Anda di halaman 1dari 34

LANSIA DENGAN

GANGGUAN ELIMINASI
URIN
Nana Supriyatna

Perubahan terkait usia


Membran basalia glomerulus menebal
Total permukaan glomerular berkurang
Panjang dan volume tubulus proksimal menurun
Sirkulasi / vaskularisasi renal berkurang
Filtrasi darah kurang efisien
Peningkatan total lemak tubuh
Penurunan cairan intasel
Penurunan sensasi haus
Penurunan kemampuan untuk memekatkan urin
Resiko dehidrasi

Penurunan hormon yang penting untuk


absorbsi kalsium
Peningkatan resiko osteoporosis
Penurunan kapasitas kandung kemih
Peningkatan volume residu
Peningkatan kontraksi kandung kemih yang
tidak disadari
Atropi pada otot kandung kemih secara
umum
Peningkatan resiko inkonensia

Faktor resiko

Penyakit genitourinari
Penyakit sistemik
Medikasi
Perilaku/ gaya hidup
Perilaku karena mitos/ kesalah pahaman
Kemampuan fungsional
Pengaruh lingkungan

DEFINISI INKONTINENSIA URINE

International Continence Siciety


Committe on Standardization of
Terminology (1990) Kebocora n
urine yang sangat nyata dan
menimbulkan masalah sosial atau
hygienis
Agency for Health Care policy and
Research pengeluaran urine
involinter yang cukup
menimbulkan masalah

Urine dari ginjal kandung kemih


Kandung kemih distensi dan mengirim pesan
melalui saraf otonom Medula spinalis dan
serebrum otot destrusor (parasimpatik)
relaksasi bersama leher kandung kemih dan
spingter uretera

Dampak Inkontinensia

Fisiologis
Gangguan integritas kulit, hygiene kulit, KK
mengecil dan hiperaktif
Sosial
Menarik diri, penolakan
Psikologis
depresi, harga diri rendah, pengabaian
terhadap diri sendiri
Ekonomi
Menghabiskan biaya (personal, institusi)

Faktor yang
berhubungan
Penuaan
Ginjal kurang mampu memekatkan
urine,
Kapasitas Kandung kemih berkurang
Volume residu meningkat
KK lebih mudah mengalami iritasi
Mengakibatkan nocturia, sering berkemih,
urgensi dan kerentanan terhadap infeksi

Sensasi

berkemih berkurang sampai KK


penuh Mengakibatkan ketergesaan
Penurunan tonus otot dasar panggul
dan spingter external kebocoran urin
akibat penekanan
Ginjal bekerja lebih efisien saat lansia
istirahat atau tidur risiko nokturia

Faktor Risiko

Penurunan fungsi penglihatan dan


hambatan mobilitas fisik (fleksibilitas,
keseimbangan, kekuatan)
Penyakit kronis yang menyertai
penuaan (stroke, artritis, demensia, DM)
memerlukan waktu menuju toilet,
mengganggu pengendalian fungsi urine
Hospitalisasi

Klasifikasi Inkontinensia

1.
2.
3.
4.
.
1.
2.
.
1.
2.

Inkontinensia akibat masalah pengisian kandung kemih


inkontinensia urgensi
Inkontinensia refleks
Inkontinensia stres
Inkontinensia campuran
Inkontinensia akibat masalah pengosongan kandung kemih
Inkontinensia overflow
Inkontinensia total
Inkontinensia akibat gangguan pemeliharaan lingkungan dan
hambatan fungsional
Inkontinensia fungsional
Inkontinensia iatrogenik

Inkontinensia urgensi

Urinasi involunter yang terjadi segera


setelah sensasi kuat urgensi untuk
berkemih muncul (Carrol-johnson, 1989)
Pengeluaran urine yang tidak terkendali,
yang didahului oleh keinginan berkemih,
tetapi gagal untuk menahan urine dalam
waktu cukup lama untuk mampu sampai
ke toilet (Diokno, 1983)

Faktor berkaitan

Cedera cerebrovaskular
Cedera medula spinalis
Cedera panggul
Tumor otak
Pembesaran prostat
Penurunan kapasitas kandung kemih

Gejala
Urgensi kuat untuk berkemih disertai pengeluaran urin
secara involunter
Diakitkan dengan ketidakstabilan detrusor (Fantl et al,
1996)
Pengeluaran urine sebelum sampai ketoilet
Keinginan yang tiba-tiba muncul untuk mengeluarkan
urin
Kebutuhan untuk tergesa-gesa pergi ketoilet, ketidak
mampuan menahan urin atau menekan keinginan
berkemi (Woodtli & Yocum, 1994)
Apakah anda kebelet buang air kecil dan ngompol
sebelum sampai ketoilet???

Inkontinensia Refleks

Inkontinensia refleks merupakan pengeluaran


urin secara involunter akibat kontraksi kandung
kemih ketika tidak ada kendali dari syaraf yang
lebih tinggi (Carrol-johnson, 1989)
International Continence Society Commita on
Standarization of Terminology, 1990)
Pengeluaran urin akibat hiperefleksia detrusor
dan/atau relaksasi uretra secara involunter
ketika tidak ada sensasi yang biasanya
dihubungkan dengan dorongan berkemih

Bentuk inkontinensia ini menyertai


lesi komplit medula spinalis
Tidak ada sensasi urgensi atau
sensasi berkemih
Kontraksi kandung kemih refleks
terjadi saat pengisian KK atau
sebagai respon terhadap stimulus
dari abdomen bawah atau deri
perineum

Masalah yang terjadi akibat inkontinensia


refleks spingter eksternal dan otot
destrusor dapat spasme sehingga
menghambat pengosongan kandung kemih
secara sempurna refluks vesikuurettera,
hidronefrosis

Inkontinensia Stres

Kebocoran urin yang berkaitan dengan


peningkatan tekanan intra abdomen
(Carroll-Johnson, 1989)
Pengeluaran urin secara involunter yang
terjadi ketika tidak ada kontraksi
detrusor, tekanan intra vesika yang
melampaui tekanan uretera maksimal

Tanda-tanda

Pengeluaran sedikit urin secara tiba-tiba, akibat


peningkatan aktifitas fisik (batuk, bersin, tertawa,
mengangkat barang)

Apakah Anda mengompol ketika batuk


atau tertawa???

Etiologi

Kelemahan otot panggul dan struktur


penyokong panggul
Tekanan intra abdomen yang tinggi
Overdistensi
Defisiensi spingter
Penuaan
Kehamilan, obesitas, persalinan per
vagina, batuk kronis Faktor
predisposisi

Inkontinensia Campuran

Kebocoran urin yang berkaitan dengan


peningkatan tekanan inta abdomen
(stres) dan ketidakmampuan menunda
kemih (urgensi) (Clinical Patrice
Guideline Panel, 1992).
Prevalensi lebih sering terjadi pada
wanita lansia lemah.

Inkontinensia Overflow
Pengeluaran urin secara involunter akibat
overdistensi kandung Kemih (Fantl et al.,
1996)
Inkontinensia overflow terjadi ketika kandung
kemih menjadi cukup distensi sehingga
upaya berkemih mengakibatkan pengeluaran
urin yang sedikit, tetapi sering (dribling)
Tipe inkontinensia ini terjadi akibat
ketidakmampuan berkemih terjadi
bersamaan dengan inkontinensia

Etiologi

Hipotonia Kandung Kemih (kerusakan


susunan neurumuskuler KK dan
Obstruksi pintu KK).

Tanda dan gejala

Volume residi meningkat


Kesulitan memulai berkemih
Aliran urin lambat
Volume urin sedikit-sedikit
(dribling)perasaan pengosongan KK
inkomplit
Kebocoran urin tiba2 saat membungkuk

Inkontinensia Total

Pengeluaran urin yang tidak


dapat diprediksi atau kontinu
(Carrill-Johnson, 1989).

Etiologi

Disebabkan karena neuropati reseptor


regangan kandung kemih, kerusakan
pada kendali perkemihan di neuron
serebri.
Neoropati medula spinalis
Lesi saraf perifer dibawah lengkung
resleks

Inkontinensia Fungsional

Ketidakmampuan mencapai toilet pada


waktunya karena hambatan lingkungan
atau disorientasi terhadap tempat
Kebocoran urin yang dikaitkan dengan
ketidakmampuan mencapai toilet akibat
gangguan fungsi kognitif dan atau fisik,
ketidak inginan secara psikologis, atau
hambatan lingkungan (Ouslander, 1994)

Inkontinensia iatrogenik

Terjadi akibat faktor yang dikendalikan


dokter dan/atau perawat
Restrain, obat, tirah baring, cairan
intravena
Tanpa terapi , individu atau lansia akan
kembali kontinen.

Pengkajian
Riwayat:
1. Keluhan Utama
2. Gejala perkemihan
frequensi, nokturia, urgensi, stres,
refleks, kesulitan mengejan, dribling
pasca berkemih, disuri, hematuria,
kendali, pengosingan KK.
3. Asupan cairan : jumlah, jenis,
pengaturan waktu

Riwayat Medis :
pembedahan, kondisi saat ini, obatobatan
Defekasi
Kemampuan fungsional
mobilitas, keterampilan manual,
penglihatan, lingkungan, status
psikologik

Pemeriksaan fisik
Vital sign, Genitalia, Rektum
Fungs mental
Urinalisis
Mobilitas
Pemeriksaan urodinamik

Diagnosa Keperawatan

Inkontinensia uregensi
Inkontinensia stres
Inkontinensia refles
Inkontinensia overflow
Inkontinensia fungsional
Inkontinensia Total
Inkontinensia iatrogenik
Cemas
Gangguan gambaran diri
Isolasi sosial

Intervensi keperawatan

Latihan dasar panggul


Pelatihan kandung kemih
Pelatihan kebiasaan berkemih
Mempertahankan hidarasi
Kateterisasi intermiten
Modifikasi lingkungan
Meminimalisir faktor resiko

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai