Pendahuluan.
Perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran secara langsung memasuki
wilayah yang tidak lagi hanya aspek fisik dari tubuh manusia.
Kajian pada fisik tubuh manusia yang dikaji dalam pelajaran biologi manusia,
itupun juga mendalam tidak lagi melihat manusia dalam tingkat organ, ataupun
jaringan. Sekarng.., bahkan sudah memasuki pada tingkat sel (biologi seluler)
dan bahkan lebih mendalam lagi sudah pada tingkat molekul (biologi
molekuler) yaitu kajiannya sampai pada perihal susunan atom penyusunnya
(nanoteknologi). Bahkan.., sekarang perkembangan iptek terbaru..., kajian
biologi sudah mulai memasuki tingkat subatomer (femtoteknologi).
Kajian semata-mata hanya pada fisik manusia membawa pada resiko pengertian
bahwa manusia adalah sekadar susunan komponen positron, netron, elektron,
dan komponen sub atomer lainnya, untuk membentuk molekul, dan berlanjut
membentuk jaringan, organ, dan berakir berupa wujud manusia dengan reaksi
komplek biokimiawinya. Maka.., manusia dalam konsep ini adalah biorobot, hal
mana kita dapat saja melakukan intervensi -sekiranya ada komponen fisik yang
mengganggu atau tidak normal- pada tubuh manusia sesuai dengan keinginan
kita. Atau.., mungkin intervensi, kita lakukan karena adanya keperluan,
mengingat ada bagian atau anggota tubuh kita yang tidak diperlukan lagi, untuk
dibuang atau dioperasi, dan bahkan..., mungkin kita setiap diperlukan akan
mengganti bagian tubuh kita yang sudah rusak atau sudah tidak layak pakai
untuk diganti yang baru...?
Tidak hanya itu saja.., kajian pada ilmu jiwa, mulai membawa pengertian jiwa
yang semakin soliter dengan bentuknya yang semakin jelas. Jiwa dimengerti
sebagai akibat dari proses neurologis-hormonal atau sebagai proses psikoneuro-imunologis semata. Hal mana disadari dengan pengertian bahwa tidak
ada dari sekecil aktifitas apapun yang terjadi pada tubuh fisik manusia, yang
tidak diikuti perubahan dan atau adanya perenan dari sistem neurologis,
hormonal, dan imunologis. Hebat..! kemudian manalagi yang disebut manusia
itu.., kalau bukan semata-mata adalah proses mikro-(nano/femto)-biokimiawi?
Hal inilah yang membuat intervensi dari iptek biologi kedokteran terhadap
manusia selalu menjadi perbicangan tiada henti. Karena.., iptek kedokteran
sering melihat manusia hanya sebagai komponen fisik, laksana biorobot, yang
dapat diperbaiki kapan saja, kapan saja, kalau diperlukan.
Padahal..., manusia bukan hanya aspek fisik saja. Jiwanya bukanlah hanya ekses
dari proses bioneuro-imunologis saja. Kajian manusia tentang manusia sangat
dibatasi hanya akan terbatasi pada hal-hal yang sudah diketahui oleh manusia
itu saja. Hal-hal tentang manusia yang tidak diketahui oleh manusia, tidak
mungkin menjadi bagian untuk dipakai dalam analisis untuk mengerti, apa itu
manusia?
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_4/321620599.doc
Dari sinilah maka diperlukan ada pertimbangan lain dalam melihat manusia
baik saaat manusia itu diam atau pada saat berperilaku- tidak hanya dari aspek
fisiknya saja (dalam pengertian biofisik dan biopsikis), tetapi juga diperlukan
kajian pada aspek manusia sebagai komponen sosiologis (yang menuntut
adanya pertanggungjawaban hukum dan etik) dan aspek manusia sebagai
makhluk (ciptaan Allah).
/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_4/321620599.doc