://
tp
ht
.g
ps
.b
id
o.
ht
tp
w
://
o.
.g
ps
.b
id
.id
978-979-064-881-4
9301005
07240.1501
28 x 21 cm
x + 114 halaman
.g
o
:
:
:
:
:
ps
ISSN
Katalog BPS
Nomor Publikasi
Ukuran Buku
Jumlah Halaman
.b
Naskah Oleh:
Subdirektorat Konsolidasi Neraca Pengeluaran
://
w
Gambar Kulit:
Subdirektorat Konsolidasi Neraca Pengeluaran
ht
tp
Diterbitkan Oleh:
Badan Pusat Statistik
Dicetak Oleh:
KATA PENGANTAR
Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu data ekonomi yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi kinerja pembangunan ekonomi suatu negara/wilayah.
Namun, perangkat data ini juga dapat digunakan untuk kepentingan dan tujuan lain,
bahkan digunakan sebagai dasar pengembangan model-model ekonomi dalam rangka
menyusun formulasi kebijakan, tingkat peredaran uang, penetapan pajak, kajian ekspor
dan impor dsb.
.id
Sampai saat ini, penghitungan PDB Indonesia dilakukan melalui dua pendekatan,
.g
o
yaitu dari sisi lapangan usaha (industry) dan sisi pengeluaran (expenditure), baik untuk
periode tahunan maupun triwulanan. Pendekatan pertama menjelaskan agregat PDB
ps
yang terkait dengan penciptaan nilai tambah, yang dihasilkan oleh berbagai lapangan
usaha atau industri. Sebagian besar nilai tambah ini merupakan sumber pendapatan bagi
.b
masyarakat, baik dalam bentuk upah dan gaji, pendapatan kapital, serta pendapatan atas
://
w
tp
2010 - 2014, yang didasarkan atas dasar harga (adh) Berlaku maupun adh Konstan 2010.
ht
Kami mengucapkan banyak terima kasih pada berbagai pihak yang telah
mendukung penerbitan publikasi ini, semoga publikasi PDB ini banyak memberikan
manfaat bagi para pengguna. Saran dan kritik sangat diharapkan agar publikasi PDB ini
disajikan dengan lebih baik di masa yang akan datang.
ht
tp
://
w
.b
ps
.g
o
.id
iv
DAFTAR ISI
Halaman
iii
Daftar Isi ..
Daftar Tabel
vii
BAB I
PENDAHULUAN .............
BAB II
TINJAUAN
PDB
INDONESIA
.g
o
AGREGAT
.id
MENURUT
PERKEMBANGAN
RINCIAN
KOMPONEN-KOMPONEN
.b
BAB III
ps
PDB
17
3.2
3.3
24
3.4
30
3.5
33
Ekspor ...
35
Impor
37
ht
tp
://
w
3.1
3.6
3.7
BAB IV
17
23
41
4.1
41
4.2
42
4.3
48
4.4
4.5
Perbandingan
Konsumsi
Rumah
Tangga
terhadap
49
4.6
52
4.7
53
4.8
53
4.9
55
56
57
59
60
61
.id
51
.g
o
66
5.2
70
5.3
80
5.4
83
5.5
88
5.6
94
5.7
Penyusutan (Depresiasi)
96
5.8
97
5.9
98
100
://
w
.b
ps
5.1
ht
BAB VI
63
tp
BAB V
PENUTUP ...
101
103
DAFTAR PUSTAKA ..
107
LAMPIRAN
111
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.
Tabel 2.
.g
o
2014.............................................................................................
ps
Tabel 4.
10
.id
Tabel 3.
Indeks
Implisit
Produk
Tabel 5.
.b
2010-2014 .
Domestik
Bruto
Indonesia
Menurut
tp
Tabel 8.
23
Tabel 10.
21
Tabel 9.
18
ht
2010-2014...
Tabel 7.
15
://
w
Tabel 6.
14
25
2010-2014...
Tabel 11.
28
Tabel 12.
34
Tabel 13.
36
Tabel 14.
39
Tabel 15.
Tabel 16.
ps
://
w
Tahun 2010-2014...
Tabel 18.
Tabel 22.
tp
ht
51
Tabel 21.
50
Tabel 20.
49
Tabel 19.
46
.b
Tabel 17.
42
.g
o
.id
52
53
54
viii
Tabel 23.
55
Tabel 24.
57
Tabel 25.
58
Tabel 26.
59
Tabel 27.
tp
://
w
.b
ps
.g
o
ht
Tabel 28.
.id
Tahun 2010-2014...
ix
60
62
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1.
Grafik 2.
Grafik 3.
.id
11
.g
o
ps
.b
tp
://
w
2010-2014...
ht
Grafik 5.
10
Grafik 4.
14
BAB I
PENDAHULUAN
Produk Domestik Bruto (PDB) menurut penggunaan atau pengeluaran dan PDB
menurut lapangan usaha merupakan suatu bentuk tampilan data ekonomi makro, di
samping bentuk tampilan lain seperti Tabel Input-Output (I-O), Sistem Neraca Sosial
Ekonomi (SNSE), dan Neraca Arus Dana (NAD). PDB penggunaan merupakan ukuran
.id
dasar (basic measure) atas penggunaan produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan
melalui proses produksi. Dalam konteks tersebut, ukuran PDB dapat menggambarkan
.g
o
aktivitas dan hasil akhir dari suatu proses produksi yang berlangsung di dalam batas-
ps
batas teritori suatu negara atau wilayah. Berbagai agregat yang dapat diturunkan dari
.b
PDB, di antaranya adalah permintaan konsumsi akhir, pembentukan modal tetap atau
investasi fisik, ekspor dan impor. Berbagai jenis barang dan jasa akhir tesebut, ditujukan
://
w
untuk memenuhi permintaan akhir berbagai pelaku atau sektor ekonomi domestik
tp
ht
terpisahkan dari penghitungan PDB melalui pendekatan lapangan usaha (industri), yang
ditampilkan dalam suatu kerangka kerja data ekonomi. Sungguhpun demikian,
penghitungan PDB penggunaan dilakukan secara independen dengan menggunakan
data dasar yang relatif berbeda. PDB lapangan usaha lebih menjelaskan tentang proses
produksi, serta pendapatan faktor yang berhasil diciptakan (balas jasa faktor produksi)1,
sedangkan PDB penggunaan menjelaskan tentang pengeluaran yang dilakukan untuk
mendapatkan barang dan jasa yang diproduksi tersebut. Selain itu, melalui komponen
penggunaan atau permintaan akhir (final demand) atau disebut sebagai PDB menurut
1 Termasuk di dalamnya penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tidak langsung dikurangi subsidi)
pengeluaran, juga dapat dilihat keterkaitannya dengan penyediaan barang dan jasa dari
domestik maupun impor (supply side). Melalui hubungan ini akan lebih mudah terlihat
titik keseimbangan makro antara sisi penyediaan dan permintaan.
Secara konsep dijelaskan2 bahwa, penghitungan PDB dari sisi yang berbeda
dimaksudkan untuk : i) memastikan konsistensi dan kelengkapan di dalam membuat
perkiraan atau estimasi; ii) dapat memberi manfaat lebih dalam melakukan analisis PDB;
dan iii) mengontrol kelayakan hasil estimasi. Meskipun secara teoritis kedua pendekatan
.id
tersebut akan menghasilkan nilai yang sama besar (equivalent), tetapi karena perbedaan
ps
.g
o
dalam pendekatan estimasi maupun metoda pengukuran, bilamana terjadi selisih atau
.b
besaran nilai produk atau barang dan jasa (output) yang dihasilkan di dalam wilayah
domestik untuk digunakan sebagai konsumsi akhir masyarakat. Secara spesifik yang
://
w
dimaksud dengan konsumsi akhir adalah penggunaan produk dalam bentuk barang atau
tp
jasa yang tujuannya tidak untuk diproses lebih lanjut (atau dikonsumsi habis), yang
ht
direalisasikan dalam bentuk pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga, atau produk
konsumsi akhir LNPRT, pengeluaran konsumsi akhir pemerintah, pembentukan modal
tetap bruto (PMTB), perubahan inventori, serta ekspor barang dan jasa.
Di sisi lain, dalam menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi permintaan
akhir domestik, tidak terlepas dari ketergantungan pada produk yang berasal dari negara
lain (impor). Berbagai barang dan jasa yang menjadi konsumsi akhir masyarakat di
dalamnya terkandung produk impor. Sehingga untuk mengukur besaran nilai tambah
domestik (PDB), komponen impor barang dan jasa harus dikeluarkan atau dikurangkan
2 Handbook of National Accounting. Accounting for Production: Sources and Methods (Series F no 30 United Nations)
dari hasil penghitungan konsumsi atau permintaan akhir. Tingginya permintaan yang
tidak selalu diimbangi oleh penyediaan domestik, menjadi peluang masuknya produk
impor. Data empiris menunjukan bahwa perdagangan produk impor terus berkembang
dari waktu ke waktu, baik secara kuantitas, nilai, maupun ragamnya.
Secara konsep, PDB lapangan usaha (Y) punya total nilai yang sama besar dengan
PDB penggunaan (E), namun di dalam kenyataan tidaklah demikian. Selain berbeda
dalam struktur atau komposisi, pendekatan pengukuran antara keduanya juga berbeda.
.id
Dalam penyajian-nya, perbedaan tersebut diletakkan pada sisi PDB penggunaan, yang
.g
o
ps
.b
metoda pendekatan, cakupan ukuran, serta sumber data yang digunakan. Adanya
perbedaan tersebut diharapkan tidak menjadi masalah bagi para pengguna data PDB.
://
w
bagaimana pendapatan (Y) yang tercipta melalui berbagai ragam proses produksi (atau
tp
lapangan usaha) menjadi sumber pendapatan masyarakat3, yang pada gilirannya akan
ht
digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akhir. Atau pada sisi yang berbeda,
PDB menurut penggunaan juga menjelaskan tentang penggunaan sebagian besar produk
domestik untuk keperluan konsumsi akhir, atau dengan istilah yang berbeda disebut
sebagai output akhir (final output). Hubungan antara sisi pendapatan dan sisi
pengeluaran untuk pembelian berbagai barang dan jasa, baik yang berasal dari produksi
domestik maupun impor (termasuk di ekspor) merupakan bentuk analisis sederhana atas
PDB, ditinjau dari dua pendekatan tersebut. Keharusan memiliki jumlah yang sama pada
3. - Yang dimaksud adalah rumah tangga, pemerintah, lembaga-lembaga nirlaba yang melayani rumah tangga serta sektor produksi
(produsen) di wilayah domestik
- Disebut sebagai pendekatan riil
- Siklus ekonomi secara umum yang menjelaskan tentang hubungan antara balas jasa faktor produksi (pendapatan) dengan
pengeluaran atas penggunaan berbagai produk barang dan jasa oleh faktor produksi tersebut
kedua model pendekatan PDB tersebut, secara simultan dapat ditunjukkan melalui
model atau persamaan Keynesian sbb :
Y = C + GFCF + Inventori + X M
C (Consumption)
= Konsumsi akhir
Inventori
= Perubahan Inventori
= Ekspor
= Impor
ps
.g
o
.id
Y (Income)
.b
diperoleh dari penghitungan PDB menurut lapangan usaha identik dengan PDB
://
w
kemudian GFCF serta Inventori menggambarkan investasi (fisik), maka selisih ekspor
tp
dikurangi impor mengekspresikan surplus atau defisit yang berasal dari perdagangan
ht
berbagai barang dan jasa dengan luar negeri. Melalui pendekatan ini dapat diketahui
perilaku masyarakat dalam menggunakan pendapatan, apakah hanya untuk tujuan
konsumsi akhir atau juga untuk investasi (khususnya fisik). Selain itu juga dapat
diketahui seberapa besar ketergantungan ekonomi domestik (wilayah) terhadap luar
negeri dalam bentuk perdagangan internasioanl (external transaction). Selisih antara
ekspor dengan impor disebut sebagai ekspor neto yang juga memberikan gambaran
tentang tabungan luar negeri.
Sama halnya dengan pendekatan lapangan usaha, PDB sisi permintaan atau
penggunaan akhir juga menurunkan agregat ekonomi makro seperti nilai nominal,
struktur, komposisi atau distribusi penggunaan akhir, pertumbuhan riil, serta indeks
harga implisit masing-masing komponen maupun keseluruhan PDB (E). Selain menurut
masing-masing komponen penggunaan, pada publikasi ini juga disajikan beberapa
agregat makro lain yang berkaitan erat dengan PDB, seperti Pendapatan Nasional
(National Income). Angka Pendapatan Nasional merupakan indikator yang digunakan
untuk mengukur tingkat kemakmuran masyarakat dalam suatu negara. Selain itu
disajikan juga data PDB per-kapita, untuk melihat ukuran pemerataan, baik rata-rata
.id
.g
o
ps
waktu ke waktu, disajikan pula data runtun waktu (time series) dalam bentuk angka
.b
melihat perubahan volume maupun harga antar dua titik waktu yang berurutan,
://
w
tp
perhitungan PDB atas dasar harga Berlaku (adh Berlaku) maupun atas dasar harga
ht
ht
tp
://
w
.b
ps
.g
o
.id
BAB II
TINJAUAN AGREGAT PDB INDONESIA MENURUT PENGELUARAN
TAHUN 20102014
Publikasi PDB Indonesia tahun 2010 2014 diwarnai dengan perubahan tahun
dasar dari semula tahun dasar 2000 menjadi tahun dasar 2010. Perubahan tahun dasar ini
menyebabkan adanya perubahan
PDB dan
komponen-
komponennya. Secara total, PDB atas dasar harga berlaku tahun 2014 mengalami
.id
peningkatan sebesar 4,44%, dari semula 10.094,9 triliun Rupiah dengan tahun dasar 2000
.g
o
menjadi 10.542,7 triliun Rupiah dengan tahun dasar 2010. Atas dasar harga konstan,
peningkatan terjadi lebih tinggi lagi, yaitu dari 2.909,2 triliun Rupiah (tahun dasar 2000)
ps
menjadi 8.568,1 triliun Rupiah (tahun dasar 2010) atau dengan kata lain terjadi
.b
tetap tumbuh di tengah pelemahan global yang terjadi. Secara tahunan, pertumbuhan
://
w
tahun 2011 sampai dengan 2014 tetap terjaga di atas lima persen yaitu secara berturutturut 6,17%, 6,03%, 5,58% dan 5,02%. Peningkatan ekonomi tersebut tergambar melalui
tp
pertumbuhan pada sektor produksi (supply side), maupun melalui pertumbuhan pada
ht
komponen permintaan akhir (demand side). Pada sisi produksi, pertumbuhan tertinggi
ada pada kategori Informasi dan Komunikasi yang setiap tahunnya selalu tumbuh di atas
10%, sedangkan karakteristik pertumbuhan pada sisi permintaan akhir tetap pada ciri
khasnya yaitu didominasi oleh pergerakan komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah
Tangga yang membentuk separuh lebih dari total PDB.
Uraian
2010
2011
2012
2013 *
2014 **
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
3.786.062,9
4.260.075,5
4.768.745,1
5.352.696,5
5.911.165,4
72.758,9
80.529,9
89.585,8
103.929,6
124.509,0
618.178,0
709.450,8
796.848,3
904.996,2
1.005.399,5
2.127.840,7
2.451.914,0
2.819.026,5
3.059.780,5
3.434.124,6
Konsumsi LNPRT
Konsumsi Pemerintah
PMTB
Perubahan Inventori
129.094,6
131.328,6
202.638,4
183.329,3
219.004,7
1.667.917,8
2.061.886,2
2.118.979,0
2.283.761,0
2.501.202,0
1.537.719,8
1.868.075,0
2.152.937,0
2.359.212,0
2.580.527,0
Total PDB
6.864.133,1
7.831.726,0
8.615.704,5
9.524.736,5
10.542.693,5
0,0
4.616,0
-27.181,5
-4.544,7
-72.184,7
** sangat sementara
ps
Keterangan : * sementara
.g
o
Diskrepansi Statistik4
.id
.b
Dalam kurun waktu tahun 2010-2014 nilai Produk Domestik Bruto Indonesia adh
6.864.133,1 miliar Rupiah (2010); 7.831.726,0 milyar Rupiah (2011); 8.615.704,5 miliar
://
w
Rupiah (2012); 9.524.736,5 miliar Rupiah (2013) dan 10.542.693,5 miliar Rupiah (2014).
tp
ht
perubahan volume. Peningkatan PDB dari sisi nilai tambah, tentu diikuti oleh
peningkatan pada sisi permintaan akhir atau pengeluaran PDB (demand side) yang akan
diuraikan lebih lanjut dalam publikasi ini.
255
6.000
250
245
4.000
3.000
Juta Orang
Triliun Rp
5.000
.id
240
.g
o
2.000
2011
Konsumsi LNPRT
2012
Perubahan Inventori
235
230
2013
Konsumsi Pemerintah
2014
PMTB
Penduduk
.b
2010
Konsumsi Rumah Tangga
ps
1.000
Selain dinilai atas dasar harga (adh) Berlaku, PDB menurut pengeluaran juga
://
w
dinilai adh Konstan 2010 atau atas dasar harga berbagai produk yang divaluasi dengan
tp
harga pada tahun 2010. Melalui pendekatan penghitungan itu, maka PDB untuk masing-
ht
masing tahun dapat memberikan gambaran tentang perubahan PDB secara volume atau
secara kuantitas saja (tanpa ada pengaruh perubahan harga). PDB komponen
pengeluaran atas dasar harga konstan menggambarkan perubahan atau pertumbuhan
ekonomi secara riil, utamanya berkaitan dengan peningkatan volume konsumsi akhir.
Selama kurun waktu 2010-2014, gambaran tentang nilai PDB adh Konstan dan
pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat dilihat dari tabel dan grafik berikut:
Tabel 2. Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut Komponen Pengeluaran Tahun 20102014
(Miliar Rp)
Uraian
2010
2011
2012
2013 *
2014 **
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
3.786.062,9
3.977.288,6
4.195.787,6
4.421.721,3
4.649.072,3
72.758,9
76.790,3
81.918,6
88.617,5
99.636,3
618.178,0
652.291,7
681.819,0
729.059,6
743.470,6
Konsumsi LNPRT
Konsumsi Pemerintah
PMTB
Perubahan Inventori
2.127.840,7
129.094,6
2.316.359,1
118.207,3
2.527.728,8
174.183,1
2.661.311,1
149.136,6
2.770.963,4
162.852,6
1.667.917,8
1.914.267,9
1.945.063,7
2.026.119,7
2.046.739,9
1.537.719,8
1.768.821,9
1.910.299,5
1.945.867,0
1.988.537,9
Total PDB
6.864.133,1
7.287.635,3
7.727.083,4
8.158.193,7
8.568.115,6
0,0
1.252,2
30.882,1
28.094,9
83.918,5
.g
o
Diskrepansi Statistik
.id
ps
5.000
6,38
6,17
4.000
2.000
6,03
6,00
5,58
5,02
tp
5,00
4,00
ht
Triliun Rp
3.500
2.500
7,00
://
w
4.500
3.000
.b
3,00
1.500
2,00
1.000
1,00
500
0
0,00
2010
10
2011
2012
2013
2014
Konsumsi LNPRT
Konsumsi Pemerintah
PMTB
Perubahan Inventori
y on y
Dari tabel 2. nilai PDB adh Konstan menunjukkan peningkatan yaitu masingmasing sebesar 6.864.133,1 miliar Rupiah (2010); 7.287.635,3 miliar Rupiah (2011);
7.727.083,4 miliar Rupiah (2012); 8.158.193,7 miliar Rupiah (2013) dan 8.568.115,6 miliar
Rupiah (2014). Sedangkan pada grafik 2. Terlihat selama 5 tahun terakhir pertumbuhan
ekonomi melambat dari 6,38 persen pada tahun 2010 menjadi 5,02 persen pada tahun
2014.
Grafik 3. Perbandingan Produk Domestik Bruto Indonesia adh Berlaku dan adh
.id
.g
o
12.000
ps
10.000
.b
6.000
Triliun Rp
8.000
://
w
tp
2.000
4.000
ht
2010
2011
2012
ADHB
2013
2014
ADHK
Dari grafik di atas, nampak bahwa umumnya nilai PDB adh Berlaku selalu lebih
tinggi dari nilai PDB adh Konstan. Perbedaan tersebut disebabkan karena ada pengaruh
perubahan harga yang cenderung selalu meningkat dalam perhitungan PDB adh Berlaku,
sedangkan dalam PDB adh Konstan pengaruh faktor harga telah ditiadakan. Sama halnya
dengan PDB adh Berlaku, sebagian besar komponen pengeluaran akhir PDB adh Konstan
menunjukkan peningkatan.
11
.g
o
.id
Pengeluaran untuk pembentukan kapital (PMTB) juga mempunyai peran relatif besar
berperan sekitar 23 s.d 27 persen. Di sisi lain, impor barang dan jasa sebagai komponen
ps
pengurang pada PDB masih mempunyai peran yang relatif besar, yaitu sekitar 22 s.d 25
.b
persen yang artinya sebagian kebutuhan domestik masih harus dipenuhi oleh produk
dari impor.
://
w
1
2
3
4
5
6
7
8
2010
2011
2012
2013 *
2014 **
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
55,16
1,06
9,01
31,00
1,88
24,30
22,40
100,00
54,40
1,03
9,06
31,31
1,68
26,33
23,85
100,00
55,35
1,04
9,25
32,72
2,35
24,59
24,99
100,00
56,20
1,09
9,50
32,12
1,92
23,98
24,77
100,00
56,07
1,18
9,54
32,57
2,08
23,72
24,48
100,00
0,00
0,06
-0,32
-0,05
-0,68
ht
(1)
tp
Uraian
Keterangan : * sementara
12
(Persen)
** sangat sementara
80%
60%
.id
40%
0%
2011
Konsumsi LNPRT
Ekspor Barang dan Jasa
2012
2013
Konsumsi Pemerintah
Impor Barang dan Jasa
2014
PMTB
.b
2010
Konsumsi Rumah Tangga
Perubahan Inventori
ps
.g
o
20%
Proporsi konsumsi akhir pemerintah berada pada rentang 9,01 9,54 persen. Hal
://
w
ini menunjukkan bahwa peran pemerintah dalam menyerap produk domestik tidak
terlalu besar. Di sisi lain, pada tahun 2010-2011 perdagangan internasional Indonesia
tp
yang direpresentasikan oleh transaksi ekspor dan impor barang dan jasa, menunjukkan
ht
bahwa nilai ekspor barang dan jasa cenderung lebih tinggi dari nilai impor barang dan
jasa. Kecenderungan perdagangan internasional Indonesia dalam periode tersebut selalu
menunjukkan posisi surplus atau menguntungkan. Sedangkan pada tahun 2012-2014
perdagangan internasional Indonesia menunjukkan nilai ekspor barang dan jasa lebih
rendah dari nilai impor barang dan jasa yang menunjukkan dalam kondisi defisit atau
merugi.
13
2011
2012
2013 *
2014 **
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
4,26
5,05
5,49
5,38
5,14
Konsumsi LNPRT
-3,70
5,54
6,68
8,18
12,43
Konsumsi Pemerintah
3,99
5,52
4,53
6,93
1,98
PMTB
6,69
8,86
9,13
5,28
4,12
15,28
14,77
1,61
4,17
1,02
16,58
15,03
8,00
1,86
2,19
Total PDB
6,38
6,17
.id
Uraian
6,03
5,02
** sangat sementara
.g
o
Keterangan : * sementara
5,58
ps
Agregat makro lain yang dapat diturunkan dari data PDB adalah pertumbuhan
.b
riil PDB atau lebih dikenal dengan pertumbuhan ekonomi (economic growth), yang
Indonesia mengalami perlambatan dari tahun 2010 s.d 2014 masing-masing sebesar 6,38
://
w
persen (2010); 6,17 persen (2011); 6,03 persen (2012); 5,58 persen (2013) dan 5,02 persen
tp
(2014).
20
ht
(persen)
15
10
0
2010
2011
2012
2013
2014
-5
14
Konsumsi LNPRT
Konsumsi Pemerintah
PMTB
Uraian
2010
2012
2014 **
(3)
(5)
(6)
100,00
107,11
113,66
121,05
127,15
Konsumsi LNPRT
100,00
104,87
109,36
117,28
124,96
Konsumsi Pemerintah
100,00
108,76
116,87
124,13
135,23
PMTB
100,00
105,85
111,52
114,97
123,93
100,00
107,71
108,94
112,72
122,20
100,00
105,61
112,70
121,24
129,77
107,47
111,50
116,75
123,05
ps
w
100,00
** sangat sementara
ht
tp
://
w
Keterangan : * sementara
.g
o
(2)
Total PDB
(4)
2013 *
.b
(1)
2011
.id
(Persen)
5 Indeks perkembangan
15
ht
tp
://
w
.b
ps
.g
o
.id
16
BAB III
PERKEMBANGAN MASING-MASING KOMPONEN PDB
MENURUT PENGELUARAN TAHUN 2010 - 2014
Perubahan struktur ekonomi Indonesia akibat proses pembangunan ekonomi
yang terjadi pada periode 2010 s.d 2014, tidak terlepas dari perkembangan maupun
perubahan perilaku masing-masing komponen pengguna akhir. Setiap komponen
mempunyai perilaku yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Data empiris menunjukan
.id
bahwa sebagian besar produk atau barang dan jasa yang tersedia di wilayah domestik
.g
o
Indonesia digunakan untuk memenuhi permintaan konsumsi akhir oleh rumah tangga,
konsumsi LNPRT dan konsumsi pemerintah, kemudian sebagian lagi digunakan untuk
ps
investasi fisik (dalam bentuk PMTB dan perubahan inventori). Perilaku masing-masing
://
w
3.1.
.b
tp
akhir berbagai barang dan jasa, baik yang berasal dari domestik maupun impor. Data
ht
berikut menunjukan bahwa dari seluruh nilai tambah (PDB) yang diciptakan, ternyata
sebagian besar masih digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akhir rumah
tangga, dengan kata lain bahwa sebagian besar dari produk domestik yang dihasilkan di
Indonesia dan produk impor yang didatangkan dari luar negeri akan digunakan untuk
memenuhi konsumsi akhir rumah tangga.
Fungsi rumah tangga yang utama adalah sebagai konsumen akhir (final consumer)
dari barang dan jasa yang tersedia, termasuk pengeluaran konsumsi oleh rumah tangga
khusus (seperti penjara, asrama dan lain-lain). Selanjutnya, pengeluaran konsumsi rumah
tangga dikelompokkan berdasarkan 12 (dua belas) kelompok COICOP (Classification of
Individual Consumption by Purpose) yang pada publikasi ini disajikan menjadi 7 kelompok
yaitu kelompok makanan dan minuman selain restoran; pakaian, alas kaki dan jasa
perawatannya; perumahan dan perlengkapan rumah tangga; kesehatan dan pendidikan;
transportasi dan komunikasi; restoran dan hotel; serta lainnya.
Data berikut, menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 2010 2014 konsumsi
akhir rumah tangga mengalami peningkatan signifikan baik dalam nominal (adh
Berlaku) maupun riil (adh Konstan), sejalan dengan kenaikan jumlah penduduk maupun
.id
jumlah rumah tangga. Kenaikan jumlah penduduk mendorong terjadinya kenaikan nilai
.g
o
konsumsi rumah tangga, yang pada gilirannya akan mendorong laju pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan.
ps
.b
Tahun 20102014
2010
2011
2012
2013 *
2014 **
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Uraian
4.260.075,5
4.768.745,1
5.352.696,5
5.911.165,4
3.786.062,9
3.977.288,6
4.195.787,6
4.421.721,3
4.649.072,3
55,16
54,40
55,35
56,20
56,07
62.612,2
69.400,9
76.595,4
84.796,6
92.393,0
62.612,2
64.794,0
67.392,6
70.048,2
72.666,2
a. ADHB
15.873,2
17.604,3
19.430,6
21.512,5
23.441,7
b. ADHK 2010
15.873,2
16.435,7
17.096,0
17.770,9
18.436,6
4,26
5,05
5,49
5,38
5,14
2,70
3,48
4,01
3,94
3,74
a. ADHB
ht
tp
://
w
3.786.062,9
b. ADHK 2010
Pertumbuhan6
a. Total konsumsi RT
b. Per-RT
c. Perkapita
Jumlah RT (unit)
Jumlah penduduk (000 org)
Keterangan : * sementara
2,70
3,54
4,02
3,95
3,75
60.468.453
61.383.620
62.258.871
63.123.963
63.978.502
238.519
241.991
245.425
248.818
252.165
** sangat sementara
18
Porsi pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap PDB pada periode tahun
2010 s.d 2014 cukup fluktuatif, mulai dari 55,16 persen (2010); 54,40 persen (2011); 55,35
persen (2012); 56,20 persen (2013) dan 56,07 persen (2014). Titik tertinggi terjadi pada
tahun 2013 yaitu 56,20 persen dan titik terendah pada tahun 2011 yaitu 54,40 persen.
Masa pemulihan ekonomi telah mendorong rumah tangga untuk memperbaiki
serta mengembalikan perilaku dan kebiasaan konsumsinya setelah sekian lama
mengalami masa-masa krisis. Melimpahnya penawaran dan persediaan berbagai jenis
.id
barang dan jasa di pasar domestik (termasuk yang berasal dari impor) turut menjadi
.g
o
ps
ke tahun, baik menurut adh Berlaku maupun adh Konstan 2010. Pada tahun 2010, secara
.b
umum setiap rumah tangga di Indonesia menghabiskan dana sekitar 62.612,2 ribu rupiah
setahun untuk membiayai konsumsi makanan dan minuman, selain restoran; pakaian,
://
w
alas kaki dan jasa perawatannya; perumahan dan perlengkapan rumah tangga; kesehatan
dan pendidikan; transportasi dan komunikasi; restoran dan hotel serta lainnya.
tp
ht
rupiah (2012); 84.796,6 ribu rupiah (2013) dan 92.393,0 ribu rupiah (2014). Sementara itu,
pada perkiraan adh Konstan (2010) rata-rata konsumsi rumah tangga per rumah tangga
tumbuh pada kisaran 3 persen dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2012
yaitu 4,01 persen.
Di sisi lain, rata-rata konsumsi per-kapita juga menunjukan kecenderungan yang
searah dengan kenaikan jumlah penduduk, dan selalu diikuti pula oleh kenaikan nilai
konsumsinya. Pertumbuhan rata-rata konsumsi per-kapita menunjukan peningkatan,
baik adh Berlaku maupun adh Konstan 2010. Kondisi ini menunjukan bahwa rata-rata
konsumsi setiap penduduk di Indonesia meningkat, baik secara kuantitas (volume)
19
.id
Namun pada tahun berikutnya melambat menjadi 3,95 persen (2013) dan 3,75 persen
.g
o
(2014). Nampak bahwa peningkatan keseluruhan konsumsi rumah tangga secara riil
ps
lebih tinggi dari peningkatan jumlah penduduk yang umumnya berada di bawah 1,50
.b
ht
tp
://
w
meskipun tidak dapat dijelaskan lebih jauh melalui perangkat data PDB ini.
20
2011
2012
2013 *
2014 **
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1.457.599,4
1.638.643,5
1.854.628,9
2.073.904,4
2.251.882,3
38,50
38,47
38,89
38,75
38,10
154.222,2
175.860,1
187.041,1
206.150,3
220.456,4
(1)
Struktur Konsumsi Akhir Rumah Tangga7
a. Makanan dan Minuman, Selain Restoran (Miliar Rp)
(%)
b. Pakaian, Alas Kaki dan Jasa Perawatannya (Miliar Rp)
4,07
4,13
3,92
3,85
3,73
516.319,8
569.628,5
637.059,9
726.351,1
806.922,1
(%)
c.
13,64
13,37
13,36
13,57
13,65
255.276,9
290.849,9
327.738,0
360.911,5
397.819,6
6,74
6,83
6,87
6,74
6,73
894.897,7
993.368,7
1.085.926,2
1.225.580,5
1.375.790,0
23,64
23,32
22,77
22,90
23,27
385.156,1
443.099,7
500.341,2
570.227,0
(%)
d. Kesehatan dan Pendidikan (Miliar Rp)
(%)
e.
f.
337.157,9
(%)
8,91
170.589,1
9,04
9,29
9,35
9,65
206.568,8
233.251,3
259.457,4
288.068,0
.g
o
.id
Uraian
(%)
4,51
4,85
4,89
4,85
4,87
3.786.062,9
4.260.075,5
4.768.745,1
5.352.696,5
5.911.165,4
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
3.786.062,9
100,00
4.260.075,5
112,42
4.768.745,1
127,24
5.352.696,5
142,28
5.911.165,4
154,49
100,00
114,03
121,28
133,67
142,95
100,00
110,32
123,38
140,68
156,28
100,00
113,94
128,39
141,38
155,84
100,00
111,00
121,35
136,95
153,74
100,00
114,24
131,42
148,40
169,13
100,00
121,09
136,73
152,09
168,87
100,00
112,52
125,96
141,38
156,13
3,85
2,19
3,77
4,06
4,25
4,77
5,27
6,48
5,56
4,89
c.
4,79
5,20
5,87
5,85
4,87
4,69
5,31
5,83
5,70
6,04
e.
4,07
6,57
6,76
6,82
5,65
f.
4,13
5,55
7,17
5,71
7,21
6,32
19,49
7,07
5,74
5,09
4,26
5,05
5,49
5,38
5,14
9,68
10,01
9,07
7,46
4,16
8,18
8,32
-0,12
4,42
1,95
c.
1,20
4,87
5,64
7,72
5,93
11,59
8,19
6,47
4,18
3,95
e.
11,94
4,16
2,40
5,65
6,25
f.
5,58
8,23
7,35
6,82
6,30
-4,26
1,34
5,46
5,20
5,65
7,96
7,11
6,11
6,51
5,03
ps
(%)
c.
g. Lainnya
Total Konsumsi
tp
://
w
f.
.b
ht
g. Lainnya
Total Konsumsi
Pertumbuhan implisit (indeks harga)9
g. Lainnya
Total Konsumsi
Keterangan : * sementara
** sangat sementara
21
Secara rata-rata dari tahun 2010 s.d 2014, nampak pada struktur konsumsi akhir
rumah tangga Indonesia, bahwa konsumsi makanan dan minuman selain restoran lebih
tinggi dibandingkan konsumsi rumah tangga lainnya. Proporsi untuk makanan dan
minuman selain restoran pada masing-masing tahun mencapai 38,50 persen (2010); 38,47
persen (2011); 38,89 persen (2012); 38,75 persen (2013) dan 38,10 persen (2014).
Struktur konsumsi rumah tangga yang memiliki proporsi tertinggi setelah
kelompok makanan dan minuman selain restoran adalah kelompok transportasi dan
.id
.g
o
terhadap total konsumsi akhir rumah tangga pada tiap tahunnya adalah sebesar 23,64
persen (2010); 23,32 persen (2011); 22,77 persen (2012); 22,90 persen (2013) dan 23,27
ps
persen (2014). Kelompok perumahan dan perlengkapan rumah tangga juga memiliki
.b
kontribusi yang cukup tinggi yaitu pada kisaran 13 persen, sedangkan kelompok
pakaian, alas kaki dan jasa perawatannya, kelompok kesehatan dan pendidikan,
://
w
kelompok restoran dan hotel serta kelompok lainnya memiliki proporsi yang relatif kecil
terhadap total konsumsi rumah tangga.
tp
Dilihat dari pertumbuhan riil nya, pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk
ht
pada tahun 2010 yaitu sebesar 7,96 persen, dimana harga kelompok kesehatan dan
pendidikan dan kelompok transportasi dan komunikasi meningkat lebih tinggi dari
kelompok yang lainnya. Pada tahun-tahun berikutnya peningkatan harga relatif
berfluktuasi pada masing-masing kelompok.
3.2. Konsumsi LNPRT (Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga)
Pengeluaran Konsumsi Akhir Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga
.id
merupakan komponen baru pada series tahun dasar 2010. Pada publikasi sebelumnya
.g
o
konsumsi akhir LNPRT masuk dalam komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga.
Lembaga Non Profit yang melayani Rumahtangga (LNPRT) adalah salah satu
ps
unit institusi yang melakukan kegiatan produksi, konsumsi dan akumulasi aset.
.b
Keberadaannya diakui oleh hukum atau masyarakat, terpisah dari orang atau entitas lain
://
w
mitra dalam mengatasi berbagai masalah sosial seperti kemiskinan dan lingkungan
hidup.
ht
tp
Uraian
2010
2011
2012
2013 *
2014 **
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
72.758,9
80.529,9
89.585,8
103.929,6
124.509,0
72.758,9
76.790,3
81.918,6
88.617,5
99.636,3
1,06
1,03
1,04
1,09
1,18
(3,70)
5,54
6,68
8,18
12,43
Pertumbuhan
Total Konsumsi Akhir LNPRT
Keterangan : * sementara
** sangat sementara
23
Total pengeluaran konsumsi LNPRT dalam kurun waktu tahun 2010-2014 terus
mengalami peningkatan baik adh Berlaku maupun adh Konstan. Pada tahun 2010
konsumsi LNPRT sebesar 72.758,9 miliar rupiah, kemudian meningkat pada tahuntahun berikutnya yaitu 80.529,9 miliar rupiah (2011), 89.585,8 miliar rupiah (2012),
103.929,6 miliar rupiah (2013) dan 124.509,0 miliar rupiah (2014). Pertumbuhan
pengeluaran konsumsi LNPRT adh konstan tahun dasar 2010 juga meningkat cukup
signifikan yaitu tumbuh minus 3,70 persen pada tahun 2010 menjadi 12,43 persen pada
.id
tahun 2014. Sedangkan pada tahun 2011 2013 tumbuh masing-masing sebesar 5,54
.g
o
.b
ps
privat,
dimana
ciri-ciri
barang
privat
adalah
a)
Scarcity,
yaitu
ada
://
w
jasa
dan Pengeluaran Konsumsi Kolektif. Barang dan jasa individu merupakan barang dan
tp
barang dapat dibatasi hanya pada mereka yang memenuhi persyaratan tertentu
ht
(biasanya harga). c) Rivalrous competition, yaitu konsumsi oleh satu konsumen akan
mengurangi atau menghilangkan kesempatan pihak lain untuk melakukan hal serupa.
Contoh barang dan jasa yang dihasilkan pemerintah dan tergolong sebagai barang dan
jasa individu adalah jasa pelayanan kesehatan pemerintah di rumah sakit/puskesmas
dan jasa pendidikan di sekolah/universitas negeri.
Sedangkan barang dan jasa kolektif ekuivalen dengan barang publik yang
memiliki ciri a) Non rivalry, yaitu pengeluaran satu konsumen terhadap suatu barang
tidak mengurangi kesempatan konsumen lain untuk juga mengkonsumsi barang
24
tersebut. b) Non excludable, yaitu apabila suatu barang publik tersedia, maka tidak ada
yang dapat menghalangi siapapun untuk memperoleh manfaat dari barang tersebut atau
dengan kata lain setiap orang memiliki akses ke barang tersebut. Contoh barang dan jasa
yang dihasilkan pemerintah dan tergolong sebagai barang dan jasa kolektif adalah jasa
pertahanan yang dilakukan TNI dan keamanan yang dilakukan kepolisian.
Tabel 9. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah
2010
2011
(1)
(2)
(3)
618.178,0
618.178,0
b. ADHK 2010
://
w
a. ADHB
(4)
(5)
(6)
904.996,2
1.005.399,5
652.291,7
681.819,0
729.059,6
743.470,6
9,01
9,06
9,25
9,50
9,54
2.591,7
2.931,7
3.246,8
3.637,2
3.987,1
2.591,7
2.695,5
2.778,1
2.930,1
2.948,3
134.442,1
155.213,1
178.346,3
207.434,5
225.663,6
134.442,1
142.707,9
152.601,1
167.108,0
166.873,2
2014 **
796.848,3
ps
( % - ADHB)
2013 *
709.450,8
.b
2012
.g
o
Uraian
.id
tp
a. ADHB
3,99
5,52
4,53
6,93
1,98
b.
Konsumsi perkapita
0,91
4,00
3,06
5,47
0,62
c.
Konsumsi per-pegawai
2,32
6,15
6,93
9,51
-0,14
4.598.100
4.570.818
4.467.982
4.362.805
4.455.303
238.519
241.991
245.425
248.818
252.165
ht
a.
Jumlah Pegawai
Pemerintah11
** sangat sementara
10 Diturunkan dari perhitungan PDB (atas dasar harga konstan / ADHK 2010)
11 Tidak termasuk polisi dan militer
25
tahun-tahun berikutnya sebesar 709.450,8 miliar rupiah (2011), 796.848,3 miliar rupiah
(2012), 904.996,2 miliar rupiah (2013) dan 1.005.399,5 miliar rupiah (2014). Demikian
halnya dengan konsumsi pemerintah adh Konstan 2010, yang juga mengalami
peningkatan pada masing-masing tahun. Hal ini mengindikasikan, bahwa secara riil
telah terjadi kenaikan pengeluaran pemerintah dari sisi kuantitas.
Menarik untuk dicermati lebih lanjut bahwa proporsi pengeluaran akhir
pemerintah terhadap PDB juga mengalami peningkatan, dari yang hanya 9,01 persen
.id
(tahun 2010) hingga mencapai 9,54 persen (tahun 2014). Sepanjang periode tersebut,
.g
o
proporsi terendah terjadi pada tahun 2010 sebesar 9,01 persen; sedangkan proporsi
tertinggi pada tahun 2014. Peningkatan tersebut cenderung didominasi oleh pengeluaran
untuk
konsumsi
kolektif,
dengan
ps
pemerintah
demikian
dapat
.b
isimpulkan bahwa peningkatan konsumsi akhir pemerintah juga menjadi salah unsur
://
w
Salah satu fungsi pemerintah adalah memberikan jasa layanan pada publik atau
masyarakat dalam bentuk jasa kolektif maupun individual. Dalam praktek, pengeluaran
tp
pemerintah ini selalu dikaitkan dengan luasnya cakupan layanan yang diberikan pada
ht
.id
pemerintah per kapita yaitu 3,06 persen (2012); 5,47 persen (2013) dan 0,62 persen (2014).
.g
o
ps
.b
155.213,1 ribu rupiah (2011); 178.346,3 ribu rupiah (2012); 207.434,5 ribu rupiah (2013) dan
225.663,6 ribu rupiah (2014). Pada tingkat harga konstan 2010 indikator pemerataan
://
w
menurut pegawai ini juga menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Persentase
kenaikan yang sangat signifikan terjadi pada tahun 2012 dan 2013, masing-masing
tp
ht
(baik adh Berlaku maupun adh Konstan 2010), diikuti juga jumlah pegawai pemerintah
yang mengalami peningkatan. Pada periode tahun 2010 s.d 2014 jumlah pegawai
pemerintah terus mengalami peningkatan dengan posisi pada masing-masing tahun
sebesar 4.598.100 orang (2010) dan 4.570.818 0rang (2011). Namun pada tahun 2012 dan
2013 jumlah pegawai mengalami penurunan yaitu 4.467.982 orang (2012) dan 4.362.805
orang (2013). Sedangkan tahun 2014 jumlah pegawai mengalami peningkatan menjadi
4.455.303 orang (2014).
27
.id
pergawai pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2013 dan 2014 yaitu 6,93 persen dan
.g
o
9,51 persen.
ps
2012
2013 *
2014 **
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(belanja)
://
w
(%)
2011
(1)
Struktur
Konsumsi
Akhir
Pemerintah12
a. Konsumsi Kolektif (Miliar Rp)
2010
.b
Uraian
381.063,5
444.288,6
492.963,2
565.755,3
630.237,4
61,64
62,62
61,86
62,51
62,69
237.114,5
265.162,2
303.885,0
339.240,9
375.162,1
38,36
37,38
38,14
37,49
37,31
618.178,0
709.450,8
796.848,3
904.996,2
1.005.399,5
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
a. Konsumsi Kolektif
100,00
116,59
129,37
148,47
165,39
b. Konsumsi Individu
100,00
111,83
128,16
143,07
158,22
Total Konsumsi
100,00
114,76
128,90
146,40
162,64
a. Konsumsi Kolektif
2,81
7,06
3,16
8,40
2,01
b. Konsumsi Individu
5,96
3,03
6,80
4,55
1,92
Total Konsumsi
3,99
5,52
4,53
6,93
1,98
a. Konsumsi Kolektif
5,38
8,90
7,55
5,87
9,20
b. Konsumsi Individu
5,28
8,54
7,30
6,77
8,51
Total Konsumsi
5,34
8,76
7,45
6,21
8,94
tp
ht
Perkembangan
(ADHB)13 (%)
Keterangan : * sementara
** sangat sementara
28
.id
konsumsi akhir pemerintah. Pada tahun 2010 proporsinya mencapai 61,64 persen dan
.g
o
pada tahun 2011 meningkat menjadi 62,62 persen. Pada tahun 2012 menjadi 61,86 persen
dan meningkat di tahun 2013 menjadi 62,51 persen dan 62,69 persen pada tahun 2014.
ps
.b
rupiah pada tahun 2010 meningkat menjadi sebesar 265.162,2 miliar rupiah tahun 2011,
303.885,0 miliar rupiah tahun 2012, 339.240,9 miliar rupiah pada tahun 2013 dan 375.162,1
://
w
miliar rupiah pada tahun 2014. Secara umum proporsi belanja konsumsi individu
cenderung menurun, pada tahun 2010 proporsi belanja barang mencapai 38,36 persen,
tp
kemudian menurun pada tahun 2011 sebesar 37,38 persen. Pada tahun 2012 proporsi
ht
belanja konsumsi individu meningkat kembali menjadi 38,14 persen namun menurun
pada tahun berikutnya yaitu 37,49 persen pada tahun 2013 dan 37,31 persen pada tahun
2014.
Hal lain yang patut dicermati adalah rasio, yaitu perbandingan antara jumlah
pegawai pemerintah dengan jumlah penduduk. Data di atas menunjukkan bahwa jumlah
pegawai pemerintah mengalami peningkatan secara gradual dari yang sebesar 4.598.100
ribu orang (2010) menjadi 4.455.303 ribu orang (2014). Begitu juga jumlah penduduk
meningkat dari sejumlah 238.519 ribu orang pada tahun 2010 menjadi 252.165 ribu orang
pada tahun 2014. Rasio antara penduduk dengan pegawai pemerintah dalam kurun
29
waktu tersebut cenderung meningkat dengan masing-masing adalah 51,87 (2010); 52,94
(2011); 54,93 (2012); 57,03 (2013) dan 56,60 (2014). Artinya jika pada tahun 2010 setiap satu
pegawai pemerintah melayani sekitar 52 penduduk maka pada tahun 2011 menjadi
sekitar 53 penduduk. Dan begitu pula pada tahun berikutnya satu pegawai pemerintah
melayani sekitar 55 penduduk pada tahun 2012, 57 penduduk pada tahun 2013 dan juga
57 penduduk pada tahun 2014.
.id
3.4.
.g
o
Komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada sajian PDB menurut
ps
pengeluaran, lebih menjelaskan tentang bagian dari pendapatan (income) yang direalisasi
menjadi investasi (fisik). Atau pada sisi yang berbeda dapat pula diartikan sebagai
.b
gambaran dari berbagai produk barang dan jasa yang digunakan sebagai investasi fisik
(kapital)15. Fungsi kapital adalah sebagai input tidak langsung (indirect input) di dalam
://
w
proses produksi pada berbagai lapangan usaha. Kapital ini dapat berasal dari produksi
tp
ht
Pengelompokan PMTB pada PDB tahun dasar 2010 dibagi menjadi 6 (enam)
kelompok yaitu: Bangunan, Mesin dan Perlengkapan, Kendaraan, Peralatan lainnya,
Cultivated Biological Resources (CBR) dan Produk Kekayaan Intelektual. Data di bawah
ini menjelaskan bahwa, secara keseluruhan pertumbuhan PMTB dalam kurun waktu
2010 - 2014 melambat dari 6,69 persen (2010) menjadi 4,12 persen (2014). Pertumbuhan
PMTB pada masing-masing komponen sangat bervariasi antar tahunnya. Bangunan, baik
dalam bentuk bangunan tempat tinggal (residential building) maupun bangunan bukan
tempat tinggal (non-residential building) merupakan komponen dengan proporsi terbesar
dalam pembentukan modal tetap yaitu mencapai di atas 70 persen dari total PMTB.
15 Selain bagian lain yang menjadi konsumsi antara, konsumsi akhir, ataupun diekspor
30
.id
pada tahun 2011. Pada tahun 2012 barang modal mesin dan perlengkapan mengalami
.g
o
perlambatan hingga mencapai 12,16 persen dan 0,37 persen pada tahun 2013. Bahkan
kendaraan
mempunyai
.b
Barang
ps
pada tahun 2014 pertumbuhan barang modal mesin dan perlengkapan melambat cukup
proporsi
yang
relatif
stabil,
proporsi setiap tahunnya yaitu 5,78 persen (2010); 5,98 persen (2011); 6,35 persen (2012);
://
w
5,64 persen (2013) dan 4,53 persen (2014. Sementara barang modal peralatan lain dalam
kurun waktu tahun 2008-2013 memiliki kontribusi cukup kecil kurang dari 2 persen
tp
setiap tahunnya, masing-masing sebesar 1,45 persen (2010); 1,45 persen (2011); 1,37
ht
persen (2012); 1,31 persen (2013) dan 1,29 persen (2014). Perubahan yang terjadi pada
proporsi tersebut tidak lepas dari pengaruh pertumbuhan yang terjadi pada masingmasing kelompok barang modal. Pertumbuhan riil barang modal kendaraan sebesar
minus 5,83 persen pada tahun 2010 mengalami peningkatan cukup signifikan yaitu
menjadi 16,18 persen (2011) dan 19,75 persen (2012). Namun pada tahun 2013 dan 2014
pertumbuhan barang modal kendaraan kembali mengalami perlambatan hingga
mencapai minus 5,64 persen dan minus 8,66 persen. Sedangkan pertumbuhan barang
modal peralatan lainnya mengalami pertumbuhan positif, terlihat pada tahun 2010
tumbuh sebesar 13,21 persen dan pada tahun 2011 sebesar 11,66 persen. Namun di tahun31
.id
tahun 2013 dan 5,96 persen pada tahun 2014. Sedangkan Produk Kekayaan Intelektual
.g
o
memiliki konstribusi yang lebih kecil dibandingkan kontribusi CBR terhadap total PMTB,
masing-masing sebesar 2,23 persen (2010); 2,12 persen (2011); 2,10 persen (2012); 2,42
ps
persen (2013) dan 3,20 persen (2014). Sementara jika dilihat pertumbuhannya, CBR
.b
menunjukkan pola yang sangat variatif antar tahunnya. Sempat tumbuh minus 6,10
persen pada tahun 2010, namun membaik pada tahun 2011 yaitu tumbuh sebesar 11,10
://
w
persen. Sedangkan pada tahun 2012-2014 CBR tumbuh sebesar 5,13 persen, 7,29 persen
dan 3,35 persen. Produk kekayaan intelektual tumbuh cukup tinggi yaitu 9,42 persen
tp
pada tahun 2010 dan meningkat tajam di tahun 2014 yaitu 39,22 persen dibandingkan
ht
32
Tabel 11. Perkembangan dan Struktur Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
Indonesia Tahun 20102014
2010
2011
2012
2013 *
2014 **
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
2.127.840,7
2.127.840,7
2.451.914,0
2.316.359,1
2.819.026,5
2.527.728,8
3.059.780,5
2.661.311,1
3.434.124,6
2.770.963,4
31,00
31,31
32,72
32,12
32,57
1.580.435,0
74,27
220.377,7
10,36
123.094,8
5,78
30.761,1
1,45
125.663,4
5,91
47.508,6
2,23
2.127.840,7
100,00
1.791.932,4
73,08
280.002,3
11,42
146.579,8
5,98
35.531,1
1,45
145.934,1
5,95
51.934,2
2,12
2.451.914,0
100,00
4
2.053.896,4
72,86
329.147,2
11,68
179.038,9
6,35
38.480,5
1,37
159.227,3
5,65
59.236,1
2,10
2.819.026,5
100,00
2.242.779,8
73,30
343.132,0
11,21
172.446,3
5,64
40.084,0
1,31
187.189,1
6,12
74.149,2
2,42
3.059.780,5
100,00
1,4
2.569.122,4
74,81
350.426,1
10,20
155.588,3
4,53
44.349,2
1,29
204.747,1
5,96
109.891,5
3,20
3.434.124,6
100,00
6,01
24,07
16,18
11,66
11,10
6,48
8,86
8,13
12,16
19,75
4,54
5,13
9,88
9,13
6,74
0,37
(5,64)
0,32
7,29
16,54
5,28
5,51
(4,61)
(8,66)
1,69
3,35
39,22
4,12
.g
o
ps
8,03
12,29
(5,83)
13,21
(6,10)
9,42
6,69
** sangat sementara
3.5.
ht
tp
Keterangan : * sementara
://
w
Pertumbuhan17 (%)
a. Bangunan
b. Mesin dan Perlengkapan
c. Kendaraan
d. Peralatan Lainnya
e. CBR
f. Produk Kekayaan Intelektual
Total PMTB
.b
Total PMTB
a. ADHB (Miliar Rp)
b. ADHK 2010 (Miliar Rp)
Proporsi terhadap PDB
(% - ADHB)
Struktur PMTB 16
a. Bangunan (miliar Rp)
(%)
b. Mesin dan Perlengkapan (miliar Rp)
(%)
c. Kendaraan (miliar Rp)
(%)
d. Peralatan Lainnya (miliar Rp)
(%)
e. CBR (miliar Rp)
(%)
f. Produk Kekayaan Intelektual (miliar Rp)
(%)
Total PMTB (Miliar Rp)
(%)
.id
Uraian
Perubahan Inventori
Secara konsep, yang dimaksud dengan perubahan inventori adalah perubahan
dalam bentuk persediaan berbagai barang yang belum digunakan lebih lanjut dalam
proses produksi, konsumsi ataupun investasi (kapital). Khusus di sektor perdagangan,
inventori bisa berupa persediaan barang dagangan. Perubahan yang dimaksud, bisa
dalam bentuk penambahan (bertanda positif) atau pengurangan (bertanda negatif).
Barang persediaan, bisa berupa produk jadi, produk setengah jadi, bahan baku, bahan
33
penolong maupun barang strategis pemerintah, yang belum terserap oleh pasar. Barang
inventori di antaranya meliputi karet kering, biji sawit, coklat, kopi, teh, kulit kina,
tembakau, rami, minyak mentah, kondensat, gas alam, elpiji, batu bara (andesit dan
antrasit), aspal, bauksit, granit, emas dan sebagainya.
Dari sisi penghitungan, maka komponen Perubahan Inventori merupakan satusatunya komponen yang hasilnya dapat memiliki 2 (dua) angka, positif atau negatif.
Apabila perubahan inventori bertanda positif berarti terjadi penambahan persediaan
.id
.g
o
ps
inventori dihitung berdasarkan pengukuran terhadap nilai persediaan barang pada awal
.b
dan akhir tahun dari dua posisi nilai persediaan (konsep stok).
://
w
Tahun 20102014
Uraian
ht
b.
tp
(1)
Total Nilai Inventori
a. ADHB (Miliar Rp)
2010
2011
2012
2013 *
2014 **
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
129.094,6
131.328,6
202.638,4
183.329,3
219.004,7
129.094,6
118.207,3
174.183,1
149.136,6
162.852,6
1,88
1,68
2,35
1,92
2,08
Struktur Inventori 18
Total inventori (%)
- Hasil Perkebunan
- Hasil Pertambangan
- Hasil Industri
2,25
1,91
70,06
1,55
10,63
71,57
1,88
2,57
95,16
1,49
4,36
143,09
8,20
27,37
44,14
- Lainnya
25,78
16,24
0,39
-48,94
20,29
Keterangan : * sementara
** sangat sementara
Berbeda dengan komponen pengeluaran lain yang dapat dianalisis agak rinci,
perubahan inventori baru dapat dianalisis dari sisi proporsinya saja. Perbedaan dalam
34
pendekatan dan tata cara estimasi menyebabkan komponen inventori tidak banyak dikaji
lebih jauh sebagaimana dilakukan pada pada komponen pengeluaran lainnya. Hal pokok
yang dapat dilihat dari komponen ini adalah proporsi dalam PDB yang mempunyai
besaran atau nilai yang berfluktuasi baik dalam level maupun tandanya (positif atau
negatif).
Pada Tahun 2010 perubahan inventori atas dasar harga berlaku sebesar 129.094,6
miliar rupiah, yang kemudian meningkat pada tahun 2011 dan 2012 sebesar 131.328,6
.id
miliar rupiah dan 202.638,4 miliar rupiah. Pada tahun 2013 perubahan inventori sempat
.g
o
mengalami penurunan mencapai 183.329,3 miliar rupiah, namun pada tahun 2014
meningkat kembali mencapai 219.004,7 miliar rupiah. Dilihat dari struktur perubahan
ps
inventori, hasil industri memiliki proporsi terbesar di setiap tahunya yaitu 70,06 persen
.b
(2010); 71,57 persen (2011); 95,16 persen (2012); 143,09 persen (2013) dan 44,14 persen
3.5.
://
w
(2014).
tp
ht
produk barang dan jasa yang tidak dikonsumsi di wilayah ekonomi domestik, karena
dikonsumsi oleh pihak luar negeri, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ekspor
mencakup pembelian barang dan jasa oleh penduduk negara lain/luar negeri (non
residen) atas produk ekonomi domestik, yang secara umum mencakup perdagangan
barang, angkutan dan komunikasi, serta asuransi. Termasuk pula dalam ekspor
pembelian oleh badan-badan internasional, kedutaan besar (termasuk konsulat), awak
kapal (udara maupun laut) yang singgah dan sebagainya.
35
2010
2011
2012
2013 *
2014 **
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
2.118.979,0
2.283.761,0
2.501.202,0
1.914.267,9
1.945.063,7
2.026.119,7
2.046.739,9
24,30
26,33
24,59
23,98
23,72
1.266.970,7
1.528.931,6
1.572.451,0
1.703.498,0
1.869.525,0
75,96
74,15
74,21
74,59
74,75
253.324,2
361.480,7
345.589,0
340.859,0
357.918,0
.id
2.061.886,2
1.667.917,8
15,19
17,53
16,31
14,93
14,31
147.622,9
171.473,9
200.939,0
239.404,0
273.759,0
100,00
100,00
15,40
14,00
15,28
10,95
2.501.202,0
100,00
100,00
100,00
14,89
0,82
3,81
0,82
13,83
2,56
7,14
1,47
20,20
(7,42)
(13,64)
(3,42)
13,54
9,81
7,56
2,83
14,77
1,61
4,17
1,02
** sangat sementara
10,48
2.283.761,0
.b
12,98
29,25
9,48
2.118.979,0
.g
o
8,32
2.061.886,2
ps
8,85
1.667.917,8
://
w
Keterangan : * sementara
1.667.917,8
Secara total, dalam kurun waktu 2010-2014 nilai ekspor barang dan jasa
tp
menunjukkan peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2010 nilai ekspor barang dan jasa
ht
sebesar 1.667.917,8 miliar rupiah meningkat menjadi sebesar 2.061.886,2 miliar rupiah
pada tahun 2011. Selanjutnya pada tahun 2012-2014 nilai ekspor barang dan jasa sebesar
2.118.979,0 miliar rupiah; 2.283.761,0 miliar rupiah dan 2.501.202,0 miliar rupiah. Sejalan
dengan nilai ekspor adh Berlaku, nilai ekspor barang dan jasa adh Konstan 2010 juga
menunjukan arah pertumbuhan yang sama, yaitu cenderung meningkat dengan nilai
riil masing-masing tahun sebesar 1.667.917,8 miliar rupiah (2010); 1.914.267,9 miliar
rupiah (2011); 1.945.063,7 miliar rupiah (2012); 2.026.119,7 miliar rupiah (2013) dan
2.046.739,9 miliar rupiah (2014). Pada periode 2010 s.d 2014, meskipun secara nominal
19 Diturunkan dari PDB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
20 Diturunkan dari perhitungan PDB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK 2010)
36
nilai ekspor barang dan jasa mengalami peningkatan, tetapi sebaliknya proporsi dalam
PDB justru cenderung menurun dari 24,30 persen pada tahun 2010 menjadi 23,72 persen
di tahun 2014.
Menurut komposisi ekspor dalam bentuk barang atau jasa, maka sebagian besar
ekspor Indonesia berupa barang non-migas (rata-rata 74 persen), sementara nilai ekspor
dalam bentuk barang migas dan jasa memiliki peran yang tidak terlalu besar. Ekspor
barang migas memiliki proporsi di masing-masing tahun sebesar 15,19 persen (2010);
.id
17,53 persen (2011); 16,31 persen (2012); 14,93 persen (2013) dan 14,31 persen (2014).
.g
o
Sedangkan ekspor jasa memiliki peranan terendah terhadap total ekspor barang dan jasa,
ps
masing-masing tahun sebesar 8,85 persen (2010); 8,32 persen (2011); 9,48 persen (2012);
.b
Pertumbuhan riil total ekspor mencapai angka yang sangat tinggi, khususnya
pada tahun 2010 dan 2011, dengan masing-masing tahun mencapai 15,27 persen dan
://
w
14,77 persen. Pertumbuhan yang tinggi tersebut disebabkan adanya peningkatan volume
ekspor dalam bentuk barang non migas. Namun pada tahun 2012 pertumbuhan total
tp
ekspor barang dan jasa mengalami perlambatan menjadi 1,61 persen dikarenakan
ht
peningkatan ekspor barang dan jasa tidak setinggi peningkatan yang terjadi di tahun
sebelumnya. Tahun 2013 ekspor barang dan jasa mulai membaik yaitu tumbuh sebesar
4,17 persen dan terkoreksi menjadi tumbuh melambat sebesar 1,02 persen di tahun 2014.
3.6.
maupun PMTB (termasuk inventori) dan ekspor barang dan jasa, di dalamnya
terkandung produk yang berasal dari impor. Oleh karena itu untuk mengukur potensi
dan besaran produk domestik, maka komponen impor tersebut harus dikeluarkan dari
37
penghitungan, yaitu dengan cara mengurangkan nilai PDB (E) dengan nilai impornya.
Hasil pengurangan inilah yang secara konsep harus sama dengan nilai PDB menurut
lapangan usaha.
Berbeda dengan komponen ekspor barang dan jasa, transaksi impor barang dan
jasa menjelaskan ada tambahan penyediaan (supply) produk di wilayah ekonomi
domestik yang berasal dari dari non residen. Karena impor bukan merupakan produk
yang dihasilkan di dalam wilayah ekonomi domestik Indonesia, oleh karenanya impor
dikeluarkan
dari
penghitungan
PDB.
Dengan
demikian,
.id
harus
maka
PDB
.g
o
ps
semakin kuatnya ketergantungan Indonesia terhadap ekonomi atau produk negara lain
.b
(rest of the world). Selain dibedakan menurut barang dan jasa, pada tingkat yang agak
rinci, impor barang dibedakan menurut 2 kategori yaitu : barang non migas dan barang
://
w
migas. Pada komponen impor termasuk pembelian berbagai produk barang dan jasa
secara langsung (direct purchase) oleh penduduk (resident) Indonesia di luar negeri, baik
tp
ht
Data pada tabel di bawah ini menunjukan bahwa secara total nilai impor barang
dan jasa Indonesia meningkat (baik adh Berlaku maupun adh Konstan 2010) pada kurun
tahun 2010 s.d 2014. Pada tahun 2010 nilai impor barang dan jasa atas dasar harga
berlaku mencapai 1.537.719,8 miliar rupiah, kemudian meningkat di tahun 2011 menjadi
1.868.075,0 miliar rupiah, dan terus meningkat sebesar 2.152.937,0 miliar rupiah pada
tahun 2012, 2.359.212,0 miliar rupiah pada tahun 2013 dan menjadi 2.580.527,0 miliar
rupiah pada tahun 2014. Demikian juga dengan proporsinya, pada tahun 2010 impor
barang dan jasa memberikan kontribusi sebesar 22,40 persen. Namun pada tahun
berikutnya kontribusi impor barang dan jasa justru meningkat menjadi 23,85 persen dan
38
24,99 persen pada tahun 2011 dan tahun 2012. Selanjutnya, pada tahun 2013-2014
proporsi impor barang dan jasa menurun namun tidak signifikan yaitu sebesar 24,77
persen dan 24,48 persen.
Tabel 14. Perkembangan Impor Barang dan Jasa
Tahun 2010 2014
Uraian
2010
2011
2012
2013 *
2014 **
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
2.152.937,0
2.359.212,0
2.580.527,0
1.768.821,9
1.910.299,5
1.945.867,0
1.988.537,9
22,40
23,85
1.280.688,6
1.596.455,7
45,44
46,08
1.021.879,5
1.230.537,7
79,79
258.809,1
24,48
1.850.040,0
2.012.940,0
2.177.252,0
46,22
46,04
45,76
1.439.293,0
1.523.386,0
1.652.354,0
.g
o
24,77
410.747,0
22,92
22,20
24,32
24,11
271.619,3
302.897,0
346.272,0
403.275,0
77,08
77,80
75,68
75,89
489.554,0
524.898,0
257.031,2
7,84
7,57
7,92
8,48
3.464.530,7
4.002.977,0
4.372.152,0
4.757.779,0
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
16,12
16,80
9,10
2,03
2,40
16,10
17,77
10,20
0,90
3,01
16,21
12,97
4,57
6,90
-0,08
18,95
6,19
1,96
0,90
0,95
16,58
15,03
8,00
1,86
2,19
://
w
9,12
2.818.408,3
** sangat sementara
ht
Keterangan : * sementara
24,99
365.918,0
.b
20,21
.id
1.868.075,0
1.537.719,8
tp
1.537.719,8
ps
Di sisi lain, secara riil nilai impor barang dan jasa mengalami peningkatan
signifikan terjadi pada tahun 2010 sebesar 16,58 persen, kemudian tumbuh sebesar 15,03
persen pada tahun 2011. Pada tahun 2012 impor barang dan jasa kembali tumbuh
melambat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu menjadi 8,00 persen, 1,86 persen pada
tahun 2013 dan 2,19 persen pada tahun 2014. Pertumbuhan impor barang mengalami
perlambatan selama kurun 2010-2014, bahkan impor barang migas terjadi kontraksi pada
39
tahun 2014 yaitu tumbuh minus 0,08 persen dari tahun sebelumnya. Begitu juga dengan
impor jasa, cenderung mengalami perlambatan pertumbuhan yang signifikan yaitu dari
18,95 persen pada tahun 2010 menjadi 0,95 persen pada tahun 2014.
Menurut komposisi impor dalam bentuk barang atau jasa, maka sebagian besar
produk impor berbentuk barang non migas yang memiliki porsi rata-rata sekitar 65,56
persen, diikuti impor barang migas dan impor jasa. Secara struktur Impor dalam bentuk
barang cenderung mengalami penurunan dari tahun 2010 s.d 2014, di mana pada tahun
.id
2010 sebesar 66,45 persen dan pada tahun 2014 sebesar 64,03 persen dari total impor
.g
o
barang dan jasa. Begitu pula Impor jasa mempunyai pola struktur yang juga cenderung
mengalami penurunan di mana pada tahun 2010 porsi impor jasa sebesar 16,72 persen
ht
tp
://
w
.b
ps
40
BAB IV
BEBERAPA AGREGAT PDB DAN PENDAPATAN NASIONAL
INDONESIA TAHUN 2010-2014
Berbagai indikator ekonomi makro yang lazim digunakan dalam analisis sosial
ekonomi dapat diturunkan dari seperangkat data PDB. Meskipun secara total
mempunyai nilai yang sama, namun PDB yang diukur melalui pendekatan lapangan
usaha atau penggunaan mempunyai dua dimensi analisis yang berbeda. Secara garis
.id
besar, paling tidak dua dimensi itu mampu untuk menggambarkan tentang bagaimana
.g
o
pendapatan diciptakan dan untuk apa pendapatan tersebut digunakan. Dalam publikasi
ini, beberapa rasio (perbandingan relatif) juga akan disajikan guna melengkapi analisis,
ps
.b
Dalam menghasilkan berbagai produk barang dan jasa, maka di satu sisi akan
menciptakan nilai tambah, sementara di sisi lain nilai tambah tersebut akan menjadi
://
w
sumber penghasilan bagi masyarakat. Yang dimaksud dengan masyarakat di sini adalah
rumah tangga, LNPRT, perusahaan, dan pemerintah. Berdasarkan proses pembentukan
tp
dan pemanfaatan nilai tambah ini, dapat dipelajari lebih jauh tentang sumber-sumber
ht
4.1
PDB (Nominal)
Agregat ini menjelaskan nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan di dalam
dihitung melalui pendekatan nilai tambah. Proses tersebut dapat berlangsung secara
terus menerus dan berkesinambungan, dengan dukungan berbagai faktor produksi serta
sumber daya alam yang tersedia. Dengan demikian, maka nilai tambah yang sebagian
besar menggambarkan balas jasa (kompensasi atas) faktor produksi seperti lahan, tenaga
kerja, modal (kapital) dan keahlian (kewirausahaan), merupakan inti dari analisis PDB di
sini. Di sisi yang lain, PDB menurut penggunaan atau permintaan akhir menjelaskan
tentang aspek konsumsi dan akumulasi, bukan aspek produksi.
.id
Dari series data PDB penggunaan akan diturunkan beberapa ukuran yang
.g
o
berkaitan dengan PDB maupun variabel pendukung lain (seperti rumah tangga, dan
ps
.b
disajikan data PDB perkapita, yang selama ini digunakan sebagai proksi dari pola dan
://
w
2010
2011
2012
2013 *
2014 **
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
6.864.133,1
7.831.726,0
8.615.704,5
9.524.736,5
10.542.693,5
6.864.133,1
7.287.635,3
7.727.083,4
8.158.193,7
8.568.115,6
- ADHB
28.778,2
32.363,7
35.105,2
38.279,9
41.808,7
- ADHK 2010
28.778,2
30.115,3
31.484,5
32.787,8
33.978,2
14,19
14,10
10,01
10,55
10,69
6,38
6,17
6,03
5,58
5,02
238.519
241.991
245.425
248.818
252.165
(1)
tp
Uraian
- ADHB
- ADHK 2010
ht
Perkembangan
PDB perkapita ADHB
Pertumbuhan
Keterangan : * sementara
42
** sangat sementara
PDB
per-kapita
Indonesia
menunjukkan
peningkatan,
sejalan
dengan
perbandingan kenaikan PDB dan jumlah penduduk. PDB per-kapita atas dasar harga
berlaku (current price), secara kumulatif meningkat mulai tahun 2010, dari sebesar
28.778,2 ribu rupiah menjadi 41.808,7 ribu rupiah di tahun 2014. Di mana pada periode
tahun 2011 s.d 2013 masing masing tahun meningkat menjadi 32.363,7 ribu rupiah,
35.105,2 ribu rupiah dan 38.279,9 ribu rupiah. Indikator ini menunjukkan bahwa secara
ekonomi setiap penduduk Indonesia rata-rata mampu menciptakan PDB atau (nilai
itu
pertumbuhan
per-kapita
secara
riil
melambat
seiring
.g
o
Sementara
.id
ps
dengan besaran 6,38 persen (2010) menjadi 6.17 persen (2011), 6,03 persen (2012), 5,58
.b
persen (2013) dan 5,02 persen (2014). Di mana pertumbuhan ekonomi tersebut diikuti
pula oleh penambahan jumlah penduduk, yang meningkat rata-rata pada kisaran 1,42
://
w
persen setiap tahunnya. Dengan demikian maka pertumbuhan per-kapita tersebut, tidak
ht
4.2
tp
43
produksi yang diterima, baik yang berasal dari aktivitas ekonomi domestik maupun dari
luar negeri dikurangi oleh pembayaran atas pendapatan masyarakat non residen..
Pendapatan Nasional ya ng merupakan refleksi ukuran kesejahteraan atau
kemakmuran masyarakat, menggambarkan berbagai hal yang dicapai secara nasional
yang dinyatakan dalam satuan moneter, pada kurun waktu tertentu (current condition).
Ukuran keberhasilan tersebut digambarkan melalui kemampuan dalam menghasilkan
berbagai produk atau barang dan jasa, menciptakan pendapatan, mengkonsumsi, serta
.id
menambah aset yang dimiliki oleh masyarakat pada kurun waktu tertentu. Karena sistem
.g
o
ekonomi negara bersifat terbuka, maka terjadi interaksi dan transaksi dengan luar negeri,
yang menyebabkan terjadi aliran pendapatan masuk maupun keluar (factorial income, net).
ps
.b
pendapatan faktor produksi yang diterima dari dan yang dibayarkan ke luar negeri.
://
w
yang diwujudkan dalam bentuk balas jasa faktor produksi tenaga kerja (seperti upah dan
gaji) dan bukan tenaga kerja (bunga, deviden, royalti, serta kompensasi atas pemilikan
tp
ht
44
biaya faktor ini identik dengan balas jasa faktor produksi yang diciptakan di dalam
wilayah ekonomi domestik (pendapatan domestik). Parameter itu bila diperhitungkan
dengan pendapatan faktor yang diterima, dan dikurangi dengan yang dibayarkan ke luar
negeri akan sama dengan Pendapatan Nasional.
Dalam kenyataan, Pendapatan Nasional belum bisa menggambarkan pendapatan
potensial yang dapat diterima oleh masyarakat, masih ada penggunaan lain yang harus
diperhitungkan, yaitu transfer berjalan (current transfer). Pendapatan Nasional ditambah
.id
dengan transfer berjalan (neto) akan sama dengan Pendapatan Disposabel (disposable
.g
o
ps
.b
Dilihat secara umum, selama ini pendapatan nasional nilainya selalu lebih kecil
dari nilai nominal PDB. Kondisi ini menunjukkan bahwa selain karena dideduksi oleh
://
w
pajak tidak langsung (neto) dan penyusutan, pendapatan faktor produksi yang diterima
dari luar negeri jauh lebih kecil dari pada yang dibayarkan ke luar negeri, sehingga
tp
ht
8.615.704,5 miliar rupiah (2012), 9.524.736,5 miliar rupiah (2013) dan mencapai
10.542.693,5 miliar rupiah pada tahun 2014.
Tabel 16. PDB, Pendapatan Nasional dan Pendapatan Disposabel Nasional
Perkapita Tahun 20102014
Uraian
2010
2011
2012
2013 *
2014 **
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
6.864.133,1
7.831.726,0
8.615.704,5
9.524.736,5
10.542.693,5
1.270.478,5
1.429.983,8
1.603.812,4
1.766.892,0
1.970.519,4
237.957,7
217.675,6
258.303,8
305.357,3
332.860,6
-216.892,7
-243.193,0
-285.236,0
-329.046,3
5.967.173,9
6.510.395,3
7.167.251,2
7.910.267,2
.id
Minus :
-182.770,9
5.172.926,0
ps
36.623,5
38.311,4
43.581,6
61.799,3
6.003.797,4
6.548.706,7
7.210.832,8
7.972.066,6
28.778,2
32.363,7
35.105,2
38.279,9
41.808,7
21.687,7
24.658,7
26.527,0
28.805,2
31.369,4
21.862,4
24.810,0
26.683,1
28.980,3
31.614,5
8.997,9
8.697,1
9.357,9
10.431,2
11.839,0
3.198,3
3.721,2
3.751,4
3.669,7
3.531,5
2.410,3
2.835,3
2.834,7
2.761,4
2.649,7
2.429,7
2.852,7
2.851,4
2.778,2
2.670,4
238.519
241.991
245.425
248.818
252.165
5.214.586,1
41.660,1
.b
Plus
PDB
Pendapatan Nasional
Pendapatan Disposabel
://
w
Kurs 1 US $ = Rp
Perkapita (US $)
PDB
Pendapatan Nasional
Pendapatan Disposabel
ht
tp
.g
o
Plus :
** sangat sementara
46
Sementara pajak tidak langsung neto atau pajak yang dibayar dikurangi subsidi yang
diterima oleh masyarakat dalam beberapa tahun meningkat. Pada tahun 2010 pajak tidak
langsung neto sebesar 237.957,7 miliar rupiah menurun di tahun 2011 menjadi 217.675,6
milliar rupiah. Namun pada tahun 2012 s.d 2014 pajak tak langsung neto mengalami
peningkatan menjadi 258.303,8 miliar rupiah (2012), 305.357,3 miliar rupiah (2013) dan
46.436,5 miliar rupiah (2014).
Nilai Pendapatan Nasional pada masing-masing tahun sebesar
5.172.926,0
.id
miliar rupiah pada tahun 2010, 5.967.173,9 miliar rupiah pada tahun 2011, 6.510.395,3
.g
o
miliar rupiah pada tahun 2012, 7.167.251,2 miliar rupiah pada tahun 2013 dan mencapai
7.910.267,2 miliar rupiah pada tahun 2014. Pendapatan nasional itu, apabila dikoreksi
ps
dengan penerimaan transfer dari luar negeri akan diperoleh Pendapatan Disposabel
.b
Nasional. Karena transfer yang diterima dari luar negeri selalu lebih besar dari transfer
yang dibayarkan ke luar negeri (dengan posisi selalu positif atau bertambah), maka
://
w
menyebabkan adanya aliran devisa masuk dari transaksi tersebut. Penerimaan transfer
dari luar negeri pada tahun 2010 sebesar 41.660,1 miliar rupiah menurun menjadi 36.623,5
tp
miliar rupiah pada tahun 2011, 38.311,4 miliar rupiah pada tahun 2012, 43.581,6 miliar
ht
rupiah pada tahun 2013 dan 61.799,3 miliar rupiah pada tahun 2014.
Pendapatan Disposabel (Nasional) yang secara umum nilainya di atas Pendapatan
Nasional, juga cenderung semakin meningkat dengan besaran masing-masing tahun
adalah 5.214.586,1 miliar rupiah pada tahun 2010, 6.003.797,4 miliar rupiah pada tahun
2011, 6.548.706,7 miliar rupiah pada tahun 2012, 7.210.832,8 miliar rupiah pada tahun
2013 dan 7.972.066,6 miliar rupiah pada tahun 2014. Ukuran per-kapita, baik yang
menyangkut PDB per-kapita, Pendapatan Nasional per-kapita serta Pendapatan
Disposabel per-kapita yang dinyatakan dalam satu satuan rupiah menunjukkan
peningkatan. Dalam rupiah, perkembangan rata-rata PDB per-kapita, Pendapatan
47
.id
Rata-rata perkapita dalam US$ juga meningkat, PDB per-kapita dari 3.198,3 US$
.g
o
pada tahun 2010 menjadi 3.531,5 US$ pada tahun 2014, pendapatan nasional per-kapita
dari 2.410,3 US$ pada tahun 2010 menjadi 2.649,7 US$ tahun 2014 dan pendapatan
4.3.
.b
ps
disposabel dari 2.429,7 US$ pada tahun 2010 menjadi 2.670,4 US$ di tahun 2014.
://
w
tp
ht
to Save/APS), yang dinyatakan dalam satuan rasio. Dengan demikian dapat diartikan,
apabila pendapatan meningkat, tetapi APC menurun, maka APS akan meningkat.
Sebaliknya apabila pendapatan meningkat dan APC meningkat, maka APS akan
menurun. Rasio yang digunakan merupakan perbandingan nilai antara bagian dari total
pendapatan yang digunakan untuk konsumsi dan bagian yang digunakan untuk
tabungan.
Nilai APC dan APS dapat dihitung dengan menggunakan formula :
S
APS =
APC =
Yd
48
C
Yd
Uraian
2010
2011
2012
2013 *
2014 **
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
5.214.586,1
6.003.797,4
6.548.706,7
7.210.832,8
7.972.066,6
3.786.062,9
4.260.075,5
618.178,0
709.450,8
.id
Tahun 20102014
4.404.240,9
0,84
5.911.165,4
796.848,3
904.996,2
1.005.399,5
4.969.526,3
5.565.593,3
6.257.692,7
6.916.564,9
0,83
0,85
0,87
0,87
1.034.271,1
983.113,4
953.140,1
1.055.501,7
0,17
0,15
0,13
0,13
.b
APC
810.345,2
0,16
** sangat sementara
://
w
Keterangan : * sementara
5.352.696,5
ps
(Miliar Rp)
4.768.745,1
.g
o
(Miliar Rp)
Dari tabel di atas pada tahun 2010, didapat APC sebesar 0,84 dan APS
tp
ht
4.4.
wilayah domestik dengan produk yang diekspor. Selama ini konsumsi rumah tangga
49
mempunyai kontribusi yang sangat dominan dalam penggunaan PDB Indonesia (sekitar
60 persen), yang artinya bahwa seluruh produk yang dihasilkan di wilayah Indonesia
sebagian besar digunakan untuk konsumsi akhir rumah tangga. Namun di dalamnya
termasuk pula sebagian produk yang berasal dari impor.
Tabel 18. Perbandingan PDB Penggunaan untuk Konsumsi Akhir
Rumah Tangga terhadap Ekspor Barang dan Jasa Tahun 20102014
2010
2011
2012
2013 *
2014 **
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
3.786.062,9
4.260.075,5
5.352.696,5
5.911.165,4
1.667.917,8
2.061.886,2
2.118.979,0
2.283.761,0
2.501.202,0
2,25
2,34
2,36
2,07
.b
** sangat sementara
2,27
Keterangan : * sementara
4.768.745,1
.g
o
(Miliar Rp)
ps
.id
Uraian
Data di atas menunjukkan bahwa produk yang digunakan untuk konsumsi rumah
://
w
tangga lebih dari 2,27 kali dari yang dieskpor di tahun 2010,di tahun-tahun berikutnya
rasio masing-masing sebesar 2,07 kali pada tahun 2011; 2,25 kali pada tahun 2012; 2,34
tp
kali pada tahun 2013 dan 2,36 kali pada tahun 2014. Ini berarti bahwa sebagian besar
ht
4.5
rumah tangga dengan yang digunakan untuk investasi fisik (pembentukan modal tetap).
Sekilas nampak bahwa sebagian besar penggunaan produk yang tersedia di wilayah
.id
(1)
(2)
2012
2013 *
2014 **
(3)
(4)
(5)
(6)
4.260.075,5
4.768.745,1
5.352.696,5
5.911.165,4
2.127.840,7
2.451.914,0
2.819.026,5
3.059.780,5
3.434.124,6
1,78
1,74
1,69
1,75
1,72
3.786.062,9
2011
://
w
** sangat sementara
tp
Keterangan : * sementara
ps
2010
.b
Uraian
.g
o
ht
Rasio konsumsi rumah tangga terhadap PMTB cenderung stabil, dari sebesar 1,78
pada tahun 2010 menjadi 1,72 pada tahun 2014. Pada tahun 2011 rasio mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya menjadi 1,74 dan pada tahun 2012 menjadi 1,69. Rasio
konsumsi rumah tangga terhadap PMTB tahun 2012 merupakan rasio terendah selama 5
tahun terakhir karena pertumbuhan PMTB yang lebih cepat. Sedangkan pada tahun 2013
rasio konsumsi rumah tangga terhadap PMTB kembali mengalami peningkatan menjadi
1,75 dan 1,72 pada tahun 2014.
51
4.6.
barang dan jasa akhir (baik berasal dari produk domestik maupun impor), untuk
menunjang aktivitas ekonomi. Pelaku konsumsi akhir meliputi rumah tangga (termasuk
LNPRT) dan pemerintah, yang meskipun mempunyai fungsi yang berbeda dalam sistem
ekonomi tetapi sama-sama membelanjakan sebagian pendapatannya untuk tujuan
konsumsi akhir.
.g
o
.id
2010
2011
(1)
(2)
(3)
3.786.062,9
4.260.075,5
4.768.745,1
5.352.696,5
5.911.165,4
72.758,9
80.529,9
89.585,8
103.929,6
124.509,0
709.450,8
796.848,3
904.996,2
1.005.399,5
4.476.999,8
5.050.056,2
5.655.179,1
6.361.622,4
7.041.074,0
6.864.133,1
7.831.726,0
8.615.704,5
9.524.736,5
10.542.693,5
65,22
64,48
65,64
66,79
66,79
Rumah tangga
b.
LNPRT
b.
Pemerintah
618.178,0
.b
(Miliar Rp)
a.
Jumlah
(Miliar Rp)
Proporsi
2014 **
(4)
(5)
(6)
** sangat sementara
tp
Keterangan : * sementara
://
w
PDB (ADHB)
2013 *
ps
2012
ht
Sebagian besar barang dan jasa yang berada di wilayah domestik digunakan
untuk memenuhi permintaan konsumsi akhir rumah tangga, LNPRT dan pemerintah
(lebih dari 60 persen). Seiring konsumsi rumah tangga, LNPRT dan pemerintah makin
meningkat setiap tahunnya, proporsi terhadap PDB semakin meningkat. Berturut-turut
65,22 persen (2010); 64,48 persen (2011); 65,64 persen (2012); 66,79 persen (2013) dan 66,79
persen (2014). Dalam hal ini, produk yang tidak digunakan menjadi konsumsi akhir
(PMTB atau eskpor barang dan jasa) memiliki peran yang relatif kecil.
52
4.7
.id
2010
(1)
2012
2013 *
2014 **
(3)
(4)
(5)
(6)
2.061.886,2
2.118.979,0
2.283.761,0
2.501.202,0
2.127.840,7
2.451.914,0
2.819.026,5
3.059.780,5
3.434.124,6
0,78
0,84
0,75
0,75
0,73
(2)
.b
1.667.917,8
(Miliar Rp)
://
w
2011
ps
Uraian
.g
o
Tabel 21. Rasio Ekspor Barang dan Jasa terhadap PMTB (ADHB)
Tahun 20102014
** sangat sementara
tp
Pada periode tahun 2010 s.d 2014, nilai ekspor barang dan jasa lebih rendah dari
ht
negara lain. Besar kecilnya ketergantungan ditunjukkan melalui rasio, apabila rasionya
kecil berarti ketergantungan semakin tinggi, sebaliknya apabila rasionya besar berarti
ketergantungan terhadap produk impor tidak terlalu tinggi.
Tabel 22. Rasio PDB terhadap Impor barang dan jasa
Tahun 20102014
Uraian
2010
2011
2012
2013 *
2014 **
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
6.864.133,1
7.831.726,0
8.615.704,5
9.524.736,5
10.542.693,5
1.537.719,8
1.868.075,0
4,46
4,19
PDB (ADHB)
(Miliar Rp)
2.359.212,0
2.580.527,0
4,00
4,04
4,09
ps
Keterangan : * sementara
2.152.937,0
.g
o
(Miliar Rp)
.id
.b
Rasio PDB terhadap impor barang dan jasa tahun 2010 - 2014 menunjukkan
penurunan dari 4,46 di tahun 2010 menjadi 4,19 di tahun 2011 dan 4,00 di tahun 2012.
://
w
Namun kemudian meningkat meskipun kecil pada tahun berikutnya yaitu menjadi 4,04
di tahun 2013 dan 4,09 di tahun 2014. Rasio tertinggi yang terjadi pada tahun 2010 (4,46)
tp
lebih disebabkan peningkatan PDB lebih tinggi dibandingkan peningkatan impor barang
ht
4.9.
Indonesia masih selalu ditopang oleh produk yang berasal dari impor. Ketergantungan
ini dapat dilihat melalui keseimbangan antara total penyediaan (supply) dengan total
permintaan akhir (demand) yang selalu menunjukkan ketidakseimbangan tersebut
sebagaimana disajikan dalam tabel berikut :
54
2010
2011
2012
2013 *
2014 **
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Total Penyediaan
6.864.133,1
7.831.726,0
8.615.704,5
9.524.736,5
10.542.693,5
(81,70)
(80,74)
(80,01)
(80,15)
(80,34)
1.537.719,8
1.868.075,0
2.152.937,0
2.359.212,0
2.580.527,0
(18,30)
(19,26)
(19,99)
(19,85)
(19,66)
8.401.852,9
9.699.801,0
10.768.641,5
11.883.948,5
13.123.220,5
(100,00)
(100,00)
(100,00)
(100,00)
(100,00)
(Miliar Rp )
** sangat sementara
.g
o
Keterangan : * sementara
.id
PDB (ADHB)
Hal lain yang menarik untuk dicermati adalah bahwa untuk memenuhi
ps
permintaan akhir domestik, sebagian produk masih harus didatangkan dari luar negeri,
.b
dengan rentang 18 s.d 20 persen. Dengan kata lain, kebutuhan masyarakat baru bisa
dipenuhi sekitar 80 persen dari selisih hasil produksi domestik. Dalam kurun waktu
://
w
tersebut, tendensi permintaan (akhir) masyarakat terus meningkat dari 8.401.852,9 miliar
(2010) rupiah menjadi 9.699.801,0 miliar rupiah (2011) dan 10.768.641,5 miliar rupiah
tp
(2012). Tahun 2012 permintaan akhir masyarakat sudah mencapai nilai sebesar
ht
10.768.641,5 miliar rupiah, tahun 2013 sebesar 11.883.948,5 miliar rupiah dan pada tahun
2014 mencapai 13.123.220,5 miliar rupiah.
Di sisi lain penyediaan produk barang dan jasa yang mampu dihasilkan oleh
ekonomi domestik masing-masing sebesar 6.864.133,1 miliar rupiah (2010); 7.831.726,0
miliar rupiah (2011); 8.615.704,5 miliar rupiah (2012); 9.524.736,5 miliar rupiah (2013) dan
10.542.693,5 miliar rupiah (2014). Karena produk domestik tidak mampu mencukupi
seluruh kebutuhan permintaan, maka berbagai produk barang dan jasa diimpor, dengan
nilai masing-masing tahun sebesar 1.537.719,8 miliar rupiah (2010); 1.868.075,0 miliar
55
rupiah (2011); 2.152.937,0 miliar rupiah (2012); 2.359.212,0 miliar rupiah (2013) dan
2.580.527,0 miliar rupiah (2014).
.id
lebih besar dari nilai impor, maka terjadi surplus, sebaliknya apabila nilai ekspor lebih
.g
o
kecil dari nilai impor, maka yang terjadi adalah defisit. Dilihat dari arus uang yang
masuk atau keluar, apabila tingkat keseimbangan dalam posisi surplus, maka terjadi
ps
aliran devisa masuk, sebaliknya kalau posisinya defisit maka terjadi aliran devisa keluar.
.b
Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa kekuatan ekonomi suatu negara di antaranya juga
://
w
tp
sini tidak dapat merefleksikan perbandingan menurut jenis komoditas, harga maupun
ht
kuantum. Apabila rasio lebih besar dari 1 (satu) maka nilai ekspor lebih tinggi daripada
nilai impor, sebaliknya apabila rasio kurang dari 1 (satu) berarti nilai impor lebih tinggi
dari pada nilai ekspor. Besar kecilnya ekspor atau impor suatu negara sangat tergantung
kepada kondisi ekonomi serta kebutuhan masyarakatnya.
56
2010
2011
2012
2013 *
2014 **
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1.667.917,8
2.061.886,2
2.118.979,0
2.283.761,0
2.501.202,0
1.537.719,8
1.868.075,0
2.152.937,0
2.359.212,0
2.580.527,0
130.198,1
193.811,2
-33.958,0
-75.451,0
-79.325,0
1,08
1,10
0,98
0,97
0,97
** sangat sementara
.id
Keterangan : * sementara
.g
o
Selama periode 2010-2014, posisi perdagangan barang dan jasa dengan luar negeri
ps
tidak selalu menunjukkan nilai positif, atau neraca perdagangan barang dan jasa
.b
Indonesia tidak selalu dalam posisi surplus. Nilai ekspor yang lebih besar dari impor
menyebabkan adanya aliran devisa masuk, yang dalam konteks lain disebut sebagai
tabungan luar negeri. Surplus perdagangan Indonesia yang terjadi antara tahun 2010
://
w
sampai dengan 2011 tercatat sebesar 130.198,1 miliar rupiah (2010) dan 198.811,2 miliar
tp
rupiah (2011). Namun pada tahun 2012 sampai dengan 2014 posisi perdagangan barang
ht
dan jasa mengalami defisit dimana nilai impor lebih besar daripada ekspor yaitu minus
33.958,0 miliar rupiah, minus 75.451,0 miliar rupiah dan minus 79.325,0 miliar rupiah.
Sementara dilihat dari rasio ekspor barang dan jasa terhadap impor barang dan jasa
cenderung menurun dari tahun 2010 ke 2014 menurun yaitu dari 1,08 pada tahun 2010
menjadi 0,97 pada tahun 2014.
57
selisih antara ekspor dikurangi impor dibagi dengan jumlah ekspor dan impor. Koefisien
RPI berkisar antara -1 s.d + 1 ( - 1 < RPI < +1 ). Artinya jika RPI berkisar antara minus 1,
maka perdagangan internasional didominasi oleh impor, sedangkan apabila berkisar
antara positif 1, maka perdagangan internasional didominasi oleh transaksi ekspor.
Tabel 25. Rasio Perdagangan Internasional Tahun 2010 2014
2010
2011
2012
2013 *
2014 **
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1.667.917,8
2.061.886,2
1.537.719,8
1.868.075,0
130.198,1
(X +M)
3.205.637,6
2.501.202,0
2.152.937,0
2.359.212,0
2.580.527,0
193.811,2
-33.958,0
-75.451,0
-79.325,0
3.929.961,1
4.271.916,0
4.642.973,0
5.081.729,0
0,05
-0,01
-0,02
-0,02
.g
o
2.283.761,0
.b
(Miliar Rp)
0,04
** sangat sementara
://
w
Keterangan : * sementara
RPI
2.118.979,0
ps
(X M)
(Miliar Rp)
.id
Uraian
Data di atas menunjukkan bahwa pada periode tahun 2010-2011, posisi ekspor
tp
selalu lebih tinggi dari impor, namun pada tahun 2012 dan 2014 posisi ekspor lebih
ht
rendah dari impor. Kecenderungan nilai ekspor pada periode tersebut terus meningkat
dari 1.667.917,8 miliar rupiah pada tahun 2010 menjadi 2.501.202,0 miliar rupiah pada
tahun 2014. Begitu pula dengan kecenderungan impor, yang mempunyai pola hampir
sama dengan ekspor, cenderung meningkat setiap tahun.
Rasio Perdagangan Internasional Indonesia pada periode 2010-2011 mengindikasi
bahwa perdagangan internasional Indonesia selalu didominasi oleh kegiatan ekspor,
meskipun dengan rasio yang cukup kecil yaitu kurang dari 0,1, sedangkan pada tahun
2012-2014 rasio perdagangan internasional Indonesia didominasi oleh impor karena rasio
yang menunjukan tanda minus.
58
.id
membagi nilai ekspor adh Berlaku dengan indeks implisit impor, dengan hasil sebagai
.g
o
berikut :
2010
(1)
(2)
2012
2013 *
2014 **
(3)
(4)
(5)
(6)
2.118.979,0
2.283.761,0
2.501.202,0
2.061.886,2
(Miliar Rp)
1.537.719,8
1.868.075,0
2.152.937,0
2.359.212,0
2.580.527,0
100,00
107,71
108,94
112,72
122,20
100,00
105,61
112,70
121,24
129,77
100,00
101,99
96,66
92,97
94,17
ht
2011
.b
Uraian
ps
1.667.917,8
1.952.335,6
1.880.168,6
1.883.635,4
1.927.410,6
://
w
1.667.917,8
tp
Keterangan : * sementara
** sangat sementara
Kemampuan mengimpor pada tahun 2010 adalah 1.667.917,8 miliar rupiah dan
meningkat menjadi 1.952.335,6 miliar rupiah pada tahun 2011. Sedangkan kemampuan
mengimpor pada tahun 2012 menurun menjadi 1.880.168,6 miliar rupiah dan meningkat
kembali pada tahun 2013 dan 2014 menjadi 1.883.635,4 miliar rupiah dan 1.927.410,6
miliar rupiah.
59
.id
dari penghitungan, seperti penyusutan dan pajak tidak langsung (neto), yang hasilnya
.g
o
ps
.b
Sementara itu untuk mendapatkan pendapatan yang benar-benar diterima (atau siap
://
w
tp
Tabel 27. Rasio Pendapatan Nasional dan Pendapatan Disposabel Terhadap PDB
Tahun 2010 2014
2010
2011
2012
2013 *
2014 **
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
ht
Uraian
6.864.133,1
7.831.726,0
8.615.704,5
9.524.736,5
10.542.693,5
5.172.926,0
5.967.173,9
6.510.395,3
7.167.251,2
7.910.267,2
0,75
0,76
0,76
0,75
0,75
5.214.586,1
6.003.797,4
6.548.706,7
7.210.832,8
7.972.066,6
0,76
0,77
0,76
0,76
0,76
Pendapatan Nasional
(PN) (Miliar Rp)
Rasio PN/PDB
Pendapatan Disposabel
(PD) (Miliar Rp)
Rasio PD/PDB
Keterangan : * sementara
60
** sangat sementara
Data selanjutnya menunjukan bahwa dari nilai tambah yang dihasilkan setiap
tahun ada sebagian yang tidak diterima oleh masyarakat. Sebagian pendapatan faktor
produksi lebih banyak yang dibayarkan ke luar negeri dari pada yang diterima dari luar
negeri (posisi defisit). Sementara, penerimaan transfer dari luar negeri lebih besar dari
transfer yang dibayarkan ke luar negeri (posisi surplus), sehingga menyebabkan adanya
penambahan pendapatan masyarakat di wilayah domestik.
Pada tahun 2010, dari PDB yang dihasilkan sebesar 6.864.133,1 miliar rupiah ada
.id
sebesar 75,36 persen yang menjadi pendapatan nasional dan 75,97 persen yang menjadi
.g
o
ps
.b
pada tahun 2011 dan porsi pendapatan nasional meningkat menjadi 76,19 persen,
sedangkan porsi pendapatan disposable menjadi 76,66 persen. Pada tahun 2012-2014,
://
w
meskipun PDB terus mengalami peningkatan setiap tahunnya namun porsi pendapatan
nasional dan pendapatan disposable menurun setiap tahunnya. Porsi pendapatan
tp
nasional terhadap PDB pada tahun 2012 menurun menjadi sebesar 75,56 persen dan
ht
selanjutnya menurun kembali menjadi 75,25 persen dan 75,03 persen di tahun 2013 dan
2014. Sementara itu pendapatan disposabel proporsi terhadap PDB juga menurun di
tahun 2012-2013 yaitu masing-masing sebesar 76,01 persen (2012), 75,71 persen (2013) dan
75,62 persen (2014).
61
.id
pertambahan satu unit nilai output (keluaran) akan membutuhkan penambahan kapital
It
Yt Yt
I t = PMTB tahun ke t
.b
Di mana:
I
Y
ps
K
Y
ICOR
.g
o
Yt
Yt = Output tahun ke t
://
w
Uraian
ht
(1)
PDB (ADHK)
tp
(miliar rupiah)
2010
2011
2012
2013 *
2014 **
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
6.864.133,1
7.287.635,3
7.727.083,4
8.158.193,7
8.568.115,6
411.523,3
423.502,2
439.448,1
431.110,3
409.921,9
2.127.840,7
2.316.359,1
2.527.728,8
2.661.311,1
2.770.963,4
3,23
3,15
3,06
3,07
3,09
Perubahan
(miliar rupiah)
PMTB (ADHK 2010)
(miliar Rp)
ICOR
Keterangan : * sementara
** sangat sementara
Data di atas menunjukkan besaran ICOR menurun dari sebesar 3,23 (2010)
menjadi 3,15 (2011) dan 3,06 (2012). Pada tahun 2013 dan 2014 meningkat menjadi 3,07
dan 3,09.
62
BAB V
METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA
.id
secara umum, yang wajib digunakan oleh seluruh negara dalam menyusun statistik
neraca nasional. Namun dalam implementasinya, ada beberapa ketentuan yang harus
.g
o
disesuaikan, karena masalah ketersediaan data dan sistem perstatistikan yang berlaku di
.b
dimaksud.
ps
://
w
Selama ini, penghitungan PDB didasarkan pada SNNI versi lama, yaitu SNNI yang
didasarkan pada SNA 1968 dan SNA 1993. Sejalan dengan program perubahan tahun
tp
dasar PDB (dari tahun 2000 menjadi 2010) dan implementasi SNA 2008, penghitungan
ht
PDB menggunakan SNNI versi baru31. Beberapa penyesuaian yang dilakukan BPS atas
SNA 2008, tertuang dalam sistem baru ini. Penyesuaian tersebut bersifat menyeluruh,
mencakup konsep, definisi, cakupan, dan klasifikasi; metode penghitungan; dan sumber
data yang digunakan. SNNI versi baru itu disebut sebagai SNNI 2010.
Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan ukuran kinerja perekonomian tingkat
nasional. Untuk tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kota ukuran ini disebut Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB). Dengan menggunakan pedoman penyusunan yang
sama (SNNI 2010), hasil penghitungan PDB dan PDRB akan konsisten.
31
SNNI versi baru (SNNI 2010) menggunakan SNA 2008 sebagai dasar dalam menghitung statistik neraca nasional
(PDB/PDRB dan neraca-neraca lainnya seperti neraca produksi, neraca penggunaan pendapatan, dan neraca modal)
Pada dasarnya seluruh transaksi yang dilakukan oleh pelaku ekonomi (unit resisen
-rumahtangga, lembaga non-profit, pemerintah, perusahaan- maupun unit nonresiden)
harus dicatat secara konsisten dan sistematis, dengan menggunakan standar aturan dan
akuntansi yang berlaku secara umum. Khusus untuk penghitungan PDB/PDRB, aturan
dan akuntansi yang perlu diperhatikan adalah bahwa :
Total suplai (produk domestik/impor) dengan total permintaan (antara dan akhir)
.id
Total output dengan total input (input antara dan input primer) suatu industri, harus
.g
o
sama
Total pendapatan yang tercipta dalam suatu perekonomian dengan input primer
ps
.b
://
w
tp
Dari sisi yang lain, PDB menggambarkan seluruh output perekonomian suatu
ht
negara/wilayah selama kurun waktu tertentu. PDB diukur berdasarkan nilai pasar dari
barang dan jasa yang diproduksi dalam batas-batas teritori suatu negara atau wilayah
pada kurun waktu satu tahun atau satu triwulan.
Data PDB dalam konteks tersebut di atas, akan berkorelasi positif dengan standar
hidup penduduk, sehingga data PDB sering kali digunakan untuk mengukur tingkat
kesejahteraan masyarakat. Sungguhpun demikian, karena PDB merupakan ukuran
kinerja atau aktivitas ekonomi, maka bukan merupakan ukuran yang tepat untuk
menggambarkan standar hidup atau kesejahteraan masyarakat. PDB sebagai ukuran
64
standar hidup banyak dikritisi oleh berbagai pihak. Untuk itu banyak negara melakukan
langkah-langkah alternatif untuk meningkatkan kualitas data PDB, agar lebih akomodatif
terhadap pengukuran standar hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Series PDB/PDRB yang panjang dan konsisten, juga merupakan data yang
dibutuhkan oleh para pengguna, khususnya para peneliti, statistisi, maupun para
perencana pembangunan. Untuk itu upaya mengkonsistenkan data PDB dengan tahun
.id
dasar yang berbeda, maupun data PDB dengan tiga pendekatan yang berbeda, perlu
dilakukan. Proses konsistensi dan realibilitas series data PDB/PDRB tersebut dilakukan
.g
o
melalui proses benchmarking dan rebasing. Agar tetap terjaga konsistensinya, proses ini
ps
.b
Proses benchmarking32 dan rebasing33 data PDB/PDRB di Indonesia termasuk salah satu
perubahan yang diadopsi di dalam sistem penghitungan yang baru (SNNI 2010). Selama
ini data PDB/PDRB didiseminasi dengan menggunakan tahun dasar dan pendekatan
://
w
yang berbeda, sehingga perlu diselaraskan dengan menggunakan tahun dasar yang sama
tp
(tahun dasar 201034) di dalam suatu kerangka kerja yang baru dalam hal ini kerangka
ht
kerja SNNI2010.
32 Benchmarking merupakan proses penetapan level PDB/PDRB, dengan menggunakan Tabel SUT sebagai benchmark
(level dasar)
33 Rebasing merupakan proses merubah tahun dasar PDB/PDRB lama (tahun 2000) dengan tahun dasar baru
(tahun
2010)
34 Tahun dasar 2010 adalah tahun dasar baru, dan sistem penghitungan yang digunakan telah berbasis SNA 2008 (SNNI
2010)
65
5.1
.id
penyedia faktor produksi bagi sektor institusi lainnya untuk melakukan aktivitas
ps
a.
.g
o
produksi.
.b
dan jasa oleh rumahtangga untuk tujuan konsumsi. Dalam hal ini rumah tangga
://
w
berfungsi sebagai pengguna akhir (final demand) atas berbagai jenis barang dan jasa yang
tersedia di dalam suatu perekonomian. Rumahtangga didefinisikan sebagai individu atau
tp
kelompok individu yang tinggal bersama dalam suatu bangunan tempat tinggal. Mereka
ht
66
.id
barang lainnya, seperti bahan kebersihan (sabun mandi, sampo, dsj.), bahan
.g
o
ps
jasa-jasa, seperti jasa kesehatan (biaya rumah sakit, dokter, imunisasi, dsj.), jasa
.b
://
w
kendaraan, biaya hotel, dan jasa pekerja domestik yang dibayar (pembantu,
tp
ht
barang dan jasa yang dibeli langsung (direct purchase) oleh residen luar wilayah
atau luar negeri termasuk dalam konsumsi rumahtangga, dan diperlakukan
sebagai impor. Sedangkan pembelian langsung oleh non-residen diperlakukan
sebagai ekspor dari wilayah tersebut (UN, 1993).
67
Nilai perkiraan sewa rumah milik sendiri harus diperhitungkan, karena dalam hal
ini rumahtangga pemilik dianggap menghasilkan jasa persewaan rumah bagi dirinya
sendiri. Imputasi sewa rumah diperkirakan atas dasar harga pasar, meskipun status
rumah itu milik sendiri. Apabila rumahtangga benar-benar menyewa, maka yang
dihitung adalah biaya sewa yang dibayar baik dibayar penuh maupun tidak penuh
karena mendapat keringanan biaya (subsidi atau transfer).
Pengeluaran rumahtangga untuk keperluan biaya antara dan pembentukan
.id
modal di dalam aktivitas usaha rumahtangga, tidak termasuk dalam PK-RT. Contoh,
.g
o
pembelian barang dan jasa untuk keperluan usaha, perbaikan besar atau pembelian
ps
rumah. Demikian halnya pengeluaran untuk transfer baik dalam bentuk uang atau
.b
barang, tidak termasuk sebagai PK-RT. Berbagai jenis barang dan jasa yang dikonsumsi
2.
3.
4.
5.
6.
Kesehatan
7.
Angkutan
8.
Komunikasi
9.
ht
tp
://
w
1.
10. Pendidikan
68
b.
.g
o
.id
ps
Data Sekunder (dari BPS maupun luar BPS), dalam bentuk data atau indikator
.b
Selama ini, penghitungan PK-RT didasarkan pada hasil Susenas. Akan tetapi,
://
w
karena hasil estimasi data pengeluaran rumah tangga yang berasal dari Susenas
tp
ht
69
5.2
pelengkap dari sektor institusi yang ada di dalam suatu perekonomian. Munculnya
sektor ini sebagai sektor tersendiri memberi gambaran atas seluruh proses ekonomi dan
.id
peranan yang dilakukan sektor institusi dalam perekonomian. Sektor institusi dalam total
.g
o
ekonomi dibedakan atas lima sektor, yaitu sektor korporasi non-finansial, korporasi
finansial, pemerintahan umum, rumahtangga dan LNPRT. Sektor LNPRT menyediakan
.b
://
w
a.
ps
barang dan jasa bagi anggota maupun bagi rumahtangga secara gratis atau pada tingkat
tp
LNPRT merupakan bagian dari keseluruhan lembaga non profit (LNP). Sesuai
ht
dengan masing-masing fungsinya, LNP dibedakan atas LNP yang melayani rumah
tangga dan LNP yang melayani bukan rumahtangga. LNPRT merupakan lembaga yang
menyediakan barang dan jasa secara gratis atau pada tingkat harga yang tidak berarti
secara ekonomi bagi anggota atau rumahtangga, serta tidak dikontrol oleh pemerintah35.
Harga yang tak berarti secara ekonomi adalah harga yang tidak punya pengaruh
signifikan pada jumlah produsen yang ingin menyediakan barang dan jasa, serta pada
jumlah barang dan jasa yang ingin dibeli oleh konsumen.
Pedoman untuk mengidentifikasi apakah suatu harga berarti secara ekonomi atau
70
tidak, adalah jika harga itu menutup setengah biaya produksi. Jika tidak, harga ini tidak
berarti secara ekonomi (berbasis non-market). Karakteristik unit LNP adalah sbb :
LNP umumnya adalah lembaga formal, tetapi terkadang merupakan lembaga
informal yang keberadaannya diakui oleh masyarakat;
pengawasan terhadap jalannya organisasi dilakukan oleh anggota terpilih yang
punya hak sama, termasuk hak bicara atas keputusan lembaga;
setiap anggota mempunyai tanggung jawab tertentu dalam organisasi, dan
.id
tidak berhak menguasai profit atau surplus, karena profit yang diperoleh dari
.g
o
ps
.b
istilah nonprofit tidak berarti bahwa lembaga ini tidak dapat menciptakan
://
w
tp
ht
Jenis LNP
1. LNP yang menyediakan jasa ke korporasi
Sektor Kelembagaan
Korporasi
Pemerintahan
Korporasi
Lembaga Non-Profit
Rumahtangga (LNPRT)
Lembaga Non-Profit
Rumahtangga (LNPRT)
71
.id
korporasi, dan dirancang untuk kepentingan promosi. Contoh: kamar dagang, asosiasi
.g
o
.b
ps
://
w
LNP kelompok ini mencakup LNP yang dikontrol oleh pemerintah, dan menjual
jasanya pada tingkat harga yang berbasis non-market, yaitu tingkat harga yang tidak
tp
didasarkan atas biaya produksi, bahkan diberikan secara cuma-cuma atau gratis. Kontrol
lembaga.
ht
atas LNP didefinisikan sebagai kewenagan dalam menentukan kebijakan dan program
Dalam menentukan apakah suatu LNP dikontrol pemerintah, ada lima indikator
yang perlu dipertimbangkan yakni :
1.
72
2.
3.
4.
.id
.g
o
ps
5.
.b
seluruh atau sebagian risiko finansial yang terkait dengan aktivitas lembaga,
://
w
tp
ht
LNP yang menyediakan barang dan jasa bagi rumahtangga, dengan tingkat
harga yang berarti secara ekonomi. Output lembaga semacam ini sebesar biaya
yang dikeluarkan oleh rumahtangga.
LNP yang menyediakan jasa bagi rumahtangga secara gratis atau dengan
tingkat harga yang tidak berarti secara ekonomi (non-komersial). Output
lembaga ini sebesar biaya yang dikeluarkan oleh LNPRT dan dikeluarkan
(aktual) oleh rumahtangga.
LNP yang menyediakan jasa kolektif secara gratis atau dengan harga yang
tidak berarti secara ekonomi. Output lembaga ini sebesar biaya yang
73
.g
o
.id
Nilai output ini dihitung dari seluruh pengeluaran LNPRT untuk melakukan aktivitas
ps
.b
transportasi, bahan bakar, perjalanan dinas, belanja barang dan jasa lain, sewa
://
w
b. Kompensasi tenaga kerja, contoh : upah, gaji, lembur, honor, bonus dan
tunjangan lainnya
tp
c. Penyusutan
ht
d. Pajak lainnya atas produksi (dikurangi subsidi), contoh: PBB, STNK, BBN dll.
LNPRT mencakup LNP yang termasuk kelompok LNP yang melayani rumah
tangga. LNPRT ini dibedakan atas 7 jenis lembaga, yaitu: Organisasi kemasyarakatan,
Organisasi sosial, Organisasi profesi, Perkumpulan sosial/ kebudayaan/olahraga/ hobi,
Lembaga swadaya masyarakat, Lembaga keagamaan, dan Organisasi bantuan
kemanusiaan/beasiswa.
i.
74
ii.
.id
.g
o
masyarakat dalam usaha kesejahteraan sosial, dan terdiri dari panti asuhan, panti
ps
wreda, panti lainnya, seperti yayasan pendidikan anak cacat (YPAC), panti tuna
iii.
.b
Organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat dari disiplin ilmu yang sama
://
w
tp
Organisasi profesi dalam bidang Ilmu Sosial, seperti: ISEI, IAI, dsj.
iv.
ht
Organisasi profesi dalam bidang Ilmu Pasti, seperti: PII, IDI, dsj.
Perkumpulan Sosial/Kebudayaan/Olahraga/Hobi
Organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat yang berminat untuk
mengembangkan apresiasi budaya, olahraga, hobi, kegiatan yang bersifat sosial,
dan terdiri dari :
Perkumpulan sosial seperti Perkumpulan Rotari Indonesia, WIC;
Organisasi Kebudayaan seperti Padepokan Seni dan Budaya, Himpunan
Penghayat Kepercayaan;
Organisasi Olahraga seperti PSSI, PBSI, Ikatan Motor Indonesia; dan
75
.id
vi.
ps
.g
o
Lembaga Keagamaan
.b
://
w
tp
ht
76
.id
.g
o
ps
dengan unit sampling LNPRT dan lag satu tahun (SK-LNP 2011 berisi data
2010). Survei ini dilaksanakan setiap tahun di beberapa provinsi. Provinsi
.b
Sedangkan provinsi yang tidak terkena sampel, dapat menggunakan hasil SK-
://
w
tp
ht
b.
direktori LNPRT.
ii. PK-LNPRT Tahunan adh Konstan
Data yang diperlukan untuk menghitung PK-LNPRT Tahunan adalah data
PK-LNPRT Triwulanan adh Konstan.
2. Metode penghitungan
77
.id
biaya yang dikeluarkan lembaga atas penggunaan barang dan jasa (antara) dan
.g
o
faktor produksi, ditambah nilai barang dan jasa yang berasal dari produksi
sendiri atau pemberian pihak lain (transfer). Jika menggunakan input yang
ps
.b
berlaku.
://
w
tp
ht
x ij
xij
ni
78
j : Input LNPRT, j = 1, 2, 3, , 19
Estimasi PK-LNPRT, setelah nilai rata-rata pengeluaran menurut jenis
lembaga, dan populasi LNPRT diperoleh, maka estimasi PK-LNPRT
menggunakan rumusan :
7
19
xij
Ni
.g
o
X:
.id
i 1 j 1
ps
.b
://
w
YQ 2
YQ 3
YQ 4
ht
YQ1
tp
79
5.3
produsen, dan sebagai regulator yang menetapkan berbagai kebijakan di bidang fiskal
maupun moneter. Dalam System of National Accounts (SNA) 2008, disebutkan bahwa unit
pemerintah merupakan unit institusi yang dibentuk melalui proses politik, serta
mempunyai kekuasaan di bidang lembaga legislatif, yudikatif maupun eksekutif atas unit
institusi lain yang berada di dalam batas-batas wilayah suatu negara/wilayah. Di peran
.id
di atas, pemerintah juga mempunyai berbagai peran dan fungsi lainnya, seperti sebagai
.g
o
penyedia barang dan jasa bagi kelompok atau individu rumah tangga, sebagai pemungut
dan pengelola pajak atau pendapatan lain-nya, berfungsi mendistribusikan pendapatan
.b
a.
ps
atau kesejahteraan melalui aktivitas transfer, serta terlibat di dalam produksi non-pasar.
://
w
dan jasa akhir. Sedangkan sebagai produsen, pemerintah akan melakukan aktivitas
produksi maupun aktivitas investasi. Untuk sektor pemerintah, besarnya nilai
tp
pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) sama dengan output pemerintah. Untuk
ht
itu PK-P mencakup pembelian barang dan jasa yang bersifat rutin, pembayaran upah dan
gaji pegawai, serta perkiraan penyusutan barang modal, dikurangi nilai penjualan barang
dan jasa yang dihasilkan unit produksi yang tak dapat dipisahkan dari aktivitas
pemerintahan. Definisi ini sejalan dengan definisi dalam SNA 1968, yang menyebutkan
bahwa pengeluaran konsumsi akhir pemerintah equivalen dengan nilai barang dan jasa
yang diproduksi oleh pemerintah untuk dikonsumsi sendiri.
Aktivitas unit produksi pemerintah yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas
pemerintahan secara umum, mencakup aktivitas :
80
1. memproduksi barang yang sama atau sejenis dengan barang yang diproduksi
oleh perusahaan. Contoh, aktivitas pencetakan publikasi, kartu pos, reproduksi
karya seni, pembibitan tanaman di kebun percobaan dsb. Aktivitas menjual
barang-barang semacam itu bersifat insidentil dari fungsi pokok unit pemerintah.
2. memproduksi jasa Contoh, aktivitas penyelenggaraan rumah sakit, sekolah,
perguruan tinggi, museum, perpustakaan, tempat rekreasi dan penyimpanan
hasil karya seni yang dibiayai oleh pemerintah. Dala hal ini pemerintah
.id
memungut biaya yang umumnya tidak lebih dari seluruh biaya yang dikeluarkan.
.g
o
Pendapatan yang diterima dari aktivitas semacam ini disebut sebagai penerimaan
ps
.b
a. Berdasarkan apakah barang atau jasa diproduksi oleh produsen pasar atau non-
://
w
pasar.
tp
ht
individu.
b.
yang di konsumsi oleh pemerintahan umum, terdiri dari jasa kolektif serta barang dan
jasa individu tertentu.
Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah terdiri dari output non-pasar kurang
81
.id
memperoleh biaya yang diperoleh bank sentral. Sehingga transfer current nilai output
.g
o
non-pasar harus dicatat sebagai pembayaran oleh bank sentral dan diterima pemerintah
untuk menutup pembelian output non-pasar bank sentral oleh pemerintah.
ps
Output non-pasar terdiri dari barang dan jasa individu atau kolektif yang
.b
yang disediakan secara gratis atau pada tingkat harga yang tidak signifikan secara
://
w
tp
atau dengan biaya yang tidak signifikan, diestimasi sebagai jumlah biaya produksi sbb:
ht
a. Konsumsi antara
b. Kompensasi pekerja;
c. Konsumsi barang modal tetap;
d. Pajak lainnya (kurang subsidi) atas produksi
Social transfer in-kind adalah pengeluaran pemerintah atau LPNRT atas barang atau jasa
yang dihasilkan produsen pasar yang langsung diberikan ke rumahtangga, secara
individu atau kolektif tanpa pengolahan lebih lanjut. Social transfer in-kind di Indonesia
teridentifikasi sebagai Beras Miskin (Raskin).
82
5.4
ps
a.
.g
o
.id
barang modal seperti: bangunan dan konstruksi lain, mesin dan perlengkapan,
.b
PMTB didefinisikan sebagai penambahan dan pengurangan aset tetap pada suatu
barang modal baru dari dalam negeri serta barang modal baru dan bekas dari luar negeri
://
w
(termasuk perbaikan besar, transfer atau barter barang modal). Sedangkan pengurangan
ht
lain.
tp
barang modal mencakup penjualan,transfer atau barter barang modal bekas pada pihak
bahwa
di
dalamnya
masih
mengandung
unsur
penyusutan.
83
usaha, menurut institusi, dan menurut wilayah asal. Dalam kerangka penyusunan
PDB/PDRB, PMTB dirinci menurut jenis barang modal.
PMTB terdiri dari:
i.
Penambahan dikurangi pengurangan aset (harta) baik barang baru maupun barang
bekas, seperti bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal,
bangunan lainnya, mesin & perlengkapan, alat transportasi, aset tumbuhan dan
hewan yang dibudidaya (cultivated asset), produk kekayaan intelektual (intellectual
.id
.g
o
ii. Biaya alih kepemilikan aset non-finansial yang tidak diproduksi, seperti lahan dan
ps
iii. Perbaikan besar aset, yang bertujuan meningkatkan kapasitas produksi dan usia
.b
://
w
Penambahan aset dapat terjadi karena pembelian, produksi, barter, transfer, sewa
beli (financial leasing), pertumbuhan aset sumberdaya hayati yang dibudidaya, dan
tp
perbaikan besar aset. Sedangkan pengurangan aset dapat terjadi karena penjualan, barter,
ht
transfer atau sewa beli. Pengecualian kehilangan yang disebabkan oleh bencana alam
tidak dicatat sebagai pengurangan.
b.
84
c. Indeks Produksi Industri Besar Sedang dari Statistik Industri Kecil & Rumah
tangga.
d. Laporan keuangan perusahaan.
e. Publikasi Statistik Industri Besar dan Sedang.
f.
j.
Data Eksplorasi Mineral dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral
.g
o
.id
i.
(ESDM).
2. Metode penghitungan
.b
ps
://
w
tp
ht
modal (harta tetap) yang dilakukan oleh berbagai sektor ekonomi (produsen) secara
langsung. Sedangkan pendekatan tidak langsung adalah dengan menghitung
berdasarkan alokasi dari total penyediaan produk (barang/jasa) yang menjadi barang
modal di berbagai industri, atau disebut sebagai pendekatan arus komoditas. Dalam
hal ini penyediaan atau supply dari barang modal dapat berasal dari produksi dalam
negeri (domestik) maupun dari produk luar negeri (impor).
85
Pendekatan Langsung
Penghitungan PMTB secara langsung dilakukan dengan cara menjumlahkan
seluruh nilai PMTB yang terjadi di setiap industri (lapangan usaha). Barang modal
tersebut dinilai atas dasar harga (adh) pembelian, di dalamnya sudah termasuk biayabiaya yang dikeluarkan, seperti biaya transportasi, biaya instalasi, pajak-pajak, serta
biaya lain yang terkait dengan pengadaan barang modal tersebut. Bagi barang modal
yang berasal dari impor di dalamnya termasuk bea masuk dan pajak-pajak yang terkait
.id
.g
o
ps
(perolehan). Untuk memperoleh nilai PMTB adh Konstan, maka PMTB adh Berlaku
://
w
.b
tersebut di deflate (dibagi) dengan indeks harga perdagangan besar (IHPB) yang sesuai
tp
arus komoditas (commodity flow approach). Pendekatan ini dilakukan dengan cara
ht
menghitung nilai penyediaan produk barang yang dihasilkan oleh berbagai industri
(supply), yang kemudian sebagian di antaranya
dan margin perdagangan, sehingga diperoleh PMTB adh Berlaku. Untuk memperoleh
nilai adh Konstan adalah dengan men-deflate PMTB (adh Berlaku) dengan IHPB yang
sesuai dengan jenis barang modal.
Pendekatan ke dua, yang harus dilakukan bila data output tidak tersedia adalah
dengan cara ekstrapolasi atau mengalikan PMTB adh Konstan dengan indeks produksi
jenis barang modal yang sesuai. Untuk itu penghitungan PMTB diawali dengan
menghitung PMTB adh Konstan terlebih dahulu. Selanjutnya untuk memperoleh PMTB
.id
adh Berlaku, nilai PMTB adh Konstan tersebut di- reflate(dikalikan) dengan indeks
.g
o
harga masing-masing jenis barang modal yang sesuai (sebagai inflator). Hal ini
mensyaratkan bahwa PMTB adh Konstan di tahun-tahun sebelumnya sudah tersedia
ps
secara lengkap.
.b
Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal lain
://
w
Pertama, PMTB adh Berlaku diperoleh dari total nilai barang impor. Selanjutnya,
barang modal tersebut dirinci menurut kelompok utama seperti
mesin-mesin, alat
tp
angkutan dan barang modal lain. Apabila rician tersebut tidak tersedia dapat digunakan
ht
rasio tertentu sebagai alokator (barang modal impor kode HS 2 digit). Ke dua, untuk
memperoleh PMTB adh Konstan adalah dengan cara mendeflate PMTB adh Berlaku
dengan menggunakan indeks harga yang sesuai.
PMTB adh Berlaku untuk barang modal tak-berwujud seperti eksplorasi mineral,
dihitung dengan cara mengumpulkan data laporan keuangan perusahaan terbuka di
bidang industri pertambangan. Dengan menggunakan data panel, pertumbuhan adh
Berlaku dari aktivitas pertambangan itu menjadi pengali nilai eksplorasi mineral pada
periode sebelumnya. Sedangkan PMTB adh Konstan-nya diperoleh dengan men-deflate
nilai adh Berlaku dengan indeks implisit dari PDRB industri pertambangan. Selain itu,
87
data dari ESDM dan BP Migas diharapkan menjadi dasar atau data kontrol untuk data
tahunan-nya.
Untuk
perangkat
lunak,
PMTB
adh
Berlaku
diperoleh
dengan
cara
.id
literary, or artistic original products), data dikumpulkan adalah nilai sinetron dan program
.g
o
acara televisi yang dapat dibuat. Sedangkan data Impor film diperoleh dari nilai impor
film. PMTB adh Konstan-nya diperoleh dengan cara mendeflate nilai adh Berlaku dengan
ps
.b
Sementara itu, bila akan dilakukan penghitungan PMTB melalui pendekatan tak-
://
w
a. Rasio penggunaan output industri yang menjadi barang modal cenderung statis.
Untuk memperbaiki diperlukan survei dalam skala yang besar.
tp
b. Nilai margin perdagangan dan angkutan (Trade and Transport Margin) sulit diperoleh.
ht
Selang (Lag) waktu antara data tahun pengukuran (referensi) dengan data publikasi
yang diperoleh dari sumber data tertentu, terlalu lama.
5.5
dibutuhkan untuk keberlangsungan proses produksi di samping tenaga kerja dan barang
modal.
Dalam PDB/PDRB, komponen Perubahan Inventori merupakan bagian dari
Pembentukan Modal Bruto, atau yang lebih dikenal sebagai investasi fisik yang terjadi
88
pada kurun waktu tertentu di dalam wilayah suatu region. Perubahan inventori
menggambarkan bagian dari investasi yang direalisasikan dalam bentuk barang jadi,
barang setengah jadi, serta bahan baku dan bahan penolong pada satu periode tertentu.
Sehingga ketersediaan data perubahan inventori menjadi penting untuk memenuhi
kebutuhan analisis tentang aktivitas investasi.
a.
.id
.g
o
persediaan adalah barang yang dikuasai oleh produsen untuk tujuan diolah lebih
lanjut (intermediate consumption) menjadi barang dalam bentuk lain, yang punya nilai
ps
ekonomi maupun nilai manfaat yang lebih tinggi. Termasuk dalam pengertian ini adalah
.b
barang yang masih dalam proses pengerjaan, serta barang jadi yang belum dipasarkan
://
w
Dalam kerangka PDB atau Tabel I-O, inventori disajikan sebagai bagian dari
komsumsi akhir (final demand), tepatnya terletak pada kuadran II di dalam tabel I-O.
tp
Selama ini pada kedua kerangka data tersebut, inventori diperlukan sebagai komponen
ht
2000, tepatnya pada triwulan I tahun 2004. Terkait dengan perubahan tahun dasar 2000
ke tahun 2010 maka komponen perubahan inventori perlu dihitung tersendiri, terpisah
dari statistical discrepancy. Dengan demikian, perubahan inventori atau perubahan stok
tidak diperlakukan sebagai komponen penyeimbang (balancing item) pada PDB menurut
penggunaan.
Inventori merupakan persediaan barang pada unit institusi, yang belum atau
tidak digunakan dalam proses produksi, atau belum selesai diproses, atau belum terjual.
.id
Sedangkan perubahan inventori adalah selisih antara nilai inventori pada akhir periode
.g
o
akuntansi dengan nilai inventori pada awal periode akuntansi. Perubahan inventori
menjelaskan tentang perubahan posisi barang inventori, yang dapat bermakna
ps
.b
posisi cadangan atau persediaan barang jadi atau barang dalam pengerjaan (setengah
://
w
jadi) yang dikuasai perusahaan pada satu saat, yang tercatat dalam laporan neraca akhir
tahun. Selain hal tersebut, di dalamnya termasuk barang dagangan dan atau barang
tp
dalam perjalanan. Dalam laporan keuangan, inventori dicatat sebagai bagian dari harta
ht
lancar (current asset) pada sisi kiri neraca, yang menggambarkan bagian dari aset atau
kekayaan perusahan. Umumnya data tersebut disajikan secara agregat (tidak dirinci
menurut jenis inventori) bersama dengan komponen harta lancar lain, termasuk nilai
penyisihan atas inventori yang rusak atau usang. Selain para produsen (inventory holder),
penguasa inventori adalah pelaku industri perdagangan, pemerintah dan rumah tangga.
Masing-masing pelaku ekonomi tersebut mempunyai kepentingan dan tujuan yang
berbeda dalam melakukan penimbunan barang inventori.
Bagi produsen, keberadaan inventori diperlukan untuk menjaga kelangsungan
proses produksi, sehingga perlu pencadangan baik dalam bentuk bahan baku atau bahan
90
.id
pokok seperti beras, terigu, minyak goreng dan gula pasir. Bagi rumah tangga pengadaan
.g
o
inventori lebih ditujukan untuk kemudahan dalam mengatur perilaku konsumsinya saja.
Dalam statistik neraca nasional, inventori diperlakukan sebagai bagian dari
ps
pembentukan modal atau dikenal sebagai inventasi fisik. Tepatnya, informasi inventori
.b
menjelaskan tentang porsi dari investasi yang telah terealisasi dalam bentuk barang jadi
://
w
tp
akan menjadi informasi yang cukup penting untuk analisis investasi khususnya analisis
ht
.id
.g
o
e. Barang dagangan yang masih dikuasai oleh pedagang besar maupun pedagang
eceran untuk tujuan dijual;
Ternak untuk tujuan dipotong;
ps
f.
.b
g. Pengadaan barang oleh pedagang untuk tujuan dijual atau dipakai sebagai bahan
://
w
ht
b.
tp
.id
adalah pendekatan dari sisi korporasi sebagai pendekatan langsung dan dari sisi
.g
o
ps
pendekatan secara langsung menghasilkan data yang relatif lebih baik dibanding dengan
pendekatan tidak langsung. Pendekatan komoditas hanya dapat dilakukan jika data
Pendekatan Langsung
.b
://
w
tp
akhir tahun (balance sheet) perusahaan. Untuk memperoleh nilai perubahan inventori adh
ht
93
.id
adh Konstan dihitung dengan mendeflate nilai perubahan inventori adh Berlaku dengan
.g
o
indeks harga yang sesuai, atau mengalikan perubahan volume stok akhir dan stok awal
dikalikan dengan harga barang di tahun dasar.
ps
.b
Data inventori yang dibutuhkan adalah dalam bentuk posisi atau pada satu saat
://
w
tp
Data perubahan inventori yang tersedia dalam bentuk volume umumnya tidak
ht
disertai data harganya. Jika data harga inventori tidak tersedia, maka dapat
diasumsikan indeks harga komoditas inventori mengikuti indeks implisit PDB
yang sesuai;
Diperlukan adjustment dengan cara me-mark-up, guna untuk melengkapi estimasi
untuk industri yang datanya tidak tersedia;
5.6
domestik dengan pihak di luar negeri. Secara konsep, transaksi ini terjadi antara pihak
94
penduduk37 Indonesia dengan penduduk negara lain. Dalam transaksi ekspor, termasuk
.id
pembelian langsung penduduk negara lain atas barang dan jasa di wilayah domestik,
.g
o
seperti pembelian barang dan jasa oleh wisatawan asing di wilayah Indonesia. Begitu
ps
pula sebaliknya, pembelian langsung barang dan jasa di luar negeri oleh penduduk
.b
ekspor dan impor adalah transaksi perdagangan dengan pihak luar negeri (external
://
w
b.
tp
ht
bumi dan gas dan bukan-minyak bumi dan gas. Ekspor dan impor38 barang dinilai
menurut harga Free on Board (FOB)39. Sementara data ekspor dan impor yang diperoleh
dari Subdit Statistik Ekspor maupun Subdit Statistik Impor masih dalam kurs dolar
Amerika ($ US), sehingga nilai tersebut perlu dikonversikan ke dalam satuan rupiah.
Untuk ekspor konversinya menggunakan rata-rata kurs beli dolar AS yang ditimbang
dengan nilai nominal transaksi ekspor bulanan. Sedangkan impor konversinya
menggunakan rata-rata kurs jual dolar AS yang ditimbang dengan nilai nominal
95
transaksi impor bulanan. Hasil estimasi nilai ekspor maupun impor barang dan jasa yang
telah dikonversi dalam satuan rupiah, merupakan nilai transaksi ekspor dan impor adh
Berlaku.
Untuk menghitung nilai ekspor dan impor adh Konstan, dibedakan antara
produk dalam bentuk barang dan produk jasa. Untuk produk barang diperoleh dengan
cara mendeflasi nilai ekspor atau impor adh Berlaku dengan indeks harga per-unit
(IHPU) masing-masing kelompok barang ekspor maupun impor. Sedangkan untuk
.id
produk jasa diperoleh dengan cara membagi nilai ekspor atau impor adh Berlaku dengan
.g
o
indeks harga per-unit barang ekspor dan barang impor yang dikombinasi dengan indeks
implisit jasa-jasa terseleksi.
ps
Sumber data yang digunakan untuk mengestimasi nilai ekspor dan impor, selain
.b
dari BPS, juga dari Bank Indonesia (BI). Untuk nilai ekspor maupun nilai impor barang,
data yang digunakan bersumber dari BPS, sedangkan ekspor dan impor jasa bersumber
Penyusutan (Depresiasi)
tp
5.7
://
w
dari BI.
ht
akuntansi. Pengurangan atau susutnya nilai barang modal (kapital) bisa secara ekonomis
maupun teknis, karena digunakan dalam suatu proses produksi. Agar supaya nilai aset
kembali pada posisi semula, maka harus dilakukan pengembalian barang modal melalui
penyisihan nilai kapital ausnya nilai barang modal dalam proses produksi. Nilai susut ini
96
kemudian disebut sebagai depresiasi (consumption of fixed capital). Di sisi lain, penyusutan
yang merupakan tabungan di perusahaan akan menjadi salah satu sumber pembiayaan
investasi fisiknya.
b.
ada (stok kapital). Dari hasil kajian, menunjukkan bahwa usia pakai barang modal antar
jenis sangatlah bervariasi, yakni antara 3 s.d 60 tahun. Rasio nilai penyusutan setiap
.id
tahun diasumsikan sama besar, atau menggunakan proporsi yang sama antar tahun.
.g
o
Untuk itu, digunakan rata-rata penyusutan sekitar 5 persen dari total nilai PDB.
ps
.b
garis lurus, atau mengikuti pola dan struktur barang modal pada masing-masing
tahun, meskipun secara empiris, penyusutan sangat dipengaruhi oleh faktor usia serta
tp
5.8
://
w
ht
jasa yang diproduksi oleh unit usaha40. Secara tidak langsung, pajak ini dibebankan pada
97
konsumen melalui harga produk yang dijual (dibeli konsumen). Pajak tidak langsung
dan subsidi merupakan unsur yang mempunyai transaksi berlawanan. Pajak tidak
langsung merupakan penerimaan pemerintah dari masyarakat, sedangkan subsidi
merupakan bantuan (transfer) yang diberikan pemerintah pada masyarakat.
b.
.g
o
5.9
.id
ps
.b
domestik, yang secara spesifik menggambarkan tentang aliran transaksi dalam bentuk
pendapatan faktorial dari luar negeri dan/atau sebaliknya. Pendapatan faktor produksi
://
w
produksi di suatu negara, seperti lahan (land), modal (capital), tenaga kerja (labor), serta
tp
ht
(non-residen) sehingga menimbulkan aliran devisa ke dalam negeri. Pendapatan neto atas
faktor produksi terhadap luar negeri merupakan selisih pendapatan atas faktor produksi dari
luar wilayah domestik yang faktornya dimiliki oleh Indonesia dikurangi dengan
pendapatan atas faktor produksi yang berada di wilayah domestik yang faktornya
dimiliki oleh luar negeri (non-residen).
a.
Konsep Definisi
Pendapatan atas faktor produksi dari luar negeri merupakana penerimaan atau
balas jasa faktor produksi tenaga kerja maupun bukan tenaga kerja (modal/kapital), serta
98
faktor atau harta kepemilikan lain. Pendapatan dari faktor produksi tenaga kerja berupa
kompensasi tenaga kerja berupa upah dan gaji, serta tunjangan lain. Sedangkan
pendapatan faktor bukan-tenaga kerja mencakup kompensasi dalam bentuk bunga,
deviden, royalti, dan sejenisnya. Transaksi tersebut sering diartikan juga sebagai
pendapatan dari investasi. Dengan demikian maka pendapatan neto atas faktor produksi
terhadap luar negeri merupakan selisih pendapatan atas faktor produksi dari luar wilayah
domestik (yang faktor produksinya dimiliki Indonesia) dikurangi pendapatan faktor
.id
produksi yang berada di wilayah domestik (yang faktor produksinya dimiliki luar negeri
b.
.g
o
atau non-residen).
ps
Nilai pendapatan neto luar negeri atas faktor produksi tenaga kerja maupun
.b
bukan-tenaga kerja diperoleh dari neraca pembayaran luar negeri (Balance of Payment)
Bank Indonesia. Data yang diperoleh masih dalam satuan nilai dolar Amerika (US $),
://
w
sehingga harus dikonversi ke dalam nilai rupiah dengan menggunakan kurs nilai ekspor
dan nilai impor rata-rata tertimbang. Untuk pendapatan faktor produksi yang berasal
tp
dari luar negeri dikonversi dengan menggunakan kurs ekspor, sedangkan pendapatan
ht
faktor produksi ke luar negeri dikonversikan dengan menggunakan kurs impor. Hasil
penghitungan tersebut merupakan estimasi pendapatan atas faktor produksi dari luar
negeri adh Berlaku.
Perkiraan pendapatan atas faktor produksi dari luar negeri adh Konstan dihitung
dengan cara deflasi, yaitu dengan membagi estimasi pendapatan atas faktor produksi
dari luar negeri adh Berlaku dengan indeks harga yang sesuai. Indeks yang digunakan
adalah indeks harga per-unit impor dan indeks harga per-unit ekspor.
99
5.10
Pendapatan Nasional, yang sifatnya bisa menambah atau bisa pula mengurangi. Untuk
memperoleh pendapatan disposabel maka pendapatan nasional harus ditambah dengan
transfer berjalan.
a.
.id
faktor yang dimiliki oleh berbagai institusi pada pihak lain secara cuma-cuma, tanpa ada
.g
o
suatu ikatan. Transfer dapat pula diartikan sebagai pemberian yang bersifat tidak wajib
ps
.b
alasan sosial. Transfer yang dimaksud adalah transfer berjalan (current transfer), yang
umumnya berupa pemberian hibah atau sumbangan untuk bencana alam, pendidikan,
b.
://
w
kesehatan dsb.
ht
tp
Nilai transfer neto terhadap luar negeri diperoleh dari neraca pembayaran luar
negeri (Balance of Payment) Bank Indonesia. Data yang diperoleh masih dalam satuan nilai
dolar Amerika (US$), sehingga harus dikonversi ke dalam nilai rupiah dengan
menggunakan kurs nilai ekspor dan nilai impor rata-rata tertimbang. Untuk penerimaan
transfer yang berasal dari luar negeri dikonversi dengan kurs ekspor, sedangkan untuk
pembayaran transfer ke luar negeri dikonversi dengan kurs impor. Nilai hasil estimasi
tersebut merupakan perkiraan nilai transfer adh Berlaku.
100
BAB VI
PENUTUP
1. PDB menurut pengeluaran tahun 2010 s.d 2014 dapat menggambarkan perubahan
struktur dan perkembangan kondisi ekonomi Indonesia pada periode bersangkutan.
Analisis ekonomi dari sisi PDB pengeluaran akan berbeda dengan analisis dari sisi
lapangan usaha (industri) yang lebih fokus pada perilaku produksi. Analisis PDB
.id
pengeluaran terfokus pada perilaku penggunaan barang dan jasa akhir, baik untuk
.g
o
ps
dalam suatu perekonomian adalah rumah tangga, lembaga non-profit yang melayani
.b
://
w
dan perdagangan luar negeri yang dimaksud. Analisis didasarkan pada indikator
yang diturunkan dari PDB pengeluaran. Analisis tersebut juga dilengkapi dengan
tp
indikator sosial demografi (seperti penduduk, rumah tangga, dan pegawai negeri),
ht
3. Data dapat disajikan dalam bentuk series data dari tahun 2010 s.d 2014, sehingga
mudah di dalam menggambarkan perubahan atau kecenderungan yang terjadi
antara waktu. Masing-masing parameter disajikan dalam satuan yang berbeda
(rupiah, indeks, persentase, rasio, unit, dsb) sesuai dengan tujuan analisis dan
karakteristik masing-masing data.
4. Data dan indikator yang diturunkan dari sajian data PDB menurut pengeluaran,
dapat dijadikan acuan bagi pengembangan dan perluasan indikator ekonomi makro
lain seperti pendapatan disposabel, tabungan, serta model ekonomi sederhana yang
saling berkaitan antara seluruh variabel ekonomi dan variabel yang tersedia. Bahkan
secara langsung maupun tidak langsung dapat dikaitkan dengan tampilan data
ekonomi makro lain seperti PDB menurut lapangan usaha (industri), Tabel InputOutput, Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) dan bahkan Neraca Arus Dana.
5. Sebagian data tentang interaksi dengan luar negeri (external account) secara agregat
.id
disajikan di sini, seperti ekspor dan impor, pendapatan faktorial neto (factorial
income) dari luar negeri, dan transfer berjalan (current tranfer) neto. Transaksi
.g
o
ht
tp
://
w
.b
ps
102
DAFTAR ISTILAH
Domestik
Merupakan batas teritori aktivitas ekonomi, yang hampir mendekati konsep wilayah
teritori negara secara hukum (batas adiministrasi). Istilah domestik merupakan
terminologi baku yang digunakan di dalam penyusunan statistik neraca nasional
yang memberikan batasan yang jelas tentang kawasan ekonomi penduduk, baik
residen maupun non-residen.
.id
.g
o
ke residen negara lain, yang berlangsung baik di dalam maupun di luar negeri.
ps
Dalam praktek, ekspor terdiri dari barang dagangan dan barang lain yang keluar
melalui batas pabean atau wilayah domestik suatu negara, termasuk pembelian
.b
langsung di negara tersebut oleh non-residen. Karena ekspor barang dagangan dinilai
://
w
Ekonomi domestik
adh FOB (free on board), maka nilai ekspor tidak termasuk biaya angkut dan asuransi
tp
suatu negara. Ekonomi domestik dibedakan dengan luar negeri (rest of the world)
ht
karena konsep residen , bukan karena unsur kebangsaan atau mata uang. Ekonomi
domestik mencakup aktivitas ekonomi yang diselenggarakan oleh residen. Konsep
ini tidak selalu identik dengan batas wilayah administrasi secara politik.
Faktor Produksi
Mencakup faktor yang terlibat dalam aktivitas produksi, baik langsung maupun
tidak langsung, seperti lahan, tenaga kerja, modal, dan kewirausahaan.
Faktor Pendapatan dari Luar Negeri
Merupakan pendapatan atau kompensasi yang diterima oleh pemilik atau penguasa
faktor produksi, karena terlibatan dalam aktivitas ekonomi yang berlangsung di luar
batas wilayah domestik.
Harga Berlaku
Penilaian atas barang dan jasa (produk) yang dihasilkan atau dikonsumsi, dengan
menggunakan tingkat harga pada tahun berjalan.
Harga Konstan
Penilaian atas barang dan jasa (produk) yang dihasilkan atau dikonsumsi, dengan
menggunakan tingkat harga pada tahun dasar tertentu.
Impor Barang dan Jasa
Mencakup seluruh transfer atau pembelian barang dan jasa dari residen suatu negara
.id
ke residen negara lain, baik berlangsung di dalam wilayah domestik suatu negara
.g
o
maupun di luar negeri. Dalam praktek, impor terdiri dari barang dagangan dan
barang lain yang melewati batas pabean, termasuk pembelian langsung oleh residen
ps
di luar negeri. Barang dagangan impor dinilai adh CIF (cost insurance fraid), sehingga
.b
Mencakup pembuatan dan pembelian barang modal baru, baik dari dalam maupun
luar negeri (impor), termasuk barang modal bekas dari luar negeri. Pembentukan
://
w
modal tetap yang dicatat hanya yang dilakukan oleh residen (unit ekonomi domestik)
tp
suatu negara/wilayah.
ht
Penyusutan
Merupakan nilai susut suatu barang modal tetap, karena digunakan di dalam proses
produksi.
Permintaan Antara
Merupakan permintaan barang dan jasa yang digunakan di dalam proses produksi.
Permintaan Akhir
Merupakan permintaan atas barang dan jasa, yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi akhir, pembentukan modal, maupun ekspor.
Produk
Merupakan output yang dihasilkan melalui proses produksi yang dilakukan oleh
104
produsen (residen) di dalam batas wilayah domestik suatu negara, pada kurun
waktu tertentu. Berbagai jenis produk (disebut juga sebagai komoditas), menurut
sifatnya dibedakan atas barang (good/tangible) dan jasa (service/intangible).
Produk domestik
Merupakan nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi
di dalam sistem ekonomi domestik, setelah memperhitungkan barang dan jasa yang
berasal dari impor. Total penyediaan (supply) barang dan jasa di dalam suatu
perekonomian dapat berasal dari produk domestik maupun impor.
.id
Residen
.g
o
Merupakan unit ekonomi yang punya pusat kepentingan ekonomi di dalam batas
wilayah suatu negara (centre of economic interest). Peran penting ini ditandai oleh dua
ps
faktor penting, yaitu tempat tinggal (dwelling) dan tempat aktivitas ekonomi, dalam
jangka waktu yang relatif panjang, biasanya setahun. Tujuannya untuk membedakan
.b
batas teritori suatu negara dari negara lain (rest of the world). Unit ekonomi yang
bukan residen suatu negara, dianggap sebagai sektor luar negeri (non-residen).
Tahun Dasar
://
w
Merupakan tahun yang dipilih sebagai referensi statistik, yang digunakan sebagai
dasar penghitungan di tahun yang lain. Melalui tahun dasar dapat digambarkan
tp
series data dengan indikator rinci tentang perubahan atau pergerakan yang terjadi.
ht
Wilayah ekonomi
105
ht
tp
://
w
.b
ps
.g
o
.id
106
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
4.
5.
6.
7.
8.
.g
o
.id
3.
ps
9.
11.
.b
10.
12. Frenken Jim, How To Measure Tangible Capital Stocks, Netherlands, 1992.
://
w
13. Host Poul, Madsen, Macroeconomic Accounts An Overview, Pamphlet Series, No. 29,
tp
ht
14. Keuning. J. Steven, An Estimate of the Fixed Capital Stock By Industry and Types of Capital
Goods in Indonesia, Statistical Analysis Capability Program, Project Working Paper,
Series No.4, Jakarta 1988.
15. United Nations, A System of National Accounts, Studies in Methods, Series F No.2
Rev.3, New York, 1968.
16.
17.
18.
19.
20. Verbiest Piet, Investment Matrix, Hasil Kerjasama Asian Development Bank dengan
Badan Pusat Statistik, Jakarta, 1997.
21. Ward, Michael, The Measurement of Capital: Methodology of Capital Stock Estimates in
.id
ht
tp
://
w
.b
ps
.g
o
22. World Bank, System of National Accounts 1993, Bahan Kursus, Washington DC, 1993
108
ht
tp
://
w
.b
ps
.g
o
.id
L a m p i r an
109
ht
tp
://
w
.b
ps
.g
o
.id
110
TABEL 1. PRODUK DOMESTIK BRUTO ATAS DASAR HARGA BERLAKU (MILIAR RUPIAH)
MENURUT PENGELUARAN TAHUN 2010 - 2014
Jenis Pengeluaran
2010
2011
2012
2013 *
2014 **
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
2.251.882,3
220.456,4
806.922,1
397.819,6
1.375.790,0
570.227,0
288.068,0
72.758,9
80.529,9
89.585,8
103.929,6
124.509,0
618.178,0
709.450,8
796.848,3
904.996,2
1.005.399,5
444.288,6
265.162,2
492.963,2
303.885,0
565.755,3
339.240,9
630.237,4
375.162,1
2.451.914,0
2.819.026,5
3.059.780,5
3.434.124,6
a. Bangunan
b. Mesin dan Perlengkapan
c. Kendaraan
d. Peralatan Lainnya
e. CBR
f. Produk Kekayaan Intelektual
1.580.435,0
220.377,7
123.094,8
30.761,1
125.663,4
47.508,6
1.791.932,4
280.002,3
146.579,8
35.531,1
145.934,1
51.934,2
2.053.896,4
329.147,2
179.038,9
38.480,5
159.227,3
59.236,1
2.242.779,8
343.132,0
172.446,3
40.084,0
187.189,1
74.149,2
2.569.122,4
350.426,1
155.588,3
44.349,2
204.747,1
109.891,5
129.094,6
131.328,6
202.638,4
183.329,3
219.004,7
0,0
4.616,0
-27.181,5
-4.544,7
-72.184,7
1.667.917,8
2.061.886,2
2.118.979,0
2.283.761,0
2.501.202,0
a. Barang
a.1. Barang Non-migas
a.b. Barang migas
b. Jasa
1.520.295,0
1.266.970,7
253.324,2
147.622,9
1.890.412,3
1.528.931,6
361.480,7
171.473,9
1.918.040,0
1.572.451,0
345.589,0
200.939,0
2.044.357,0
1.703.498,0
340.859,0
239.404,0
2.227.443,0
1.869.525,0
357.918,0
273.759,0
1.537.719,8
1.868.075,0
2.152.937,0
2.359.212,0
2.580.527,0
a. Barang
a.1. Barang Non-migas
a.b. Barang migas
b. Jasa
1.280.688,6
1.021.879,5
258.809,1
257.031,2
1.596.455,7
1.230.537,7
365.918,0
271.619,3
1.850.040,0
1.439.293,0
410.747,0
302.897,0
2.012.940,0
1.523.386,0
489.554,0
346.272,0
2.177.252,0
1.652.354,0
524.898,0
403.275,0
6.864.133,1
7.831.726,0
8.615.704,5
9.524.736,5
10.542.693,5
a. Perubahan Inventori
Angka sementara
**
.b
2.127.840,7
ht
5.911.165,4
2.073.904,4
206.150,3
726.351,1
360.911,5
1.225.580,5
500.341,2
259.457,4
b. Diskrepansi Statistik
6
5.352.696,5
1.854.628,9
187.041,1
637.059,9
327.738,0
1.085.926,2
443.099,7
233.251,3
381.063,5
237.114,5
://
w
4.768.745,1
1.638.643,5
175.860,1
569.628,5
290.849,9
993.368,7
385.156,1
206.568,8
tp
4.260.075,5
1.457.599,4
154.222,2
516.319,8
255.276,9
894.897,7
337.157,9
170.589,1
ps
a. Konsumsi Kolektif
b. Konsumsi Individu
3.786.062,9
.id
.g
o
TABEL 2. PRODUK DOMESTIK BRUTO ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2010 (MILIAR RUPIAH)
MENURUT PENGELUARAN TAHUN 2010 - 2014
Jenis Pengeluaran
2010
2011
2012
2013 *
2014 **
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
4.195.787,6
4.421.721,3
4.649.072,3
1.457.599,4
154.222,2
516.319,8
255.276,9
894.897,7
337.157,9
170.589,1
1.489.545,2
162.350,1
543.181,1
268.833,7
953.673,9
355.868,5
203.836,0
1.545.635,5
172.878,4
575.044,0
284.508,5
1.018.099,2
381.366,6
218.255,4
1.608.381,4
182.482,9
608.664,3
300.723,0
1.087.559,1
403.127,3
230.783,3
1.676.676,5
191.405,7
638.319,2
318.890,3
1.149.041,9
432.203,1
242.535,7
72.758,9
76.790,3
618.178,0
652.291,7
381.063,5
237.114,5
81.918,6
88.617,5
99.636,3
681.819,0
729.059,6
743.470,6
407.985,2
244.306,5
420.887,5
260.931,5
456.248,9
272.810,7
465.421,2
278.049,4
2.127.840,7
2.316.359,1
2.527.728,8
2.661.311,1
2.770.963,4
a. Bangunan
b. Mesin dan Perlengkapan
c. Kendaraan
d. Peralatan Lainnya
e. CBR
f. Produk Kekayaan Intelektual
1.580.435,0
220.377,7
123.094,8
30.761,1
125.663,4
47.508,6
1.675.388,7
273.416,3
143.012,2
34.347,7
139.608,7
50.585,4
1.811.558,0
306.654,3
171.258,9
35.907,6
146.767,2
55.582,8
1.933.672,0
307.782,4
161.592,5
36.022,4
157.465,9
64.775,8
2.040.225,4
293.586,2
147.595,7
36.631,5
162.745,5
90.179,1
129.094,6
118.207,3
174.183,1
149.136,6
162.852,6
0,0
1.252,2
30.882,1
28.094,9
83.918,5
1.667.917,8
1.914.267,9
1.945.063,7
2.026.119,7
2.046.739,9
a. Barang
a.1. Barang Non-migas
a.b. Barang migas
b. Jasa
1.520.295,0
1.266.970,7
253.324,2
147.622,9
1.746.663,4
1.442.177,1
304.486,3
167.604,6
1.761.024,3
1.479.142,4
281.881,9
184.039,4
1.828.165,8
1.584.724,4
243.441,4
197.953,8
1.843.181,8
1.608.062,4
235.119,3
203.558,1
1.537.719,8
1.768.821,9
1.910.299,5
1.945.867,0
1.988.537,9
a. Barang
a.1. Barang Non-migas
a.b. Barang migas
b. Jasa
1.280.688,6
1.021.879,5
258.809,1
257.031,2
1.495.887,8
1.203.514,5
292.373,3
272.934,0
1.632.008,0
1.326.280,6
305.727,5
278.291,5
1.665.064,2
1.338.228,7
326.835,5
280.802,8
1.705.062,3
1.378.479,0
326.583,3
283.475,6
6.864.133,1
7.287.635,3
7.727.083,4
8.158.193,7
8.568.115,6
Angka sementara
**
a. Perubahan Inventori
tp
b. Diskrepansi Statistik
Ekspor Barang dan Jasa
ht
112
.b
://
w
.id
3.977.288,6
.g
o
3.786.062,9
ps
2011
2012
2013 *
2014 **
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
55,16
54,40
55,35
56,20
56,07
21,24
2,25
7,52
3,72
13,04
4,91
2,49
20,92
2,25
7,27
3,71
12,68
4,92
2,64
21,53
2,17
7,39
3,80
12,60
5,14
2,71
21,77
2,16
7,63
3,79
12,87
5,25
2,72
21,36
2,09
7,65
3,77
13,05
5,41
2,73
1,06
1,03
1,09
1,18
9,01
9,25
9,50
9,54
5,67
3,39
5,72
3,53
5,94
3,56
5,98
3,56
31,31
32,72
32,12
32,57
a. Bangunan
b. Mesin dan Perlengkapan
c. Kendaraan
d. Peralatan Lainnya
e. CBR
f. Produk Kekayaan Intelektual
23,02
3,21
1,79
0,45
1,83
0,69
22,88
3,58
1,87
0,45
1,86
0,66
23,84
3,82
2,08
0,45
1,85
0,69
23,55
3,60
1,81
0,42
1,97
0,78
24,37
3,32
1,48
0,42
1,94
1,04
1,88
1,68
2,35
1,92
2,08
0,00
0,06
-0,32
-0,05
-0,68
24,30
26,33
24,59
23,98
23,72
a. Barang
a.1. Barang Non-migas
a.b. Barang migas
b. Jasa
22,15
18,46
3,69
2,15
24,14
19,52
4,62
2,19
22,26
18,25
4,01
2,33
21,46
17,88
3,58
2,51
21,13
17,73
3,39
2,60
22,40
23,85
24,99
24,77
24,48
a. Barang
a.1. Barang Non-migas
a.b. Barang migas
b. Jasa
18,66
14,89
3,77
3,74
20,38
15,71
4,67
3,47
21,47
16,71
4,77
3,52
21,13
15,99
5,14
3,64
20,65
15,67
4,98
3,83
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
a. Perubahan Inventori
tp
ht
Angka sementara
**
.b
31,00
b. Diskrepansi Statistik
6
9,06
://
w
5,55
3,45
ps
a. Konsumsi Kolektif
b. Konsumsi Individu
1,04
.g
o
.id
Jenis Pengeluaran
113
2010
2011
2012
2013 *
2014 **
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
55,16
54,58
54,30
54,20
54,26
21,24
2,25
7,52
3,72
13,04
4,91
2,49
20,44
2,23
7,45
3,69
13,09
4,88
2,80
20,00
2,24
7,44
3,68
13,18
4,94
2,82
19,71
2,24
7,46
3,69
13,33
4,94
2,83
19,57
2,23
7,45
3,72
13,41
5,04
2,83
1,06
1,05
9,01
8,68
5,59
3,34
5,43
3,25
31,78
32,71
32,62
32,34
22,99
3,75
1,96
0,47
1,92
0,69
23,44
3,97
2,22
0,46
1,90
0,72
23,70
3,77
1,98
0,44
1,93
0,79
23,81
3,43
1,72
0,43
1,90
1,05
1,88
1,62
2,25
1,83
1,90
0,00
0,02
0,40
0,34
0,98
24,30
26,27
25,17
24,84
23,89
a. Barang
a.1. Barang Non-migas
a.b. Barang migas
b. Jasa
22,15
18,46
3,69
2,15
23,97
19,79
4,18
2,30
22,79
19,14
3,65
2,38
22,41
19,42
2,98
2,43
21,51
18,77
2,74
2,38
22,40
24,27
24,72
23,85
23,21
a. Barang
a.1. Barang Non-migas
a.b. Barang migas
b. Jasa
18,66
14,89
3,77
3,74
20,53
16,51
4,01
3,75
21,12
17,16
3,96
3,60
20,41
16,40
4,01
3,44
19,90
16,09
3,81
3,31
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
31,00
a. Bangunan
b. Mesin dan Perlengkapan
c. Kendaraan
d. Peralatan Lainnya
e. CBR
f. Produk Kekayaan Intelektual
23,02
3,21
1,79
0,45
1,83
0,69
tp
ht
Angka sementara
**
114
.b
ps
8,94
5,45
3,38
b. Diskrepansi Statistik
1,16
8,82
a. Perubahan Inventori
1,09
5,60
3,35
5,55
3,45
://
w
1,06
8,95
a. Konsumsi Kolektif
b. Konsumsi Individu
4
.id
Jenis Pengeluaran
.g
o
TABEL 4. DISTRIBUSI PRODUK DOMESTIK BRUTO ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2010
MENURUT PENGELUARAN TAHUN 2010 - 2014
://
tp
ht
.g
ps
.b
id
o.