Anda di halaman 1dari 3

Film dokumenter ini diambil dari sebuah buku Commanding Height karangan Daniel Yergin dan

Joseph Stanisladan. Film yang diceritakan dalam 1 jam 55 menit 30 detik ini berdasarkan runtun
waktu selama 1910-1982. Serial buku ini terbagi menjadi 3 episode, yaitu The Battle of Idea,
The Agony of Reform, dan The New Rules of the Game. Review kali ini membahas episode
pertama, The Battle of Idea
Intinya, digambarkan perang pemikiran antara John Maynard Keynes dan Friedrich von Hayek.
Keynes, bapak makroekonomi, sangat percaya perlu adanya kontrol pemerintah untuk membuat
dunia menjadi lebih baik. Sebaliknya, Hayek beranggapan bahwan kontrol pemerintah adalah
sebuah hal yang sangat sok tau karena pada dasarnya tidak ada yang benar-benar mengatahui
sikap manusia. Oleh karena itu, hayek berpendapat lebih baik pasat terjadi begitu saja (laissezfaire). Yang menarik, walau seolah-olah Milton Friedman dan Hayek adalah 1 kubu, mereka
memiliki pemikiran yang berbeda. Hayek lebih pada laissez-faire sedangkan Friedman lebih
pada market competition.
Berawal dari kondisi dunia sudah terjadi globalisasi (free market), kemudian tahun 1910 terjadi
perang dunia pertama yang menimbulkan kemiskinan dimana-mana. Sejak saat itu lah, sosialis
dianggap mampu menjadi solusi. Ditambah dengan ramalan Keynes bahwa perang dunia hanya
akan menghacurkan peradaban manusia. Terbukti di Amerika terjadi market bubble, di German
terjadi hyperinflation karena harus membayar hutang perang, hingga terjadi great depression
tahun 1933. Pemikiran Keynes bahwa seharusnya ada campur tangan pemerintah terbukti
mengeluarkan dunia dari depresi. Hayek memperingatkan, terlalu banyak perencanaan
pemerintah berarti terlalu banyak kekuasaan pemerintah yang akan mengurangi kebebasan dan
akan memperbudak manusia.
Tahun 1944 dalam Bretton Woods Conference dibentuk lah World Bank dan International
Monetary Fund untuk menjaga stabilitas dunia. Tahun 1947 di India, Mahatma Gandhi dan
Pandhit Nehru mengkombinasikan industrialisasi dan demokrasi dengan central planning. Tahun
1970an terjadi stagflation yang diperkirakan menjadi akhir bagi Keynes. Di Inggris, Margaret
Thatcher mengurangi pengeluaran pemerintah dan memotong subsidi kepada industri. Di USA,
Reagan melakukan hal yang serupa. Dan, kebijakan mereka mulai membuat perekonomian
berjalan kembali.
Kelebihan dari film ini adalah berhasil menunjukkan tren historis dari perdebatan panjang ini
lewat pendapat banyak ahli dari berbagai negara sehingga film ini tidak memihak dan hanya
benar-benar menunjukkan perdebatan. Film-film lain yang juga menunjukkan perdebatan.
Namun, tidak ada yang mengandung pendapat-pendapat sebanyak dan seluas film ini. Walau
pendapat-pendapat tersebut singkat dan diawal cerita agak flash back (dari tahun 1940 ke 1910),
tetapi dibantu dengan narator dan judul tiap bergantian scene sehingga penonton dapat lebih
memahami pesan yang ingin disampaikan.

Ada beberapa hal yang ingin saya bahas kali ini. Yang pertama, film ini mengkaitkan free market
dengan liberalis dan central planning sebagai sosialis. Menurut saya, kedua hal tersebut memang
berkaitan, tetapi tidak berarti ketika pemerintahnya sosialis maka perekonomiannya terpusat dan
begitu juga sebaliknya. Contohnya adalah China, China hingga kita adalah negara dengan sistem
politik komunis, namun, dalam perekonomian (khususnya perdagangan), jelas sekali China telah
sangat terbuka.
Namun, dari sini ada hal kedua yang menarik, yaitu ada kaitannya antara ekonomi dan politik.
Yergin mengungkapkan bahwan perubahan teknologi dan perubahan politik tidak akan
berpengaruh jika tidak ada revolusi pemikiran ekonomi. Yergin mencoba menunjukkan
bagaimana pemikiran ekonom Keynes dan Hayeks baru menjadi populer ketika diadopsi oleh
tokoh-tokoh pemerintahan. Terlihat dari pandangan-pandangan dari para birokrat pemerintahan
di dalam film tersebut seperti, Kennedy (Presiden AS 1961-1963), Ronald Regan (Presiden AS
1981-1989), Margaret Thathcer (Perdana Menteri Inggris), Karl Otto Pahl (German Central
Bank), dan Manmohan Singh (Menteri Keuangan India).
Yang ketiga, jika dulu perang pemikiran antara Keynes dan Hayek ini tampak seperti perang
pemikiran Cambridge dan Harvard dengan Chicago, sekarang ternyata pemikiran Keynes dan
Hayek ini terus mengalami perdebatan yang tampak dari Obama dan Romney (Economist Edisi
Agustus 2012).
Secara singkat, film ini berangkat dari fakta bahwa dunia sudah mengalami globalisasi, yang
menunjukkan adanya free market. Kemudian terjadi keos, muncullah sosialis (disini yang saya
tidak setuju antara sosialis dan central planning) yang menjadi solusi. Namun, ternyata terjadi
government failure sehingga free market muncul kembali. Namun, perdebatan ini masih akan
menjadi pedebatan sepanjang masa.
Film ini merupakan film pertama dari trilogy dokumenter Commanding Height yang diangkat
dari buku The Commanding Heights: The Battle for the World Economy karya Daniel Yergin dan
Joseph Stanislaw. Bagian pertama ini menceritakan mengenai pertarungan ideologi tentang
sistem perekonomian. Dua teori yang bertarung adalah teori yang dikemukakan oleh J.M
Keynes bahwa pemerintah perlu campur tangan dalam perekonomian dan teori von Hayek yang
mempercayai sistem pasar dan menyatakan bahwa peran pemerintah justru akan menjadi
ancaman bagi kebebasan.
Timeline yang digunakan dalam film ini tidak berurutan, karena itu jikakita tidak memperhatikan
jalan cerita dengan baik maka akan menjadi agak membingungkan. Cerita dimulai dari masa
pasca Perang Dunia I pada tahun 1920an, saat itu di Eropa terutama Jerman dan Austria keadaan
perekonomiannya sedang terpuruk setelah berakhirnya Perang Dunia I. Sementara itu, di
Amerika Serikat saat itu terjadi boom perekonomian, warga AS membeli banyak saham dan
saham favorit saat itu ialah saham radio. Terjadilah bubble di pasar saham, dan bubble tersebut

pecah pada 24 Oktober 1929 (black Thursday). Perekonomian Amerika akhirnya collapse dan
terjadilah masa yang kita kenal sebagai the great depression.
Saat itulah disadari bahwa pasar ternyata tidak dapat mengoreksi dirinya sendiri. Pada tahun
1936, Keynes mempublikasikan karyanya General Theory yang berisikan cara untuk
menghadapi depresi. Keynes menyarankan bahwa di masa krisis, pengeluaran pemerintah harus
ditingkatkan. Sejak saat itu pengaruh pemikiran Keynes mulai meluas dan diadopsi oleh sistem
perekonomian di banyak negara. Saat perang dunia II, kebijakan pemerintah AS dibuat
berdasarkan Keynesianism, pemerintah meminjam uang dan memompanya saat perang.
Pembuatan seragam dan senjata militer meningkat, kesempatan kerja bertambah dan depresi
berhasil dilalui.
Tahun 1944, Hayek mempublikasikan buku the Road to Serfdom yang berisisk ritikan tentang
pemikiran Keynes. Bagi Hayek, terlalu banyak perencanaan pemerintah akan mengancam
kebebasan dan akhirnya akan menuju pada sebuh sistem yang totalitarian. Namun, banyak orang
yang lebih mendukung pendapat Keynes.. Pada saat itu terlihat bahwa dalam pertarungan
ideologi ini, Hayek berada di pihak yang kalah. Hal ini berlangsung selama sekitar 30 tahun.
Pada tahun 1970an, terjadi staflasi pada perekonomian Amerika. Pertumbuhan ekonomi berada
pada level stagnan sementara tingkat inflasi terus meningkat. Keadaan stagflasi seolah menjadi
akhir dari pengaruh pemikiran Keynes. Pengaruh pemikiran Hayek dan ekonom dari Chicago
School akhirnya meningkat lagi setelah keadaan ini. Pada tahun 1974, Hayek menerima hadiah
Nobel. Sejak saat itu perekonomian Amerika kembali ke sistem pasar, deregulasi dilakukan di
berbagai sektor. Sistem ekonomi pasar ini tidak hanya dianut Amerika Serikat tetapi juga
membawa pengaruh ke berbagai negara di dunia. Proses perubahan dari sistem perencanaan ke
sistem pasar, membawa konsekuensi sendiri bagi tiap negara. Hal yang terjadi pada masa transisi
tersebut dapat disaksikan pada film kedua the Agony of Reform.
Ternyata setelah membaca transkrip dari film ini, banyak hal baru yang dapat saya pelajari. Sejak
dahulu, perekonomian dunia selalu mencari sistem yang tepat. Dan saya rasa pencarian itu masih
terjadi sampai saat ini. Menurut saya, tidak ada sistem yang salah atau yang benar. Hanya saja
dalam penerapan sistem tersebut harus disesuaikan keadaan negara yang bersangkutan dan
pelaksanaannya harus dilakukan oleh orang yang tepat. Jadi sekarang menurut kalian sistem
mana yang akan kalian pilih?

Anda mungkin juga menyukai