Anda di halaman 1dari 28

BAB II

PEMBAHASAN
Komponen-komponen kimia yang terkandung di dalam bahan organik
seperti yang terdapat di dalam tumbuh-tumbuhan sangat dibutuhkan oleh
keperluan hidup manusia, baik komponen senyawa tersebut digunakan untuk
keperluan industri maupun untuk bahan obat-obatan. Komponen tersebut dapat
diperoleh dengan metode ekstraksi dimana ekstraksi merupakan proses pelarutan
komponen kimia yang sering digunakan dalam senyawa organik untuk melarutkan
senyawa tersebut dengan menggunakan suatu pelarut (Anonim, 2013).
Menurut Mc Cabe (1999) dalam Muhiedin (2008), ekstraksi dapat
dibedakan menjadi dua cara berdasarkan wujud bahannya yaitu:
1.

Ekstraksi padat cair, digunakan untuk melarutkan zat yang dapat larut dari
campurannya dengan zat padat yang tidak dapat larut.

2.

Ekstraksi cair-cair, digunakan untuk memisahkan dua zat cair yang saling
bercampur, dengan menggunakan pelarut dapat melarutkan salah satu zat
Ekstraksi padat cair secara umum terdiri dari maserasi, refluktasi, sokhletasi, dan
perkolasi.
Metoda yang digunakan tergantung dengan jenis senyawa yang kita gunakan. Jika
senyawa yang kita ingin sari rentan terhadap pemanasan maka metoda maserasi
dan perkolasi yang kita pilih, jika tahan terhadap pemanasan maka metoda
refluktasi dan sokletasi yang digunakan (Safrizal,2010).
Pada ekstraksi cair-cair, bahan yang menjadi analit berbentuk cair dengan
pemisahannya menggunakan dua pelarut yang tidak saling bercampur sehingga
terjadi distribusi sampel di antara kedua pelarut tersebut. Pendistribusian sampel
dalam kedua pelarut tersebut dapat ditentukan dengan perhitungan KD/koefisien
distribusi (Faradillah:2011)
2.1 Ekstraksi Padat-Cair
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Senyawa aktif
yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan

minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Dengan diketahuinya senyawa


aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara
ekstraksi yang tepat (Wilda, 2013).
2.1.1

Cara dingin

2.1.1.1 Maserasi
a) Pengertian Maserasi
Maserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa Latin, artinya merendam).
Cara ini merupakan salah satu cara ekstraksi, dimana sediaan cair yang dibuat
dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam menggunakan pelarut
bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air, misalnya etanol encer, selama
periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam buku resmi kefarmasian
(Anonim, 2014).
Maserasi adalah salah satu jenis metoda ekstraksi dengan sistem tanpa
pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metoda ini
pelarut dan sampel tidak mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga maserasi
merupakan teknik ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan
panas ataupun tahan panas (Hamdani, 2014). Maserasi merupakan cara penyarian
yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia
dalam cairan penyari (Afifah,2012).
Jadi, Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana dengan
cara merendam serbuk simplisia menggunakan pelarut yang sesuai dan tanpa
pemanasan
b) Prinsip Maserasi
Prinsip maserasi adalah pengikatan/pelarutan zat aktif berdasarkan sifat
kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like). Langkah kerjanya adalah
merendam simplisia dalam suatu wadah menggunakan pelarut penyari tertentu
selama beberapa hari sambil sesekali diaduk, lalu disaring dan diambil
beningannya. Selama ini dikenal ada beberapa cara untuk mengekstraksi zat aktif
dari suatu tanaman ataupun hewan menggunakan pelarut yang cocok. Pelarutpelarut tersebut ada yang bersifat bisa campur air (contohnya air sendiri, disebut

pelarut polar) ada juga pelarut yang bersifat tidak campur air (contohnya aseton,
etil asetat, disebut pelarut non polar atau pelarut organik).
Metode Maserasi umumnya menggunakan pelarut non air atau pelarut
non-polar. Teorinya, ketika simplisia yang akan di maserasi direndam dalam
pelarut yang dipilih, maka ketika direndam, cairan penyari akan menembus
dinding sel dan masuk ke dalam sel yang penuh dengan zat aktif dan karena ada
pertemuan antara zat aktif dan penyari itu terjadi proses pelarutan (zat aktifnya
larut dalam penyari) sehingga penyari yang masuk ke dalam sel tersebut akhirnya
akan mengandung zat aktif, katakan 100%, sementara penyari yang berada di luar
sel belum terisi zat aktif (0 %) akibat adanya perbedaan konsentrasi zat aktif di
dalam dan di luar sel ini akan muncul gaya difusi, larutan yang terpekat akan
didesak menuju keluar berusaha mencapai keseimbangan konsentrasi antara zat
aktif di dalam dan di luar sel. Proses keseimbangan ini akan berhenti, setelah
terjadi keseimbangan konsentrasi (istilahnya jenuh).
Dalam kondisi ini, proses ekstraksi dinyatakan selesai, maka zat aktif di
dalam dan di luar sel akan memiliki konsentrasi yang sama, yaitu masing-masing
50%. Alat maserasi ditunjukkan pada gambar No. 1

(a)

(b)

Gambar 1. (a) maserasi sederhana (b) maserasi yang dilengkapi pengaduk

c) Kelebihan dan Kekurangan Metode Maserasi


Kelebihan dari ekstraksi dengan metode maserasi adalah:
a)

Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam

b)

Biaya operasionalnya relatif rendah


c) Prosesnya relatif hemat penyari dan tanpa pemanasan
Kelemahan dari ekstraksi dengan metode maserasi
adalah:

a)

Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu


terekstraksi sebesar 50% saja
b) Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari.
Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya:
1. Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah,
yaitu pada suhu 4050C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk
simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan. Dengan pemanasan
diperoleh keuntungan antara lain:

a)

Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan berkurangnya


lapisan-lapisan batas.

b)

Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga pemanasan


tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan.

c)

Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolute dan berbanding


terbalik dengan kekentalan, sehingga kenaikan suhu akan berpengaruhpada
kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan meningkat bila suhu
dinaikkan.

d)

Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan, maka
perlu dilengkapi dengan pendingin balik, sehingga cairan akan menguap
kembali ke dalam bejana.
2. Maserasi dengan Mesin Pengaduk
Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus-menerus, waktu proses
maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.

3. Remaserasi
Cairan penyari dibagi menjadi, Seluruh serbuk simplisia di maserasi
dengan cairan penyari pertama, sesudah diendapkan, tuangkan dan diperas, ampas
dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua.
4. Maserasi Melingkar
Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari
selalu bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali
secara berkesinambungan melalui sebuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.
5. Maserasi Melingkar Bertingkat
Pada maserasi melingkar, penyarian tidak dapat dilaksanakan secara
sempurna, karena pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan telah
terjadi masalah ini dapat diatasi dengan maserasi melingkar bertingkat (M.M.B),
yang akan didapatkan :
a)

Serbuk simplisia mengalami proses penyarian beberapa kali, sesuai dengan


bejana penampung. Pada contoh di atas dilakukan 3 kali, jumlah tersebut dapat
diperbanyak sesuai dengan keperluan.

b)

Serbuk simplisia sebelum dikeluarkan dari bejana penyari, dilakukan


penyarian dengan cairan penyari baru. Dengan ini diharapkan agar memberikan
hasil penyarian yang maksimal.

c)

Hasil penyarian sebelum diuapkan digunakan dulu untuk menyari serbuk


simplisia yang baru, hingga memberikan sari dengan kepekatan yang maksimal.

d)

Penyarian yang dilakukan berulang-ulang akan mendapatkan hasil yang


lebih baik daripada yang dilakukan sekali dengan jumlah pelarut yang sama
(Anonim. 2011).
1.1.1.2 Perkolasi

a)

Pengertian Perkolasi
Menurut Guenther dalam Irawan (2010) Perkolasi adalah cara penyarian
dengan mengalirkan penyari melalui bahan yang telah dibasahi. Perkolasi adalah
metoda ekstraksi cara dingin yang menggunakan pelarut mengalir yang

selalu baru. Perkolasi banyak digunakan untuk ekstraksi metabolit sekunder dari
bahan alam, terutama untuk senyawa yang tidak tahan panas (Agutina, 2013).
Jadi, perkolasi adalah suatu metode estraksi dengan mengalirkan penyari
melalui bahan yang telah dibasahi sehingga pelarut yang digunakan selalu baru.
b) Prinsip Perkolasi
Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut: Serbuk simplisia ditempatkan
dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan
penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan
melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak ke
bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya.,
dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan.
Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat,
kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler
dan daya geseran (friksi).
Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena:
a. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi
dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan
derajat perbedaan konsentrasi.
b. Ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat
mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka
kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat
meningkatkan perbedaan konsentrasi.
c) Alat Perkolasi
Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut percolator, cairan yang
digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat aktif
yang keluar dari percolator disebut sari atau perkolat, sedangkan sisa setelah
dilakukanya penyarian disebuat ampas atau sisa perkolasi.
Bentuk percolator ada 3 macam yaitu percolator berbentuk tabung,
percolator berbentuk paruh, dan percolator berbentuk corong. Pemilihan
percolator tergantung pada jenis serbuk simplisia yang akan di sari. Serbuk kina

yang mengandung sejumlah besar zat aktif yang larut, tidak baik jika diperkolasi
dengan alat perkolasi yang sempit, sebab perkolat akan segera menjadi pekat dan
berhenti mengalir. Pada pembuatan tingtur dan ekstrak cair, jumlah cairan penyari
yang tersedia lebih besar dibandingkan dengan jumlah cairan penyari yang
diperlukan untuk melarutkan zat aktif. Pada keadaan tersebut, pembuatan sediaan
digunakan percolator lebar untuk mempercepat proses perkolasi.
Percolator berbentuk tabung biasanya digunakan untuk pembuatan ekstrak
cair, percolator berbentuk paruh biasanya digunakan untuk pembuatan ekstrak
atau tingtur dengan kadar tinggi, percolator berbentuk corong biasanya digunakan
untuk pembuatan ekstrak atau tingtur dengan kadar rendah.
Ukuran percolator yang digunakan harus dipilih sesuai dengan jumlah
bahan yang disari. Jumlah bahan yang disari tidak lebih dari 2/3 tinggi percolator.
Percolator dibuat dari gelas, baja tahan karat atau bahan lain yang tidak saling
mempengaruhi dengan obat atau cairan penyari.
Percolator dilengkapi dengan tutup dari karet atau bahan lain, yang
berfungsi untuk mencegah penguapan. Tutup karet dilengkapi dengan lubang
bertutup yang dapat dibuka atau ditutup dengan menggesernya. Pada beberapa
percolator sering dilengkapi dengan botol yang berisi cairan penyari yang
dihubungkan ke percolator melalui pipa yang dilengkapi dengan keran. Aliran
percolator diatur oleh keran. Pada bagian bawah, pada leher percolator tepat di
atas keran diberi kapas yang di atur di atas sarangan yang dibuat dari porselin atau
di atas gabus bertoreh yang telah dibalut kertas tapis
Kapas yang digunakan adalah yang tidak terlalu banyak mengandung
lemak. Untuk menampung perkkolat digunakan botol perkolat, yang bermulut
tidak terlalu lebar tetapi mudah dibersihkan. Di bawah ini adalah gambar alat
perkolasi.

Gambar 2. Alat perkolasi


Reperkolasi
Untuk menghindari kehilangan minyak atsiri pada pembuatan sari, maka
cara perkolasi diganti dengan cara reperkolasi. Pada perkolasi dilakukan
pemekatan sari dengan pemanasan. Pada perkolasi tidak dilakukan pemekatan.
Reperkolasi dilakukan dengan cara : simplisia dibagi dalam beberapa percolator,
hasil percolator pertama dipekatkan menjadi perkolat I dan sari selanjutnya
disebut susulan II. Susulan II digunakan untuk menjadi perkolat II. Hasil
perkolator II dipisahkan menjadi perkolat II dan sari selanjutnya disebut susulan
III. Pekerjaan tersebut diulang sampai menjadi perkolat yang diinginkan.
Perkolasi bertingkat
Dalam proses perkolasi biasa, perkolat yang dihasilkan tidak dalam kadar
yang maksimal. Selama cairan penyari melakukan penyarian serbuk simplisia,
maka terjadi aliran melalui lapisan serbuk dari atas sampai ke bawah disertai
pelarutan zat aktifnya. Proses penyarian tersebut akan menghasilkan perkolat yang
pekat pada tetesan pertama dan tetesan terakhir akan diperoleh perkolat yang
encer. Untuk memperbaiki cara perkolasi tersebut dilakukan cara perkolasi
bertingkat.serbuk simplisia yang hampir tersari sempurna, sebelum dibuang, disari
dengan penyari yang baru, diharapkan agar serbuk simplisia tersebut dapat tersari
sempurna. Sebaliknya serbuk simplisia yang baru, disari dengan perkolat yang
hampir jenuh dengan demikian akan diperoleh perkolat akhir yang jenuh. Perkolat
dipisahkan dan dipekatkan.

Cara ini cocok jika digunakan untuk perusahaan obat tradisional,termasuk


perusahaan yang memproduksi sediaan galenik. Agar diperoleh cara yang tepat,
perlu dilakukan percobaan pendahuluan. Dengan percobaan tersebut dapat
ditetapkan:
1. Jumlah perkolator yang diperlukan
2. Bobot serbuk simplisia untuk tiapa perkolasi
3. Jenis cairan penyari
4. Jumlah cairan penyari untuk tiap kali perkolasi
5. Besarnya tetesan dan lain-lain
d) Kelebihan dan Kekurangan Perkolasi
Kelebihan dari metode perkolasi adalah:
1. Tidak terjadi kejenuhan
2. Pengaliran meningkatkan difusi (dengan dialiri cairan penyari
sehingga zat seperti terdorong untuk keluar dari sel)
Kekurangan dari metode perkolasi adalah
1. Cairan penyari lebih banyak
2. Resiko cemaran mikroba untuk penyari air karena dilakukan secara
terbuka (Sulaiman, 2011).
2.1.2 Cara Panas
2.1.2.1

Refluks

a) Pengertian Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik.
Refluks adalah teknik yang melibatkan kondensasi uap dan kembali
kondensat ini ke sistem dari mana ia berasal. Hal ini digunakan dalam industri dan
laboratorium distilasi. Hal ini juga digunakan dalam kimia untuk memasok energi
untuk reaksi-reaksi selama jangka waktu yang panjang. Campuran reaksi cair
ditempatkan dalam sebuah wadah terbuka hanya di bagian atas. Kapal ini

terhubung ke kondensor Liebig, seperti bahwa setiap uap yang dilepaskan kembali
ke didinginkan cair, dan jatuh kembali ke dalam bejana reaksi. Kapal kemudian
dipanaskan keras untuk kursus reaksi. Alat refluks dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Alat refluks


b) Prinsip Metode Refluks
Prinsip kerja pada metode refluks yaitu penarikan komponen kimia yang
dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama
dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada
kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali
menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas
bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai
penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4
jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan (Akhyar,2010).
c) Kelebihan dan Kekurangan Metode Refluks
Kelebihan dari metode refluks adalah digunakan untuk mengekstraksi
sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar, dan tahan pemanasan langsung.
(Anonim, 2011).
Kekurangan dari metode refluks adalah membutuhkan volume total pelarut
yang besar,dan Sejumlah manipulasi dari operator (Mandiri, 2013).
2.1.2.2 Soxhletasi .
a)

Pengertian Soxhletasi
Soxhletasi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen yang terdapat
dalam sampel padat dengan cara penyarian berulangulang dengan pelarut yang

sama, sehingga semua komponen yang diinginkan dalam sampel terisolasi dengan
sempurna. Pelarut yang digunakan ada 2 jenis, yaitu heksana (C 6H14) untuk
sampel kering dan metanol (CH3OH) untuk sampel basah. Jadi, pelarut yang
dugunakan tergantung dari sampel alam yang digunakan. Nama lain yang
digunakan sebagai pengganti sokletasi adalah pengekstrakan berulangulang
(continous extraction) dari sampel pelarut (Rahman: 2012).
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan,
cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi
menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia
dalam klonsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah
melewati pipa sifon ( Rene,2011).
b) Prinsip Kerja Soxhletasi
Bahan yang akan diekstraksi diletakkan dalam sebuah kantung ekstraksi
(kertas, karton, dan sebagainya) dibagian dalam alat ekstraksi dari gelas yang
bekerja kontinyu. Wadah gelas yang mengandung kantung diletakkan antara labu
penyulingan dengan labu pendingin aliran balik dan dihubungkan dengan labu
melalui pipa. Labu tersebut berisi bahan pelarut, yang menguap dan mencapai ke
dalam pendingin aliran balik melalui pipet, berkondensasi di dalamnya, menetes
ke atas bahan yang diekstraksi dan menarik keluar bahan yang diekstraksi.
Larutan berkumpul di dalam wadah gelas dan setelah mencapai tinggi
maksimalnya, secara otomatis dipindahkan ke dalam labu. Dengan demikian zat
yang terekstraksi terakumulasi melalui penguapan bahan pelarut murni
berikutnya. Pada cara ini diperlukan bahan pelarut dalam jumlah kecil, juga
simplisia selalu baru artinya suplai bahan pelarut bebas bahan aktif berlangsung
secara terus-menerus (pembaharuan pendekatan konsentrasi secara kontinyu).
Keburukannya adalah waktu yang dibutuhkan untuk ekstraksi cukup lama (sampai
beberapa jam) sehingga kebutuhan energinya tinggi (listrik, gas). Selanjutnya,
simplisia di bagian tengah alat pemanas langsung berhubungan dengan labu,
dimana pelarut menguap. Pemanasan bergantung pada lama ekstraksi, khususnya
titik didih bahan pelarut yang digunakan, dapat berpengaruh negatif terhadap

bahan tumbuhan yang peka suhu (glikosida, alkaloida). Demikian pula bahan
terekstraksi yang terakumulasi dalam labu mengalami beban panas dalam waktu
lama. Meskipun cara soxhlet sering digunakan pada laboratorium penelitian untuk
pengekstraksi tumbuhan, namun peranannya dalam pembuatan sediaan tumbuhan
kecil artinya (Anonim: 2011).
c) Alat ekstraksi Soxhletasi

Gambar 4. Alat Soxhletasi


Nama-nama instrumen dan fungsinya adalah: 1) Kondensor berfungsi
sebagai pendingin, dan juga untuk mempercepat proses pengembunan, 2)
Timbal/klonsong berfungsi sebagai wadah untuk sampel yang ingin diambil
zatnya, 3) Pipa F/vapor berfungsi sebagai jalannya uap, bagi pelarut yang
menguap dari proses penguapan, 4) Sifon berfungsi sebagai perhitungan siklus,
bila pada sifon larutannya penuh kemudian jatuh ke labu alas bulat maka hal ini
dinamakan 1 siklus, 5) Labu alas bulat berfungsi sebagai wadah bagi ekstrak dan
pelarutnya, 6) Hot plate atau penangas berfungsi sebagai pemanas larutan, 7)
Water in sebagai tempat air masuk, dan 8) Water out sebagai tempat air keluar
(Azam Khan: 2012).
d) Kelebihan dan Kekurangan Soxhletasi
Metode soxhletasi memiliki kelebihan dan kekurangan pada proses
ekstraksi.
Kelebihan:
a) Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak
tahan terhadap pemanasan secara langsung.

b) Digunakan pelarut yang lebih sedikit


c) pemanasannya dapat
diatur kekurangan:
a) Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di
sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan
reaksi peruraian oleh panas.
b) Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui
kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam
wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk
melarutkannya.
c) Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk
menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi (Keloko,
2013).
2.2 Ekstraksi Cair-Cair
2.2.1 Pengertian ekstraksi pelarut (Ekstraksi Cair-Cair)
Dalam laboratorium ekstraksi dapat digunakan untuk mengambil zat
terlarut dalam air dengan menggunakan pelarut-pelarut organik yang tidak
bercampur dengan air. Dalam industri, ekstraksi dipakai menghilangkan zat-zat
yang tidak disukai yang terkait dalam produk. (Team Teaching, 2013).
Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air adalah metode pemisahan
yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah pemisahan ini dapat
dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan
pada distribusi zat pelarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang
tidak saling bercampur, seperti benzena, karbon tetraklorida atau kloroform.
Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam
kedua fase pelarut.
Ekstraksi pelarut terutama digunakan, bila pemisahan campuran dengan
cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan aseotrop
atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi
padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaitu
14

pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua
fasa cair itu sesempurna mungkin.
Ekstraksi cair-cair dengan pengkelat logam adalah salah satu aplikasi
utama ekstraksi cair-cair yaitu ekstraksi selektif ion logam menggunakan agen
pengkelat. Pada umumnya ion-ion logam tidak larut dalam pelarut organik non
polar. Ion logam harus diubah menjadi bentuk molekul yang tidak bermuatan
dengan pembentukan kompleks agar ion logam tersebut dapat terekstrak ke dalam
pelarut organik non polar. Senyawa kompleks adalah suatu senyawa dimana ion
logam bersenyawa dengan ion atau molekul netral yang mempunyai sepasang atau
lebih elektron bebas yang berikatan secara kovalen koordinasi (Anonim: 2011).

Pembagian solut antara dua cairan yang tak saling campur memberikan
banyak kemungkinan yang menarik bagi pemisahan-pemisahan analitik juga
untuk keadaan yang tujuan utamanya bukanlah analitik melainkan preparatif,
maka ekstraksi solven dapat merupakan suatu langkah penting dalam urutan yang
memberikan hasil murni di dalam laboratorium organik, anorganik atau biokimia.
Meskipun kadang-kadang digunakan alat yang sukar, seringkali diperlukan hanya
sebuah corong pemisah (gambar 5). Sering pemisahan secara ekstraksi solvent
dapat dilakukan dalam beberapa menit. Tekniknya dapat diterapkan untuk suatu
batas-batas konsentrasi yang luas, dan telah digunakan secara ekstensif untuk
isotop-isotop bebas pembawa dalam jumlah-jumlah yang sangat sedikit yang
diperoleh baik dari transmutasi nuklir maupun dari material-material industri yang
dalam jumlah ion (Underwood,1988).

Gambar 5. Corong pisah

15

Bila senyawa organik tidak larut sama sekali dalam air, pemisahannya
akan lengkap. Namun, nyatanya, banyak senyawa organik, khususnya asam dan
basa organik dalam derajat tertentu larut juga dalam air. Hal ini merupakan
masalah dalam ekstraksi. Untuk memperkecil kehilangan yang disebabkan gejala
pelarutan ini, disarankan untuk dilakukan ekstraksi berulang. Anggap anda
diizinkan untuk menggunakan sejumlah tertentu pelarut. Daripada anda
menggunakan keseluruhan pelarut itu untuk satu kali ekstraksi, lebih baik Anda
menggunakan sebagian-sebagian pelarut untuk beberapa kali ekstraksi. Kemudian
akhirnya menggabungkan bagian-bagian pelarut tadi. Dengan cara ini senyawa
akan terekstraksi dengan lebih baik (Yashito takeuchi, 2006).

2.1

Ekstraksi Minyak dan Lemak


Lemak dan minyak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengan

kandungan yang berbeda-beda. Tetapi lemak dan minyak sering kali ditambahkan
dengan sengaja ke bahan makanan dengan berbagai tujuan. Lemak yang
ditambahkan dalam bahan pangan atau dijadikan bahan pangan membutuhkan
persyaratan dan sifat-sifat tertentu. Lemak dan minyak dapat diekstraksi dengan
berbagai cara. Untuk mengekstraksi minyak dan lemak diperlukan pelarut yang
baik. Tiap pelarut lemak mempunyai tingkatan kelarutan berbeda-beda pada
minyak dan lemak, dan untuk mengetahui tingkat kelarutan itu dilakukan
percobaan ini, dengan membandingkan pelarut organik (butanol, n-heksana, dan
kloroform) serta pelarut polar (air) (Winarno, 1995).
Pemisahan dapat dilakukan bersifat sederhana, bersih, cepat dan mudah.
Dalam banyak kasus pemisahan dapat dilakukan dengan mengocok-ngocok dalam
sebuah corong pemisah selama beberapa menit. Teknik ini sama dapat diterapkan
untuk bahan-bahan dari tingkat runutan maupun dalam jumlah-jumlah banyak.
Ekstraksi cairan-cairan merupakan salah satu teknik dalam mana suatu larutan
(air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua(organik) yang pada
hakekatnya tidak bercampur (Winarno, 1995).

Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan


menggunakan pelarut. Ekstraksi lemak adalah suatu cara untuk mendapatkan
lemak dari bahan yang mengandung minyak atau lemak dengan menggunakan
pelarut. Metode ekstraksi bermacam - macam yaitu rendering, pengukusan
(infuse), pengepresan mekanik (Mechanical Expression), ekstraksi pelarut
(Solvent extraction) (Ketaren, 1985).
1.

Pengepresan Mekanik (Mechanical Expression)


Pengepresan mekanik (Mechanical Expression) merupakan suatu cara

ekstraksi minyak atau lemak. Dimana diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum


minyak atau lemak dipisahkan.Perlakuan tersebut mencakup pembuatan serpih,
perajangan dan penggilingan serta tempering atau pemasakan (ketaren, 1985).
Dua cara yang umum dalam pengepresan mekanis, yaitu : pengepresan
hidraulik (hydraulic pressing) dan pengepresan berulir (expeller pressing)
(Ketaren, 1985).
a. Pengepresan Hidraulik ( hydraulic pressing)
Pada cara pengepresan hidraulik ( hydraulic pressing) bahan dipres dengan
tekanan 2000 pound/inch2 (140,6 kg/cm2 = 136 atm). Banyaknya minyak atau
lemak yang didapat tergantung dari lamanya pengepresan, tekanan yang
dipergunakan, serta kandungan minyak dalam bahan dasar (Ketaren, 1985).

Gambar 2.5 Hydraulic Pressing (Rajayu, 2009)

b. Pengepresan Berulir (expeller pressing)


Pengepresan

berulir

(expeller

pressing)

memerlukan

perlakuan

pendahuluan yang terdiri dari proses pemasakan. Proses pemasakan berlangsung


pada temperature 240oF 115,5oC) dengan tekanan sekitar 15-20 kg/cm2. Kadar
lemak atau lemak yang dihasilkan sekitar 2,5-3,5 % (Ketaren,1985).
Gambar
Pressing

2.6 Expeller
(Rajayu,

2009)
2.

Metode

Pemanasan

(Rendering)
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahanbahan yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang
relative tinggi dengan menggunakan panas (suhu). Cara ini sering dipakai untuk
mengekstrak lemak atau minyak hewan yang dilakukan dengan pemanansan
jaringan. Penggunaan panas dalam proses ini merupakan suatu hal yang spesifik,
yaitu bertujuan untuk menggumpalkan protein yang terdapat pada dinding sel
bahan dan untuk memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh
minyak atau lemak yang terkandung didalamnya. Metode rendering dibedakan
menjadi dua yaitu wetrendering dan dry rendering (Winarno, 1980).
a. Wet renderingadalah proses rendering dengan penambahan sejumlah
air selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada
ketel yang terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperatur yang
tinggi serta tekanan 40 sampai 60 pound tekanan uap (40-60 psi).
Penggunaan temperatur rendah pada wet rendering dilakukan jika
diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak. Bahan yang akan
diekstraksi ditempatkan pada ketel yang diperlengkapi dengan alat
pangaduk kemudian air ditambahkan dan campuran dipanaskan

perlahan - lahan sampai suhu 50C sambil diaduk. Minyak yang


terekstraksi akan naik keatas akan naik keatas dan kemudian
dipisahkan. Proses wet rendering dengan menggunakan temperatur
rendah kurang begitu popular, sedangkan proses wet rendering dengan
mempergunakan temperatur yang tinggi disertai dengan tekanan uap
air, dipergunakan untuk menghasilkan minyak atau lemak dalam
jumlah yang besar. Peralatan yang digunakan adalah autoclave atau
digester. Dalam metode ini air dan bahan yang akan diekstraksi
dimasukan kedalam digester dengan tekanan uap air sekitar 40 sampai
60 pound selama 4-6 jam. Pada proses ini suhu yang digunakan harus
diatas titik didih air. Karena pemanasan bahan, minyak atau lemak
akan terpisah atau mengapung pada permukaan air. Dengan demikian
minyak atau lemak dapat dipisahkan (Ketaren, 1986; Qaishum, dkk,
2011).
b. Dry rendering adalah proses rendering tanpa penambahan air selama
proses berlangsung. Dry rendering dilakukan didalam oven vakum.
Bahan yang diperkirakan mengandung minyak atau lemak dimasukkan
kedalam oven tanpa penambahan air. Pemanasan dilakukan pada suhu
220F sampai 230F (105C- 110C). Pemanasan ini menyebabkan
minyak yang berada pada bahan yang mengandung minyak keluar dari
pori pori bahan (Ketaren, 1986; Qaishum, dkk, 2011).

3.

Metode Ektraksi Pelarut (solvent extraction)


Metode ektraksi pelarut (solvent extraction) dilakukan dengan melarutkan

minyak dalam pelarut minyak atau lemak. Dalam cara ini dihasilkan bungkil
dengan kadar minyak yang rendah yaitu sekitar 1% atau lebih rendah. Pelarut
minyak atau lemak yang sering digunakan adalah eter, gasoline, karbon disulfida,
karbon tetraklorida, benzene, dan n-heksana (Ketaren, 1986).

2.5 Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk
mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali
campuran bahan padat dan cair (misalnya bahan alami) tidak dapat atau sukar
sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang telah
dibicarakan. Misalnya saja karena komponennya saling bercampur secara sangat
erat, peka terhadap panas,beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam
konsentrasi yang terlalu rendah.
Dalam hal semacam.itu, seringkali ekstraksi adalah satu-satunya proses
yang dapat digunakan atau yang mungkin paling ekonomis. Sebagai contoh
pembuatan ester (essence) untuk bau-bauan dalam pembuatan sirup atau minyak
wangi, pengambilan kafein dari daun teh, biji kopi atau biji coklat dan yang dapat
dilihat

sehari-hari

ialah

pelarutan

komponen-komponen

kopi

dengan

menggunakan air panas dari biji kopi yang telah dibakar atau digiling.
Ekstraksi minyak atau lemak adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak
atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak.Adapun
ekstraksi minyak atau lemak itu bermacam-macam, yaitu rendering (dry
rendering dan wet rendering),mechanical expression dan solvent extraction.
2.5.1 Klasifikasi Ekstrak i( nirwana dan irdoni )
Ekstraksi minyak atau lemak itu bermacam-macam,yaitu:
A) Rendering (dry rendering dan wet rendering)
B) Mechanical expression
C) Solvent extraction.
A. Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan
yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi.Pada
semua cara rendering, penggunaan panas adalah sesuatu yang spesifik,yang
bertujuan untuk menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk
memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau
lemak yang terkandung didalamnya.

Menurut pengerjaannya rendering dibagi dengan dua cara,yaitu :


1)
2)

Wet rendering
Dry rendering
1) Wet Rendering
Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama
berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka atau
tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan 40 sampai 60
pound tekanan uap (40-60psi). Penggunaan temperature rendah pada wet
rendering dilakukan jika diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak. Bahan
yang akan diekstraksi ditempatkan pada ketel yang diperlengkapi dengan alat
pangaduk, kemudian air ditambahkan dan campuran dipanaskan perlahan-lahan
sampai suhu 50C sambil diaduk. Minyak yang terekstraksi akan naik keatas akan
naik keatas dan kemudian dipisahkan. Proses wet rendering
denganmenggunakan temperatur rendah kurang begitu popular, sedangkan proses
wet rendering
dengan mempergunakan temperatur yang tinggi disertai dengan tekananuap air,
dipergunkan untuk menghasilkan minyak atau lemak dalam jumlah yangbesar.
Peralatan yang digunakan adalah
autoclave
atau digester. Air dan bahanyang akan diekstraksi dimasukan kedalam digester
dengan tekanan uap air sekitar40 sampai 60 pound selama 4-6 jam

2) Dry Rendering
Dry rendering adalah proses rendering tanpa penambahan air selama
proses berlangsung.Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan
dilengkapi dengan steam jacket serta alat pengaduk (agitator).Bahan yang
diperkirakan mengandung minyak atau lemak dimasukkan kedalam ketel tanpa
penambahan air.Bahan tadi dipanaskan sambil diaduk.Pemanasan dilakukan pada
suhu 220F sampai 230F (105C-110C). Ampas bahan yang telah diambil
minyaknya akan diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan
dipisahkan dari ampas yang telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan
dari bagian atas ketel.

B. Pengepresan Mekanik (mechanical expression)


Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak,
terutama untuk bahan bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk
memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi(30-70%). Pada
pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau
lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup
pembuatan serpih,perajangan dan penggilingan serta tempering atau pemasakan.
C. Ekstraksi Dengan Pelarut (Solvent extraction)
Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam
pelarut minyak dan lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar minyak
yang rendah yaitu sekitar 1 persen atau lebih rendah,dan mutu minyak kasar yang
dihasilkan cenderung menyerupai hasil dari expeller pressing, karena sebagian
fraksi bukan minyak akan ikut terekstraksi. Pelarut minyak atau lemak yang biasa
digunakan dalam proses ekstraksi dengan pelarut menguap adalah petroleum
eter,gasoline carbon disulfide, karbon tetra klorida,benzene dan n-heksan. Perlu
perhatikan bahwa jumlah pelarut menguap atau hilang tidak boleh lebih dari 5
persen. Bila lebih,seluruh system solvent extraction perlu diteliti lagi.
Salah satu contoh solvent extraction ini adalah metode sokletasi.Ekstraksi
yang dilakukan menggunakan metoda sokletasi, yakni sejenis ekstraksi dengan
pelarut organik yang dilakukan secara berulang ulang dan menjaga jumlah pelarut
relatif konstan dengan menggunakan alat soklet. Minyak nabati merupakan suatu
senyawa trigliserida dengan rantai karbon jenuh maupun tidak jenuh.Minyak
nabati umumnya larut dalam pelarut organik, seperti heksan dan benzen.Untuk
mendapatkan minyak nabati dari bahagian tumbuhannya, dapat dilakukan dengan
metoda sokletasi menggunakan pelarut yang sesuai.

Winarno, 1995, Kimia Pangan dan Gizi, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.
Qaishum, dkk.2011. Isolasi Minyak Ikan Dari Limbah Ikan Patin. Tidak
Dipublikasikan. Laporan Penelitian. Pekanbaru: Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Riau.

Ketaren, 1985. Minyak dan Lemak Pangan.UI-Press. Jakarta.

Sudjadi, Drs., (1986), "Metode Pemisahan", UGM Press,


Yogyakarta

Ahira, A, 2009, Minyak Lemak, Minyak Ikan yang Kaya Manfaat,


http://www.anneahira.com/miyak-lemak.htm, 2 Desember 2012.
Almuslimun, supry 2010, Proses Pengolahan Minyak Ikan, http://laskarsa
mudra.blogspot.com/2010/03/proses-pengolahan-minyak-ikan.html, Diakses 2
Desember 2012.
Anonim, 2008, Pusat Budidaya, http://www.pusatbudidaya.com/page/2, Diakses
2
Desember 2012.
Candra, Asep 2011, Manfaat di balik amisnya minyak ikan, http://
health.kompas.com/read/2011/05/17/11341740/Manfaat.di.Balik.Amisnya.Minya
k.Ikan, Diakses 2 Desember 2012.
Hart, Harold 1990, Kimia Organik: Suatu Kuliah Singkat, Jakarta, Erlangga.
HS, Irdoni dan Nirwana HZ, 2012, Modul Praktikum Kimia Organik, Teknik Kimia Unri,
Pekanbaru.
Irianto, H. E 2002, Diversifikasi Pengolahan Produk Perikanan, Jakarta, Departemen
Kelautan dan Perikanan.
Jarreau, Emile 2009, Fungsi Minyak Ikan Pada Kesehatan Anda, http://
sehatmusehatku.wordpress.com/2009/10/05/fungsi-minyak-ikan-pada-kesehatananda/, 2 Desember 2012.
Ketaren, 1986, Minyak dan Lemak Pangan, UI-Press, Jakarta.
Ketaren, S., 2008. Minyak dan Lemak Pangan. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta
Rajayu, Suparni 2009, Ekstraksi, http://www.chem-is-try.org, 2 Desember 2012.
Winarno, 1995, Kimia Pangan dan Gizi, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.

PENGERTIAN EKSTRASI DAN JENIS EKSTRAKSI


Ekstraksi adalah jenis pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu
padatan atau cairan. Proses ekstraksi bermula dari penggumpalan ekstrak dengan
pelarut kemudian terjadi kontak antara bahan dan pelarut sehingga pada bidang
datar antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan massa dengan
cara difusi.
Bahan ekstraksi yang telah tercampur dengan pelarut yang telah
menembus kapiler-kapiler dalam suatu bahan padat dan melarutkan ekstrak
larutan dengan konsentrasi lebih tinggi di bagian dalam bahan ekstraksi dan
terjadi difusi yang memacu keseimbangan konsentrasi larutan dengan larutan di
luar bahan (Sudjadi, 1988).
Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan cara dingin dan cara panas.
Jenis-jenis ekstraksi tersebut sebagai berikut:
1. Ekstraksi secara dingin

Maserasi, merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara


merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada
temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.
Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung
komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung
benzoin, tiraks dan lilin (Sudjadi, 1988).
Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang
kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel
cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan
untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.
Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut :
Modifikasi maserasi melingkar
Modifikasi maserasi digesti
Modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat

Modifikasi remaserasi
Modifikasi dengan mesin pengaduk (Sudjadi, 1988).

Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan


penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi
molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam
klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah
melewati pipa sifon (Sudjadi, 1988).
Keuntungan metode ini adalah :

Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan
terhadap pemanasan secara langsung.

Digunakan pelarut yang lebih sedikit

Pemanasannya dapat diatur (Sudjadi, 1988).

Kerugian dari metode ini :


-

Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah
bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian
oleh panas.

Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya


dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan
volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.

Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan
pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena
seluruh alat yang berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur ini
untuk pergerakan uap pelarut yang efektif (Sudjadi, 1988).
Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran
azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut,
misalnya heksan : diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau

dibasakan, karena uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda dalam


pelarut cair di dalam wadah (Sudjadi, 1988).

Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk


simplisia yang telah dibasahi.Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan
langkah tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari ekstrak.
Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas
dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses
perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien (Sutriani,L . 2008).
2. Ekstraksi secara panas

Metode refluks
Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampelsampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung..
Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan
sejumlah manipulasi dari operator (Sutriani,L . 2008).

Metode destilasi uap


Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak
menguap (esensial) dari sampel tanaman. Metode destilasi uap air diperuntukkan
untuk menyari simplisia yang mengandung minyak menguap atau mengandung
komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal
(Sutriani,L . 2008).
Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai daya
melarutkanyang tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya melarutkan yang tinggi
ini berhubungan dengan kepolaran pelarut dan kepolaran senyawa yang
diekstraksi. Terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa polar larut dalam pelarut
polar dan sebaliknya (Sutriani,L . 2008).

Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh:

Selektivitas, pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan.

Kelarutan, pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak


yang besar.

Kemampuan tidak saling bercampur, pada ekstraksi cair, pelarut tidak boleh larut
dalam bahan ekstraksi.

Kerapatan, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara

pelarut dengan bahan ekstraksi.

Reaktivitas, pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada


komponen bahan ekstraksi.

Titik didih, titik didh kedua bahan tidak boleh terlalu dekat karena ekstrak dan
pelarut dipisahkan dengan cara penguapan, distilasi dan rektifikasi.

Kriteria lain, sedapat mungkin murah, tersedia dalam jumlah besar, tidak beracun,
tidak mudah terbakar, tidak eksplosif bila bercampur udara, tidak korosif, buaka
emulsifier, viskositas rendah dan stabil secara kimia dan fisik (Sutriani,L . 2008).
Ekstraksi adalah satu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari
bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara
ekstraksi ini bermacam macam,yaitu rendering (dry rendering & wet
rendering), mechanical expression dan solvent extraction.

Cara pengambilan minyak Atsiri


Pada pengolahan minyak dan lemak, pengerjaan yang dilakukan tergantung pada
sifat alami minyak atau lemak tersebut dan juga tergantung dari hasil akhir yang
dikehendaki
A. EKSTRAKSI
Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan
yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini
bermacam-macam, yaitu rendering (dry rendering dan wet rendering), dan solvent
extraction.
1. RENDERING
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang
diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada semua
cara rendering, penggunaan panas adalah suatu hal yang spesifik, yang bertujuan
untuk menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan

dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang
terkandung di dalamnya.
Menurut pengerjaannya rendering dibagi dalam dua cara yaitu: wet rendering dan
dry rendering.
1.a. Wet Rendering
Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air seiama
berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka atau
tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan 40 sampai 60
pound tekanan uap (40-60 psi). Penggunaan temperatur rendah dalam proses wet
rendering dilakukan jika diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak. Bahan
yang akan diekstraksi ditempatkan pada ketel yang dilengkapi dengan alat
pengaduk, kemudian air ditambahkan dan campuran tersebut dipanaskan
perlahan-lahan sampai suhu 50C sambil diaduk. Minyak yang terekstraksi akan
naik ke atas dan kemudian dipisahkan. Proses wet rendering dengan
menggunakan temperatur rendah kurang begitu populer, sedangkan proses wet
rendering dengan mempergunakar. temperatur yang tinggi disertai tekanan uap air,
dipergunakan untuk menghasilkan minyak atau lemak dalam jumlah yang besar.
Peralatar yang dipergunakan adalah autoclave atau digester. Air dan bahan yang
akan diekstraksi dimasukkan ke dalam digester dengan tekanar. uap air sekitar 40
sampai 60 pound seiama 4-6 jam.
1. b. Dry Rendering
Dry rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses
berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan dilengkapi
dengan steam jacket serfa alat pengaduk (agitator). Bahan yang diperkirakan
mengandung minyak atau lemak dimasukkan ke dalam ketel tanpa penambahan
air. Bahan tadi dipanaskan sambil diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu 220F
sampai 230F (105C~110C). Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan
diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan dipisahkan dari
ampas yang telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas
ketel.
2. EKSTRAKSI DENGAN PELARUT (SOLVENT EXTRACTION)
Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam pelarut
minyak dan lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar minyak yang
rendah yaitu sekitar 1 persen atau lebih rendah, dan mutu minyak kasar yang
dihasilkan cenderung menyerupai hasil dengan cara expeller pressing, karena
sebagian fraksi bukan minyak akan ikut terekstraksi. Pelarut minyak atau lemak
yang biasa dipergunakan dalam proses ekstraksi dengan pelarut menguap adalah
petroleum eter, gasoline karbon disulfida, karbon tetraklorida, benzene dan nheksan. Perlu diperhatikan bahwa jumlah pelarut menguap atau hilang tidak boleh
lebih dari 5 persen. Bila lebih, seluruh sistem soIvent extraction perlu diteliti lagi.
B. PENGEPRESAN MEKANIS (MECHANICAL EXPRESSION)
Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak,
terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk
memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70 persen).
Pada pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak

atau lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup


pembuatan serpih, perajangan dan penggilingan serta tempering atau pemasakan.
Tahap-tahap yang dilakukan dalam proses pemisahan minyak dengan cara
pengepresan mekanis dapat dilihat pada Gambar.

Dua cara yang umum dalam pengepresan mekanis, yaitu pengepresan hidraulik
(hydraulic pressing) dan pengepresan berulir (expeller pressing).
a. Pengepresan Hidraulik (Hydraulic Pressing)
Pada cara hydraulic pressing, bahan dipres dengan tekanan sekitar 2000
pound/inch2 (140,6 kg/cm = 136 atm). Banyaknya minyak atau lemak yang dapat
diekstraksi tergantung dari lamanya pengepresan, tekanan yang dipergunakan,
serta kandungan minyak dalam bahan asal. Sedangkan banyaknya minyak yang
tersisa pada bungkil bervariasi sekitar 4 sampai 6 persen, tergantung dari lamanya
bungkil ditekan di bawah tekanan hidraulik.
b. Pengepresan Berulir (Expeller Pressing)
Cara expeller pressing memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri dari
proses pemasakan atau tempering. Proses pemasakan berlangsung pada
temperatur 240F (115,5C) dengan tekanan sekitar 15-20 ton/inch2. Kadar air
minyak atau lemak yang dihasilkan berkisar sekitar 2,5-3,5 persen, sedangkan
bungkil yang dihasilkan masih mengandung minyak sekitar 4-5 persen.
Cara lain untuk mengekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga
mengandung minyak atau lemak adalah gabungan dari proses wet rendering
dengan pengepresan secara mekanik atau dengan sentrifusi.

Anda mungkin juga menyukai