Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PEMBAHASAN
Komponen-komponen kimia yang terkandung di dalam bahan organik
seperti yang terdapat di dalam tumbuh-tumbuhan sangat dibutuhkan oleh
keperluan hidup manusia, baik komponen senyawa tersebut digunakan untuk
keperluan industri maupun untuk bahan obat-obatan. Komponen tersebut dapat
diperoleh dengan metode ekstraksi dimana ekstraksi merupakan proses pelarutan
komponen kimia yang sering digunakan dalam senyawa organik untuk melarutkan
senyawa tersebut dengan menggunakan suatu pelarut (Anonim, 2013).
Menurut Mc Cabe (1999) dalam Muhiedin (2008), ekstraksi dapat
dibedakan menjadi dua cara berdasarkan wujud bahannya yaitu:
1.
Ekstraksi padat cair, digunakan untuk melarutkan zat yang dapat larut dari
campurannya dengan zat padat yang tidak dapat larut.
2.
Ekstraksi cair-cair, digunakan untuk memisahkan dua zat cair yang saling
bercampur, dengan menggunakan pelarut dapat melarutkan salah satu zat
Ekstraksi padat cair secara umum terdiri dari maserasi, refluktasi, sokhletasi, dan
perkolasi.
Metoda yang digunakan tergantung dengan jenis senyawa yang kita gunakan. Jika
senyawa yang kita ingin sari rentan terhadap pemanasan maka metoda maserasi
dan perkolasi yang kita pilih, jika tahan terhadap pemanasan maka metoda
refluktasi dan sokletasi yang digunakan (Safrizal,2010).
Pada ekstraksi cair-cair, bahan yang menjadi analit berbentuk cair dengan
pemisahannya menggunakan dua pelarut yang tidak saling bercampur sehingga
terjadi distribusi sampel di antara kedua pelarut tersebut. Pendistribusian sampel
dalam kedua pelarut tersebut dapat ditentukan dengan perhitungan KD/koefisien
distribusi (Faradillah:2011)
2.1 Ekstraksi Padat-Cair
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Senyawa aktif
yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan
Cara dingin
2.1.1.1 Maserasi
a) Pengertian Maserasi
Maserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa Latin, artinya merendam).
Cara ini merupakan salah satu cara ekstraksi, dimana sediaan cair yang dibuat
dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam menggunakan pelarut
bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air, misalnya etanol encer, selama
periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam buku resmi kefarmasian
(Anonim, 2014).
Maserasi adalah salah satu jenis metoda ekstraksi dengan sistem tanpa
pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metoda ini
pelarut dan sampel tidak mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga maserasi
merupakan teknik ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan
panas ataupun tahan panas (Hamdani, 2014). Maserasi merupakan cara penyarian
yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia
dalam cairan penyari (Afifah,2012).
Jadi, Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana dengan
cara merendam serbuk simplisia menggunakan pelarut yang sesuai dan tanpa
pemanasan
b) Prinsip Maserasi
Prinsip maserasi adalah pengikatan/pelarutan zat aktif berdasarkan sifat
kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like). Langkah kerjanya adalah
merendam simplisia dalam suatu wadah menggunakan pelarut penyari tertentu
selama beberapa hari sambil sesekali diaduk, lalu disaring dan diambil
beningannya. Selama ini dikenal ada beberapa cara untuk mengekstraksi zat aktif
dari suatu tanaman ataupun hewan menggunakan pelarut yang cocok. Pelarutpelarut tersebut ada yang bersifat bisa campur air (contohnya air sendiri, disebut
pelarut polar) ada juga pelarut yang bersifat tidak campur air (contohnya aseton,
etil asetat, disebut pelarut non polar atau pelarut organik).
Metode Maserasi umumnya menggunakan pelarut non air atau pelarut
non-polar. Teorinya, ketika simplisia yang akan di maserasi direndam dalam
pelarut yang dipilih, maka ketika direndam, cairan penyari akan menembus
dinding sel dan masuk ke dalam sel yang penuh dengan zat aktif dan karena ada
pertemuan antara zat aktif dan penyari itu terjadi proses pelarutan (zat aktifnya
larut dalam penyari) sehingga penyari yang masuk ke dalam sel tersebut akhirnya
akan mengandung zat aktif, katakan 100%, sementara penyari yang berada di luar
sel belum terisi zat aktif (0 %) akibat adanya perbedaan konsentrasi zat aktif di
dalam dan di luar sel ini akan muncul gaya difusi, larutan yang terpekat akan
didesak menuju keluar berusaha mencapai keseimbangan konsentrasi antara zat
aktif di dalam dan di luar sel. Proses keseimbangan ini akan berhenti, setelah
terjadi keseimbangan konsentrasi (istilahnya jenuh).
Dalam kondisi ini, proses ekstraksi dinyatakan selesai, maka zat aktif di
dalam dan di luar sel akan memiliki konsentrasi yang sama, yaitu masing-masing
50%. Alat maserasi ditunjukkan pada gambar No. 1
(a)
(b)
b)
a)
a)
b)
c)
d)
Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan, maka
perlu dilengkapi dengan pendingin balik, sehingga cairan akan menguap
kembali ke dalam bejana.
2. Maserasi dengan Mesin Pengaduk
Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus-menerus, waktu proses
maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.
3. Remaserasi
Cairan penyari dibagi menjadi, Seluruh serbuk simplisia di maserasi
dengan cairan penyari pertama, sesudah diendapkan, tuangkan dan diperas, ampas
dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua.
4. Maserasi Melingkar
Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari
selalu bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali
secara berkesinambungan melalui sebuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.
5. Maserasi Melingkar Bertingkat
Pada maserasi melingkar, penyarian tidak dapat dilaksanakan secara
sempurna, karena pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan telah
terjadi masalah ini dapat diatasi dengan maserasi melingkar bertingkat (M.M.B),
yang akan didapatkan :
a)
b)
c)
d)
a)
Pengertian Perkolasi
Menurut Guenther dalam Irawan (2010) Perkolasi adalah cara penyarian
dengan mengalirkan penyari melalui bahan yang telah dibasahi. Perkolasi adalah
metoda ekstraksi cara dingin yang menggunakan pelarut mengalir yang
selalu baru. Perkolasi banyak digunakan untuk ekstraksi metabolit sekunder dari
bahan alam, terutama untuk senyawa yang tidak tahan panas (Agutina, 2013).
Jadi, perkolasi adalah suatu metode estraksi dengan mengalirkan penyari
melalui bahan yang telah dibasahi sehingga pelarut yang digunakan selalu baru.
b) Prinsip Perkolasi
Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut: Serbuk simplisia ditempatkan
dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan
penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan
melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak ke
bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya.,
dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan.
Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat,
kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler
dan daya geseran (friksi).
Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena:
a. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi
dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan
derajat perbedaan konsentrasi.
b. Ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat
mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka
kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat
meningkatkan perbedaan konsentrasi.
c) Alat Perkolasi
Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut percolator, cairan yang
digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat aktif
yang keluar dari percolator disebut sari atau perkolat, sedangkan sisa setelah
dilakukanya penyarian disebuat ampas atau sisa perkolasi.
Bentuk percolator ada 3 macam yaitu percolator berbentuk tabung,
percolator berbentuk paruh, dan percolator berbentuk corong. Pemilihan
percolator tergantung pada jenis serbuk simplisia yang akan di sari. Serbuk kina
yang mengandung sejumlah besar zat aktif yang larut, tidak baik jika diperkolasi
dengan alat perkolasi yang sempit, sebab perkolat akan segera menjadi pekat dan
berhenti mengalir. Pada pembuatan tingtur dan ekstrak cair, jumlah cairan penyari
yang tersedia lebih besar dibandingkan dengan jumlah cairan penyari yang
diperlukan untuk melarutkan zat aktif. Pada keadaan tersebut, pembuatan sediaan
digunakan percolator lebar untuk mempercepat proses perkolasi.
Percolator berbentuk tabung biasanya digunakan untuk pembuatan ekstrak
cair, percolator berbentuk paruh biasanya digunakan untuk pembuatan ekstrak
atau tingtur dengan kadar tinggi, percolator berbentuk corong biasanya digunakan
untuk pembuatan ekstrak atau tingtur dengan kadar rendah.
Ukuran percolator yang digunakan harus dipilih sesuai dengan jumlah
bahan yang disari. Jumlah bahan yang disari tidak lebih dari 2/3 tinggi percolator.
Percolator dibuat dari gelas, baja tahan karat atau bahan lain yang tidak saling
mempengaruhi dengan obat atau cairan penyari.
Percolator dilengkapi dengan tutup dari karet atau bahan lain, yang
berfungsi untuk mencegah penguapan. Tutup karet dilengkapi dengan lubang
bertutup yang dapat dibuka atau ditutup dengan menggesernya. Pada beberapa
percolator sering dilengkapi dengan botol yang berisi cairan penyari yang
dihubungkan ke percolator melalui pipa yang dilengkapi dengan keran. Aliran
percolator diatur oleh keran. Pada bagian bawah, pada leher percolator tepat di
atas keran diberi kapas yang di atur di atas sarangan yang dibuat dari porselin atau
di atas gabus bertoreh yang telah dibalut kertas tapis
Kapas yang digunakan adalah yang tidak terlalu banyak mengandung
lemak. Untuk menampung perkkolat digunakan botol perkolat, yang bermulut
tidak terlalu lebar tetapi mudah dibersihkan. Di bawah ini adalah gambar alat
perkolasi.
Refluks
a) Pengertian Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik.
Refluks adalah teknik yang melibatkan kondensasi uap dan kembali
kondensat ini ke sistem dari mana ia berasal. Hal ini digunakan dalam industri dan
laboratorium distilasi. Hal ini juga digunakan dalam kimia untuk memasok energi
untuk reaksi-reaksi selama jangka waktu yang panjang. Campuran reaksi cair
ditempatkan dalam sebuah wadah terbuka hanya di bagian atas. Kapal ini
terhubung ke kondensor Liebig, seperti bahwa setiap uap yang dilepaskan kembali
ke didinginkan cair, dan jatuh kembali ke dalam bejana reaksi. Kapal kemudian
dipanaskan keras untuk kursus reaksi. Alat refluks dapat dilihat pada gambar 3.
Pengertian Soxhletasi
Soxhletasi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen yang terdapat
dalam sampel padat dengan cara penyarian berulangulang dengan pelarut yang
sama, sehingga semua komponen yang diinginkan dalam sampel terisolasi dengan
sempurna. Pelarut yang digunakan ada 2 jenis, yaitu heksana (C 6H14) untuk
sampel kering dan metanol (CH3OH) untuk sampel basah. Jadi, pelarut yang
dugunakan tergantung dari sampel alam yang digunakan. Nama lain yang
digunakan sebagai pengganti sokletasi adalah pengekstrakan berulangulang
(continous extraction) dari sampel pelarut (Rahman: 2012).
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan,
cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi
menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia
dalam klonsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah
melewati pipa sifon ( Rene,2011).
b) Prinsip Kerja Soxhletasi
Bahan yang akan diekstraksi diletakkan dalam sebuah kantung ekstraksi
(kertas, karton, dan sebagainya) dibagian dalam alat ekstraksi dari gelas yang
bekerja kontinyu. Wadah gelas yang mengandung kantung diletakkan antara labu
penyulingan dengan labu pendingin aliran balik dan dihubungkan dengan labu
melalui pipa. Labu tersebut berisi bahan pelarut, yang menguap dan mencapai ke
dalam pendingin aliran balik melalui pipet, berkondensasi di dalamnya, menetes
ke atas bahan yang diekstraksi dan menarik keluar bahan yang diekstraksi.
Larutan berkumpul di dalam wadah gelas dan setelah mencapai tinggi
maksimalnya, secara otomatis dipindahkan ke dalam labu. Dengan demikian zat
yang terekstraksi terakumulasi melalui penguapan bahan pelarut murni
berikutnya. Pada cara ini diperlukan bahan pelarut dalam jumlah kecil, juga
simplisia selalu baru artinya suplai bahan pelarut bebas bahan aktif berlangsung
secara terus-menerus (pembaharuan pendekatan konsentrasi secara kontinyu).
Keburukannya adalah waktu yang dibutuhkan untuk ekstraksi cukup lama (sampai
beberapa jam) sehingga kebutuhan energinya tinggi (listrik, gas). Selanjutnya,
simplisia di bagian tengah alat pemanas langsung berhubungan dengan labu,
dimana pelarut menguap. Pemanasan bergantung pada lama ekstraksi, khususnya
titik didih bahan pelarut yang digunakan, dapat berpengaruh negatif terhadap
bahan tumbuhan yang peka suhu (glikosida, alkaloida). Demikian pula bahan
terekstraksi yang terakumulasi dalam labu mengalami beban panas dalam waktu
lama. Meskipun cara soxhlet sering digunakan pada laboratorium penelitian untuk
pengekstraksi tumbuhan, namun peranannya dalam pembuatan sediaan tumbuhan
kecil artinya (Anonim: 2011).
c) Alat ekstraksi Soxhletasi
pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua
fasa cair itu sesempurna mungkin.
Ekstraksi cair-cair dengan pengkelat logam adalah salah satu aplikasi
utama ekstraksi cair-cair yaitu ekstraksi selektif ion logam menggunakan agen
pengkelat. Pada umumnya ion-ion logam tidak larut dalam pelarut organik non
polar. Ion logam harus diubah menjadi bentuk molekul yang tidak bermuatan
dengan pembentukan kompleks agar ion logam tersebut dapat terekstrak ke dalam
pelarut organik non polar. Senyawa kompleks adalah suatu senyawa dimana ion
logam bersenyawa dengan ion atau molekul netral yang mempunyai sepasang atau
lebih elektron bebas yang berikatan secara kovalen koordinasi (Anonim: 2011).
Pembagian solut antara dua cairan yang tak saling campur memberikan
banyak kemungkinan yang menarik bagi pemisahan-pemisahan analitik juga
untuk keadaan yang tujuan utamanya bukanlah analitik melainkan preparatif,
maka ekstraksi solven dapat merupakan suatu langkah penting dalam urutan yang
memberikan hasil murni di dalam laboratorium organik, anorganik atau biokimia.
Meskipun kadang-kadang digunakan alat yang sukar, seringkali diperlukan hanya
sebuah corong pemisah (gambar 5). Sering pemisahan secara ekstraksi solvent
dapat dilakukan dalam beberapa menit. Tekniknya dapat diterapkan untuk suatu
batas-batas konsentrasi yang luas, dan telah digunakan secara ekstensif untuk
isotop-isotop bebas pembawa dalam jumlah-jumlah yang sangat sedikit yang
diperoleh baik dari transmutasi nuklir maupun dari material-material industri yang
dalam jumlah ion (Underwood,1988).
15
Bila senyawa organik tidak larut sama sekali dalam air, pemisahannya
akan lengkap. Namun, nyatanya, banyak senyawa organik, khususnya asam dan
basa organik dalam derajat tertentu larut juga dalam air. Hal ini merupakan
masalah dalam ekstraksi. Untuk memperkecil kehilangan yang disebabkan gejala
pelarutan ini, disarankan untuk dilakukan ekstraksi berulang. Anggap anda
diizinkan untuk menggunakan sejumlah tertentu pelarut. Daripada anda
menggunakan keseluruhan pelarut itu untuk satu kali ekstraksi, lebih baik Anda
menggunakan sebagian-sebagian pelarut untuk beberapa kali ekstraksi. Kemudian
akhirnya menggabungkan bagian-bagian pelarut tadi. Dengan cara ini senyawa
akan terekstraksi dengan lebih baik (Yashito takeuchi, 2006).
2.1
kandungan yang berbeda-beda. Tetapi lemak dan minyak sering kali ditambahkan
dengan sengaja ke bahan makanan dengan berbagai tujuan. Lemak yang
ditambahkan dalam bahan pangan atau dijadikan bahan pangan membutuhkan
persyaratan dan sifat-sifat tertentu. Lemak dan minyak dapat diekstraksi dengan
berbagai cara. Untuk mengekstraksi minyak dan lemak diperlukan pelarut yang
baik. Tiap pelarut lemak mempunyai tingkatan kelarutan berbeda-beda pada
minyak dan lemak, dan untuk mengetahui tingkat kelarutan itu dilakukan
percobaan ini, dengan membandingkan pelarut organik (butanol, n-heksana, dan
kloroform) serta pelarut polar (air) (Winarno, 1995).
Pemisahan dapat dilakukan bersifat sederhana, bersih, cepat dan mudah.
Dalam banyak kasus pemisahan dapat dilakukan dengan mengocok-ngocok dalam
sebuah corong pemisah selama beberapa menit. Teknik ini sama dapat diterapkan
untuk bahan-bahan dari tingkat runutan maupun dalam jumlah-jumlah banyak.
Ekstraksi cairan-cairan merupakan salah satu teknik dalam mana suatu larutan
(air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua(organik) yang pada
hakekatnya tidak bercampur (Winarno, 1995).
berulir
(expeller
pressing)
memerlukan
perlakuan
2.6 Expeller
(Rajayu,
2009)
2.
Metode
Pemanasan
(Rendering)
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahanbahan yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang
relative tinggi dengan menggunakan panas (suhu). Cara ini sering dipakai untuk
mengekstrak lemak atau minyak hewan yang dilakukan dengan pemanansan
jaringan. Penggunaan panas dalam proses ini merupakan suatu hal yang spesifik,
yaitu bertujuan untuk menggumpalkan protein yang terdapat pada dinding sel
bahan dan untuk memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh
minyak atau lemak yang terkandung didalamnya. Metode rendering dibedakan
menjadi dua yaitu wetrendering dan dry rendering (Winarno, 1980).
a. Wet renderingadalah proses rendering dengan penambahan sejumlah
air selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada
ketel yang terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperatur yang
tinggi serta tekanan 40 sampai 60 pound tekanan uap (40-60 psi).
Penggunaan temperatur rendah pada wet rendering dilakukan jika
diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak. Bahan yang akan
diekstraksi ditempatkan pada ketel yang diperlengkapi dengan alat
pangaduk kemudian air ditambahkan dan campuran dipanaskan
3.
minyak dalam pelarut minyak atau lemak. Dalam cara ini dihasilkan bungkil
dengan kadar minyak yang rendah yaitu sekitar 1% atau lebih rendah. Pelarut
minyak atau lemak yang sering digunakan adalah eter, gasoline, karbon disulfida,
karbon tetraklorida, benzene, dan n-heksana (Ketaren, 1986).
2.5 Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk
mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali
campuran bahan padat dan cair (misalnya bahan alami) tidak dapat atau sukar
sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang telah
dibicarakan. Misalnya saja karena komponennya saling bercampur secara sangat
erat, peka terhadap panas,beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam
konsentrasi yang terlalu rendah.
Dalam hal semacam.itu, seringkali ekstraksi adalah satu-satunya proses
yang dapat digunakan atau yang mungkin paling ekonomis. Sebagai contoh
pembuatan ester (essence) untuk bau-bauan dalam pembuatan sirup atau minyak
wangi, pengambilan kafein dari daun teh, biji kopi atau biji coklat dan yang dapat
dilihat
sehari-hari
ialah
pelarutan
komponen-komponen
kopi
dengan
menggunakan air panas dari biji kopi yang telah dibakar atau digiling.
Ekstraksi minyak atau lemak adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak
atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak.Adapun
ekstraksi minyak atau lemak itu bermacam-macam, yaitu rendering (dry
rendering dan wet rendering),mechanical expression dan solvent extraction.
2.5.1 Klasifikasi Ekstrak i( nirwana dan irdoni )
Ekstraksi minyak atau lemak itu bermacam-macam,yaitu:
A) Rendering (dry rendering dan wet rendering)
B) Mechanical expression
C) Solvent extraction.
A. Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan
yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi.Pada
semua cara rendering, penggunaan panas adalah sesuatu yang spesifik,yang
bertujuan untuk menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk
memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau
lemak yang terkandung didalamnya.
Wet rendering
Dry rendering
1) Wet Rendering
Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama
berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka atau
tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan 40 sampai 60
pound tekanan uap (40-60psi). Penggunaan temperature rendah pada wet
rendering dilakukan jika diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak. Bahan
yang akan diekstraksi ditempatkan pada ketel yang diperlengkapi dengan alat
pangaduk, kemudian air ditambahkan dan campuran dipanaskan perlahan-lahan
sampai suhu 50C sambil diaduk. Minyak yang terekstraksi akan naik keatas akan
naik keatas dan kemudian dipisahkan. Proses wet rendering
denganmenggunakan temperatur rendah kurang begitu popular, sedangkan proses
wet rendering
dengan mempergunakan temperatur yang tinggi disertai dengan tekananuap air,
dipergunkan untuk menghasilkan minyak atau lemak dalam jumlah yangbesar.
Peralatan yang digunakan adalah
autoclave
atau digester. Air dan bahanyang akan diekstraksi dimasukan kedalam digester
dengan tekanan uap air sekitar40 sampai 60 pound selama 4-6 jam
2) Dry Rendering
Dry rendering adalah proses rendering tanpa penambahan air selama
proses berlangsung.Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan
dilengkapi dengan steam jacket serta alat pengaduk (agitator).Bahan yang
diperkirakan mengandung minyak atau lemak dimasukkan kedalam ketel tanpa
penambahan air.Bahan tadi dipanaskan sambil diaduk.Pemanasan dilakukan pada
suhu 220F sampai 230F (105C-110C). Ampas bahan yang telah diambil
minyaknya akan diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan
dipisahkan dari ampas yang telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan
dari bagian atas ketel.
Winarno, 1995, Kimia Pangan dan Gizi, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.
Qaishum, dkk.2011. Isolasi Minyak Ikan Dari Limbah Ikan Patin. Tidak
Dipublikasikan. Laporan Penelitian. Pekanbaru: Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Riau.
Modifikasi remaserasi
Modifikasi dengan mesin pengaduk (Sudjadi, 1988).
Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan
terhadap pemanasan secara langsung.
Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah
bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian
oleh panas.
Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan
pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena
seluruh alat yang berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur ini
untuk pergerakan uap pelarut yang efektif (Sudjadi, 1988).
Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran
azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut,
misalnya heksan : diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau
Metode refluks
Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampelsampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung..
Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan
sejumlah manipulasi dari operator (Sutriani,L . 2008).
Kemampuan tidak saling bercampur, pada ekstraksi cair, pelarut tidak boleh larut
dalam bahan ekstraksi.
Titik didih, titik didh kedua bahan tidak boleh terlalu dekat karena ekstrak dan
pelarut dipisahkan dengan cara penguapan, distilasi dan rektifikasi.
Kriteria lain, sedapat mungkin murah, tersedia dalam jumlah besar, tidak beracun,
tidak mudah terbakar, tidak eksplosif bila bercampur udara, tidak korosif, buaka
emulsifier, viskositas rendah dan stabil secara kimia dan fisik (Sutriani,L . 2008).
Ekstraksi adalah satu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari
bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara
ekstraksi ini bermacam macam,yaitu rendering (dry rendering & wet
rendering), mechanical expression dan solvent extraction.
dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang
terkandung di dalamnya.
Menurut pengerjaannya rendering dibagi dalam dua cara yaitu: wet rendering dan
dry rendering.
1.a. Wet Rendering
Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air seiama
berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka atau
tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan 40 sampai 60
pound tekanan uap (40-60 psi). Penggunaan temperatur rendah dalam proses wet
rendering dilakukan jika diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak. Bahan
yang akan diekstraksi ditempatkan pada ketel yang dilengkapi dengan alat
pengaduk, kemudian air ditambahkan dan campuran tersebut dipanaskan
perlahan-lahan sampai suhu 50C sambil diaduk. Minyak yang terekstraksi akan
naik ke atas dan kemudian dipisahkan. Proses wet rendering dengan
menggunakan temperatur rendah kurang begitu populer, sedangkan proses wet
rendering dengan mempergunakar. temperatur yang tinggi disertai tekanan uap air,
dipergunakan untuk menghasilkan minyak atau lemak dalam jumlah yang besar.
Peralatar yang dipergunakan adalah autoclave atau digester. Air dan bahan yang
akan diekstraksi dimasukkan ke dalam digester dengan tekanar. uap air sekitar 40
sampai 60 pound seiama 4-6 jam.
1. b. Dry Rendering
Dry rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses
berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan dilengkapi
dengan steam jacket serfa alat pengaduk (agitator). Bahan yang diperkirakan
mengandung minyak atau lemak dimasukkan ke dalam ketel tanpa penambahan
air. Bahan tadi dipanaskan sambil diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu 220F
sampai 230F (105C~110C). Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan
diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan dipisahkan dari
ampas yang telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas
ketel.
2. EKSTRAKSI DENGAN PELARUT (SOLVENT EXTRACTION)
Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam pelarut
minyak dan lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar minyak yang
rendah yaitu sekitar 1 persen atau lebih rendah, dan mutu minyak kasar yang
dihasilkan cenderung menyerupai hasil dengan cara expeller pressing, karena
sebagian fraksi bukan minyak akan ikut terekstraksi. Pelarut minyak atau lemak
yang biasa dipergunakan dalam proses ekstraksi dengan pelarut menguap adalah
petroleum eter, gasoline karbon disulfida, karbon tetraklorida, benzene dan nheksan. Perlu diperhatikan bahwa jumlah pelarut menguap atau hilang tidak boleh
lebih dari 5 persen. Bila lebih, seluruh sistem soIvent extraction perlu diteliti lagi.
B. PENGEPRESAN MEKANIS (MECHANICAL EXPRESSION)
Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak,
terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk
memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70 persen).
Pada pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak
Dua cara yang umum dalam pengepresan mekanis, yaitu pengepresan hidraulik
(hydraulic pressing) dan pengepresan berulir (expeller pressing).
a. Pengepresan Hidraulik (Hydraulic Pressing)
Pada cara hydraulic pressing, bahan dipres dengan tekanan sekitar 2000
pound/inch2 (140,6 kg/cm = 136 atm). Banyaknya minyak atau lemak yang dapat
diekstraksi tergantung dari lamanya pengepresan, tekanan yang dipergunakan,
serta kandungan minyak dalam bahan asal. Sedangkan banyaknya minyak yang
tersisa pada bungkil bervariasi sekitar 4 sampai 6 persen, tergantung dari lamanya
bungkil ditekan di bawah tekanan hidraulik.
b. Pengepresan Berulir (Expeller Pressing)
Cara expeller pressing memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri dari
proses pemasakan atau tempering. Proses pemasakan berlangsung pada
temperatur 240F (115,5C) dengan tekanan sekitar 15-20 ton/inch2. Kadar air
minyak atau lemak yang dihasilkan berkisar sekitar 2,5-3,5 persen, sedangkan
bungkil yang dihasilkan masih mengandung minyak sekitar 4-5 persen.
Cara lain untuk mengekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga
mengandung minyak atau lemak adalah gabungan dari proses wet rendering
dengan pengepresan secara mekanik atau dengan sentrifusi.