Makalah AIDS DINDA
Makalah AIDS DINDA
1. SEJARAH AIDS
Kasus AIDS pertama kali ditemukan oleh Gottlieb di Amerika Serikat pada
tahun 1983 dan virusnya di temukan Luc Montagnier pada tahun 1983. AIDS
pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 juni 1981, ketika Centers for Disease
Control
and
Prevention Amerika
Serikat
mencatat
adanya
Pneumonia
2. PENGERTIAN AIDS
Acquired Immunoficiency Syndrome (AIDS) adalah Syndrome akibst
defisiensi immunitas selluler tanpa penyebab lain yang diketahui, ditandai dengan
infeksi oportunistik keganasan berakiba penderita berakibat fatal. Munculnya
Syndrome ini erat hubungannya dengan berkurangnya zat kekebalan tubuh yang
prosesnya tidaklah terjadi seketika melainkan sekitar 5-10 tahun setelah seseorang
terinfeksi HIV. Berdasarkan hal tersebut maka penderita AIDS dimasyarakat
digolongkan kedalam 2 kategori yaitu:
a. Penderita yang mengidap HIV dan telah menunjukkan gejala klinis (penderita
AIDS positif).
b. Penderita yang mengidap HIV, tetapi belum menunjukkan gejala klinis (penderita
AIDS negatif).
Menurut Suensen (1989) terdapat 5t-10 juta HIV positif yang dalam waktu
5-7 mendatang diperkirakan 10-30% diantaranya menjadi penderita AIDS. Pada
tingkat pandemi HIV itu dapat berkembang lebih lanjut dan menyebabkan
kelainan imunologis yang luas dan gejala klinik yang bervariasi. AIDS merupakan
penyakit yang sangat berbahaya karena mempunyai case fatality rate 100% dalam
5 tahun setelah diagnose AIDS ditegakkan, maka semua penderita akan
meninggal.
3. CARA PENULARAN
Secara umum ada 5 faktor yang perlu diperhatikan pada penularan suatu
penyakit yaitu sumber infeksi, vehikulum yang membawa agent, host yang rentan,
tempat keluar kuman dan tempat masuk kuman (portd entre). Virus HIV sampai
saat ini terbukti hanya menyerang sel Lymfosit T dan sel otak sebagai organ
sasarannya. Virus HIV sangat lemah dan mudah mati diluar tubuh. Sebagai
vehikulum yang dapat membawa virus HIV keluar tubuh dan menularkan kepada
orang lain adalah cairan tubuh. Cairan tubuh yang terbukti menularkan
diantaranya semen, cairanvagina atau servik dan darah penderita. Banyak cara
yang diduga menjadi cara penularaan virus HIV, namun hingga kini cara
penularan HIV yang diketahui adalah melalui:
A. Transmisi Seksual
Penularan (transmisi) HIV sacara seksual terjadi ketika ada kontak antara
sekresi cairan vagina atau preseminal seseorang dengan rectum, atau membrane
mukaso mulut pasanganya. Hubungan seksual reseptif tanpa pelindung lebih
berisiko daripada hubungan seksual insertif tanpa pelindung, dan risiko hubungan
seks anal lebih besar daripada risiko hubungan seks biasa dan seks oral.
Kekerasan seksual secara umum menungkatkan risiko penularaan HIV karena
pelindung umumnya tidak digunakan dan sering terjadi trauma fisik terhadap
rongga vagina yang memudahkan transmisi HIV. Penyebabnya gangguan
pertahanan jaringan epitel risiko penularan HIV karena adanya borok alat
kelamin, dan juga karena adanya penumpukan sel yang terinfeksi HIV (limfosit
dan makrofaga) pada semen dan sekresi vagina. Penelitian epidermiologis dari
Homoseksual
Didunia barat, Amerika Serikat dan Eropa tingkat promiskuitas
2) Heteroseksual
Di Afrika dan Asia Tenggara cara penularan utama melalui hubungan
heteroseksual pada promiskuitas dan penderiDi Afrika dan Asia Tenggara cara
penularan utama melalui hubungan heteroseksual pada promiskuitas dan
penderita terbanyak adalah kelompok umur seksual pada promiskuitas dan
penderita terbanyak adalah kelompok umur seksual aktif baik pria maupun
wanita yang mempunyai banyak pasangan dan berganti-ganti.
B. Transmisi Non Seksual
Jalur penularan ini terutaemofilia, dan resipien terutama berhubungan
dengan obat suntik, penderita hemophilia, dan resepien transfusi darah dan produk
darah. Berbagi dan menggunakan kembali jarum suntik (syringe) yang
mengandung darah yang terkontaminasi oleh organism biologis penyebab
penyakit (pathogen), tidak hanya merupakan risiko utama atas infeksi HIV, tetapi
juga hepatitis B dan hepatitis C. Berbagi penggunaan jarum suntik merupakan
penyebab sepertiga dari semua infeksi baru HIV dan 50% infeksi hepatitis C di
Amerika Uara, Republik Rakyat Cina, dan Eropa Timur.
1) Transmisi Parenral
a. Transmisi melalui benda Merupakan akibat penggunaan jarum suntik
dan alat tusuk lainnya (alat tindik) yang telah terkontaminasi, misalnya
pada penyalah gunaan narkotik suntik yang menggunakan jarum suntik
yang tercemar secara bersama-sama. Di samping dapat juga terjadi
melaui jarum suntik yang di pakai oleh petugas kesehatan
tanpa disterilkan terlebih dahulu. Resiko tertular cara transmisi
parenral ini kurang dari 1%.
4. PATOGENESIS
AIDS merupakan bentuk terparah atas akibat infeksi HIV . HIV adalah
retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan manusia,
seperti sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofaga, dan sel dendritik. HIV merusak sel
T CD4+ secara langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4+ hingga
jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200 per mikroliter (L) darah, maka
kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang disebut
AIDS. Infeksi akut HIV akan berlanjut menjadi infeksi laten klinis, kemudian
timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS; yang diidentifikasi dengan
memeriksa jumlah sel T CD4+ di dalam darah serta adanya infeksi tertentu. Dasar
utama pathogenesis HIV adalah kurangnya jenis limposit T helper/induser yang
mengandung marker CD 4 (sel T 4). Limpfosit T 4 merupakan pusat dan sel utama
yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam menginduksi fungsi-
fungsi imunologik. Menurun atau hilangnya sistem imunitas seluler, terjadi karena
HIV secara selektif menginfeksi sel yang berperan membentuk zat antibody pada
sistem kekebalan tersebut, yaitu sel lymfosit T4. Setelah HIV mengikat diri pada
molekul CD 4, virus masuk kedalam target dan ia melepas bungkusnya kemudian
dengan anzym reverse transcryptae ia merubah bentuk RNA agar dapat bergabung
dengan DNA sel target. Selanjutnya sel yang berkembang biak akan mengundang
bahan genetic virus. I nfeksi HIV dengan demikian menjadi irreversible dan
berlangsung seumur hidup.
Pada awal infeksi, HIV tidak segera menyebab kematian dari sel yang di
infeksinya tetapi terlebih dahulu mengalami replikasi (penggandaan), sehingga
ada kesempatan untuk berkembang dalam tubuh penderita tersebut, yang lambat
laun akan menghabiskan atau merusak sampai jumlah tertentu dari sel lymfosit
T4. Setelah beberapa bulan sampai beberapa tahun kemudiam, barulah pada
penderita akan terlihat gejala klinis sebagai dampak dari infeksi HIV tersebut.
Masa antara bulan sampai lebih dari 10 tahun, rata-rata 21 bulan pada anak-anak
dan 60 bulan pada orang dewasa. Infeksi oleh virus HIV menyebab fungsi
kekebalan tubuh rusak yang mengakibatkan daya tahan tubuh berkurang atau
hilang, akibatnya mudah terkena penyakit-penyakit lain seperti penyakit ibfeksi
yang disebabkan oleh bakteri, protozoa, dan jamur dan juga mudah terkena
penyakit kanker seperti sarcoma Kaposi. HIV mungkin juga secara langsung
menginfeksi sel-sel syaraf, menyebabkan kerusakan neurologis.
Berbagai gejala AIDS umunya tidak akan terjadi pada yang memiliki sistem
kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh
bakteri,virus, fungi, dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur
sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik umum didapati
pada penderita AIDS. HIV memengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita
AIDS juga berisiko lebih besar menderita kanker seperti sarcoma Kaposi, Kanker
leher rahim, dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma. Biasanya
penderita
AIDS
mrmiliki
gejala
infeksi
sistematik;
seperti
demam,
10
yang
tidak
umum
dan
virus
(seperti
Kriptosporindisis,
11
12
keadaan rendahnya jumlah sel T CD4+ dan tingginya muatan virus pada plasma
darah. Angka kemunculannya (prevalensi) di negara-negara Barat adalah sekitar
10-20%, mamun di India hanya 1-2% pengidap infeksi HIV.P erbedaan ini
mungkin terjadi katena adanya perbedaan suptipe di India.
D. Kanker dan Tumor ganas (malignan)
Sarkoma Kaposi
Pasien dengan infeksi HIV dasarnya memiliki risiko yang lebig tinggi
terhadap terjadinya beberapa kanker. Hal ini karena oleh virus DNA penyebab
mutasi genetik; yaitu terutama virus Eptein-Barr (EBV), virus herpes Sarkoma
Kaposi(KSHV), dan virus papiloma manusia (HPV).
Sarkoma Kaposi adalah tumor yang paling umum menyerang pasien yang
terinfeksi HIV. Kemunculan tumor ini pada sejumlah pemuda homoseksual tahun
1981 adalah salah satu pertand pertama wabah AIDS. Penyakit ini sebabkan oleh
virus dari subfamily gammaherpervirinae, yaitu virus herpes manusia-8 yang juga
disebut virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV). Penyakit ini sering muncul di kulit
dalam bentuk bintik keungu-unguan, tetapi dapat menyerang organ lain, terutama
mulut, saluran pencernaan, dan paru-paru.
Kanker gatah tingkat tinggi (limfoma sel B) adalah kanker yang
menyerang sel darah putih dan terkumpul dalam kelenjar getah benning, misalnya
seperti limfoma Burkitt (Burkitts lymphoma) atau sejenis (Burkitts-like
lymphoma) diffuse large B-cell lymphoma (DLBCL), dan limfoma sistem syaraf
pusat primer, lebih sering muncul pada pasien yang terinfeksi HIV. Kanker ini
seringkali merupakan perkiraan kondisi (prognosis) yang buruk. Pada beberapa
13
14
6. PENGOBATAN ALTERNATIF
Berbagai bentuk pengobatan alternative digunakan untuk menangani gejala
atau mengubah arah perkembangan penyakit. Akupunktur telah digunakan untuk
mengatasi beberapa gejala, misalnya kelainan syaraf tepi (peripheral neuropathy)
seperti kaki kram, kesemutan atau nyeri; namun tidak menyembuhkan infeksi
HIV. Tes-tes uji acak klinis terhadap efek obat-obatan.
15
biologis.
Melakukan hubungan seksual hanya dengan seorang mitra seksual
AIDS.
Tidak melakukan hubungan anogenital.
Gunakan kondom mulai dari awal sampai akhir hubungan seksual
dengan kelompok resiko tinggi tertular AIDS dan pengidap virus HIV.
2. Pencegahan Infeksi HIV melalui Darah
Darah merupakan media yang sangat cocok untuk hidup virus AIDS.
Langkah-langkah untuk pencegahan terjadinya penularan melalui darah
adalah:
-
sebab
memerlukan
biaya
yang
tinggi
serta
16
buang.
Jarum suntik dan alat tusuk yang lain harus disterilisasikan secara
penyuntikan
obat
ke
harus
dalam
menghentikan
badannya
serta
17
berpendapat bahwa resiko penularan suami ke istri dan istri ke suami di anggap
sama. Kemungkinan penularan tidak terganggu pada frekuensi hubungan seksual
yang dilakukan suami istri. Mengingat maslah seksual masih merupakan barang
tabu di Indonesia, karena norma-norma budaya dan agama yang masih kuat,
sebetulnya masyarakat kita tidak perlu risau terhadap penyebaran virus HIV.
Namun demikian kita tidak boleh lengah sebab negara kita merupakan negara
terbuka dan tahun 1991 adalah tahun melewati Indonesia.
Upaya jangka panjang yang harus kita lakukan untuk mencegah
merajalelanya AIDS adalah merubah sikap dan perilaku masyarakat dengan
kegiatan yang meningkatkan norma-norma agama maupun social sehingga
masyarakat dapat berperilaku seksual yang bertanggung jawab. perilaku seksual
yang bertanggung jawab adalah :
1) Tidak melakukan hubungan seksual sama sekali.
2) Hanya melakukan hubungan seksual dengan mitra seksual yang setia dan
tidak terinfeksi HIV (monogamy).
3) Menghindari hubungan seksual dengan wanita-wanita tuna susila.
4) Menghindari hubungan sekdual dengan orang yang mempunyai lebih dari
5)
6)
7)
8)
18