Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Arsitektur Kota (Urban Architecture) dan Perancangan Kota (Urban Design)
merupakan dua bidang yang mengkaji kaitan antara perancangan arsitektur dengan kawasan
perkotaan dengan skala yang lebih besar dalam konteks urban. Urban Design berkaitan erat
dengan kebijakan dalam perancangan fisik kota, yang melibatkan sekelompok orang dalam
kurun waktu tertentu, disamping itu juga berkaitan erat dengan manajemen pembangunan
fisik kota, baik dalam lingkungan alami maupun lingkungan binaan.
Menurut Barnet (1982), Urban Design adalah sebutan yang diterima secara umum
untuk proses yang ditujukan untuk menghasilkan arahan perancangan fisik dari
perkembangan kota, konservasi dan perubahan. Menurut Piere Merlin dan Francois
Choay (1988), Perancangan kota adalah proses dari konsep dan realisasi arsitektur yang
memungkinkan penguasaan pengaturan formal dari perkembangan kota, yang menyatukan
perubahan dan kemapanan.
Dapat disimpulkan bahwa, pada dasarnya urban design adalah merupakan suatu
disiplin perancangan, yang merupakan suatu jembatan antara perencanaan kota dan
arsitektur dan berkaitan erat dengan kebijakan dalam perancangan dan manajemen
pembangunan fisik kota, yang perhatian utamanya adalah pada bentuk fisik kota dan
lingkungannya, baik dalam bentuk lingkungan alami, maupun lingkungan binaan yang
sesuai dengan aspirasi masyarakat, kemampuan sumber daya setempat serta daya dukung
lainnya dan diatur sedemikian rupa, sehingga ruang dan bangunan perkotaan tersebut dapat
dimanfaatkan, sosial, artistik, berbudaya dan optimal, secara teknis maupun ekonomis.
Arsitektur kota ini mengkaji tentang hal-hal yang berhubungan dengan penerapan
perancangan arsitektur pada suatu lingkungan kawasan perkotaan, proses terbentuknya
suatu lingkungan perkotaan sesuai dengan konsep arsitekturnya, proses terbentuknya
kawasan kota yang teratur, aman, nyaman dan estetis, serta peran dari ilmu arsitektur dalam
meningkatkan ketertarikan masyarakat terhadap suatu kota yang memiliki potensi dari
berbagai segi untuk sebuah kota yang representatif.

Dalam tugas Arsitektur Kota ini akan mengamati kawasan sudut kota di Kota Banda
Aceh yaitu Simpang diponegoro. Hal-hal yang akan diamati adalah tentang elemen-elemen
kota pada kawasan tersebut.
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang terlihat pada kawasan simpang diponegoro ini antara lain kurang
memadainya jalur pedestrian pada kawasan tersebut, pemasangan signage yang tidak tertata
dengan baik, dan jalur transportasi yang rawan kecelakaan.

BAB II
PEMBAHASAN

Analisa Kawasan Sudut Kota Simpang Diponegoro


Kawasan Simpang Diponegoro ini terletak di jalan diponegoro, kawasan ini memiliki
potensi besar karena posisinya yang masih terletak pada pusat kota. Simpang diponegoro hanya
berjarak sekitar 70 m ke Mesjid Raya Baiturrahman dan sekitar 100 m ke kawasan Simpang
Lima. Dengan potensi yang dimilikinya, kawasan ini diharapkan mampu menunjang aktivitas
kota sehingga mampu memberikan nilai positif terhadap perkembangan ekonomi kawasan
tersebut. Untuk pencapaian tersebut, Aspek aspek arsitektural dalam strategi penataan kawasan
ini sangat diperlukan untuk menciptakan suatu kawasan yang aman, nyaman, indah, dan tertata
dengan baik guna mendukung aktivitas disekitarnya.
Pada kawasan ini, jalur pedestrian
kurang

memadai.

Jalur

pedestrian

pada

kawasan ini tidak memberikan rasa nyaman


terhadap

pengguna

karena

kurangnya

penghijauan dan terdapat beberapa kerusakan


pada

jalur

pedestrian.

Faktor

budaya

masyarakat Aceh yang tidak suka berjalan


kaki dan faktor fasilitas yang kurang memadai
membuat jalur pedestrian tidak terpakai.
Padahal, kawasan ini termasuk dalam zona perdagangan dan komersil yang memiliki aktivitas
yang tinggi. Dalam menghadapi permasalahan ini, diperlukan strategi penataan kota untuk
mengubah kecenderungan masyarakat dalam menggunakan jalur pedestrian. Perbaikan terhadap
kerusakan yang ada pada jalur pedestrian, penghijauan pada jalur pedestrian, dan beberapa
strategi lain dapat membuat jalur pedestrian menjadi terpakai.

Keterangan:
A : Menuju arah simpang lima atau jalan tgk. Daud
beureueh
B : Jalan dari Masjid Raya baiturrahman
C : Jalan dari pertokoan seperti sinbun sibreh,ramai, DLL
D : D1 : Menuju simpang surabaya
D2 : Menuju meuligoe gubernur
D3 : Menuju Masjid raya baiturrahman
Arah jalan pada kawasan ini memiliki tiga arah, dapat menuju kawasan simpang lima,
menuju Mesjid Raya Baiturrahman, dan menuju arah simpang Surabaya dan meuligoe gubernur.

Karena memiliki akses dari berbagai arah, terjadi titik


temu

bagi

pengguna

kendaraan

sehingga

menimbulkan resiko rawan kecelakaan.


Dalam mengatasi masalah ini, dibutuhkan penambahan
pembatas jalan/trotoar yg lebih panjang sehingga menjadi
pembatas bagi pengguna jalan dari dua arah.
Dari beberapa analisa diatas, terlihat bahwa elemen-elemen urban design di kota Banda
Aceh belum tertata dengan baik dan masih perlu banyak perbaikan. Oleh karena itu, strategi
arsitektursl dalam perencanaan kota sangat dibutuhkan untuk menunjang segala aspek aktivitas
maupun fasilitas kota. Sehingga, dengan peran desain arsitektur kota, kawasan kota diharapkan
dapat menjadi kawasan yang aman untuk dipergunakan, nyaman untuk dipakai oleh sebagai
besar warga masyarakat dan dapat menjadi kawasan yang indah atau estetis secara visual
arsitektural.

Pertanyaan:

1. Bagaimana tanggapan kelompok anda mengenai kesilauan TV Iklan LED pada kawasan
simpang diponegro? (Ikhsan)
Jawaban Kelompok :
Kesilauan TV Iklan LED pada kawasan simpang diponegoro memang
mengganggu pengguna jalan karena cahaya yang diberikan terlalu tinggi
sehingga pengguna jalan menjadi terganggu fokusnya. Hal ini dapat diatasi
dengan pengaturan brightness pada tv iklan tersebut untuk dikecilkan kecerahan
warnanya.
2. Bagaimana solusi mengatasi kecelakaan yang sering terjadi di daerah tersebut? (M.Ridho
Hermawan)
Jawaban Kelompok :
Kecelakaan terjadi karena factor kelalaian dari pengendara dan juga dapat
dikarenakan oleh arus pergerakan kendaraan yang tidak teratur. Di pelukannya
polisi lalulintas yang di harapkan bias membantu melancarkan lalulintas di jalan
tersebut dan dengan adanya polisi lalulintas ini juga dapat mengurangi tingkat
kecelakaan yang terjadi di daerah tersebut.
3. Bagaimana tanggapan anda terhadap terganggunya sirkulasi kendaraan yang telah
digunakan sebagai area parkir di depan Sinbun Sibreh? (Riga)
Menurut tanggapan kami penempatan parker di depan sinbun sibreh di buat
searah sehingga selebihnya bisa digunakan untuk jalur sirkulasi kendaraan yang
lewat pada jalan didepan sinbun sibreh.
4. Apa tujuan penempatan lampu jalan pada kawasan tersebut?
Tujuan dari penempatan lampu jalan tersebut adalah untuk mengatasi penyebab
terjadinya kecelakaan. Sehingga pengguna jalan dapat melihat lampu tersebut
dan menurunkan laju kecepatan kendaraannya. Lampu tersebut juga berguna
pada malam dan siang hari.
BAB III
LAMPIRAN SKETSA

ANALISA KAWASAN SIMPANG DIPONEGORO

Sebagai
Tugas Mata Kuliah Arsitektur Kota

Disusun oleh :
FEBRI SHAUMI
(1204104010022)
CHOSSY AL HAFIDZ V
(1204104010060)
SYAWAL SURYADI
(1204104010024)
AGAM WILDAN MAFDA
(1204104010081)
Dosen Koordinator :
Dr. Ashfa, ST, MT
(197302152000031001)

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH
2013

Anda mungkin juga menyukai