Anda di halaman 1dari 7

Tren Inventori pada Pasar Rantai Pasok yang Berkembang : Realita

Industri Otomotif India


diringkas dan dialihbahasakan oleh :
Almira Puan R.
21070113120038
apuanr@gmail.com

Iren Debora
21070113120006
irensiringoringo@gmail.com

David Kurnia S. H.
21070113130081
davidkurnia1234@gmail.com

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTI, FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO

Abstrak
Pada paper ini diteliti mengenai faktor-faktor yang memengaruhi sistem
manajemen inventori yang efisien pada Industri otomotif di India. Penelitian
menggunakan data sampel dari 58 perusahaan yang terdiri dari perusahaan
pembuat mobil dan pemasok komponen otomotif dalam selang waktu 14
tahun. Pada penelitian ini digunakan model koefisien regresi tetap untuk
mencatat tren persediaan pada inventori dari waktu ke waktu dan bagaimana
variasi yang ada untuk tiap tipe inventori dan lintas tingkatan pada rantai
pasok.
Kata Kunci : Manajemen Inventori, manajemen rantai pasok, pasar berkembang,
studi panel, analisis regresi
PENDAHULUAN
Satu dekade terakhir, negara yang berkembang secara ekonomi mulai menjadi sasaran
investasi yang besar bagi industri manufaktur yang disebabkan dimana 27% perusahaan
manufaktur yang saat ini ada di dunia berlokasi di empat negara yang sedang berkembang
seperti Brazil, Russia, India, dan China (the BIRC nations)(Marsh, 2011). Mengingat
penurunan ekonomi global saat ini, terutama pada negara dengan ekonomi maju seperti
Amerika Serikat dan Eropa, pengambilan fokus pada negara berkembang semakin bagus
untuk dilanjutkan. Bergabungnya perusahaan-perusahaan multinational enterprise (MNE)
sering kali mengenalkan penerapan manajemen produksi dan inventori yang inovatif untuk
menciptakan rantai pasok yang efisien dan efektif; hal ini sebagian besar diterapkan pada
rantai pasok kebutuhan otomotif didunia (Lyer, Saranga & Seshadri, 2013; McDermott &
Corredoira, 2010; Vanichchinchai & Igel, 2011). Dengan persediaan inventori memiliki
posisi strategis dan posisi biaya-bearing pada setiap rantai pasok, perkembangan manajemen
yang ada diharapkan dapat memimpin pada performa yang lebih baik (Chen, Frank & Fu,

2015; Lieberman & Demeester, 1999). Namun, terdapat sedikit pendekatan empiris untuk
menunjukan tingkat keuntungan operasional yang telah dicapai ketika investasi besar dan
masuknya perusahaan-perusahaan MNE terjadi pada sektor manufaktur pada negara
berkembang.
Sebagian besar penelitian secara empiris pada persediaan inventori hanya berfokus pada
rata-rata inventori dan tidak mampu untuk memperoleh sifat inventori pada tingkat
komponen pada perusahaan dan lintas rantai pasok. Sebagaimana rantai pasok manufaktur
berkembang kepenjuru dunia, efisiensi dari rantai pasok akan meningkat berdasarkan
persediaan inventori pada lintas rantai dan hubungan terlemah pada rantai pasok lebih
sering berada pada supplier tingkat bawah yang berasal dari pasar yang sedang berkembang
seperti India dan China. Meskipun saat ini semakin banyak perakit pasokan yang
menggunakan just-in-time (JIT), tanpa praktik yang bagus yang dilakukan oleh vendor,
inventori bahan baku perakit dengan mudah pindah pada rantai pasok upstream dan
tertahan dalam bentuk inventori bahan jadi oleh supplier. Oleh karena itu, penting untuk
memahami dan mencatat sifat dari berbagai macam komponen inventori, seperti raw
material (RM), work-in-process (WIP) dan finished goods (FG) lintas rantai pasok, dan
mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi praktik manajemen inventori pada
perusahaan-perusahaan di pasar yang sedang berkembang (emerging market firms; EMFs).
HIPOTESIS
Pada penelitian ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

Hipotesis 1 (H1). Industri otomotif India, inventori bahan baku berkurang secara

signifikan pada perushaan tingkat 0, tingkat 1, dan tingkat 2 setelah liberalisasi.


Hipotesis 2 (H2). Industri otomotif India, inventori work in process (WIP)
berkurang secara signifikan pada perushaan tingkat 0, tingkat 1, dan tingkat 2

setelah liberalisasi.
Hipotesis 3 (H3). Industri otomotif India, inventori finished goods berkurang
secara signifikan pada perushaan tingkat 0, tingkat 1, dan tingkat 2 setelah

liberalisasi
Hipotesis 4 (H4). Supplier tingkat 1 berusaha untuk memeperoleh pengurangan
yang lebih besar di inventori work in process dibandingkan tingkat 0 (pembuat
otomotif) dan supplier tingkat 2.
METODOLOGI

Data yang digunakan terdiri dari 58 perusahaan yang bergerak dibidang komponen
otomotif selama 14 tahun mulai dari tahun 1992 dengan mengakses database industri India
Prowess yang dikelola oleh Center of Monitoring Indian Economy (CMIE). Peneliti
kemudian mengelompokan (tierization) perusahaan pada database Prowess pada 3
tingkatan, tingkat 0 (pembuat), tingkat 1 dan tingkat 2. Perusahaan tingkat 1 adalah
perusahaan yang langsung memasok pada perusahaan pembuat otomotif. Sedangkan
perusahaan tingakt 2 adalah perusahaan yang memasok pada perusahaan-perusahaan
tingkat 1. Pada pengelompokan tingkatan ini, pertama peneliti mengumpulkan data
perusahaan yang berbasis pelanggan untuk kemudian menggunakan pendapat 2 ahli dengan
pengalaman lebih dari 15 tahun untuk melakukan klasifikasi berdasarkan pengetahuan
mereka dalam berurusan dengan vendor. Selanjutnya peneliti membandingkan hasil review
kedua ahli tersebut. Berdasarkan hasil tersebut, pada akhirnya dapat mengelompokan 58
perushaan sampel menjadi 13 perusahaan tingkat 0, 36 perusahaan tingkat 1, dan 9
perusahaan tingkat 2.
Matriks
Peneliti menggunakan inventory days sebagai pengukuran biaya inventori, yang
dihitung sebagai berikut :
Inventory Days (ID) = (Rata-Rata Inventori/ Biaya Penjualan)x365
Rata-rata inventori didapatkan dari (persediaan awal-persediaan akhir)/2
Peneliti juga memasukan variabel besar yang memengaruhi biaya inventori pada bidang
otomotif seperti :
a. GDP Growth
b. Rate of Interest (ROI)
Kedua data tersebut diperoleh dari data Central Statistical Organization.
Interview dengan Ahli
Dalam usaha memperoleh data pada tingkat perusahaan, peneeliti melakukan interview
dengan paa eksekutif senior yang dilakukan selama 1,5 sampai 2 jam. Interview dimulai
dengan pertanyaan yang bersifat terbuka mengenai perubahan yang terjadi pada industri
otomotif India sejak liberalisasi pada 1991, bagaimanan hal tersebut memengaruhi
perusahaan, tren di pasar yang sedang berkembang, dan konsekuensi tren tersebut
terhadap perusahaan. Kemudian, secara bertahap pertanyaan menjadi pertanyaan yang
bersifat fokus untuk memperoleh informasi terkait inventori dan manajemen rantai pasok
tiap perusahaan dan para pesaing mereka, dan pertanyaan mengenai faktor-faktor yang
memengaruhi penerapannya.

Metode Empiris
Pada metode empiris, digunakan persamaan berikut untuk menjawab hipotesis 1-3 :

IDit =t + 1 GDPGrowtht + 2 ROI t + 3 receiveables i t + 4 payablesi t + 5 X i t + 6 M it + 7 Salesgrow


Sedangkan untuk menngecek hipotesis 4 untuk mengetahui perbedaan secara relatif pada
biaya inventori WIP, persamaan tersebut dimodifikasi menjadi

IDit = 0 t+ 1 ttier 0+ X it + i +v it

PENGOLAHAN DATA
Pada gambar 1 diketahui bahwa biaya inventori mengalami penurunan pada setiap indusri
otomotif di India setelah libelisasi. Selanjutnya digunakan test Hausman untuk menunjukan
perbedaan sistematik antara koefisien regresi tetap dan koefisien regresi acak untuk setiap
spresifikasi yang menarik. Hasil tersebut dapat dilihat di tabel 1 dan tabel 2, dimana tabel 1
menunjukan variabel tahunan yang memengaruhi penurunan rata-rata inventori
berdasarkan pengurangan inventori raw material (RM). Sedangkan tabel 2 menunjukan
inventori WIP yang berkurang secara signifikan pada semua sampel. Selain itu untuk
mendukung data tersebut, peneliti juga mencantumkan beberapa faktor yang memengaruhi
tingkat inventori pada semua tingkatan perushaan pada manajemen rantai pasok yang
didasari oleh interview para ahli yang dijelaskan pada gambar 2. Selanjutnya dilakukan
disagregrasi pada tiap tingkatan perusahaan untuk mengestimasi perubahan WIP hari ke
hari yang ditunjukan oleh tabel 3.

Gambar 1 Tren pada inventori industri otomotif India


Tabel 1 Model koefisien tetap untuk rata-rata inventori dan raw material (RM) pada
inventori days

Tabel 2 Model koefisien tetap untuk work-in-process (WIP) inventori dan finished goods (FG)
inventori pada inventori days

Gambar 2 Faktor yang memengaruhi tingkat inventori pada 3 tingkatan perusahaan


Tabel 3 Pengurangan work-in-process (WIP) inventori lintas tingkatan perusahaan

KESIMPULAN

Pada penelitian ini ditemukan bahwa tren inventori pada industri otomotif di India
menunjukan nilai implikasi manajerial yang menarik. Pertama, pada semua tingkatan
inventori terdapat variasi substansial yang bervariasi tergantung inventori yang disimpan.
Variasi tersebut tidak hanya terdapat antar perusahaan namun juga pada perusahaan itu
sendiri. Maka, manajer perusahaan yang tidak mendekati nilai minium dari biaya
inventori dapat melihat bahwa perusahaan yang lain melakukan manajemen yang lebih
baik. Selanjutnya, ditemukan bahwa dari wakt ke waktu perusahaan secara konsisten
mampu melakukan suatu terobosan inovatif dan melakukan menajemen yang lebih baik
dengan mengurangi tingkat inventori yang ada. Selanjutnya, keuntungan yang lebih
didapatkan pada perusahaan tingkat 1 karena keuntungan diperoleh dari semua tipe
inventori seperti raw material, work in process, dan finished goods, yang membuat
perusahaan tersebut dapat menjadi contoh dalam dilakukan benchmarking. Pada sudut
pandang praktikal, penelitian ini juga menyarankan bahwa dengan infrastruktur dan
logistik yang lebih baik, terdapat kesempatan yang besar unutk mengurangi inventori
barang jadi (finished goods inventori) pada perusahaan pembuat otomotif (tingkat 0).
Namun, yang masih belum diketahui adalah faktor kunci dalam mengelola inventori pada
perusahaan tingkat 2, selain itu dilakukannya perubahaan pada tingkat ini juga mungkin
yang paling susah karena tidak adanya integrasi yang baik dalam keseluruhan integrasi
rantai pasok pada industri otomotif.

Anda mungkin juga menyukai