Batang Pengaduk
- Wadah Mouthwash
- Mortar dan Alu
3.2.2 Bahan
- Ekstrak Apel
- Oleum Mentha
- Natrium Benzoate
- Gliserin
- Tween
- Na Sakarin
- Pewarna
- Aquadest
Bahan
1
Ekstrak Apel
2
Oleum Mentha
3
Natrium Benzoate
4
Gliserin
5
Tween 80
6
Na Sakarin
7
Pewarna Hijau
8
Aquadest ad
Sediaan dibuat untuk 100 ml
Konsentrasi
Konsentrasi
Fungsi
(Formula)
10%
0,4%
0,4%
1%
1%
0,1%
0,25 tetes
100%
(Literatur)
10%
0,1-0,5%
<30%
1-10%
0,075-0,5%
-
Antibakteri
Flavouring agent
Pengawet Antimikroba
Humektan
Emulsifier
Pemanis
Pewarna
Pelarut
Kadar
Perhitungan
Penimbangan
Ekstrak apel
10 %
(10/100) 100 ml
10 gr
Gliserin
1%
(1/100) 100 ml
1 gr
Tween 80
1%
(1/100) 100 ml
1 gr
Na Sakarin
0,2 %
(0,1/100) 100 ml
0,1 gr
Natrium benzoat
0,4 %
(0,4/100) 100 ml
0,4 gr
Oleum mentha
0,4 %
(0,4/100) 100 ml
0,4 gr
Pewarna
hijau q.s.
muda
Air
Ad to 100%
Setara
dengan
tetes Setara
dengan
tetes
Ad to 100 ml
Ad to 100 ml
Ditambahkan Na benzoat +
Aquadest (sedikit saja) diaduk
hingga homogen
Keterangan:
Ditambahkan
Gliserin
diaduk
Ditambahkan
gliserin
dan
hingga
homogen
diaduk hingga homogen
Ditambahkan M1 + M2
Ditambahkan
ekstrak
diaduk
hingga homogen
apel diaduk hingga
Pengukuran pH
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH indikator. Tujuan dari uji pH adalah
untuk mengetahui apakah sediaan yang dibuat sudah memenuhi pH yang telah ditetapkan.
Secara umum pH obat kumur berkisar antara 5-6.
Uji Kejernihan
Pada umumnya sediaan obat kumur biasanya jernih, namun ada juga obat kumur yang pekat
dan harus diencerkan terlebih dahulu. Uji kejernihan ini dilakukan dengan cara melihat
sediaan obat kumur langsung dengan kasat mata.
Uji Panelis
Uji panelis dilakukan agar dapat mengetahui bagaimana tanggapan konsumen terhadap
formula yang dibuat. Uji ini dilakukan terhadap orang sukarelawan, dengan cara mengambil
sediaan obat kumur sedikit lalu dimasukkan ke dalam rongga mulut dan berkumur-kumur.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Praktikum
Hasil Sediaan
Hasil
Sediaan
yang
Dokumentasi
dihasilkan
adalah
yaitu
ekstrak
Apel
varietas
Malang
Ekstrak Apel varietas Malang diperoleh
dari air perasan daging buah Apel
Hasil
Dokumentasi
Hijau
1.
Warna
Mint
2.
Bau
3.
Rasa
Pedas
2. Pemeriksaan Kejernihan
Pemeriksaan
Hasil
Dokumentasi
Pemeriksaan Kejernihan
Jernih
Hasil
Dokumentasi
Pemeriksaan
didapatkan pH
pH
dari sediaan
Mouthwash, yaitu
5
Hari 1
Hari 6
4. Pemeriksaan Panelis/Hedonik
No.
Pemeriksaan
Hasil
Dokumentasi
Ambar
Gamal
Rasa pedas
Warna hijau
Bau mint
Rasa mint
1.
Organoleptik
2.
Kesegaran
Segar
3.
Kenyamanan
Kurang
Ambar
kurang berasa
Warna hijau
Bau mint
Segar
nyaman
karena pedas
Nyaman
Gamal
4.2
Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kami membuat sediaan Mouthwash dengan ekstrak Apel
(Pyrus malus L.) varietas Malang. Kami memilih membuat sediaan Mouthwash karena
penyakit pada gigi dan rongga mulut merupakan salah satu jenis penyakit yang banyak
diderita masyarakat. Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling banyak
diderita oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia dan salah satu penyebab karies gigi
adalah plak (Dewi R, 2011). Sedangkan, Mouthwash memiliki kemampuan untuk
menjangkau tempat yang paling sulit dibersihkan dengan sikat gigi dan dapat merusak
pembentukan plak (Claffey, 2003), sehingga hal ini menjadi alasan kami memilih sediaan
Mouthwash.
Mouthwash merupakan suatu larutan air yang digunakan sebagai pembersih untuk
meningkatkan kesehatan rongga mulut, estetika, dan kesegaran nafas (Power dan Sakaguchi,
2006). Mouthwash dapat digunakan untuk membunuh bakteri, menghilangkan bau tak sedap,
dan mencegah karies (Akande et al, 2004). Mouthwash harus bersifat antiseptik dengan
mengurangi pertumbuhan patogen mulut sehingga pembentukan plak gigi berkurang. Akan
tetapi, Mouthwash yang beredar di pasaran masih banyak mengandung alkohol yang
berfungsi sebagai antiseptik dan penambah rasa, padahal alkohol pada Mouthwash dapat
membuat permukaan jaringan lunak mulut (mukosa) menjadi kering serta pedas berlebih,
sehingga Mouthwash yang tidak mengandung alkohol justru lebih populer (Klokkevold, 2008
dalam Liliana, 2009). Oleh karena itu, kami memilih membuat sediaan Mouthwash yang
tidak mengandung alkohol dan kami menggantikan fungsi dari alkohol dengan ekstrak
sebagai zat aktif yang memiliki aktivitas antibakteri. Ekstrak yang kami pilih adalah ekstrak
Apel varietas Malang, dimana di dalam buah apel (Pyrus malus L.) terdapat katekin yang
mampu menghambat pembentukan plak gigi dengan cara menghambat proses glikosilasi dan
membunuh bakteri pada plak (Dewi R, 2011). Katekin merupakan komponen senyawa fenol
yang terdapat pada Apel diketahui memiliki aktivitas antibakteri. Jus Apel dengan konsentrasi
10% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Lactobacillus, salah satu bakteri penyebab
karies gigi (Kasamuddin dan Ashariah, 2011). Selain itu, kami memilih Apel varietas Malang
yang berasal dari Malang, Jawa Timur, Indonesia, karena kami ingin memanfaatkan hasil
buah dari Indonesia.
Bahan untuk pembuatan Mouthwash terdiri atas tiga komponen utama, yaitu bahan
aktif, pelarut, dan surfaktan. Sebagai bahan tambahan digunakan flavouring agent ( Powers
dan Sakaguchi, 2006). Berikut bahan-bahan pada formula Mouthwash pada praktikum ini:
1. Ekstrak Apel, digunakan Apel varietas Malang yang berperan sebagai zat aktif
yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Lactobacillus yang
merupakan salah satu bakteri penyebab karies gigi. Konsentrasi yang digunakan
dalam formula adalah 10% dimana dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Lactobacillus (Kasamuddin dan Ashariah, 2011).
2. Oleum Mentha, digunakan sebagai flavoring agent atau zat pengaroma dan perasa
dimana oleum mentha memiliki aroma mint dengan rasa pedas, sehingga
memberikan kesegaran pada sediaan. Konsentrasi yang digunakan dalam formula
adalah 0,4% dimana sudah memberikan aroma mint yang cukup serta rasa yang
cukup pedas.
serta emulsifier dalam fase lain. Setelah masing-masing fase melarut, kedua fase tersebut
dicampurkan sehingga menghasilkan larutan jernih dan disaring atau filtrasi untuk
memperoleh sediaan yang jernih. Pada praktikum ini, prosedur kerja yang kami lakukan
diadopsi dari literatur tersebut dan disesuaikan dengan bahan-bahan yang digunakan.
Sebelumnya, dilakukan proses pengambilan ekstrak dari buah Apel varietas Malang. 1
buah Apel 155 gram dikupas kulit dan digunakan daging buahnya. Kemudian, daging buah
diparut dan diperas sehingga diperoleh sari daging buah Apel. Lalu, sari daging buah Apel
tersebut disaring dengan beberapa kasa dan kertas saring. Hasil akhir diperoleh 41 ml dari 1
buah Apel 155 gram.
Selanjutnya, prosedur kerja dimulai dengan melarutkan bahan-bahan yang larut air
dalam fase air (M1). Natrium sakarin digerus terlebih dahulu agar proses pelarutan lebih
mudah. Kemudian natrium sakarin ditambahkan sedikit air dan diaduk hingga homogen.
Selanjutnya, ditambahkan natrium benzoat dan gliserin kemudian diaduk hingga homogen.
Kemudian ditambahkan ekstrak Apel varietas Malang (M1). Di fase lain yang tidak larut air,
dilarutkan oleum mentha dengan Tween 80 dan diaduk hingga homogen dan larut (M2). Lalu,
M1 dan M2 dicampurkan dan diaduk hingga homogen. Proses pelarutan yang terpisah ini
dimaksudkan agar sebelum dicampurkan, masing-masing fase sudah larut sempurna sehingga
akan tercampur merata. Tween 80 berfungsi sebagai emulsifier dan surfaktan sehingga oleum
mentha yang bersifat minyak dapat larut dalam fase air dan membentuk larutan jernih.
Kemudian ditambahkan pewarna hijau dan digenapkan 100 ml dengan aquadest.
Setelah sediaan Mouthwash terbentuk, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah
mengevaluasi sediaan Mouthwash yang dibuat. Evaluasi pertama yang dilakukan adalah uji
organoleptis. Pada uji organoleptis, sediaan diamati secara langsung selama 6 hari dan bagian
yang diamati meliputi warna, bau, dan rasa. Berdasarkan hasil pengamatan, warna sediaan
yang diperoleh yaitu hijau dimana warna tersebut berasal dari pewarna hijau yang berikan.
Untuk bau sediaan diperoleh dari oleum mentha sebagai flavouring agent dengan wangi mint
dan rasa sediaan pedas akibat dari oleum mentha yang ditambahkan.
Selanjutnya, dilakukan uji kejernihan pada sediaan Mouthwash tersebut. Uji ini
dilakukan dengan cara melihat sediaan Mouthwash secara langsung dengan kasat mata.
Berdasarkan hasil pengamatan, sediaan Mouthwash yang kami buat dapat dikatakan jernih
dan tidak terdapat partikulat-partikulat besar di dalamnya. Pada umumnya, sediaan
Mouthwash merupakan larutan jernih dan penggunaan surfaktan dalam formula pun
membantu larutan agar jernih karena fungsi surfaktan yang menggabung dua fase yang
berbeda sehingga dapat tercampur dengan homogen.
Selanjutnya, dilakukan uji pH. Tujuan uji pH adalah untuk mengetahui apakah
sediaan yang dibuat sudah memenuhi standar pH yang telah ditetapkan. Secara umum pH
Mouthwash berkisar antara 5-6. Jika pH < 5 maka sediaan terlalu asam sehingga akan
menyebabkan semakin banyaknya pertumbuhan bakteri dan jika pH > 6 maka sediaan terlalu
basa sehingga menyebabkan pertumbuhan jamur dan mengakibatkan sariawan (Ade Novero,
2014). Berdasarkan hasil pengamatan, sediaan Mouthwash memiliki pH 5, baik saat hari 1
maupun hari 6 setelah pembuatan sediaan. Hasil ini sesuai dengan literatur sehingga dapat
dikatakan pH sediaan sudah baik.
Selanjutnya, dilakukan uji panelis atau hedonik. Uji panelis dilakukan agar dapat
mengetahui bagaimana tanggapan konsumen terhadap formula yang dibuat. Konsumen dapat
menilai apakah sediaan Mouthwash yang kami buat nyaman digunakan dan segar di mulut.
Uji ini kami lakukan terhadap dua orang sukarelawan, dengan mengambil sedikit sediaan
Mouthwash lalu dimasukkan ke dalam rongga mulut dan berkumur-kumur. Berdasarkan hasil
pengamatan, kedua sukarelawan memiliki pendapat berbeda dari segi rasa dan kenyamanan.
Sukarelawan Ambar menilai bahwa rasa sediaan pedas sehingga menjadi kurang nyaman saat
digunakan, sedangkan sukarelawan Gamal menilai bahwa kurang terasa mint/pedas pada
sediaan dan dirasakan sudah termasuk nyaman saat digunakan.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari praktikum yang sudah kami lakukan, didapatkan beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Ekstrak daging buah Apel (Pyrus malus) varietas Malang dapat dibuat dalam bentuk
sediaan Mouthwash.
2. Fungsi Mouthwash dengan ekstrak Apel adalah menyegarkan nafas, menghilangkan
plak, dan meningkatkan kesehatan rongga mulut.
3. Sediaan Mouthwash yang dihasilkan memiliki organoleptis yang baik, kejernihan
yang baik, dan pH yang baik. Akan tetapi, saat dinilai oleh konsumen belum
memberikan hasil yang sesuai.
5.2
Saran
Untuk pengembangan lebih lanjut dan menghasilkan sediaan yang lebih baik, terdapat
DAFTAR PUSTAKA
Ade Novero, 2014. Formula Obat Kumur Antiseptik Ekstrak Daun Salam (Eugenia
polyantha Wight).
Akande, et al. 2004. Efiicacy of Different Brands of Mouthwash Rinses on Oral Bacterial
Loud Count in Healthy Adults. African Journal of Biomedical Research.
Balsam, M.S. (1972). Cosmetics Science and Technology. Second edition. London. Jhon
Willy and Son, Inc
Calffey, N. 2003. Essential Oil Mouthwash: A Key Component in Oral Health Management.
J Clin Periodontal, 30 (suppl. 5): 22-24.
Cawson, R. A. and Spector R. G., 1987, Clinical Pharmacology In Dentistry, 4th ed, 89,
Churchill Livingstone, Edinburgh
Claffey, N., 2003. Essential oil mouthwash: a key component in oral health management. J
Clin Periodontal, 30 (suppl. 5): 22-24
Dewi, Reska. 2011. Pengaruh Pasta Gigi dengan Kandungan Buah Apel (Pyrus malus)
Terhadap Pembentukan Plak Gigi. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro.
Farah, C. S., Lidija M. And Michael J. M., 2009. Mouthwash, Australian Prescribes,
Genaro, R. A., 1990, Rhemingtons Pharmaceutikal Science, 18th Ed., 207, Mack Printing
Company, Easton.
Harry, R. G. 1982. Harrys Cosmeticology 8th Edition. New York: Chemical Publishing
Company Inc.
Jackson, E. B., 1995, Sugar Confectionery Manufacture, second Edition, 89, Cambridge
University Press, Cambridge.
Kasamuddin dan Ashariah. 2011. Efektivitas Antibakteri Apel Varietas Malang terhadap
Pertumbuhan Bakteri Lactobacillus. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Liliana. 2009. Pengaruh Tween 80 sebagai Surfaktan terhadap Efektifitas Daya Antibakteri
Minyak Cengkeh dalam Sediaan Obat Kumur. Surabaya: Widya Mandala Catholic
University.
Mitsui, T., 1997, New Cosmetic Science, 57, Elsevier, Tokyo.Shanebrook, A. C., 2004,
Formulation and Use of Surfactants In Toothpastes.
Parrot, Augenel (1971) Pharmaceutical Technologi Durgers Publishing Company ;
Minnespolis
Power, J. M. And Sakaguchi, R. I. 2006. Craigs Restorative Dental Material. 12th ed.
Toronto: C. V. Mosby Co.
Scoville;s (1975) The Art of Coumpounding ninth edition Megraw, Hill Book Company,
New York
Volpe, A. R., 1997. Dentrifices and Mouthrinses, dalam Caldwell, R. C. dan Stallard, R. E.,
(editor), A Text Book of Preventive Dentistry, 175, 183, W. B. Saunders Co.,
Philadelphia.
LAMPIRAN
Gliserin 1 gram
Tween 80 1 gram
Aquadest 91 gram