PENYUSUN
ABEN TIMBUL BASRI
11 2010 249
PEMBIMBING
Dr. Seto Hanggoro Setiadji, SpU
BAB I
PENDAHULUAN
Karsinoma buli-buli merupakan keganasan pada traktus urinarius yang paling banyak dijumpai dan
merupakan keganasan kedua terbanyak pada sistem urogenitalia setelah karsinoma prostat. Karsinoma
buli-buli lebih banyak menyerang pria daripada wanita dengan perbandingan 2:1. Pada tahun 2000, di
Amerika Serikat dijumpai lebih dari 53.200 kasus baru dan 12.200 kasus meninggal karena keganasan
tersebut. Umur rerata saat diketahui menderita karsinoma buli-buli adalah 65 tahun dan saat itu 85%
masih terlokalisir sedang 15% sudah menyebar
Hiperplasia sel transisional adalah jenis yang paling sering ditemukan pada karsinoma buli-buli.
Penyebabnya antara lain pajanan amin aromatik dari industri , asap rokok, infeksi kronis oleh
Schistosoma haematobium dan proses peradangan kronis akibat batu yang dapat menyebabkan karsinoma
sel skuamosa ,.
Penampakan karsinoma buli-buli dapat berupa defek pengisian pada vesika urinaria yang terisi kontras
atau pola mukosa yang tidak teratur pada film kandung kemih pascamiksi. Jika urogram intravena
menunjukkan adanya obstruksi ureter, hal tersebut lebih menekankan pada keterlibatan otototot di dekat
orifisium ureter dibandingkan obstruksi akibat massa neoplasma yang menekan ureter. MRI bermanfaat
dalam penilaian praoperatif terhadap penyebab intramural dan ekstramural, invasi lokal, pembesaran
kelenjar limfe, dan deposit sekunder pada hati atau paru
BAB II
ANATOMI
Buli-buli merupakan organ berongga yang terdiri atas 3 lapis otot detrusor yang saling
beranyaman. Di sebelah dalam adalah otot sirkuler, ditengah merupakan otot longitudinal, dan
paling luar merupakan otot sirkuler. Mukosa buli-buli terdiri atas se-sel transisional yang sama
seperti pada mukosa-mukosa pada pelvis renalis, ureter, dan uretra posterior. Pada dasar buli-buli
kedua muara ureter dan meatus uretra internum memebentuk suatu segitiga yang disebut
trigonum buli-buli.
Secara anatomic bentuk buli-buli terdiri atas 3 permukaan, yaitu : permukaan superior
yang berbatasan dengan
posterior. Permukaan superior adalah merupakan lokus minoris (daerah terlemah) dinding bulibuli.
Buli-buli berfungsi menampung urin dari ureter dan kemudian mengeluarkannya melalui
uretra dalam mekanisme miksi (berkemih). Dalam menampung urin, buli-buli mempunyai
kapasitas maksimal, yang volumenya untuk orang dewasa kurang lebih adalah 300 450 ml,
sedangkan kapasitas buli-buli pada anak-anak menurut formula dari Koff adalah :
Kapasitas buli-buli = {Umur (tahun) + 2} x 30 ml
pada saat kosong, buli-buli terletak dibelakang simfisis pubis dan pada saat penuh berada
diatas simfisis sehingga dapat dipalpasi dan diperkusi.
Buli-buli yang terisi penuh memberikan rangsangan pada saraf aferen dan menyebabkan
aktivasi pusat miksi di medulla spinalis segmen sacral S2-4. Hal ini akan menyebabkan kontraksi
otot dterusor, terbukanya leher buli-buli dan relaksasi sfingter uretra sehingga terjadilah proses
miksi.
BAB III
PEMBAHASAN
I.
DEFINISI
Tumor buli-buli merupakan 2% dari seluruh keganasan, dan merupakan kedua
terbanyak pada system urogenital setelah karsinoma prostat. Tumor ini dua kali lebih
sering menyerang pria daripada wanita. Dan angka kejadiannya meningkat pada
daerah industry.
II.
III.
BENTUK TUMOR
Tumor buli-buli dapat berbentuk papiler, tmor non invasive (in situ), noduler
(infiltratif) atau campuran antara bentuk papiler dan infiltratif.
IV.
PERJALANAN PENYAKIT
Karsinoma buli-buli yang masih dini merupakan tumor superficial. Tumor ini
lama kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina propria, otot dan lemak
pervesika yang kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitarnya.
Di samping itu tumor dapat menyebar secara limfogen maupun hematogen.
Penyebaran limfogen menuju kelenjar limfe perivesika, obturator, iliaka eksterna, dan
iliaka komunis; sedangkan penyebaran hematogen paling sering ke hepar, paru-paru
dan tulang.
V.
JENIS HISTOPATOLOGI
Sebagian besar ( 90%) tumor buli-buli adalah karsinoma sel transisional. Tumor
ini bersifat multifocal yaitu dapat terjadi di saluran kemih yang epitelnya terdiri
atas se transisional yaitu di pielum, ureter, atau uretra posterior. Sedangkan jenis
yang lainnya adalah karsinoma sel skuamosa ( 10%) dan adenokarsinoma ( 2
%).
VI.
ADENOKARSINOMA
Terdapat 3 grup adenokarsinoma pada buli-buli, yaitu :
o
Primer terdapat di buli-buli, dan biasanya terdapat di dasar dan di fundus bulibuli. Pada beberapa kasus sistitis glandularis kronik dan ekstrofia vesika pada
perjalanannya lebih lanjut dapat mengalami degenerasi menjadi adenokarsinoma
buli-buli.
Tumor sekunder yang berasal dari focus metastasis dari organ lain,
diantaranya adalah : prostat, rectum, ovarium, lambung, mamma, dan
endometrium.
Tabel 9-3 : Stadium Karsinoma Buli-buli sesuai system TNM dan Marshall
TNM
Marshall
uraian
Tis
Karsinoma in situ
Ta
T1
Infasi submukosa
IX.
T2
B1
T3a
B2
T3b
T4
D1
N1-3
D1
M1
D2
Metastasis hematogen
X.
PALPASI BIMANUAL
Palpasi bimanual dikerjakan dengan narkose umum (supaya otot buli-buli) relaks)
pada saat sebelum dan sesudah tindakan TUR buli-buli. Jari telunjuk kanan
melakukan colok dubur atau colok vagina sedangkan tangan kiri melakukan palpasi
buli-buli didaerah suprasimfisis untuk memperkirakan luas infiltrasi tumor (T).
XI.
LABORATORIUM
Selain pemeriksaan laboratorium rutin, dipaeriksa pula :
Sitologi urun yaitu pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urin.
Sayangnya nilai negative palsu pemeriksaan ini cukup tinggi.
XII.
PENCITRAAN
Pemeriksaan PIV dapat mendeteksi adanya tumor buli-buli berupa filling defect
dan mendeteksi adanya tumor sel transisional yang berada di ureter atau pielum.
Didapatkannya hidroureter atau hidronefrosis merupakan salah satu tanda adanya
infiltrasi tumor ke ureter atau muara ureter. CT scan atau MRI berguna untuk
menentukan ekstensi tumor ke organ sekitarnya.
XIV. TERAPI
Tindakan pertama kali yang dilakukan pada pasien karsinoma buli-buli
adalah reseksi buli-buli transuretra atau TUR buli-buli. Pada tindakan ini dapat
sekaligus ditentukan luas infiltrasi tumor. Terapi selanjutnya
tergantung pada
XV.
DIVERSI URIN
Camey
dengan
berbagai
kekurangannya
dan
kemudian
DAFTAR PUSTAKA
1.
2. Purnomo, BB. 2003. Dasar-Dasar Urologi Edisi Ketiga. Sagung Seto. Jakarta.
Hal 255-261
3. Staf Pengajar Sub-Bagian Radio Diagnostik, Bagian Radiologi, FKUI. Radiologi
Diagnostik. Balai Penerbit FKUI. Jakarta: 2000
4. Sjamsuhidajat R, Wim de jong, 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi II, Penerbit
Buku Kedokteran, EGC, Jakarta. Hal 780-782
5. Tanagho A,Mcaninch Jack,2004. Smiths General Urology, edisi 16, Penerbit
International Edition.