Keterangan :
a. Penjual (klien) menjual barang kepada pembeli (customer) secara kredit dengan jangka
waktu pendek.
b. Untuk kepentingan dana segar (cash flow), Penjual (klien) meminta persetujuan kepada
pembeli (customer) untuk menjual piutang tersebut kepada perusahaan lembaga
pembiayaan (yang dalam hal ini perusahan factoring) kepada factor.
c. Pembeli (customer) menyetujui perpindahan hak menagih dari penjual (klien) kepada
factor
d. Data mengenai piutang yang berasal dari jual beli tersebut oleh penjual (klien)
diteruskan/dipindahkan kepada factor.
e. Atas dasar itu, maka dibuatlah perjanjian factoring antara penjual (klien) dan factor.
f. Factor membayar kepada klien penjualan piutangnya dengan harga diskonto tertentu.
g. Pembeli (customer) setelah jangka waktu jatuh temponya perjanjian jaul beli kredit
membayar utangnya kepada factor.
Anjak Piutang tanpa jaminan dari Penjual Piutang (Without Recourse)
Jika piutang dijual tanpa jaminan dari penjual piutang (without recourse), maka
pembeli menanggung risiko ketertagihan piutang dan setiap kerugian kredit. Dalam transaksi
seperti dalam penjualan aktiva, penjual mendebet Kas untuk hasil yang diterima dan
mengkredit Piutang Usaha sebesar nilai nominal piutang. Selisihnya, yang dikurangi dengan
setiap provisi untuk penyesuaian piutang yang mungkin (diskon, retur, pengurangan harga,
dan sebagainya), diakui sebagai Kerugian atas Penjualan Piutang. Penjual menggunakan akun
Terhutang dari Factor (dilaporkan sebagai piutang) untuk mencatat hasil yang ditahan oleh
faktor untuk menutupi diskon penjualan, retur penjualan, dan pengurangan harga.
Ilustrasi:
Crest Tekstil melakukan anjak piutang tanpa jaminan dari penjual piutang sebesar $500.000
kepada Commercial Factors, Inc. Commercial Factor, Inc mengenakan beban pembiayaan
sebesar 3% dari jumlah piutang usaha dan menahan sebesar 5% dari jumlah piutang usaha.
Ayat jurnal untuk mencatat transfer piutang usaha tersebut adalah sebagai berikut:
Crest Tekstil, Inc
Kas
460.000
Terutang dari Factor
25.000*
Kerugian atas
Penjualan Piutang
Piutang Usaha
*5% x $500.000
15.000**
500.000
15.000
Pembiayaan
Kas
460.000
**3% x $500.000
Dalam mengakui penjualan piutang, Crest Tekstil mencatat kerugian sebesar $15.000. Laba
bersih factor adalah selisih antara pendapatan pembiayaan, $15.000, dengan jumlah setiap
piutang yang tidak dapat ditagih.
Anjak Piutang dengan jaminan dari Penjual Piutang (With Recourse)
Jika piutang dijual dengan jaminan dari penjual piutang (with resource), maka penjual
menjamin pembayaran kepada pembeli seandainya debitor tidak mampu membayar. Untuk
mencatat transaksi jenis ini, digunakan pendekatan komponen keuangan (financial
components approach), karena penjual akan terus terlibat dengan piutang. Dalam pendekatan
ini, setiap pihak yang terlibat mengakui aktiva dan kewajibann yang mereka kendalikan
setelah penjualan.
Ilustrasi
Crest Tekstil melakukan anjak piutang dengan jaminan dari penjual piutang sebesar $500.000
kepada Commercial Factors, Inc. Commercial Factor, Inc mengenakan beban pembiayaan
sebesar 3% dari jumlah piutang usaha dan menahan sebesar 5% dari jumlah piutang usaha.
Telah ditentukan bahwa jaminan dari penjual piutang memiliki nilai wajar sebesar $6.000.
Untuk menghitung kerugian atas penjualan piutang oleh Crest Tekstil, hasil bersih dari
penjualan itu dihitung sebagai berikut:
Perhitungan Hasil Bersih
Kas yang diterima
Terutang dari Factor
Dikurangi: Jaminan dari Penjual Piutang
Hasil Bersih
460.000
25.000
(6.000)
$479.000
Hasil bersih (net proceeds) adalah kas atau aktiva yang diterima dalam penjualan dikurangi
setiap kewajiban yang terjadi. Kerugiannya dihitung sebagai berikut:
Perhitungan Kerugian Atas Penjualan
Nilai buku (tercatat)
Hasil Bersih
Kerugian atas penjualan piutang
500.000
479.000
$21.000
Ayat jurnal untuk mencatat penjualan piutang dengan jaminan dari penjual piutang adalah
sebagai berikut:
Crest Tekstil, Inc
Kas
460.000
Terutang dari Factor
25.000
Kerugian
atas 21.000
Penjualan Piutang
Piutang Usaha
Jaminan
dari
Penjual Piutang
500.000
6.000
15.000
Pembiayaan
Kas
460.000
Dalam kasus ini, Crest Tekstil mengakui kerugian sebesar $21.000. Selain itu, suatu
kewajiban sebesar $6.000 juga dicatat untuk menunjukkan pembayaran yang mungkin terjadi
kepada Commercial Factor atas piutang tak tertagih. Jika seluruh piutang tertagih maka Crest
Tekstil akan mengeliminasi jaminan dari penjual piutang dan menaikkan laba. Laba bersih
Commercial Factors adalah pendapatan pembiayaan sebesar $15.000 karena tidak akan
memiliki piutang ragu-ragu yang berhubungan dengan piutang tersebut.
Aspek Perpajakan
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keungan No. 251/ KMK.03/2002 disebutkan
bahwa untuk Jasa Anjak Piutang adalah 5% dari jumlah seluruh imbalan yang diterima
berupa service charge, provisi, dan diskon (Pasal 2 ayat 2 huruf j).
Adapun sifat dari pajak pertambahan nilai yang diperlakukan pada transaksi anjak piutang
adalah pajak pertambahan nilai yang tidak dapat dikreditkan sebagai pajak masukan.
Sehingga jumlah pajak terutang wajib langsung disetorkan ke kas negara.
Penghitungan Pajak
DPP
5 460.000
= 23.000
PPN
10 23.000
= 2.300
Dari Commercial Factor, Inc.
2 januari 2015
PPN Masukan
2.300
Kas
2.300
Kas
2.300
PPN Keluaran
2.300
FINANCE LEASE
Dari Sisi Lessee
Pada tanggal 1 Januari 2015, PT LMNTRIX (Lesses) menandatangani kontrak sebuah
mesn selama 4 tahun dengan PT DMOB (Lessor). Nilai wajar mesin saat awal sewa sebesar
Rp 150.000.000, tanpa nilai residu. PT LMNTRIX mulai menggunakan mesin tersebut pada
tanggal 2 Januari 2015. Pada akhir masa sewa, mesin dikembalikan ke PT DMOB yaitu pada
tanggal 31 Desember 2018. PT DMOB menetapkan pembayaran sewa dilakukan secara
tahunan tiap awal periode mulai 2 Januari 2015 sebesar Rp 41.933.445. PT LMNTRIX
membayar biaya langsung awal sebesar Rp 10.000.000 di luar pembayaran sewa. Tingkat
bunga implisit yang ditetapkan PT DMOB sebesar 8% (diketahui oleh PT LMNTRIX)
sedangkan tingkat bunga inkremental bagi PT LMNTRIX adalh sebesar 10%. Umur
ekonomik mesin diestimasikan sebesar 5 tahun. Metode penyusutan yang digunakan kedua
perusahaan adalah garis lurus.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan analisis atas jenis sewa, yaitu
sebagai berikut:
1. Perjanjian sewa menyatakan adanya pengalihan kepemilikan aset kepada lesse pada akhir
masa sewa. Kriteria ini tidak terpenuhi karena aset dikembalikan ke PT DMOB pada
akhir masa sewa
2. Lesse memiliki opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah dibandingkan nilai
wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga pada awal sewa dapat
dipastikan bahwa opsi akan dilaksanakan. Kriteria ini juga tidak terpenuhi karena tidak
ada opsi untuk membeli aset yang ditawarkan kepada PT LMNTRIX dalam perjanjian
sewa.
3. Masa sewa mencakup sebagian besar umur ekonomis aset meskipun hak milik tidak
dialihkan. Kriteria ini terpenuhi karena masa sewa (4 tahun) meliputi sebagian besar umur
ekonomis aset sewaan (5 tahun)
4. Pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa, minimum secara subtansial
mendekati nilai wajar aset sewaan. Kriteria ini terpenuhi dengan perhitungan sebgai
berikut:
Pembayaran sewa minimum
Faktor nilai kini anuitas due of 1 (n=4,i = 8%)
Nilai kini pembayaran sewa minimum
Nilai wajar aset
Rp 41.933.445
3,5770969
Rp150.000.000
Rp150.000.000
5. Aset sewaan bersifat khusus dan hanya lessee yang dapat menggunakannya tanpa perlu
modifikasi secara material. Karena ini tidak terpenuhi karena tidak terdapat informasi
terkait.
Maka jurnalnya yaitu:
2 januari 2015
160.000.000
150.000.000
Kas
10.000.000
Jika tidak terdapat biaya langsung awal, maka nilai aset yang diakui sama dengan
nilai liabilitasnya. Perlu diperhatikan bahwa pengakuan aset dilakukan pada awal masa
sewa yaitu tanggal 2 januari 2015, sedangkan tanggal 1 januari 2015 adalah awal sewa.
Untuk memudahkan pencatatan selanjutnya, sebaliknya menggunakan tabel amortisasi,
yaitu:
Tabel Amortisasi bagi Lessee-Tanpa Nilai Residu
Tanggal
2/1/15
2/1/15
2/1/16
2/1/17
2/1/18
Penerimaan
Pendapatan
Pengurangan
Sewa
Bunga (8%)
Pokok Piutang
41.933.445
41.933.445
41.933.445
41.933.445
8.645.324
5.982.275
3.106.181
41.933.445
33.288.121
35.951.170
38.827.264
Piutang
Sewa
150.000.000
108.066.555
74.778.434
38.827.264
0
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa tanggal 2 januari 2015 ada 2 baris karena
pembayaran sewa pertama dilakukan langsung di awal masa sewa, sehingga seluruh
pembayaran merupakan pelunasan pokok. Beban bunga dihitung dari 8% dikali labilitas
sewa pada tangggal pembayaran sebelumnya., sehingga tidak ada beban bunga yang
diakui pada tanggal 2 januari 2015. Beban bunga belum terjadi jika waktu belum berjalan
dar awal masa sewa. Pengurangan pengurangan pokok liabilitas diperoleh dari selisih
antara pembayaran sewa dengan beban bunga. Atas pembayaran tersebut PT LMNTRIX
mencatat jurnalnya sebagai berikut:
2 januari 2015
41.933.445
41.933.445
Pada akhir tahun 2015, PT LMNTRIX mencatat penyusutan atas aset sewaan sebesar
Rp40.000.000 (Rp160.000.000/4). Aset disusutkan selama 4 tahun bukan 5 tahun karena
PT LMNTRIX mengembalikan aset ke PT DMOB pada akhir masa sewa. Maka jurnal
penyusutannya yaitu:
31 Desember 2015
Beban Penyusutan
40.000.000
Akumulasi Penyusutan
40.000.000
Pembayaran sewa berikutnya adalah tanggal 2 januari 2016. Namun, sesuai prinsip
akrual, pada akhir tahun 2010 PT LMNTRIX harus mengakui beban bunga terkait jumlah
yang akan dibayar pada awal tahun 2011 dengan jurnal:
31 Desember 2015
Beban Penyusutan
8.645.324
Utang Bunga
8.645.324
33.288.121
8.645.324
Kas
41.933.445
Untuk selanjutnya, jurnal yang dicatat sama dan nilainya mengacu pada tanggal
selanjutnya dalam tabel. Sedangkan pada akhir masa sewa, PT LMNTRIX mengembalikan
aset sewaa kepada PT DMOB dan menghentikan pengakuan, yaitu:
31 Desember 2018
Akumulasi Penyusutan
160.000.000
160.000.000
Rp 150.000.000
0
Rp 150.000.000
3,5770969
Rp 41.933.445
Karena perhitungan pembayaran sewa berdasarkan nilai wajar sewa aset sewaan maka
nilai piutang atau nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum yang akan diterima
lessor berdasarkan sewa pembiayaan ditambah nilai residu (jika ada) akan sama dengan
nilai wajar aset sewaan. Berdasarkan analisis perjanjian sewa dikategorikan sebagai sewa
pembiayaan. Pada awal masa sewa lessor akan mencatat sebagai berikut:
2 januari 2015
150.000.000
Aset
150.000.000
Penerimaan
Pendapatan
Pengurangan
Sewa
Bunga (8%)
Pokok Piutang
2/1/15
2/1/15
2/1/16
2/1/17
2/1/18
41.933.445
41.933.445
41.933.445
41.933.445
8.645.324
5.982.275
3.106.181
41.933.445
33.288.121
35.951.170
38.827.264
Piutang
Sewa
150.000.000
108.066.555
74.778.434
38.827.264
0
Kas
41.933.445
Piutang Sewa Pembiayaan
41.933.445
Penerimaan sewa berikutnya adalah tanggal 2 januari 2016. Namun, sesuai prinsip
akrual pada akhir tahun 2010 PT DMOB harus mengakui pendapatan sewa pembiayaan
(pendapatan bunga) terkait jumlah yang akan diterima pada awal tahun 2016 dengan jurnal
sebagai berikut:
31 Desember 2015
Piutang Bunga
Pendapatan Sewa Pembiayaan
8.645.324
8.645.324
Piutang bunga pada jurnal di atas juga dapat menggunakan akun piutang sewa
pembiayaan. Penggunaan akun piutang bunga bertujuan agar dapat dibedakan dengan
poko piutang sewanya. Pada saat pembayaran tanggal 2 januari 2016, PT DMOB tinggal
menghapus piutang bunga yang sudah diakui pada akhir tahun lalu (asumsi tidak ada
jurnal pembalik), sebagai berikut:
31 Desember 2016
Kas
41.933.445
Piutang Sewa Pembiayaan
33.288.121
Putang Bunga
8.645.324
OPERATING LEASE
Berdasarkan soal diatas, apabila dikategorikan sebagai sewa operasi maka, jurnalnya:
Dari sisi lessee
2 januari 2015
Beban Sewa
41.933.445
Kas
41.933.445
Kas
41.933.445
Pendapatan Sewa
41.933.445
dilaksanakan.
pelaksanaan
opsi
Perlakuan
adalah
PPh
sama
dengan pelaksanaan
opsi
adalah
sama
dengan
PPN
10 150.000 .000
= 15.000.000
Dari sisi lesse
2 januari 2015
PPN Masukan
Kas
15.000.000
15.000.000
Perhitungan Pajak
PPh Pasal 23 = 2 Nilai Bruto
= 2 150.000.000
= 3.000.000
PPN
10 150.000 .000
= 15.000.000
Dari sisi lesse
2 januari 2015
PPN Masukan
15.000.000
Kas
15.000.000
3.000.000
Kas
2 januari 2015
Kas
3.000.000
15.000.000
PPN Keluaran
15.000.000