Anda di halaman 1dari 1

PENDEKAR RAJAWALI SAKTI

hal 2

"Ya. Sebentar lagi tempat ini terlewati," sahut Adipari Karang Setra.
Matanya menatap iba pada istrinya itu. "Adakah jalan lain selain jalan ini?"
tanya Tunjung Melur. "Ada, tapi harus memutari bukit Cubung. Paling tidak, bisa
memakan waktu satu minggu perjalanan." Tunjung Melur mendesah pelan.
Matanya menatap Rangga Pati, anaknya. Hatinya merasa gelisah. Keangkeran
kaki bukit Cubung dengan lembah Bangkainya, menghantui pikirannya. Telah
banyak orang yang mencoba melintasi jalan ini, namun hilang tak kembali bagai
ditelan bumi. Senja terus merayap rnenjelang malam. Matahari mengintip takuttakut di antara pepohonan di kaki bukit.
Sinar keemasan itu mulai redup, memberi kesempatan pada embun dan kabut
untuk menampakkan diri. Rombongan Kadipaten Karang Setra terus memacu
menuju arah terbenamnya matahari. "Mestinya Kang Mas sendiri saja yang
menemui Ayahanda Prabu," Tunjung Melur sedikit bergumam. "Ayahanda Prabu
sudah rindu ingin bertemu dengan cucu pertamanya."
Kembali Tunjung Melur mendesah. Dia tahu bukan Ayahanda Prabu yang rindu
pada cucunya, tapi suaminyalah yang rindu dengan ayahandanya.
Memang, sejak mereka menikah hingga dikaruniai seorang putra, tak pernah
sekali pun mengunjungi orang tua Adipari Karang Setra ini.

Anda mungkin juga menyukai