Anda di halaman 1dari 148

BAB III

TEORI DAN PERHITUNGAN PERENCANAAN


3.1. Umum
Bendungan adalah sebuah bangunan yang dibangun melintang pada badan
sungai dengan perhitungan-perhitungan kekuatan tertentu untuk mendapatkan efek
berupa tampungan yang dinamakan waduk
Pada hakikatnya, bendungan merupakan suatu bangunan yang dibangun dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia akan sumberdaya air, baik untuk kebutuhan
air irigasi, air baku, industri, kebutuhan rumah tangga dll.
Pembangunan suatu bendungan tidak hanya berhubungan dengan faktor-faktor
teknis, melainkan juga melibatkan faktor ekonomi dan juga sosial masyarakat. Oleh
karena itu dalam suatu pembangunan bendungan harus dilakukan perencanaan yang
sangat seksama dan sangat teliti agar tidak terjadi kegagalan pada saat
pengoperasiannya yang dapat membahayakan keselamatan jiwa masyarakat banyak.
3.1.1. Bendungan
3.1.1.1. Bendungan Sekat
Bendungan tergolong dalam tipe sekat apabila di lereng udik tubuh bendungan
dilapisi dengan sekat kedap air seperti lembaran baja, beton aspal lembaran beton
bertulang hamparan plastik dll. Dewasa ini untuk bahan sekat mulai dipergunakan
bahan aspal.

Gambar 3.1. Contoh gambar bendungan sekat


Sumber: Bendungan Tipe Urugan, Suyono S, 2002:14

3.1.1.2. Bendungan Zonal


Bendungan urugan digolongkan dalam tipe zonal apabila timbunan yang
membentuk tubuh bendungan terdiri dari batuan dengan gradasi yang berbeda-beda
dalam urutan pelapisan-pelapisan tertentu.

29

30

Gambar 3.2. Contoh gambar bendungan zonal


Sumber: Bendungan Tipe Urugan, Suyono S, 2002:14

Berdasarkan letak dan posisi zona kedap airnya maka bendungan zonal dapat
dibedakan menjadi 3 (tiga) tipe, yaitu:
3.1.1.2.1. Bendungan Tirai
Bendungan tirai merupakan bendungan zonal dengan tirai kedap air yang
membentuk lerenag udik tersebut.

Gambar 3.3. Gambar bendungan urugan zonal dengan tirai kedap air
Sumber: Bendungan Tipe Urugan, Suyono S, 2002:12

3.1.1.2.2. Bendungan Inti Miring


Bendungan zonal yang zona kedap airnya terletak didalam tubuh bendungan dan
berkedudukan miring ke arah hilir.

31

Gambar 3.4. Gambar bendungan urugan zonal dengan tirai kedap air miring
Sumber: Bendungan Tipe Urugan, Suyono S, 2002:13

3.1.1.2.3. Bendungan Inti Tegak


Bendungan zonal yang zona kedap airnya terletak didalam tubuh bendungan dan
berkedudukan vertikal. Biasanya inti tersebut terletak di bidang tengah dari tubuh
bendungan.

Gambar 3.5. Gambar bendungan urugan zonal dengan tirai kedap air tegak
Sumber: Bendungan Tipe Urugan, Suyono S, 2002:13

3.1.2. Pelimpah
Pelimpah (spillway) merupakan bagian dari bendungan yang didesain untuk
melimpahkan air dari hulu ke hilir bendungan. Pada hakikatnya untuk bendungan
urugan terdapat berbagai tipe bangunan pelimpah. Untuk mcnentukan tipe yang
sesuai, diperlukan suatu studi yang luas dan mendalam hingga diperoleh alternatif
yang paling ekonomis. Selain itu, bangunan pelimpah bisa diartikan sebagai
bangunan beserta instalasinya untuk mengalirkan air banjir yang masuk ke dalam
waduk agar tidak membahayakan kemanan bendungan.
Pelimpah sendiri dapat dibagi menjadi tiga berdasarkan fungsinya:
1. Pelimpah Utama (1,2Q 100; 1,2Q 200; Q1000)
2. Pelimpah pembantu (beroperasi bila terjadi banjir yang luar biasa melebihi Q
rencana pelimpah utama)
3. Pelimpah darurat (beroperasi bila ada kerusakan pada pelimpah utama/ terjadi
banjir yang melebihi kapasitas pelimpah utama dan pelimpah pembantu)
Bangunan pelimpah juga memiliki bagian-bagian yang dibahas dalam tabel
di bawah ini.
Tabel 3.1. Tabel bagian dan fungsi pelimpah
Bagian
Fungsi
Saluran Pengarah a. Digunakan untuk mengarahkan dan mengatur aliran
air agar kecepatannya kecil tetapi debitnya besar.
b. Tipe/ jenisnya anatara lain: ambang bebas (untuk
debit kecil), ambang berbentuk bendung pelimpah

32

(debit besar), bendung pelimpah menggantung (pada


bendungan beton)
a. Digunakan untuk membuat agar kecepatan air yang
meluncur ke hilir di bawah kecepatan kritis yang
Saluran Peluncur

Peredam Energi

diizinkan.
b. v = k.R 2/3.S0,5
c. Fr = v/(g.L) 0,5 1 (kritis dan superkritis)
d. Upaya yang dilakukan adalah:
slope dibuat landai
artificial aeration
pelapisan beton dengan baja tahan karat.
Digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi
energi air agar tidak merusak tebing, dan atau bangunan
lain di hilir bangunan pelimpah yaitu dengan loncatan
energi/ loncatan ski (kolam olakan)

Pada perencanaan pelimpah sebenarnya belum ada cara perhitungan yang benarbenar mantap. Kebanyakan masih berdasarkan pada asumsi-asumsi yang kebenarannya
belum teruji. Oleh karena itu, pengujian dengan model test sangat dianjurkan. Data yang
diperlukan dalam perencanaan pelimpah antara lain adalah koefisien limpahan (berdasar
literatur diperoleh rentang nilai antara 1,6-2,2), elevasi pelimpah (berdasarkan lengkung
kapasitas waduk), dan persamaan lengkung kapasitas waduk.
3.2. Terowongan Pengelak (Diversion Tunnel)
Pada sebuah bendungan yang konstruksinya dilakukan melintang sungai, perlu
dipertimbangkan pengalihan/pengelakan dari aliran sungai di sekitar atau melalui site
bendungan selama masa konstruksi. Tingkat variasi dari masalah pengelakan aliran
tersebut tergantung dari besar dan potensi banjir dari aliran sungai. Pada beberapa site
bendungan, pengelakan aliran bisa jadi menjadi mahal dan memakan waktu yang
berakibat pada pengaturan jadwal aktivitas konstruksi. Meskipun demikian, masalah
pengelakan aliran pasti terjadi pada semua site bendungan dimanapun, kecuali yang
dibangun di luar aliran sungai (off stream), dan pemilihan rencana pengelakan aliran
yang paling tepat itu penting bagi nilai ekonomis dari suatu bendungan.
Rencana pengelakan aliran biasanya dipilih pada lokasi yang menggambarkan
suatu keseimbangan antara biaya konstruksi fasilitas pengelak dan nilai risiko yang
terjadi. Rencana pengelakan aliran yang baik akan meminimalisir kemungkinan dari
kerusakan akibat banjir pada hasil konstruksi yang sedang dilakukan pada jumlah yang

33

minimum pula. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penentuan rencana


pengelakan terbaik adalah:
Karakterisitik aliran
Besar dan frekuensi banjir yang terjadi
Metode pengelakan aliran
Spesifikasi yang diinginkan.
Faktor-faktor tersebut akan dibahas pada pembahasan di bawah ini.
3.2.1. Karakteristik Aliran
Rekaman data aliran sungai memberikan informasi yang paling reliabel

mengenai karakteristik aliran dan bisa didapatkan kapanpun tergantung pada ukuran
area aliran dan lokasi geografisnya, dan hujan musiman yang terjadi. Karena masingmasing tipe dari limpasan memiliki aliran puncak (peak flows) tersendiri dan memiliki
periode aliran dasar yang berbeda setiap tahun, kondisi alamiah dari limpasan
berpengaruh pada pemilihan rencana pengelak. Sebuah site dimana terjadi hujan
musiman membutuhkan ketersediaan pengelak sepanjang tahun. Kondisi dimana hujan
lebat bisa terjadi sewaktu-waktu membutuhkan rencana pengelak yang terperinci karena
kontraktor harus siap mengatasi kedua macam aliran dasar maupun aliran banjir selama
waktu konstruksi.
3.2.1.1. Pemilihan Banjir Rancangan untuk Pengelak
Biasanya, secara ekonomis tidak bisa diterima untuk merencanakan pengelak
berdasar pada banjir terbesar yang pernah terjadi atau yang diperkirakan terjadi pada
site. Konsekuensinya adalah diputuskan menggunakan beberapa kebutuhan yang lebih
sedikit. Hal ini membawa pada pertanyaan bagaimana atau seberapa besar risiko yang
terjadi pada rencana pengelakan di bawah pertimbangan yang diambil. Pada kasus
bendungan urugan tanah, dimana area-area rawan seperti fondasi dan struktur galian
bisa terekspos atau dimana timbunan yang masih dalam masa konstruksi mengalami
overtopping bisa mengakibatkan kerusakan serius atau kehilangan beberapa bagian
konstruksi yang telah rampung, pentingnya mengeliminasi risiko dari banjir relatif
besar. Pertimbangan di atas bisa juga tidak sepenting itu, bagaimanapun untuk kasus
pada bendungan beton karena ada tampungan air banjirnya, jika lokasi dari struktur
pelengkapnya mengizinkan hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada efek merugikan dari
overtopping pada bendungan beton.
Di dalam pemilihan banjir yang digunakan untuk desain pengelak, harus
didasarkan pada ketentuan yang diberikan sebagai berikut:
a. Keamanan pekerja dan penduduk di hilir sungai akibat dari kegagalan bangunan
pengelak bisa berakibat pada penggenangan yang tidak wajar.

34

b. Panjangnya waktu pekerjaan yang akan dilakukan selama masa konstruksi,


untuk menentukan jumlah dari banjir musiman yang akan ditemui.
c. Biaya dari kemungkinan kerusakan hingga bangunan selesai atau selama masa
konstruksi jika bangunan tersebut terbanjiri.
d. Biaya dari penghentian pekerjaan sampai pada penyelesaian, termasuk biaya
penghentian peralatan kontraktor selama kerusakan karena banjir untuk
diperbaiki.
Setelah analisis dari faktor-faktor di atas dibuat, biaya dari peningkatan
bangunan pelindung yang mampu mengatasi banjir yang lebih besar harus
diperbandingkan dengan biaya kerusakan yang dihasilkan jika banjir seperti di atas
terjadi tanpa peningkatan bangunan pelindung. Pertimbangan tersebut nantinya harus
digunakan dalam menentukan nilai risiko yang dijamin.
Banjir dengan rancangan 5, 10, atau 25 tahun pada umumnya dipilih berdasarkan
pada analisis di atas atau berdasar pada pengalaman sebelumnya dalam mendesain
bangunan pengelak. Metode untuk perhitungan banjir rancangan secara spesifik akan
dijelaskan pada bab 3.3. Dalam penentuan banjir rancangan juga harus dipertimbangkan
banjir yang kemungkinan terjadi berulang-ulang. Oleh karena itu, jika rencana pengelak
termasuk desain tampungan sementara untuk limpasan hujan badai, maka harus
disediakan fasilitas yang mampu mengosongkan tampungan seperti itu dalam periode
yang memungkinkan, biasanya dalam beberapa hari.
3.2.1.2. Metode Pengelakan
Metode atau rencana dari pengelakan aliran selama konstruksi tergantung pada
besarnya banjir yang akan dielakkan, karakter fisik dari site bendungan, tipe bendungan
yang akan dibuat dimana bentuk dari bangunan pelengkapnya seperti spillway,
penstock, atau outlet work; dan urutan kegiatan konstruksi yang memungkinkan.
Tujuannya adalah untuk memilih rencana pengelak yang berdasarkan kemudahan /
kepraktisan, biaya, dan risiko yang terjadi. Bangunan pengelak harus mampu untuk
menjadi satu kesatuan dari semua konstruksi dengan akibat / pengaruh minimum.
Cara-cara yang umum digunakan dalam mengalihkan aliran selama konstruksi
yaitu satu atau lebih dari cara-cara berikut ini, terowongan diarahkan melalui pangkal
(abutment) bendungan, pipa (conduit) melalui atau di bawah bendungan, saluran
sementara melalui bendungan, atau multiple-stage diversion pada bendungan beton.
Bangunan outlet seperti conduit atau tunnel sering dipakai pada konstruksi yang
memungkinkan untuk mengelakkan aliran sungai yang cukup besar. Pada aliran yang
kecil alirannya bisa dialihkan dengan pemasangan saluran air (flume) sementara atau
dengan saluran pipa, atau alirannya ditahan di belakang bendungan selama masa

35

konstruksi, penggunaan pompa juga digunakan apabila diperlukan untuk mengontrol


muka air. Gambar 3.6 dan 3.7 menunjukkan saluran air (flume) digunakan untuk
mengalihkan aliran air selama konstruksi pada bendungan tipe urugan dan bendungan
beton. Pada berbagai kasus, halangan (barrier) yang dibangun melintang atau
memanjang sungai sehingga pada lokasi (site) bendungan bisa kering dari air dan
konstruksi bisa dibuat tanpa halangan.

Gambar 3.6. Flume pengelak sementara yang dibuat pada bendungan tipe urugan
Sumber: Design of Small Dams, 1987; 492

Gambar 3.7. Flume pengelak sementara yang digunakan selama masa konstruksi pada
bendungan beton. Horsetooth Feeder Canal Tunnel No. 1. CBT 245-704-330
Sumber: Design of Small Dams, 1987; 493

3.2.2. Terowongan (Tunnels)


Biasanya tidak cocok untuk melakukan pekerjaan pondasi yang cukup besar
pada ngarai yang menyempit (narrow canyon) sebelum aliran telah terelakkan. Dalam
kondisi ini penggunaan terowongan terbuki paling cocok untuk pengelakkan aliran, baik
untuk bendungan tipe urugan maupun beton. Aliran sungai dilewatkan/ diteruskan
mengelilingi area konstruksi melalui terowongan di satu atau kedua pangkal bendungan
(abutment). Jika terowongan pelimpah atau terowongan outlet akan dibuat pada desain

36

bendungan, penggunaan terowongan pelimpah/ outlet sudah terbukti nilai ekonomis dari
penggunaannya dalam perencanaan bangunan pengelak. Jika bagian hulu dari
terowongan permanen berada di atas elevasi dasar sungai, sebuah saluran pengelak
sementara (temporary adit) di hillir bisa dibuat untuk menghasilkan sebuah terusan
muka air (stream-level bypass). Gambar 3.8 Menunjukkan sebuah saluran (adit), yang
dikonstruksi di Seminoe Dam yang dibuat untuk mengelakkan air melewati terowongan
pelimpah.

Gambar 3.8. Saluran pengelak dan cofferdam hulu di seminoe dam


Sumber: Design of Small Dams, 1987; 496

Jika ada bangunan terowongan outlet pada sungai, terutama pada bendungan tipe
urugan, pada umumnya digunakan untuk pengelak. Normalnya, bangunan terowongan
pengelak diletakkan pada elevasi di dekat level elevasi sungai. Jika tower atau drop
inlet digunakan, maka saluran sementara (temporary adit) di hulu sebagai dasar dari
struktur intake perlu dibuat. Setelah fungsi pengelakan selesai, saluran (adit) ini ditutup
dengan pintu atau sekat, dan penyumbat dari beton yang dipasang di struktur intake
sebagai penutup permanen.
Terowongan pengelak sementara yang bukan merupakan pelimpah atau
bangunan outlet dapat diberi lining atau tidak diberi lining. Kelayakan pemberian lining
pada terowongan pengelak tergantung pada; (1) biaya dari terowongan yang dilining
dibandingkan dengan terowongan tanpa lining dengan kapasitas yang sama (2) kondisi
asli dari batuan di dalam terowongan, terutama jika terowongan tersebut dapat tetap
berdiri dengan tanpa topangan dan tanpa perlindungan selama dialiri oleh aliran elakan
(3) permeabilitas dari material sepanjang terowongan, hal ini bisa mengakibatkan
beberapa kebocoran melalui atau sekitar pangkal bendungan (abutment).
3.2.3. Conduits
Bangunan outlet pada bendungan tipe urugan seringkali memerlukan sebuah
conduit yang bisa digunakan sebagai pengelak selama konstruksi. Metode ini dipakai
untuk mengatasi aliran elakan dengan nilai ekonomis cukup baik, terutama jika conduit

37

yang digunakan untuk bangunan outlet cukup besar untuk membawa aliran elakan.
Dimana kebutuhan aliran elakan melampaui kapasitas dari bangunan outlet yang telah
selesai, kapasitas ini dapat ditingkatkan dengan menunda pemasangan pintu air, katup,
pipa, dan trashracks (meskipun trashrack sebaiknya dipasang jika ada masalah dengan
sampah/ kotoran layang) sampai kebutuhan untuk pengelakan selesai. Dasar dari
pendekatannya sama dengan yang diuraikan pada terowongan pengelak. Peningkatan
kapasitas juga dapat dicapai dengan menambah tinggi cofferdam, yang dengan demikian
juga menambah head. Pengelak dengan conduit juga dapat ditemukan pada bendungan
beton.
3.2.4. Bendungan Pengelak (Cofferdam)
Cofferdam/bendungan pengelak adalah sebuah bendungan sementara atau
penghalang yang digunakan untuk mengelakkan aliran atau untuk menutup suatu area
selama masa konstruksi. Desain dari sebuah cofferdam juga harus mampu memenuhi
persyaratan secara ekonomis. Jika konstruksi bendungan tersebut ditarget dengan waktu
yang ketat maka pekerjaan bangunan pondasi bisa dilakukan selama musim kemarau,
penggunaan dari cofferdam dapat ditekan hingga titik minimum. Bagaimanapun, sebuah
cofferdam harus didesain tidak hanya aman, tetapi juga dengan tinggi yang optimum.
Tinggi dari cofferdam yang dikonstruksi harus memasukkan studi nilai ekonomi tinggi
cofferdam dengan kapasitas bangunan pengelak. Hal ini termasuk dengan perhitungan
routing banjir rancangan pengelak, terutama jika kebutuhan bangunan outlet adalah
kecil. Jika nantinya kebutuhan bangunan outlet merupakan sebuah conduit atau
terowongan yang relatif besar, aliran sungai pada umumnya bisa teratasi tanpa
cofferdam yang tinggi. Perlu diingat bahwa aliran air banjir yang terkumpul di belakang
cofferdam harus segera dikosongkan sampai pada hujan berikutnya. Tinggi maksimum
yang cukup baik untuk dibuat pada cofferdam tanpa mengganggu area yang ditempati
oleh bendungan juga harus dipertimbangkan. Selanjutnya, desain dari cofferdam harus
didasarkan pada efek dari penggalian dan pengeringan fondasi dari bendungan.
Pada umunya, cofferdam dibuat dari material yang tersedia pada site/ lokasi. Dua
jenis yang umumnya digunakan adalah tipe urugan tanah dan batuan, yang desainnnya
mengikuti dengan desain tubuh bendungan utama. Gambar 3.9 menunjukkan sebuah
cofferdam dan saluran pengelak yang berupa conduit sebanyak enam buah pada sisi
kanan gambar. Beberapa tipe cofferdam lain yang umum digunakan adalah concrete
cribs yang di dalamnya diisi dengan tanah atau batuan, dan sistem cofferdam dari baja
(cellular-steel) yang di dalamnya diisi dengan tanah atau batuan.

38

Jika nantinya cofferdam dapat didesain permanen dan menambah stabilitas


struktur dari bendungan utama sendiri, hal ini akan menambah keuntungan ekonomis.
Pada beberapa bendungan tipe urugan cofferdam juga merupakan bagian dari tubuh
bangunan utama. Pada kasus tersebut, penghematannya ada dua macam, yaitu jumlah
penghematan dengan mengurang material timbunan yang dibutuhkan dan penghematan
yang diperoleh karena tidak perlu membuang cofferdam jika nantinya tidak dbutuhkan.

Gambar 3.9. Cofferdam di Ridgway Dam, Colorado. Lihat akumulasi air di belakang
cofferdam dan saluran pengelak sementara yang terdiri dari enam conduit pada sisi
kanan. P894-427-5989 NA.
Sumber: Design of Small Dams, 1987; 501

3.2.5. Analisis Hidrolika Pada Saluran Pengelak


Untuk analisis hidrolika pada saluran pengelak ini dibahas mengenai kapasitas
pengaliran melalui saluran pengelak, baik melalui terowongan maupun conduit karena
prinsip dasar dari ke-dua pengelak tersebut adalah sama. Kapasitas pengaliran saluran
ini dibedakan menjadi dua kondisi yaitu, pada saat aliran bebas (free flow) yaitu pada
saat sifat hidrolik yang terjadi berupa hidrolika saluran terbuka dan kondisi pada saat
aliran tertekan yaitu pada saat sifat hidrolik yang terjadi berupa hidrolika saluran
tertutup.
3.2.5.1. Aliran Bebas (free flow)
Dalam hal ini diasumsikan bahwa akan terjadi aliran bebas apabila tinggi muka
air di waduk (H) 1,5diameter pengelak (D). Untuk menentukan besarnya debit yang
lewat pengelak pada keadaan aliran bebas dapat digunakan rumus Manning bila aliran
adalah subkritis.

39

Gambar 3.10. Hidrolika aliran dalam pengelak pada aliran bebas


Sumber: Hidrolika Saluran Terbuka, Ven Te Chow, 1997; 446

1 2 / 3 1/ 2
R S
n

v
=
(3-1)
Q
= A. v
(3-2)
dimana:
v
= kecepatan aliran (m/detik)
n
= koefisien kecepatan manning (untuk beton n= 0,014)
R
= jari-jari hidrolis =A/P (m)
A
= luas penampang basah (m2)
S
= kemiringan alur pengelak
Untuk memeriksa pada kedalaman berapa terjadi pengaliran kritis digunakan
rumus:

g.A 3 z
B
Qc =

(3-3)

v
g .H
F =
(3-4)
Dimana:
Qc = debit yang melewati pengelak dalam kondisi kritis (m3/detik)
g = percepatan gravitasi (= 9,81 m/detik2)
A = luas penampang basah (m2)
F = bilangan Froude
H = kedalaman aliran (m)
Kondisi aliran tersebut sangat perlu untuk diketahui, karena dengan demikian
dapat diketahui karakteristik hidrolisnya. Bila kondisi aliran pada berbagai kedalaman
air superkritis (Q > Qc atau F > 1), maka rumus Manning tidak berlaku dan harus
digunakan rumus dalam kondisi kritis sebagai berikut:

Gambar 3.11. Hidrolika aliran dalam pengelak pada kondisi superkritis


Sumber: Hidrolika Saluran Terbuka, Ven Te Chow, 1997; 446

g.H c
vc =
Yc = 2/3 H
2
gH
3
vc =

(3-5)
(3-6)

(3-7)

40

2
gH
3

Qc = A
dimana:
Hc = kedalaman aliran kritis (m)

(3-8)

Menghitung ; A, P dan B
KONDISI I
A = luas coba-coba - hOAB
2
2
R
= 360
- 2( .R2.sin.cos )
=

R2
- R2.sin.cos
180

= R2 [ 180
P =

2
360

sin2
]
2

X 2 R

= cos-1 [

R
90

Rh
]
R

B = jarak ab = 2R sin
KONDISI II
A = luas coba-coba acb

- R2 [ 180

2
= R

P =2

R [1

= cos-1 [

sin2
]
2

2
]
360

Rh
]
R

3.2.5.2. Aliran Tekan (Pressure Flow)


Diasumsikan bahwa aliran tekan ini akan terjadi bila tinggi air di waduk (H) >
1,5 diameter pengelak (D). Pada keadaan demikian digunakan rumus:

41

Gambar 3.12. Hidrolika aliran dalam pengelak pada aliran tekan


= A. v
(3-9)
2 g ( H L.sin D / 2)
(1 C )
v =
(3-10)
dimana:
H = kedalaman air waduk dihitung dari dasar inlet pengelak (m)
D = tinggi pengelak (m)
L = panjang pengelak (m)
= sudut yang dibentuk oleh alur pengelak
c = jumlah koefisien kehilangan energi
Untuk jumlah kehilangan energi dapat dihitung berdasarkan desain saluran yang
Q

dibuat oleh perencana.


3.3. Debit Banjir Rancangan
Debit banjir rancangan adalah debit banjir yang dipergunakan sebagai dasar
untuk merencanakan kemampuan dan ketahanan suatu bangunan pengairan dengan
suatu kemungkinan terjadi kala ulang tertentu, atau debit dengan suatu kemungkinan
periode ulang tertentu. Untuk menganalisa debit banjir rancangan dapat dilakukan
dengan menggunakan metode hidrograf yang dilakukan dengan menggunakan bantuan
model hidrograf satuan sintetis dan metode non hidrograf yang dilakukan dengan
bantuan teknik analisa frekuensi.
3.3.1. Perhitungan Debit Banjir Rancangan
3.3.1.1. Perhitungan Hujan Jam-Jaman dengan Mononobe
Langkah-langkah perhitungan :
Sebaran hujan jam-jaman dipakai model monobe, dengan rumus :

R
t
Rt 24
t T

2/3

42

dimana :
Rt

= Intensitas hujan rata-rata dalam T jam

R24

= Curah hujan efektif dalam satu hari

= Waktu mulai hujan

= Waktu konsentrasi hujan

Untuk daerah di indonesia rata-rata t = 6 jam, maka:


T = 1 jam

R1 = R24/6.(6/1)2/3 = 0,5503.R24

T = 2 jam

R2 = R24/6.(6/2)2/3 = 0,3467.R24

T = 3 jam

R3 = R24/6.(6/3)2/3 = 0,2646.R24

T = 4 jam

R4 = R24/6.(6/4)2/3 = 0,2184.R24

T = 5 jam

R5 = R24/6.(6/5)2/3 = 0,1882.R24

T = 6 jam

R6 = R24/6.(6/6)2/3 = 0,1667.R24

Curah hujan jam-jaman


Rumus Rt = (t x Rt) - ((t-1) (Rt-1))
dengan Rt = prosentase intensitas
1 jam

R1

= (1 x 0.5503R24) - ((1-1) x R0)


= 0.5503R24 - 0
= 0.5503 x 100% = 55,0321 %

2 jam

R2

= (2 x 0.3467R24) - ((2-1) x 0.5503R24)


= 0.6934R24 - 0.5503R24
= 0.1430 x 100% = 14,304 %

3 jam

R3

= (3 x 0.2646R24) - ((3-1) x 0.3467R24)


= 0,7937R24 - 0.6934R24
= 0.1003x 100% = 10,0339 %

4 jam

R4

= (4 x 0.2184R24) - ((4-1) x 0.2646R24)


= 0.8736R24 - 0.7937R24
= 0.0799 x 100% = 7,988 %

5 jam

R5

= (5 x 0.1882R24) - ((5-1) x 0.2184R24)


= 0.941R24 - 0.8736R24
= 0.0675 x 100% = 6,7456 %

43

6 jam

R6

= (6 x 0.1667R24) - ((6-1) x 0.1882R24)


= R24 - 0.941R24
= 0.059 x 100% = 5,8964 %

Sebaran efektif hujan jam-jaman


Untuk Tr 25 tahun
dengan: Curah hujan rancangan 25 tahun (R25)
Koefisien pengaliran (k)
maka:
Curah hujan efektif

= 131,05 mm/hr
= 0,80
= k . R25
= 0,80 x 131,050
= 104,84 mm/hr

Tabel 3.2 Curah Hujan Netto Jam-Jaman Tr 25 Tahun


Jam

Nisbah %

C.H.efektif jam-jaman

55,0321

57,696

14,3040

14,996

10,0339

10,520

7,9880

8,375

6,7456

7,072

5,8964

6,182

Sumber: Hasil Perhitungan

Untuk Tr 50 tahun
dengan: Curah hujan rancangan 50 tahun (R50)
Koefisien pengaliran (k)
maka:
Curah hujan efektif

= 149,28 mm/hr
= 0,80
= k . R50
= 0,80 x 149,280
= 119,424 mm/hr

Tabel 3.3 Curah Hujan Netto Jam-Jaman Tr 50 Tahun


Jam

Nisbah %

C.H.efektif jam-jaman

55,0321

65,722

14,3040

17,082

10,0339

11,983

7,9880

9,540

6,7456

8,056

5,8964

7,042

Sumber: Hasil Perhitungan

44

Untuk Tr 200 tahun


dengan: Curah hujan rancangan 200 tahun (R200)
Koefisien pengaliran (k)
maka:
Curah hujan efektif

= 169,050 mm/hr
= 0,80
= k . R200
= 0,80 x 169,05
= 135,24 mm/hr

Tabel 3.4 Curah Hujan Netto Jam-Jaman Tr 200 Tahun


Jam

Nisbah %

C.H.efektif jam-jaman

55,0321

74,425

14,3040

19,345

10,0339

13,570

7,9880

10,803

6,7456

9,123

5,8964

7,974

Sumber: Hasil Perhitungan

Untuk Tr 1000 tahun


dengan: Curah hujan rancangan 1000 tahun (R1000)
Koefisien pengaliran (k)
maka:
Curah hujan efektif

= 267,470 mm/hr
= 0,80
= k . R1000
= 0,80 x 267,470
= 213,976 mm/hr

Tabel 3.5 Curah Hujan Netto Jam-Jaman Tr 1000 Tahun


Jam

Nisbah %

C.H.efektif jam-jaman

55,0321

117,756

14,3040

30,607

10,0339

21,470

7,9880

17,092

6,7456

14,434

5,8964

12,617

Sumber: Hasil Perhitungan

Untuk Tr PMF tahun


dengan: Curah hujan rancangan PMF tahun (RPMF)
Koefisien pengaliran (k)
maka:
Curah hujan efektif

= 445,350 mm/hr
= 0,80
= k . R1000
= 0,80 x 445,350
= 356,28 mm/hr

Tabel 3.6 Curah Hujan Netto Jam-Jaman Tr PMF Tahun

45

Jam

Nisbah %

C.H.efektif jam-jaman

55,0321

196,068

14,3040

50,962

10,0339

35,749

7,9880

28,460

6,7456

24,033

5,8964

21,008

Sumber: Hasil Perhitungan

3.3.1.2. Perhitungan Hidrograf Banjir Rancangan dengan Nakayasu


Data :
Luas DAS (A)

= 170 km2

Panjang sungai utama (L)

= 23,10 km

Parameter alfa ()

= 2,00

Koefisien pengaliran (k)

= 0,80

Hujan satuan (Ro)

=1

Q baseflow

= diasumsi sebesar 2 m3/detik

Persamaan untuk menentukan HSS Nakayasu


Tg

= 0,4 + 0,058.L
= 0,4 + (0,058 . 23,1)
= 1,74

T0,3

= .tg
= 2,00 . 1,74
= 3,48

tr

= 0,75 . tg
= 0,75 . 1,74
= 1,305

Tp

= tg + (0,8 . tr)
= 1,74 + (0,8 . 1,305)
= 2,784

Qp

= (A . Ro)/[3,6(0,3.Tp + T0,3)]
= (170 . 1)/[3,6(0,3 . 2,784 + 3,48)]
= 10,944 m3/dt
Tabel 3.7 Waktu Lengkung Hidrograf Nakayasu

46

Awal (jam)
Notasi
Nilai

Akhir (jam)
Notasi
Nilai

No

Karakteristik

Notas
i

1
2

Lengkung Naik
Lengkung Turun Tahap 1

Qd0
Qd1

0
Tp

0,000
2,784

Tp
Tp + T0,3

2,78368
6,26328

3
4

Lengkung Turun Tahap 2


Lengkung Turun Tahap 3
Sumber: Hasil perhitungan

Qd2
Qd3

Tp + T0,3
Tp + 2,5 T0,3

6,263
11,483

Tp + 2,5 T0,3
24

11,4827
24

Tabel 3.8 Tabel Persamaan Lengkung Hidrograf Nakayasu


No

Karakteristik

1
Lengkung Naik
2
Lengkung Turun Tahap 1
3
Lengkung Turun Tahap 2
4
Lengkung Turun Tahap 3
Sumber : Hasil perhitungan

Notasi

Persamaan

Qd0
Qd1
Qd2
Qd3

Qp. (t/Tp)^2,4
Qp. 0,3^[(t-Tp)/T0,3]
Qp. 0,3^(t-Tp+0,5.T0,3)/(1,5.T0,3)
Qp. 0,3^(t-Tp+1.5T0.3)/(2.T0.3)

Tabel 3.9 Ordinat Hidrograf Satuan Sintetik dengan Metode Nakayasu


t (jam)
0
1
2
3
4

Q
(m3/dt)
0,0000
0,9378
4,9497
10,9445
7,1849

5
6

5,0833
3,5965

7
8
9
10
11
12
13
14

2,7702
2,1995
1,7464
1,3867
1,1010
0,9007
0,7576
0,6372

15
16

0,5360
0,4508

17
18
19
20

0,3792
0,3190
0,2683
0,2257

ket
Qa

Qp
Qd1

Qd2

Qd3

47

21
22
23
24

0,1898
0,1597
0,1343
0,1130

Sumber: Hasil Perhitungan

48

HSS METODE NAKAYASU


12.00

10.00

8.00

R(mm/hari)

6.00

4.00

2.00

0.00

10

15

20

t (jam)

Gambar 3.13. Grafik hidrograf hujan rancangan Nakayasu

25

30

49

Tabel 3.10. Tabel hitungan HSS Nakayasu untuk Q25


Jam

Qt

ke

(m3/dt
)
0,000
0,938
4,950
10,944
7,185
5,083
3,596
2,770
2,200
1,746
1,387
1,101
0,901
0,758
0,637
0,536
0,451
0,379
0,319
0,268
0,226
0,190
0,160
0,134
0,113

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Akibat Hujan jam-jaman


57,696

14,996

10,520

8,375

7,072

6,182

Qbaseflo
w
(m3/dt)

0,000
54,107
285,578
631,450
414,536
293,287
207,502
159,829
126,904
100,762
80,005
63,524
51,965
43,710
36,766
30,925
26,012
21,880
18,404
15,480
13,021
10,952
9,212
7,749
6,518

0,000
0,000
14,064
74,228
164,127
107,747
76,231
53,934
41,543
32,985
26,190
20,795
16,511
13,507
11,361
9,556
8,038
6,761
5,687
4,783
4,024
3,384
2,847
2,394
2,014

0,000
0,000
0,000
9,865
52,069
115,131
75,582
53,475
37,834
29,141
23,138
18,372
14,587
11,582
9,475
7,970
6,703
5,638
4,743
3,989
3,356
2,822
2,374
1,997
1,680

0,000
0,000
0,000
0,000
7,854
41,452
91,656
60,171
42,571
30,119
23,199
18,420
14,626
11,613
9,221
7,543
6,345
5,337
4,489
3,776
3,176
2,671
2,247
1,890
1,590

0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
6,632
35,005
77,400
50,812
35,950
25,435
19,591
15,555
12,351
9,807
7,786
6,370
5,358
4,507
3,791
3,188
2,682
2,256
1,897
1,596

0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
5,797
30,598
67,656
44,415
31,424
22,233
17,125
13,597
10,796
8,572
6,806
5,568
4,683
3,939
3,313
2,787
2,344
1,972
1,659

2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000

Sumber: Hasil Perhitungan

Qbanjir

2,000
56,107
301,641
717,542
640,586
566,249
493,773
437,406
369,320
275,372
211,391
164,934
132,369
108,359
89,425
74,352
62,274
52,541
44,512
37,758
32,077
27,299
23,280
19,899
17,056

(m3/dt)

50

Tabel 3.11. Tabel hitungan HSS Nakayasu untuk Q50


Jam

Qt

ke

(m3/dt
)
0,000
0,938
4,950

0
1
2

Akibat Hujan jam-jaman


65,722

17,082

11,983

9,540

8,056

7,042

Qbaseflo
w
(m3/dt)

0,000
0,000
16,020

0,000
0,000
0,000

0,000
0,000
0,000

0,000
0,000
0,000

0,000
0,000
0,000

2,000
2,000
2,000

2,000
63,634
343,323

84,553

11,238

0,000

0,000

0,000

2,000

817,080

186,95
8
122,73
5
86,836

59,312

8,946

0,000

0,000

2,000

729,418

131,14
7
86,096

47,218

7,555

0,000

2,000

644,740

2,000

562,183

60,913

497,974

43,097

48,493

2,000

420,417

37,573

33,195

34,309

2,000

313,400

29,833

26,357

26,427

34,85
5
77,06
8
50,59
4
35,79
5
25,32
6
19,50
7
15,48
9
12,29
8
9,765
7,753
6,342
5,335
4,487
3,774
3,175
2,670
2,246
1,889

2,000

47,322

39,87
4
88,16
7
57,88
0
40,95
0
28,97
3
22,31
6
17,71
9
14,06
9
11,17
1
8,870
7,256
6,103
5,133
4,318
3,632
3,055
2,570
2,161
1,818

6,604

61,437

104,40
6
68,541

2,000

240,519

2,000

187,600

2,000

150,505

2,000

123,155

2,000

101,586

2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000

84,417
70,658
59,572
50,426
42,732
36,261
30,818
26,240
22,389
19,150

10,94
4
7,185

5,083

3,596

2,770

2,200

1,746

10

1,387

0,000
61,634
325,30
4
719,28
9
472,20
1
334,08
5
236,36
7
182,06
2
144,55
7
114,77
8
91,134

11

1,101

72,360

23,688

20,927

20,983

12

0,901

59,194

18,808

16,616

16,660

13

0,758

49,790

15,386

13,193

13,228

14

0,637

41,880

12,941

10,793

10,503

15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

0,536
0,451
0,379
0,319
0,268
0,226
0,190
0,160
0,134
0,113

35,227
29,630
24,923
20,964
17,633
14,832
12,476
10,494
8,827
7,424

10,886
9,156
7,702
6,478
5,449
4,583
3,855
3,243
2,728
2,294

9,078
7,636
6,423
5,402
4,544
3,822
3,215
2,704
2,275
1,913

8,592
7,227
6,079
5,113
4,301
3,618
3,043
2,559
2,153
1,811

Sumber: Hasil Perhitungan

Qbanjir
(m3/dt)

51

Tabel 3.12 Perhitungan HSS Nakayasu untuk Q200 Tahun


Jam

Qt

ke

(m3/dt
)
0,000
0,938
4,950

0
1
2

Akibat Hujan jam-jaman


74,425

19,345

13,570

10,803

9,123

7,974

Qbaseflo
w
(m3/dt)

0,000
0,000
18,141

0,000
0,000
0,000

0,000
0,000
0,000

0,000
0,000
0,000

0,000
0,000
0,000

2,000
2,000
2,000

2,000
71,796
388,527

95,751

12,726

0,000

0,000

0,000

2,000

925,025

211,71
8
138,99
0
98,336

67,167

10,131

0,000

0,000

2,000

825,754

148,51
5
97,498

53,472

8,555

0,000

2,000

729,862

2,000

636,371

68,980

563,659

48,804

54,915

2,000

475,830

42,550

37,591

38,853

2,000

354,641

33,784

29,848

29,926

2,000

272,107

26,825

23,699

23,762

39,47
1
87,27
4
57,29
4
40,53
6
28,68
0
22,09
0
17,54
0
13,92
7
11,05
8
8,780
7,182
6,041
5,081
4,274

2,000

53,589

45,15
5
99,84
3
65,54
5
46,37
4
32,81
0
25,27
2
20,06
6
15,93
2
12,65
0
10,04
4
8,217
6,911
5,813
4,890
4,113

7,478

69,573

118,23
3
77,618

2,000

212,180

2,000

170,172

2,000

139,200

2,000

114,775

2,000

95,331

2,000
2,000
2,000
2,000
2,000

79,751
67,196
56,839
48,127
40,799

10,94
4
7,185

5,083

3,596

2,770

2,200

1,746

10

1,387

11

1,101

0,000
69,796
368,38
5
814,54
8
534,73
8
378,33
0
267,67
1
206,17
4
163,70
2
129,97
9
103,20
3
81,943

12

0,901

67,033

21,299

18,817

18,867

13

0,758

56,384

17,423

14,941

14,980

14

0,637

47,426

14,655

12,222

11,894

15

0,536

39,892

12,327

10,280

9,730

16
17
18
19
20

0,451
0,379
0,319
0,268
0,226

33,555
28,224
23,740
19,969
16,796

10,369
8,722
7,336
6,171
5,190

8,647
7,273
6,118
5,146
4,328

8,184
6,884
5,790
4,870
4,097

Qbanjir
(m3/dt)

52
21
22
23
24

0,190
0,160
0,134
0,113

14,128
11,883
9,996
8,408

Sumber: Hasil Perhitungan

4,366
3,672
3,089
2,598

3,641
3,062
2,576
2,167

3,446
2,898
2,438
2,051

3,460
2,910
2,448
2,059

3,595
3,024
2,544
2,140

2,000
2,000
2,000
2,000

34,635
29,450
25,089
21,421

53

Tabel 3.13 Perhitungan HSS Nakayasu untuk Q1000 Tahun


Jam

Qt

ke
0
1
2
3

(m3/dt
)
0,000
0,938
4,950
10,944

Akibat Hujan jam-jaman


117,756

30,607

21,470

17,092

14,434

12,617

Qbaseflo
w
(m3/dt)

0,000
0,000
0,000
0,000

0,000
0,000
0,000
0,000

0,000
0,000
0,000
0,000

2,000
2,000
2,000
2,000

0,000

0,000

2,000

5,083

598,592

84,603

13,536

0,000

2,000

3,596

423,507

11,832

2,000

2,770

326,207

62,450

2,000

2,200

259,008

751,691

1,746
1,387
1,101
0,901
0,758
0,637
0,536
0,451
0,379
0,319
0,268
0,226
0,190
0,160
0,134
0,113

205,652
163,288
129,650
106,060
89,210
75,038
63,117
53,090
44,656
37,561
31,594
26,575
22,353
18,802
15,815
13,302

67,322
53,453
42,442
33,699
27,567
23,188
19,504
16,405
13,799
11,607
9,763
8,212
6,907
5,810
4,887
4,111

59,477
47,225
37,496
29,772
23,639
19,338
16,266
13,682
11,508
9,680
8,142
6,849
5,761
4,845
4,076
3,428

61,473
47,349
37,595
29,851
23,701
18,819
15,395
12,949
10,892
9,162
7,706
6,482
5,452
4,586
3,857
3,245

138,08
5
90,651
64,136
45,377
34,951
27,751
22,035
17,495
13,891
11,364
9,558
8,040
6,763
5,688
4,785
4,024
3,385

2,000

9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

157,97
1
103,70
6
73,372
51,911
39,985
31,748
25,208
20,015
15,892
13,000
10,935
9,198
7,737
6,507
5,474
4,604
3,873
3,257

2,000
112,431
613,561
1462,40
6
1305,33
9
1153,61
9
1005,69
8
890,654

187,06
7
122,80
7
86,886

71,444

106,27
2
234,98
0
154,26
1
109,14
0
77,217

16,029

0,000
0,000
28,703
151,49
7
334,97
9
219,90
9
155,58
7
110,07
8
84,788

0,000
0,000
0,000
20,135

7,185

0,000
110,431
582,857
1288,77
4
846,059

2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000

559,947
429,363
334,545
268,081
219,077
180,432
149,668
125,017
105,153
88,766
74,982
63,387
53,635
45,432
38,532
32,728

Sumber: Hasil Perhitungan

Qbanji
r
3
(m /dt)

54

Tabel 3.14 Perhitungan HSS Nakayasu untuk QPMF Tahun


Jam

Qt

Akibat Hujan jam-jaman

ke

196,068

50,962

35,749

28,460

24,033

0
1
2

(m3/dt
)
0,000
0,938
4,950

0,000
183,872
970,485

0,000
0,000
47,792

0,000
0,000
0,000

0,000
0,000
0,000

10,944
7,185

5,083

3,596

705,160

2,770

543,150

2,200

431,261

1,746

342,421

176,94
7
391,25
3
256,85
1
181,72
4
128,57
1
99,032

10

1,387

271,882

252,24
9
557,75
6
366,15
8
259,05
9
183,28
6
141,17
6
112,09
4
89,002

33,525

2145,86
9
1408,72
7
996,683

11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

1,101
0,901
0,758
0,637
0,536
0,451
0,379
0,319
0,268
0,226
0,190
0,160
0,134
0,113

215,874
176,594
148,539
124,942
105,093
88,397
74,354
62,541
52,606
44,248
37,219
31,306
26,333
22,149

70,668
56,110
45,901
38,609
32,475
27,316
22,976
19,326
16,256
13,673
11,501
9,674
8,137
6,844

Sumber: Hasil Perhitungan

Qbanjir

21,008

Qbaseflo
w
(m3/dt)

0,000
0,000
0,000

0,000
0,000
0,000

2,000
2,000
2,000

0,000

0,000

0,000

2,000

26,689

0,000

0,000

2,000

22,538

0,000

2,000

118,95
7
263,03
0
172,67
5
122,16
8
86,435

19,701

2,000

2,000
2,000

713,579

62,433
49,572
39,360
32,198
27,083
22,780
19,161
16,117
13,557
11,403
9,592
8,068
6,786
5,708

62,598
49,703
39,464
31,334
25,633
21,561
18,135
15,254
12,831
10,793
9,078
7,636
6,423
5,402

66,577
52,862
41,972
33,326
26,461
21,646
18,207
15,315
12,882
10,835
9,114
7,666
6,448
5,424

103,98
2
229,91
8
150,93
8
106,78
9
75,554
58,196
46,207
36,689
29,131
23,130
18,921
15,915
13,387
11,260
9,471
7,967
6,701
5,636

2,000

78,631

140,86
7
311,47
6
204,47
9
144,67
0
102,35
5
78,839

2,000
185,872
1020,27
7
2433,64
3
2172,12
0
1919,50
0
1673,20
4
1481,65
0
1250,27
1
931,007

2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000
2,000

555,704
445,037
363,444
299,097
247,875
206,830
173,755
146,469
123,518
104,213
87,975
74,316
62,828
53,164

2,000

(m3/dt)

55

HIDROGRAF NAKAYASU
3000

2500

2000
Q 25 thn
Q 50 thn
Q BANJIR (m3/detik)

Q 200 thn

1500

Q 1000 thn
Q PMF
1000

500

0
0

12

16

20

24

28

WAKTU HUJAN t (jam)

Gambar 3.14. Grafik hidrograf banjir rancangan Nakayasu

32

36

56

Dari hasil perhitungan banjir rancangan dengan Hidrograf Nakayasu di atas bisa
dibuat rekapan hujan rancangan netto dan debit banjir rancangan maksimum dari
masing-masing probabilitas adalah sebagai berikut:
Tabel 3.15. Rekapitulasi hujan rancangan netto
No

JAM KE

HUJAN JAM-JAMAN

1,00

2,00

3,00

4,00

25th
57,69
6
14,99
6
10,52
0
8,375

5,00

7,072

8,056

200th
74,42
5
19,34
5
13,57
0
10,80
3
9,123

6,00

6,182

7,042

7,974

131,0
50
0,800
104,8
40

149,2
80
0,800
119,4
24

169,0
50
0,800
135,2
40

Probabilitas Hujan
harian
Koefisien pengaliran
Hujan Efektif

50th
65,72
2
17,08
2
11,98
3
9,540

1000th
117,7
56
30,60
7
21,47
0
17,09
2
14,43
4
12,61
7
267,4
70
0,800
213,9
76

PMF
196,0
68
50,96
2
35,74
9
28,46
0
24,03
3
21,00
8
445,3
50
0,800
356,2
80

Sumber: Hasil Perhitungan


Tabel 3.16. Rekapan debit banjir rancangan maksimum
Tr (Tahun)

Qp (m3/dt)
25

717,542
Debit Maksimum
Sumber: Hasil Perhitungan

50

200

1000

PMF

817,080

925,025

1462,406

2433,643

3.3.2. Kriteria Debit Banjir Rancangan untuk Perencanaan


Berbagai macam bangunan-bangunan air memerlukan perhitungan hidrologi
yang merupakan bagian dari perencanaan bangunan-bangunan tersebut. Pemilihan kala
ulang (return period) banjir rancangan untuk bangunan air adalah suatu masalah yang
sangat bergantung pada analisa statistik dari urutan kejadian banjir baik berupa debit air
di sungai maupun curah hujan badai. Selain itu bergantung pula pada segi ekonomi dan
dampak yang diakibatkan oleh pemilihan kala ulang banjir rancangan tersebut.
Untuk mempermudah pemecahan masalah, pertimbangan ekonomi diabaikan sehingga
hanya berdasarkan teori kemungkinan yang sering disebut juga dengan Resiko
Kegagalan (Risk of Failure), atau kemungkinan terjadinya banjir rancangan sekali atau

57

lebih selama umur bangunan (Life Time) suatu bangunan air. Resiko Kegagalan tersebut
digambarkan dengan rumus (Loebis, 1984: 1)

P 1 exp L

(3-11)

dengan :
P

= adalah resiko kegagalan

= adalah umur rencana (design life)

= adalah tahun berulangnya

Pemilihan suatu teknik analisa penentuan banjir rancangan tergantung dari data-data
yang tersedia dan macam dari bangunan air tersebut. Kriteria pemilian banjir dengan
hanya meninjau kemungkinan terjadinya banjir yang lebih besar atau sama dengan
banjir rencana, sekali atau lebih selama bangunan air tersebut berdiri. Kriteria lain yang
dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan banjir rancangan adalah
Tabel 3.17. Kriteria pemilihan kala ulang banjir rancangan
No.

Jenis Bangunan Air

Kala Ulang Banjir

Bendungan urugan tanah / batu (eart/rockfill dam)

T ( tahun )
1000

Bendungan beton / batu kali (concrete dam / masonry)

500 - 1000

Bendung (weir)

50 - 100

Saluran pengelak banjir (flood diversion canal)

20 - 50

Tanggul sungai

10 - 20

Drainasi saluran di sawah / permukiman

5 - 10

Sumber: Loebis (1984: 196)

3.3.3. Hazard Classification Untuk perencanaan Bendungan


Tabel 3.18. Kriteria pemilihan kala ulang banjir rancangan sebagai kontrol
kapasitas pelimpah berdasarkan klasifikasi tingkat bahaya (Hazard classification)

58
Sumber : Ir.Husni Sabar, (2000:335)

3.4. Penelusuran Banjir


3.4.1. Penelusuran Banjir, Perencanaan Diameter Diversion Tunnel
Salah satu manfaat dari pembangunan bendungan dengan waduknya adalah
untuk pengendalian banjir suatu sungai. Ini dapat terjadi karena air banjir ditampung
dalam waduk yang volumenya relatif besar, sehingga air yang keluar dari sana debitnya
sudah mengecil. Makin besar volume waduk akan semakin besar pula manfaat
pengendalian banjirnya. Apabila terjadi banjir, maka permukaan air di dalam waduk
naik sedikit demi sedikit dan dari beberapa kali banjir waduk akan penuh air dan
mencapai ambang bangunan pelimpah. Kemudian air mulai melimpah melewati
bangunan pelimpah. Apabila banjirnya belum reda, maka permukaan air di dalam
waduk masih akan naik sedikit demi sedikit sampai permukaan air waduk mencapai
maksimal. Jadi sebagian air banjir mengalir lewat bangunan pelimpah, sedang sisanya
menyebabkan naiknya permukaan air di dalam waduk. Tinggi permukaan air waduk
maksimal ini harus dapat dihitung dengan teliti dengan melakukan routing banjir.
Dengan mengetahui tinggi permukaan air waduk maksimal ini, dapat dicari tinggi
bendungan yang paling menguntungkan (optimal) yang masih dalam keadaan aman
terhadap risiko banjir.
Untuk hidrograf banjir yang didapat dari penelusuran lewat suatu bagian
panjang sungai atau lewat sebuah waduk.Penelusuran lewat waduk, dimana
penampungannya adalah merupakan fungsi langsung dari aliran keluar (outflow), maka
cara penyelesaiannya dapat ditempuh dengan cara yang lebih eksak.

I1 I 2
Q

t S 1 1 t
2
2

atau
I1 I 2
S Q
1 1
2
t 2

S2
=

Q2

t
2

S 2 Q2

2
t

dimana:
I1 = aliran masuk pada permulaan waktu t
I2 = aliran masuk pada akhir waktu t
Q1 = aliran keluar pada permulaan waktu t
Q2 = aliran keluar pada akhir waktu t
S1 = tampungan waduk pada permulaan waktu t
S2 = tampungan waduk pada akhir waktu t
3.4.2. Penelusuran Banjir pada Diversion Tunnel

(3-12)

(3-13)

59

Untuk penelusuran banjir melalui saluran pengelak dihitung menggunakan dua rumus
yang bergantung pada kondisi air di terowongan pengelak sendiri, yaitu:
a. Pada saat terowongan belum terisi penuh
1 2 / 3 1/ 2
R S
n
v
=
Q
= A. v
dimana:
v = kecepatan aliran (m/detik)
n = koefisien kecepatan manning (untuk beton n= 0,014)
R = jari-jari hidrolis =A/P (m)
A = luas penampang basah (m2)
S = kemiringan alur pengelak
b. Pada saat terowongan terisi penuh (pressure flow)
Q

= A. v
2 g ( H L. sin D / 2)
(1 C )
v =
dimana:
H = kedalaman air waduk dihitung dari dasar inlet pengelak (m)
D = tinggi pengelak (m)
L = panjang pengelak (m)
= sudut yang dibentuk oleh alur pengelak
c = jumlah koefisien kehilangan energi

Data Teknis Terowongan Pengelak


Data-data yang digunakan pada perencanaan ini berdasarkan data yang telah ada

dan perhitungan hidrologi pada perhitungan sebelumnya. Data-data perencanaan


terowongan pengelak adalah sebagai berikut :
1. Bentuk terowongan

: lingkaran

2. Diameter

: 4,5 m

3. Panjang direncanakan

: 205 m

4. Elevasi mulut bagian hulu

: + 265

5. Elevasi mulut bagian hilir

: + 209

6. Kemiringan dasar H/L

: 0,07805

7. Jumlah terowongan

:1

60

: 717,542 m3/dt

8. Debit rencana Q25


9. Angka kekasaran beton (n)

: 0,014

Contoh Perhitungan Pengaliran Bebas


Untuk h = 0,5 m , maka :
cos-1 [ ] = arc cos [ ] = arc cos [ ] = 38,9420
A
= - R2 sin cos
= - 2,252 sin 38,9420cos 38,9420
= 0,964 m2
P
= = = 3,057
R
= A/P = 2,061 / 3,691 = 0,315 m
B
= 2R sin = 2. 2,25. sin 38,9420 = 0,397 m
V
= (1/n). R2/3. S1/2
= (1/0,014). 0,3152/3. 0,0781/2= 9,247 m/dt
Q
= A.V = 0,964 . 9,247 = 8,916 m3/dt
Qc = = 4,710 m3/dt
Q/Qc = 8,916 / 4,710
= 1,893 > 1
jadi kondisi aliran adalah superkritis.
Untuk perhitungan dengan kedalaman selanjutnya seperti pada tabel berikut.

Tabel 3.19 Perhitungan Saluran Pengelak Diameter 4,5 m


untuk Pengaliran Bebas
El.
MA

Tingg
i MA

Q
3

Qc
3

(7)

(m/detik
)
(8)

(m /detik
)
(9)

(m /detik
)
(10)

9,247

8,916

4,710

14,123

37,131

13,419

17,732

82,234

24,890

(m)

(m)

( o)

(m2)

(m)

(m)

(m)

(1)
625,
0
625,
5
626,
0
626,
5

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

0,0

0,5

38,942

0,964

3,057

0,315

1,0

56,251

2,629

4,416

0,595

1,5

70,529

4,638

5,537

0,838

0,39
7
0,99
0
1,57
9

(11)

Keteranga
n
(12)

Nilai

1,89
3
2,76
7
3,30
4

superkritis
superkritis
superkritis

61
627,
0
627,
5
628,
0
628,
5
629,
0
629,
5
630,
0
630,
4

2,0

83,621

6,826

2,5

96,379

9,071

109,47
1
123,74
9
141,05
8
180,00
0
180,00
0
180,00
0

11,25
9
13,26
7
14,93
2
15,89
6
15,89
6
15,89
6

3,0
3,5
4,0
4,5
5,0
5,4

6,564
13,66
5
13,73
8
13,81
7
13,91
4
14,13
0
14,13
0
14,13
0

1,040
0,664
0,820
0,960
1,073
1,125
1,125
1,125

2,06
7
1,31
9
1,54
5
1,59
7
1,34
9
0,00
0
0,00
0
0,00
0

20,482

139,802

38,852

15,184

137,729

74,492

17,475

196,750

95,183

19,422

257,670

119,780

20,917

281,276

155,594

21,585

281,700

281,700

21,585

281,700

281,700

21,585

281,700

281,700

3,59
8
1,84
9
2,06
7
2,15
1
1,80
8
1,00
0
1,00
0
1,00
0

superkritis
superkritis
superkritis
superkritis
superkritis
subkritis
subkritis
subkritis

Sumber : Hasil perhitungan

Cf

Contoh Perhitungan Pengaliran Tekan


=

= [8.9,81/{(14,1371/6)/(0,0142)}] . (205/14,137)
= 0,092
= Co + Ci + Cf

Jadi

= 1 + 0,5 + 0,092 = 1,592


Besarnya debit yang keluar melalui terowongan dapat dihitung dengan rumus :
Q = A.V
Q = A[
]1/2

Q = 1/4

(3)2[

]1/2

= 281,706 m3/dt
Dengan menggunakan persamaan diatas maka dapat dibuat hubungan antara Q dengan
elevasi MAW. Elevasi muka air waduk dimulai pada h = 1,2 D
h = 1,2 . 4,5 = 5,4 m. Perhitungan selanjutnya pada tabel.3.20
Tabel 3.20 Perhitungan Saluran Pengelak Diameter 4,5 m
untuk Pengaliran Tertekan
El.
MA
(m)
(1)
630,4
631,0
632,0
633,0
634,0

Tinggi
MA
(m)
(2)
5,4
6,0
7,0
8,0
9,0

( )
(3)
10,768
11,956
13,931
15,897
17,854

A
2

(m )
(4)
15,904
15,904
15,904
15,904
15,904

Ci

Cf

Co

(m)
(5)
14,137
14,137
14,137
14,137
14,137

(rounded)
(6)
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500

(gesekan)
(7)
0,092
0,092
0,092
0,092
0,092

(outlet)
(8)
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000

(m/detik)
(9)
17,713
18,704
20,236
21,645
22,952

Q
(m3/detik)
(10)
281,706
297,467
321,841
344,254
365,037

62
635,0
636,0
637,0
638,0
639,0
640,0
641,0
642,0
643,0
644,0
645,0
646,0
647,0
648,0
649,0
650,0
651,0
652,0
653,0
654,0
655,0
656,0
657,0
658,0
659,0
660,0
661,0
662,0
663,0
664,0
665,0
666,0
667,0
668,0
669,0

10,0
11,0
12,0
13,0
14,0
15,0
16,0
17,0
18,0
19,0
20,0
21,0
22,0
23,0
24,0
25,0
26,0
27,0
28,0
29,0
30,0
31,0
32,0
33,0
34,0
35,0
36,0
37,0
38,0
39,0
40,0
41,0
42,0
43,0
44,0

19,801
21,736
23,658
25,567
27,462
29,341
31,205
33,052
34,881
36,692
38,485
40,258
42,011
43,744
45,456
47,146
48,816
50,463
52,089
53,692
55,273
56,831
58,367
59,880
61,371
62,839
64,284
65,706
67,107
68,485
69,840
71,174
72,486
73,776
75,045

15,904
15,904
15,904
15,904
15,904
15,904
15,904
15,904
15,904
15,904
15,904
15,904
15,904
15,904
15,904
15,904
15,904
15,904
15,904
15,904
15,904
15,904
15,904
15,904
15,904
15,904
15,904
15,904
15,904
15,904
15,904
15,904
15,904
15,904
15,904

14,137
14,137
14,137
14,137
14,137
14,137
14,137
14,137
14,137
14,137
14,137
14,137
14,137
14,137
14,137
14,137
14,137
14,137
14,137
14,137
14,137
14,137
14,137
14,137
14,137
14,137
14,137
14,137
14,137
14,137
14,137
14,137
14,137
14,137
14,137

0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500
0,500

0,092
0,092
0,092
0,092
0,092
0,092
0,092
0,092
0,092
0,092
0,092
0,092
0,092
0,092
0,092
0,092
0,092
0,092
0,092
0,092
0,092
0,092
0,092
0,092
0,092
0,092
0,092
0,092
0,092
0,092
0,092
0,092
0,092
0,092
0,092

1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000

24,171
25,314
26,390
27,404
28,363
29,271
30,132
30,950
31,726
32,463
33,165
33,832
34,466
35,069
35,643
36,189
36,708
37,201
37,670
38,116
38,539
38,941
39,322
39,684
40,027
40,353
40,661
40,954
41,230
41,492
41,740
41,975
42,196
42,405
42,603

384,428
402,607
419,709
435,842
451,094
465,538
479,233
492,231
504,577
516,309
527,464
538,072
548,160
557,756
566,883
575,562
583,815
591,661
599,118
606,204
612,934
619,325
625,392
631,149
636,609
641,786
646,693
651,341
655,742
659,909
663,850
667,578
671,101
674,430
677,573

Sumber : Hasil perhitungan

Tabel 3.21 Rekapitulasi Perhitungan Saluran Pengelak Diameter 4,5 m


El. MA

Tinggi MA

(m)

(m)

(m3/detik)

(1)
625,0
626,0
627,0
628,0
629,0
630,0
631,0
632,0

(2)
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
7,0

(3)
0
37,1315
139,8025
196,7497
281,2760
281,7000
297,4666
321,8415

63
633,0
634,0
635,0
636,0
637,0
638,0
639,0
640,0
641,0
642,0
643,0
644,0
645,0
646,0
647,0
648,0
649,0
650,0
651,0
652,0
653,0
654,0
655,0
656,0
657,0
658,0
659,0
660,0
661,0
662,0
663,0
664,0
665,0
666,0
667,0
668,0
669,0

8,0
9,0
10,0
11,0
12,0
13,0
14,0
15,0
16,0
17,0
18,0
19,0
20,0
21,0
22,0
23,0
24,0
25,0
26,0
27,0
28,0
29,0
30,0
31,0
32,0
33,0
34,0
35,0
36,0
37,0
38,0
39,0
40,0
41,0
42,0
43,0
44,0

Sumber : Hasil perhitungan

344,2539
365,0367
384,4285
402,6069
419,7087
435,8420
451,0943
465,5377
479,2326
492,2306
504,5765
516,3094
527,4641
538,0716
548,1604
557,7561
566,8827
575,5622
583,8152
591,6611
599,1182
606,2038
612,9343
619,3254
625,3921
631,1487
636,6090
641,7861
646,6927
651,3409
655,7425
659,9087
663,8503
667,5777
671,1010
674,4297
677,5732

64

Gambar 3.15 Grafik Rating Curve Saluran Pengelak Diameter 4,5 m

Tabel 3.22 Perhitungan Lengkung Kapasitas Waduk

(m)

Selisih
dengan
Kontur
Terendah
(m)

(1)

(2)

(3)

623

624

625

No.

Elevas
i

(4)
1.0
5
1.0
5
1.0
5

Luas
Kontur
(daerah
genangan)
(m2)

Luas
Rata-Rata
Antar
Kontur
(m2)

Volume
Antar
Interval
Kontur
(m3)

(5)

(6)

(7)

(8)

10500

5250

5250

5250

21000

15750

15750

21000

Volume
Tampungan
Waduk
(m3)

65

626

627

628

629

630

631

10

632

11

633

10

12

634

11

13

635

12

14

636

13

15

637

14

16

638

15

17

639

16

18

640

17

19

641

18

20

642

19

21

643

20

22

644

21

23

645

22

24

646

23

25

647

24

26

648

25

27

649

26

28

650

27

29

651

28

30

652

29

31

653

30

32

654

31

33

655

32

1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0

31500

26250

26250

47250

42000

36750

36750

84000

52500

47250

47250

131250

63000

57750

57750

189000

73500

68250

68250

257250

84000

78750

78750

336000

94500

89250

89250

425250

105000

99750

99750

525000

115500

110250

110250

635250

126000

120750

120750

756000

136500

131250

131250

887250

147000

141750

141750

1029000

157500

152250

152250

1181250

168000

162750

162750

1344000

178500

173250

173250

1517250

189000

183750

183750

1701000

199500

194250

194250

1895250

210000

204750

204750

2100000

220500

215250

215250

2315250

231000

225750

225750

2541000

241500

236250

236250

2777250

252000

246750

246750

3024000

262500

257250

257250

3281250

273000

267750

267750

3549000

283500

278250

278250

3827250

294000

288750

288750

4116000

304500

299250

299250

4415250

315000

309750

309750

4725000

325500

320250

320250

5045250

336000

330750

330750

5376000

66

34

656

33

35

657

34

36

658

35

37

659

36

38

660

37

39

661

38

40

662

39

41

663

40

42

664

41

43

665

42

44

666

43

45

667

44

46

668

45

47

669

46

Sumber: Hasil perhitungan

5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5
1.0
5

346500

341250

341250

5717250

357000

351750

351750

6069000

367500

362250

362250

6431250

378000

372750

372750

6804000

388500

383250

383250

7187250

399000

393750

393750

7581000

409500

404250

404250

7985250

420000

414750

414750

8400000

430500

425250

425250

8825250

441000

435750

435750

9261000

451500

446250

446250

9707250

462000

456750

456750

10164000

472500

467250

467250

10631250

483000

477750

477750

11109000

67

Gambar 3.16. Lengkung Kapasitas Waduk

68

Penelusuran Banjir pada Diversion Tunnel


Perhitungan penelusuran banjir pada terowongan didasarkan pada lengkung
kapasitas waduk. Lengkung kapasitas waduk telah dibahas pada Bab II.
Tabel 3.23 Flood Routing Kontrol Saluran Pengelak dengan Q25 Tahun
Didesain dengan menggunakan 1 terowongan pengelak, D = 4,5 m, t = 1 jam = 3600
detik
Elevas
i

Psi

Phi

Q/2

y = S/t
- Q/2

= S/t
+ Q/2

(m3/detik)

(m3/detik)

(m3/detik)

(m3/detik)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

S
(tampungan
)

S/t

(m3)

(m3/detik)

(3)

(1)

(m
)
(2)

625,0

21000

5,833

0,000

0,000

5,833

5,833

626,0

47250

13,125

37,131

18,566

-5,441

31,691

627,0

84000

23,333

139,802

69,901

-46,568

93,235

628,0

131250

36,458

196,750

98,375

-61,917

134,833

629,0

189000

52,500

281,276

140,638

-88,138

193,138

630,0

631,0

257250
336000

71,458
93,333

281,700
297,467

140,850
148,733

-69,392
-55,400

212,308
242,067

632,0

425250

118,125

321,841

160,921

-42,796

279,046

633,0

525000

145,833

344,254

172,127

-26,294

317,960

634,0

635250

176,458

365,037

182,518

-6,060

358,977

635,0

10

756000

210,000

384,428

192,214

17,786

402,214

636,0

11

887250

246,458

402,607

201,303

45,155

447,762

637,0

12

1029000

285,833

419,709

209,854

75,979

495,688

638,0

13

1181250

328,125

435,842

217,921

110,204

546,046

639,0

14

1344000

373,333

451,094

225,547

147,786

598,881

640,0

15

1517250

421,458

465,538

232,769

188,689

654,227

641,0

16

1701000

472,500

479,233

239,616

232,884

712,116

642,0

17

1895250

526,458

492,231

246,115

280,343

772,574

643,0

18

2100000

583,333

504,577

252,288

331,045

835,622

644,0

19

2315250

643,125

516,309

258,155

384,970

901,280

645,0

20

2541000

705,833

527,464

263,732

442,101

969,565

646,0

21

2777250

771,458

538,072

269,036

502,423

1040,494

647,0

22

3024000

840,000

548,160

274,080

565,920

1114,080

648,0

23

3281250

911,458

557,756

278,878

632,580

1190,336

(m)

69

Elevas
i

S
(tampungan
)

S/t

Q/2

Psi

Phi

y = S/t
- Q/2

= S/t
+ Q/2

(1)

(m
)
(2)

649,0

24

3549000

985,833

566,883

283,441

702,392

1269,275

650,0

25

3827250

1063,125

575,562

287,781

775,344

1350,906

651,0

26

4116000

1143,333

583,815

291,908

851,426

1435,241

652,0

27

4415250

1226,458

591,661

295,831

930,628

1522,289

653,0

28

4725000

1312,500

599,118

299,559

1012,941

1612,059

654,0

29

5045250

1401,458

606,204

303,102

1098,356

1704,560

655,0

30

5376000

1493,333

612,934

306,467

1186,866

1799,800

656,0

31

5717250

1588,125

619,325

309,663

1278,462

1897,788

657,0

32

6069000

1685,833

625,392

312,696

1373,137

1998,529

658,0

33

6431250

1786,458

631,149

315,574

1470,884

2102,033

659,0

34

6804000

1890,000

636,609

318,304

1571,696

2208,304

660,0

35

7187250

1996,458

641,786

320,893

1675,565

2317,351

661,0

36

7581000

2105,833

646,693

323,346

1782,487

2429,180

662,0

37

7985250

2218,125

651,341

325,670

1892,455

2543,795

663,0

38

8400000

2333,333

655,742

327,871

2005,462

2661,205

664,0

39

8825250

2451,458

659,909

329,954

2121,504

2781,413

665,0

40

9261000

2572,500

663,850

331,925

2240,575

2904,425

666,0

41

9707250

2696,458

667,578

333,789

2362,669

3030,247

667,0

42

10164000

2823,333

671,101

335,550

2487,783

3158,884

668,0

43

10631250

2953,125

674,430

337,215

2615,910

3290,340

669,0

44

11109000

3085,833

677,573

338,787

2747,047

3424,620

(m)

(m3)

(m3/detik)

(m3/detik)

(m3/detik)

(m3/detik)

(m3/detik)

(3)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

Sumber : Hasil perhitungan

70
Inflow

Outflow

(I)

(I1+I2)/
2

(jam
)
(1)

(m3/det
)
(2)

(m3/det
)
(3)

(m3/det
)
(4)

(m3/det
)
(5)

2,000

0,000

0,000

56,107

29,053

301,641

Elevasi

(m3/det)

(m)

(m)

(6)

(7)

(8)

0,000

2,000

0,054

621,054

5,226

34,280

29,705

0,800

621,800

178,874

-3,186

175,688

119,448

1,802

622,802

717,542

509,592

-38,415

471,177

410,962

11,489

632,489

640,586

679,064

60,215

739,279

485,072

16,449

637,449

566,249

603,418

254,207

857,624

508,508

18,335

639,335

493,773

530,011

349,116

879,127

512,351

18,663

639,663

437,406

465,590

366,776

832,366

503,939

17,948

638,948

369,320

403,363

328,427

731,790

483,462

16,325

637,325

275,372

322,346

248,328

570,674

442,952

13,466

634,466

10

211,391

243,382

127,722

371,104

370,476

9,280

630,280

11

164,934

188,163

0,628

188,791

274,974

3,925

624,925

12

132,369

148,652

-86,183

73,383

141,338

2,027

623,027

13

108,359

120,364

-46,982

65,469

105,852

1,669

622,669

14

89,425

98,892

-32,968

62,493

88,518

1,500

622,500

15

74,352

81,888

-26,025

55,864

77,458

1,393

622,393

16

62,274

68,313

-21,595

46,718

62,201

1,244

622,244

17

52,541

57,407

-15,483

41,924

54,204

1,166

622,166

18

44,512

48,527

-12,279

36,247

44,733

1,074

622,074

19

37,758

41,135

-8,486

32,650

38,731

1,016

622,016

20

32,077

34,918

-6,081

28,836

33,033

0,890

621,890

21

27,299

29,688

-4,196

25,492

28,230

0,760

621,760

22

23,280

25,290

-2,738

22,551

24,007

0,647

621,647

23

19,899

21,590

-1,456

20,134

20,535

0,553

621,553

24

17,056

18,477

-0,402

18,076

17,580

0,473

621,473

max

512,35

18,66

639,66

(Q)

71

Penelusuran Banjir Melalui Terowongan


800
600
400
Q 25 Tahun
Debit (m3/dt) Outflow

Inflow

200
0

12

16

20

24

Waktu (jam)

Gambar 3.17 Penelusuran Banjir dengan Diameter 4,5 m


dengan Q 25 tahun
Untuk Diameter 5 m
Contoh Perhitungan Pengaliran Bebas
Untuk h = 0,5 m , maka :
=
cos-1 [

R h
R

Rh
R

] = arc cos [

R h
R

Rh
R

2,5 0,5
2,5
] = arc cos [

30,375
] = 36,8700
3

A =

R2
180

- R2 sin cos

36,87 52
180

36,870R
180

- 2,52 sin 36,8700cos 36,8700

72

= 1,020 m2

P =

R
90

36,870R
90

36,87 5
90

= 3,216

R = A/P = 2,061 / 3,216 = 0,317 m


B = 2R sin = 2. 2,5. sin 36,8700 = 0,381 m
V = (1/n). R2/3. S1/2
= (1/0,014). 0,3172/3. 0,0781/2= 9,280 m/dt
Q = A.V = 1,0201 . 9,280 = 9,464 m3/dt

Qc =

(9,81 .

1,02
)
0,381

1,020 3
(9,81.
0,381
= 5,229 m3/dt

Q/Qc = 9,464 / 5,229


= 1,810 > 1
Jadi kondisi aliran adalah superkritis.
Untuk perhitungan dengan kedalaman selanjutnya seperti pada tabel berikut.
Tabel 3.24 Perhitungan Saluran Pengelak Diameter 5 m
untuk Pengaliran Bebas
El.
MA

Ting
gi
MA

(m)

(m)

( o)

(m2)

(m)

(m)

(m)

(1)
625
,0
625
,5
626
,0
626
,5
627
,0
627
,5
628
,0
628
,5
629
,0
629
,5
630
,0
631
,0

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

0,0

36,87
0
53,13
0
66,42
2
78,46
3
90,00
0
101,5
37
113,5
78
126,8
70
143,1
30
180,0
00
180,0
00

1,02
0
2,79
3
4,95
1
7,33
0
9,81
3
12,2
95
14,6
74
16,8
32
18,6
05
19,6
25
19,6
25

3,21
6
4,63
4
5,79
3
6,84
4
7,85
0
15,2
64
15,3
31
15,4
05
15,4
95
15,7
00
15,7
00

0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
4,5
5,0
6,0

Qc

(7)

(m/deti
k)
(8)

(m3/deti
k)
(9)

(m3/deti
k)
(10)

Nil
ai
(11)

Keterang
an
(12)

0,31
7
0,60
3
0,85
5
1,07
1
1,25
0
0,80
5
0,95
7
1,09
3
1,20
1
1,25
0
1,25
0

0,3
81
0,9
64
1,5
66
2,0
99
2,5
00
1,5
78
1,7
55
1,7
48
1,4
41
0,0
00
0,0
00

9,280

9,464

5,229

14,237

39,759

14,886

17,969

88,958

27,566

20,889

153,117

42,904

23,156

227,217

60,888

17,275

212,403

107,478

19,381

284,410

132,922

21,170

356,335

163,587

22,543

366,956

209,399

superkriti
s
superkriti
s
superkriti
s
superkriti
s
superkriti
s
superkriti
s
superkriti
s
superkriti
s
superkriti
s

23,156

367,105

367,105

23,156

367,105

367,105

1,8
10
2,6
71
3,2
27
3,5
69
3,7
32
1,9
76
2,1
40
2,1
78
1,7
52
1,0
00
1,0
00

Sumber : Hasil perhitungan


Contoh Perhitungan Pengaliran Tekan
Cf
=

subkritis
subkritis

73

Jadi

= [8.9,81/{(15,7081/6)/(0,0142)}] . (205/15,708)
= 0,080
= Co + Ci + Cf

= 1 + 0,5 + 0,080 = 1,580


Besarnya debit yang keluar melalui terowongan dapat dihitung dengan rumus :
Q = A.V
Q = A[
]1/2

Q = 1/4

(3)2[

]1/2

= 367,105 m3/dt
Dengan menggunakan persamaan diatas maka dapat dibuat hubungan antara Q
dengan elevasi MAW. Elevasi muka air waduk dimulai pada h = 1,2 D
h = 1,2 . 5 = 6 m . Perhitungan selanjutnya pada tabel.
Tabel 3.25 Perhitungan Saluran Pengelak Diameter 5 m untuk Pengaliran
Tertekan
El.
MA

Tinggi
MA

Ci

(m)

(m)

( o)

(m2)

(m)

(rounded)

(1)
631.0
632.0
633.0
634.0
635.0
636.0
637.0
638.0
639.0
640.0
641.0
642.0
643.0
644.0
645.0
646.0
647.0
648.0
649.0
650.0
651.0
652.0
653.0

(2)
6.0
7.0
8.0
9.0
10.0
11.0
12.0
13.0
14.0
15.0
16.0
17.0
18.0
19.0
20.0
21.0
22.0
23.0
24.0
25.0
26.0
27.0
28.0

(3)
11.956
13.931
15.897
17.854
19.801
21.736
23.658
25.567
27.462
29.341
31.205
33.052
34.881
36.692
38.485
40.258
42.011
43.744
45.456
47.146
48.816
50.463
52.089

(4)
19.635
19.635
19.635
19.635
19.635
19.635
19.635
19.635
19.635
19.635
19.635
19.635
19.635
19.635
19.635
19.635
19.635
19.635
19.635
19.635
19.635
19.635
19.635

(5)
15.708
15.708
15.708
15.708
15.708
15.708
15.708
15.708
15.708
15.708
15.708
15.708
15.708
15.708
15.708
15.708
15.708
15.708
15.708
15.708
15.708
15.708
15.708

(6)
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500

Cf

Co

(gesekan
)
(7)
0.080
0.080
0.080
0.080
0.080
0.080
0.080
0.080
0.080
0.080
0.080
0.080
0.080
0.080
0.080
0.080
0.080
0.080
0.080
0.080
0.080
0.080
0.080

(outlet
)
(8)
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000

(m/detik
)
(9)
18.697
20.237
21.652
22.964
24.189
25.336
26.415
27.434
28.396
29.307
30.171
30.991
31.770
32.510
33.214
33.883
34.519
35.125
35.700
36.248
36.768
37.263
37.733

Q
(m3/detik)
(10)
367.105
397.344
425.138
450.905
474.943
497.473
518.665
538.656
557.553
575.446
592.411
608.512
623.805
638.337
652.152
665.290
677.784
689.668
700.970
711.719
721.939
731.654
740.889

74
654.0
655.0
656.0
657.0
658.0
659.0
660.0
661.0
662.0
663.0
664.0
665.0
666.0
667.0
668.0
669.0

29.0
30.0
31.0
32.0
33.0
34.0
35.0
36.0
37.0
38.0
39.0
40.0
41.0
42.0
43.0
44.0

53.692
55.273
56.831
58.367
59.880
61.371
62.839
64.284
65.706
67.107
68.485
69.840
71.174
72.486
73.776
75.045

19.635
19.635
19.635
19.635
19.635
19.635
19.635
19.635
19.635
19.635
19.635
19.635
19.635
19.635
19.635
19.635

15.708
15.708
15.708
15.708
15.708
15.708
15.708
15.708
15.708
15.708
15.708
15.708
15.708
15.708
15.708
15.708

0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500
0.500

0.080
0.080
0.080
0.080
0.080
0.080
0.080
0.080
0.080
0.080
0.080
0.080
0.080
0.080
0.080
0.080

1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000

38.180
38.604
39.007
39.390
39.753
40.097
40.424
40.733
41.026
41.304
41.567
41.815
42.050
42.272
42.482
42.681

Sumber : Hasil perhitungan


Tabel 3.26 Rekapitulasi Perhitungan Saluran Pengelak Diameter 5 m
El. MA

Tinggi MA

(m)

(m)

(m3/detik)

(1)
625,0
626,0
627,0
628,0
629,0
630,0
631,0
632,0
633,0
634,0
635,0
636,0
637,0
638,0
639,0
640,0
641,0
642,0
643,0
644,0
645,0
646,0
647,0
648,0
649,0
650,0
651,0
652,0
653,0
654,0
655,0
656,0
657,0

(2)
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
7,0
8,0
9,0
10,0
11,0
12,0
13,0
14,0
15,0
16,0
17,0
18,0
19,0
20,0
21,0
22,0
23,0
24,0
25,0
26,0
27,0
28,0
29,0
30,0
31,0
32,0

(3)
0
39,7593
153,1173
212,4030
356,3346
367,1052
367,1052
397,3438
425,1383
450,9053
474,9428
497,4726
518,6654
538,6559
557,5530
575,4464
592,4114
608,5123
623,8046
638,3369
652,1524
665,2899
677,7844
689,6681
700,9704
711,7187
721,9387
731,6544
740,8885
749,6624
757,9965
765,9102
773,4221

749.662
757.996
765.910
773.422
780.550
787.311
793.721
799.796
805.552
811.001
816.160
821.040
825.655
830.017
834.139
838.031

75
658,0
659,0
660,0
661,0
662,0
663,0
664,0
665,0
666,0
667,0
668,0
669,0

33,0
34,0
35,0
36,0
37,0
38,0
39,0
40,0
41,0
42,0
43,0
44,0

780,5500
787,3109
793,7211
799,7963
805,5515
811,0013
816,1597
821,0399
825,6549
830,0172
834,1385
838,0305

Sumber : Hasil perhitungan

Gambar 3.18 Grafik Rating Curve Saluran Pengelak Diameter 5 m

Penelusuran Banjir pada Diversion Tunnel


Perhitungan penelusuran banjir pada terowongan didasarkan pada lengkung
kapasitas waduk. Lengkung kapasitas waduk telah dibahas pada Bab II.
Tabel 3.27 Flood Routing Kontrol Saluran Pengelak dengan Q25 Tahun
Didesain dengan menggunakan 1 terowongan pengelak, D = 5 m, t = 1 jam = 3600
detik
Elevasi

S/t

Q/2

Psi

Phi

76

(m3/detik)
(5)
5,833
13,125
23,333
36,458
52,500
71,458
93,333
118,125
145,833
176,458
210,000
246,458
285,833
328,125
373,333

(m3/detik)
(6)
0,000
39,759
153,117
212,403
356,335
367,105
367,105
397,344
425,138
450,905
474,943
497,473
518,665
538,656
557,553

(m3/detik)
(7)
0,000
19,880
76,559
106,202
178,167
183,553
183,553
198,672
212,569
225,453
237,471
248,736
259,333
269,328
278,776

= S/t Q/2
(m3/detik)
(8)
5,833
-6,755
-53,225
-69,743
-125,667
-112,094
-90,219
-80,547
-66,736
-48,994
-27,471
-2,278
26,501
58,797
94,557

S/t

Q/2

Psi

Phi

(m3/detik)
(7)
287,723
296,206
304,256
311,902
319,168
326,076
332,645
338,892
344,834
350,485
355,859
360,969
365,827
370,444
374,831
378,998
382,955
386,711
390,275
393,655
396,861
399,898
402,776
405,501
408,080
410,520
412,827
415,009
417,069
419,015

= S/t Q/2
(m3/detik)
(8)
133,735
176,294
222,202
271,431
323,957
379,757
438,813
501,108
566,624
635,348
707,266
782,364
860,631
942,056
1026,627
1114,335
1205,170
1299,122
1396,183
1496,345
1599,598
1705,935
1815,349
1927,833
2043,379
2161,980
2283,631
2408,325
2536,056
2666,818

= S/t +
Q/2
(m3/detik)
(9)
709,182
768,706
830,714
895,236
962,293
1031,910
1104,103
1178,892
1256,292
1336,319
1418,984
1504,303
1592,286
1682,944
1776,290
1872,332
1971,080
2072,544
2176,733
2283,655
2393,319
2505,731
2620,901
2738,834
2859,538
2983,020
3109,286
3238,342
3370,194
3504,849

(tampungan)
(m)
(1)
625,0
626,0
627,0
628,0
629,0
630,0
631,0
632,0
633,0
634,0
635,0
636,0
637,0
638,0
639,0

(m)
(2)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Elevasi

(m)
(1)
640,0
641,0
642,0
643,0
644,0
645,0
646,0
647,0
648,0
649,0
650,0
651,0
652,0
653,0
654,0
655,0
656,0
657,0
658,0
659,0
660,0
661,0
662,0
663,0
664,0
665,0
666,0
667,0
668,0
669,0

(m)
(2)
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44

(m3)
(3)
21000
47250
84000
131250
189000
257250
336000
425250
525000
635250
756000
887250
1029000
1181250
1344000
S
(tampungan)
(m3)
(3)
1517250
1701000
1895250
2100000
2315250
2541000
2777250
3024000
3281250
3549000
3827250
4116000
4415250
4725000
5045250
5376000
5717250
6069000
6431250
6804000
7187250
7581000
7985250
8400000
8825250
9261000
9707250
10164000
10631250
11109000

Sumber : Hasil perhitungan

(m3/detik)
(5)
421,458
472,500
526,458
583,333
643,125
705,833
771,458
840,000
911,458
985,833
1063,125
1143,333
1226,458
1312,500
1401,458
1493,333
1588,125
1685,833
1786,458
1890,000
1996,458
2105,833
2218,125
2333,333
2451,458
2572,500
2696,458
2823,333
2953,125
3085,833

(m3/detik)
(6)
575,446
592,411
608,512
623,805
638,337
652,152
665,290
677,784
689,668
700,970
711,719
721,939
731,654
740,889
749,662
757,996
765,910
773,422
780,550
787,311
793,721
799,796
805,552
811,001
816,160
821,040
825,655
830,017
834,139
838,031

= S/t +
Q/2
(m3/detik)
(9)
5,833
33,005
99,892
142,660
230,667
255,011
276,886
316,797
358,402
401,911
447,471
495,195
545,166
597,453
652,110

77

Inflow
T
(jam)
(1)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

(I)
(m3/det)
(2)
2,000
56,107
301,641
717,542
640,586
566,249
493,773
437,406
369,320
275,372
211,391
164,934
132,369
108,359
89,425
74,352
62,274
52,541
44,512
37,758
32,077
27,299
23,280
19,899
17,056

Outflow
(I1+I2)/2

(m3/det)
(3)
0,000
29,053
178,874
509,592
679,064
603,418
530,011
465,590
403,363
322,346
243,382
188,163
148,652
120,364
98,892
81,888
68,313
57,407
48,527
41,135
34,918
29,688
25,290
21,590
18,477

(m3/det)
(4)
0,000
5,200
-7,622
-87,912
-39,655
86,247
120,337
93,405
35,042
-31,754
-86,898
-78,528
-56,988
-47,509
-34,442
-28,602
-20,846
-16,803
-12,035
-9,177
-6,270
-4,736
-3,024
-1,779
-0,642

(m3/det)
(5)
0,000
34,254
171,252
421,680
639,409
689,665
650,349
558,994
438,405
290,592
156,484
109,635
91,664
72,856
64,450
53,286
47,467
40,605
36,492
31,958
28,648
24,952
22,266
19,810
17,836
max

Sumber : Hasil perhitungan

(Q)
(m3/det)
(6)
2,000
41,876
259,164
461,335
553,162
569,327
556,944
523,952
470,159
377,489
235,012
166,623
139,172
107,297
93,052
74,132
64,270
52,640
45,669
38,227
33,384
27,976
24,045
20,452
17,563
569,3273

Elevasi

(m)
(7)
0,050
1,019
3,325
9,434
13,768
14,658
13,968
12,264
9,801
6,343
3,157
2,228
1,877
1,596
1,470
1,303
1,216
1,114
1,052
0,961
0,840
0,704
0,605
0,514
0,442
14,6580

(m)
(8)
625,050
626,019
628,325
634,434
638,768
639,658
638,968
637,264
634,801
631,343
628,157
627,228
626,877
626,596
626,470
626,303
626,216
626,114
626,052
625,961
625,840
625,704
625,605
625,514
625,442
639,6580

78

Gambar 3.19 Penelusuran Banjir Diameter 5 m dengan Q


25 tahun
3.5. Perencanaan Tinggi Cofferdam
Tinggi cofferdam adalah beda elevasi antara puncak cofferdam dengan elevasi dasar
sungai. Elevasi puncak cofferdam ditentukan dari tinggi muka air max pada Q 25 th,
ditambah tinggi jagaan.
Untuk H > 50 m diambil tinggi jagaan 2 m (SUYONO, 1981 : 173), hi = 2 m
Tinggi cofferdam

= Elevasi mercu cofferdam El dasar sungai + tinggi jagaan


= 643,663 625,00 + 2
= 20,663 m

Jadi, tinggi cofferdam adalah 21 m


3.5.1. Design Peredam Energi (Impact Type Stilling Basin)

79

Gambar 3.20 Impact Type Stilling Basin


Peredam energi direncanakan untuk menghindari gerusan lokal yang akan
membahayakan morfologi sungai dihilir bendungan. Dikarenakan perbedaan elevasi
yang sangat curam maka tipe peredam energy menggunakan Stilling Basin
Underpass.
Data perhitungan sebagai berikut:
Elevasi Q25

: 625

Elevasi Hilir : 609


h = Elevasi Q25 - Elevasi Hilir
= 625 609
= 16 m
Kehilangan di Inlet

hf inlet =

0,5 v
2g

0,5 v
2.9,81

= 0,025 v2

v2
2.9,81

= 0,050 v2

Kehilangan di Outlet
v2
2g

Hf outlet =

Kehilangan Akibat Gesekan Dalam Pipa

hf =

f .Lv
2 gd

0,092.205. v
2.9,81. 4,5

= 0,214 v2

h
16
16
v2
v

= hf inlet + hf outlet + hf
= 0,025 v2 + 0,050 v2+ 0,214v2
= 0,289 v2
= 55,363
= 7,441
v
7,441
Fr = gd = 9,81.4,5 = 1,12

Fr> 1 termasuk aliran superkritis

Dari pembacaan grafik Design Width of Basin diketahui nilai W/D = 3,11 m
Dengan D = A = 3,987. Maka W = 12,400 meter
H=

3
3
W = 12,400=9,300 m
4
4

80

4
4
L = 3 W = 3 12,400=16,533 m
1
1
a = 2 W = 2 12,400=6,200 m
3
3
b = 8 W = 8 12,400=4,650 m
1
1
c = 2 W = 2 12,400=6,200 m
1
1
d = 6 W = 6 12,400=2,067 m
1
1
e = 12 W = 12 12,400=1,033 m
1
1
W
=
12,400=1,033 m
t = 12
12

Riprap diameter stone = 1/20W = 1/20*12,400 = 0,620 m


d/4 = 1,550/4 = 0,517 m
d/2 = 1,550/2 = 1,033 m
3d/4 = 3*1,550/4 = 1,550 m

3.6 Perencanaan Konstruksi dan Perhitungan Stabilitas Cofferdam


3.6.1 Perencanaan Dimensi dan Material Cofferdam
3.6.1.1 Material Untuk Tubuh Bendungan Urugan
Bahanbahan kedap air merupakan bahanbahan yang mutlak diperlukan untuk
pembangunan bendungan urugan dan tipe serta stabilitas bendungan tersebut sangat
tergantung pada karakteristika, kwalitas serta kwantitas dari bahan yang dapat digali
untuk penimbunan pada zone kedap air tersebut (Sosrodarsono, 1977).
Mengingat karakteristika dari bahan kedap air ini sangat beraneka ragam,
tergantung dari kadar air yang terkandung di dalamnya, metode penimbunan,
kepadatannya baik sesudah penimbrisan maupun sesudah selesainya prosesproses
konsolidasi, maka survey investigasi serta penelitianpenelitian laboratorium yang
seksama terhadap bahanbahan tersebut sangat diperlukan untuk dapat menentukan
metodemetode penimbunan yang paling efektif.

81

Terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi material zone kedap air yang
a.

akan digunakan sebagai material timbunan bendungan sebagai berikut :


Koefisien Filtrasi
Sebagai standard, koefisien filtrasi (K) dari bahan yang digunakan untuk zone
kedap air supaya tidak melebihi nilai 1 x 10-5 cm/dt dan untuk amannya dianjurkan agar
menggunakan bahan dengan nilai K yang tidak melebihi 1 x 10-5 cm/dt. Pada
hakekatnya semakin halus butiran suatu bahan, maka koefisien filtrasinya semakin
rendah dan nilai K biasanya sudah dapat diperkirakan berdasarkan besarnya prosentase
butiran pada bahan yang dapat melalui saringan No.300. Gradasi bahan kedap air
biasanya terlihat seperti tertera pada gambar 3.21.
Hasil hasil penelitian menunjukkan bahwa apabila suatu bahan, dimana butiran
halus yang dapat melalui saringan no. 200 lebih rendah dari 7 %, maka bahan tersebut
biasanya lulus air. Akan tetapi apabila lebih dari 50 % yang dapat melalui saringan
tersebut, maka bahan tersebut juga tak dapat dipergunakan sebagai bahan sebagai bahan
kedap air, karena bahan semacam ini plastisitasnya tinggi sehingga mudah longsor dan
runtuh.

Gambar 3.21. Gradasi bahan untuk zone kedap air


Sumber : Bendungan Tipe Urugan, Suyono S, 2002:128

Selain itu bahan yang sama, akan memberikan nilai K yang berbeda, apabila
tingkat kepadatan dan angka kadar airnya berbeda-beda. Nilai K suatu bahan akan
paling rendah pada tingkat kelembapan yang agak lebih basah dari angka kadar air
optimumnya.
b. Kekuatan Geser

82

Suatu bahan berbutir kasar, biasanya mempunyai kekuatan geser yang tinggi.
tingkat kekuatan gesernya dipengaruhi oleh angka kadar air serta tingkat pemadatannya,
karena itu walaupun dari bahan yang sama kekuatan gesernya akan berubah-ubah pula.
Akan tetapi pada bahan berbutir kasar tersebut perubahan-perubahan kekuatan gesernya
tidak terlalu besar, walaupun bahan tersebut mempunyai kemampuan penyerapan air
yang tinggi (angka porinya besar). Pemadatan-pemadatan suatu bahan, biasanya
dilaksanakan pada keadaan yang agak kering (di daerah kering dari garis kadar air
optimumnya) dan akan memeberikan kekuatan geser yang lebih besar. Akan tetapi
setelah waduk terisi air dan bahan akan menjadi jenuh air, maka kekuatan gesernya akan
menurun.
Kekuatan geser suatu bahan terutama ditentukan oleh daya kohesi (C) dan
sudut geseran dalamnya (). Pada umumnya suatu bahan dengan harga D = 95 98
merupakan harga yang cukup baik untuk digunakan sebagai material timbunan
bendungan. Sedangkan bahan-bahan dengan harga D = 90 95 biasanya digunakan
untuk membangun bendungan yang rendah (< 30 m) atau untuk membangun bendungan
dari timbunan bahan berbutir halus.
c. Karakteristik Bahan Konsolidasi
Semakin halus gradasi suatu bahan dan semakin tinggi angka kadar airnya, maka
tingkat konsolidasinya akan menjadi lebih besar dan tekanan air pori mungkin dapat
terjadi pada saat terjadinya proses konsolidasi tersebut.
Dengan demikian dalam tubuh bendungan yang baru selesai ditimbun, selain
tekanan-tekanan yang disebabkan oleh hasil pemadatan, maka timbul pula tekanantekanan tambahan yang diakibatkan oleh adanya proses konsolidasi tersebut (tekanan
konsolidasi).`
Terutama untuk material-material timbunan tubuh bendungan yang kondisi
kelembabannya terletak pada daerah yang lebih basah dari angka kadar air optimumnya,
dimana pada saat pelaksanaan pemadatan tekanan porinya rendah. Akan tetapi pada saat
berlangsungnya proses konsolidasi, maka tekanan air pori akan meningkat dan
kemungkinan dapat melampaui batas-batas kemampuan stabilitas dari tubuh bendungan
tersebut.
d. Kondisi Bahan Pada saat Pelaksanaan Pembangunan Cofferdam
Pada umumnya penimbunan dan pemadatan bahan-bahan berbutir kasar lebih
mudah dilaksakan, dibandingkan dengan bahan-bahan berbutir halus. Demikian pula
tingkat kelembaban suatu bahan dapat mempengaruhi kondisi penggarapannya, dimana
dalam kondisi kelembaban yang terletak di sekitar angka kadar air optimum,
penimbunan dan pemadatan bahan tersebut akan lebih mudah dilaksanakan

83

dibandingkan dengan bahan yang tingkat kelembabannya mungkin hanya beberapa


persen saja bergeser ke arah yang lebih basah dari titik optimum tersebut.
Selanjutnya penentuan suatu peralatan yang tepat akan sangat mempengaruhi
kondisi penggarapan suatu bahan, terutama kualitas hasil penimbunannya. Lebih-lebih
untuk pemadatan zone kedap air, pemilihan peralatan untuk pemadatan harus dilakukan
dengan sangat hati-hati, disesuaikan dengan karakteristik bahan, angka kadar air
aslinya, kondisi cuaca di daerah tempat kedudukan calon bendungan dan banyak faktorfaktor lainnya.
e. Zat-zat organik yang terkandung di dalam bahan
Zat-zat organik, merupakan zat-zat yang mudah terurai yang mengakibatkan
terjadinya perubahan-perubahan fisik dari zat-zat tersebut dan akan menurunkan
stabilitas dari bahan dimana zat-zat organik tersebut didapat. Karenanya materialmaterial yang terpilih untuk tubuh bendungan supaya bebas dari campuran-campuran
zat-zat organik, atau kandungan-kandungan zat organik tersebut tidak diperkenankan
lebih dari 5%.
3.6.1.2 Perencanaan Dimensi Cofferdam
3.6.1.2.1 Lebar Mercu Cofferdam
Lebar mercu cofferdam yang memadai diperlukan agar puncak cofferdam dapat
bertahan terhadap hempasan ombak di atas permukaan lereng yang berdekatan dengan
mercu tersebut dan dapat bertahan terhadap aliran filtrasi yang melalui bagian puncak
tubuh cofferdam yang bersangkutan. Di samping itu, pada penentuan lebar mercu perlu
pula diperhatikan kegunaannya sebagai jalanjalan eksploitasi dan pemeliharaan
cofferdam yang bersangkutan. Kadangkadang lebar mercu cofferdam ditentukan
berdasarkan kegunaannya sebagai jalan lalu lintas umum.
Guna memperoleh lebar minimum mercu cofferdam, biasanya dihitung dengan
rumus sebagai berikut (Thomas, 1976) :
B = 3,6 . H1/3 3
(3-14)
dimana:
B = lebar mercu cofferdam (m)
H= tinggi cofferdam (m)
Jadi,
B = 3,6 . 211/3 3
= 6,9 m
3.6.1.2.2 Panjang Cofferdam
Yang dimaksud dengan panjang cofferdam adalah seluruh panjang mercu
cofferdam yang bersangkutan, termasuk bagian yang digali pada tebingtebing sungai di
kedua sisi ujung mercu tersebut. Apabila bangunan pelimpah atau bangunan penyadap

84

terdapat pada ujungujung mercu, maka lebar bangunan kadangkadang diperhitungkan


pula pada penentuan tinggi jagaan.
3.6.1.2.3 Kemiringan Lereng Tubuh Cofferdam
Pada tubuh bendungan urugan mampunyai kemiringan lereng tertentu, untuk
merencanakannya, kemiringan tersebuut dapat ditentukan melalui persamaan :
m k .
. tg 1,1
FS hulu
1 k . . m
=
(3-15)
nk
. tg 1,1
FS hilir
1 k . n
=
(3-16)
dimana:

FS hulu
= faktor keamanan lereng bagian hulu

FS hilir
=
=
=
=

m
n
k

faktor keamanan lereng bagian hilir


kemiringan lereng hulu
kemiringan lereng hilir
koefisien gempa

= sudut geser dalam


Bahan material yang digunakan sesuai dengan data :
Gs = 2,65
e

= 60 %
= 170 w . Gs(1+w)
1+ e

= 0,15 (koefisien gempa)

Gs+1
2,65+1
w .()

sat = 1000 .()

=
= 2281,25 kg / m3 = 2,28125 ton/m3

= 2281,25 1000 = 1281,25 kg / m3 = 1,28125 ton/m3

= 2,28125 /1,28125 =

1,7805 ton / m3

85

Kemiringan talud bagian hulu :


1,2

tan

m0,15. 1,7805

1,2

1,2

= 1+0,15. m.1,7805 tan 17


=

0,3057 m0,0816
0,305+0,0816 m
0,367+0,0979 m=0,3057 m0,0816

0,4486=0,2078 m
m = 2,16
Kemiringan talud bagian hilir :
nk
1,2=
. tan
1+ n . k
1,2=

n0,15
.0,3057
1+ n .0,15

1,2=

0,3057 n0,0459
0,2057+ 0,0459n

0,367+0,05508=0,3057 n0,0459

0,4129=0,2506 n
n = 1,65
3.6.2 Perhitungan Rembesan pada Tubuh Cofferdam
Baik tubuh bendungan maupun pondasinya diharuskan mampu mempertahankan
diri terhadap gayagaya yang di timbulkan oleh adanya air filtrasi yang mengalir
melalui celahcelah antara butiranbutiran tanah pembentuk tubuh bendungan dan
pondasi tersebut. Metode untuk menentukan besarnya rembesan pada bendungan
urugan ada beberapa macam diantaranya adalah metode Dupuit, Schaffernak,
Casagrande, dan Taylor (Christady, 1992).
L. Cassagrande (1932) memberikan cara untuk menghitung rembesan lewat tubuh
bendungan yang berasal dari pengujian model. Parabola AB berawal dari titik A seperti
yang diperlihatkan pada gambar, dengan AA = 0,3 x AD. Pada modifikasi ini, nilai d
yang digunakan dalam persamaan akan merupakan jarak horizontal antara titik E dan C.

86

Gambar 3.22. Hitungan rembesan cara cassagrande


Sumber : Christady, 1992

Persamaan diperoleh dengan didasarkan pada anggapan cara Dupuit dimana


gradien hidrolik (i) sama dengan

dz / dx

. Casagrande menyarankan hubungan ini

melalui pendekatan pada kondisi dalam kenyataannya. Dalam gambar di atas


dz
ds
i
=
(3-17)
o
Untuk kemiringan sebelah hilir lebih besar dari 30 , deviasi dari anggapan
q kiA
Dupuit menjadi kenyataan. Di dasarkan pada persamaan, debit rembesan
.
Pada segitiga BCF :
dz
A BF x 1 a sin
ds
i
=
= sin ;
(3-18)
maka,
dz
k
z ka sin 2
q
ds
=
(3-19)
atau
H

z dz

a sin

a sin

ds

=
dimana s adalah panjang dari kurva ABC

(3-20)

Penyelesaian dari persamaan di atas menghasilkan :

a 2 2 as
diperoleh :

H2
sin 2

= 0

(3-21)

87

H2
s s 2 2
sin

a
=
(3-22)
Dengan kesalahan sebesar kira kira 4 5 %, s dapat dianggap merupakan garis
lurus AC, maka,
(d 2 H 2 )

s
=
kombinasi persamaan memberikan
(d 2 H 2 )

(3-23)

(d 2 H 2 ctg 2 )

a
=
besarnya debit rembesan dapat ditentukan dengan persamaan

(3-24)

ka sin 2

q
=

(3-25)

3.6.2.1 Penggambaran Garis Rembesan Secara Grafis


Jika bentuk dan posisi garis rembesan paling atas B1B2ES pada potongan
melintang bendungan diketahui, besarnya rembesan air dapat dihitung. Bentuk garis
rembesan kecuali dapat ditentukan secara analitis, dapat juga ditentukan secara grafis
atau dari pengamatan laboratorium dari sebuah model bendungan sebagai prototype,
ataupun juga secara analogi elektris.
Seperti pada penjelasan sebelumnya bahwa pengamatan meunjukkan bahwa
garis rembesan yang melalui bendungan berbentuk kurva parabolis. Akan tetapi,
penyimpangan kurva terjadi pada daerah hulu dan hilirnya. Bentuk parabola rembesan
BB2ERAV disebut juga parabola dasar. Penggambaran secara grafis didasarkan pada
sifatkhusus dari kurva parabola. Untuk itu harus diketahui satu titik pada parabola (titik
B) dan posisi fokus F dari parabolanya. Menurut Cassagrande, letak titik B (x, z)
dengan z = H adalah pada permukaan air di hulu bendungan dengan jarak 0,3 kali B 1D1
diihitung dari titik B1 atau BB1 = 0,3 D1B1.

88

Gambar 3.23. Parabola rembesan secara grafis


Sumber : Christady, 1992

Posisi fokus F dari parabolanya biasanya dipilih pada perpotongan batas


terendah garis aliran (yang dalam hal ini adalah garis horizontal) dan permukaannya.
Perlu diperhatikan bahwa sebelum parabola dapat digambarkan, parameter p harus
diketahui terlebih dahulu. Dari geometri gambar
FV
= HV = p
dan
HC
= 2p + x
jadi

(3-26)
(3-27)

(x2 z 2 )

= x + 2p
dan
1
2

(3-28)

(x2 z 2 ) x

p
=
(3-29)
Pada x = d dan z = H, maka
1
(d 2 H 2 ) d
2
p
=
(3-30)
Dari persamaan , p dapat dihitung. Untuk menggambar parabola dasar,

persamaan dapat diubah menjadi


z2 4 p2
4p
x
=

(3-31)

89

Dengan p yang diketahui nilai x untuk berbagai nilai z dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (4-38).
3.6.2.2 Penggambaran Parabola Dasar Untuk Kemiringan Hilir > 30o
Perpotongan parabola dasar dengan permukaan hilir bendungan titik R dihitung
menurut cara A. Casagrande, yaitu sebesar (a + a) dengan a = FS. Perhatikan bahwa
panjang a adalah panjang SR dengan :
RS
a
c
RF
a a
=
(3-32)
adalah fungsi dari , dimana adalah sudut kemiringan bendungan bagian hilir.
FA p; FV p / 2
(3-33)
FS a; SR a
(3-34)

Gambar 3.24. Kemiringan sudut dengan variasi drainasinya


Sumber : Christady, 1992

Pada bendungan yang terlihat pada, Gambar 3.22 air dapat keluar melalui sisi
luar bagian hilir bendungannya. Bila di bagian hilir dibangun sistem drainasi pada kaki
bendungannya, seperti yang diperlihatkan pada gambar, maka besarnya sudut
kemiringan seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 3.22 (a) dan 3.22 (b) di bawah
dari permukaan air keluar berturutturut akan sama dengan 90o dan 135o. Bila
bangunan drainasi seperti pada Gambar 3.22 (c), sudut kemiringan dari permukaan air
keluar adalah 180o.

90

Gambar 3.25. Grafik nilai c (casagrande, 1937)


Sumber : Christady, 1992

Nilai c untuk berbagai macam a diberikan oleh Casagrande untuk sembarang


kemiringan adari 30o sampai 180o. Dengan diketahuinya sudut a yang berasal dari
gambar penampang potongan bendungan, nilai c dapat ditentukan dari Gambar 3.23.
Adapun persamaan untuk menghitung besarnya a adalah
a
= (a + a) c
(3-35)
Dari nilai a ini, kemudian dapat ditentukan posisi titik S, dimana tinggi ordinat S = h.
3.6.2.3 Penggambaran Parabola Dasar Untuk Kemiringan Hilir a< 30o
Posisi titik S dapat ditentukan secara grafis. Prosedur grafis Schafferank untuk
menentukan panjang a adalah sebagai berikut (Gambar 3.23) :

Gambar 3.26. Penggambaran parabola rembesan untuk < 30o


Sumber : Christady, 1992

1.
2.
3.
4.
5.

Gambarkan kemiringan hilir bendungan ke arah atas


Gambarkan garis vertikal AC lewat titik B
Gambarkan setengah lingkaran OJC dengan diameter OC
Gambarkan garis horizontal BG
Dengan O sebagai pusat dan OG sebagai jari jari, gambarkan bagian lingkaran

GJ
6. Dengan C sebagai pusat dan CJ sebagai jari jari, gambarkan bagian lingkaran
JS
7. Ukur panjang OS yang merupakan panjang a
3.6.2.4 Cara Menggambar Jaring Arus Pada Struktur Bendungan Tanah

91

PadaGambar 3.25 memperlihatkan potongan tubuh bendungan dengan koefisien


permeabilitas yang homogen pada seluruh penampangnya. Untuk menggambarkan
jaring arusnya, maka prosedur berikut dapat diikuti :
a) Gambarkan garis freatis dengan cara yang telah dipelajari. Perhatikan bahwa garis
AB merupakan garis ekuipotensial dan BC garis aliran. Tinggi energi tekanan pada
sembarang titik pada garis freatis adalah 0. Jadi, selisih tinggi energi total antara dua
garis ekuipotensial harus sama dengan selisih elevasi antara titik titik dimana garis
ekuipotensial berpotongan dengan garis freatis. Karena kehilangan tinggi tekanan
antara dua garis ekuipotensial berdekatan sama, maka dapat ditentukan penurunan
ekuipotensialnya (Nd). Kemudian di hitung nilai h = h/Nd.
b) Gambarkan garis tinggi tekanan pada penampang melintang bendungannya. Titik
potong dari garis garis tinggi tekanan dan garis freatis merupakan titik kedudukan
garis ekuipotensial.
c) Gambarkan garis jaring arusnya, dengan mengingat garis ekuipotensial dan garis
aliran berpotongan tegak lurus.
d) Debit rembesan yang lewat tubuh bendungan ditentukan dengan menggunakan

q K .h.L.

Nf
Nd

persamaan

Gambar 3.27. Penggambaran jaring arus pada bendungan


Sumber : Christady, 1992

Perhitungan penentuan formasi garis depresi pada bendungan dengan inti kedap
air vertikal adalah sebagai berikut:
Diketahui:
H
= 18,66 m
l1
= 5,001 m

92

l2
0,3. l1

= 12,118 m
= 0,3 x 5,001
= 1,50 m
= l2 + 0,3. l1
= 12,118 + 1,50 = 13,618
= (H2 + d2) 0.5-d
= (18,662 + 13,6182) 0.5-13,618
= 9,48
= 2.Y0
= 2 x 9,48
= 18,97
= 18,972
= 89,960
= 0,5 x 9,48
= 4,742
2
= 2 y 0 x+ y 0

=(18,97x + 89,96)1/2
= (Y2-89,96) / 18,97

d
Y0
2.Y0
Y02
0,5. Y0

Penyesuaian rumus teoritis menurut Cassagrande:

= 75 (dari grafik pada buku BTU)


a+ a
= Y0/(1- cos. 75)
= 9,48/(1-0,26)
= 12,80
C
= 0,28 (didapatkan dari grafik)
a/ a+a
=C
a/ a+a
= 0,28
a
= 0,28 x 12,80
= 3,583 m
a+ a
= 12,80
a+ 3,583
= 12,80
a
= 9,21 m
Maka akan di dapat garis depresi seperti pada tabel perhitungan Tabel 3.28.

93

Tabel 3.28. Persamaan garis depresi


No
1

-4,742

0,00

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39

-4,729
-4,690
-4,624
-4,532
-4,413
-4,268
-4,097
-3,899
-3,675
-3,424
-3,148
-2,845
-2,515
-2,159
-1,777
-1,369
-0,934
-0,472
0,015
0,529
1,070
1,636
2,229
2,849
3,495
4,167
4,865
5,590
6,341
7,119
7,923
8,753
9,610
10,493
11,402
12,338
13,300
13,618

0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
4,50
5,00
5,50
6,00
6,50
7,00
7,50
8,00
8,50
9,00
9,50
10,00
10,50
11,00
11,50
12,00
12,50
13,00
13,50
14,00
14,50
15,00
15,50
16,00
16,50
17,00
17,50
18,00
18,50
18,66

Sumber: Hasil perhitungan


3.6.2.5 Kapasitas Aliran Infiltrasi

94

Untuk mendapatkan kapasitas rembesan dapat didapat dari perhitungan. Maka


dengan data diatas dihitung kapasitas aliran infiltrasi sebagai berikut.
A. Rembesan pada zona inti kedap
Diketahui :
Np
=6
Nf
=5
k
= 0,00001 cm/dt = 1.10-7 m/dt
H
= 18,66 m (dari perhitungan Flood Routing)
L
= 146 m (dari gambar)
Penyelesaian :
Qf
= (Nf/Np) . k. H. L
= (5/6) x 0,0000001 x 18,86 x 146
= 0,000227 m3/det
= 0,227 l/det
= 19,62 m3/hari

95

3.6.3. Perhitungan Stabilitas pada Lereng Cofferdam


3.6.3.1. Stabilitas Lereng Cofferdam
Dalam banyak kasus, untuk membangun sebuah bendungan urugan diharapkan
mampu membuat perhitungan stabilitas talud guna memeriksa keamanan talud alamiah,
talud galian, dan talud timbunan yang didapatkan. Faktor yang perlu dilakukan dalam
pemeriksaan tersebut adalah menghitung dan membandingkan tegangan geser yang
terbentuk sepanjang permukaan retak yang paling mungkin dengan kekuatan geser dari
tanah yang bersangkutan (Das, BM; 1994).
3.6.3.2. Analisis Stabilitas Talud Metode Irisan Fellenius

Gambar 3.28. Sketsa sederhana analisis stabilitas lereng metode fellenius


Sumber: Das, BM; 1994
Analisis stabilitas dengan menggunakan metode irisan, dapat dijelaskan dengan
memperhatikan Gambar 3.28 dengan AC merupakan lengkungan lingkaran sebagai
permukaan bidang longsor percobaan. Tanah yang berada di atas bidang longsor
percobaan di bagi dalam beberapa irisan tegak. Lebar dari tiaptiap irisan tidak harus
sama. Perhatikan suatu satuan tebal tegak lurus irisan melintang talud seperti gambar.
Gayagaya yang bekerja pada irisan tertentu ditunjukkan dalam Gambar 3.28. Wn
adalah berat irisan. Gayagaya Nr dan Tr adalah komponen tegak dan sejajar dari reaksi
R. Pn dan Pn+1adalah gaya normal yang bekerja pada sisisisi irisan. Demikian juga,
gaya geser yang bekerja pada sisi irisan adalah Tn dan Tn+1. Untuk memudahkan,
tegangan air pori di anggap sama dengan nol. Gaya Pn dan Tn adalah sama besar dengan
resultan Pn+1, dan Tn+1, dan juga garisgaris kerjanya segaris.

96

Gambar 3.29. Irisan untuk analisis stabilitas lereng metode fellenius


Sumber : Das, BM; 1994
Untuk pengamatan keseimbangan
Nr
= Wn. cos n
(3-36)
Gaya geser perlawanan dapat dinyatakan sebagai berikut
f ( Ln ) 1
d ( L n )
(c tan ) Ln
Fs
Fs
Tr
=
(3-37)

Tegangan normal
dalam persamaan di atas adalah sama dengan
Wn cos n
Nr
Ln
Ln
=
(3-38)
Untuk keseimbangan blok percobaan ABC, momen gaya dorong terhadap titik O adalah
sama dengan momen gaya perlawanan terhadap titik O, atau
n p
n p

Wn cos n
1

( Ln )( r )
c

tan

W
r
sin

n
n
F

L
n

1
s
n

n 1
=
atau
n p

( c L
n 1

Wn cos n tan )

n p

Fs
=

n 1

sin n

(3-40)
bn
cos n

Ln
Dengan,

(3-39)

pada persamaan di atas sama dengan

bn
(

= lebar potongan irisan ke-n.)


Perhatikan bahwa harga n bisa negatif atau positif. Harga n positif bila talud

bidang longsor yang merupakan sisi bawah dari irisan, berada pada kwadran yang sama
dengan talud maka tanah yang merupakan sisi atas dari irisan. Untuk mendapatkan
angka keamanan yang minimum yaitu angka keamanan untuk lingkaran kritis beberapa
percobaan dibuat dengan cara mengubah letak pusat lingkaran yang dicoba.

97

3.6.3.3. Analisis Stabilitas Talud Metode Irisan Bishop


Pada tahun 1995, Bishop memperkenalkan suatu penyelesaian yang lebih teliti
daripada metode irisan yang sederhana. Dalam metode ini, pengaruh gayagaya pada
sisi tepi tiap irisan diperhitungkan. Gaya gaya yang bekerja pada irisan nomor n, yang
ditunjukkan dalam Gambar 3.29, digambarkan dalam Gambar 3.30 (a). Sekarang,
misalkan Pn Pn+1 = P; Tn Tn+1 = T. Juga, kita dapat menulis bahwa
tan c Ln

N r tan( d ) c d Ln N r
Fs
Fs
Tr
=
(3-41)

Gambar 3.30.metode irisan bishop yang disederhanakan; (a) gaya gaya yang bekerja
pada irisan nomor n, (b) poligon gaya untuk keseimbangan
Sumber : Das, BM; 1994
Pada Gambar 3.27 (b) menunjukkan poligon gaya untuk keseimbangan dari
irisan nomor n. Jumlahkan gaya dalam arah vertikal.
N tan c Ln
N r cos n r

sin n
Fs
Fs

Wn + T
=
(3-42)
atau,
c Ln
Wn T
sin n
Fs
tan sin n
cos n
Fs
Nr
=
(3-43)
Untuk keseimbangan blok ABC (Gambar 3.27), ambil momen terhadap O
n p

n p

n 1

n 1

Wn r sin n
dengan,

T r
=

(3-44)

98

1
(c tan )Ln
Fs

1
(c Ln N r tan )
Fs

Tr
=
=
(3-45)
Dengan memasukkan persamaan (3-42) dan (3-43) ke persamaan (3-45), maka
didapatkan :
n p

(cb
n 1

Wn tan T tan )
n p

Fs

n 1

=
dengan
cos n

m (n )

1
m ( n )

sin n
(3-46)

tan sin n
Fs

=
(3-47)
Untuk penyederhanaan, bila kita mengumpamakan T = 0, maka persamaan berubah
menjadi :
n p

(cb
n 1

Wn tan )

n p

Fs
=

n 1

1
m ( n )

sin n
(3-48)

m (n )

tan / Fs

Gambar 3.31. Variasi


dengan
Sumber : Das, BM; 1994

dan

99

Perhatikan bahwa Fs muncul pada kedua sisi dari persamaan (2-47). Oleh karena
itu, cara cobacoba perlu dilakukan untuk mendapatkan harga Fs. Gambar 3.31

tan / Fs

m (n )

menunjukkan variasi dari


dengan
untuk bermacam macam harga
.
Seperti pada metode irisan sederhana, beberapa bidang longsor harus diselidiki
untuk mendapatkan bidang longsor yang paling kritis yang akan memberikan angka
keamanan minimum.
3.6.3.4. Analisis Stabilitas dengan Metode Irisan dengan Rembesan Tetap
Pada Gambar 3.32 menunjukkan sebuah talud dengan rembesan yang tetap.
Untuk potongan nomor n, tekanan air pori rata rata pada dasar potongan adalah sama

u n hn w
dengan

. Gaya total yang disebabkan oleh tekanan air pori pada dasar

u n Ln
potongan nomor n adalah sama dengan

Gambar 3.32. Stabilitas talud dengan rembesan yang tetap


Sumber : Das, BM; 1994
Jadi persamaan (4-45) untuk metode irisan yang sederhana akan disempurnakan
untuk menentukan
n p

c L
n 1

Fs

(Wn cos n u n Ln ) tan


n p

W
n 1

sin n

=
Begitu juga persamaan (2-57)

(3-49)
untuk metode irisan yang disederhanakan

menurut Bishop akan disempurnakan ke persamaan berikut

100
n p

c b
n 1

(Wn u n bn ) tan
n p

Fs

n 1

1
m ( ) n

sin n
(3-50)

Wn
Perlu diperhatikan bahwa

dalam persamaan (3-48) dan (3-49) adalah berat

total irisan. Dengan menggunakan metode irisan dan bermacammacam asumsi yang
lain, Bishop, Margenstern (1960) dan Spencer (1967) memberikan grafik (chart) untuk
menentukan angka keamanan dari talud yang sederhana dengan memperhitungkan
pengaruh tekanan air pori.
3.6.3.5. Perhitungan Stabilitas Lereng Cofferdam dengan Metode Fellenius
Dalam perhitungan stabilitas lereng, dianalisis berdasarkan kondisi-kondisi pada
bagian hulu Cofferdam sebagai beikut:
-

Waduk kosong pada keadaan normal


Waduk berada pada elevasi FSL (Full Supply Level) pada keadaan normal
Waduk mengalami rapid draw down pada keadaan normal
Waduk kosong pada saat terjadi gempa
Waduk berada pada elevasi FSL (Full Supply Level) saat terjadi gempa
Waduk mengalami rapid draw down saat terjadi gempa

Analisis dilakukan dilakukan dengan menggunakan metode irisan bidang luncur


bundar Fellenius, contoh langkah pengerjaan stabilitas lereng Cofferdam adalah sebagai
berikut:
a

Menghitung berat jenis setiap material


Gs

= 2,65

= 0,60

= 0,15 (koefisisen gempa)


= 17o (zona inti)

= 46o (zona rockfill)

Sr

= 0,60

sat

( w x ( Gs+1 ) )
1+ e

(1 x ( 2,65+1 ) )
1+ 0,6

101

= 2,281 T/m3

sub

= sat w
= 2,281 1
= 1,281 T/m3

dry

sat
sub

2,281
1,281

= 1,781 T/m3
Gs x w
=
1+e
=

2,65 x 1
1+0,60

= 1,656 T/m3
= 16,245 kN/m3

Wc

Ww
Ws

e x w
Gs x w

0,60 x 1
2,65 x 1

= 0,136 T/m3

sat

wet

(e +Gs)
x w
1+e

( 0,60+ 2,65 )
1+ 0,60

x1

= 2,031 T/m3
= 19,924 kN/m3
Ws +Ww
=
V
=

( Gs x w ) x (1+Wc)
e+Vs

( 2,65 x 1 )+(1+0,136)
0,60+1

= 1,881 T/m3

102

Kemiringan talud bagian hulu :

1,2=

m0,15 x 1,781
.0,306
1+ 0,15 x m x 1,781

m=2,16
Kemiringan talud bagian hilir :

1,2=

n0,15
.0,306
1+ 0,15 x n

n=1,65

Menghitung stabilitas lereng kondisi waduk kosong pada keadaan normal (dengan
gempa)
1 Membagi bidang longsor menjadi beberapa bagian sama lebar, kemudian masingmasing pias dihitung luas (A) dan gaya beratnya (W). Untuk kondisi kosong pias
1, dari gambar bidang longsor didapatkan bahwa.
2 b
= 6,24 m
3 Ainti
= 0 m2
4 Arockfill
= 19,24 m2
5 c
= 0 kN/ m3
6 (inti)
= 16,25 kN/ m3
7 rockfill
= 20,60 kN/ m3
8 Winti
= Ainti . (inti)
= 0 .16,25
= 0 kN/m
9 W rockfill
= A rockfill . (rockfill)
= 19,24 .20,60
= 396,27 kN/m
10 Wtotal
= 0 + 396,27
= 396,27 kN/m
11 Menentukan sudut yang dibentuk oleh jari-jari bidang longsor () dengan arah
gaya berat masing-masing pias. Untuk pias 1, dari gambar bidang longsor
didapatkan bahwa = -26
12 Sin
= Sin -26
= -0,44
13 Cos = Cos -26
= 0,90
14 i
= b/ Cos
= 6,24/0,90
= 6,94 m
15 Menghitng momen yang menyebabkan geser pada bidang longsor tubuh
bendungan. Untuk pias 1 perhitungan sebagai berikut.
T
= W x sin
= 396,27 x sin (-26)

103

= -173,71 kN/m
16 Menghitung momen yang menahan bidang longsor pada bendungan. Untuk pias 1
perhitungan sebagai berikut.
N
= W x cos
= 396,27 x cos (-26)
= 356,16 kN/m
17 Komponen vertikal dan tangensial beban seismik yang masing-masing dapat
dicari dengan persamaan sebagai berikut :
Ne
= e.W x sin
= 0,15 x 396,27 x sin (-24)
= -26,06 kN/m
18 tan adalah sudut geser yang tergantung dari jenis bahan timbunan nilai = 46.
Tan 46o = 1,04
tan 46
19 (N-Ne) tan
= (356,16 (-26,06))
20 C.l

21 (N-Ne) tan

= 395,80 kN/m
= 0 x 6,94 = 0 kN/m
+ C.l

= 395,80 kN/m

Prosedur perhitungan diatas diulang sampai semua pias yang membentuk bidang
longsor dihitung, selanjutnya mencari nilai faktor keamanan (FS) dengan menggunakan
persamaan 3.40, jika W cos = Te dan W sin = T, maka :
FS

=
=

C .l+ ( N Ne ) x tan
T +Te

7355,07
1957,45+(8930,26 x 0,15)

= 2,231 > 1,2 (aman)


Selengkapnya perhitungan stabilitas lereng hulu Cofferdam dapat dilihat pada
tabel 3.27.

104

Tabel 3.29 Stabilitas Cofferdam Kondisi Kosong Dengan Gempa Titik 1


b

A
(inti)

A
(rockfill)

(inti)

(m)

(m)

(m)
4

(kN/m
)
5

(kN/m
)
6

6.24

0.00

19.24

0.00

6.00

0.00

48.93

6.00

0.00

4
5
6

6.00
6.00
6.00

7.08

Irisa
n

(rockfill
)

W
(inti)

W
(rockfill)

W
(total)

(kN/m)

(kN/m)

()

10

11

sin

(kN/m
)
8

16.25

20.60

0.00

396.27

396.27

-26

0.00

16.25

20.60

0.00

1008.00

1008.00

-14

71.36

0.00

16.25

20.60

0.00

1470.10

1470.10

-4

0.00
0.00
56.02

87.12
96.06
40.94

0.00
0.00
1.18

16.25
16.25
16.25

20.60
20.60
20.60

1794.81
1978.96
843.30

1794.81
1978.96
1753.51

7
17
29

76.36

0.00

1.18

16.25

20.60

0.00
0.00
910.20
1240.6
0

12
0.44
0.24
0.07
0.12
0.29
0.48

0.00

1240.60

42

0.67

(kN/m)

Lanjutan Tabel 3.29 Stabilitas Cofferdam Kondisi Kosong Dengan Gempa Titik 1
N = W cos

(kN/m)
16
356.16
978.06
1466.52
1781.43

Ne = eW
sin
(kN/m)
17
-26.06
-36.58
-15.38
32.81

tan

18
1.04
1.04
1.04
1.04

(N-Ne) tan

(kN/m)
19
395.80
1050.69
1534.56
1810.75

l
(m)

Jumlah

T = W sin

(kN/m)
15
-173.71
-243.86
-102.55
218.73

cos

Cxl

19 + 20

(kN/m)
20
0.00
0.00
0.00
0.00

(kN/m)
21
395.80
1050.69
1534.56
1810.75

13

14

0.90

6.94

0.97

6.18

1.00

6.01

0.99
0.96
0.87

6.05
6.27
6.93

0.74

9.82

105

578.59
850.12
830.12
1957.45

1892.49
1533.65
921.95
8930.26

86.79
127.52
124.52
293.62

1.04
0.31
0.31

1869.86
429.90
243.80

0.00
8.16
11.56

1869.86
438.06
255.36
7355.07

106

107

Menghitung stabilitas lereng kondisi Waduk berada pada elevasi FSL (Full Supply
Level) saat terjadi gempa
1 Membagi bidang longsor menjadi beberapa bagian sama lebar, kemudian masingmasing pias dihitung luas (A) dan gaya beratnya (W). Untuk kondisi kosong pias
1, dari gambar bidang longsor didapatkan bahwa.
b = 6,24 m
hw = 12,26 m
hu = 3,15 m
Awet (inti) = 0 m2
Asat (inti) = 0 m2
A(rockfill) = 19,24 m2
Aw = 76.51 m2
C = 0 kN/ m3
ysat (inti) = 19,93 kN/ m3
ywet (inti) = 18.46 kN/ m3
y (rock) = 20,60 kN/ m3
y (w) = 9,81 kN/ m3
Wwet (inti)
=Awet (inti) x ywet (inti)
= 0 x 18,46
= 0 kN/ m
15 Wsat (inti)
= Asat (inti) x ysat (inti)
= 0 x 19,93
= 0 kN/ m
16 W (rockfill) = A(rockfill) x y (rock)
= 19,24 x 20,60
= 396.27 kN/ m
17 W (water)
= Aw x y(w)
= 76,51 x 9,81
= 750,58 kN/ m
18 W (total)
= Wwet (inti) + Wsat (inti) + W (rockfill) + W (water)
= 0 + 0 + 396,27 + 750,58
= 1146,85 kN/ m
19 = -26

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

20 sin = sin -26


= -0,44
21 cos = cos -26
= 0,90
22 u

= hu x y(w)
= 3,15 x 9,81
= 30,9 kN/ m3

23 i
24 T

= b/cos
= 6,24/0,90
= 6,94 m
= W sin
= 1146,85 x -0,44

108

= -502,75 kN/ m
25

26 Ne

= W cos
= 1146,85 x 0,90
= 1030,78 kN/ m
= e x W sin
= 0,15 x -502,75
= -75,41 kN/ m

27 U

=uxi
= 30,90 x 6,94
= 214,54 kN/ m
28 Tan = tan 46
= 1,04

29 (N-Ne-U) tan = (1030,78 -(75,41) 214,54) tan 46


= 923,34 kN/ m
30 C x i = 0 x 6,94
= 0 kN/ m
31 (N-Ne-U) tan + C x i = 923,34 + 0
= 923,34 kN/ m
Prosedur perhitungan diatas diulang sampai semua pias yang membentuk bidang
longsor dihitung, selanjutnya mencari nilai faktor keamanan (FS) dengan menggunakan
persamaan 3.40, jika W cos = Te dan W sin = T, maka :
FS

=
=

C .l+ ( N UNe ) x tan


T Te

5609,16
1727,40+(0,15 x 11103,98)

= 1,653 > 1,2 (aman)


Selengkapnya perhitungan stabilitas lereng hulu Cofferdam dapat dilihat pada
tabel 3.28.

109

Tabel 3.28 Stabilitas Cofferdam Kondisi FSL Dengan Gempa


Asa
t
(inti
)

A
(rockfill)

Aw

hw

hu

Awet
(inti)

(m)

(m)

(m)

(m)

(m)

(m)

(m)

6.24

3.15

0.00

0.00

19.24

76.51

2
3
4
5
6

6.00
6.00
6.00
6.00
6.00

3
12.2
6
9.43
6.65
3.87
1.10
0.00

(kN/m
)
9

8.20
11.94
14.57
16.08
14.64

0.00
0.00
0.00
0.00
51.89

48.93
71.36
87.12
96.06
40.94

7.08

0.00

5.44

37.78

0.00
0.00
0.00
0.00
4.13
38.5
8

0.00

Irisan

ysat
(inti)

wet
(inti)

(rock)

(w)

(kN/m)

(kN/m)
11

(kN/m
)
12

(kN/m
)
13

10

0.00

19.93

18.46

20.60

56.58
39.92
23.25
6.67
0.00

0.00
0.00
0.00
0.00
1.18

19.93
19.93
19.93
19.93
19.93

18.46
18.46
18.46
18.46
18.46

0.00

1.18

19.93

18.46

Wwet
(inti)

Wsat
(inti)

(kN/m)

(kN/m)

14

15

9.81

0.00

0.00

20.60
20.60
20.60
20.60
20.60

9.81
9.81
9.81
9.81
9.81

0.00
0.00
0.00
0.00
957.67

0.00
0.00
0.00
0.00
82.26

20.60

9.81

697.21

768.70

Jumla
h

Lanjutan Tabel 3.28 Stabilitas Cofferdam Kondisi FSL Dengan Gempa


W
(rock
fill)
(kN/m
)
16

W
(water)

W
(total)

(kN/m)

(kN/m)

()

17

18

19

20

21

(kN/m
)
22

396.2
7

750.58

1146.8
5

-26

0.44

0.90

30.90

6.9
4

1008.
00

555.08

1563.0
8

-14

0.24

0.97

80.44

6.1
8

sin

cos

l
(m)
23

T=
W sin

(kN/
m)
24
502.7
5
378.1
4

Ne =
eW
sin
(kN/m
)
26

(kN/m
)
27

1030.7
8

-75.41

1516.6
5

-56.72

N=W
cos
(kN/m
)
25

U=u
xl

tan

(N-NeU) tan

Cxl

29 + 30

28

29

(kN/
m)
30

214.54

1.04

923.34

0.00

923.34

497.43

1.04

1114.17

0.00

1114.17

(kN/m)

(kN/m)
31

110

1470.
10
1794.
81
1978.
96
843.3
0
0.00

391.58
228.08
65.48
0.00
0.00

1861.6
8
2022.8
8
2044.4
4
1883.2
3
1465.9
1

-4

0.07

1.00

117.13

0.12

0.99

142.93

17

0.29

0.96

157.74

29

0.48

0.87

143.62

42

0.67

0.74

53.37

6.0
1
6.0
5
6.2
7
6.9
3
9.8
2

129.8
6
246.5
3
597.7
4
913.0
1
980.8
8
1727.
40

1857.1
4
2007.8
1
1955.1
1
1647.1
1
1089.3
8
11103
.98

-19.48

704.50

1.04

1213.76

0.00

1213.76

36.98

864.03

1.04

1146.12

0.00

1146.12

89.66

989.71

1.04

906.85

0.00

906.85

995.53

0.31

157.34

8.16

165.50

524.06

0.31

127.85

11.56

139.41

136.9
5
147.1
3
259.1
1

5609.16

111

d Menghitung stabilitas lereng kondisi Waduk mengalami rapid draw down saat terjadi
gempa
1 Membagi bidang longsor menjadi beberapa bagian sama lebar, kemudian masingmasing pias dihitung luas (A) dan gaya beratnya (W). Untuk kondisi kosong pias
1, dari gambar bidang longsor didapatkan bahwa.
2 b
= 6,24 m
3 hw
= 2,93 m
4 hu
= 3,15 m
5 Awet (Inti)
= 0 m2
6 Asat(inti)
= 0 m2
7 Arockfill
= 19,24 m2
8 Aw
= 18,29 m2
9 c
= 0 kN/ m3
10 sat (inti)
= 19,93 kN/ m3
11 wet(inti)
= 18,46 kN/ m3
12 (rock)
= 20,60 kN/ m3
13 (w)
= 9,81 kN/ m3
14 Wwet(inti)
= Awet (Inti). wet(inti)
= 0 . 18,46
= 0 kN/ m
15 Wsat(inti)
= Asat (inti) . sat (inti)
= 0 .19,93
= 0 kN/m
16 W rockfill
= A rockfill .(rockfill)
= 19,24 . 20,60
= 396,27 kN/m
17 Wwater
= Aw .(w)
= 18,29 . 9,81
= 179,45 kN/m
18 W(total)
= Wwet(inti)+ Wsat(inti)+ W rockfill + Wwater
= 0 + 0 + 396,27 + 179,45
= 575,72 kN/m
19 Menentukan sudut yang dibentuk oleh jari-jari bidang longsor () dengan arah
gaya berat masing-masing pias. Untuk pias 1, dari gambar bidang longsor
didapatkan bahwa = -26
20 Sin
= Sin -26
= -0,44
21 Cos = Cos -26
= 0,90
22 u
= hu. (w)
= 3.15 . 9,81 = 30,90 kN/ m3
23 i
= b/ Cos
= 6,24/0,90
= 6,94 m
24 Menghitng momen yang menyebabkan geser pada bidang longsor tubuh
bendungan. Untuk pias 1 perhitungan sebagai berikut.
T
= W x sin

112

= 575,72 x sin (-26)


= -252,38 kN/m
25 Menghitung momen yang menahan bidang longsor pada bendungan. Untuk pias 1
perhitungan sebagai berikut.
N
= W x cos
= 575,72 x cos (-26)
= 517,45 kN/m
26 Komponen vertikal dan tangensial beban seismik yang masing-masing dapat
dicari dengan persamaan sebagai berikut :
Ne
= e.W x sin
= 0,15 x sin (-26)
= -37,86 kN/m
27 U
= u.i
= 30,90 . 6,94
= 214,54 kN/m
28 tan adalah sudut geser yang tergantung dari jenis bahan timbunan nilai = 46.
Tan 46o = 1,04
29 (N-Ne-U) tan = (514,45 (-37,86) + 214,54) x tan 46
= 352,88 kN/m
= 0 x 6,94 = 0 kN/m
31 (N-Ne-U) tan + C.l = 352,88 kN/m
30 C.l

Prosedur perhitungan diatas diulang sampai semua pias yang membentuk bidang
longsor dihitung, selanjutnya mencari nilai faktor keamanan (FS) dengan menggunakan
persamaan 3.40, jika W cos = Te dan W sin = T, maka :
FS

=
=

C .l+ ( N UNe ) x tan


T +Te

4909,53
2086,76+(9395,20 x 0,15)

= 1,404 > 1,2 (aman)


Selengkapnya perhitungan stabilitas lereng hulu Cofferdam dapat dilihat pada
tabel 3..

113

Tabel 3.31 Stabilitas Cofferdam Kondisi Rapid Draw Down Dengan Gempa
b

hw

hu

Awet
(inti)

(m)

(m)

(m)

(m)

Asa
t
(int
i)
(m
)
6

6.24

2.93

3.15

0.00

0.00

19.24

2
3
4
5
6

6.00
6.00
6.00
6.00
6.00

0.10
0.00
0.00
0.00
0.00

8.20
9.26
9.11
7.84
9.76

0.00
0.00
0.00
0.00
51.89

7.08

0.00

5.44

37.78

0.00
0.00
0.00
0.00
4.13
38.5
8

Irisan

A
(rock
fill)

Aw

(m)

(m)

48.93
71.36
87.12
96.06
40.94

8
18.2
9
2.39
0.00
0.00
0.00
0.00

0.00

0.00

ysat
(inti)

wet
(inti)

(rock)

(w)

(kN/m)

(kN/m)
11

(kN/m
)
12

(kN/m
)
13

10

0.00

19.93

18.46

20.60

0.00
0.00
0.00
0.00
1.18

19.93
19.93
19.93
19.93
19.93

18.46
18.46
18.46
18.46
18.46

1.18

19.93

18.46

c
(kN/
m)
9

Wwet
(inti)

Wsat
(inti)

(kN/m)

(kN/m)

14

15

9.81

0.00

0.00

20.60
20.60
20.60
20.60
20.60

9.81
9.81
9.81
9.81
9.81

0.00
0.00
0.00
0.00
957.67

0.00
0.00
0.00
0.00
82.26

20.60

9.81

697.21

768.70

Jumla
h

Lanjutan Tabel 3.31 Stabilitas Cofferdam Kondisi Rapid Draw Down Dengan Gempa
W
(rock
fill)
(kN/m
)
16

W
(wate
r)
(kN/m
)
17

W
(total
)
(kN/
m)
18

396.27

179.45

575.7
2

1008.0
0

23.45

1031.
46

sin

cos

19

20

21

(kN/m
)
22

-26

0.44

0.90

30.90

6.94

0.97

80.44

6.18

()

-14

0.24

(m)
23

T=
W sin

(kN/
m)
24
252.3
8
249.5

N=
W
cos
(kN/
m)
25
517.4
5
1000.
82

Ne =
eW sin

U=u
xl

26

(kN/m
)
27

-37.86
-37.43

(kN/m)

tan

(N-Ne-U)
tan

Cxl

29 +
30

28

29

(kN/m
)
30

214.54

1.04

352.88

0.00

352.88

497.43

1.04

560.04

0.00

560.04

(kN/m)

(kN/m)
31

114

1470.1
0
1794.8
1
1978.9
6

0.00
0.00
0.00

843.30

0.00

0.00

0.00

1470.
10
1794.
81
1978.
96
1883.
23
1465.
91

-4

0.07

1.00

90.84

6.01

0.12

0.99

89.37

6.05

17

0.29

0.96

76.91

6.27

29

0.48

0.87

95.75

6.93

42

0.67

0.74

53.37

9.82

3
102.5
5
218.7
3
578.5
9
913.0
1
980.8
8
2086.
76

1466.
52
1781.
43
1892.
49
1647.
11
1089.
38
9395.
20

-15.38

546.37

1.04

968.77

0.00

32.81

540.24

1.04

1251.31

0.00

86.79

482.55

1.04

1370.17

0.00

136.95

663.69

0.31

258.79

8.16

266.95

147.13

524.06

0.31

127.85

11.56

139.41

313.01

968.77
1251.3
1
1370.1
7

4909.5
3

115

116

117

Menghitung stabilitas lereng kondisi waduk kosong pada keadaan normal (tanpa
gempa)
1 Membagi bidang longsor menjadi beberapa bagian sama lebar, kemudian masingmasing pias dihitung luas (A) dan gaya beratnya (W). Untuk kondisi kosong pias
1, dari gambar bidang longsor didapatkan bahwa.
2 b
= 6,24 m
3 Ainti
= 0 m2
4 Arockfill
= 19,24 m2
5 c
= 0 kN/ m3
6 (inti)
= 16,25 kN/ m3
7 rockfill
= 20,60 kN/ m3
8 Winti
= Ainti . (inti)
= 0 .16,25
= 0 kN/m
9 W rockfill
= A rockfill . (rockfill)
= 19.24 .20,60
= 396,27 kN/m
10 Wtotal
= 0 + 396,27
= 396,27 kN/m
11 Menentukan sudut yang dibentuk oleh jari-jari bidang longsor () dengan arah
gaya berat masing-masing pias. Untuk pias 1, dari gambar bidang longsor
didapatkan bahwa = -26
12 Sin
= Sin -26
= -0,44
13 Cos = Cos -26
= 0,90
14 i
= b/ Cos
= 6,24/0,90
= 6,94 m
15 Menghitng momen yang menyebabkan geser pada bidang longsor tubuh
bendungan. Untuk pias 1 perhitungan sebagai berikut.
T
= W x sin
= 396,27 x sin (-26)
= -173,71 kN/m
16 Menghitung momen yang menahan bidang longsor pada bendungan. Untuk pias 1
perhitungan sebagai berikut.
N
= W x cos
= 396,27 x cos (-26)
= 356,16 kN/m
17 tan adalah sudut geser yang tergantung dari jenis bahan timbunan nilai = 46.
Tan 46o = 1,04
18 (N. tan ) = 356,16 tan 46
= 368,82 kN/m
= 0 x 6,94 = 0 kN/m

19 C.l
20 (N. tan ) + C.l = 7475,18 kN/m

118

Prosedur perhitungan diatas diulang sampai semua pias yang membentuk bidang
longsor dihitung, selanjutnya mencari nilai faktor keamanan (FS) dengan menggunakan
persamaan 3.40, jika W cos = Te dan W sin = T, maka :
FS

=
=

C .l+( Nx tan )
T

7475,18
1957,45

= 3,819 > 1,5 (aman)


Selengkapnya perhitungan stabilitas lereng hulu Cofferdam dapat dilihat pada
tabel 3.27.

119

Tabel 3.33 Stabilitas Cofferdam Kondisi Normal tanpa Gempa

A
(int
i)
(m
)
3

6.24

0.00

19.24

0.00

16.25

20.60

0.00

396.27

396.27

-26

6.00

0.00

48.93

0.00

16.25

20.60

0.00

1008.00

1008.00

-14

6.00

0.00

71.36

0.00

16.25

20.60

0.00

1470.10

1470.10

-4

4
5

6.00
6.00

87.12
96.06

0.00
0.00

16.25
16.25

20.60
20.60

0.00
0.00

1794.81
1978.96

1794.81
1978.96

7
17

6.00

40.94

1.18

16.25

20.60

910.20

843.30

1753.51

29

7.08

0.00
0.00
56.0
2
76.3
6

12
0.44
0.24
0.07
0.12
0.29

0.00

1.18

16.25

20.60

1240.6
0

0.00

1240.60

42

b
Irisan
(m)

A
(rock
fill)

(kN/
m)
6

(rock
fill)
(kN/m
)
7

(kN/m
)
8

(inti)

(kN/m
)
5

(m)

W
(inti)

W
(rockfill)

W
(total)

(kN/m)

(kN/m)

()

10

11

Jumla
h

Lanjutan Tabel 3.33 Stabilitas Cofferdam Kondisi Normal tanpa Gempa


T = W sin

(kN/m)
15
-173.71
-243.86
-102.55

N = W cos

(kN/m)
16
356.16
978.06
1466.52

tan

17
1.04
1.04
1.04

N tan

Cxl

18 + 19

(kN/m)
18
368.82
1012.81
1518.63

(kN/m)
19
0.00
0.00
0.00

(kN/m)
20
368.82
1012.81
1518.63

sin

cos

l
(m)

13

14

0.90

6.94

0.97

6.18

1.00

6.01

0.99
0.96

6.05
6.27

0.48

0.87

6.93

0.67

0.74

9.82

120

218.73
578.59
850.12
830.12
1957.45

1781.43
1892.49
1533.65
921.95

1.04
1.04
0.31
0.31

1844.72
1959.73
468.88
281.87

0.00
0.00
8.16
11.56

1844.72
1959.73
477.04
293.43
7475.18

121

122

Menghitung stabilitas lereng kondisi Waduk berada pada elevasi FSL (Full Supply
Level) saat tanpa gempa
1 Membagi bidang longsor menjadi beberapa bagian sama lebar, kemudian masingmasing pias dihitung luas (A) dan gaya beratnya (W). Untuk kondisi kosong pias
1, dari gambar bidang longsor didapatkan bahwa.
b = 6,24 m
hw = 12,26 m
hu = 3,15 m
Awet (inti) = 0 m2
Asat (inti) = 0 m2
A(rockfill) = 19,24 m2
Aw = 76,51 m2
c = 0 kN/ m3
ysat (inti) = 19,93 kN/ m3
ywet (inti) = 18,46 kN/ m3
y (rock) = 20,60 kN/ m3
y (w) = 9,81 kN/ m3
Wwet (inti)
=Awet (inti) x ywet (inti)
= 0 x 18,46
= 0 kN/ m
15 Wsat (inti)
= Asat (inti) x ysat (inti)
= 0 x 19,93
= 0 kN/ m
16 W (rockfill) = A(rockfill) x y (rock)
= 19,24 x 20,60
= 396,27 kN/ m
17 W (water)
= Aw x y(w)
= 76,51 x 9,81
= 750,58 kN/ m
18 W (total)
= Wwet (inti) + Wsat (inti) + W (rockfill) + W (water)
= 0 + 0 + 396,27 + 750,58
= 1146,85 kN/ m
19 = -26

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

20 sin = sin -26


= -0,44
21 cos = cos -26
= 0,90
22 u

= hu x y(w)
= 3,15 x 9,81
= 30,90 kN/ m3

23 i
24 T

= b/cos
= 6,24/ 0,90
= 6,94 m
= W sin
= 1146,85 x -0,44

123

= -502,75 kN/ m
25

= W cos
= 1146,85 x 0,90
= 1030,78 kN/ m
26 U
=uxi
= 30,90 x 6,94
= 214,54 kN/ m
27 Tan = tan 46
= 1,04
28 (N - U) tan = (1030,78 214,54) tan 46
= 845,25 kN/ m
29 C x i = 0 x 6,94
= 0 kN/ m
30 (N- U) tan + C x i = 845.25 + 0
= 845,25 kN/ m
Prosedur perhitungan diatas diulang sampai semua pias yang membentuk bidang
longsor dihitung, selanjutnya mencari nilai faktor keamanan (FS) dengan menggunakan
persamaan 3.40, jika W cos = Te dan W sin = T, maka :
FS

C .l+ ( N U ) x tan
T Te

5670.15
= 1727,40
= 3,282 > 1,2 (aman)
Selengkapnya perhitungan stabilitas lereng hulu Cofferdam dapat dilihat pada
tabel 3.28.

124

Tabel 3.35 Stabilitas Cofferdam Kondisi FSL Tanpa Gempa


b

hw

hu

Awet
(inti)

(m)

(m)

(m)

(m)

6.24

3
12.2
6

Asa
t
(int
i)
(m
)
6

3.15

0.00

0.00

19.24

6.00

9.43

8.20

0.00

0.00

48.93

6.00

6.65

0.00

0.00

71.36

6.00

3.87

0.00

0.00

87.12

6.00

1.10

0.00

0.00

96.06

6.00

0.00

51.89

4.13

7.08

0.00

37.78

38.5
8

Irisa
n

11.9
4
14.5
7
16.0
8
14.6
4
5.44

A
(rock
fill)

Aw

ysat
(inti)

wet
(inti)

(rock
)

(w)

(m)

(m)

(kN/m
)
9

(kN/
m)
10

(kN/m
)
11

(kN/
m)
12

(kN/m
)
13

8
76.5
1
56.5
8
39.9
2
23.2
5

0.00

19.93

18.46

20.60

0.00

19.93

18.46

0.00

19.93

0.00

6.67

40.94
0.00

Wwet
(inti)

Wsat
(inti)

(kN/m)

(kN/m)

14

15

9.81

0.00

0.00

20.60

9.81

0.00

0.00

18.46

20.60

9.81

0.00

0.00

19.93

18.46

20.60

9.81

0.00

0.00

0.00

19.93

18.46

20.60

9.81

0.00

0.00

0.00

1.18

19.93

18.46

20.60

9.81

957.67

82.26

0.00

1.18

19.93

18.46

20.60

9.81

697.21

768.70

Juml
ah

Lanjutan Tabel 3.35 Stabilitas Cofferdam Kondisi FSL Tanpa Gempa


W
(rock
fill)
(kN/m
)
16
396.27

W
(wate
r)
(kN/m
)
17
750.58

W
(total
)
(kN/m
)
18
1146.8

sin

cos

()
19
-26

20
-0.44

21
0.90

u
(kN/m
)
22
30.90

l
(m)
23
6.94

T=W
sin
(kN/m
)
24
-

N=
W
cos
(kN/
m)
25
1030.

U=u
xl
(kN/m
)
26
214.54

tan

27
1.04

(N-U)
tan

Cxl

(kN/m
)
28
845.25

(kN/m
)
29
0.00

29 +
30
(kN/m)
30
845.25

125

5
1008.0
0

555.08

1563.0
8

-14

-0.24

0.97

80.44

6.18

1470.1
0

391.58

1861.6
8

-4

-0.07

1.00

117.13

6.01

0.12

0.99

142.93

6.05

17

0.29

0.96

157.74

6.27

29

0.48

0.87

143.62

6.93

42

0.67

0.74

53.37

9.82

1794.8
1
1978.9
6

228.08
65.48

843.30

0.00

0.00

0.00

2022.8
8
2044.4
4
1883.2
3
1465.9
1

502.7
5
378.1
4
129.8
6
246.5
3
597.7
4
913.0
1
980.8
8
1727.
40

78
1516.
65

497.43

1.04

1055.4
4

0.00

1055.4
4

1857.
14

704.50

1.04

1193.5
9

0.00

1193.5
9

864.03

1.04

1184.4
1

0.00

1184.4
1

989.71

1.04

999.70

0.00

999.70

995.53

0.31

199.21

8.16

207.37

524.06

0.31

172.84

11.56

184.40

2007.
81
1955.
11
1647.
11
1089.
38

5670.
15

126

g Menghitung stabilitas lereng kondisi Waduk mengalami rapid draw down tanpa gempa
1 Membagi bidang longsor menjadi beberapa bagian sama lebar, kemudian masingmasing pias dihitung luas (A) dan gaya beratnya (W). Untuk kondisi kosong pias
1, dari gambar bidang longsor didapatkan bahwa.
2 b
= 6,24 m
3 hw
= 2,93 m
4 hu
= 3,15 m
5 Awet (Inti)
= 0 m2
6 Asat(inti)
= 0 m2
7 Arockfill
= 19,24 m2
8 Aw
= 18,29 m2
9 c
= 0 kN/ m3
10 sat (inti)
= 19,93 kN/ m3
11 wet(inti)
= 18,46 kN/ m3
12 (rock)
= 20,60 kN/ m3
13 (w)
= 9,81 kN/ m3
14 Wwet(inti)
= Awet (Inti). wet(inti)
h
= 0 . 18,46
i
= 0 kN/ m
1 Wsat(inti)
= Asat (inti) . sat (inti)
j
= 0 .19,93
k
= 0 kN/m
1 W rockfill
= A rockfill .(rockfill)
l
= 19,24 . 20,60
m
= 396,27 kN/m
1 Wwater
= Aw .(w)
n
= 18,29 . 9,81
o
= 179,45 kN/m
1 W(total)
= Wwet(inti)+ Wsat(inti)+ W rockfill + Wwater
p
= 0 + 0 + 396,27 + 179,45
q
= 575,72 kN/m
1 Menentukan sudut yang dibentuk oleh jari-jari bidang longsor () dengan arah
gaya berat masing-masing pias. Untuk pias 1, dari gambar bidang longsor
didapatkan bahwa = -24
Sin
= Sin -26
r
= -0,44
1 Cos = Cos -0,26
s
= 0,90
1 u
= hu. (w)
t
= 3,15 . 9,81 = 30,90 kN/ m3
1 i
= b/ Cos
u
= 6,24/0,90
v
= 6,94 m
1 Menghitng momen yang menyebabkan geser pada bidang longsor tubuh
2

bendungan. Untuk pias 1 perhitungan sebagai berikut.


w
T
= W x sin
x
= 575,72 x sin (-26)
y
= -252,38 kN/m

127

Menghitung momen yang menahan bidang longsor pada bendungan. Untuk pias 1

perhitungan sebagai berikut.


z
N
= W x cos
aa
= 575,72 x cos (-26)
ab
= 517,45 kN/m
1 U
= u.i
ac
= 30,90 . 6,94
ad
= 214,54 kN/m
1 tan adalah sudut geser yang tergantung dari jenis bahan timbunan nilai = 46.
ae
Tan 46o = 1,04
1 (N-U) tan = (517,45 214,54) tan 46
1

C.l

(N-U) tan

ag

af
= 313,68 kN/m
= 0 x 6,94 = 0 kN/m
+ C.l

= 313,68 kN/m

Prosedur perhitungan diatas diulang sampai semua pias yang

membentuk bidang longsor dihitung, selanjutnya mencari nilai faktor keamanan


(FS) dengan menggunakan persamaan 3.40, jika W cos = Te dan W sin = T,
maka :

ah

FS

C .l+ ( N U ) x tan
T
5026,34
2086,76

ai

aj

= 2,409 > 1,2 (aman)

ak

Selengkapnya perhitungan stabilitas lereng hulu Cofferdam dapat dilihat


pada tabel 3

al
am
an
ao
ap
aq
ar
as
at
au
av
aw

128

ax
ay
az
ba
bb
bc
bd
be
bf
bg

129

bh Tabel 3.37 Stabilitas Cofferdam Kondisi Rapid Draw Down Tanpa Gempa
bo A

bi I
r
i
s
a
n

bj
b

bk
h

bl
h

bm
A

bn
A

by
(

bz
(

ca
(

cb
(

cc
(

cm
1

cn
2

co
3

cp
4

cq
5

cr
6

db 1

dc
6

dd
2

de
3

df
0.

dg
0

dq 2

dr
6

ds
0

dt
8

du
0.

dv
0

eg
6

eh
0

ei
9

ej
0.

ek
0

ef 3

(
r
o
c
k
f
i
l
l
)
cd (
m

)
cs 7
dh 1
9
.
2
4
dw 4
8
.
9
3
el 7
1

bp
A

ce
(

ct
8
di
1

dx
2.
em
0.

bq c

cf (
k
N
/
m

)
cu 9
dj 0
.
0
0
dy 0
.
0
0
en 0
.

br y
s
a
t

bs
w
e
t

(
i
n
t
i
)

(
i
n
t
i
)

cg (
k
N
/
m

)
cv 1
0
dk 1
9
.
9
3
dz 1
9
.
9
3
eo 1
9

ch (
k
N
/
m

)
cw 1
1
dl 1
8
.
4
6
ea 1
8
.
4
6
ep 1
8

bt
(
r
o
c
k
)
ci (
k
N
/
m

)
cx 1
2
dm2
0
.
6
0
eb 2
0
.
6
0
eq 2
0

bu

bv W
we
t
(in
ti)

bw
Wsat
(in
ti)

ck (k
N/
m)

cl (k
N/
m)

cz 14

da 15

dn 9
.
8
1

do 0.0
0

dp 0.0
0

ec 9
.
8
1

ed 0.0
0

ee 0.0
0

er 9
.

es 0.0
0

et 0.0
0

(
w
)

cj (
k
N
/
m

)
cy 1
3

130

eu 4

ev
6

ew
0

ex
9

ey
0.

ez
0

fj

fk
6

fl
0

fm
7

fn
0.

fo
0

fy 6

fz
6

ga
0

gb
9

gc
5

gd
4

gn 7

go
7

gp
0

gq
5

gr
3

gs
3

hd

he

hf

hg

hh

hc J
u
m
l
a
h

.
3
6
fa 8
7
.
1
2
fp 9
6
.
0
6
ge 4
0
.
9
4
gt 0
.
0
0

0
0
fc 0
.
0
0

fb
0.

fr 0
.
0
0

fq
0.

gg 1
.
1
8

gf
0.

gv 1
.
1
8

gu
0.

hj

hi

hk

.
9
3
fd 1
9
.
9
3
fs 1
9
.
9
3
gh 1
9
.
9
3
gw 1
9
.
9
3

hl

fe

ft

gi

gx

.
4
6
1
8
.
4
6
1
8
.
4
6
1
8
.
4
6
1
8
.
4
6

hm

fu

gj

gy

.
6
0
2
0
.
6
0
2
0
.
6
0
2
0
.
6
0
2
0
.
6
0

hn

8
1
fg 9
.
8
1

fh 0.0
0

fv 9
.
8
1

fw 0.0
0

fx 0.0
0

gk 9
.
8
1

gl 95
7.6
7

gm82.
26

gz 9
.
8
1

ha 69
7.2
1

hb 76
8.7
0

ho

hp

hq

0.0
0

hr
hs
ht Lanjutan Tabel 3.37 Stabilitas Cofferdam Kondisi Rapid Draw Down Tanpa Gempa
hu W

hv
W

hw
W

hx

hy
si

hz
c

ia u

ib
l

ic T

id N

ie U

if
t

ig (N-U)
tan

ih C

ii 2
9

131
(
r
o
c
k
f
i
l
l
)
ij (
k
N
/
m
)
iy 1
6
jn 3
9
6
.
2
7
kc 1
0
0
8
.
0
0
kr 1

(
t
o
t
a
l
)

ik
(k

iz
17

jo
17

kd
23

ks

il (
k
N
/
m
)
ja 1
8
jp 5
7
5
.
7
2
ke 1
0
3
1
.
4
6
kt 1

s
i
n

c
o
s

=
u

3
0

l
ip (
k
N
/
m

im
(

jb
1

jq
-

jc
2

jr
-

jd
2

js
0.

kf
-

kg
-

kh
0.

ku

kv

kw

je 2
2
jt 3
0
.
9
0
ki 8
0
.
4
4
kx 9

iq
(

jf
2

ju
6

kj
6

ky

ir (
k
N
/
m
)

is (
k
N
/
m
)

it (
k
N
/
m
)

jg 2
4

jh 2
5

ji 2
7

jw 5
1
7
.
4
5

jx 2
1
4
.
5
4

jv 2
5
2
.
3
8
kk 2
4
9
.
5
3
kz -

kl 1
0
0
0
.
8
2
la 1

km4
9
7
.
4
3
lb 5

jj
2

jy
1.

kn
1.

lc

iv (kN/
m)

iw (
k
N
/
m
)

ix (
k
N
/
m
)

jk 29

jl 3
0

jm 3
1

jz 313.6
8

ka 0
.
0
0

kb 3
1
3
.
6
8

ko 521.2
8

kp 0
.
0
0

kq 5
2
1
.
2
8

ld 952.8

le 0

lf

132
4
7
0
.
1
0
lg 1
7
9
4
.
8
1
lv 1
9
7
8
.
9
6
mk8
4
3
.
3
0
mz 0
.
0
0
no

0.

lh
0.

lw
0.

ml
0.

na
0.

np

4
7
0
.
1
0
li 1
7
9
4
.
8
1
lx 1
9
7
8
.
9
6
mm
18
8
3
.
2
3
nb 1
4
6
5
.
9
1
nq

lj
7

ly
1

mn
2

lk
0

lz
0

mo
0

0
.
8
4

1.

ll
0.

ma
0.

mp
0.

nc
4

nd
0

ne
0.

nr

ns

nt

lm 8
9
.
3
7
mb7
6
.
9
1
mq9
5
.
7
5
nf 5
3
.
3
7
nu

1
0
2
.
5
5

ln
6

mc
6

mr
6

ng
9

nv

lo 2
1
8
.
7
3
md5
7
8
.
5
9
ms 9
1
3
.
0
1
nh 9
8
0
.
8
8
nw

4
6
6
.
5
2
lp 1
7
8
1
.
4
3
me1
8
9
2
.
4
9
mt 1
6
4
7
.
1
1
ni 1
0
8
9
.
3
8
nx

4
6
.
3
7
lq 5
4
0
.
2
4
mf 4
8
2
.
5
5
mu6
6
3
.
6
9
nj 5
2
4
.
0
6
ny

1.

lr
1.

mg
1.

mv
0.

nk
0.

nz

.
0
0

ls 1285.
29

lt 0
.
0
0

mh1460.
04

mi 0
.
0
0

mw

3
00.66

nl 172.8
4

oa

5
2
.
8
4
lu 1
2
8
5
.
2
9
mj 1
4
6
0
.
0
4

mx8
.
1
6

my3
0
8
.
8
2

nm1
1
.
5
6

nn 1
8
4
.
4
0

ob

oc 5

133
20
8
6
.
7
6

0
2
6
.
3
4

134

od Menghitung stabilitas lereng kondisi waduk kosong pada keadaan normal (dengan gempa)
Titik 2
1 Membagi bidang longsor menjadi beberapa bagian sama lebar, kemudian masingmasing pias dihitung luas (A) dan gaya beratnya (W). Untuk kondisi kosong pias 1,
2
3
4
5
6
7
8
1
1
1

dari gambar bidang longsor didapatkan bahwa.


b
= 6,24 m
Ainti
= 0 m2
Arockfill
= 19,24 m2
c
= 0 kN/ m3
(inti)
= 16,25 kN/ m3
rockfill
= 20,60 kN/ m3
Winti
= Ainti . (inti)
oe
= 0 .16,25
of
= 0 kN/m
W rockfill
= A rockfill . (rockfill)
og
= 19,24 .20,60
oh
= 396,27 kN/m
Wtotal
= 0 + 396,27
oi
= 396,27 kN/m
Menentukan sudut yang dibentuk oleh jari-jari bidang longsor () dengan arah gaya
berat masing-masing pias. Untuk pias 1, dari gambar bidang longsor didapatkan bahwa

= -26
2 Sin
= Sin -24
oj
= -0,41
1 Cos = Cos -24
ok
= 0,91
1 i
= b/ Cos
ol
= 6,24/0,91
om
= 6,83 m
1 Menghitng momen yang menyebabkan geser pada bidang longsor tubuh bendungan.

Untuk pias 1 perhitungan sebagai berikut.


on
T
= W x sin
oo
= 396,27 x sin (-24)
op
= -161,18 kN/m
Menghitung momen yang menahan bidang longsor pada bendungan. Untuk pias 1

perhitungan sebagai berikut.


oq
N
= W x cos
or
= 396,27 x cos (-24)
os
= 362,01 kN/m
Komponen vertikal dan tangensial beban seismik yang masing-masing dapat dicari
dengan persamaan sebagai berikut :
ot
Ne
= e.W x sin
ou
= 0,15 x 396,27 x sin (-24)
ov
= -24,18 kN/m

135

tan adalah sudut geser yang tergantung dari jenis bahan timbunan nilai = 46.
ow
Tan 46o = 1,04
tan 46
1 (N-Ne) tan
= (362,01 (-24,18))

1
2

C.l

(N-Ne) tan
oy

ox
= 399,91 kN/m
= 0 x 6,83 = 0 kN/m
+ C.l =

399,91 kN/m

Prosedur perhitungan diatas diulang sampai semua pias yang membentuk

bidang longsor dihitung, selanjutnya mencari nilai faktor keamanan (FS) dengan
menggunakan persamaan 3.40, jika W cos = Te dan W sin = T, maka :

oz

FS

C .l + ( N Ne ) x tan
T +Te

7310,11
2220,91+(8913,80 x 0,15)

pa

pb

= 2,055 > 1,2 (aman)

pc

Selengkapnya perhitungan stabilitas lereng hulu Cofferdam dapat dilihat pada


tabel 3.27.

pd

pe
pf

136

pg Tabel 3.27 Stabilitas Cofferdam Kondisi Kosong Dengan Gempa Titik 2


pk A

pi
b

pj
A

ph
Ir

qj
1

qx
1
rl
2

pw
(

px
(

qk
2

ql
3

qy
6

qz
0

rm
6

rn
0

(
r
o
c
k
f
i
l
l
)

pn

py (
m

pz (
k
N
/
m

qa (
k
N
/
m

(
r
o
c
k
f
i
l
l
)
qb (
k
N
/
m

qm
4

qn 5

qo 6

qp 7

qq 8

ra 1
9
,
2
4

rb 0
,
0
0

rc 1
6
,
2
5

rd 2
0
,
6
0

re 0
,
0
0

rq 1
6
,
2
5

rr 2
0
,
6
0

ro 4
8
,
9
3

pl c

rp 0
,
0
0

pm

(
i
n
t
i
)

pp W

qc (
k
N
/
m
)

qd (
k
N
/
m
)

qe (
k
N
/
m
)

qr 9

qs 1
0

rf 3
9
6
,
2
7
rt 1
0
0
8
,

rg 3
9
6
,
2
7
ru 1
0
0
8
,

(
i
n
t
i
)

rs 0
,
0
0

(
r
o
c
k
f
i
l
l
)

pq W

po W

(
t
o
t
a
l
)

pr

pu
l
ps
si

pt
c

qf
(

qi
(

qt
1

qu
1

qv
1

qw
1

rh
-

ri
-

rj
0,

rk
6,

rv
-

rw
-

rx
0,

ry
6,

137

rz
3

sn
4

tb
5

tp
6

ud
7

sa
6

sb
0

so
6

sp
0

tc
6

td
0

tq
6

tr
5

ue
7

uf
7

0
0
sh 1
4
7
0
,
1
0
sv 1
7
9
4
,
8
1
tj 1
9
7
8
,
9
6

sc 7
1
,
3
6

sd 0
,
0
0

se 1
6
,
2
5

sf 2
0
,
6
0

sg 0
,
0
0

sq 8
7
,
1
2

sr 0
,
0
0

ss 1
6
,
2
5

st 2
0
,
6
0

su 0
,
0
0

te 9
6
,
0
6

tf 0
,
0
0

tg 1
6
,
2
5

th 2
0
,
6
0

ti 0
,
0
0

ts 4
0
,
9
4

tt 1
,
1
8

tu 1
6
,
2
5

tv 2
0
,
6
0

tw 9
1
0
,
2
0

tx 8
4
3
,
3
0

ug 0
,
0
0

uh 1
,
1
8

ui 1
6
,
2
5

uj 2
0
,
6
0

uk 1
2
4
0
,

ul 0
,
0
0

0
0
si 1
4
7
0
,
1
0
sw 1
7
9
4
,
8
1
tk 1
9
7
8
,
9
6
ty 1
7
5
3
,
5
1
um1
2
4
0
,

sk
0

sl
1,

sm
6,

sy
0

sz
0,

ta
6,

tl
1

tm
0

tn
0,

to
7,

tz
2

ua
0

ub
0,

uc
7,

un
4

uo
0

up
0,

uq
1

sj
2

sx
8

138
6
0

6
0

ur Jumlah

us
ut Lanjutan Tabel 3.27 Stabilitas Cofferdam Kondisi Kosong Dengan Gempa Titik 2

vb (kN/
m)

uv N =
W
cos

vc (kN/
m)

vi 15

vj 16

vk 17

vl
1

vq 362,
01

vr -24,18

vs
1,

vx 982,
17

vy -34,01

vz
1,

wd 51,3
1

we 1469
,21

wf 7,70

wg
1,

wk 249,
79

wl 1777
,34

wr 611,
53

ws 1882
,11

wt 91,73

wy 850,
12

wz 1533
,65

xa 127,5
2

xf 846,

xg 907,

xh 126,9

uu T =
W
sin

vp 161,
18
vw 226,
75

uw

e=
eW
sin
vd (kN/
m)

wm

ux
t

uz C x l

va 19 +
20

vg (kN/m
)

vh (kN/m)

vn 20

vo 21

vt 399,9
1

vu 0,00

vv 399,91

wa 1052,
29

wb 0,00

wc 1052,2
9

wh 1513,
44

wi 0,00

wj 1513,4
4

wo 1801,
69

wp 0,00

wq 1801,6
9

vf (kN/
m)

3
7,47

uy (NNe)
tan

wn
1,
wu
1,
xb
0,
xi

vm
19

wv 1853,
99

ww

0
,00

wx 1853,9
9

xc 429,9
0

xd 8,41

xe 438,30

xj 238,5

xk 11,91

xl 250,50

139

09
xm
2220,9
1

32
xn 891
3,80

1
xo 333,1
4

0,
xp

9
xq

xr

xs 7310,1
1

140

xt

141

xu Menghitung stabilitas lereng kondisi Waduk berada pada elevasi FSL (Full Supply
Level) saat terjadi gempa titik 2
1 Membagi bidang longsor menjadi beberapa bagian sama lebar, kemudian masingmasing pias dihitung luas (A) dan gaya beratnya (W). Untuk kondisi kosong pias
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
1
1
1
1
1
1
1

1, dari gambar bidang longsor didapatkan bahwa.


b = 6,24 m
hw = 12,26 m
hu = 3,15 m
Awet (inti) = 0 m2
Asat (inti) = 0 m2
A(rockfill) = 19,24 m2
Aw = 76.51 m2
C = 0 kN/ m3
ysat (inti) = 19,93 kN/ m3
ywet (inti) = 18.46 kN/ m3
y (rock) = 20,60 kN/ m3
y (w) = 9,81 kN/ m3
Wwet (inti)
=Awet (inti) x ywet (inti)
xv
= 0 x 18,46
xw
= 0 kN/ m
Wsat (inti)
= Asat (inti) x ysat (inti)
xx
= 0 x 19,93
xy
= 0 kN/ m
W (rockfill) = A(rockfill) x y (rock)
xz
= 19,24 x 20,60
ya
= 396.27 kN/ m
W (water)
= Aw x y(w)
yb
= 76,51 x 9,81
yc
= 750,58 kN/ m
W (total)
= Wwet (inti) + Wsat (inti) + W (rockfill) + W (water)
yd
= 0 + 0 + 396,27 + 750,58
ye
= 1146,85 kN/ m
= -24
yf
sin = sin -24
yg
= -0,41
cos = cos -24
yh

= 0,91

= hu x y(w)

yi

= 3,15 x 9,81

yj

= 30,90 kN/ m3

1
1
ym

i
yk
yl
T

= b/cos
= 6,24/0,91
= 6,83 m
= W sin
= 1146,85 x -0,41

142

yn

= -466,47 kN/ m

1
N
yo
yp
1 Ne

= W cos
= 1146,85 x 0,91
= 1047,70 kN/ m
= e x W sin

yq

= 0,15 x -466,47

yr

= -69,97 kN/ m

1 U
=uxi
ys
= 30,90 x 6,83
yt
= 211,07 kN/ m
1 Tan = tan 46
yu

= 1,04

(N-Ne-U) tan = (1047,70 (-69,97) 211,07) tan 46


yv
= 938,81 kN/ m
1 C x i = 0 x 6,83
yw

= 0 kN/ m

(N-Ne-U) tan + C x i = 938,81 + 0


yx
= 938,81 kN/ m
yy

Prosedur perhitungan diatas diulang sampai semua pias yang membentuk

bidang longsor dihitung, selanjutnya mencari nilai faktor keamanan (FS) dengan
menggunakan persamaan 3.40, jika W cos = Te dan W sin = T, maka :

yz

zc

FS

C .l+ ( N UNe ) x tan


T Te
5550,02
2072,94 +(0,15 x 11098,05)

za

zb

= 1,485 > 1,2 (aman)


Selengkapnya perhitungan stabilitas lereng hulu Cofferdam dapat dilihat

pada tabel 3.28.


zd

143

ze Tabel 3.28 Stabilitas Cofferdam Kondisi FSL Dengan Gempa Titik 2


zl A

zf I
r
i
s
a
n

aaj
1
aay
1

abn
2

zg
b

zh
h

zi
h

zj
A

zk
A

zv
(

zw
(

zx
(

zy
(

zz
(

aak
2

aal
3

aam
4

aan
5

aao
6

aaz
6

aba
1

abb
3,

abc
0

abd
0

abo
6

abp
9,

abq
8,

abr
0

abs
0

(
r
o
c
k
f
i
l
l
)
aaa
(m

)
aap
7
abe
19,
2
4
abt
48,
9
3

zo y
s
a
t
zm
A

zn c

(
i
n
t
i
)

zp
w
e
t
(
i
n
t
i
)

zq
(
r
o
c
k
)

zr
(
w
)

aac
(kN
/
m

aad
(k
N
/
m

aae
(k
N
/
m

aaf
(k
N
/
m

aag
(kN
/
m

aaq
8

aar
9

aas
10

aat
11

aau
12

aav
13

abf
7

abg
0,0
0

abh
19,
9
3

abu
5

abv
0,0
0

abw
19,
9
3

abi 1
8
,
4
6
abx
18,
4
6

abj 2
0
,
6
0
aby
20,
6
0

aab
(

zs
W

aah
(k

aaw
1

abk
9,8
1

abl
0,

abz
9,8
1

aca
0,

zt W
sa
t
(in
ti)

aai
(kN/
m)

aax
15
abm
0,00

acb
0,00

144

acc
3

acr4

adg
5

adv
6

aek
7
aez
Ju
m
l
a
h

acd
6

ace
6,

acf
1

acg
0

ach
0

acs
6

act
3,

acu
1

acv
0

acw
0

adh
6

adi
1,

adj
1

adk
0

adl
0

adw
6

adx
0,

ady
1

adz
5

aea
4

ael
7

aem
0,

aen
5,

aeo
3

aep
3

afa

afb

afc

afd

afe

aci 7
1
,
3
6
acx
87,
1
2
adm
96,
0
6
aeb
40,
9
4
aeq
0,0
0

af

acl 1
9
,
9
3
ada
19,
9
3
adp
19,
9
3

acm
18,
4
6

acn
20,
6
0

adb
18,
4
6
adq
18,
4
6
aef1
8
,
4
6

adc
20,
6
0
adr
20,
6
0

aet1
9
,
9
3

aeu
18,
4
6

afi

afj

acj
3

ack
0,0
0

acy
2

acz
0,0
0

adn
6

ado
0,0
0

aec
0

aed
1,1
8

aee
19,
9
3

aer
0

aes
1,1
8

afg

afh

aco
9,8
1

acp
0,

add
9,8
1

ade
0,

ads
9,8
1

adt
0,

aeg
20,
6
0

aeh
9,8
1

aei
95

aev
20,
6
0

aew
9,8
1

aex
69

aey
768,7
0

afm

afn

afk

af

acq
0,00

adf0,0
0
adu
0,00

aej 82,
26

afo Lanjutan Tabel 3.28 Stabilitas Cofferdam Kondisi FSL Dengan Gempa Titik 2
afp
W

afq
W

afrW

afs

aft
s

afu
c

afv
u

afw
l

afx
T

afy
N=

afz
Ne

aga
U=

agb
t

agc
(N-

agd
Cx

age
29

145

(
r
o
c
k
f
i
l
l
)

(
w
a
t
e
r
)

(
t
o
t
a
l
)

W
W
s
i
n

c
o
s

agf
(k
N
/
m
)

agg
(k
N
/
m
)

agh
(k
N
/
m
)

agv
16

agw
17

agx
18

ahl 3
9
6
,
2
7

ahm
75
0
,
5
8

ahn
11
4
6
,
8
5

aib 1
0
0

aic 5
5
5

aid 1
5
6

agl
(k
N
/
m

agi
(

agy agz
1
2

aha
2

ahb
22

agm
(

ahc
2

aho ahp
-

ahq
0,

aie
-

aig
0,

aif
-

ahr
30,
9
0
aih 8
0
,

ahs
6,

aii
6,

e
W
s
i
n

u
x

3
0

ago
(kN
/
m
)

agp
(kN
/
m
)

agq
(kN
/
m
)

ahd
24

ahe
25

ahf
26

ahg
27

ahu
104
7
,
7
0

ahv
6
9
,
9
7

ahw
211
,
0
7

aik 1
5
2

ail 5
2

aim
495
,

4
6
6
,
4
7
aij 3
5

t
a
n

agn
(k
N
/
m
)

aht
-

N
e
U
)

ahh
2

ahx
1,

ain
1,

ags
(k
N
/
m
)

agt
(k
N
/
m
)

agu
(kN
/
m
)

ahi
29

ahj
30

ahk
31

ahy
93
8
,
8
1

ahz
0,0
0

aia 9
3
8
,
8
1

aio 1
1
1

aip 0
,
0

aiq 1
1
1

146
8
,
0
0
air 1
4
7
0
,
1
0
ajh 1
7
9
4
,
8
1
ajx 1
9
7
8
,
9
6
akn
843
,
3
0

,
0
8
ais 3
9
1
,
5
8
aji 2
2
8
,
0
8
ajy 6
5
,
4
8

ako
0,0
0

3
,
0
8
ait 1
8
6
1
,
6
8
ajj 2
0
2
2
,
8
8
ajz 2
0
4
4
,
4
4
akp
18
8
3
,
2
3

aiu
2

ajk
8

aka
1

aiv
0

ajl
0

akb
0

akq akr
2
0

aiw
1,

ajm
0,

akc
0,

aks
0,

4
4

1
,
6
2

aix 1
1
7
,
1
3

aiz 6
4
,
9
7

ajn 1
4
2
,
9
3
akd
15
7
,
7
4
akt1
4
3
,
6
2

aiy
6,

ajo
6,

ake
6,

aku
7,

ajp 2
8
1
,
5
3

3
,
0
2
aja 1
8
6
0
,
5
4
ajq 2
0
0
3
,
2
0

,
7
4

3
5

ajb 9
,
7
5

ajc 7
0
3
,
2
2

ajr 4
2
,
2
3

ajs 8
6
6
,
0
2

akf6
3
1
,
7
7

akg
194
4
,
3
8

akh
94,
7
7

aki 9
9
5
,
1
8

akv
91
3
,
0
1

akw
164
7
,
1
1

akx
136
,
9
5

aky
102
5
,
4
3

ajd
1,

ajt
1,

akj
1,

akz
0,

8
,
8
0
aje 1
1
8
8
,
3
6
aju 1
1
3
3
,
8
5

ajf 0
,
0
0

8
,
8
0
ajg 1
1
8
8
,
3
6

ajv 0
,
0
0

ajw
113
3
,
8
5

akk
88
4
,
8
0

akl 0
,
0
0

akm
884
,
8
0

ala 1
4
8
,
2
0

alb 8
,
4
1

alc 1
5
6
,
6
0

147

ald 0
,
0
0

alt

ale 0
,
0
0

alu

alf 1
4
6
5
,
9
1

alv

alg
4

alh
0

alw alx

ali
0,

aly

alj 5
3
,
3
7

alz

alk
1

ama

all 9
9
9
,
7
5

alm
107
2
,
1
0

aln 1
4
9
,
9
6

amb
20
7
2
,
9
4

amc
110
9
8
,
0
5

amd
31
0
,
9
4

amj

amk
aml
amm

alo 5
3
9
,
8
0

ame

alp
0,

amf

alq 1
1
6
,
8
9

amg

alr 1
1
,
9
1

amh

als 1
2
8
,
8
0
ami
555
0
,
0
2

148

amn

Menghitung stabilitas lereng kondisi Waduk mengalami rapid draw down saat

terjadi gempa titik 2


1 Membagi bidang longsor menjadi beberapa bagian sama lebar, kemudian masingmasing pias dihitung luas (A) dan gaya beratnya (W). Untuk kondisi kosong pias
1, dari gambar bidang longsor didapatkan bahwa.
2 b
= 6,24 m
3 hw
= 2,93 m
4 hu
= 3,15 m
5 Awet (Inti)
= 0 m2
6 Asat(inti)
= 0 m2
7 Arockfill
= 19,24 m2
8 Aw
= 18,29 m2
9 c
= 0 kN/ m3
10 sat (inti)
= 19,93 kN/ m3
11 wet(inti)
= 18,46 kN/ m3
12 (rock)
= 20,60 kN/ m3
13 (w)
= 9,81 kN/ m3
14 Wwet(inti)
= Awet (Inti). wet(inti)
amo = 0 . 18,46
amp = 0 kN/ m
1 Wsat(inti)
= Asat (inti) . sat (inti)
amq = 0 .19,93
amr = 0 kN/m
1 W rockfill
= A rockfill .(rockfill)
ams = 19,24 . 20,60
amt
= 396,27 kN/m
1 Wwater
= Aw .(w)
amu = 18,29 . 9,81
amv = 179,45 kN/m
1 W(total)
= Wwet(inti)+ Wsat(inti)+ W rockfill + Wwater
amw = 0 + 0 + 396,27 + 179,45
amx = 575,72 kN/m
1 Menentukan sudut yang dibentuk oleh jari-jari bidang longsor () dengan arah
gaya berat masing-masing pias. Untuk pias 1, dari gambar bidang longsor
didapatkan bahwa = -24
Sin
= Sin -24
amy = -0,41
1 Cos = Cos -24
amz = 0,91
1 u
= hu. (w)
ana
= 3.15 . 9,81 = 30,90 kN/ m3
1 i
= b/ Cos
anb
= 6,24/0,91
anc
= 6,83 m
1 Menghitng momen yang menyebabkan geser pada bidang longsor tubuh
2

bendungan. Untuk pias 1 perhitungan sebagai berikut.


and
T
= W x sin

149

ane
= 575,72 x sin (-24)
anf
= -234,17 kN/m
Menghitung momen yang menahan bidang longsor pada bendungan. Untuk pias 1

perhitungan sebagai berikut.


ang
N
= W x cos
anh
= 575,72 x cos (-24)
ani
= 525,95 kN/m
Komponen vertikal dan tangensial beban seismik yang masing-masing dapat

dicari dengan persamaan sebagai berikut :


anj
Ne
= e.W x sin
ank
= 0,15 x sin (-24)
anl
= -35,13 kN/m
1 U
= u.i
anm = 30,90 . 6,83
ann
= 211,07 kN/m
1 tan adalah sudut geser yang tergantung dari jenis bahan timbunan nilai = 46.
ano
Tan 46o = 1,04
1 (N-Ne-U) tan = (525,95 (-35,13) + 211,07) x tan 46
1
2

anp
= 362,43 kN/m
= 0 x 6,83 = 0 kN/m
(N-Ne-U) tan + C.l = 362,43 kN/m
C.l

anq

Prosedur perhitungan diatas diulang sampai semua pias yang membentuk

bidang longsor dihitung, selanjutnya mencari nilai faktor keamanan (FS) dengan
menggunakan persamaan 3.40, jika W cos = Te dan W sin = T, maka :

anr

FS

C .l+ ( N UNe ) x tan


T +Te
4857,35
2359,19+(9378,83 x 0,15)

ans

ant

= 1,290 > 1,2 (aman)

anu

Selengkapnya perhitungan stabilitas lereng hulu Cofferdam dapat dilihat


pada tabel 3..

anv

150

anw

any
b

anz
h

Tabel 3.31 Stabilitas Cofferdam Kondisi Rapid Draw Down Dengan Gempa Titik 2

aoa
h

aob
A

aoc
A

anx
Iris
a
n

aon
(

aoo
(

aop
(

aoq
(

aor
(

apc
2

apd
3

ape
4

apf
5

apg
6

apr
6

aps
2

apt
3

apu
0

apv
0

aqf2

aqg
6

aqh
0

aqi
8

aqj
0

aqk
0

aqu
3

aqv
6

aqw
0

aqx
9

aqy
0

aqz
0

apb
1
apq
1

aod
A
(
r
o
c
k
f
i
l
l
)
aos
(m

)
aph
7
apw
19,
2
4
aql 4
8
,
9
3
ara
71,
3

aoe
A

aot
(

api
8

aof
c

aou
(k
N
/
m

)
apj
9

aog
ys
a
t

aoh
w
e
t

(
i
n
t
i
)

(
i
n
t
i
)

aoi

(
r
o
c
k
)

aov
(k
N
/
m

)
apk
10
apz
19,
9
3

aow
(k
N
/
m

)
apl
11
aqa
18,
4
6

aox
(k
N
/
m

)
apm
12
aqb
20,
6
0

aoj

(
w
)

aok
Wwet
(in
ti)

aol
Ws
a
t
(
i
n
t
i
)

aoy
(kN
/
m

aoz
(kN/m
)

apa
(k
N
/
m
)

apn
13

apo
14

app
15

aqc
9,8
1

aqd
0,00

aqe
0,0
0

aqs
0,00

aqt
0,0
0

apx
1

apy
0,0
0

aqm
2

aqn
0,0
0

aqo
19,
9
3

aqp
18,
4
6

aqq
20,
6
0

aqr
9,8
1

arb
0

arc0
,
0

ard
19,
9

are1
8
,

arf 2
0
,

arg
9,8
1

arh
0,00

ari 0
,
0

151

arj 4

ark
6

arl
0

arm
9

arn
0

aro
0

ary5

arz
6

asa
0

asb
7

asc
0

asd
0

aso
6

asp
0

asq
9

asr
5

ass
4

atd
7

ate
0

atf
5

atg
3

ath
3

ats

att

atu

atv

atw

asn
6

atc7
atr
Ju
m
l
a
h

arp
87,
1
2

arr 0
,
0
0

ars1
9
,
9
3

asf
0

asg
0,0
0

ash
19,
9
3

asu
0

asv
1,1
8

asw
19,
9
3

atk1
,
1
8

atz

ase
96,
0
6
ast 4
0
,
9
4
ati 0
,
0
0

atx

arq
0

atj
0

aty

4
6
art 1
8
,
4
6
asi 1
8
,
4
6

6
0

aru
20,
6
0

arv9
,
8
1

arw
0,00

arx0
,
0
0

asj 2
0
,
6
0

ask
9,8
1

asl 0,0
0

asm
0,0
0

asx
18,
4
6

asy
20,
6
0

asz
9,8
1

ata957
,67

atb
82,
2
6

atl 1
9
,
9
3

atm
18,
4
6

atn
20,
6
0

ato9
,
8
1

atp
697,21

atq
768
,
7
0

aua

aub

auc

aud

aue

auf

aug
auh

Lanjutan Tabel 3.31 Stabilitas Cofferdam Kondisi Rapid Draw Down Dengan Gempa Titik 2

aui
auj
W
(

auk
W

aul
W
(

aum aun

auo
c

aup
u

auq
l

aur
T
=

aus
N
=

aut
Ne
=

auu
U=
u

auv
t

auw
(NN

aux
Cx
l

auy
29
+

152

r
o
c
k
f
i
l
l
)
auz
(k
N
/
m
)
avp
16
awf
39
6
,
2
7
awv
10
0
8
,
0
0

t
o
t
a
l
)

ava
(k

avq
17

awg
17

aww
23

avb
(k
N
/
m
)
avr
18
awh
57
5
,
7
2
awx
10
3
1
,
4
6

avf
(kN
/
m

avc
(

avs avt
1
2

awi
-

awj
-

awy awz
-

avu
2

awk
0,

axa
0,

avv
22

awl
30,
9
0

axb
80,
4
4

avg
(

avw
2

awm
6,

axc
6,

s
i
n

c
o
s

e
U
)

e
W
s
i
n

x
l

avh
(k
N
/
m
)

avi
(k
N
/
m
)

avj
(k
N
/
m
)

avk
(kN
/
m
)

avx
24

avy
25

avz
26

awa
27

awo
52
5
,
9
5

awp
3
5
,
1
3

awq
211
,
0
7

axe
10
0
5
,
0
2

axf3
4
,
8
0

axg
495
,
3
5

awn
2
3
4
,
1
7
axd
2
3
2
,
0
3

3
0

t
a
n

awb
2

awr
1,

axh
1,

avm
(k
N
/
m
)

avn
(k
N
/
m
)

avo
(kN
/
m
)

awc
29

awd
30

awe
31

aws
36
2
,
4
3

awt
0,0
0

awu
362
,
4
3

axi 5
6
3
,
8
2

axj 0
,
0
0

axk
563
,
8
2

153
axl 1
4
7
0
,
1
0
ayb
17
9
4
,
8
1
ayr1
9
7
8
,
9
6
azh
84
3
,
3
0

azx
0,0
0

axm
0,

ayc
0,

ays
0,

azi
0,

azy
0,

axn
14
7
0
,
1
0
ayd
17
9
4
,
8
1
ayt1
9
7
8
,
9
6
azj 1
8
8
3
,
2
3
azz
14
6
5
,
9
1

axo
2

aye
8

axp
0

ayf
0

ayu ayv
1
0

azk
2

azl
0

baa bab
4
0

axq
1,

ayg
0,

ayw
0,

azm
0,

bac
0,

axr9
0
,
8
4

ayh
89,
3
7

ayx
76,
9
1

azn
95,
7
5

bad
53,
3
7

axs
6,

ayi
6,

ayy
6,

azo
7,

bae
1

axt5
1
,
3
1
ayj 2
4
9
,
7
9
ayz
61
1
,
5
3
azp
91
3
,
0
1
baf9
9
9
,
7
5

axu
14
6
9
,
2
1
ayk
17
7
7
,
3
4
aza
18
8
2
,
1
1
azq
16
4
7
,
1
1
bag
10
7
2
,
1
0

axv
7,7
0

axw
545
,
3
8

ayl 3
7
,
4
7

aym
541
,
4
8

azb
91,
7
3

azc
485
,
2
1

azr1
3
6
,
9
5

azs
683
,
6
2

bah
14
9
,
9
6

bai 5
3
9
,
8
0

axx
1,

ayn
1,

azd
1,

azt
0,

baj
0,

axy
94
8
,
6
9

axz
0,0
0

aya
948
,
6
9

ayp
0,0
0

ayq
124
0
,
9
7

azf 0
,
0
0

azg
135
1
,
5
4

azu
25
2
,
7
0

azv
8,4
1

azw
261
,
1
0

bak
11
6
,
8
9

bal 1
1
,
9
1

bam
128
,
8
0

ayo
12
4
0
,
9
7
aze
13
5
1
,
5
4

154

ban

bao

bap

baq bar

bas

bat

bau

bav
23
5
9
,
1
9

baw
93
7
8
,
8
3

bax
35
3
,
8
8

bay

baz

bba

bbb

bbc
485
7
,
3
5

155

bbd

156

bbe

157

bbf Menghitung stabilitas lereng kondisi waduk kosong pada keadaan normal (tanpa
gempa) Titik 2
1 Membagi bidang longsor menjadi beberapa bagian sama lebar, kemudian masingmasing pias dihitung luas (A) dan gaya beratnya (W). Untuk kondisi kosong pias
1, dari gambar bidang longsor didapatkan bahwa.
2 b
= 6,24 m
3 Ainti
= 0 m2
4 Arockfill
= 19,24 m2
5 c
= 0 kN/ m3
6 (inti)
= 16,25 kN/ m3
7 rockfill
= 20,60 kN/ m3
8 Winti
= Ainti . (inti)
bbg
= 0 .16,25
bbh
= 0 kN/m
1 W rockfill
= A rockfill . (rockfill)
bbi
= 19.24 .20,60
bbj
= 396,27 kN/m
1 Wtotal
= 0 + 396,27
bbk
= 396,27 kN/m
1 Menentukan sudut yang dibentuk oleh jari-jari bidang longsor () dengan arah
gaya berat masing-masing pias. Untuk pias 1, dari gambar bidang longsor
didapatkan bahwa = -24
2 Sin
= Sin -24
bbl
= -0,41
1 Cos = Cos -24
bbm = 0,91
1 i
= b/ Cos
bbn
= 6,24/0,91
bbo
= 6,83 m
1 Menghitng momen yang menyebabkan geser pada bidang longsor tubuh

bendungan. Untuk pias 1 perhitungan sebagai berikut.


bbp
T
= W x sin
bbq
= 396,27 x sin (-24)
bbr
= -161,18/m
Menghitung momen yang menahan bidang longsor pada bendungan. Untuk pias 1

perhitungan sebagai berikut.


bbs
N
= W x cos
bbt
= 396,27 x cos (-24)
bbu
= 362,01 kN/m
1 tan adalah sudut geser yang tergantung dari jenis bahan timbunan nilai = 46.
bbv
Tan 46o = 1,04
1 (N. tan ) = 362,01 tan 46
1
2

bbw = 374,87 kN/m


= 0 x 6,83 = 0 kN/m

C.l
(N. tan ) + C.l = 374,87 kN/m

158

bbx

Prosedur perhitungan diatas diulang sampai semua pias yang membentuk

bidang longsor dihitung, selanjutnya mencari nilai faktor keamanan (FS) dengan
menggunakan persamaan 3.40, jika W cos = Te dan W sin = T, maka :

bby

FS

C .l+( Nx tan )
T
7469,40
2220,91

bbz

bca

= 3,363 > 1,5 (aman)

bcb

Selengkapnya perhitungan stabilitas lereng hulu Cofferdam dapat dilihat


pada tabel 3.27.

bcc
bcd
bce
bcf
bcg
bch
bci
bcj
bck
bcl
bcm

159

bcn

bcp
b

bcq
A

bco
Ir

bdq
1

bee
1
bes
2

bdd
(

bde
(

bdr
2

bds
3

bef
6

beg
0

bet
6

beu
0

Tabel 3.33 Stabilitas Cofferdam Kondisi Normal tanpa Gempa Titik 2


bcr
A
(
r
o
c
k
f
i
l
l
)

bcs
c

bdf
(m

bdg
(kN
/
m

bdh
(k
N
/
m

bcu

(
r
o
c
k
f
i
l
l
)
bdi
(k
N
/
m

bcv
W
(
i
n
t
i
)

bcw
W
(
r
o
c
k
f
i
l
l
)

bcx
W
(
t
o
t
a
l
)

bdj
(kN
/
m
)

bdk
(k
N
/
m
)

bdl
(k
N
/
m
)

bdt
4

bdu
5

bdv
6

bdw
7

bdx
8

bdy
9

bdz
10

beh
19,
2
4

bei 0
,
0
0

bej 1
6
,
2
5

bek
20,
6
0

bel 0
,
0
0

bex
16,
2
5

bey
20,
6
0

bez
0,0
0

bem
39
6
,
2
7
bfa1
0
0
8
,

ben
39
6
,
2
7
bfb1
0
0
8
,

bev
48,
9
3

bew
0,0
0

bct

(
i
n
t
i
)

bcy

bdb
l
bcz
s

bda
c

bdm
(

bdp
(

bea beb
1
1

bec
1

bed
1

beo bep
-

beq
0,

ber
6,

bfc
-

bfe
0,

bf
6,

bfd
-

160

bfg
3

bfu
4

bgi
5

bgw
6

bhk
7

bfh
6

bf
0

bfv
6

bfw
0

bgj
6

bgk
0

bgx
6

bgy
5

bhl
7

bhm
7

bfj 7
1
,
3
6

bfk0
,
0
0

bfl 1
6
,
2
5

bfm
20,
6
0

bfn0
,
0
0

bfx8
7
,
1
2

bfy0
,
0
0

bfz 1
6
,
2
5

bga
20,
6
0

bgb
0,0
0

bgl9
6
,
0
6

bgm
0,0
0

bgn
16,
2
5

bgo
20,
6
0

bgp
0,0
0

bgz
40,
9
4

bha
1,1
8

bhb
16,
2
5

bhc
20,
6
0

bhd
910
,
2
0

bhn
0,0
0

bho
1,1
8

bhp
16,
2
5

bhq
20,
6
0

bhr
124
0
,
6

0
0
bfo1
4
7
0
,
1
0
bgc
17
9
4
,
8
1
bgq
19
7
8
,
9
6
bhe
84
3
,
3
0
bhs
0,0
0

0
0
bfp1
4
7
0
,
1
0
bgd
17
9
4
,
8
1
bgr
19
7
8
,
9
6
bhf1
7
5
3
,
5
1
bht
12
4
0
,

bfr
0

bfs
1,

bft
6,

bgf
0

bgg
0,

bgh
6,

bgt
0

bgu
0,

bgv
6,

bhg bhh
2
0

bhi
0,

bhj
7,

bhu bhv
4
0

bhw
0,

bhx
1

bfq
2

bge
8

bgs
1

161
6
0

0
bhy

Jumlah

bhz
bia Lanjutan Tabel 3.33 Stabilitas Cofferdam Kondisi Normal tanpa Gempa Titik 2

bih
(kN/m)

bic
N=W
cos

bii (kN/
m)

bin
15

bio
16

bib
T=W
sin

bit 161,
18
biz 226,
75

biu362,
01
bja 982,
17

bjf 51,3
1

bjg1469
,21

bjl 249,
79

bjm
1777,34

bjr 611,
53

bjs 1882
,11

bjx 850,
12

bjy 1533
,65

bkd
846,09

bke
907,32

bid
t

bie
bik

(
kN/m)

bip
1

biq

biv
1,

biw

bjb
1,
bjh
1,
bjn
1,
bjt
1,
bjz
0,
bkf
0,

N
tan

1
8
3

bif C x l

big
1
8 + 19

bil (kN/
m)

bim
(
kN/m)

bir19

bis

2
0

bix 0,00

biy 374,87

bjc 1017,0
6

bjd0,00

bje 1017,0
6

bji 1521,4
1

bjj 0,00

bjk 1521,4
1

bjo 1840,4
9

bjp0,00

bjq1840,4
9

bju1948,9
8

bjv 0,00

bjw
1
948,98

74,87

bka

4
68,88

bkg

2
77,40

bkb
8,41

bkc

bkh
11,91

bki 289,30

77,29

162

bkj
2220,9
1

bkk

bkl

bkm

bkn

bko
7
469,4
0

163

bkp

164

bkq

Menghitung stabilitas lereng kondisi Waduk berada pada elevasi FSL (Full

Supply Level) saat tanpa gempa Titik 2


1 Membagi bidang longsor menjadi beberapa bagian sama lebar, kemudian masingmasing pias dihitung luas (A) dan gaya beratnya (W). Untuk kondisi kosong pias
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
1
1
1
1
1
1
1

1, dari gambar bidang longsor didapatkan bahwa.


b = 6,24 m
hw = 12,26 m
hu = 3,15 m
Awet (inti) = 0 m2
Asat (inti) = 0 m2
A(rockfill) = 19,24 m2
Aw = 76,51 m2
c = 0 kN/ m3
ysat (inti) = 19,93 kN/ m3
ywet (inti) = 18,46 kN/ m3
y (rock) = 20,60 kN/ m3
y (w) = 9,81 kN/ m3
Wwet (inti)
=Awet (inti) x ywet (inti)
bkr
= 0 x 18,46
bks
= 0 kN/ m
Wsat (inti)
= Asat (inti) x ysat (inti)
bkt
= 0 x 19,93
bku
= 0 kN/ m
W (rockfill) = A(rockfill) x y (rock)
bkv
= 19,24 x 20,60
bkw = 396,27 kN/ m
W (water)
= Aw x y(w)
bkx
= 76,51 x 9,81
bky = 750,58 kN/ m
W (total)
= Wwet (inti) + Wsat (inti) + W (rockfill) + W (water)
bkz
= 0 + 0 + 396,27 + 750,58
bla
= 1146,85 kN/ m
= -24
blb
sin = sin -24
blc
= -0,41
cos = cos -24
bld

= 0,91

= hu x y(w)

ble

= 3,15 x 9,81

blf

= 30,90 kN/ m3

1
1
bli

i
blg
blh
T

= b/cos
= 6,24/ 0,91
= 6,83 m
= W sin
= 1146,85 x -0,41

165

blj

= -466,47 kN/ m

1
N
= W cos
blk
= 1146,85 x 0,91
bll
= 1047,70 kN/ m
1 U
=uxi
blm
= 30,90 x 6,83
bln
= 211,07 kN/ m
1 Tan = tan 46
blo

= 1,04

(N - U) tan = (1047,70 211,07) tan 46


blp
= 866,35 kN/ m
1 C x i = 0 x 6,83
blq

= 0 kN/ m

(N- U) tan + C x i = 866,35 + 0


blr
= 866,35 kN/ m
bls

Prosedur perhitungan diatas diulang sampai semua pias yang membentuk

bidang longsor dihitung, selanjutnya mencari nilai faktor keamanan (FS) dengan
menggunakan persamaan 3.40, jika W cos = Te dan W sin = T, maka :

blt

FS

C .l+ ( N U ) x tan
T Te

blu

5662,62
= 2072,94

blv

= 2,125 > 1,2 (aman)

blw

Selengkapnya perhitungan stabilitas lereng hulu Cofferdam dapat


dilihat pada tabel 3.28.

blx

166

bly Tabel 3.35 Stabilitas Cofferdam Kondisi FSL Tanpa Gempa Titik 2

bmb
bma
h
b

bmc
h

blz
Iri
s
a
n

bnd
1
bns
1
boh
2
bow
3

bmf
A
(
r
o
bmd bme
c
A
A
k
f
i
l
l
)

bmp bmq
(
(

bmr
(

bms bmt
(
(

bne
2

bnf
3

bng
4

bnh
5

bni
6

bnt
6

bnu
1

bnv
3,

bnw
0

bnx
0

boi
6

boj
9,

bok
8,

bol
0

bom
0

box
6

boy
6,

boz
1

bpa
0

bpb
0

bmu
(m

)
bnj
7
bny
19,
2
4
bon
48,
9
3
bpc
71,
3

bmi
ys
a
t
bmg
A

bmh
c

(
i
n
t
i
)

bmj
w
e
t
(
i
n
t
i
)

bmk

(
r
o
c
k
)

bml

(
w
)

bmm
W

bmn
W

bnb
(k

bnc
(k

bnq
1

bnr
1

boe
9,8
1

bof
0,

bog
0,

bot
9,8
1

bou
0,

bov
0,

bpi9
,
8

bpj
0,

bpk
0,

bmw
(kN
/
m

bmx
(k
N
/
m

bmy
(k
N
/
m

bmz
(k
N
/
m

bna
(kN
/
m

bnk
8

bnl
9

bnm
10

bnn
11

bno
12

bnp
13

bnz
7

boa
0,0
0

boo
5

bop
0,0
0

bpd
3

bpe
0,0
0

bob
19,
9
3
boq
19,
9
3
bpf1
9
,

boc
18,
4
6
bor
18,
4
6
bpg
18,
4

bod
20,
6
0
bos
20,
6
0
bph
20,
6

bmv
(

167
9
3
bpu
19,
9
3
bqj1
9
,
9
3
bqy
19,
9
3
brn
19,
9
3

6
bpl4

bqa
5

bqp
6
bre
7
brt
Ju
m
l
a
h

bpm bpn
6
3,

bpo
1

bpp
0

bpq
0

bqb
6

bqc
1,

bqd
1

bqe
0

bqf
0

bqq
6

bqr
0,

bqs
1

bqt
5

bqu
4

brf
7

brg
0,

brh
5,

bri
3

brj
3

bru

brv

brw

brx

bry

bpr
87,
1
2
bqg
96,
0
6
bqv
40,
9
4
brk0
,
0
0
brz

bps
2

bqh
6,

bpt
0,0
0
bqi0
,
0
0

bqw
0,

bqx
1,1
8

brl
0,

brm
1,1
8

bsa

bsb

bsc

bpv
18,
4
6

bqz
18,
4
6
bro
18,
4
6

bpw
20,
6
0
bql2
0
,
6
0
bra
20,
6
0
brp
20,
6
0

bsd

bse

bqk
18,
4
6

1
bpx
9,8
1

bpy
0,

bpz
0,

bqm
9,8
1

bqn
0,

bqo
0,

brb
9,8
1

brc
95

brd
82

brq
9,8
1

brr
69

brs
76

bsf

bsg

bsh

bsi
bsj Lanjutan Tabel 3.35 Stabilitas Cofferdam Kondisi FSL Tanpa Gempa Titik 2
bsk
W
(
r
o
c
k

bsl
W

bsm
W
(
t
o
t
a

bsn bso

bsp
c

bsq
u

bsr
l

bss
T
=

bst
N
=

bsu
U=
u

bsv
t

bsw
(N
U
)
t

bsx
Cx
l

bsy
29
+
3
0

168
f
i
l
l
)
bsz
(k
N
/
m
)
bto
16
bud
39
6
,
2
7
bus
10
0
8
,
0
0
bvh
14
7
0
,

l
)

bta
(k

btp
17

bue
75

but
55

bvi
39

btb
(k
N
/
m
)
btq
18
buf1
1
4
6
,
8
5
buu
15
6
3
,
0
8
bvj 1
8
6
1
,

btf(
k
N
/
m

btc
(

btr
1

bts
2

bug buh
-

btt
2

bui
0,

buv buw
-

bux
0,

bvk bvl
2
0

bvm
1,

btu
22
buj3
0
,
9
0

buy
80,
4
4
bvn
117
,
1
3

btg
(

btv
2

buk
6,

buz
6,

bvo
6,

i
n

o
s

a
n

bth
(k
N
/
m
)

bti (
k
N
/
m
)

btj (
k
N
/
m
)

btw
24

btx
25

bty
27

bul4
6
6
,
4
7
bva
3
5
1
,
6
2
bvp
64,
9
7

bum
10
4
7
,
7
0

bun
211
,
0
7

bvb
15
2
3
,
0
2

bvc
495
,
3
5

bvq
18
6
0
,

bvr
703
,
2
2

btz
2

buo
1,

bvd
1,

bvs
1,

btl (
k
N
/
m
)

btm
(k
N
/
m
)

btn
(kN
/
m
)

bua
29

bub
30

buc
31

bup
86
6
,
3
5

buq
0,0
0

bur
866
,
3
5

bve
10
6
4
,
1
8

bvf0
,
0
0

bvg
106
4
,
1
8

bvt1
1
9
8
,

bvu
0,0
0

bvv
119
8
,
4

169
1
0
bvw
17
9
4
,
8
1
bwl
19
7
8
,
9
6
bxa
84
3
,
3
0

bvx
22

bwm
65

bxb
0,

bxp
0,0
0

bxq
0,

bye

byf

6
8
bvy
20
2
2
,
8
8
bwn
20
4
4
,
4
4
bxc
18
8
3
,
2
3
bxr
14
6
5
,
9
1
byg

bvz
8

bwa
0

bwo bwp
1
0

bxd bxe
2
0

bxs
4

bwb
0,

bwq
0,

bxf
0,

bxt
0

bxu
0,

byh byi

byj

bwc
142
,
9
3
bwr
157
,
7
4
bxg
143
,
6
2

bxv
53,
3
7
byk

bwd
6,

bws
6,

bxh
7,

bxw
1

byl

bwe
28
1
,
5
3
bwt
63
1
,
7
7
bxi 9
1
3
,
0
1
bxx
99
9
,
7
5
bym
20
7
2
,

5
4
bwf
20
0
3
,
2
0
bwu
19
4
4
,
3
8
bxj 1
6
4
7
,
1
1
bxy
10
7
2
,
1
0
byn

bwg
866
,
0
2
bwv
995
,
1
8
bxk
102
5
,
4
3
bxz
539
,
8
0
byo

bwh
1,

bww
1,

bxl
0,

bya
0,

byp

4
5
bwi
11
7
7
,
5
8

bwj
0,0
0

bwk
117
7
,
5
8

bwx
98
2
,
9
3

bwy
0,0
0

bwz
982
,
9
3

bxm
19
0
,
0
7

bxn
8,4
1

bxo
198
,
4
7

byb
16
2
,
7
4

byc
11,
9
1

byd
174
,
6
5

byq

byr

bys
566
2
,
6

170
9
4

byt
byu

171

byv

Menghitung stabilitas lereng kondisi Waduk mengalami rapid draw down tanpa
gempa Titik 2
1 Membagi bidang longsor menjadi beberapa bagian sama lebar, kemudian masingmasing pias dihitung luas (A) dan gaya beratnya (W). Untuk kondisi kosong pias
1, dari gambar bidang longsor didapatkan bahwa.
2 b
= 6,24 m
3 hw
= 12,26 m
4 hu
= 3,15 m
5 Awet (Inti)
= 0 m2
6 Asat(inti)
= 0 m2
7 Arockfill
= 19,24 m2
8 Aw
= 18,29 m2
9 c
= 0 kN/ m3
10 sat (inti)
= 19,93 kN/ m3
11 wet(inti)
= 18,46 kN/ m3
12 (rock)
= 20,60 kN/ m3
13 (w)
= 9,81 kN/ m3
14 Wwet(inti)
= Awet (Inti). wet(inti)
byw = 0 . 18,46
byx
= 0 kN/ m
1 Wsat(inti)
= Asat (inti) . sat (inti)
byy
= 0 .19,93
byz
= 0 kN/m
1 W rockfill
= A rockfill .(rockfill)
bza
= 19,24 . 20,60
bzb
= 396,27 kN/m
1 Wwater
= Aw .(w)
bzc
= 18,29 . 9,81
bzd
= 179,45 kN/m
1 W(total)
= Wwet(inti)+ Wsat(inti)+ W rockfill + Wwater
bze
= 0 + 0 + 396,27 + 179,45
bzf
= 575,72 kN/m
1 Menentukan sudut yang dibentuk oleh jari-jari bidang longsor () dengan arah
gaya berat masing-masing pias. Untuk pias 1, dari gambar bidang longsor
didapatkan bahwa = -24
Sin
= Sin -24
bzg
= -0,41
1 Cos = Cos -0,24
bzh
= 0,91
1 u
= hu. (w)
bzi
= 3,15 . 9,81 = 30,90 kN/ m3
1 i
= b/ Cos
bzj
= 6,24/0,91
bzk
= 6,83 m
1 Menghitng momen yang menyebabkan geser pada bidang longsor tubuh
2

bendungan. Untuk pias 1 perhitungan sebagai berikut.


bzl
T
= W x sin

172

bzm
= 575,72 x sin (-24)
bzn
= -234,17 kN/m
Menghitung momen yang menahan bidang longsor pada bendungan. Untuk pias 1

perhitungan sebagai berikut.


bzo
N
= W x cos
bzp
= 575,72 x cos (-24)
bzq
= 525,95 kN/m
1 U
= u.i
bzr
= 30,90 . 6,83
bzs
= 211,07 kN/m
1 tan adalah sudut geser yang tergantung dari jenis bahan timbunan nilai = 46.
bzt
Tan 46o = 1,04
1 (N-U) tan = (525,95 211,07) tan 46
1
2

C.l

(N-U) tan
bzv

bzu
= 326,06 kN/m
= 0 x 6,83 = 0 kN/m
+ C.l

= 313,68 kN/m

Prosedur perhitungan diatas diulang sampai semua pias yang

membentuk bidang longsor dihitung, selanjutnya mencari nilai faktor keamanan


(FS) dengan menggunakan persamaan 3.40, jika W cos = Te dan W sin = T,
maka :

bzw

FS

C .l+ ( N U ) x tan
T
5014,41
2359,19

bzx

bzy

= 2,125 > 1,2 (aman)

bzz

Selengkapnya perhitungan stabilitas lereng hulu Cofferdam dapat dilihat


pada tabel 3

caa
cab
cac
cad
cae
caf
cag
cah
cai
caj

173

cak
cal
cam
can
cao
cap
caq
car
cas
cat
cau
cav

174

caw

Tabel 3.37 Stabilitas Cofferdam Kondisi Rapid Draw Down Tanpa


Gempa Titik 2

cay
b

caz
h

cba
h

cbb
A

cbc
A

cax
Iri
s
a
n

ccb
1
ccq
1

cdf 2

cdu
3

cej 4

cey
5
cfn 6

cbn
(

cbo
(

cbp
(

cbq
(

cbr
(

ccc
2

ccd
3

cce
4

ccf
5

ccg
6

ccr
6

ccs
1

cct
3

ccu
0

ccv
0

cdg
6

cdh
9,

cdi
8

cdj
0

cdk
0

cdv
6

cdw
6,

cdx
9

cdy
0

cdz
0

cek
6

cel
3,

cem
9

cen
0

ceo
0

cez
6

cfa
1,

cfb
7

cfc
0

cfd
0

cfo
6

cfp
0,

cfq
9

cfr
5

cfs
4

cbd
A
(
r
o
c
k
f
i
l
l
)
cbs
(m

)
cch
7
ccw
19,
2
4
cdl 4
8
,
9
3
cea
71,
3
6
cep
87,
1
2
cfe 9
6
,
0
6
cft 4
0
,
9

cbe
A

cbf
c

cbg
ys
a
t

cbh
w
e
t

(
i
n
t
i
)

(
i
n
t
i
)

cbi

(
r
o
c
k
)

cbj

(
w
)

cbk
W

cbu
(kN
/
m

cbv
(k
N
/
m

cbw
(k
N
/
m

cbx
(k
N
/
m

cby
(kN
/
m

ccj 9

cck
10

ccl 1
1

ccm
12

ccn
13

ccx
1

ccy
0,0
0

ccz1
9
,
9
3

cda
18,
4
6

cdb
20,
6
0

cdc
9,8
1

cdm
2,

cdn
0,0
0

cdo
19,
9
3

cdp
18,
4
6

cdq
20,
6
0

cdr9
,
8
1

ceb
0,

cec
0,0
0

ced
19,
9
3

cee
18,
4
6

cef 2
0
,
6
0

ceg
9,8
1

ceh
0,

cer0
,
0
0

ces
19,
9
3

ceu
20,
6
0

cev
9,8
1

cew
0,

cbt
(

cci
8

ceq
0,

cf
0,
cfu
0,

cfg 0
,
0
0
cfv 1
,
1
8

cfh 1
9
,
9
3
cfw
19,
9
3

cet1
8
,
4
6
cf 1
8
,
4
6
cfx 1
8
,
4

cfj 2
0
,
6
0
cfy 2
0
,
6

cfk 9
,
8
1
cfz 9
,
8
1

cbz
(k

cco
1
cdd
0,

cds
0,

cfl
0,
cga
95

175
4
cgc
7
cgr
Ju
m
l
a
h

cgd
7

cge
0,

cgf
5

cgg
3

cgh
3

cgs

cgt

cgu

cgv

cgw

cgi 0
,
0
0

cgx

cgj
0,

cgk
1,1
8

cgl 1
9
,
9
3

cgm
18,
4
6

cgn
20,
6
0

cgo
9,8
1

cgp
69

cgy

cgz

cha

chb

chc

chd

che

chg
chh
chi Lanjutan Tabel 3.37 Stabilitas Cofferdam Kondisi Rapid Draw Down Tanpa
Gempa Titik 2

chj
W
(
r
o
c
k
f
i
l
l
)

chy
(k
N
/
m
)

cin
16

cjc 3
9
6
,
2
7

cjr 1
0
0
8
,
0
0

chk
W

chz
(k

cio
17

cjd
17

cjs
23

chl
W
(
t
o
t
a
l
)
cia(
k
N
/
m
)
cip
18
cje 5
7
5
,
7
2
cjt 1
0
3
1
,
4
6

chm

chp
u
chn
s

cho
c
cie(
k
N
/
m

cib
(

ciq
1

cjf
-

cju
-

cir
2

cjg
-

cjv
-

chq
l

cis
2

cjh
0,

cjw
0,

cit 2
2
cji 3
0
,
9
0
cjx 8
0
,
4
4

cif
(

ciu
2

cjj
6,

cjy
6,

chr
T
=

chs
N
=

s
i
n

c
o
s

cht
U=
u
x
l

chu
t

t
a
n

chw
Cx
l

cig
(k
N
/
m
)

cih
(k
N
/
m
)

cii (
k
N
/
m
)

civ2
4

ciw
25

cix2
7

cjl 5
2
5
,
9
5

cjm
211
,
0
7

cka
10
0
5
,
0
2

ckb
495
,
3
5

cjk 2
3
4
,
1
7
cjz 2
3
2
,
0
3

chv
(N
U
)

ciy
2

cjn
1,

ckc
1,

cik(
k
N
/
m
)

cil (
k
N
/
m
)

ciz 2
9

cja3
0

cjo 3
2
6
,
0
6

cjp 0
,
0
0

ckd
52
7
,
7
8

cke
0,0
0

ckg
14
7
0
,
1
0
ckv
17
9
4
,
8
1
clk 1
9
7
8
,
9
6

clz 8
4
3
,
3
0

cmo
0,0
0

cnd

176

ckh
0,

ckw
0,

cll
0,

cma
0,

cmp
0,

cne

cki 1
4
7
0
,
1
0
ckx
17
9
4
,
8
1
clm
19
7
8
,
9
6
cmb
18
8
3
,
2
3
cmq
14
6
5
,
9
1

ckj
2

cky
8

cln
1

ckk
0

ckz
0

clo
0

cmc cmd
2
0

cmr cms
4
0

cnf

cng cnh

cns
-

ckl
1,

cla
0,

clp
0,

cme
0,

cmt
0,

cni

ckm
90,
8
4

clb 8
9
,
3
7
clq 7
6
,
9
1

cmf
95,
7
5

cmu
53,
3
7

cnj

ckn
6,

clc
6,

clr
6,

cmg
7,

cmv
1

cnk

cko
51,
3
1
cld 2
4
9
,
7
9
cls 6
1
1
,
5
3
cmh
91
3
,
0
1
cmw
99
9
,
7
5
cnl
23
5
9
,
1
9

ckp
14
6
9
,
2
1
cle 1
7
7
7
,
3
4
clt 1
8
8
2
,
1
1
cmi
16
4
7
,
1
1
cmx
10
7
2
,
1
0

cnm

ckq
545
,
3
8
clf 5
4
1
,
4
8
clu 4
8
5
,
2
1
cmj
683
,
6
2
cmy
539
,
8
0

cnn

ckr
1,

clg
1,

clv
1,

cmk
0,

cmz
0,

cno

cks
95
6
,
6
5
clh 1
2
7
9
,
7
7
clw
14
4
6
,
5
3

ckt 0
,
0
0

cli 0
,
0
0

clx 0
,
0
0

cml
29
4
,
5
7

cmm
8,4
1

cna
16
2
,
7
4

cnb
11,
9
1

cnp

cnq

Anda mungkin juga menyukai