Dokumen - Tips Materi-Flavonoid
Dokumen - Tips Materi-Flavonoid
Pendahuluan
Flavonoid adalah golongan fenol alam yang tersebar luas dalam
tumbuhan. Menurut perkiraan , kira-kira 2% dari seluruh karbon yang
difotosintesis oleh tumbuhan atau sekitar 1.000.000.000 ton per tahun diubah
menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan dengannya. Diduga flavonoid
sudah ada di alam ini telah cukup lama, yang terdapat pada ganggang hijau lebih
1 milyar tahun silam. Tidak ada senyawa yang begitu menyolok seperti flavonoid
yang memberi keindahan dan kesemarakan pada bunga dan buah-buahan di
alam, misalnya flavin memberi warna kuning atau jingga, antosianin warna
merah, ungu atau biru dan secara biologis dia memainkan peranan penting
dalam proses penyerbukan pada tanaman oleh serangga. Pada mulanya para
ahli tertarik pada antosian, yang merupakan pigmen tumbuhan flavonoid.
Kemudian diketahui pula bahwa dalam buah-buahan, sayur-sayuran dan bijibijian mengandung berbagai jenis senyawa flavonoid. Disamping sebagai
pigmen tumbuhan, flavonoid diketahui pula berperan dalam pertumbuhan,
pertahanan diri dari serangan hama dan penyakit, tabir surya, dan sinyal kimia
untuk berkomunikasi dengan lingkungannya. Bagi manusia golongan senyawa
ini memberi manfaat yang cukup banyak seperti, antioksidan, antiinflamasi,
immunostimulan, antikanker, antivirus dan antimikroba.. Tanin yang termasuk
golongan senyawa ini telah lama digunakan sebagai penyamak kulit dan
pewarna kain. Berbagai komoditi penting seperti teh, coklat dan anggur, mutunya
sangat ditentukan oleh warna maupun rasa yang berasal dari flavonoid yang
terdapat didalamnya.
kiranya
untuk
mengetahui
cara
mengenal,
mengisolasi,
dan
C1
C2
C1
C2
C2
FLAVONOID
ISOFLAVONOID
NEOFLAVONOID
Contoh :
1. Flavonoid
OH
HO
OH
FLAVON
OH
OCH3
KUERSETIN
KRANJIN
2. Isoflavonoid
HO
OH
HO
OCH3
FEREIRIN
H3CO
O
O
O
OH
OCH3
CH2
OCH3
PTEROKARPIN
ROTENON
3. Neoflavonoid
H3CO
O
O
OH
HO
H3CO
DALBERGIN
BRAZILIN
KALOFILOID
A
6
5
C
10
O
B
1'
OH
4'
1
O
3
3'
5'
HO
4'
6'
2'
OH
4
5
5'
6'
FLAVAN
I.2 Asal usul Biogenetik
Spekulasi awal mengenai biosintesis flavonoid dijelaskan oleh Robinson
(1936) mengatakan bahwa kerangka C 6 C3 C6.
HO
OH
HO
OH
O
OH
FLAVANON
Pembentukan
KHALKON
flavonoid
dimulai
dengan
memperpanjang
unit
fenilpropanoid (C6 C3) yang berasal dari turunan sinamat seperti asam pkumarat, kadang-kadang asam kafeat, asam ferulat atau asam sinapat.
Percobaan menunjukkan bahwa khalkon dan isomer flavanon yang sebanding
OH
HO
HO
OH
OH
H
O
HO
[O]
OH
OH
Flavanon
OH
Khalkon
OH
HO
Ha
O
b
OH
OH
+OH-
HO
OH
OH
O
[O]
-H
-H+
Flavanonol
OH
HO
OH
HO
OH
OH
H
OH
HO
OH
OH
Flavon
OH
OH
Auron
HO
Flavonol
H
HO
O
OH
OH
O
OH
Isoflavon
Katekin
Antosianidin
tetap memberikan hasil yang baik. Bila menggunakan bahan tumbuhan segar,
setelah cuplikan dipilih untuk dianalisis maka sisanya dianjurkan agar segara
secepatnya dikeringkan untuk mencegah kerja dari enzim.
Setelah menimbang sebagian bahan tumbuhan yang telah digiling,
ekstraksi paling baik dilakukan dalam dua tahap; pertama dengan pelarut
metanol-air (9 : 1) dan kedua dengan metanol-air (1 : 1). Ekstrak kemudian
dicampur dan diuapkan hingga volumenya menjadi sepertiga volume awal, atau
hampir semua metanol menguap. Ekstrak yang diperoleh dapat dibabaskan dari
senyawa yang kepolarannya rendah seperti lemak, terpena, klorofil, xantofil
dengan ekstraksi (dalam corong pisah) menggunakan pelarut heksan atau
kloroform. Ekstraksi harus dilakukan beberapa kali dan lapisan air mengandung
sebagian besar flavonoid, selanjutnya dikeringkan pada tekanan rendah
(rotapavor).
Pemilihan pelarut tidak hanya tergantung pada kandungan zat aktif yang
diselidiki, tetapi tergantung juga pada bagian mana substansi tersebut berada.
Bila flavonoid terdapat dalam vakuola sel, umumnya bersifat hidrofilik, maka
penyarian dilakukan dengan menggunakan air ataupun pelarut-pelarut alkoholik.
Jika flavonoidnya terdapat dalam kloroplas maka diperlukan pelarut-pelarut
nonpolar sebelum menyarian alkoholik.
Ekstraksi flavonoid seperti yang dijelaskan di atas tidak cocok untuk
antosianin atau flavonoid yang kepolarannya rendah. Untuk antosian, daun segar
atau bunga jangan dikeringkan tetapi segera digerus dengan NeOH yang
mengandung 1% HCl pekat. Ekstraksi segera terjadi yang ditandai dengan
adanya perubahan warna larutan, kromatografi atau analisis spektroskopi
ekstrak dapat segera dilakukan untu mencegah hidrolsisi glikosida. Untuk
simplisia yang mengandung flavonoid dengan kepolaran yang lebih rendah lagi
dapat langsung diisolasi dengan merendam heksana atau eter selama beberapa
menit, perlu diingat bahwa ekstrak yang diperoleh juga mengandung lemak dan
lilin.
II.2 Isolasi
Metode terbaik untuk mengisolasi atau memisahkan campuran flavonoid
antara lain dengan kromatografi kertas (KKt) dan kromatografi lapis tipis (KLT).
Jika menggunakan metode KKt, kertas yang disarankan adalah kertas Whatman
3MM (46 x 57 cm) atau yang setara. Kertas dibuat seperti gambar di bawah.
Ekstrak ditotolkan kira-kira 8 cm dari tepi lipatan pertama dan 3 cm dari lipatan
kedua dengan garis tengah 3 cm yang berpusat pada satu titik. Pengeringan
bercak dibantu dengan pengering rambut. Ekstrak yang ditotolkan dapat
digunakan secara umum yaitu dari sejumlah ekstrak yang diperoleh dari 50
100 mg bahan tumbuhan kering. Elusi pertama dapat digunakan pengembang
beralkohol, misalnya BAA (n-Butanol, Asam asetat, Air = BAW) 4:1:5 atau TBA (tBuOH:HOAc:H2O) 3:1:1. Kertas diangkat dan dikeringkan di lemari asam, bagian
kromatogram yang dilipat (a) digunting. Selanjutnya eluen kedua menggunakan
pengembang, biasanya berupa larutan dalam air seperti asam asetat 15%. Untuk
8 cm
3 cm
arah aliran
pengembang
pertama
(b)
(a)
biarkan 5 cm
(c)
(d)
yang larut (dapat mengotori). Polyclar AT General Aniline and Film Corporation),
Polyponco 66D Polymer Corporation) dan Polyamida (Woelm).
4. Gel sephadex (deret G). Digunakan untuk memisahkan campuran,
terutama berdasarkan atas ukuran molekul (mengunakan pelarut air), molekul
besar akan terelusi lebih dahulu. Sangat berguna untuk memisahkan
poliglikosida yang berbeda bobot molekulnya. Bila pengelusinya adalah pelarut
organik, gel sephadex deret G berprilaku seperti selulosa, tetapi kapasitasnya
lebih besar. Gel harus dikembang terlebih dahulu selama 12 jam dengan eluen.
Jenis niaga G-10 (untuk bobot molekul 0 700) dan G-25 (untuk bobot molekul
100 1500)
5. Gel sephadex (LH-20). Dirancang untuk menggunakan pelarut organik,
dan dapat digunakan dua cara. Bahan ini menghasilkan eluen tanpa sisa, sangat
cocok untuk pemurnian akhir aglikon flavonoid dan glikosida yang telah diisolasi
dari kertas, selulosa, silika, atau poliamida. Umumnya pelarut yang cocok adalah
MeOH, walaupun pada awalnya diperluka air untuk melarutkan flavonoid, disini
gel perlu juga dicuci dengan MeOH.
II.3 Karakterisasi dan Identifikasi
Secara umum golongan senyawa biasanya dapat ditentukan dengan uji
warna, penentuan kelarutan, bilangan Rf dan ciri spectrum ultraviolet.
Jika tidak tercampur dengan pigmen lain, flavonoid dapat dideteksi
dengan uap ammonia dan akan memberikan warna spesifik untuk masin-masing
golongan. Falavon dan flavonol akan memberikan warna kuning sampai kuning
kemerahan. Antosianin berwarna merah biru sedang flavononol menimbulkan
warna orange atau coklat. Warna merah dan lembayung yang terjadi mendadak
dalam suasana asam disebabkan adanya khalkon atau auron.
Flavonoid menjadi kuning terang atau jingga dalam larutan basa dan
dapat dideteksi jika bagian tumbuhan tanwarna diuapi amonia.Timbulnya warna
ini karena adanya pembentukan garam dan terbentuknya struktur kuinoid pada
cincin B seperti berikut :
O-
OH
O
OH-
O-
OH
HO
NaOAc, H3BO3
HO
OHO
OH
OH
HO
Al
AlCl3
HO
HCl
O
Cl
O Al
O
OH
OH
HO
OH
HO
O
HO
O
AlCl3
O
HCl
O
OH
OH
Cl
Al
O
Cl
O
Cl
Al
O
Cl
identifikasi
flavonoid
diawali
dengan
reaksi
warna
Warna
Larutan natrium
Hidroksida
Jingga
sampai
merah
Asam sulfat
pekat
Jingga
sampai
merah
Magnesium/
asam klorida
Tak berwarna
Natrium
amalgam asam
Kuning pucat
Dihidrokhalkon
Tak berwarna
Tak berwarna /
kuning
Tak berwarna
Tak berwarna
Auron
Merah/violet
Merah/violet
Tak berwarna
Kuning pucat
Flavanon
Kuning / jingga,
dipanas merah
Jingga
Merah /
atau biru
Merah
Flavon
Kuning
Kuning / jingga
berpendar
Kuning / merah
Merah
Flavanol
Kuning / jingga
Kuning / jingga
berpendar
Merah / violet
Kuning / merah
Flavanonol
Kuning berubah
Kuning / merah
Merah / violet
Kuning /coklat
Khalkon
violet
coklat
Leukoantosianin
Kuning
Merah / violet
Violet
Biru / violet
Kuning / jingga
Merah
memucat
Isoflavon
Kuning
Kuning
Kuning
Merah
violet
Isoflavanon
Kuning
Kuning
Tak berwarna
Merah
Antosianin
Antosianidin
Violet
lalu
Kuning / jingga
muda
II.4 Hidrolisis
Senyawa flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan tinggi, seperti
bunga, daun, ranting, buah, kayu, kulit, kayu dan akar. Akan tetapi, senyawa
flavanoid tertentu biasanya terkonsentrasi pada suatu jaringan tertentu, misalnya
antosianidin adalah zat warna dari bunga, buah dan daun.
Sebagian besar flavonoid alam ditemukan dalam bentuk glikosida, oleh
karena itu ada baiknya diketahui bahwa secara umum, suatu glikosida adalah
kombinasi antara suatu gula dan suatu alkohol yang saling berikatan melalui
ikatan glikosida. Ikatan glikosida pada prinsipnya terbentuk apabila gugus
hidoksil dari alkohol beradisi ke gugus karbonil dari gula, sama seperti adisi
alkohol ke aldehida yang dikatalis oleh adanya asam menghasilkan asetal.
+C
OR'
R'
C
H
Aldehida
R'-OH
Alkohol
H+
OH
OH
OH
OH
Glukosa
(rantai terbuka)
OR'
CH2OH
O
O
C
H2O
Asetal
CH2OH
OH
Hemiasetal
CH2OH
OR'
C
OH
OH
H+
OH
R'OH
OR'
OH
OH
OH
OH
Glukosa
(siklik hemiasetal)
Glukosida
tersebut masing-
cara ini
BENZOIL
SINAMOIL
pereaksi
geser
atau
pereaksi
diagnostik,
adanya
sedang subtitusi gugus hidroksil pada posisi 3, 5 dan 4 mempunyai sedikit efek
atau tidak sama sekali pada spektra UV. Pita absorpsi I isoflavon mempunyai
intensitas yang lemah, sedangkan pita II intensitas kuat. Pita absirbsi II dari
isoflavon biasanya antara 245 270 nm dan relatif tidak mempunyai efek pada
cincin B dengan adanya hidroksilasi.
2. Efek natrium metoksida. Natrium metoksida merupakan basa kuat
yang dapat mengiionisasi semua gugus dalam flavonoid. Degradasi atau
penambahan
perbedaan
kecepatan
Pada flavon dan flavonol, adanya gugus orto hidroksil pada cincin B dapat
diketahui jika penambahan asam
HO
7 HIDROKSIFLAVON
Data kromatografi
UV------------ Fluoresensi kuning pucat
UV/NH3------ Fluoresensi kuning terang
Rf 0,89 (TBA), 0,29 (HOAc)
Data spectra UV (maks nm)
MeOH -------------- 252,268,307
NaOMe ------------ 266,307,359
OH
OH
HO
3, 4 - DIHIDROKSIFLAVON
Data kromatografi
UV------------ Fluoresensi biru terang
UV/NH3------ Fluoresensi kuning-hijau
Rf 0,77 (TBA), 0,18 (HOAc)
Data spectra UV (maks nm)
MeOH -------------- 242,308sh,340
HO
OH
KRISIN
Data kromatografi
UV------------ Ungu gelap
UV/NH3------ Ungu gelap
Rf 0,90 (TBA), 0,16 (HOAc)
Data spectra UV (maks nm)
MeOH -------------- 247sh,268,313
NaOMe ------------ 288,263sh,277,361
AlCl3 ---------------- 252,279,330,380
AlCl3 / HCl -------- 251,280,326,381
NaOAc ------------- 275,359
NaOAc / H3BO4 269,315
rhamnoglusil
OH
3,4,7-TRIHIDROKSIFLAVON
7-0-RHAMNOGLUKOSIDAKRISIN
Data kromatografi
UV------------ Fluoresensi biru terang
UV/NH3------ Fluoresensi kuning-hijau
Rf 0,26 (TBA), 0,38 (HOAc)
Data spectra UV (maks nm)
MeOH -------------- 247sh,255sh,305,341
NaOMe ------------ 293, 405
AlCl3 ---------------- 244sh,258sh,306,380
AlCl3 / HCl -------- 247sh,257sh,306,341
NaOAc ------------- 275sh,299,350,401
NaOAc / H3BO4 257sh,365
HO
HO
OH
BAIKALEIN
Data kromatografi
UV------------ Ungu gelap
UV/NH3------ Ungu gelap
Rf 0,78 (TBA), 0,19 (HOAc)
Data spectra UV (maks nm)
MeOH -------------- 247sh,274,323
NaOMe ------------ 257,366,410sh(dec)
AlCl3 ---------------- 247,272,284sh,375
AlCl3 / HCl -------- 255sh,282,292sh,346
NaOAc ------------- 257,360,405sh(dec)
NaOAc / H3BO4 262sh,277,333
OH
OH
HO
HO
OH
LUTEOLIN
Data kromatografi
UV------------ Ungu gelap
UV/NH3------ Kuning
Rf 0,77 (TBA), 0,08 (HOAc)
Data spectra UV (maks nm)
MeOH -------------- 242sh,253,267,291sh,349
NaOMe ------------ 266sh,329sh,401
AlCl3 ---------------- 274,300sh,328,426
AlCl3 / HCl -------- 266sh,275,294,sh,355,385
NaOAc ------------- 269,326sh,384
NaOAc / H3BO4 259,301sh,370,430sh
OCH3
OH
HO
HO
OH
KRISOERIOL
Data kromatografi
UV------------ Ungu gelap
UV/NH3------ Kuning-HIJAU
Rf 0,80 (TBA), 0,05 (HOAc)
Data spectra UV (maks nm)
MeOH -------------- 241,249SH,269,347
NaOMe ------------ 254,275SH,329SH,405
AlCl3 ---------------- 262,274,296,366sh,390
AlCl3 / HCl -------- 259,276,294,353,386
NaOAc ------------- 271,321,396
NaOAc / H3BO4 268,349
Petunjuk penafsiran
Flavon
Pita I
Kekuatan
Flavonol
penguraian)
pada
Mantap + 45 sampai 65 nm
berdampingan
4-OH
Kekuatan menurun
Mantap + 45 sampai 65 nm
Kekuatan menurun
Pita baru (bandingkan dengan MeOH),
7OH
(artinya
3-OH
yang
320 325 nm
Isoflavon
Flavanon
Dihidroflavonol
berjalannya waktu
dengan 5, 7OH
Khakon
tetapi ke 330-340 nm
+80 sampai 95 nm
Auron
(kekuatan naik)
+ 60 sampai 70 nm
(kekuatan naik)
(auron)
+ 60 sampai 100 nm
(auron)
4 OH (khalkon)
(kekuatan naik)
(tanpa kenaikan kekuatan)
+ 40 sampai 50 nm
Antosianidin
Semuanya
Antosianin
deoksiantosianidin
terurai
kecuali
3-
ada)
Nihil
Flavon
Pita I
Pita II
+ 5 sampai 20 nm (berku-
Flavonol
Isoflavonol
Petunjuk penafsiran
7-OH
pada 6 atau 8)
Kekuatan berkurang dengan bertambahnya
waktu
Mantap + 45 sampai 65 nm
Kekuatan menurun
Pita baru (bandingkan dengan MeOH),
7OH
320 325 nm
Flavanon
Dihidroflavonol
+35 nm
+60nm
Kekuatan berkurang dengan bertanbahnya
Khakon
waktu
Pergeseran batokromik atau bahu pada
Auron
Pita II
Petunjuk penafsiran
Flavon
+12 21mpai 36 nm
Flavonol
Auron
Khalkon
Isoflavon
7,8)
O-diOH pada cincin A (6,7 atau
Flavanon
7,8)
Dihidroflavonol
Flavon dan
Pita I
+35 sampai 55 nm
Flavonol
+17 sampai 20 nm
Pita II
(AlCl3 / HCl)
(AlCl3)
Petunjuk penafsiran
5-OH
5-OH denganm gugus oksigenasi
pada 6
Tak berubah
+50 sampai 60 nm
prenil pada 6
Mungkin 3-OH
tanpa 5-OH)
O-diOH pada cincin B
Tambah 30 sampai 40 nm
Pergeseran AlCl3 / HCl
Tambah 20 sampai 25 nm
(dengan
atau
+10 sampai 14 nm
cincin B)
5-OH (isoflavon)
Dihidroflavonol
+ 20 sampai 26 nm
(AlCl3 / HCl)
(AlCl3)
tambah 11 sampai 30 nm
Pergeseran AlCl3 / HCl,
7,8)
Dihidroflavonol
tambah 30 sampai 38 nm
(tambahan
Isoflavon,
Flavanon, dan
tanpa
pada
5-OH
sembarang
Auron
pergeseran O-diOH)
2-OH (khalkon)
Khalkon
+ 40 nm
2-OH
(AlCl3 / HCl)
(AlCl3)
+60 sampai 70 nm
oksigenasi pada 3
4-OH (auron)
Tambah 40 sampai 70 nm
Penambahan lebih kecil
(khalkon)
dengan
Antosianidin
+25 sampai 35 nm
O-diOH
Antosianin
(pada pH 2-4)
Pergeseran lebih besar
(AlCl3)
deoksi antosianidin)
dengan
pereaksi
geser
AlCl 3
dengan
penambahan
15 ml etil asetat.
Kemudian dua kali dengan 10 ml etil asetat, lapisan etil asetat dikumpulkan ke
dalam labu tentukur 50.0 ml, cukupkan volume hingga 50.0 ml. Lakukan
pengukukuran spektrometri.
Spektrometri : Sebanyak 10 ml larutan fraksi etil asetat ke dalam labu
tentukur 25.0 ml, tambah 1 ml larutan 2 g AlCl3 dalam 100 ml larutan asam
asetat glasial 5% dalam metanol. Tambahkan secukupnya larutan asam asetat
glasial 5% v/v dalam metanol hingga 25.0 ml. Hasil reaksi siap diukur pada
panjang gelombang maksimum. Perhitungan kadar menggunakan bahan standar
glikosida flavonoid (hipetoksida, rutin, hesperidin), gunakan kurva baku dan nilai
kadar dihitung sebagai bahan standar tersebut.
Sampel ekstrak
Ampas
Ad kan dengan
+ 20 ml aseton
- Didihkan sebentar
- Perlakuan 2x
Ampas
Filtrat
20 ml
- Masuk ke dalam corong pisah
+ 20 ml H2O kocok dengan
- 15 ml etil asetat
- 2 x 10 ml etil asetat
Lapisan air
Filtrat campur
50 ml larutan etil
asetat
Y = b + aX
Contoh :
1. Pembuatan larutan baku
Rutin ditimbang secara saksama sebanyak 0,0113 g, dimasukkan ke
dalam labutentukur 10 ml dan diencerkan dengan etanol 96% hingga tanda
digunakan sebagai larutan stok. Selanjutnya dibuat berbagai konsentrasi dengan
0,2 ml AlCl3 dan asam asetat glasial masing-masing;
a. 2 ml larutan stok rutin (0,113% b/v) diencerkan dalam labutentukur 10
ml dengan 0,2 ml AlCl 3 dan asam asetat glasial hingga tanda
(0,0226%)
b. 1 ml larutan rutin 0,0226 % b/v) diencerkan dalam labutentukur 5ml
dengan 0,2 ml AlCl3 dan asam asetat glasial hingga tanda (0,00452%)
c. 3 ml larutan rutin 0,0226 % b/v) diencerkan dalam labutentukur 5ml
dengan 0,2 ml AlCl3 dan asam asetat glasial hingga tanda (0,00678%)
d. 2 ml larutan rutin 0,0226 % b/v) diencerkan dalam labutentukur 5ml
dengan 0,2 ml AlCl3 dan asam asetat glasial hingga tanda (0,00904%)
e. 3 ml larutan rutin 0,0226 % b/v) diencerkan dalam labutentukur 5ml
dengan 0,2 ml AlCl3 dan asam asetat glasial hingga tanda (0,01356%)
Ukur absorban spektrokooi UV.
2. Penetapan kadar flavonoid total
Sebanyak 50 mg ekstrak daun paliasa, dimasukkan ke dalam labu alas
bukat. Tambahkan heksamin 126,5 mg, 20 ml aseton dan 2.0 ml HCl,
= 0,001021359 %
227,54
= 0,001276699 %
= 0,01276699 mg/ml
Berat flavonoid total dalam 50 ml larutan etil asetat :
= 50 ml x 0,01276699 mg/ml
= 0,6383495 mg ~ 20 ml filtrat aseton
Berat flavonoid total dari ekstrak yang dihidrolisis
= 100 / 20 x 0,6383495 mg
= 3,1917474 mg
Jadi kadar flavonoid dalam ekstrak daun paliasa :
= 3,1917474 mg / 101 mg x 100 %
= 3,16 %
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1986, Merck Index, Eighth Edition, Merck & CO,Inc,Rahway, M.J.,U.S.A
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. 1986, Sediaan Galenik.
Departemen Kesehatan R.I. Jakarta
Direktorat Pengawasan Obat Tradisonal, 2000. Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan, Departemen Kesehatan RI., Cetakan Pertama, Jakarta
Gandjar,I.G., 1991, Kimia Analisis Instrumental , Fakultas Farmasi, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta, 18 19
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia, Penentuan Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Terbitan Kedua. Penerbit ITB, Bandung, 4-15, 47-89, 69-100
Harborne, J.B., Mabry, T.J., 1975, The Flavonoids, Chapman and Hall, London.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I IV. Terjemahan oleh
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Yayasan Sarana Warna
Jaya, Jakarta.
Ikan, R,. 1976. Natural Products. A Laboratory Guide. Second Printing.
Academic Press, Jerusalem.
Mabry, T.J., et.al., 1970, The Systematic Identification of Flavonoid, Springer
Verlag, New York-Heidelberg Berlin, 3 -35, 165 171
Markham, K.R., 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, diterjemahkan oleh
Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung, 1 65
Pramono, S., 1989, Pemisahan Flavonoid, Fakultas Pasca Sarjana, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta, 1 19
Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, diterjemahkan oleh
Sarjono Kisman dab Slamet Ibrahim, Cetakan II, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta, 345 347
Samuelsson, G. 1999. Drug of Natural Origin. A Textbook of Pharmacognosy,
4th resived edition. Sweden, 46-47