Anda di halaman 1dari 60

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam visi dan misi Indonesia Sehat 2010 digambarkan bahwa
masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan
kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh
penduduknya hidup dalam lingkungan dengan perilaku hidup sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil
dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh
wilayah Republik Indonesia.1
Salah satu indikator yang merupakan ukuran penting dalam menilai
keberhasilan pelayanan kesehatan serta Keluarga Berencana suatu negara
adalah angka kematian ibu, perinatal, dan peningkatan cakupan akseptor KB.
Setiap orang dan masyarakat bersama dengan pemerintah berperan,
berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan perorangan, keluarga dan lingkungannya.2
Namun KB menghadapi berbagai tantangan antara lain meningkatkan
jumlah pasangan usia subur sebagai akibat makin meningkatnya perkawinan
diusia muda (<20 tahun), selain itu harga alat kontrasepsi dewasa ini mahal
sehingga mereka tidak ingin mengikuti program KB yang telah dicanangkan
oleh pemerintah.
Sesuai paradigma baru program keluarga berencana nasional telah diubah

visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Dan Sejahtera


(NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015.
Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju,
mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung
jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Adapun misinya

adalah sangat menekankan pentingnya

menghormati hak-hak reproduksi sebagai

upaya

integral

upaya
dalam

meningkatkan kualitas keluarga. Keluarga adalah salah satu diantara kelima


manfaat kependudukan yang sangat mempengaruhi perwujudan penduduk
yang berkualitas. Visi tersebut dijabarkan kedalam 7 misi (7 pokok program
KB nasional) salah satunya yaitu meningkatkan kualitas pelayanan KB dan
kesehatan reproduksi.3
Berdasarkan visi dan misi tersebut, program KB nasional mempunyai
kontribusi penting dan upaya meningkatkan kualitas penduduk. Kontribusi
program KB nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan program Making
Pregnancy Safer salah satu pesan kunci dalam rencana strategi nasional MRS
di Indonesia 2001-2010 adalah bahwa setiap kehamilan harus merupakan
kehamilan yang diinginkan untuk mewujudkan pesan kunci tersebut, keluarga
berencana merupakan upaya pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar
dan utama untuk mengoptimalkan manfaat KB bagi pelayanannya harus
dijalankan dengan pelayanan kesehatan reproduksi yang telah tersedia.
Masyarakat Internasional KB termasuk pengelola pelayanan, manager
program, pembuat kebijakan, dan lembaga penyandang dana menyadari

bahwa ketersediaan dan penerimaan metode kontrasepsi hanya merupakan


dari kondisi yang kondusif bagi penggunaan kontrasepsi. Masyarakat
internasional ini lebih menitikberatkan pada strategi pelayanan lebih mudah
diperoleh dan diterima oleh berbagai kelompok masyarakat dengan tujuan
utama pemberian pelayanan yang didasarkan pada mutu yang baik.
Untuk mendapat pelayanan kontrasepsi yang bermutu baik masyarakat
dapat memilih sendiri kemana dan dimana seharusnya mereka mendapatkan
pelayanan Keluarga Berencana. di BPS Sri Rahmawati,S.ST. merupakan salah
satu tempat untuk mendapatkan pelayanan Keluarga Berencana yang baik.
BPS ini bertempat di Kecamatan tanete Riattang Timur Kabupaten Bone yang
sangat mudah dijangkau masyarakat.
Pada sensus tahun 2011 Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan
alat kontrasepsi sebesar 52,34 %. Dari data BKKBN 2010-2011 pengguna alat
kontrasepsi pada tahun 2011 sebanyak 52,24%. PUS yang berusia 15-49 tahun
yaitu akseptor yang menggunakan IUD sebanyak 5,32 %, MOP/MOW
sebanyak 0,76 %, implant sebanyak 7,54 %, suntik sebanyak 36,46 %, pil
sebanyak 47,51 %,kondom sebanyak 2,36 %, vaginal sebanyak 0 %.
Berdasarkan Data dari Dinas KB & KS Kabupaten Bone tahun 2010
yang menjadi akseptor 54,67 % sedangkan tahun 2011 yang menjadi akseptor
yaitu 91,47 % .4
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bone tahun 2011
jumlah akseptor KB 129.186, suntikan baru 8.253 ( 20,24 %) dan suntikan
aktif 32.516 (79,75 %), sedangkan pada tahun 2012 bulan januari sampai

februari jumlah akseptor KB 129.186, suntikan baru 1.764 dan suntikan


aktif 7.577.
Sedangkan data yang diperoleh dari BPS Sri Rahmawati,S.ST terdapat
jumlah akseptor Keluarga Berencana sebanyak 80 akseptor. Dari sejumlah
akseptor tersebut masyarakat cenderung menggunakan suntikan. Akseptor
suntik selama tahun 2010 berjumlah 80 akseptor, Khususnya penggunaan
suntikan depoprogestin sebanyak 63 akseptor (78,75 %). Akseptor suntik
selama tahun 2011 berjumlah 60 akseptor, Khususnya penggunaan suntikan
depoprogestin sebanyak 51 akseptor (85 % ).
Dari sekian banyak akseptor masih banyak yang memiliki pengetahuan
yang kurang tentang efek dan manfaat kontrasepsi yang digunakan sehingga
masih banyak yang menimbulkan kekhawatiran dan kecemasan, semua
disebabkan karena kurangnya konseling yang diberikan. Seperti membahas
pilihan

kontrasepsi

yang

tersedia,

memberikan

informasi

mengenai

konsekuensi pilihannya, baik ditinjau dari segi medis teknis maupun hal-hal
lain yang non medis agar tidak menyesal kemudian. Disamping itu dapat
membuat klien merasa lebih puas. Konseling yang baik juga akan membantu
klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan
keberhasilan KB konseling juga akan mempengaruhi interaksi antara petugas
dan klien dengan cara meningkatkan hubungan dan kepercayaan yang sudah
ada. Namun, seringkali diabaikan dan tidak dilaksanakan dengan baik karena
petugas tidak mempunyai waktu dan mereka tidak mengetahui bahwa dengan
konseling akan lebih mudah mengikuti nasehat. Konseling adalah proses yang

berjalan dan menyatu dengan semua aspek pelayanan Keluarga Berencana dan
bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan pada satu kesempatan
yakni pada scat pemberian pelayanan. Teknik konseling yang baik dan
informasi yang memadai harus diterapkan dan dibicarakan secara interaktif
sepanjang kunjungan klien dengan cara sesuai budaya yang ada.5
Dengan melihat data tersebut diatas, tentang masalah penggunaan KB
Depo Progestin semakin banyak diminati peserta KB, maka penulis tertarik
dan ingin mengkaji kedalam Karya Tulis Ilmiah Tentang Manajemen Asuhan
kebidanan pada Ny,M Akseptor KB suntikan Depo progestin dengan
Amenorhoe di BPS Sri Rahmawati,S.ST Kecamatan Tanete Riattang Timur
Kabupaten Bone .

1.2 Ruang lingkup pembahasan


Adapun

ruang

lingkup

pembahasan

Karya

Tulis

Ilmiah

Ini,

menggunakan pendekatan proses Manajemen Asuhan Kebidanan Pada


Ny.M Akseptor KB suntikan Depo Progestin dengan Amenorhoe di BPS
Sri Rahmawati,S.ST di Kecamatan Tanete Riattang Timur Tanggal 13 April
2012.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan umum
Dapat Melaksanakan Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ny.
M Akseptor KB Suntikan Depo Progestin, dengan amenorhoe, sesuai

dengan kewenangan bidan di BPS Sri Rahmawati,S.ST di Kecamatan


Tanete Riattang Timur Tanggal 13 April 2012..
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Diperolehnya pengalaman nyata dalam melaksanakan pengkajian
dan analisa data pada Ny. M akseptor KB suntik Depo Progestin
dengan Amenorhoe , di BPS Sri Rahmawati,.S.ST di kecamatan
Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone.
2) Dapat mengidentifikasi diagnosis/masalah aktual dengan kasus
akseptor suntik Depo Progestin pada Ny. M dengan masalah
Amenorhoe, di BPS Sri Rahmawati,.ST di kecamatan Tanete
Riattang Timur Kabupaten Bone.
3) Dapat Mengantisipasi diagnosa/masalah potensial dengan kasus
akseptor suntik Depo Progestin pada Ny. M dengan masalah
Amenorhoe, di BPS Sri Rahmawati,.ST di kecamatan Tanete
Riattang Timur Kabupaten Bone.
4) Dapat mengevaluasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi dengan
kasus akseptor suntik Depo Progestin pada Ny. M dengan masalah
Amenorhoe, di BPS Sri Rahmawati,.ST di kecamatan Tanete
Riattang Timur Kabupaten Bone.
5) Dapat merumuskan rencana tindakan asuhan kebidanan dengan
kasus akseptor suntik depo progestin pada Ny. M dengan masalah
Amenorhoe, di BPS Sri Rahmawati,.ST di kecamatan Tanete
Riattang Timur Kabupaten Bone.

6) Dapat melaksanakan tindakan asuhan kebidanan dengan kasus


Akseptor suntik Depo Progestin pada Ny. M dengan masalah
Amenorhoe, di BPS Sri Rahmawati,.ST di kecamatan TaneteRiattang
Timur Kabupaten Bone.
7) Dapat mengevaluasi tindakan asuhan kebidanan dengan kasus
Akseptor suntik Depo Progestin pada Ny. M dengan masalah
Amenorhoe, di BPS Sri Rahmawati,.ST di kecamatan Tanete
Riattang Timur Kabupaten Bone.
8) Dapat Mendokumentasikan semua hasil Asuhan Kebidanan dengan
kasus Akseptor suntik Depo Progestin pada Ny. M dengan
masalah Amenorhoe, di BPS Sri Rahmawati,S.ST Kecamatan Tanete
riattang timur Kabupaten Bone.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat bagi institusi
Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan ujian akhir
jenjang pendidikan Diploma III Kebidanan Batari Toja bahan acuan atau
pedoman bagi institusi jurusan kebidanan untuk penulisan karya tulis
ilmiah (KTI) selanjutnya.
1.4.2 Manfaat tempat pengambilan kasus
Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan utamanya tenaga
bidan didalam menentukan tindakan yang tepat pada kasus Amenorhoe
suntik Depo progestin

1.4.3 Manfaat bagi penulis


Sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Akademi
Kebidanan Batari toja watampone, dan menambah pengetahuan dan
wawasan tentang Amenorhoe suntik Sepo progestin.

1.5 Metode Penulisan


Penulisan dalam kasus ini menggunakan beberapa metode yaitu:
1.5.1 Studi kepustakaan
adalah untuk mempelajari literatur-literatur yang berkaitan dan relevansi
dengan laporan kasus ini.
1.5.2 Studi kasus
adalah melakukan study kasus. keluarga berencana dengan akseptor
suntik Depo Progestin di Puskesmas, dalam hal ini pendekatan yang
digunakan adalah proses perawatan komprehensif yang meliputi
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, serta mengevaluasi asuhan
kebidanan.
1.5.3 Studi Dokumentasi.
Studi dokumentasi dilakukan dengan mempelajari status kesehatan
klien yang bersumber dari catatan bidan dan pemeriksaan penunjang
yang dapat memberi konstribusi dalam penyelesaian tulisan ini.
1.5.4 Studi Diskusi
Dilakukan dengan mengadakan tanya jawab dengan bidan pembimbing
yang menangani langsung Retensio Plasenta serta pembimbing KTI ini.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Keluarga Berencana


2.1.1 Defenisi Keluarga Berencana
1) WHO (Word Health Organization) Expert Comite 1970 :
Adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri
untuk :
(1) Mendapatkan obyektif-obyektif tertentu
(2) Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
(3) Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
(4) Mengatur interval diantara kehamilan
(5) Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur
suami istri
(6) Menentukan jumlah anak dalam keluarga.5
2) Keluarga berencana
Adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya
itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen.6

2.2 Tinjauan Umum Tentang Kontrasepsi


2.2.1 Pengertian
Kontrasepsi adalah metode yang digunakan untuk mencegah
kehamilan yang terbagi dengan dua cara :

10

1) Kontrasepsi alami yaitu : metode kontrasepsi tanpa menggunakan


bantuan alat apapun, caranya adalah dengan tidak melakukan
hubungan seksual pada masa subur atau sering juga disebut system
kalender.Kelebihannya,karena tidak menggunakan alat, memperkecil
kemungkinan terjadinya efek samping, tapi kelemahannya, kadang
perhitungan masa subur bisa meleset dan tidak akurat sehingga tidak
efektif.
2) Kontrasepsi moderen yaitu metode kontrasepsi dengan menggunakan
alat, baik untuk dipakai laki-laki maupun perempuan.
Kontrasepsi

adalah

upaya

untuk

mencegah

terjadinya

kehamilan. Upaya tersebut bisa bersifat sementara, dapat pula


bersifat permanent. Dan penggunaan kontrasepsi merupakan salah
satu variable yang mempengaruhi fertilitas.7 Kontrasepsi adalah
upaya mencegah kehamilan.11
Kontrasepsi adalah Usaha usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan.usaha-usaha ibu dapat bersifat sementara dapat juga
bersifat permanent pada wanita disebut tubektomy dan pada pria
disebut vasektomi.12
Untuk mencapai penurunan angka fertilitas dari 44% pada
tahun 1971 menjadi 22% pada tahun 1990 sesuai target demografis
ada dua cara bentuk sasaran penggarapan program nasional KByaitu:

11

(1) Sasaran Langsung :

Pasangan usia subur Pus (15-49 tahun), dengan jalan


mereka secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif lestari,
sehingga memberi efek langsung penurunan fertilitas.
(2) Sasaran tidak langsung :
Yaitu

organisasi-organisasi

atau

lembaga-lembaga

kemasyarakatan ,instansi-instansi pemerintah maupun swasta


tokoh - tokoh masyarakat (Mm ulama, wanita, dan pemuda),
yang diharapkan dapat memberikan dukungannya dalam
pelembagaan NKKBS.
2.2.2 Macam-Macam Metode Kontrasepsi
1) Metode sederhana adalah untuk merencanakan jumlah dan susunan
anggota keluarga:
(1) Kondom Pria
(2) Spermisida intravaginal
a. Tissue KB
b. Jelly KB
c. Tablet spermisida
(3) Koitus Interuptus
(4) Koitus pantang berkala
(5) Cervicalcup
(6) Kondom Wanita
2) Metode medis teknik KB efektif

12

(1) Hormonal
Pil KB:
a. Pil Progesteron (excluton)
b. Pil KB kombinasi
c. Pil KB sekuensial
d. After morning Pill
Suntik KB
a. Suntikan 3 bulan (Depoprofera, DMPA, Noristerat)
b. Suntikan 1 bulan (Cyclofem)
Susuk KB (Norplant, implanon)
(2) Mekanis
a. Intra Uterine Contraception Device (IUCD)
b. Copper T. 380 A
(3) Untuk menghentikan Kehamilan
a. Kontap pria : Vasektomi
b. Kontap wanita : Vasektomi tuba.
(4) Menghilangkan kehamilan
a. Pengaturan Menstruasi
b. Post Contraceptive regulation.8
2.2.3 Kontrasepsi Hormonal
1) pengertian
Cara pencegahan terjadinya kehamilan dengan menggunakan
obat

yang

berkhasiat

hormonal,

yang

mempengaruhi

proses

13

Hipothalamus, hipofisis, ovarium dan atau endometrium (pengaruh


pada organ atau pada kesuburan).
2) Prinsip
(1) Interaksi Hormon reseptor
(2) Reseptor seluler dan organ
(3) uterus/tuba/endometrium/endoservix
(4) Manifestasi klinik
2.2.4 Cara kerja kontrasepsi Hormonal
1) Menghambat perkembangan Folikel dan Ovulasi
2) Menghambat penetrasi sperma dalam lendir serviks perubahan sifat
motilitas tuba
3) Menghambat implantasi embrio (abortif?)
4) Menghambat perkembangan awal embrio (abortif?)
Metode keluarga berencana dengan Hormonal penemuannya
didasari, bahwa ibu hamil tidak mengalami menstruasi karena terjadi
perubahan Hormonal, ternyata
perubahan

Hormonal,

sehingga

bahwa kehamilan menimbulkan


menekan

pertumbuhan

dan

perkembangan falikel primer yang selanjutnya tidak menimbulkan


menstruasi penelitian untuk menemukan metode Hormonal Kontrasepsi
ini sangat panjang sampai akhirnya Pincus dan Garcia mencobanya
untuk pertama kali pada wanita tahun 1960.Sejak itu metode Hormonal
menjadi sangat populer yang dapat dipergunakan dalam waktu relatif
panjang tanpa mempunyai efek samping yang berarti, yang menjadi inti

14

Hormonal, untuk menghindari kehamilan adalah progesterone atau


turunan testosterone.
Cara kerjanya, menekan kelenjar hipofise, mungkin secara
langsung atau melalui Hipotolamus, dengan tidak dikeluarkannya
Hormon gonadotropik ( lutheonizing Hormon / LH ) sehingga tidak
memungkinkan terjadi ovulasi (pelepasan telur)
Dengan menekan pengeluaran atau pelepasan telur (ovum) dapat
dijamin tidak akan mungkin terjadi kehamilan. Dapat dikemukakan
bahwa pemakaian Hormomonal sebagai metode KB menjamin tidak
akan hamil tetapi harus tact aturan yang disyaratkan. Kini metode
Hormonal telah berkembang dengan pesat sehingga dijumpai dalam
bentuk pil untuk ibu yang sedang menyusui, bentuk kombinasi, bentuk
sekuensial, after morning pil. Bentuk KB susuk yang ditanamkan diatas
lengan atas kiri untuk waktu lima tahun. Dan bentuk KB suntikan yang
disuntikan setiap 10-12 minggu atau setiap bulan.
2.2.5 Keburukan Metode Hormonal :
1) Pil harus diminum dengan teratur setiap hari, bila lupa sehari ada
kemungkinan terjadi pelepasan telur dan dapat menjadi hamil. Bila lupa
begitu ingat harus segera di minum sehingga dapat minum Pil 2x sehari
itu dengan suntikan KB sebaiknya mengikuti petunjuk dokter dan
datang pada waktunya, sehingga hormon dalam tubuh tetap terjamin
untuk menekan telur.

15

2) Oleh karena satu komponen turunan progesteron atau testosteron maka


Bering terjadi perdarahan berkepanjangan, yang merisaukan wanita dan
merupakan salah satu penyebab dihentikannya memahami metode
hormonal.
3) Pada wanita tertentu dapat terjadi efek samping dalam bentuk mual dan
muntah terutama pagi hari berat badan bertambah, rambut dapat rontok,
terjadi hiperpigmentasi sekitar pipi.
4) Pemasangan dan membuka kembali KB susuk memerlukan operasi
kecil pada lengan atas kiri.5
2.2.6 Keuntungan Metode Hormonal
Sebagian besar wanita dapat menerima Hormon dalam sirkulasi
tubuhnya. Pemakaiannya mudah diajarkan. KB Hormonal menjamin
keberhasilannya 100% asalkan taat dengan petunjuk.
Kontrol medic yang diperlukan KB Hormonal, tidak sulit, efek
sampingnya tidak terlalu berat dan dapat diatasi dengan pengobatan.
Perkembangan Pil KB demikian pesatnya sehingga sampai saat ini masuk
pasaran sekitar 150 malam dengan keuntungan dan kekurangannya.
Untuk mendapatkan pil KB yang cocok, Dokter dapat memilihkan
dengan berpedoman pada pola menstruasi ibu, berat badan ibu, keadaan
umum sebagai hasil pemeriksaan fisik.

2.3 Tinjauan Tentang Kontrasepsi Suntikan


2.3.1 Jenis KB suntik yang dipasarkan di Indonesia yaitu :

16

1) Depoprovera (Deprogestin) :
Mengandung progestron sebanyak 150 mg dalam bentuk partikel
kecil. Suntikan setiap 12 minggu, keuntungannya datang setiap tiga
bulan. Kerugiannya sering terjadi keterlambatan datang bulan
sekalipun telah menghentikan suntikan, dapat terjadi pendarahan
berkepanjangan diluar menstruasi, pendarahan yang tidak teratur,
badan terasa panas dan liang senggama kering.
2) Cyclofem
Mengandung progesterone sebanyak 50 mg dan estrogen
disuntikan setiap bulan. Diharapkan dapat menstruasi setiap bulan
karena komponen estrogennya. Kerugiannya

sering terjadi

kegagalan menstruasi yang diharapkan. Setelah pemakaian


beberapa bulan efeknya hampir sama dengan Depoprovera.
3) Norigest.
Turunan

dari

testosterone,

disuntikkan

setiap

minggu.

Kerugiannya hampir sama dengan Depoprovera.7


2.3.2 Cara kerja mencegah kehamilan yaitu:
1) Menghentikan (meniadakan) keluarnya sel telur dari indung telur.
2) Membuat sperma sulit memasuki rahim karena mengentalkan
lendir mulut rahim (serviks)
3) Tidak dapat mengeluarkan/ menghentikan kehamilan yang sudah
terjadi.
2.3.3 Efektifitas KB suntik

17

Sangat efektif. Kegagalan pada pemakai suntik KB hanya sekitar 0,3%


kehamilan dari 100 pemakai pada tahun pertama pemakaian (1 dari 333
pemakai masih bisa hamil).
2.3.4 Keuntungan memakai KB suntik yaitu :
1) Mencegah

kehamilan/menjarangkan

kehamilan

dalam

jangka

panjang dan kesuburan dapat pulih kembali. - Tidak terpengaruh


dengan faktor lupa dari pemakai.
2) Tidak mengganggu hubungan suami istri.
3) Dapat dipakai segala umur pada masa produktif.
4) Tidak menggangu laktasi (menyusui) baik dari segi kwalitas maupun
kuantitas.
5) Dapat dipakai segera setelah masa nifas.
6) Meningkatkan kenyamanan hubungan suami istri karena rasa aman
terhadap resiko kehamilan.
7) Dapat dipakai segera setelah keguguran.
8) Membantu mencegah terjadinya kehamilan diluar kandungan
9) Membantu mencegah kanker endometrium (rahim).
10) Membantu mencegah kejadian mioma uteri (tomor jinak rahim)
11) Dapat mencegah kanker indung telur (ovarium)
12) Mengurangi kejadian anemia
13) Untuk penderita etilepsi mengurangi kejadian kejang.
2.3.5 Kerugian memakai KB suntik yaitu
1) Perdarahan bercak dapat lama.

18

2) Jarang terjadi perdarahan yang banyak.


3) Tidak dapat haid (sering setelah pemakaian berulang) - Menaikkan
bau badan
4) Dapat menyebabkan (tidak semua Akseptor) sakit kepala, nyeri
payudara, moodiness, jerawat, kurangnya libido sexual, rambut
rontok.
5) Perlu suntikan ulangan teratur
6) Perlu follow up (control/ kunjungan berkala untuk evaluasi)
7) Suntikan KB dimulai dari
(1) Sedang menstruasi (sampai hari ke 7)
(2) Bila tidak sedang menstruasi atau menstruasi hari ke 8 atau lebih,
boleh disuntik, namun memakai perlindungan ganda atau kondom,
selama 2x24 jam.
(3) Sedang menyusui (segera setelah nifas 6 minggu)
(4) Bila tidak menyusui, berikan segera setelah nifas 6 minggu
(5) Tidak menyusui dan belum haid > 6 minggu, asal yakin tidak sedang
hamil, atau berikan perlindungan ganda sampai haid lalu suntik.10
2.3.6 Kontrasepsi Suntikan Progestin
1) Profilnya yaitu
(1) Sangat efektif
(2) Aman
(3) Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia produktif
(4) Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata 4 bulan

19

(5) Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI
Jenisnya yaitu :
a. Depo medroksi progestronasetat DMPA), mengandung
150 mg DMPA, yang

diberikan setiap 3 bulan

dengan cara disuntik intramuskuler (Di daerah bokong)


b. Depo noretisteron enontat (depo noristerat), yang
mengandung 200 mg noretindron erontat, diberi setiap 2
bulan dengan cara disuntik intra muscular.
2) Cara kerjanya:
(1) Mencegah ovulasi
(2) Mengentalkan

lendir

serviks

sehingga

menurunkan

kemampuan penetrasi sperma


(3) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.
(4) Menghambat transportasi garnet oleh tuba. 13
3) Efektifitas:
Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektifitas yang
tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan / tahun, asal
penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah
ditentukan.
4) Keuntungan:
(1) Sangat efektif
(2) Pencegahan kehamilan jangka panjang

20

(3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri


(4) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.
(5) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
(6) Sedikit efek samping
(7) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
(8) Dapat

digunakan

oleh

perempuan

usia >35

tahun

sampai perimenopouse.
(9) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.
(10) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
(11) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.
(12) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (siclue cell)
5) Keterbatasannya yaitu :
(1) Sering ditemukan gangguan haid seperti:
a. Siklus haid yang memendek atau memanjang
b. Perdarahan yang banyak atau sedikit
c. Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (Spotting)
d. Tidak haid sama sekali.
(2) Klien sangat tergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan
(harus kembali untuk suntikan)
(3) Tidak

dapat

dihentikan

sewaktu-waktu

sebelum

suntikan

berikutnya.
(4) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tertinggi.

21

(5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular


sexual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HTV.
Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.
(6) Terlambatnya

kembali

kesuburan

bukan

karena

terjadinya

kerusakan/kelainan pada organ genitalia, melainkan karena belum


habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan).
(7) Terjadi perubahan pada libid serve pada penggunaan jangka
panjang
(8) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan
kepadatan tulang (densitas)
(9) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan
pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit
kepala, nervositas, jerawat.8
6) Yang dapat menggunakannya adalah :
(1) Usia reproduksi
(2) Remaja dan yang telah memiliki anak
(3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki
efektifitas tinggi.
(4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
(5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
(6) Setelah abortus atau keguguran.
(7) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.
(8) Perokok

22

(9) Tekanan

darah

< 180/110

mmHg,

dengan

masalah

gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit.


(10) Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbitunt) atau
obat tuberculosis (rifampisin)
(11) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.
(12) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
(13) Anemia defisiensi besi.
(14) Mendekati usia menopause. 14
7) Yang tidak boleh menggunakan adalah :
(1) Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin > per 100.000
kelahiran).
(2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
(3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama
amenorhoe.
(4) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
(5) Diabetes mellitus disertai komplikasi.
8) Waktu mulai menggunakan yaitu :
(1) Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil.
(2) Mulai hari pertama sampai hari ke tujuh siklus haid.
(3)

Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap
saat, asalkan saja ibu tersebut tidak hamil, selama tujuh hari
setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.

23

(4)

Ibu yang telah menggunakan kontrasepsi hormonal secara


berbeda ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat
diberikan tanpa menunggu haid yang akan datang.

(5) Jika menggunakan kontrasepsi jenis lain dan ingin menggantinya


dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi
suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal
kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.
(6)

Sedangkan yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan


ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan
pertama kontrasepsi hormonal dapat segera diberikan asal tidak
hamil. Bila ibu disuntik setelah hari ketujuh haid, ibu tersebut
selama tujuh hari setelah suntikan tidak boleh melakukan
hubungan seksual.

(7) Ingin mengganti AKDR dengan kontrasepsi hormonal, suntikan


pertama diberikan pada hari pertama sampai hari ketujuh siklus
haid, atau dapat diberikan setiap scat setelah hari ketujuh siklus
haid, anal saja yakin ibu tersebut tidak hamil.
(8) Ibu tidak hamil atau ibu dengan perdarahan tidak teratur, suntikan
pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak
hamil, dan selama tujuh hari setelah suntikan tidak boleh
melakukan hubungan seksual.7

24

2.4 Proses Manajemen Asuhan kebidanan


2.4.1 Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah suatu metode dan pendekatan
pemecahan masalah dalam pemberian pelayanan asuhan kebidanan.
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan yang digunakan oleh
bidan serta merupakan metode yang terorganisir melalui tindakan yang
logical memberikan keuntungan pasien dalam memberikan pelayanan.
Sedang pengertian yang lain yaitu merupakan alat yang mendasari
seorang bidan untuk memecahkan masalah klien dalam berbagai situasi
dan kondisi, yaitu dengan menggunakan berbagai tehnik observasi,
wawancara, anamnese dan pemeriksaan.
2.4.2 Proses Manajemen Asuhan Kebidanan
Menurut varney, proses manajemen asuhan kebidanan terdiri dari
7(tujuh) langkah/step yaitu sebagai berikut:
Langkah 1 : Penilaian Dan Analisis Data
Pada langkah ini di lakukan pengkajian dengan mengumpulkan
semua data yang di perlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap, data ini termasuk riwayat kesehatan klien, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium serta laporan singkat dan keterangan
tambahan yang lain menyangkut atau hubungan dengan kondisi klien.
Berdasarkan teori, Depoprovera (Deprogestin) : Mengandung
progestron sebanyak 150 mg dalam bentuk partikel kecil. Suntikan
setiap 12 minggu, keuntungannya datang setiap tiga bulan. Kerugiannya

25

sering terjadi keterlambatan datang bulan sekalipun telah menghentikan


suntikan, dapat terjadi pendarahan berkepanjangan diluar menstruasi,
pendarahan yang tidak teratur, badan terasa panas dan liang senggama
kering. 7
Langkah 11 : Merumuskan Diagnosa / Masalah Aktual
Pada tahap ini merupakan pengembagan dari interprestasi data
dasar yang telah di kumpulkan sebelumnya ke dalam identifikasi yang
lebih spesifik. Kata masalah dan diagnosa keduanya digunakan karena
beberapa masalah tidak dapat diselesaiakan seperti diagnosis, tetapai
sungguh membutuhkan penaganan yang di tuangkan ke dalam sebuah
rencana asuhan terhadap klien.
Berdasarkan teori, diagnosis ibu dengan akseptor KB suntikan
Depo progestin tidak susah untuk dibuat, ibu akan mengalami gangguan
haid seperti: Siklus haid yang memendek atau memanjang,Perdarahan
yang banyak atau sedikit,Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak
(Spotting),Tidak haid sama sekali. sehingga diagnosis ditegakkan. 8
Langkah 111 : Merumuskan Diagnosa Masalah Potensial
Indentifikasi adanya diagnosa atau masalah potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.
Lakukan antisipasi bila memungkinkan di lakukan pencegahan. Dan
bersiap diri bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada
langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.

26

Berdasarkan teori, Potensial terjadinya kehamilan berikutnya,


dimana didiagnosis kehamilan tanda dugaan hamil pada perubahan
system reproduksi, ditandai dengan amenorhoe.6
Langkah 1V : Melaksanakan Tindakan Segera Dan Kolaborasi
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
untuk dikonsultasikan atau di tangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat ini
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan, jadi
manjemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan
prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus
menerus, misalny pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Berdasarkan teori, pada umumnya perdarahan bercak atau
amenorhoe

tidak perlu diobati secara rutin. yang perlu mendapat

perhatian dan pertolongan medis adalah perdarahan hebat atau


perdarahan yang lama. 5
Langkah V : Rencana Asuhan Kebidanan
Pada langkah ini, di rencanakan asuhan yang menyeluruh yang
ditentukan oleh langkah- alangkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah di
identifikasi atau di antisipasi. Pada langkah ini informasi/data dasar yang
tidak lengkap dapat di lengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak
hanya meliputi apa yang sudah diidentifikasi dari kondisi klien atau dari
setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman

27

antisipasi terhadap wanita tersebut, seperti apa yang diperkirakan terjadi


berikut.
Berdasarkan teori,

rencana asuhan kebidanan yang dilakukan

adalah memberikan motivasi sehingga tidak perlu pengobatan khusus,


konseling sebelum dan selama pemakaian metode kontrasepsi suntikan.5
Langkah V1 : Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah di
uraikan pada langkah lima (V), hal ini mungkin dapat di kerjakan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien sendiri atau anggota tim
kesehatan lain manajemen yang efesien akan menyingkat waktu dan
menghemat biaya serta meningkatkan mutu asuhan klien.karena ia akan
mengurangi sebagian keuntungan
Berdasarkan

Teori,

Penatalaksanaan

sekarang

para

ahli

menganjurkan pemakaian rutin dari suplemen estrogen dan kontrasepsi


suntikan

karena ia akan mengurangi sebagian keuntungan dari

kontrasepsinya serta keharusan akseptor untuk selalu mengingat untuk


minum tabletnya di samping efek samping dari estrogennya. Yang
terpenting adalah konseling sebelum dan selama pemakaian metode
kontrasepsi suntikan .5
Langkah V11 : Evaluasi Asuhan Kebidanan
Pada langkah V11 ini di lakukan evaluasi keefektifan asuhan yang
sudah di berikan, meliputi pemenuhan terhadap masalah yang telah di
identifikasi di dalam masalah dan diagnosis.

28

Berdasarkan teori, Evaluasi pada dasarnya adalah cara untuk


mengetahui apakah rencana yang dilaksanakan sudah memenuhi
kebutuhan pasien yang sesuai dengan yang diidentifikasi pada tahap
penentuan diagnosa atau masalah.13
2.4.3 Pendokumentasian
Dari tujuh hasil proses pemikiran tersebut diatas didiagnosiskan
kedalam bentuk sebuah kerangka kerja yang disebut SOAP yang untuk
mendokumentasikan asuhan klien dalam rekaman medis berupa
catatan kemajuan/perkembangan. Adapun komponen SOAP tersebut
adalah :
S : Subyektif
Yaitu apa yang dikeluhkan oleh pasien secara verbal.
O : Obyektif
Yaitu apa yang diobservasi oleh bidan baik tingkah laku pasien,
pemeriksaan fisik, periksaan laboratorium dan sebagainya.
A : Assesment
Yaitu kesimpulan terakhir dari keseluruhan kondisi pasien yang
berdasarkan data subyektif dan obyektif yang ada dan dapat ditulis
dalam bentuk diagnosa kebidanan.
P :Planning
Yaitu penentuan rencana pelaksanaan evaluasi yang dilakukan
berdasarkan

hasil

kesimpulan

assesment,

atau

dapat

pula

disimpulkan bahwa S dan O merupakan proses pikiran dari langkah

29

I, A merupakan proses pikiran dari langkah II, III, dan IV, serta P
merupakan proses pikiran dari langkah V, VI, dan VII.

30

Bagan 2.1
Pola Pikir Manajemen Kebidanan, Kompetensi Bidan dan Dokumentasi (SOAP)

Sumber : 15

31

BAB III
STUDI KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.MAKSEPTOR

KB

SUNTIKAN DEPO PROGESTIN DENGAN AMENORHOE DI BPS SRI


RAHMAWATI,S.ST DI KEC. TANETE RIATTANG TIMUR
TANGGAL 13 APRIL 2012

No. Register

: 0107

Tanggal Kunjungan

: 13 April 2012 Jam 10.00 Wita

Tanggal Pengkajian

: 13 April 2012 Jam 10.00 Wita

3.1 LANGKAH I IDENTIFIKASI DATA DASAR


3.1.1 Identitas Suami/Istri
Nama

: Ny. M / Tuan A

Umur

: 29 tahun / 30 tahun

Suku

: Bugis

/ Bugis

Nikah/lamanya : Pertama / 10 th
Agama

: Islam / Islam

Pendidikan

: SMA / S1

Pekerjaan

: IRT / Wiraswasta

Alamat

: Jln. Yos sudarso

3.1.2 Data Biologis


1) Keluhan Utama

32

Saat datang di poli klien ingin suntik KB sesuai jadwal yaitu tanggal
13 April 2012, dengan keluhan siklus haid tidak teratur dan sudah 3
bulan tidak haid
2) Riwayat Keluhan Utama
(1) Ibu mengatakan menjadi akseptor KB suntik yang 3 bulan sekali
(2) Ibu mengatakan disuntik tanggal 21 Januari 2012 kembali tanggal
13 April 2012.
(3) Ibu mengeluh siklus haid yang tidak teratur
(4) Ibu mengatakan sejak 3 bulan yang lalu tidak mendapat haid.
(5) Ibu mengatakan menjadi akseptor KB suntik 3 bulan sejak tanggal
30 November 2008
(6) Ibu mengatakan belum ada rencana untuk hamil
(7) Ibu merasa cemas dan khawatir serta selalu bertanya tentang
keadaannya
3) Riwayat Kesehatan yang lalu
(1) Ibu tidak ada riwayat penyakit jantung, hipertensi, demam dan
penyakit lainnya
(2) Ibu tidak ada riwayat opname dan operasi
(3) Ibu

tidak

ada

riwayat

ketergantungan obat/alkohol
4) Riwayat Reproduksi
(1) Riwayat Haid :
a. Menarche 15 tahun

alergi

terhadap

obat

dan

33

b. Siklus haid 28-30 hari (sebelum ber-KB) - Lamanya 5-6 hari


c. Ibu biasanya mengalami dismenorhoe
(2) Riwayat Obstetri :
Kehamilan, Persalinan, dan nifas yang lalu
a. Tahun 2003 bulan April ibu melahirkan di RSUD Tenriawaru
Watampone jenis kelamin wanita, BB=3000 gr, PB= 49 cm,
spontan aterm LBK
b. Tahun 2008 bulan Oktober ibu melahirkan di RS.Tenriawaru
Bone.Jenis kelamin pria, BB= 2800gr, PB= 47 cm, spontan
LBK.
(3) Riwayat Ginekologi
a. Tidak pernah menderita penyakit neoplasma
b. Tidak ada riwayat PMS
c. Tidak ada riwayat infeksi alat genetalia
(4) Riwayat KB
a. Ibu menjadi akseptor suntik KB sejak tanggal 30 November
2008
b. Ibu ber-KB untuk menjarangkan kehamilan
c. Ibu ber-KB suntik 1 x dalam 3 bulan
3.1.3 Riwayat pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1) Nutrisi
(1) Makan 3 x sehari, Nafsu makan baik
(2) Pola makan nasi,sayur dan lauk

34

(3) Minim 7-8 gelas sehari


2) Eliminasi
(1) BAB 1-2 x sehari
(2) BAK 3-4 x sehari
(3) Tidak ada gangguan saat BAB dan BAK
3) Personal hygiene
(1) Mandi 2 x sehari
(2) Sikat gigi 2 x sehari
(3) Cuci rambut 2-3 x seminggu
(4) Ganti baju 2 x sehari
4) Istirahat
(1) Tidur siang + 1 jam
(2) Tidur malam + 7-8 jam
5) Kebutuhan sex
Tidak ada masalah dalam kebutuhan sex
3.1.4 Data psikologi dan spiritual
1) Ibu belum ada rencana untuk hamil
2) Ibu dan suaminya bersama dalam mengambil keputusan untuk ber-KB.
3) Ibu berkeyakinan dan tidak ada larangan dalam agama untuk ber-KB
4) Ibu menjalankan shalat 5 waktu sehari.
3.1.5 Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum :
(1) Kesadaran composmentis

35

(2) Tanda-tanda vital :


TD : 110/80 mmHg
N

: 80x/menit

: 24x/menit

: 36,8c.

2) Kepala
Keadaan rambut bersih dan tidak ada benjolan pada kepala.
3) Wajah
Tidak ada oedema,cloasma tidak ada
4) Telinga
Simetris kiri dan kanan,tampak bersih dan secret tidak ada.
5) Mata
Simetris kiri dan kanan,sclera putih, konjuctiva merah muda.
6) Hidung
Tidak ada secret dan tidak ada polip.
7) Gigi dan mulut
Gigi Nampak bersih, tidak ada caries, tidak ada perdarahan pada gusi.
8) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan vena jugularis.
9) Payudara
Simetris kiri dan kanan,putting susu terbentuk, dan tidak ada terasa
massa.
10) Abdomen

36

Tidak ada bekas oprasi,tidak ada nyeri tekan.


11) Ekstermitas bawah
Simetris kiri dan kanan, tidak ad avarices pada tungkai dan tidak ada
oedema.
12) Pemeriksaan laboratorium
Tidak dilakukan.

3.2 LANGKAH II IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL


Diagnosa Aktual : Akseptor KB suntik jenis Depo Progestin dengan masalah
amenorhoe dan kecemasan.
1) Akseptor KB suntikan Depo Progestin
Data Subyektif :
1) Ibu mengatakan menjadi akseptor KB

suntik 3

bulan sejak

tanggal 30 Mei 2008 sampai sekarang dengan jenis Depo Progestin


2) Ibu mengatakan disuntik pada tanggal 21 Januari 2012 kembali tanggal
13 April 2012
Data Obyektif :
1) Ibu menjadi akseptor KB suntik pada tanggal 30 November 2008
sampai sekarang
2) Tampak pada kartu kunjungan ibu disuntik 1 x dalam 3 bulan, jenis
suntik Depo Progestin
3) Tertulis pada kartu ibu disuntik tanggal 13 April 2012 kembali suntik
tanggal 7 Juli 2012.

37

4) TTV
TD

110 / 80mmHg

80 x / menit

24 x / menit

36,8C

Analisa dan Interpretasi data


1) Adanya pengakuan ibu bahwa ia menjadi akseptor KB suntik jenis
Depo Progestin sejak tanggal 30 November 2008, pada kartu ibu
tertulis jenis Depo Progestin.
2) Suntikan merupakan salah satu metode kontrasepsi yang menghalangi
ovulasi dengan jalan menekan pembentukan LHRF (Luteinizing
Hormone Relaksasi Faktor) dan FSHRF (Follicle Stimulating
Hormone Releasing Faktor) merubah lendir serviks menjadi kental
sehingga menghambat penetrasi sperma dan menimbulkan perubahan
pada endometrium sehingga tidak memungkinkan terjadi nidasi selain
itu juga merubah kecepatan transportasi ovum melalui tuba.
2) Masalah Amenorhoe
Data Subyektif :
(1) Ibu mengatakan siklus haid yang tidak teratur.
(2) Ibu mengatakan sejak 3 bulan yang lalu tidak mendapat haid
(3) Ibu mengatakan menjadi akseptor KB suntik 3 bulan sejak tanggal 30
November 2008
Data Obyektif :

38

1) Ibu suntik KB sejak tanggal 30 November 2008 jenis depo progestin


2) Ibu suntik KB tanggal 13 April 2012 jenis depo progestin
Analisa dan Interpretasi data :
Suntik KB depoprogestin mengandung medroxyproges-tiron acetat
150 mg/3 ml bilamana disuntikkan di dalam tubuh sebagai hormone
sintetik akan mencapai puncaknya pada minggu I, dan minggu II sampai
dengan 3 bulan dan akan menurun pada bulan ketiga. Hormon sintetik ini
akan menghalangi

FSH

dan

LH

sehingga tidak terjadi

ovulasi

yang mempengaruhi fase siklus haid yaitu dinding eudometrium


mengalami fase yang tidak teratur sehingga siklus haid tidak teratur
bahkan sampai tidak haid.
2) Kecemasan
Data Subyektif :
(1) Ibu mengatakan memakai kontrasepsi suntikan 3 bulan (Depo
Progestin) sejak tanggal 30 Mei 2008
(2) Ibu merasa cemas dan khawatir serta selalu bertanya tentang
keadaannya.
Data Obyektif :
(1) Ekspresi wajah nampak tegang
(2) TTV :
a. TD :

110/80 mmHg

b. N

80x/menit

c. S

36,8C

39

d. P

24 x/menit

Analisa dan Interpretasi data


Perubahan yang tidak normal yang terjadi pada diri seseorang yang
tidak biasa dialami sebelumnya akan menimbulkan rasa khawatir dan cemas
akan apa yang terjadi pada dirinya.

3.3 LANGKAH III. ANTISIPASI TERJADINYA MASALAH POTENSIAL


Potensial terjadinya kehamilan berikutnya
Data Subyektif :
1) Ibu mengatakan memakai kontrasepsi

suntikan 3 bulan jenis depo

progestin
2) Ibu mengatakan siklus haid yang tidak teratur
3) Ibu mengatakan sementara haid hari ke dua tetapi darah yang keluar hanya
sedikit.
Data Obyektif :
1) Pada Kartu Kunjungan KB ibu tertulis suntikan 3 bulan (12 minggu) jenis
depo progestin
2) Nampak pada softex ibu darah hanya berupa bercak
Analisa dan interpretasi data :
1)

Apabila penyuntikan yang dilakukan tidak tepat pada waktunya sehingga


memungkinkan untuk terjadinya kehamilan berikutnya.

40

2)

Apabila adanya darah haid yang hanya berupa bercak dikatakan sebagai
spotting

akibat

dari

adanya

pelepasan-pelepasan

dari

dinding

endometrium sebagai tanda-tanda kemungkinan adanya kehamilan.

3.4 LANGKAH IV. TINDAKAN SEGERA / KOLABORASI


Tidak ada indikasi untuk melakukan tindakan segera/kolaborasi

3.5 LANGKAH V. INTERVENSI


Diagnosa : Akseptor KB suntik jenis depo progestin
Masalah :
1) Amenorhoe
2) Kecemasan
Tujuan :
1) Ibu mengerti tentang efek dari suntikan depo progestin
2) Ibu merasa aman dan kembali suntik tepat pada waktunya
Kriteria :
1) Keadaan ibu baik
2) Ibu nampak ceria
3) Ibu kembali suntik 12 minggu kemudian setelah penyuntikan pada
Tanggal 7 Juli 2012.
Rencana tindakan
Tanggal 13 April 2012
1)

Ciptakan hubungan yang baik antara bidan dan klien

41

Rasional : Agar klien tidak merasa tegang, justru ibu merasa nyaman
dan terbuka untuk berkonsultasi pada bidan.
2)

Berikan kesempatan pada klien untuk mengemukakan masalahnya


Rasional : agar ibu mempunyai kesempatan untuk mengungkapkan
masalah

yang

dialaminya

penyimpangan-penyimpangan

sehingga
yang

tidak

terjadi

nantinya

akan

merugikan.
3)

Jelaskan pada ibu tentang efek samping suntikan jenis depo progestin
Rasional : segera untuk mengatasi hal-hal yang mungkin terjadi
sehingga klien segera dapat tertolong.

4) Anjurkan kepada ibu untuk istirahat yang cukup.


Rasional : dengan istirahat yang cukup, mungkin dapat menghilangkan
rasa sakit kepalanya.
5) Beri suntikan Depo Progestin.
Rasional : Kebutuhan klien terpenuhi dalam kesinambungan pelayanan
Keluarga berencana.
6) Anjurkan ibu untuk datang ke klinik KB secara teratur, untuk suntik KB
Depo Progestin.
Rasional : Agar hormon yang bekerja yaitu hormon progesterone
selama dari estrogen dapat teratur menghambat terjadinya
ovulasi maksimal.
7) Follow up

42

Rasional : Ibu datang kembali suntik 12 minggu kedepan yaitu tanggal 7


Juli 2012.

3.6 LANGKAH VI. IMPLEMENTASI


Implementasi tanggal 13 April 2012 jam 10.00 wita
1) Menciptakan hubungan yang baik antara bidan dan klien yaitu dengan cara
menciptakan komunikasi yang baik sehingga dapat

menumbuhkan

kepercayaan klien.
2) Memberikan kesempatan pada klien untuk mengemukakan masalah yaitu
mendengarkan semua keluhannya sehingga klien merasa diperhatikan.
3) Menjelaskan pada ibu tentang efek-efek samping yang dapat timbul dari
kontrasepsi suntik, yaitu :
Efek samping dari suntikan biasanya dapat terjadi gangguan haid
(amenorhoe). Spotting (bercak darah) dan menoragia, seperti halnya
dengan kontrasepsi hormoral lainnya maka dijumpai pula keluhan
berupa mual, sakit kepala, pusing, menggigil, dan berat badan
bertambah.
4) Menganjurkan kepada klien untuk datang ke klinik jika ada keluhan yang
lebih dari biasanya.
5) Menganjurkan kepada ibu untuk istirahat yang cukup dengan cara
mengurangi kerja berat dan tidur tepat pada waktunya.
6) Memberikan suntikan Depo Progestin yang disuntikan secara IM pada otot
bokong (muskulus glustus) agak dalam, tanpa massage sebelum diberikan

43

botol dikocok agak lama dulu sampai seluruh obat betul-betul larut dan
tercampur dengan baik.
7) Menganjurkan kepada ibu untuk datang ke poliklinik KB secara teratur
untuk suntik.
8) Menganjurkan ibu untuk datang kembali suntik pada tanggal 10 April
2010.

3.7 LANGKAH VII. EVALUASI


Evaluasi Tanggal 13 April 2012 jam 10.20 wita
1) Amenorhoe dan belum dapat dievaluasi
2) Kecemasan berkurang ditandai dengan
(1) Ekspresi wajah klien tidak tegang lagi
(2) Ibu tidak bertanya dan memahami penjelasan yang telah diberikan
3) Potensial terjadinya kehamilan : Belum dapat di evaluasi

44

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.M


AKSEPTOR KB SUNTIKAN DEPO PROGESTIN DENGAN
AMENORHOE DI BPS SRI RAHMAWATI,S.ST
KEC. TANETE RIATTANG TIMUR
TGL 13 APRIL 2012

SUBJEKTIF (S)
1) Ibu mengatakan disuntik tanggal 21 Januari 2012 kembali tanggal 13 April
2012.
2) Ibu mengatakan haid tidak teratur (Ix dalam 3 bulan) dan darah yang keluar
sangat sedikit.
3) Ibu mengatakan sudah 3 bulan tidak haid.
4) Ibu mengatakan menjadi akseptor suntik KB 3 bulan sejak tanggal 30
November 2008.
5) Ibu merasa khawatir dan cemas serta selalu bertanya tentang keadaannya

OBYEKTIF (O)
1) Ekspresi wajah nampak tegang
2) Tampak pada kartu ibu menjadi akseptor KB suntik sejak tanggal 30
November 2008.
3) Ibu disuntik KB tanggal 13 April 2012 jenis Depo Progestin.
4) Tidak ada oedema pada wajah dan tungkai
5) Tidak ada varises pada tungkai bawah

45

6) Pada kartu ibu kembali pada tanggal 7 Juli 2012


7) TTV :
-

TD

: 120/80 mmHg

: 80x/menit

: 24x/menit

: 36,8C

ASSESMENT (A)
Diagnosa

: Akseptor KB suntik jenis depo progestin

Masalah Aktual

: Amenorhoe dan kecemasan.

Masalah Potensial : Kehamilan berikutnya

PLANNING (P)
Tanggal 13 April 2012 jam 10.00 wita
1) Menciptakan hubungan yang baik antara bidan dan klien yaitu dengan cara
menciptakan

komunikasi

yang

baik

sehingga

dapat

menumbuhkan

kepercayaan klien.
2) Memberikan kesempatan pada klien untuk mengemukakan masalah yaitu :
mendengarkan semua keluhannya sehingga klien merasa diperhatikan.
3) Menjelaskan pada ibu tentang efek samping yang dapat timbul dari
kontrasepsi suntik, yaitu: Efek samping dari suntikan biasanya dapat terjadi
gangguan haid (amenorhoe). Spotting (bercak darah) dan menoragia, seperti

46

halnya dengan kontrasepsi hormoral lainnya maka dijumpai pula keluhan


berupa mual, sakit kepala, pusing, menggigil, dan berat badan bertambah.
4) Efek samping dari suntikan biasanya dapat terjadi gangguan haid
(amenorhoe). Spotting (bercak darah) dan menoragia, seperti halnya dengan
kontrasepsi hormonal lainnya maka dijumpai pula keluhan berupa mual, sakit
kepala, pusing, menggigil, dan berat badan bertambah.
5) Menganjurkan kepada klien untuk datang ke klinik jika ada keluhan-keluhan
yang lebih dari biasanya.
6) Menganjurkan kepada ibu untuk istirahat yang cukup dengan cara mengurangi
kerja berat dan tidur tepat pada waktunya.
7) Memberikan suntikan depo progestin yang disuntikan secara IM pada otot
bokong (muskulus gluteus) agak dalam. Sebelum diberikan botol dikocok
agak lama dulu sampai seluruh obat betul-betul larut dan tercampur dengan
baik.
8) Menganjurkan ibu untuk kembali suntik pada tanggal 7 Juli 2012

47

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang kesenjangan yang terjadi antara konsep
dasar, tinjauan pustaka dengan tinjauan khusus. Dalam penerapan proses
Manajemen Asuhan Kebidanan kasus keluarga berencana dengan akseptor suntik
Depo Progestin pada Ny. M di BPS Sri Rahmawati,S.ST di kecamatan Tanete
Riattang Timur Tanggal 13 April 2012.
Pembahasan ini disusun berdasarkan teori dari asuhan yang nyata dengan
pendekatan Manajemen Asuhan Kebidanan yang terdiri dari 7( tujuh) langkah.

4.1 LANGKAH I : IDENTIFIKASI DATA DASAR


Dalam pengkajian dimulai dari pengumpulan data yang dimulai dari
anamnese yang meliputi identitas ibu / suami. Data biologis / fisiologis dan
psikologis / sosiologis dan data spiritual sesuai dengan format yang tersedia.
Tetapi tidak menutup kemungkinan untuk ditambah dengan data-data yang
ditemukan saat melakukan anamnese yang ada kaitannya dengan kasus ibu
tersebut. Setelah anamnese dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik yang terdiri dari
pemeriksaan fisik umum misalnya : penampilan ibu, kesadaran, tinggi badan,
tanda-tanda vital, inspeksi kepala, dan rambut, wajah, dan palpasi tungkai bawah.
Berdasarkan

tinjauan

pustaka

didapatkan

gejala-gejala

yang

ditimbulkan/efek samping dari penggunaan kontrasepsi suntikan depo progestin


yaitu : Sering ditemukan perdarahan yang banyak atau sedikit.

48

Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting) dan bahkan


tidak haid sama sekali. Pemeriksaan jangka panjang dapat menimbulkan
kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit
kepala, nervositas, jerawat.
Dari hasil pengkajian penulis mendapatkan data antara lain Ibu
mengatakan haid yang tidak teratur dan3 bulan yang lalu tidak mendapat haid.
Ibu mengatakan menjadi akseptor KB suntik 3 bulan yaitu pada tanggal 30
November 2008, Tanda-tanda vital:
1) TD

: 110 / 80 mmHg

2) N

: 80 x / menit

3) P

: 24 x / menit

4) S

: 36,8C

Dengan melihat data yang diperoleh tidak terdapat perbedaan-perbedaan


dari tinjauan pustaka dan kasus nyata pada Ny. M dengan Akseptor suntik Depo
Progestin dengan masalah Amenorhoe, dan kecemasan.
Dalam tahapan pengkajian penulis tidak mendapatkan hambatan ini dapat
dilihat dari respon ibu yang dapat menerima kehadiran penulis saat pengumpulan
data dan sampai tindakan yang diberikan. ibu menunjukkan sikap terbuka dan
menerima anjuran atau saran yang diberikan oleh penulis maupun tindakan tenaga
medis lainnya dalam memberikan asuhan kebidanan yang berorientasi pada
biopsikososial.

49

4.2 LANGKAH II: IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH AKTUAL


Dalam menegakkan suatu diagnosa kebidanan atau masalah kebidanan
berdasarkan pendekatan asuhan kebidanan didukung dan ditunjang oleh beberapa
data baik data subyektif, maupun data obyektif yang diperoleh dari hasil
pengkajian yang telah dilaksanakan.
Dari data tinjauan pustaka didapatkan data dengan diagnosa akseptor
suntik Depo Progestian yaitu dimana pada data subyektif ibu mengatakan menjadi
akseptor KB suntik yang 3 bulan sekali, ibu disuntik tanggal 21 Januari 2012
kembali tanggal 13 April 2012 pada data obyektif, tercatat pada kartu ibu dimana
klien menjadi akseptor KB suntik sejak 30 November 2008, ibu disuntik KB
tanggal 13 April 2012 jenis Depo Progestin.
Sedangkan untuk masalah amenorhoe, data yang diperoleh pada tinjauan
pustaka yaitu : ibu mengatakan haid yang tidak teratur dan dalam 3 bulan hanya
mendapat I x sedangkan darah yang keluar sangat sedikit.
Untuk masalah kecemasan diperoleh data dari tinjauan pustaka yaitu
adanya keluhan kecemasan yang dialami ibu merasa khawatir dan cemas dengan
keadaannya.
Sedangkan data yang diperoleh dari pengkajian yaitu ibu mengatakan
menjadi akseptor suntik 3 bulan sejak tanggal 30 November 2008 jenis Depo
Progestin ibu mengatakan telah disuntik tanggal 13 April 2012, pada kartu tertulis
ibu menjadi akseptor KB suntik, tampak pada kartu ibu disuntik 3 bulan, jenis
Depo Progestin. Pada kartu kembali tanggal 13 April 2012. TTV :
1) TD

: 110/80mmHg

50

2) N

: 80 x/menit

3) P

: 24 x/menit

4) S

: 36,8C

Data yang diperoleh dari masalah Amenorhoe yaitu. Ibu mengatakan


siklus haid yang tidak teratur hanya mendapat 1 x dalam 3 bulan, darah keluar
sangat sedikit, menjadi akseptor KB suntik 3 bulan sejak 30 November 2008, ibu
disuntik KB jenis Depo Progestin, ibu disuntik KB tanggal 21 Januari 2012, jenis
Depo Progestin.
Masalah kecemasan data yang diperoleh ibu sering menanyakan tentang
keadaannya dan mengeluh merasa khawatir dan cemas dengan keadaannya.
Dengan melihat data - data yang diperoleh baik dari data tinjauan pustaka
maupun dari pengkajian maka penulis menarik kesimpulan bahwa diagnosa dan
masalah aktual yang penulis rumuskan yaitu dengan diagnosa akseptor suntik
Depo Progestin dengan masalah aktual Amenorhoe, dan kecemasan.
Dari data yang diperoleh baik dari tinjauan pustaka maupun dari data
pengkajian tidak terdapat perbedaan yang berarti pada kasus keluarga berencana
pada Ny.M dengan Akseptor suntik Depo Progestin dengan masalah
Amenorhoe.

4.3 LANGKAH III: ANTISIPASI TERJADINYA MASALAH POTENSIAL


Berdasarkan tindakan masalah potensial yang dapat terjadi

selama

penggunaan kontrasepsi suntik depo progestin yaitu tidak menutup kemungkinan


atau potensial terjadinya kehamilan berikutnya.

51

Pada tinjauan pustaka konsep dasar potensial yang terjadi yaitu : potensial
terjadinya kehamilan berikutnya apabila klien tidak datang tepat pada waktu
penyuntikan yang telah ditentukan yaitu untuk suntikan Depo Progestin bekerja
secara efektif selama 90 hari, 12 minggu, atau 3 bulan, sehingga klien harus
kembali 12 minggu kemudian sesuai dengan tanggal yang ditentukan. Apabila
klien tidak kembali pada jadwal yang telah ditentukan suntikan dapat diberikan 2
minggu sebelum jadwal dapat juga suntikan diberikan 2 minggu setelah jadwal
yang ditetapkan, asal tidak terjadi kehamilan.
Oleh sebab itu potensial untuk terjadinya kehamilan dapat terjadi selama
penggunaan kontrasepsi Depo Progestin apabila klien tidak disiplin pada jadwal
yang telah ditentukan oleh bidan atau petugas yang berwenang.
Kewaspadaan atau disiplin klien harus selalu diingatkan untuk mencegah
kemungkinan keteledoran klien sehingga potensial terjadinya kehamilan.
Sedangkan pada kasus Ny. M penulis merencanakan berdasarkan diagnosa,
masalah aktual, dan masalah potensial, sebagai berikut:
1) Diagnosa :
2) Tujuan

Akseptor suntik KB depo progestin.

(1) Ibu mengerti tentang efek samping suntikan Depo Progestin.


(2) Ibu merasa aman dan kembali suntik tepat pada waktunya
3) Kriteria keberhasilan, yaitu :
(1) Keadaan ibu baik yaitu nampak ceria.
(2) Ibu kembali suntik 12 minggu kemudian setelah penyuntikan pada
tanggal 7 juli 2012.

52

4) Rencana asuhan, yaitu :


(1) Ciptakan hubungan yang baik antara bidan dan klien
(2) Jelaskan pada ibu tentang efek samping suntikan Depo Progestin
(3) Beri suntikan Depo Progestin
Masalah amenorhoe,dan kecemaan, dengan tujuan ibu mengerti dan
memahami efek samping suntikan Depo Progestin. ibu tidak menanyakan lagi
keadaannya, ibu tidak merasa khawatir dan cemas.
Kriteria keberhasilan : keadaan ibu baik, ibu ceria, ibu, ibu tidak tegang
dan cemas lagi.
Adapun rencana tindakan yaitu beri kesempatan pada klien untuk
mengemukakan masalahnya, anjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup,
jelaskan efek samping suntikan.
Masalah aktual Amenorhoe dan kecemasan teratasi atau berkurang dengan
kriteria klien tidak terlalu cemas lagi ekspresi wajah ceria.
Tindakan yaitu memberi penjelasan tentang efek-efek dari suntikan Depo
Progestin.
Masalah potensial yaitu terjadinya kehamilan, tujuan yang ingin dicapai
yaitu selama penggunaan kontrasepsi suntik Depo Progestin tidak terjadi
kegagalan yaitu kehamilan akibat ketidak disiplinan klien. Kriteria : tidak terdapat
atau terjadi kegagalan. Rencana tindakan yaitu anjurkan kepada ibu untuk datang
ke klinik KB secara teratur untuk suntik KB depo progestin, follow up sesuai
jadwal yang ditentukan.

53

Penulis merencanakan tindakan asuhan kebidanan kepada Ny.M


berdasarkan tinjauan pustaka dengan melihat kondisi keadaan dengan kebutuhan
klien tersebut.

4.4 LANGKAH IV: TINDAKAN SEGERA/KOLABORASI


Dalam kasus Ny. M tidak dilaksanakan tindakan segera/kolaborasi

4.5 LANGKAH V: INTERVENSI


Perencanaan adalah proses

penyusunan

suatu rencana tindakan

berdasarkan identifikasi masalah saat sekarang serta antisipasi masalah yang akan
terjadi. Pada tahap perencanaan penulis membuat askep pada klien mulai dari
tujuan yang ingin dicapai serta kriteria keberhasilan dan intervensi.
Dalam membuat perencanaan penulis melakukan sesuai dengan data yang
diperoleh dan disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan klien. Penetapan tujuan
dimaksudkan untuk menjadi pedoman dalam melakukan suatu tindakan.
Pada saat melakukan anamnese dengan klien senantiasa diupayakan untuk
menciptakan hubungan yang baik antara bidang dan klien. Penyuluhan tentang
manfaat dari istirahat akan banyak berguna didalam mengurangi bahkan
menghilangkan rasa sakit kepalanya.
Konseling akan manfaat dan efek samping dari suntikan Depo Progestin
juga sangat penting. Agar klien dapat memahami dan mengerti sehingga dapat
mencegah kekhawatiran dan kecemasan klien. Disamping itu pula memang
seorang bidan penting untuk menjelaskan dan memberi informasi terhadap

54

akseptor agar klien lebih puas dan merasa aman serta memahami kontrasepsi yang
digunakannya sehingga rasa kekhawatiran dan kecemasan dapat terhindarkan.

4.6 LANGKAH VI: IMPLEMENTASI


Pada tahap ini penulis melaksanakan tindakan berdasarkan hal-hal yang
telah direncanakan sebelumnya dengan menyesuaikan kondisi keadaan dan
kebutuhan klien.
Pada tahap implementasi dijelaskan sebelumnya tentang apa yang akan
penulis lakukan terhadap ibu sehingga dapat membantu dan berpartisipasi dalam
pelaksanaan asuhan kebidanan. implementasi
Pada Ny.M dengan akseptor suntik Depo Progestin telah dilaksanakan
yaitu. pemberian suntikan Depo Progestin yang disuntikkan secara ini. Pada otot
bokong (Musculus gluteus), menganjurkan kepada ibu untuk datang kepoliklinik
KB secara teratur untuk disuntik, pada tanggal 7 juli 2012 klien dianjurkan untuk
Follow up kembali.
Pada masalah pertama Amenorhoe, semua rencana tindakan sudah
dilaksanakan yaitu, menjelaskan pada ibu tentang efek-efek samping yang dapat
saja timbul dari kontrasepsi suntikan.
Sedangkan pada masalah kecemasan, semua intervensi telah dilaksanakan
yaitu : menciptakan hubungan yang baik antara bidan dan klien yaitu dengan cara
menciptakan komunikasi yang baik sehingga menimbulkan kepercayaan klien,
memberi kesempatan pada klien untuk mengemukakan masalahnya.

55

Masalah potensial terjadinya kehamilan tindakan yang dilakukan adalah


menganjurkan kepada ibu untuk datang ke klinik KB secara teratur, dan follow up
atau kembali pada jadwal yang telah ditentukan.
Dada tahap pelaksanaan semua tindakan asuhan kebidanan telah
dilaksanakan sesuai yang direncanakan.
Sedangkan pada kasus Ny.M penulis menetapkan potensial terjadinya
kehamilan karena dari data pengkajian diperoleh data yang apabila suntikan Depo
Progestin,

klien

tidak

kembali

suntik

sesuai

jadwal

maka

potensial

terjadinya kehamilan.

4.7 LANGKAH VII. EVALUASI


Adapun Evaluasi yang dimaksudkan untuk memperoleh atau memberi
nilai terhadap intervensi yang dilakukan berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan sebelumnya. Teknik evaluasi yang dilaksanakan melalui anamnese,
pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi dan auskultasi untuk memperoleh
data hasil perkembangan klien.
Adapun evaluasi yang diperoleh pada tanggal 13 April 2012 jam 10:20
masalah Amenorhoe

belum dapat dievaluasi, sedangkan kecemasan telah

berkurang dapat diatasi yang ditandai dengan ekspresi wajah klien tidak tegang
lagi, ibu tidak bertanya - tanya dan memahami penjelasan yang telah diberikan.
Masalah potensial kehamilan belum dapat di evaluasi.

56

Dengan melihat hasil yang diperoleh seperti yang telah diuraikan di atas
dapat disimpulkan bahwa hanya sebagian kecil tujuan yang ingin dicapai
terevaluasi yang lainnya menggunakan evaluasi jangka panjang.

57

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan pustaka serta hasil pengkajian Manajemen Asuhan
Kebidanan pada Ny. M Akseptor KB suntikan Depo Progestin dengan
Amenorhoe di BPS Sri Rahmawati,S.ST di kecamatan Tanete Riattang TimurTgl
13 April 2012, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1) Pengkajian dan analisa data dasar pada Ny M hanya sebagian gejala yang
diuraikan dalam teori dialami yaitu amenorhoe.
2) Pada Ny M diagnose/masalah actual yang telah ditegakkan adalah akseptor
suntik depo progestin dengan amenorhoe dan kecemasan.
3) Pada Ny M masalah potensial yang telah ditegakkan adalah potensial
terjadinya kehamilan berikutnya.
4) Pada Ny.M tidak ada data yang mendukung untuk dilakukan tindakan
segera /kolaborasi.
5) Rencana tindakan Manajemen asuhan kebidanan dengan akseptor KB suntik
depo progestin pada Ny.M dengan amenorhoe yaitu sampaikan hasil
pemeriksaan, menjelaskan efek samping suntikan depo progestin, anjurkan ibu
istirahat dan ciptakan suasana yang tenang dan nyaman,observasi TTV ibu.
6) Semua tindakan asuhan kebidanan yang dilaksanakan sesuai dengan kondisi
Ny. M

58

7) Hasil evaluasi tanggal 13 april 2012 ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan kepadanya, ibu masih ingin menjadi akseptor KB suntik Depo
Progestin dan ibu bersedia follow up.
8) Pendokumentasian sangat penting dilaksanakan pada setiap tahap dari proses
manajemen kebidanan , karena hal ini merupakan bukti pertanggung jawaban
bidan terhadap asuhan kebidanan yang telah diberikan pada klien.

5.2. Saran
1) Bagi petugas kesehatan
sebagai salah satu motor penggerak dan ujung tombak pemberi pelayanan
kesehatan agar senantiasa didalam memberikan pelayanan lebih berkualitas
dan profesional yaitu dalam pelayanan KB yang terpenting dilakukan adalah
pemberian konseling atau informasi - informasi terhadap klien yang ingin
menjadi akseptor maupun yang telah menjadi akseptor untuk memilih
kontrasepsi yang akan digunakan sesuai kebutuhannya.
2) Bagi Institusi pendidikan
Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan perlu kiranya penerapan
menajemen kebidanan dalam pemecahan masalah lebih ditingkatkan dan
dikembangkan mengingat proses tersebut sangat bermanfaat dalam membina
tenaga bidan guna menciptakan sumber daya manusia yang berpotensi dan
professional.

59

3) Bagi pemerintahan
Untuk mencapai hasil yang memuaskan terutama dalam pelayanan kesehatan
khususnya kebidanan diharapkan kebijakan pemerintah dalam menempatan
bidan-bidan yang berkompetensi.
4) Bagi akseptor suntik depo progestin diharapkan dapat mengerti dan
memahami:
(1) jenis kontrasepsi yang digunakan
(2) Manfaat dan efek samping dari kontrasepsi suntik depo progestin.
(3) Segera datang ke petugas medis bila timbul gejala-gejala yang
mengganggu selama penggunaan kontrasepsi.
(4) Kapan waktunya untuk datang suntik lagi.
(5) Keefektifan dan prows kerja dari suntikan depo progestin sehingga
akseptor dapat mendisiplinkan diri untuk datang tepat pada waktunya
sesuai jadwal.

60

Anda mungkin juga menyukai