Anda di halaman 1dari 2

Angsa Bertelur Emas

Orang orang berkerumun di depan toko penjual telur di sebuah pasar di desa.
Yang berada di luar ingin maju masuk ke dalam, sedangkan yang di dalam ingin lebih
dekat lagi ke depan meja. Mereka datang dari seluruh penjuru negeri karena
mendengar ada seekor angsa yang bertelur emas, mereka ingin melihatnya dengan
mata kepala sendiri.
Dan akhirnya, di depan mereka semua, hal ajaib itu terjadi persis seperti yang
mereka dengar. Di atas meja, berkilauan di bawah sinar matahari, tergeletak sebuah
telur emas. Mereka menggenggam erat-erat uang mereka, tangan mereka sampai
berkeringat, dan mereka mengacung- acungkan tangannya berebutan ingin membeli
telur itu. Tapi si Pedagang, walaupun dia sangat bersemangat, hanya bisa menjual satu
telur emas sehari. Yang lain terpaksa menunggu karena si Angsa hanya bisa bertelur
satu telur sehari.
Si Pedagang benar-benar tidak puas dengan hal itu, dia ingin segera punya
banyak uang. Gagasan yang hebat lalu terlintas di pikirannya. Pedagang yang rakus itu
akan membunuh si Angsa! Ia akan mengambil semua telur yang ada di dalam tubuhnya
sekaligus. Dia sudah tidak sabar ingin segera cepat kaya. Para pembeli bersorak
gembira ketika si Pedagang mengumumkan ide hebatnya itu pada mereka.
Kemudian dengan hati-hati ia mengeluarkan sebuah pisau tajam dan membelah
dada burung itu. Orang-orang menahan nafasnya. Darah si Angsa menetes merah
membasahi bulu bulunya yang putih. "Dia membunuh burungnya!" orang-orang
bergumam terpesona. Lalu seorang nenek tua berkata dengan bijak,"Ya, dan dia telah
melakukan kesalahan yang besar! Kamu semua akan lihat, angsa itu sekarang hanya
seekor burung biasa. Tentu saja karena ia sudah mati."
Nenek itu berkata benar. Di sana berbaring seekor angsa yang cantik, dadanya
terbelah lebar, tapi tak ada sebutir telur pun terletak di dalam tubuhnya. Sekarang

angsa itu hanya berguna untuk jadi angsa panggang. "Dia sudah membunuh angsa
yang memberinya telur emas!" seorang petani berkata sedih. Orang-orang pun
meninggalkan toko dan berjalan pulang dengan gontai.

Anda mungkin juga menyukai