Anda di halaman 1dari 59

Pengaruh Paparan Asap Rokok terhadap Gambaran

Laju Endap Darah (LED)

Proposal Penelitian Biomedik


Diajukan ke Fakultas Kedokteran UKI Sebagai Pemenuhan Salah Satu
Syarat Ujian Skill Lab Blok 12 Metodologi Penelitian

Disusun Oleh :
Axel Jusuf
(1461050177)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5

Latar Belakang
Rumusan Masalah
Hipotesis
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1.1 Latar Belakang


Pengertian tentang rokok
Efek dari merokok
Pengaruh paparan asap rokok
terhadap reaksi yang diduga dapat
meningkatkan gambaran Laju Endap
Darah (LED)
Berdasarkan uraian tersebut peneliti
tertarik mencari tahu pengaruh
paparan asap rokok terhadap
gambaran LED pada manusia.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah terdapat pengaruh paparan
asap rokok terhadap gambaran LED
pada manusia?
Apakah pemeriksaan LED dapat
digunakan untuk deteksi dini
penyakit yang disebabkan oleh
paparan asap rokok?

1.3 Hipotesis
Terdapat pengaruh karena paparan
asap rokok terhadap gambaran LED
pada manusia.
Pemeriksaan LED dapat digunakan
untuk menunjang deteksi dini
penyakit yang disebabkan oleh
paparan asap rokok.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan Umum :
Mengetahui pengaruh paparan asap
rokok terhadap gambaran LED pada
manusia.

Tujuan khusus :
Mengetahui apakah paparan asap rokok
dapat meningkatkan gambaran LED pada
manusia.
Mengetahui apakah pemeriksaan LED dapat
digunakan untuk deteksi dini penyakit yang
disebabkan oleh paparan asap rokok.
Mengetahui bagaimana perbedaan gambaran
LED pada perokok dan bukan perokok.
Mencari tahu apakah tingkat paparan asap
rokok mempengaruhi gambaran LED yang
didapatkan.

1.5 Manfaat Penelitian


Bagi Masyarakat :
Memberikan informasi dan edukasi untuk masyarakat
akan bahaya merokok yang dapat menganggu
kesehatan.

Bagi Institusi :
Sebagai landasan dalam pengambilan kebijakan bagi
instansi terkait dalam melakukan upaya pemeriksaan
awal proses penyakit yang disebabkan oleh merokok.

Bagi Peneliti :
Penelitian ini merupakan pengalaman yang sangat
berharga bagi peneliti, karena dapat menambah
pengetahuan dan wawasan tentang biomarker LED
yang pada akhirnya akan sangat membantu peneliti
untuk melakukan penelitian lanjut yang berhubungan
dengan bidang ilmu yang diminati, yakni patologi klinik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Rokok
2.1.1 Definisi Rokok dan Merokok
2.1.2 Prevalensi Rokok
2.1.3 Bahan Baku Rokok
2.1.4 Bahan Utama Berbahaya yang
Terkandung
Dalam Asap Rokok
2.1.5 Dampak Merugikan Rokok Bagi
Kesehatan
2.1.6 Beberapa Jenis Penyakit Akibat Merokok
2.1.7 Kategori Perokok

2.2 Laju Endap Darah (LED)


2.2.1 Definisi Laju Endap Darah (LED)
2.2.2 Fase-fase LED
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi LED
2.2.4 Faktor yang meningkatkan LED
2.2.5 Faktor yang menurunkan LED
2.2.6 Pemeriksaan LED Metode Westergren dan
Metode Wintrobe
2.2.7 Kesalahan Pemeriksaan LED
2.3 Hubungan Inflamasi dengan LED
2.4 Kerangka Teori
2.5 Kerangka Konsep

2.1 Rokok
2.1.1 Definisi Rokok dan Merokok
Definisi Rokok :
Hasil olahan tembakau terbungkus,
termasuk cerutu atau bahan lainya
yang dihasilkan dari tanamam
Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica
dan spesies lainnya atau sintesisnya
yang mengandung nikotin dan tar
dengan atau tanpa bahan tambahan.

Definisi Merokok :
Merupakan suatu aktifitas
membakar gulungan tembakau yang
berbentuk rokok ataupun pipa lalu
menghisap asapnya kemudian
menelan atau menghembuskannya
keluar melalui mulut atau hidung
sehingga dapat juga terhisap oleh
orang-orang disekitarnya.

2.1.2 Prevalensi Rokok


Lebih dari 5 juta orang meninggal karena
menghisap langsung rokok, sedangkan 600
ribu orang lebih meninggal karena terpapar
asap rokok (WHO, 2013).
Secara nasional, 52,3% perokok menghisap
rata-rata 1-10 batang rokok per hari dan
sekitar 20% perokok menghisap sebanyak 1120 batang rokok per hari
Jumlah penduduk Indonesia perokok yang
berusia 10 tahun ke atas adalah 29,3%.
Diantaranya 59,04% adalah pria dan 48,3 %
wanita (Riskesdas, 2013).

2.1.3 Bahan Baku Rokok


Rokok terbuat dari tembakau yang
diperoleh dari tanaman Nicotiana Tabacum
L. Tembakau dipergunakan sebagai bahan
untuk sigaret, cerutu, tembakau untuk pipa
serta pemakaian oral.
Di Indonesia tembakau dicampur Cengkeh
untuk dubuat rokok kretek.
Tembakau juga dapat digunakan sebagai
rokok linting, rokok putih, cerutu, rokok
pipa, dan tembakau tanpa asap

2.1.4 Bahan Utama Berbahaya yang Terkandung


Dalam Asap Rokok

Tar
Zat berwarna coklat berisi berbagai jenis
hidrokarbon, dapat menimbulkan iritasi
pada saluran napas, menyebabkan
bronchitis, kanker nasofaring dan kanker
paru.

Nikotin
Nikotin adalah bahan alkaloid toksik
yang merupakan senyawa amin tersier,
bersifat basa lemah dengan pH 8,0.
Kandungan Insektisida

Karbonmonoksida
Karbon monoksida (CO) adalah gas beracun yang
mempunyai afinitas kuat terhadap hemoglobin
pada sel darah merah, ikatan CO dengan
haemoglobin akan membuat haemoglobin tidak
bisa melepaskan ikatan CO dan sebagai
akibatnya fungsi haemoglobin sebagai
pengangkut oksigen berkurang, sehingga
membentuk karboksi hemoglobin mencapai
tingkat tertentu akan dapat menyebabkan
kematian.

Timah Hitam
Timah hitam (Pb) yang dihasilkan oleh sebatang
rokok sebanyak 0,5 ug. Sebungkus rokok (isi 20
batang) yang habis dihisap dalam satu hari akan
menghasilkan 10 ug

2.1.5 Dampak Merugikan Rokok


Bagi Kesehatan
Dampak langsung merokok:
A. Air mata keluar banyak.
B. Rambut, baju, badan berbau.
C. Denyut nadi dan tekanan darah meningkat.
D. Peristaltik usus meningkat, nafsu makan menurun.
Dampak jangka pendek (segera):
A.Sirkulasi darah kurang baik.
B.Suhu ujung-ujung jari (tangan/kaki) menurun
C.Rasa mengecap dan membau hilang.
D.Gigi dan jari menjadi coklat atau hitam.
Dampak jangka panjang:
A.Kerja otak menurun.
B.Adrenalin meningkat.
C.Tekanan darah dan denyut nadi meningkat.
D.Rongga pembuluh darah menciut.
E.Muncul efek ketagihan dan ketergantungan.

2.1.6 Beberapa Jenis Penyakit


Akibat Merokok
A. Kanker Paru-paru
B. Jantung Koroner
C. Bronkitis
D. Stroke
E. Hipertensi
F. Diabetes
G. Impotensi

2.1.7 Kategori Perokok


A. Perokok Pasif
Orang yang tidak merokok tetapi menghirup
asap rokok karena berada disekitar perokok.

B. Perokok Aktif
A. Perokok Ringan, Merokok <10 batang per hari
B. Perokok Sedang, Merokok >10 batang per
hari
C. Perokok Berat, Merokok >20 batang per hari

2.2 Laju Endap Darah (LED)


2.2.1 Definisi Laju Endap Darah (LED)

Laju Endap Darah adalah kecepatan


mengendapnya eritrosit dari suatu
sampel darah yang diperiksa dalam
suatu alat tertentu yang dinyatakan
dalam mm/jam
Peningkatan LED merupakan
pertanda terjadinya proses
peradangan

2.2.2 Fase-fase LED


1. Fase Pembentukan rouleaux,
eritrosit mulai saling menyatukan
diri. Waktu yang dibutuhkan adalah
dari beberapa menit hingga 30
menit.
2. Fase Pengendapan Cepat, 30-120
menit
3. Fase Pengendapan Lambat

2.2.3 Faktor-faktor yang


mempengaruhi LED
Faktor eritrosit
Faktor terpenting yang menentukan kecepatan
endapan eritrosit adalah ukuran atau masa dari partikel
endapan. Pada beberapa penyakit dengan gangguan
fibrinogen plasma dan globulin, dapat menyebabkan
perubahan permukaan eritrosit dan peningkatan LED.
LED berbanding terbalik dengan vikositas plasma.
Faktor plasma
Beberapa protein plasma mempunyai muatan positif
dan mengakibatkan muatan permukaan eritrosit
menjadi netral, hal ini menyebabkan gaya menolak
eritrosit menurun dan mempercepat terjadinya agregasi
atau endapan eritrosit. Beberapa protein fase akut
memberikan kontribusi terjadinya agregasi.

Faktor teknik dan mekanik


Faktor terpenting pemeriksaan LED adalah
tabung harus betul-betul tegak lurus, perubahan
menyebabkan kesalahan sebesar 30%. Selain itu
selama pemeriksaan rak tabung tidak boleh
bergetar atau bergerak. Panjang diameter bagian
dalam tabung LED juga mempengaruhi hasil
pemeriksaan.
(Herdiman T. Pohan,2004).

2.2.4 Faktor yang meningkatkan


LED
Jumlah eritrosit kurang dari normal,
misalnya anemia.
Ukuran eritrosit yang lebih besar dari
ukuran normal.
Peningkatan kadar fibrinogen darah.
Tabung pemeriksaan digoyang/bergetar.
Suhu saat pemeriksaan lebih tinggi dari
suhu ideal (>20 C).

Laju Endap Darah akan meninggi pada


cedera, peradangan, atau kehamilan.
LED juga meningkat jika menderita
infeksi yang kronis atau kasus-kasus
dimana peradangan menjadi kambuh,
misalnya Tuberculosis (TBC) atau
rematik.
Adanya tumor, Anemia, penggunaan
Kortikosteroid, keracunan logam, radang
ginjal maupun liver juga kadang
memberikan nilai yang tinggi untuk LED.
(Bastiansyah, 2008)

2.2.5 Faktor Yang Menurunkan


LED
Lekositosis berat, polsitemia,
abnormalitas protein (hyperviskositas),
faktor teknik (problem pengenceran,
darah sampel beku, tabung LED
pendek, getaran pada saat
pemeriksaan).
(Herdian T.Pohan,2004)

2.2.6 Pemeriksaan LED Metode


Westergren dan Metode Wintrobe
Metode Westergren
Menggunakan pipet dan tabung westergren, nilai rujukan untuk
wanita 0 - 15 mm/jam dan untuk pria 0 - 10 mm/jam.
1. Isaplah dalam spuit steril 0,4 ml larutan natrium sitrat 3,8% yang
steril juga
2. Lakukanlah pungsi vena dengan semprit itu dan isaplah 1,6 ml
darah sehingga mendapatkan 2,0 ml campuran.
3. Masukkanlah campuran itu ke dalam tabung dan campurlah
baik-baik.
4. Isaplah darah itu ke dalam pipet Westergren sampai garis
bertanda 0 mm, kemudian biarkan pipet itu dalam sikap tegak
lurus dalam rak Westergren selama 60 menit.
5. Bacalah tingginya lapisan plasma dengan millimeter dan
laporkanlah angka itu sebagai laju endap darah.

Tabung Westergren

Rak Westergren

Pipet Westergren

Metode Wintrobe
Menggunakan tabung wintrobe dan pipet pasteur,
nilai rujukan untuk wanita 0 - 20 mm/jam dan untuk
pria 0 - 10 mm/jam

1. Perolehlah darah oxalat atau darah EDTA.


2. Dengan memakai pipet pasteur, masukkanlah
darah itu ke dalam tabung Wintrobe setinggi garis
tanda 0 mm. Jagalah jangan sampai terjadi
gelembung hawa atau busa
3. Biarkan tabung Wintrobe itu dalam sikap tegaklurus pada satu tempat yang tidak banyak angin
selama 60 menit.
4. Bacalah tingginya lapisan plasma dengan
millimeter dan laporkanlah angka itu sebagai laju
endap darah.

Pipet Pasteur

Tabung Wintrobe

Rak Wintrobe

2.2.7 Kesalahan Pemeriksaan


LED
Adanya gumpalan dalam darah
sehingga menyebabkan hasil LED
tidak betul.
Gelembung-gelembung udara pada
tabung sehingga menyebabkan
adanya kesalahan.
Kemiringan tabung LED.

2.3 Hubungan Inflamasi


dan LED
Inflamasi merupakan mekanisme tubuh
yang penting untuk mempertahankan diri
dari benda asing yang masuk, misalnya
invasi mikroorganisme, trauma, bahan
kimia, faktor fisik, dan alergi.
Pada inflamasi, makrofag mengeluarkan
interleukin-1 dan interleukin-6 yang akan
menstimulasi hati untuk meningkatkan
produksi protein fase akut.

Pelepasan mediator seperti histamin


dan bradikinin oleh sel-sel inflamasi,
sel-sel endotel, aktivasi sistem
komplemen dan sistem koagulasi
merupakan gejala dini dari inflamasi
Pelepasan berbagai sitokin proinflamasi terjadi pada invasi bakteri
yang selanjutnya menginduksi sel hati
untuk mensistesis protein fase akut
(Abbas, Lichtman, Pober, 1997; Levinson, Jawetz, 2000;
Baratawidjaja, 2002).

Peningkatan protein fase akutlah yang


kemudian akan mempercepat LED & menjadi
dasar penggunaan LED sebagai salah satu
penanda inflamasi.
Misalnya proses Inflamasi saat Tuberculosis
yang disebabkan masuknya bakteri
Mycobacterium tuberculosis Sel melepaskan
berbagai sitokin proinflamasi antara lain IL-6.
Selanjutnya IL-6 menginduksi sel hati untuk
mensintesis protein fase akut seperti C-reactive
protein dan fibrinogen yang berfungsi sebagai
opsonin non spesifik pada proses fagositosis
bakteri.
(Raviglione, OBrien, 2001).

Protein tersebut mempengaruhi LED dengan


menurunkan muatan negatif eritrosit (potensial
zeta). Potensial zeta berperan untuk menjaga
eritrosit saling menjauh.
Zeta potential = muatan negatif pada
permukaan eritrosit yang menyebabkan
terjadinya terjadi gaya tolak menolak pada
eritrosit.

Penurunan muatan negatif zeta potential gaya


tolak menolak eritrosit menurun eritrosit cepat
membentuk roulleaux proses pengendapan
lebih cepat nilai LED melebihi normal.

2.4 Kerangka Teori


Faktor Peningkatan LED :

Usia
Jenis kelamin
Peradangan/inflamasi Protein
Fase Akut Meningkat (Fibrinogen,
CRP)
Malignansi
Nekrosis
Stress Fisiologis
Infeksi akut/ kronis
Suhu (>20 C)
Getaran saat pemeriksaan

Faktor Penurunan LED :

Leukositosis berat

Polisitemia

Abnormalitas Protein

Faktor teknik :
o Pengenceran
o Darah beku
o Tabung Led Pendek
o Getaran saat pemeriksaan

PERUBAHAN GAMBARAN
LED

2.5 KERANGKA KONSEP


Kondisi LED
Meningkat

Inflamasi/Peradan
gan Akut
Malignansi
Nekrosis
Stress Fisiologis

Laju Endap Darah


(LED)

PENGARUH?

Infeksi Akut/Kronis

Uji Nilai LED

Perokok Aktif

Cek Data LED

Perokok Pasif

Cek Data LED

Tidak Merokok &


Jarang Terpapar
Asap Rokok

Cek Data LED

Asap Rokok

Menyebabkan
Penyakit

Kanker Paru,
Bronkitis,
Jantung Koroner,
Atherosklerosis,
Stroke,
Hipertensi,
Diabetes,

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
3.2 Variabel Penelitian
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi Target
3.4.2 Sampel
3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.5.1 Kriteria Inklusi
3.5.2 Kriteria Eksklusi
3.6 Instrumen Penelitian
3.7 Cara Pengumpulan Data

3.8 Rencana Analisis dan Pengolahan Data


3.8.1 Rencana Analisis
3.8.2 Pengolahan Data
3.9 Rencana Kegiatan
3.9.1 Prosedur Pelaksanaan
3.9.2 Pemeriksaan LED Metode Westergren
3.9.3 Alur Penelitian
3.10 Rencana Anggaran Dana
3.11 Jadwal Kegiatan
3.12 Etika Penelitian

3.1 Desain Penelitian


Penelitian yang dilakukan adalah penelitian
eksperimental yaitu penelitian yang dilakukan
dengan mengambil data di lapangan dan
selanjutnya dilakukan pemeriksaan di
laboratorium.
Data (sampel darah) dikoleksi dari penduduk
yang tinggal pada daerah Kelurahan Cawang,
Jakarta Timur. Sedangkan pemeriksaan
laboratorium dilaksanakan di Laboratorium
Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Indonesia.

3.2 Variabel Penelitian


Penelitian ini terdiri dari dua variabel
yaitu variabel independen dan variabel
dependen.
Variabel Independen dalam penelitian
ini adalah paparan asap rokok.
Sedangkan variabel dependen dalam
penelitian ini adalah nilai LED.

3.3 Tempat dan Waktu


Penelitian
Tempat : Laboratorium Patologi
Klinik, FK UKI
Tanggal : 1 Maret 31 Juli 2016
Waktu : 07.00-12.00 wib

3.4 Populasi dan Sampel


3.4.1 Populasi Target
Populasi target penelitian ini adalah
seluruh warga berjenis kelamin laki-laki
antara umur 20-45 tahun di Kelurahan
Cawang, Jakarta Timur.
Ingin dipilih 4 kelompok subyek dengan
masing-masing kelompok 30 orang, berarti
total ada 30x4 = 120 subyek terpilih.

3.4.2 Sampel
Metode yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah
metode purposive sampling, dimana subyek dipilih
berdasarkan kriteria yang dianggap sudah cukup
mewakili untuk diteliti.

Mula-Mula pada populasi akan di jelaskan mengenai


tujuan dan manfaat penelitian, lalu setelah itu mereka di
wawancara singkat mengenai perilaku merokok dan
dibagi menjadi 4 kelompok yaitu : kelompok yang
merokok <10 batang per hari, kelompok yang merokok
>10 batang per hari, kelompok yang hampir setiap hari
terpapar asap rokok, dan kelompok yang tidak merokok
dan jarang terpapar asap rokok. Maka selanjutnya
diambil 120 subyek terpilih, masing-masing 30 subyek
per kelompok.

3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


3.5.1 Kriteria inklusi

Jenis kelamin subyek hanya boleh laki-laki


Usia antara 20-45 tahun.
Subyek yang merokok <10 batang per hari
Subyek yang merokok >10 batang per hari
Subyek yang hampir setiap hari terpapar
asap rokok
Subyek yang tidak merokok dan jarang
terpapar asap rokok
Bersedia berpartisipasi dalam penelitian

3.5.2 Kriteria Eksklusi


Subyek yang sedang mengidap suatu
penyakit ataupun penyakit menahun
Subyek menolak berpartisipasi dalam
penelitian

3.6 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian adalah alat yang akan
digunakan untuk memperoleh data penelitian.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini
adalah :

Torniquet
Spuit
Kapas Alkohol 70%
Larutan Na sitrat 3,8 %
Pipet Westergren
Tabung Westergren
Rak Westergren
Stopwatch

3.7 Cara Pengumpulan


Data
Pengumpulan data yang dilakukan
pada penelitian ini adalah
pengumpulan data primer.
Data primer didapatkan dengan cara
melakukan uji LED pada subyek yang
terpapar asap rokok.

3.8 Rencana Analisis dan


Pengolahan data
3.8.1 Rencana Analisis
Analisis data pada penelitian
dilakukan dengan menggunakan
analisis bivariate untuk mengetahui
besar gambaran LED terhadap tingkat
paparan asap rokok pada laki-laki
berumur 20-45 tahun yang berada di
Kelurahan Cawang, Jakarta Timur.

3.8.2 Pengolahan Data


Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan bantuan
komputer dengan menggunakan program SPSS windows versi
17. Prinsip pengolahan data dari hasil laboratorium yang telah
dikumpulkan adalah sebagai berikut :
1. Cleaning, yaitu data yang telah diperoleh dikumpulkan untuk
dilakukan pembersihan data yaitu mengecek data yang benar
saja diambil sehingga tidak terdapat data yang meragukan
atau salah.
2. Editing, yaitu memeriksa hasil laboratorium yang telah
dilaksanakan.
3. Coding, yaitu pemberian tanda atau kode untuk memudahkan
analisa.
4. Tabulating, menyusun dan menghitung data hasil pengkodean
untuk disajikan dalam tabel.
5. Entry, yaitu data yang sudah diseleksi dimasukkan ke dalam
komputer untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut.

3.9 Rencana Kegiatan


3.9.1 Prosedur Pelaksanaan
Setiap responden diberi informed consent dan diminta
menandatangani surat persetujuan untuk ikut dalam penelitian.
Subyek sudah diberitahu jadwal untuk pengambilan darah.
Setiap kelompok sebelumnya sudah di berikan informed consent
dan diminta berpuasa semalaman sebelum diambil darah pada pagi
harinya.
Karena ada 30 subyek yang akan diperiksa setiap harinya maka
diperlukan 5 staf ahli untuk pengambilan darah dan 2 petugas lab
untuk menyiapkan alat-alat.
Waktu yang dipergunakan sebanyak 5 jam dimana 4 jam digunakan
untuk pemeriksaan dan 1 jam ekstra untuk pengambilan darah,
persiapan ulang alat-alat lab dan antisipasi subyek datang telat.
Ada 3 sesi pemeriksaan LED setiap harinya, setiap sesinya dibatasi
hanya untuk sebanyak 10 subyek agar tak merepotkan pemeriksa.
Alat-alat pengambilan darah harus baru dan steril
LED 1 jam diperiksa dengan Metode Westergren. Data yang
diperoleh dicatat dan dimasukkan dalam tabel data secara rinci.

3.9.2 Pemeriksaan LED Metode


Westergren
1. Isaplah dalam spuit steril 0,4 ml larutan natrium sitrat
3,8% yang steril juga
2. Lakukanlah pungsi vena dengan semprit itu dan isaplah 1,6
ml darah sehingga mendapatkan 2,0 ml campuran
3. Masukkanlah campuran itu ke dalam tabung dan
campurlah baik-baik.
4. Isaplah darah itu ke dalam pipet Westergren sampai garis
bertanda 0 mm, kemudian biarkan pipet itu dalam sikap
tegak lurus dalam rak Westergren selama 60 menit.
5. Bacalah tingginya lapisan plasma dengan millimeter dan
laporkanlah angka itu sebagai laju endap darah.
Nilai Normal LED Metode Westergren :
. Pria : 0-10 mm/jam
. Wanita : 0-15 mm/jam

3.9.3 Alur Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada 120 subyek laki-laki
berumur antara 20-45 tahun yang terbagi dalam 4
kelompok penelitian, masing-masing kelompok 30
subyek.
Subyek
terpilih
Bukan
Perokok
(Kontrol)

Perokok

Perokok
Aktif
Merokok
<10 batang
per hari
Periksa LED

Perokok
pasif

Merokok
>10 batang
per hari
Periksa LED

Periksa LED

Periksa LED

3.10 Rencana Anggaran Dana


No.

Keterangan

Jumlah (Rp)

Pencetakan Proposal

300.000

Biaya Subyek

3.000.000

Instrumen Penelitian

5.000.000

Laboratorium Patologi Klinik

2.500.000

Staff ahli

3.000.000

Biaya Transportasi

450.000

Memperoleh Tinjauan Pustaka

250.000

Laboratorium Komputer

300.000

Total Biaya

14.800.000

3.11 Jadwal Kegiatan


Kegiatatan

Bulan ke

1
1. Penyusunan
Proposal

XX

2. Penyusunan
Instrumen

XX

3. Persiapan
Lapangan

XX

4. Uji Coba
Instrumen

XX

5. Pengumpulan
Data

XXXX

6. Pengolahan Data

XX

7. Analisis Data

8. Penyusunan
Laporan

XX

3.12 Etika Penelitian


Setiap subyek penelitian dijamin
kerahasiaannya atas data yang diperoleh
dengan tidak menuliskan nama pasien tapi
hanya berupa inisial.
Sebelum melakukan penelitian maka peneliti
akan meminta izin pada instansi terkait untuk
pengujian kode etik penelitian.
Sebelum melakukan penelitian maka peneliti
juga akan melakukan inform consent serta
menjelaskan tujuan serta resiko penelitian
kepada subyek penelitian pada sebuah surat
yang dibubuhi tanda tangan.

DAFTAR PUSTAKA
1.Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha [Cited on :
09/02/2016] Available at :
http://repository.maranatha.edu/2685/3/0910148_Chapter1.pdf
2.Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha [Cited on :
09/02/2016] Available at :
http://repository.maranatha.edu/1489/3/0210105_Chapter1.pdf
3.Gandasoebrata R,, Penuntun Laboratorium Klinik, Cetakan Ke-15, Dian Rakyat,
Jakarta, 2013. Bag. Laju Endap Darah, hlm 37-38.
4.The McGill Physiology Virtual Lab : Erythrocyte sedimentation rate (ESR). [Cited
on : 08/02/2016] Available at : http://
www.medicine.mcgill.ca/physio/vlab/bloodlab/esr.htm
5.Hasil RISKESDAS 2013 - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013.
[Cited on : 08/02/2016] Available at : http://
www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf
6.Medscape : The Role of C-Reactive Protein in the Evaluation and Management of
Infants With Suspected Sepsis. [Cited on : 08/02/2016] Available at : http://
www.medscape.com/content/2003/00/45/09/450937/450937_fig.html
7.Carey RB et al. Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) : The Test. American
Association for Clinical Chemistry. [Cited on : 08/02/2016] Available at :
https://labtestsonline.org/understanding/analytes/esr/tab/test/

8. Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara [Cited on :


07/02/2016] Available at :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40730/3/Chapter%20II.pdf
9. Karya Tulis Ilmiah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI Bali [Cited on :
07/02/2016] Available at :
http://stikeswiramedika.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/19-GAMBARAN-LAJU-E
NDAP-DARAH-MENGGUNAKAN-METODE-WESTREGREEN-PADA-PENDERITA-TUBERKULOSIS-DI-RS
UP-SANGLAH-DENPASAR.pdf
10.Karya Ilmiah Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo. [Cited on :
07/02/2016] Available at :
http://lib.umpo.ac.id/gdl/files/disk1/16/jkptumpo-gdl-fakultasil-793-4-yayuk--d.pdf
11.Karya Tulis Ilmiah Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhamadiyah Semarang [Cited
on : 07/02/2016] Available at :
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/139/jtptunimus-gdl-febriaribr-6915-3-babii.pdf
12.Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro [Cited on : 07/02/2016]
Available at : http://eprints.undip.ac.id/31383/3/Bab_2.pdf
13.Kusuma ARP, Pengaruh Merokok Terhadap Kesehatan Gigi Dan Rongga Mulut. Majalah
Ilmiah Sultan Agung. 2011. vol. 49, no. 124 [Cited on : 07/02/2016] Available at :
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/majalahilmiahsultanagung/article/view/39/33
14.Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Semarang [Cited on :
06/02/2016] Available at :
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/114/jtptunimus-gdl-ervinakhoi-5700-2-babii.pdf

Anda mungkin juga menyukai