Anda di halaman 1dari 26

Bagaimana Mengenali dan

Menatalaksana Reaksi Lepra

Panduan Belajar Dua

Hak cipta (c) 2002 ILEP, London


Seluruh bagian buku ini dapat disalin, direproduksi atau diadaptasi
untuk digunakan bagi kebutuhan lokal tanpa izin penulis ataupun
penerbit, asalkan bagian yang direproduksi adalah untuk
didistribusikan gratis, atau kalaupun dengan biaya bukan untuk
keuntungan finansial. Untuk reproduksi dengan tujuan komersil,
diharuskan untuk meminta persetujuan dari ILEP. Semua
reproduksi hendaknya dapat diberitahukan. Mohon kirimkan
salinan materi yang telah diadaptasikan ke ILEP.

Diterbitkan oleh:
The International Federation of Anti-Leprosy Associations (ILEP)
234 Blythe Road
London W14 OHJ
Britania Raya

Apabila Anda ingin memberi komentar mengenai buku ini atau


ingin mendapatkan cetakan tambahan atau keterangan mengenai
materi lain yang berkaitan dengan lepra, mohon kirim surat ke ILEP
pada alamat tersebut.

Diproduksi oleh The ILEP Action Group


on Teaching and Learning Materials (TALMilep).
Produksi: Mary Tamplin, June Nash, Tim Almond.
Desain: DS Print & Redesign
7 Jute Lane, Brimsdown
Enfield EN3 7JL, UK.

ISBN 094754323 6
Terjemahan Bahasa Indonesia disediakan oleh Tim Penterjemah
RS Kusta Dokter Rivai Abdullah 2012.
Terjemahan Bahasa Indonesia ini hanya ditujukan untuk distribusi
gratis bagi petugas kesehatan.

Bagaimana Mengenali dan


Menatalaksana Reaksi Lepra

Panduan Belajar Dua

Buku ini adalah buku kedua dari seri Panduan Belajar


tentang lepra yang diterbitkan ILEP. Buku ini ditujukan
kepada semua petugas kesehatan yang mungkin harus
menangani komplikasi-komplikasi dini lepra. Steroid
memegang peranan penting dalam menatalaksana
komplikasi-komplikasi tersebut, oleh karena itu buku ini
akan bermanfaat khususnya bagi petugas kesehatan yang
ditugaskan dan berkemampuan memberikan steroid pada
pasien-pasiennya.
Sejumlah besar negara memiliki Pedoman Nasional yang
berisi kebijakan-kebijakan dalam penatalaksanaan reaksi
lepra. Panduan Belajar ILEP ini dapat digunakan sebagai
pelengkap bagi Pedoman Nasional.

Memeriksa ada tidaknya kerusakan saraf

Pendahuluan
Lepra atau kusta adalah suatu infeksi yang dapat diobati dengan sangat
efektif menggunakan multidrug therapy (MDT). Akan tetapi beberapa
pasien akan mengalami komplikasi berupa reaksi lepra, yang
membutuhkan pengobatan berbeda.
Booklet ini menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk
mendiagnosis dan mengobati reaksi-reaksi pada lepra, yang merupakan
penyebab utama kerusakan saraf dan gangguan fungsi. Kami berharap
dengan buku ini lebih banyak penderita menjadi dapat diobati, sehingga
kecacatan dan stigma sosial yang diakibatkannya dapat dicegah.
Bagian 1 menjelaskan bagaimana mengenali reaksi lepra, bagaimana
membedakan antara berbagai jenis reaksi dan bagaimana mengetahui
apakah reaksi yang timbul ringan atau berat. Bagian 1 juga menjelaskan
kondisi-kondisi lain yang dapat dikelirukan sebagai reaksi lepra.
Bagian 2 berisikan cara mengobati reaksi lepra pada pusat pelayanan
medis tingkat lokal. Bagian ini terdiri dari pengobatan baik untuk reaksi
ringan maupun berat, dan rekomendasi tentang terapi steroid termasuk
perencanaan dan follow-up. Sebagian besar penderita dengan reaksi
lepra dapat diobati di klinik lokal, namun ada yang harus dirujuk.
Bagian ini juga memberikan rekomendasi tentang pasien-pasien mana
yang harus dirujuk.
Bagian 3 memberikan panduan untuk mengobati penderita yang harus
dirujuk atau membutuhkan perhatian khusus apabila diberikan steroid.
Juga terdapat panduan penatalaksanaan kasus-kasus sulit pada tingkat
rujukan. Di fasilitas mana seorang penderita dengan suatu komplikasi
harus dirawat bervariasi tergantung pengalaman staf dan ketersediaan
obat-obatan dan peralatan yang dibutuhkan.
Bagian 4 menjelaskan tentang tatalaksana jangka panjang yang
dibutuhkan untuk mencegah kecacatan lebih lanjut setelah terjadinya
kerusakan saraf permanen. Di sini hanya diberikan rangkuman singkat,
namun tersedia buku-buku lain yang diterbitkan ILEP yang menjelaskan
mengenai topik ini dengan lebih mendetil.

Kontributor
Kelompok dan individu berikut telah memberikan kontribusi terhadap pembuatan buku
ini:
Penulis utama Dr Paul Saunderson.
ILEP Medico-Social Commission.
Semua pihak yang terlibat dalam uji lapangan, khususnya ALERT, Jimma Institute of
Health Sciences, Schieffelin Leprosy Research and Training Centre, Karigiri dan the
Christian Medical College, Vellore.
Organisasi dan individu berikut telah menyediakan ilustrasi yang digunakan pada buku
ini. Hak cipta milik individu atau organisasi hanya disebutkan apabila diminta.
Individu
SG Browne 25i, ADM Bryceson 3ii, 14iv, 35i, iv, R Davidson 36, L Fry 4ii, WK Jacyk
14i, 25ii, DL Leiker 3iv, 4iv, 25iii, 35ii, iii, PD Marsden 19ii, AC McDougall 3i, 20i,
P&S Rotmil 4iii, 14ii, Leonard Smith Pendahuluan, P Stingl 13ii.
Organisasi
American Leprosy Missions.
All Africa Leprosy, Tuberculosis and Rehabilitation Training Centre (ALERT).
Gillis W Long Hansen's Disease Center 14a.
Infolep/Netherlands Leprosy Relief.
Wolfs Pharmaceuticals 29.
The Leprosy Mission International.
The Wellcome Trust, Tropical Medicine Resource Topics in International Health:
Leprosy CD ROM (dipakai 19 gambar hak cipta milik anggota yang tidak termasuk
anggota ILEP telah dituliskan di atas).

Apabila terdapat lebih dari satu gambar pada satu halaman, diberikan nomor dengan urutan dari kiri ke
kanan dan dari atas ke bawah.

Daftar Isi
1. Bagaimana mengenali reaksi lepra
Apa yang dimaksud reaksi lepra?
Siapa saja yang dapat mengalami reaksi lepra?
Kapan reaksi dapat terjadi?
Bagaimana cara pemeriksaan mencari reaksi lepra?
Memeriksa rasa raba
Memeriksa kekuatan otot
Meraba tiga saraf penting
Bagaimana mendiagnosis reaksi lepra
Tanda-tanda kerusakan saraf saat diagnosis ditegakkan
Dua jenis reaksi lepra
Reaksi tipe 1
Reaksi tipe 2
Bagaimana membedakan reaksi tipe 1 dan tipe 2
Apakah reaksi termasuk ringan atau berat?
Kondisi-kondisi yang dapat dikelirukan sebagai reaksi lepra

2. Bagaimana mengobati reaksi lepra pada klinik lokal


Prinsip umum
Pengobatan reaksi ringan
Pengobatan reaksi berat
Pengobatan dengan prednison
Anamnesis dan pemeriksaan
Checklist untuk memulai pengobatan steroid
Kondisi-kondisi yang harus dirujuk
Obati kondisi-kondisi lain
Jelaskan pengobatan kepada penderita
Kemungkinan efek samping
Pemberian prednison untuk reaksi tipe 1 berat
Follow up selama pengobatan steroid
Follow up setelah pengobatan steroid

1
1
2
3
3
4
6
7
9
10
11
11
13
16
17
18
19
19
19
20
20
21
22
24
26
26
27
28
30
31

Bersambung di halaman sebaliknya

3. Cara menatalaksana reaksi pada pusat rujukan


Memberikan pengobatan untuk reaksi tipe 2 berat
Prednison
Clofazimine
Thalidomide
Kelompok penderita yang membutuhkan perhatian khusus
dalam pemberian steroid
Wanita hamil
Anak-anak
Tuberkulosis
Diabetes
Ulkus atau osteomyelitis
Keterlibatan mata
Reaksi tipe 2 berat
Kerusakan saraf baru selama pengobatan steroid
Kerusakan saraf yang timbul lambat dan kemungkinan
kekambuhan lepra

4. Tatalaksana jangka panjang terhadap kerusakan saraf

33
33
33
33
34
35
35
35
36
36
37
38
40
40
41

Membantu penderita mencegah kecacatan


Perawatan tangan dan kaki yang hilang rasa raba
Sepatu
Mata
Kelompok perawatan mandiri

43
43
44
44
45
45

Lampiran A

46

Contoh formulir perawatan rutin

Lampiran B

47

Checklist perlengkapan yang dibutuhkan untuk mengobati


reaksi di klinik

Lampiran C

48

Kondisi yang sering ditemukan yang membutuhkan


pengobatan pada pemberian steroid

Lampiran D

50

Efek samping steroid dan tatalaksananya

Daftar Singkatan

52

BAB SATU

Bagaimana mengenali reaksi lepra


Reaksi merupakan penyebab utama kerusakan saraf dan kecacatan
pada lepra.

Apa yang dimaksud reaksi lepra?


Lepra atau kusta adalah infeksi bakteri pada kulit dan saraf yang
dapat menyebabkan hilangnya rasa raba, kelemahan otot dan
kelumpuhan. Salah satu ciri khas lepra adalah kemungkinan
timbulnya reaksi, yaitu suatu periode di mana terjadi peradangan
yang dapat mengenai saraf. Peradangan ini disebabkan sistim
kekebalan tubuh yang menyerang bakteri lepra.
Peradangan merupakan respon umum oleh kekebalan tubuh
terhadap infeksi, gejalanya berupa:
Pembengkakan Kemerahan Panas Nyeri Kehilangan fungsi
Oleh karena basil lepra menyerang kulit dan saraf, reaksi lepra
dapat menyebabkan peradangan pada kedua organ tersebut.
Peradangan pada bercak kulit menyebabkan rasa tidak nyaman,
namun sangat jarang menjadi berat. Sebaliknya, peradangan pada
saraf dapat menyebabkan kerusakan berat dan kehilangan fungsi
akibat pembengkakan dan penekanan pada saraf.

Bercak-bercak kulit pada reaksi lepra


1

Penderita yang mengalami peradangan saraf dapat menunjukkan


gejala-gejala yang berat, namun dapat juga dengan gejala yang tidak
jelas. Anda harus memeriksa penderita secara teliti sehingga reaksi
dapat dideteksi sebelum menyebabkan kerusakan.

Siapa saja yang dapat mengalami reaksi lepra?


Hampir semua penderita lepra dapat mengalami reaksi - meski
demikian, penderita yang dengan hanya satu atau dua bercak kulit
memiliki risiko terendah. Sekitar 25 - 30 persen dari total penderita
lepra cepat atau lambat akan mengalami reaksi atau kerusakan saraf.
Tabel berikut menunjukkan cara meramalkan risiko reaksi. Lepra
multibasiler (MB) adalah bentuk lepra yang berat. Apabila saat Anda
pertama mendiagnosis seorang penderita MB ternyata sudah terdapat
kerusakan saraf, maka pasien tersebut harus dimonitor dengan ketat
untuk mencari tanda-tanda kerusakan saraf lebih lanjut yang kemudian
harus diobati, oleh karena mayoritas penderita jenis ini (65 persen)
akan mengalami kerusakan tambahan.
Risiko terjadinya kerusakan saraf baru pada lepra yang baru terdiagnosis
PB

MB

Fungsi saraf saat diagnosis normal

1%

16%

Fungsi saraf saat diagnosis sudah terganggu

16%

65%

Sumber: Croft RP et al. A clinical prediction rule for nerve-function impairment


in leprosy patient. Lancet (2000) 355: 1603-6.

Deteksi dan pengobatan MDT dini tetap merupakan cara terbaik untuk
mencegah kecacatan. Sayangnya banyak penderita terlambat
didiagnosis sehingga risiko terjadinya reaksi dan neuritis menjadi lebih
besar. Apabila reaksi dapat diobati secara efektif, kerusakan saraf
yang masih tahap awal dapat membaik dan kecacatan masih dapat
dicegah.
2

Kapan reaksi dapat terjadi?


Penderita lepra dapat mengalami reaksi hampir tiap saat:
Sebelum pengobatan.
Saat diagnosis ditegakkan.
Selama pengobatan.
Setelah pengobatan selesai.
Sebagian besar reaksi terjadi dalam satu tahun setelah diagnosis. Pada
penderita MB, reaksi dapat timbul tiap saat selama pengobatan bahkan
sampai dengan beberapa tahun setelah pengobatan selesai.

Bagaimana cara pemeriksaan mencari reaksi lepra


Tidak semua reaksi tandanya sama. Kadang-kadang hanya berupa
peradangan kulit tanpa mengenai saraf. Namun yang lebih sering terjadi
adalah sebaliknya, di mana terdapat reaksi pada saraf tanpa perubahan
nyata pada kulit. Dampak reaksi pada saraf dapat sangat jelas di mana
penderita merasa kesakitan, atau malah samar sehingga tidak dirasakan.
Reaksi juga dapat mengenai mata.
Tiap kali Anda memeriksa penderita lepra, cari apakah terdapat tandatanda reaksi pada kulit, saraf dan mata.
Catat hasil pemeriksaan pada rekam medis penderita. Apabila tidak ada
tempat pencatatan yang sesuai, Anda dapat menggunakan formulir
perawatan rutin pada Lampiran A.

Kulit
Tanyakan pada penderita apakah ada nyeri dan pembengkakan pada
bercak kulit.
Periksa adakah tanda peradangan pada bercak kulit.
Periksa apakah tangan dan kaki masih dapat mengeluarkan keringat.

Saraf
Tanyakan pada penderita apakah ada kehilangan rasa raba atau
penurunan kekuatan tangan dan kaki.
Tanyakan apakah penderita menjadi sulit melakukan tugas sehari hari.
3

Tanyakan apakah ada rasa nyeri, rasa seperti terbakar atau


kesemutan pada saraf-saraf.
Periksa apakah ada nyeri tekan pada saraf.
Lakukan pemeriksaan rasa raba pada telapak tangan dan kaki
menggunakan pulpen atau monofilamen.
Lakukan pemeriksaan kekuatan otot kelopak mata, tangan dan kaki.
Mata
Tanyakan kepada penderita apakah ada nyeri pada mata atau
penurunan kemampuan penglihatan.
Cari tanda-tanda radang: pupil berwarna kemerahan atau
bentuknya menjadi tidak rata.
Untuk informasi lebih lanjut tentang mata, lihat Panduan Belajar ILEP:

Bagaimana merawat masalah mata pada penderita lepra.

Tanda-tanda peradangan pada mata

Memeriksa rasa raba


Kerusakan saraf dapat menyebabkan hilangnya rasa raba. Yang paling
sering terkena adalah pada tangan dan kaki. Untuk mengetahui ada
tidaknya kehilangan rasa raba, Anda harus memeriksa setidaknya
empat titik pada kedua telapak tangan dan empat titik pada kedua
telapak kaki - sehingga keseluruhan terdapat enam belas tempat yang
harus diperiksa.
Tahan tangan atau kaki agar tidak goyang. Tunjukkan apa yang
akan Anda lakukan. Minta penderita menutup mata.
4

Sentuh keempat titik pada telapak tangan dan kaki dengan pulpen.
Tekan dengan lembut sampai terbentuk cetakan kecil pada kulit -

jangan menekan terlalu kuat - cukup dengan menumpukan berat


pena pada tempat yang diperiksa.
Minta penderita menunjukkan tempat yang telah Anda sentuh.
Apabila penderita tidak dapat merasakan saat kali pertama Anda
tekan, lakukan sekali lagi penekanan di tempat tersebut dengan cara
yang sama - tapi jangan menekan dengan lebih keras.
Lakukan dengan cara sama pada semua tempat yang akan diperiksa.
Catat hasil pemeriksaan masing-masing tempat pada rekam medis
penderita atau formulir perawatan rutin:

Apabila penderita dapat merasakan pena.


Apabila penderita tidak dapat merasakan pena.

Periksa setidaknya empat tempat pada telapak tangan

Periksa setidaknya empat tempat pada telapak kaki


5

Memeriksa kekuatan otot


Kerusakan saraf dapat mempengaruhi fungsi dan kekuatan otot yang
dipersarafi saraf tersebut. Pada lepra, saraf yang paling sering terkena
adalah saraf pada kelopak mata, tangan dan kaki.
Periksa empat otot masing-masing sebelah kanan dan kiri: satu otot
pada kelopak mata, dua otot pada tangan dan satu pada kaki.
Pada pemeriksaan kekuatan otot, catatlah hasilnya sebagai berikut:
(K) kuat bila kekuatan nampaknya normal.
(S) sedang bila jelas terdapat penurunan kekuatan.
(L) lumpuh apabila tidak ada lagi kekuatan sehingga tidak terdapat
gerakan yang sesuai dengan pemeriksaan Anda.
Untuk memeriksa kekuatan otot yang bertugas

menutup mata, minta penderita menutup mata


secara lembut. Apabila terdapat kelumpuhan otot,
ukurlah celah yang tidak tertutup antara kelopak
mata atas dan bawah menggunakan mistar.
Untuk memeriksa saraf ulnaris, minta penderita
menggerakkan kelingking menjauhi tangannya lalu
ditahan, kemudian coba Anda dorong supaya
kembali menggunakan jari Anda.

Lagopththalmos ketidakmampuan
menutup mata secara
penuh.

Untuk memeriksa saraf medianus, minta penderita


memposisikan ibu jarinya menunjuk ke atas
sementara Anda tahan tangannya agar rata, lalu
coba tekan ibu jari tersebut ke bawah dengan jari
Anda.
Untuk memeriksa saraf peroneus, minta penderita
mengangkat kaki sementara Anda coba
menekannya ke bawah dengan tangan Anda.
Catat hasil pemeriksaan pada rekam medis atau
formulir perawatan rutin.
6

Memeriksa saraf ulnaris

Memeriksa saraf medianus

Memeriksa saraf peroneus

Meraba tiga saraf penting


Kerusakan saraf dapat menyebabkan saraf jadi menebal, terasa sakit
atau terdapat nyeri tekan. Saraf yang paling sering terkena pada lepra
adalah saraf ulnaris, medianus dan peroneus. Selagi Anda meraba
saraf, perhatikan wajah penderita untuk mendeteksi rasa sakit atau
nyeri tekan.

Saraf ulnaris - untuk memeriksa saraf


ulnaris kiri, pegang lengan bawah kiri
penderita dengan tangan kiri Anda;
raba di bawah siku penderita dengan
tangan kanan Anda. Anda akan
menemukan saraf ulnaris di cekungan
pada sisi median (dalam). Lakukan
sebaliknya untuk memeriksa saraf
ulnaris lengan kanan.
Saraf medianus - untuk memeriksa
saraf medianus, pegang pergelangan
penderita dengan telapak tangannya
menghadap ke atas; raba hati-hati di
tengah-tengah pergelangan. Saraf
medianus mungkin tidak teraba, tapi
ada tidaknya nyeri tekan tetap dapat
terdeteksi.

Meraba saraf ulnaris

Meraba saraf medianus


7

Saraf peroneus - untuk meraba saraf peroneus


kanan, minta penderita duduk di kursi dan
kemudian Anda duduk atau berlutut di
depannya. Gunakan tangan kiri Anda untuk
meraba saraf di sisi luar betis sedikit di
bawah lutut dan lekukan sekitar tulang di
bawah lutut. Gunakan tangan kanan Anda
untuk memeriksa saraf Peroneus kiri.
Apabila Anda menemukan nyeri tekan yang

Meraba saraf peroneus

jelas, catat pada rekam medis atau formulir


perawatan rutin.

Kesemua saraf-saraf di
samping dapat terkena pada
lepra. Tiga saraf yang paling
sering terdapat nyeri tekan
pada reaksi lepra adalah
saraf ulnaris, medianus
dan peroneus.

Bagaimana mendiagnosis reaksi lepra


Tanda-tanda reaksi
Pada kulit

peradangan bercak kulit

Pada saraf

rasa sakit atau nyeri tekan pada saraf


timbul kehilangan rasa raba baru
timbul kelemahan otot baru

Pada mata

rasa sakit atau kemerahan pada mata


timbul penurunan daya penglihatan yang baru
timbul kelemahan otot-otot penutup mata yang baru

Reaksi dapat mengenai kulit, saraf dan mata. Namun sering hanya
tampak jelas pada satu atau dua tempat - misal, hanya satu saraf yang
meradang, atau hanya satu mata dan bercak kulit di dekatnya. Oleh
karena itu Anda harus mencari perubahan di semua tempat pada tiap kali
pemeriksaan.
Bagaimana Anda dapat mengetahui apakah ada saraf yang terkena?
Dapat timbul rasa sakit atau nyeri tekan, namun dapat terjadi kehilangan
fungsi (hilangnya rasa raba atau timbul kelemahan otot) tanpa disertai
rasa sakit. Jadi, Anda harus memeriksa ada tidaknya perubahan fungsi
saraf yang timbul sejak penderita terakhir diperiksa.
Bandingkan hasil pemeriksaan saraf yang dilakukan sekarang dengan hasil
pemeriksaan satu atau tiga bulan yang lalu yang dicatat pada rekam medis
atau formulir perawatan rutin.
Dikatakan ada kerusakan saraf baru apabila

Terdapat tempat-tempat pada tangan atau kaki yang sebelumnya dapat


merasa raba, tapi saat ini tidak (penurunan sensorik).

Terdapat otot yang menurun kekuatannya dibandingkan pemeriksaan


yang lalu (penurunan motorik).

Terdapat saraf yang jelas membesar, jadi tambah sakit atau tambah
nyeri tekan.

Apabila terdapat penurunan sensorik atau motorik berarti saraf terkena


reaksi. Meski tidak ada rasa sakit pada saraf atau peradangan bercak
kulit, tetap dibutuhkan pengobatan segera untuk mengembalikan fungsi
sensorik dan motorik yang hilang.
9

Tanda-tanda kerusakan saraf saat diagnosis ditegakkan


Kadang - kadang penderita terdiagnosis lepra oleh sebab mereka
datang karena reaksi inflamasi. Apabila demikian halnya, pertamatama Anda harus mengkonfirmasi diagnosis lepra: periksa adakah
tanda-tanda lain, nilai keterlibatan kulit dan saraf dan mulailah
pengobatan MDT.
Kemudian Anda harus memeriksa kerusakan saraf: oleh karena
belum ada pemeriksaan sebelumnya untuk dibandingkan, Anda harus
menanyakan sudah berapa lama kerusakan telah terjadi. Apabila
timbulnya dalam enam bulan terakhir atau penderita tidak tahu sudah
berapa lama, kerusakan saraf dapat dicoba diobati.
Apabila kerusakan saraf sudah ada lebih dari enam bulan, pengobatan
kemungkinan tidak akan efektif: Anda dapat mempertimbangkan
perujukan ke spesialis untuk saran dan pengobatan.

Tanda-tanda reaksi pada tangan dan muka

10

Timbulnya kerusakan saraf baru dapat terjadi meski tidak ada


tanda-tanda yang jelas, sehingga tiap kali penderita datang ke
klinik, ada tidaknya kerusakan saraf harus dicari dengan
seksama. Periksalah rasa raba dan kekuatan otot pada semua
penderita setiap kali mereka datang untuk kontrol rutin.
Ingatlah bahwa reaksi dapat terjadi meski setelah MDT selesai.

Dua jenis reaksi lepra


Reaksi lepra dapat digolongkan menjadi dua kategori: Tipe 1 dan Tipe
2. Meski demikian, pengobatan yang segera lebih penting
dibandingkan penentuan tipe reaksi yang sedang terjadi.
Reaksi Tipe 1
Reaksi Tipe 1 disebut juga reaksi reversal. Reaksi ini disebabkan
peningkatan aktifitas sistim kekebalan tubuh dalam melawan basil
lepra, atau bahkan sisa basil yang mati. Peningkatan aktifitas ini
menyebabkan terjadi peradangan di mana pun terdapat basil lepra
pada tubuh, terutama kulit dan saraf.
Siapa yang paling mungkin mengalami reaksi Tipe I?
Penderita lepra pausibasiler (PB) dan multibasiler (MB) semuanya
dapat mengalami reaksi Tipe 1.
Seberapa sering terjadinya?
Sekitar seperempat dari seluruh penderita lepra kemungkinan akan
mengalami reaksi Tipe 1.
Kapan reaksi Tipe 1 terjadi?
Paling sering terjadi dalam enam bulan setelah mulai makan obat.

11

Beberapa penderita mengalami reaksi Tipe 1 sebelum mulai berobat


yaitu sebelum penyakit lepranya terdiagnosis. Reaksi sering
merupakan tanda penyakit yang muncul pertama-tama yang
menyebabkan penderita datang berobat.
Sebagian kecil penderita mengalami reaksi lebih lambat, baik selama
masa pengobatan ataupun setelah pengobatan telah diselesaikan.
Meski jarang terjadi, reaksi Tipe 1 dapat muncul hingga lima tahun
setelah pengobatan.
Reaksi yang terjadi setelah pengobatan selesai kadang dikelirukan
dengan kekambuhan: yaitu kembalinya penyakit lepra. Pedoman
untuk memeriksa kemungkinan kekambuhan terdapat pada halaman
40-41.
Apa saja ciri klinis reaksi Tipe 1?
Ciri-ciri klinis reaksi Tipe 1 yang paling sering ditemukan adalah
peradangan pada bercak kulit berupa pembengkakan, kemerahan dan
teraba panas. Bercak biasanya tidak terasa sakit, tapi mungkin
terdapat rasa tidak nyaman. Bercak dapat menjadi lebih jelas saat
reaksi sehingga Anda mungkin saja mengira reaksi menyebabkan
timbul bercak-bercak baru. Dapat timbul pembengkakan pada
anggota gerak atau wajah. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
tanda-tanda utama reaksi adalah nyeri tekan dan penurunan fungsi.
Oleh karena peradangan terlokalisir pada kulit dan saraf, penderita
hanya merasa sedikit kurang sehat dan biasanya tidak ada demam.
Pada reaksi Tipe 1, otot-otot yang bertugas menutup kelopak mata
dapat terkena, namun mata sendiri tidak terkena.

12

Kulit pada reaksi reversal

Apa yang terjadi dalam jangka panjang apabila penderita tidak


diobati?
Sebagian besar reaksi Tipe 1 mereda dalam enam bulan, namun tanpa
pengobatan semua efek pada saraf akan menyebabkan penurunan
fungsi yang menetap.
Reaksi Tipe 2
Disebut juga reaksi erythema nodosum leprosum (ENL). Reaksi ini
terjadi bila basil lepra dalam jumlah besar terbunuh dan secara
bertahap dipecah. Protein dari basil yang mati mencetuskan reaksi
alergi. Oleh karena protein ini terdapat di aliran darah, reaksi Tipe 2
akan mengenai seluruh tubuh dan menyebabkan gejala sistemik.
Siapa yang kemungkinan besar mengalami reaksi Tipe 2?
Hanya penderita MB yang mengalami reaksi Tipe 2.

13

Seberapa sering terjadinya?


Reaksi Tipe 2 lebih jarang terjadi dibandingkan reaksi Tipe 1, meski
angka kejadiannya bervariasi antar negara: di Afrika, hanya sekitar 5
persen dari total penderita MB mengalami ENL, sedangkan di
Amerika Selatan dapat sampai 50 persen terkena.
Kapan reaksi Tipe 2 terjadi?
Reaksi Tipe 2 terjadi terutama pada tiga tahun pertama pengobatan,
meski dapat juga terjadi lebih cepat. Oleh karena butuh waktu lama
bagi tubuh untuk membuang basil yang mati, reaksi Tipe 2 masih
mungkin terjadi bertahun-tahun setelah pengobatan selesai.
Apa saja ciri klinis reaksi Tipe 2?
Ciri reaksi Tipe 2 berupa gejala-gejala erythema nodosum, yaitu
benjolan di bawah kulit. Juga terjadi peradangan, sehingga benjolan
bawah kulit terasa sakit dan tampak merah. Benjolan dapat sedikit
atau banyak, dapat terjadi pada anggota gerak dan kadang-kadang
pada batang tubuh. Benjolan tidak disertai lesi kulit lepra. Benjolan
dengan nyeri tekan merupakan tanda utama ENL.

Kulit pada reaksi ENL

14

Pada reaksi Tipe 2, mata juga dapat terkena yang menyebabkan iritis
atau peradangan pada iris (bagian mata yang berwarna). Gejalanya
berupa rasa sakit dan merah pada mata, pupil mengecil dengan bentuk
tidak rata serta terdapat fotofobia (rasa sakit pada mata apabila
terkena cahaya).

Iritis merupakan komplikasi reaksi ENL

Karena penyebab yang mendasarinya, reaksi Tipe 2 sifatnya sistemik


dan mengenai seluruh tubuh: timbul kelemahan umum, demam dan
pasien merasa dirinya sakit.
Apa yang terjadi pada jangka panjang apabila pasien tidak
diobati?
ENL adalah penyakit kronis yang dapat bertahan sampai beberapa
tahun, dari waktu ke waktu dapat membaik atau memburuk. Tanpa
pengobatan, penderita ENL hampir setiap saat merasa sakit berat dan
bahkan mungkin meninggal karenanya. Selain kulit dan saraf, organorgan lain seperti mata, sendi, testis dan ginjal dapat terkena. Semua
organ tersebut dapat mengalami kerusakan permanen apabila
penderita tidak diobati.

15

Bagaimana membedakan reaksi Tipe 1 dan Tipe 2


Tabel berikut menunjukkan perbedaan kedua jenis reaksi:
Tanda

Reaksi Tipe 1

Reaksi Tipe 2

Peradangan kulit

Bercak lepra meradang,


namun kulit lain normal.

Timbul benjolan baru


berwarna merah dengan
nyeri tekan yang tidak
berhubungan dengan
bercak lepra.

Keadaan umum
penderita

Baik, tidak demam atau


demam ringan.

Keadaan umum buruk,


dengan demam dan
kelemahan umum.

Waktu munculnya Biasanya pada awal MDT; Biasanya pada tahap lanjut
dan jenis penderita mengenai penderita PB
masa pengobatan; hanya
dan MB.
mengenai penderita MB.
Keterlibatan mata

Dapat terjadi kelemahan


penutupan kelopak mata.

Bisa terjadi penyakit mata


internal (iritis).

Apabila terdapat kerusakan saraf baru tetapi tidak ada peradangan


kulit, maka penderita diobati sebagai reaksi Tipe 1. Sebagai patokan
umum, untuk dapat menegakkan diagnosis reaksi Tipe 2 harus
ditemukan lesi kulit khas ENL.

Reaksi Tipe 1
16

Reaksi Tipe 2

Apakah reaksi termasuk ringan atau berat?


Anda harus menentukan apakah reaksi termasuk ringan atau berat,
karena akan mempengaruhi pemilihan pengobatan.

Reaksi ringan adalah reaksi yang hanya terjadi pada kulit (namun
bukan kulit yang meliputi saraf besar atau wajah); dapat terjadi
demam ringan dan sedikit pembengkakan (edema) pada anggota
gerak.

Reaksi berat mengenai saraf-saraf mata.


Tanda-tanda reaksi berat terdiri dari:

Rasa sakit atau nyeri tekan pada saraf.


Hilang rasa raba yang baru.
Kelemahan otot yang baru.
Reaksi pada lesi kulit yang terdapat di atas saraf besar.
Reaksi pada lesi kulit di wajah.
Tanda peradangan mata.
Edema (pembengkakan) berat pada anggota gerak.
Keterlibatan organ-organ lain seperti testis, kelenjar limfe atau
sendi.

Ulkus pada lesi kulit.

17

Kondisi-kondisi yang dapat dikelirukan sebagai reaksi lepra


Kondisi lain yang mungkin dikelirukan dengan reaksi lepra yaitu
reaksi obat dan peradangan karena sebab-sebab lain, seperti sepsis
atau infeksi lokal.
Reaksi obat jarang terjadi: biasanya disertai rasa gatal (reaksi

lepra tidak gatal). Peradangan pada kulit tidak pada bercak lepra,
bentuknya lebih sering datar (bukan benjolan seperti ENL) dan
dapat terjadi hiperpigmentasi.
Sepsis lokal juga timbulnya tidak pada bercak lepra. Biasanya

hanya akan terlokalisir pada satu bagian tubuh dan sering


terdapat sebab yang jelas, seperti luka atau gigitan serangga.
Kemungkinan kekambuhan atau relaps lepra dibahas pada halaman
40-41.

Reaksi lepra dapat diobati

18

Anda mungkin juga menyukai