Anda di halaman 1dari 11

Belajar jadi petani kopi

Pengalaman menjadi sarjana pendamping memang memberi pengalaman berarti bagi saya.
Selama ini saya hanya bisa menikmati kopi secara langsung akan tetapi setelah menjadi
sarjana pendamping desa di Ujungbulu, saya bisa langsung merasakan bagaimana cara
bertani kopi. Pengalaman itu saya dapatkan setelah kami sebagai sarjana pendamping desa
memprogramkan pengembangan demplot kopi sebagai kebun percontohan bagi masyarakat
petani kopi di desa Ujungbulu. Pengembangan demplot kopi dimulai dengan membersihkan
area kebun dari semak , daun kering dan ranting bekas penebangan beberapa pohon kopi .ada
hal yang menarik yang bisa dijadikan pelajaran dari desa ujungbulu yaitu kepala desa
memanfaatkan daun kopi yang kering untuk dijadikan campuran pembutan kompos.
Cerita dari ahli sejarah
Hari telah menjelang siang hari , saat saya dan dani masih membersihkan kebun kopi tibatiba datanglah sosok bapak yang melangkah dengan tertatih yang di bantu dengan tongkat
akan tetapi semangat masih luar biasa. Dialah bapak lompo begitulah warga memanggilnya.
Beliau juga merupakan ayah kandung dari kepala desa Ujungbulu. Sambil istirahat sejenak
kami dan bapak lompo bercerita , beliau banyak menceritakan pengalamannya semasa muda
saat menjadi tentara dan ikut dalam pemberontakan kahar muzakkar di sulawesi selatan.
Beliau menceritakan secara singkat perjuangan kahar muzakkar dkk. Hal yang menarik dari
cerita beliau adalah pengalamannya memasuki berbagai daerah yang memiliki beraneka
ragam budaya. Satu pesan beliau pikiran masih sehat seklipun tempatnya sudah tidak sehat
. Sosok beliau mengingatkan saya dengan ayah dikampung yang juga senang bercerita
tentang sejarah di masa penjajahan dan pemberontakan setelah kemerdekaan.

Saran Sang Ahli


hari itu saya dan dani menuju kantor camat rumbia untuk menemui bapak sekcam untuk
konsultasi terkait program yang akan lami laksanakan. Kami sempat lama menunggu
beliaukarena kesibukan di tempat lain. Kami pun terpaksa shalat jumat di masjid dekat kantor
camat. Dalam khutbah yang disampaikan khatib ada 3 poin penting yaitu shalat berjamaah
mencegah kemurkahan Allah pada suatu negeri , jauhkan diri dari sifat dengki,sombong dan
dendam , dan poin yang terakhir jangan sampai karena ujian Allah kita justru menjadi
musryik kepadaNya.Setelah shalat jumat saya kembali ke kantor camat menunggu pak
Sekcam , dan alhamdulillah sekitar pukul 14.15 wita beliau datang. Sosok beliau yang sangat
ramah dan tawaduh membuat saya tidak
Merasa bosan atau jenuh menunggu beliau. Saya pun menyampaikan hal terkait program
sekolah lapan petani kopi di desa Ujungbulu dan meminta saran-sarandari beliau. Beliau
menjelaskan secara singkat prospek pengembangan kopi di kecamatan Rumbia kemudian
menjelaskan cara budidaya kopi sampai pada tahap pasca panen. Ada 4 item yang beliau
sampaikan penting untuk dijelaskan dalam pembinaan petani kopi melalui sekolah lapan,
yaitu manajemen kelompok , budidaya kopi , peremajaan kopi dan dinamika kelompok.
Mengasah sebuah mutiara
masa depan sebuah daerah tergantung pada sumber daya manusia anak mudanya. begitu pun
dengan desa ujungbulu yang penuh dengan potensi sumber daya alam yang harus dikelola
dengan baik oleh generasi muda yang cerdas. kondisi pendidikan anak-anak desa ujungbulu
masih memprihatinkan. kualitas pendidik , dorongan orangtua serta keterbatasan sarana dan
prasarana menjadi persoalan yang pokok di dunia pendidikan di desa ujungbulu. bukan
sesuatu yang mengherankan kita temui anak sekolah dasar kelas 3 belum bisa menulis dengan
baik apalagi membaca. pintar seolah menjadi harga yang mahal bagi anak-anak desa
ujungbulu. padahal merekan adalah generasi yang mau tidak mau akan melanjutkan

pembangunan desa ujungbulu. mereka adalah mutiara yang harus di asah agar dapat bernilai
jual tinggi. butuh banyak hal yang mesti dibenahi mulai dari perhatian pemerintah , tokoh
pemerhati pendidikan dan terlebih khusus bagi orangtua. memandang desa ujungbulu yang
penuh dengan potensi akan tetapi sdm anak-anaknya rendah bagai mutiara yang terendam
lumpur.
Menjadi seorang sarjana pendamping mengajarkan arti sebuah pengabdian pada
masyarakat
Siaga 1
Makassar tanggal 19 okt , hari itu saya baru saja pulang ke rumah untuk istirahat setelah
seharian sibuk mengikuti bimtek budidaya tanaman hidroponic, tiba-tiba kak tia menelpon
dari Ujungbulu memberi kabar ujungbulu goncang setelah Ardi anggota Pak desa tertikam
oleh pencuri yang merupakan musuh dari Pak desa. Kejadian itu sontak membuat geger
warga desa. Pada hari kamis tgl 22 oktober saya kembali ke ujungbulu dengan kondisi desa
yang masih tahap rawan keamanannya.
Warga pun maspada dengan ancaman yang telah disampaikan oleh pencuri tersebut yang oleh
pak desa dikatakan akan balas dendam setelah salah satu rekannya di hajar warga. Melalui
mimbar masjid pak desa meminta warganya untuk siaga 1 menyikapi ancaman oleh pencuri
yang akan membunuh siapa saja warga desa ujungbulu dan akan melakukan pembakaran
rumah. Satu hal yang bisa jadi pelajaran dari warga desa ujungbulu ialah kebersamaan
menjadi modal penting masyarakat dalam hal apapun. Mengutip slah satu pernyataan warga
setetes darah yang mengalir dari tubuh pak desa atau pak dusun maka desa ujungbulu
bagaikan kiamat kecil dan mati itu urusan Allah tetapi mempertahankan hidup itu urusan
manusia .

Reinkernasi Hitler

hari jumat suasana yang saya lihat sedikit berbeda terjadi di masjid nurul hidayah dusun kayu
colo. Sesaat setelah khutbah dan rangkaian shalat jumat berdirilah sosok kepala desa dengan
tegas menuju mimbar. Beliau tampak ingin menyampaikan sesuatu hal yang sangat penting
kepada jemaah. Nada suara yang tinggi ditambah sedikit bumbu emosi kepala desa berpidato
dengan suara lantang menghentak membuang rasa kantuk para jemaah. Beliau merasa
kecewa dengan kondisi masyarakat yang acuh tak acuh terhadap masalh yang tengah terjadi
di desa. Saat itu memang desa ujungbulu di ancam akan dihancurkan oleh sosok Ramli
(pencuri kelas kakap) yang sedang jadi buronan termasuk musuh kepala desa. Kepala desa
mengaku kecewa karena masyarakat tidak lagi bersatu dan seolah tidak lagi memiliki rasa
sosial sebagai manusia.
Hentakan suara pidato kepala desa dengan penuh emosi seolah menghipnotis jemaah yang
diam tak bersuara. Bahkan beliau dengan keberaniannya menunjuki dan mencelah para
masyarakat yang tidak lagi sependirian dengan beliau. Saat itu sejenak saya terpikirkan
dengan sosok pemimpin Nazi yaitu Hitler yang dikenal keras dan tegas serta sangat pandai
mempengaruhi pengikutnya dengan metode komunikasi yang cerdik. Saya pun beranggapan
bahwa sosok Hitler terinkernasi dalam diri kepala desa Ujungbulu, dan benar saja setelah
pidato kepala desa, masyarakat bergerak bersatu. Mulai dari membantu kegiatan pak desa
sampai rela begadang sampai dini hari untuk berjaga-jaga terhadap ancaman sosok Ramli
seolah masyarakat tak berdaya menolak apa yang tersirat dari pidato kepala desa.
Makan bersama dikebun
Hari itu kegiatan sekolah lapang memasuki tahap pemupukan. Kebersamaan para petani kopi
terasa sangat erat bersama dengan kami sarjana pendamping. Tatkala kebersamaan itu bukan
hanya sekedar bekerja sama dalam pemupukan akan tetapi juga saat menyantap makan siang
bersama di tengah kebun kopi. Canda dan tawa seolah menjadikan kami sarjana pendamping
tak lagi ada jarak dengan para petani kopi ujungbulu. Kami menyatuh bagaikan masyarakat

asli desa ujungbulu. Kebersamaan itu sangat berarti bagi kami karena menjadi modal utama
untuk mengabdi sebagai sarjana pendamping desa. Masyarakat desa memang berbeda dengan
masyarakat perkotaan, di desa kebersamaan dalam semangat gotong royong masih sangat erat
dibandingkan masyarakat perkotaan yang serba acuh tak acuh terhadap sesama. Makan
bersama petani kopi dikebun menjadi cerita yang tak akan terlupakan yang mengajarkan
pentingnya semangat persaudaraan antar sesama.
Dingin menguji iman
Tak bisa lagi di pungkiri bahwa cuaca d daerah ketinggian sangatlah dingin. Begitupun
halnya dengan cuaca di desa ujungbulu. Suhu yang sangat dingin terasa menusuk tulang.
Apalagi di malam hari , kita harus bahkan wajib memakai pakaian yang bisa menghangatkan
badan. Bersentuhan dengan air atau mandi seolah menjadi uji nyali bagi kami sarjana
pendamping. Dengan kondisi cuaca yang sangat dingin maka tantangan atau ujian yang
sebenarnya adalah bangun shubuh. Tak jarang suara adzan shubuh terlewatkan karena rasa
dingin yang menggoda kami untuk tetap berada dalam naungan selimut. Keadaan ini tentu
menjadi ujian bagi keimanan untuk taat dengan tetap shalat shubuh tepat waktu. Salut
terhadap sebagian warga dusun kayu colo yang tetap konsisten menjalankan shalat shubuh
tepat waktu meskipun rasa dingin menjadi ujian yang berat.
Sang Penyeruh
Suara adzan yang senangtiasa berkumandang menyeruh umat untuk beribadah menyembah
kepada sang pencipta. Muadzin , begitulah orang menyebutnya bagi para sang penyeruh ke
jalan Allah dengan mengumandangkan adzan. Di dusun kayucolo tempat kami menginap ,
hadir sosok sang penyeruh yang tak lekang oleh usia. Orang tersebut bernama Dg. Rurung
,sosok yang sudah dimakan usia dengan rambut yang sudah mulai memutih dan tentu suara
yang juga mulai berubah. beliau selalu tepat waktu untuk mengumandangkan adzan.

Menyeruh dengan keikhlasan memanggil umat untuk beribadah menyembah kepada sang
khalik pekerjaan yang beliau embang dengan penuh rasa tanggung jawab. Dengan tugas
mulia yang beliau jalankan , tak jarang di uji dengan ejekan dari umat pendosa karena suara
yang tak lagi baik intonasinya jika mengumandangkan adzan. Bilalnya desa Ujungbulu
mungkin itulah sebutan yang pantas bagi Dg. Rurung. Menjadi pelajaran dan suritauladan
bagi mereka yang muda untuk berani tampil sebagai sang penyeruh jalan Tuhan. Satu hal
yang paling bernilai dari beliau adalah meskipun dalam kondisi hujan, dingin bahkan mati
lampu tetapi beliau tetap setiap datang ke masjid menyeruh umat untuk beribadah. Pelajaran
yang sangat berharga dari sosok sang penyeruh ialah senang tiasa ikhlas dan istiqomah
menjalankan tugasnya.
Adat Adab Ala Turatea
Turatea begitulah slogan bagi penduduk jeneponto yang juga menjadi sebutan bagi
Kabupaten Jeneponto sebagai bumi Turatea. Mendengar sebutan Turatea artinya berbicara
soal Jeneponto dengan tanah gersang dan watak kerasnya sebagai gambaran. Akan tetapi ,
Turatea atau bumi Turatea sesungguhnya tak sepenuhnya seperti itu. Enam bulan berlalu
pengabdian kami di Jeneponto banyak menjelaskan bagaimana karakter Turatea yang
sesungguhnya. Peristiwa demi peristiwa yang kami lalui menjadi penutur sebenarnya untuk
membuat kami mengetahui Turatea itu seperti apa. Masyarakat desa Ujungbulu memang
hanya sebagian kecil jika kita ingin mengambil sampel tetapi setidaknya dapat mewakili
orang Turatea secara umum. Hal yang menarik bagi saya adalah berbicara soal adab-adab
orang Turatea. Selama berada di desa Ujungbulu tidak pernah ada sambutan dari masyarakat
yang mengecewakan. Penyambutan kami sebagai tamu di desa Ujungbulu sangat baik ,
ramah tama menjadi ciri adab yang sangat terasa di masyarakat Ujungbulu. Senyum dan tutur
sapa yang sangat bijak menjadi makna turatea yang sulit untuk saya pungkiri. Setiap kali
kami bertamu dirumah warga selalu saja ada jamuan walau itu hanya secangkir air putih

dengan kue ala kadarnya, akan tetapi saya menangkap makna besar di balik itu semua yaitu
bahwa turatea sangatlah menghormati tamunya dengan memberikan pelayanan terbaik sesuai
petuah dalam agama islam bahwa tamu adalah raja. Maka benarlah ungkapan yang
mengatakan kalau ingin mengetahui dalamnya air maka selamilah , dan jika anda ingin
mengetahui turatea yang sesungguhnya maka kita harus mendalaminya.
Perjalanan sunyi
Hari itu saya mengunjungi salah satu dusun terluar dari desa ujungbulu yaitu dusun
bontomanai, perjalanan saya tempuh kurang lebih 20 menit karena singgah di dusun
kambutta bertemu dengan salah seorang guru mengaji. Dari dusun kayu colo tampak kabut
telah menyelimuti dusun bontomanai yang berada pada ketinggian sekitar 1800 meter di atas
permukaan laut. Melalui jalan menanjak menuju ketinggian dengan kabut yang membatasi
jarak pandang. Perjalanan kali ini sedikit menantang dari biasanya karena saya lalui sesaat
sebelum adzan maghrib berkumandang dan balik ke dusun kayu colo setelah shalat isya
dengan suasana sunyi dan cuaca dingin berkabut. Memasuki waktu shalat maghrib saya
mengunjungi masjid babu salam, masjid tua dengan bangunan yang sederhana. Nampak
hanya ada beberapa anak-anak yang sementara menyapu dan seorang pemuda yang
merupakan guru mengaji bernama Abd.Azis. Kunjungan saya hari itu ingin melihat kondisi
TK/TPA di masjid babu salam, serta ingin bertemu imam dusun dan pengurus masjid untuk
menyampaikan keinginan kami melaksanakan kegiatan pengajian bulanan dengan tema tata
cara mengurus jenazah. Suasana jemaah yang sepi dan hanya ada sekitar 10 orang santri
itulah kondisi yang saya lihat. Dengan cuaca dingin berkabut dalam suasana kesunyian, saya
terharuh melihat adek-adek yang tetap semangat ingin belajar mengaji. Sedikit cerita dari
Abd.Azis membuat saya kagum dengan pemuda itu, dia mengatakan bahwa seandainya
bukan dengan berjuang ikhlas untuk mengajar anak-anak mengaji maka kemungkinan mereka
sambil menunjuk santrinya akan buta terhadap ilmu agama. Tak jarang pula dia di ejek oleh

sebagian orang karean dikatakan tidak pantas mengajar sampai dia harus bertanggung jawab
mengantar santrinya pulang ke rumah masing-masing setelah mengaji. Jauh dari di atas
ketinggian kaki gunung bawakareng dengan ikhlas pemuda itu berjuang dalam kesunyian
melawan godaan dan ujian dengan satu harapan ingin mengabdi di jalan Tuhan. Saya terharuh
dengan pengabdianku di desa ujungbulu, begitu banyak pelajaran dari orang-orang pelosok
yang sederhana senangtiasa ikhlas menjalani hidup. Rasa haruh itu terus menaungi dalam
perjalanan balik ke dusun kayu colo, terlihat dari jauh suasana gemerlap kota di dataran
rendah namun karena pengabdian harus berada nan jauh di pelosok kaki gunung.

NASEHAT SANG VISIONER


Perbincangan pagi itu bersama Pakde dan Pakdu Saat mentari mulai memancarkan sinarnya
menerangi pagi kaki pegunungan Bawakaraeng memberi begitu banyak pesan dan hikmah
bagi saya. Berawal dari perbincangan mengenai sejauh mana musremban dapat memberi
perubahan di desa Ujungbulu . Menurut pakde , musremban hanyalah kegiatan formalitas
semata oleh pemerintah kabupaten karena kenyataannya realisasi dari perencanaan atau ide
yang lahir dari musremban tidak pernah terwujud. Banyak ide dan rencana yang tidak mampu
di realisasikan pemerintah kabupaten karena lebih mementingkan ide atau rencana yang
secara politik memberi keuntungan bagi mereka. Maka dari itu akan lebih baik jika kegiatan
musremban di ganti menjadi kegiatan musyawarah desa. Dalam kegiatan musdes akan
melibatkan semua unsur masyarakat untuk memberikan saran dan kritikan terhadap

pembangunan desa sehingga dapat disusun solusi atas masalah yang ada dan ide program
yang tepat untuk dituangkan dalam bentuk RPJMD desa.
Dalam perbincangan lain , pakde juga bercerita tentang pengalaman hidupnya membangun
keluarga sampai dia menjadi seorang pemimpin di desa. Menurut beliau , hikmah dari semua
pengalaman baik suka maupun suka adalah bersyukur atas ketentuan Allah SWT. Bayi yang
lahir dari perut ibunya tidak langsung memakan makanan keras akan tetapi bertahap sampai
akhirnya menjadi dewasa maka seperti itulah kehidupan. Dalam menjalani proses kehidupan,
manusia harus pandai bersyukur sebagai makhluk Tuhan karena dengan sikap syukur nikmat
akan ditambahkan.
3 PILAR PEMBANGUNAN DESA UJUNGBULU
Desa ujungbulu merupakan desa yang dikaruniai tanah yang subur sehingga hampir semua
jenis tanaman dapat tumbuh. Masyarakat mayoritas bermata pencaharian sebagai petani
kopi dan hortikultura. Kopi sebagai jenis tanaman jangka panjang dan hortikultura sebagai
jenis tanaman jangka pendek menjadi kombinasi lengkap sebagai penopan kehidupan
ekonomi masyarakat ujungbulu. Jika kedua potensi pertanian atau 2 pilar tersebut dapat
dikembangkan dengan baik maka desa Ujungbulu sangatlah berpotensi menjadi desa mandiri.
SDM memang menjadi kekurangan di kalangan petani dalam bertani , banyak petani yang
kurang mendapatkan keuntungan bahkan rugi dari hasil pertaniannya karena lemahnya SDM
yang dimiliki. Tidak aktifnya fungsi PPL pertanian di desa ujungbulu menjadi faktor lain
lemahnya SDM petani , oleh karena itu

butuh keseriusan peran pemerintah dengan

mengoptimalkan fungsi PPL pertanian sehingga pengetahuan petani tentang tata cara bertani
yang baik dapat terpenuhi dan berimbas pada peningkatan hasil panen.
Lahirnya ide kepala desa ujungbulu untuk memproduksi kopi olahan bernama kopi cita rasa
madu sangatlah baik dikembangkan menjadi produk unggulan desa. Kopi cita rasa madu di

olah dari buah kopi arabika yang terpilih dan di proses dengan sistem permentasi berstandar
tinggi sehingga menghasilakn cita rasa yang khas. Desa ujungbulu salah satu penghasil kopi
terbesar di jeneponto meskipun masih banyak yang belum tahu akan potensi kopi yang ada di
desa tersebut. Produk olahan kopi cita rasa madu memang jalan yang baik untuk
memperlihatkan potensi desa ujungbulu kepada orang lain termasuk pemerintah. Jika kopi
cita rasa madu mampu di terima di pasar dengan baik maka sangatlah memungkinkan desa
ujungbulu untuk menjadi sentral usaha kopi.
1 pilar lain untuk membangun desa ujungbulu melalui potensi wisata alamnya yaitu
Bontolojong. Wisata alam Bontolojong merupakan objek wisata yang unik karena
menawarkan pemandangan berbeda saat kita berada di atas puncak gunung. Objek
Bontolojong yang menyerupai kawah bekas letusan gunung berapi memberi kesan tersendiri
bagi para pengunjung. Saat ini antusias pengunjung belum terlalu tinggi karena hanya terlihat
ramai saat akhir pekan atau hari libur lainnya. Potensi Bontolojong memang butuh
pengelolaan yang serius serta promosi sehingga pengunjung dapat meningkat.
Jika 3 pilar atau potensi desa dapat dikembangkan dengan baik maka besar peluang desa
ujungbulu menjadi desa yang mandiri.
MEWUJUDKAN PETANI BERDASI
Pertanian dan petani ibarat 2 sisi koin yang tidak dapat dipisahkan , 2 hal inilah yang menjadi
penggerak perekonomian di desa. Potensi pertanian yang baik jika tidak di kelola petani
yang berkualitas maka hasilnya kurang maksimal , sebaliknya potensi pertanian yang baik
jika dikelola petani yang berkualitas maka akan mencapai hasil yang maksimal.
pengembangan pertanian yang ada di desa memang bergantung pada petani , sejauh apa
petani mampu memanfaatkan potensi yang ada dengan baik. Akan tetapi , petani juga
sangatlah bergantung pada SDM yang dimilikinya dalam bertani sehingga dapat

menghasilkan produk pertanian yang unggul dan berdaya saing. Mandetnya pengembangan
usaha pertanian di negara indonesia dikarenakan SDM petani kita yang masih sangat rendah.
Petani di indonesia kebanyakan berasal dari masyarakat yang tingkat pendidikannya rendah
dan diperparah lagi dengan kurang minatnya para alumni sarjana jurusan pertanian yang mau
kembali ke desa mengabdi untuk mengembangkan potensi pertanian desanya.
Kondisi tersebut juga terjadi di desa ujungbulu , desa dengan potensi SDA yang melimpah.
Namun , SDM petani masih sangat rendah sehingga potensi yang ada tidak dapat
dimaksimalkan dengan baik. Menurut kepala desa ujungbulu , petani di desanya butuh
pembinaan yang berkelanjutan sehingga mereka dapat mandiri sebagai petani berdasi dengan
kata lain mereka mampu bersaing dari segi ekonomi dengan para pekerja kantoran , pegawai
negeri dan jenis pekerjaan lainnya yang dikenal dengan orang berdasi.
Salah satu kendala yang dihadapi petani desa ujungbulu ialah tidak adanya pendampingan
dari penyuluh pertanian dari pemerintah kabupaten. Petani ibarat anak ayam yang kehilangan
induknya , mereka harus berjuang sendiri untuk bertani dengan SDM yang terbatas. Hal ini
kemudian berdampak kepada metode bertani para petani yang cenderung masih sangat
mengandalkan pengalaman ( empiris ).

Anda mungkin juga menyukai