Fi d - D u n y a H a s a n a h | 2
akhirat. Seolah-olah Allah wallahu a'lam sekadar memperingatkan, supaya dalam mencari
kebahagiaan akhirat janganlah lalu kenikmatan duniawi yang juga merupakan anugerah-Nya
ditinggalkan. (Bahkan, menurut tafsir Ibn Abbas,Walaa tansa nasiibaka min ad-dunya diartikan
Janganlah kamu tinggalkan bagianmu dari akhirat karena bagianmu dari dunia).
Juga dalil I'mal lidunyaaka --seandainya pun benar merupakan Hadist shahihmengapa tidak
dipahami, misalnya,Beramallah kamu untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup abadi. Nah, karena
kamu akan hidup abadi, jadi tak usah ngongso dan ngoyo, tak perlu ngotot. Sebaliknya, untuk akhiratmu,
karena kamu akan mati besok pagi, bergegaslah. Dengan pemahaman seperti ini, kiranya logika
hikmahnya lebih kena.
Sehubungan dengan itu, ketika kita mengulang-ulang doa,Rabbanaa aatina fid-dunya hasanah wa filakhirati hasanah, bukankah kita memang sedang mengharapkan kebahagiaan (secara materiil) di dunia
dan kebahagiaan (surga) di akhirat, tanpa mengusut lebih lanjut, apakah memang demikian arti
sebenarnya dari hasanah, khususnya hasanah fid-dunya itu?
Pendek kata, jika tak mau mengartikan dalil-dalil tersebut sebagai anjuran berorientasi pada akhirat,
bukankah tidak lebih baik kita mengartikan saja itu sebagai anjuran untuk memandang dunia dan akhirat
secara proporsional (berimbang yang tidak mesti seimbang).
Memang, repotnya, kini kita sepertinya sudah terbiasa berkepentingan dulu sebelum melihat dalil, dan
bukan sebaliknya.
Wallahu a'lam.
Oleh: A. Mustofa Bisri