Anda di halaman 1dari 7

Kesulitan bernafas merupakan suatu bentuk keadaan emergensi yang umum terjadi pada bayi

baru lahir atau neonatus. Keadaan ini memerlukan penilaian, diagnosa dan tindakan yang cepat
di menit- menit awal kehidupan bayi dan dipantau terus-menerus hingga rencana managemen
lanjut dari pasien.
Diagnosa kesulitan bernafas pada bayi dapat ditegakkan manakala terdapat satu atau dua tanda,
yaitu ; pernafasan yang cepat atau kecepatan bernafas lebih dari 60 kali per menit, retraksi atau
peningkatan pelebaran paru saat bernafas( subcostal, intercostals, sternal dan suprasternal ) dan
adanya bunyi nafas tambahan berupa ronkhi, stridor, atau wheezing. Kesulitan bernafas dapat
disertai dengan adanya sianosis dan desaturasi dari kadar oxymetri. Adapun keadaan keadaan
yang sering menyebabkan kesulitas bernafas pada bayi baru lahir adalah : Hyaline Membrane
Desease (HMD), Meconium Aspiration Syndrome (MSA), Transient Tachypnea of the Newborn
(TTNB), Congenital atau Acquired Pneumonia, Cardiac Shock atau Congenotal Heart Desease,
Penyebab Hematologi (anemia berat, polisitemia ), Metabolic cause-Inborn Errors of Metabolism
(IEM).

A. Pendahuluan
Distres respirasi atau gangguan napas merupakan masalah yang sering
dijumpai pada hari-hari pertama kehidupan BBL, ditandai dengan takipnea, napas
cuping hidung, retraksi intercostal, sianosis, dan apnu.
Insiden keseluruhan gangguan napas adalah 6,7%. Bayi prematur memiliki
insiden tertinggi (30,0%) diikuti oleh bayi post-matur (20,9%) dan bayi matur
(4,2%). Transient tachypnea of newborn (TTN) ditemukan menjadi penyebab
yang paling umum (42,7%)

diikuti oleh infeksi (17,0%), sindrom aspirasi

mekonium (10,7%), penyakit membran hialin (9,3%) dan asfiksia lahir (3,3%) .
TTN ditemukan pada bayi matur dan prematur. Sementara Hyaline membran
disease (HMD) didapatkan sebagian besar pada bayi preterms, dan Mekonium
Aspiration Syndrome (MAS) didapatkan pada bayi matur dan post-matur.
Keseluruhan case fatality rate untuk gangguan napas sebanyak 19%, dengan
insiden tertinggi untuk HMD (57,1%), diikuti oleh MAS (21,8%) dan infeksi
(15,6%)
A. Pendahuluan
Distres respirasi atau gangguan napas merupakan masalah yang sering
dijumpai pada hari-hari pertama kehidupan BBL, ditandai dengan takipnea, napas
cuping hidung, retraksi intercostal, sianosis, dan apnu.
Insiden keseluruhan gangguan napas adalah 6,7%. Bayi prematur memiliki
insiden tertinggi (30,0%) diikuti oleh bayi post-matur (20,9%) dan bayi matur
(4,2%). Transient tachypnea of newborn (TTN) ditemukan menjadi penyebab
yang paling umum (42,7%)

diikuti oleh infeksi (17,0%), sindrom aspirasi

mekonium (10,7%), penyakit membran hialin (9,3%) dan asfiksia lahir (3,3%) .
TTN ditemukan pada bayi matur dan prematur. Sementara Hyaline membran
disease (HMD) didapatkan sebagian besar pada bayi preterms, dan Mekonium
Aspiration Syndrome (MAS) didapatkan pada bayi matur dan post-matur.
Keseluruhan case fatality rate untuk gangguan napas sebanyak 19%, dengan
insiden tertinggi untuk HMD (57,1%), diikuti oleh MAS (21,8%) dan infeksi
(15,6%).
B. Kasus
Bayi R, laki-laki, lahir spontan presentasi verteks di rumah sakit pada
tanggal 16 Juni 2014, tidak segera menangis. Apgar score 4/5, BBL 3200 gr, PBL
49 cm, ballard skor 32 (tingkat maturitas 36 minggu). Beberapa menit setelah
lahir, bayi mengalami kejang.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan nadi 142 kali per menit, pernapasan 60
kali per menit, suhu 37
O
C. Sclera ikterik (-), Sianosis pada bibir (+), pernapasan
cuping hidung (+), merintih (+), dada bentuk datar dan simetris saat bernafas,
pernafasan 60 kali/menit tidak beraturan, retraksi intercostal (+), stridor (-), suara
pernapasan bronkovesikuler, suara tambahan ronchi basah halus, murmur jantung
(-), abdomen scapoid (-).
Riwayat maternal: ibu tidak mengkonsumsi obat terlarang (narkoba),
diabetes melitus (-), infeksi pada ibu (-). Riwayat obstetrical: ibu mengatakan baru
mengandung selama 8 bulan (36 minggu) dan belum saatnya melahirkan sudah

Diagnosis:
RDN
Kejang Neonatorum
Caput Suksedanum
Penatalaksanaan:
Segera setelah lahir, dilakukan resusitasi Neonatus.
Sianosis (+), merintih (+), dilakukan pemasangan O2 lpm
Pasang NGT
Infus dextrosa 10 % 10 tpm
Injeksi vitamin K 2 mg / im
Injeksi cefotaxime 2 x 160 mg / iv
Luminal injeksi 35 mg
Anjuran pemeriksaan:
Foto roentgen thorax
Distres respirasi atau gangguan napas merupakan masalah yang sering
dijumpai pada hari-hari pertama kehidupan bayi baru lahir, ditandai dengan
takipnea, napas cuping hidung, retraksi intercostal, sianosis, dan apnu. Gangguan
pernapasan yang terjadi segera pada masa paska lahir dapat berasal dari dalam
uterus, dalam kamar bersalin, atau dalam kamar perawatan. Ada beraneka macam
lesi patologis yang mungkin bertanggung jawab atas tanda-tanda kegawatan
pernapasan.
Differensial diagnosa untuk gangguan napas dibagi menjadi penyebab

intrapulmoner dan penyebab ekstrapulmoner.


S:37. BB: 3,4
kg. Merintih
(-),
pernapasan
cuping hidung
(-), kejang (-),
caput (-),
BAB (+),
BAK (+)
20/06/2014 Ku: baik,
tanda vital:
S:37,5. BB:
3500.
Merintih (-),
pernapasan
cuping hidung
(-), kejang (-),
caput (-),BAB
(+), BAK (+)
Observasi ASI
C. Pembahasan
Distres respirasi atau gangguan napas merupakan masalah yang sering

dijumpai pada hari-hari pertama kehidupan bayi baru lahir, ditandai dengan
takipnea, napas cuping hidung, retraksi intercostal, sianosis, dan apnu. Gangguan
pernapasan yang terjadi segera pada masa paska lahir dapat berasal dari dalam
uterus, dalam kamar bersalin, atau dalam kamar perawatan. Ada beraneka macam
lesi patologis yang mungkin bertanggung jawab atas tanda-tanda kegawatan
pernapasan.
Differensial diagnosa untuk gangguan napas dibagi menjadi penyebab
intrapulmoner dan penyebab ekstrapulmoner.

Penyebab Intrapulmoner Penyebab ekstrapulmoner


Penyebab tersering pada bayi prematur yaitu hyalin membran disease,
hypotermia, dan pneumonia dan penyebab pada bayi cukup bulan, antara lain
TTN, polisitemia, MAS, asfiksia, cardiac, acidosis, dan pneumonia.
Pada kasus ini, penyebab gangguan napas pada neonatus adalah asfiksia dan
hyalin membran disease. Faktor yang mendukung hal tersebut antara lain karena
bayi tidak segera menangis dengan apgar score 4/5 serta riwayat obstetrical ibu
mengandung selama 36 minggu (preterm).
Hialin Membran Disease (Respiratory Distress Syndrome) terutama terjadi
pada bayi prematur. Pada usia kehamilan 36 minggu, insidennya 15-30%.

Kenaikan insiden dihubungkan dengan bayi yang lahir dari ibu diabetes,
kehamilan multijanin, persalinan seksio sesarea, persalinan cepat, asfiksia dan
distress dingin. Penyebab HMD adalah karena defisiensi surfaktan yang berfungsi
untuk menjaga tegangan permukaan alveoli dan mencegah alveoli menjadi kolaps.
Sintesis surfaktan bergantung pada pH, suhu dan perfusi normal. Keadaan seperti
asfiksia, hipoksemia, stress dingin dapat menekan sintesis surfaktan. Untuk
penegakan diagnosis perlu diperhatikan perjalanan klinisnya, roentgen dada,
penilaian gas darah. Pada roentgen dada ditemukan gambaran peripheral air
bronchogram, uniform reticulogranular pattern dan ground glass appearance.
Kebanyakan kasus HMD sembuh sendiri, maka tujuan pengobatan adalah
meminimalkan variasi kelainan fisiologis dan masalah iatrogenik yang
menumpangi. Untuk menghindari kedinginan dan konsumsi O2 seminimal
mungkin, bayi harus ditempatkan di dalam isolette dan suhu tubuh dipertahankan
antara 36,5-37
o
C. Kalori dan cairan harus diberikan secara iv. Untuk 24 jam
pertama, 10 % glukosa 65-75 ml/kgBB/24 jam selanjutnya 120-150 ml/kgBB/24

Anda mungkin juga menyukai