Anda di halaman 1dari 5

A Study Of Clinical Characteristics Of Mediastinal Mass

Abstrak
Latar belakang : tumor mediastinum adalah salah satu lesi yang tidak biasa yang sering ditemukan pada
praktek klinik sehari-hari. Insidensi dari tumor mediastinum malignant meningkat pada kurun waktu 4
tahun ini. Kemunculannya juga bervariasi mulai dari jejas taanpa gejala yang tidak sengaja ditemukan
pada pemeriksaan penunjang sampai yang berat dan mengancam jiwa.
Tujuan dan objektif: penelitian ini dilakukan untuk menilai tampilan klinis, tipe-tipe tumor, modalitas,
pengobatan, dan prognosis dari massa pada mediastinum.
Metode dan Bahan: penelitian ini bersifat prospektif dan dilakukan selama 2 tahun, dengan total 35 kasus
dengan atau tanpa gejala adanya massa pada mediastinum yang dikonfirmasi dengan pencitraan CT-Scan.
Hasilnya dijabarkan dalam bentuk persentase dan perbandingan.
Hasil : jumlah maksimal pasien (25,71%) yang didapatkan memiliki tumor mediastinum memiliki usia
rata-rata 3 dekade dan mayoritas (94,3%) muncul dengan gejala. Tumor yang ganas/maligna lebih
(68,57%) lebih sering muncul daripada yang jinak/benigna (31,43%) dan tumor limfoma adalah jenis
tumor ganas yang paling sering muncul. Pembesaran mediastinum pada foto polos dada juga terlihat pada
27 kasus (77,14%), efusi pleura dan adanya massa pada paru masing-masing 5 kasus (14,29%) pada
pencitraan dengan CT scan mediastinum anterior adalah kompartemen yang paling sering terkena
(42,86%)
Kesimpulan : massa mediastinum biasanya muncul dengan gejala. Pada banyak kasus lesi yang
ganas/maligna dan dengan gejala obstruksi mediastinum secara signifikan lebih tinggi pada lesi yang
ganas dan masa pada mediastinum anterior. Limfoma yang paling sering muncul sebagai massa
mediastinum dan timoma adalah tumor benigna yang paling sering menyebabkan tumor pada anterior dari
mediastinum.

Introduction
Massa mediastinum termasuk ke dalam jenis tumor yang mengenai segala usia dan hingga sekarang tetap
menjadi tantangan dalam penegakan diagnosis bagi setiap klinisi. Massa mediastinum bias merupakan
massa kongenital ataupun didapat, bias juga sebagai tumor utama atau merupakan tumor yang sekunder.
Tumor mediastinum yang muncul sekunder lebih sering kasusnya daripada tumor yang muncul primer.
Dan paling sering muncul melalui system limfa dari tumor primer yang berada di paru atau tumor pada
organ infradiafragma seperti pancreas, gastroesofagus, dan tumor testis. Massa pada anterior mediastinum
antara lain tymoma, lymphoma, pheocromocytoma, germ cell tumor, dan lesi pada tiroid. Massa pada area
anterior mediastinum ini biasanya ganas jika dibandingkan massa pada kompartemen mediastinum lain.
Ruang mediastinum adalah sebuah ruang yang sempit, setiap massa yang muncul dan membesar di ruang
ini akan menekan struktur yang berdekatah dan mengakibatkan terancamnya nyawa. Gejala yang muncul
biasanya karena kompresi atau invasi secara langsung dari struktur organ sekitar atau karena sindrom
paraneoplastik. Dengan latar belakang ini, penelitian dilakukan untuk menilai insidensi, mengevaluasi
tampilan klinis, modalitas pengobatan, dan juga hasil akhir pada pasien dengan massa mediastinum.
Metode dan Bahan : Penelitian ini dilakukan selama 2 tahun dan merupakan penelitian prospektif yang
dilakukan pada 35 pasien di rumah sakit pendidikan Kasturba di manipal, india. Perijinan pada institusi
sudah dilakukan. Sebelum dilakukan penelitian semua pasien yang sudah di diagnose dan terkonfirmasi
adanya massa mediastinum pada pencitraan CT scan selama dilakukan penelitian diikutsertakan dalam
penelitian.
Kriteria Inklusi : Semua pasien diatas usia 16 tahun yang dengan atau tanpa gejala klinis adanya kompresi
mediastinum dan merupakan pasien yang didapatkan adanya massa pada mediastinum dengan CT scan.
Kriteria Eksklusi: Pasien yang berusia dibawah 16 tahun.
Metodologi : Pasien yang memenuhi kriteria diatas dilakukan penelitian setelah mendapat dan
menandatangani informed consent. Riwayat penyakit dahulu dengan gejala rasa seperti tertekan pada
obstruksi mediastinum yaitu disfagia, suara serak, bengkak di wajah, dan dispneu semua dicatat. Semua
subjek penelitian dilakukan pemeriksaan secara mendetail untuk melihat pembesaran kelenjar getah
bening, sindrom horner, obstruksi vena cava superior, redup pada parasternum, despines sign, efusi
pleura, hepatosplenomegali. Pemeriksaan foto thorax, CT scan thorax, pemeriksaan darah rutin dan
pemeriksaan kimia darah serta test serologi untuk HIV, HbsAg dilakukan pada semua kasus. Pemeriksaan
lainnya termasuk korekan bronchial untuk sitology, sitology sputum untuk Acid Fast Bacili (AFB),
analisis cairan pleura serta biopsy untuk diagnosis secara histopatology. Pasien dilakukan follow up
selama 6 bulan untuk melihat dari berbagai jenis modalitas pengobatan. Data diolah dalam bentuk table
dan ditampilkan dalam persentase atau perbandingan.
Hasil: pada 35 kasus massa mediastinum, yang dikonfirmasi dengan CT scan dimasukkan dalam
penelitian. Usia pasien yang menderita massa mediastinum ada di kisaran 17-68 tahun dengan usia ratarata 45,4 tahun. sekitar 2/3 kasus pada pasien laki laki dan 11 kasus (31,43%) pada wanita, dengan rasio
laki laki berbanding wanita adalah 2,2 :1. Batuk dan penurunan berat badan adalah gejala yang paling
sering muncul pada 20 kasus (57,14%) diikuti dengan dispneu (16 kasus 45,71%) gejala dari obstruksi
mediastinum terdapat pada 17 kasus yang 14 diantaranya maligna dan 3 kasus benigna. Pada pasien

dengan obstruksi mediastinum 11 kasus masanya terdapat pada anterior dari mediastinum. Suara serak
merupakan gejala tersering dari obstruksi mediastinum yang terhitung 9 kasus (52,9%) diikuti disfagia,
dan obstruksi vena cava yang masing masing 7 kasus (41,2%), karsinoma bronchogenic merupakan
penyebab suara serak tersering (44,4%). Gejala miastenik muncul pada 50% kasus tymoma. Penemuan
tumor secara tidak disengaja terdapat masing masing satu kasus pada tymoma dan teratoma.
Pada pemeriksaan fisik 19 kasus (54,29%) memiliki limfadenopati umum yang signifikan. Semua pasien
dengan non hodkins limfoma (NHL) memiliki limfadenopati cervical dan axillary dan 80% kasus dengan
Hodgkins limfoma memiliki limfadenopati cervical. Salah satu pasien NHL juga terkena pada waldeyers
ring. Sekitar 7 kasus dengan limfadeniopati supraclavicula, 4 kasus memilii carcinoma bronchogenic, dan
3 lainnya memiliki karsinoma metastase. Pada pemeriksaan system pernafasan pada 9 kasus didapatkan
hasil yang normal (25,7%). Pada pasien dengan pemeriksaan positif, bunyi redup parasternal merupakan
tanda yang paling sering didapatkan (16 kasus 61,54%) dan 6 kasus memiliki d-espines signpositif. Pada
pemeriksaan abdomen didapatkan hepatomegaly pada 7 kasus dan splenomegaly pada 2 kasus.
Pada pemeriksaan laboratorium penunjang peningkatan ESR > 100 mm/satu jam pertama di 3 kasus (13
kasus 37,14%). Pada foto xray dada menunjukkan pemebesaran mediastinum pada 27 kasus (77,14%) dan
2 kasus diantaranya tanpa gejala. Efusi pleura dan massa pada paru ditemukan masing masing 5 kasus
(14,29%). Pada pemeriksaan CT scan didapat 27 kasus dengan limfadenopati mediastinum diantaranya 12
kasus (44,44%) adalah limfoma, lima kasus (18,52%) adalah tuberculosis mediastinum, 7 kasus
merupakan karsinoma bronkogenik (25,93%) dan 3 kasus (11,11%) carcinoma metastase yang
berdeferensiasi buruk. berbagai jenis lesi yang terlihat pada CT scan mediastinum ditampilkan pada table
2 dan 3.
Diagnosis histopatologi dari specimen (table 4) termasuk massa mediastinum pada 15 kasus (42,85%),
kelenjar geta bening pada 12 kasus (34,29%), massa pada paru pada 5 kasus (14,3%), massa pada dinding
dada pada 3 kasus (8,57%) dan cairan pleura serta kerokan bronchial masing-masing 2 kasus (5,71%),
sekitar 2/3 kasus merupakan maligna (24: 68,57%) dan tumor benigna tercatat ada 11 asus (31,43%)
(Tabel 5). Diantara 12 kasus limfoma, 7 kasus merupakan limfoma Hodgkin dan 5 kasusmerupakan
limfoma non Hodgkin. Limfoma Hodgkin sering muncul pada usia 3 dekade (: 57,1 %) dan sclerosis
noduler merupakan subtype histologi yang tersering. Secara histologi 4 kasus limfoma non Hodgkin
merupakan difusi limfoma sel B dan 1 kasus merupakan limfoma limfoblastik. Sekitar 6 kasus dari
timoma, 5 kasus merupakan benigna. Germ cell tumor terlihat pada 2 kasus dan kadang terdapat pada
anterior dari mediastinum, yang merupakan teratoma matur yang jinak dan yang satu merupakan tumor
non seminomatous maligna. Diantara 7 kasus karsinoma bronchogenic, 4 (57,14%) adalah
adenokarsinoma, 2 (28,57%) adalah squamous sel karsinoma dan 1 (14,29%) kaus merupakan small cell
lung carcinoma.
Diskusi:
Tumor mediastinum merupakan kasus yang jarang dan menggambarkan 3 % dari tumor yang terlihat
dalam dada. Pada penelitian kami, 35 kasus dari tumor mediastinum dikonfirmasi dengan CT scan yang
dievaluasi. Kebanyakan diantara mereka berada di usia dan 5 dekade, dengan usia rata rata 45,4 tahun
dan didominasi oleh laki-laki. Ini dapat dibandingkan dengan penelitian lainnya. Tumor mediastinum
malignant lebih banyak kasusnya dibandingkan dengan yang benigna terhitung 68,57% kasus yang sama
dengan penelitian oleh vaziril dan kawan-kawan. Pada beberapa penelitian kasus massa mediastinum

insidensi maligna berkisar dari 25-49%. Bagaimanapun kasus benigna didapatkan lebih sering kasusnya
pada penelitian oleh adegboye 57% dan davis 58% . ini menunjukkan peningkatan insidensi kasus
maligna pada beberapa tahun. Penjelasan lainnya mengenai kasus maligna dikarenakan adanya eksklusi
pada usia anak-anak dan menginklusi tumor sekunder pada studi kasus,
Pada penelitian sekitar 94,3% merupakan pasien tanpa adanya gejala , yang bias dibandingkan dengan
penelitian oleh sing (94,7%) dan dubashi (97%). Beberapa penelitian lainnya menunjukkan adanya gejala
yang terlihat dengan persentase sebesar 61-88%. Insidensi kasus yang tanpa gejala yang lebih tinggi
daripada kasus yang dengan gejala didapatkan oleh varizi dkk, adegboye dkk, dan davis dkk. Penilaian ini
mungkin dikarenakan fakta di lapangan pasien banyak yang dating setelah timbul gejala daripada dating
untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. Pada kasus kami terbanyak merupakan kasus maligna,
karena tumor maligna lebih sering menunjukkan gejala dibandingkan dengan tumor benigna.
Pada pemeriksaan X-Ray dada menunjukkan pelebaran mediastinum hanya 27 kasus (77,14%), yang
lainnya memiliki keabnormalitas lain (17,14%) dan normal pada foto xray (2: 5,71%). Dibandingkan
dengan thorax Xray, CT scan lebih akurat dalam pendeteksian tumor mediastinum. Pada pencitraan
dengan CT scan lokasi tersering pada penelitian kami yaitu pada anterior mediastinum (42,86%) hasilnya
dapat dibandingkan dengan penelitian lain. timoma (40%) adalah tumor yang paling sering pada anterior
mediastinum diikuti oleh limfoma (33,3%). Medial mediastinum ada sekitar 11,43% kasus, yang juga
dapat dibandingakan dengan penelitian lainnya. Namun, insidensi tumor pada posterior mediastinum
lebih rendah pada penelitian kami (8,57%) yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan penelitian oleh
adegboye dkk dan davis dkk. Hal ini bisa disebabkan karena kurangnya tumor neurogenic dalam
penelitian kami. Keterlibatan beberapa kompartemen oleh lessi maligna lebih sering ditemui karena
penyebaran local dari tumor.tumor diurutkan menurut frekuensi kejadiannya limfoma, bronchogenic
carcinoma, thymoma, tuberculosis mediastinal, metastatic carcinoma dan germ cell tumor, yang
dibandingkan dengan penelitian dari vaziri dkk dan adegboye dkk. Walaupun, thymoma adalah lesi yang
paling sering dalam penelitian yang dilakukan oleh singh dkk dan dubashi dkk. Hanya 10% dari limfoma
yang melibatkan mediastinum dan limfoma Hodgkin. Berdasarkan penelitian kami, HL, dan NHL terlihat
pada 58,33% dan 41,67%. Walaupun, NHL adalah yang paling umum. Hal ini mungkin Karena masuknya
kasus pediatric salam penelitian mereka. Berdasarkan literature, nodul sclerosis adalah yang paling umum
dari tipe HL dan tipe sel B yang paling umum pada NHL. Tumor timus biasanya muncul dengan tanda
myastenik dan obstruksi mediastinum. Cerm cell tumor paling sering mempengaruhi mediastinum dan
paling sering terjadi pada mediastinum anterior.
Tuberculosis mediastinum terdapat pada 5 kasus di penelitian kami, keterlibatan mediastinum terlihat
pada 3 kasus (60%). Semua kasus adalah wanita, diantaranya 2 kasus dengan HIV positif. Semua dimulai
dengan pengobatan anti tuberculosis dan menunjukkan perbaikan klinis yang baik: meskipun resolusi
radiologi terlihat pada 3 pasien di antara mereka. Keterlibatan mediastinum pada tuberculosis sangat
jarang terjadi pada orang dewasa. Sangat sedikit laporan kasus tuberculosis mediastinum dewasa dalam
literature. Dilaporkan bahwa KGB di mediastinum, paling sering mempengaruhi affected node, hanya 5
% dari kasus tuberculosis limfadenitis. Peningkatan jumlah kasus dari tuberculosis mediastinum dalam
kasus kami (14,28%) mungkin Karena fakta bahwa penyakit ini sering muncul di Negara-negara
berkembang. Penyakit immunocompromised seperti infeksi HIV dikaitkan dengan peningkatan frekuensi
dari infeksi mikobakterium umumnya dan khususnya kelenjar getah bening.

Diantara 12 kasus limfoma, 8 diantaranya di terapi dengan kemoterapi dan 2 pasien menolak pengobatan.
Mereka yang menerima pengobatan menunjukkan perbaikan klinis dan resolusi radiologi. Kematian
terjadi pada 2 kasus NHL karena penyakit lanjut dan sepsis. Semua kasus bronchogenic karsioma diterapi
dengan kemoterapi atau radioterapi, hanya dua yang menunjukkan perbaikan klinis yang signfikan dan
kematian terjadi pada dua kasus. Kasus timoma dalam penelitian ini menjalani operasi dan satu pasien
menerima radioterapi sebagai tumor maligna dan semuanya tanpa gejala. Antara dua kasus germ cell
karsinoma, operasi dilakuakan untuk teratoma benigna dan diikuti kemoterapi diikuti oleh operasi adalah
modalitas pengobatan untuk tumor non-seminomatous maligna. Keduanya tidak menunjukkan gejala dan
kekambuhan. Semua kasus karsinoma metastase berakhir karena penyakit lanjut.
Kesimpulan
Gejala pada tumor mediastinum lebih sering muncul pada lesi ganas dan tumor mediastinum anterior.
Meskipun thymoma merupakan yang paling sering pada tumor jinak mediastinum anterior, limfoma
adalah massa mediastinum utama yang paling sering. Diagnosis dini dengan teknik diagnostic yang lebih
baru telah meningkatkan akurasi diagnosis praoperasi, dan penilaian factor yang berhubungan dengan
kematian harus diidentifikasi dalam manajemen yang komprehensif dan terintegrasi dari pasien dengan
massa mediastinum

Anda mungkin juga menyukai