Anda di halaman 1dari 9

Belajar jadi petani kopi

Pengalaman menjadi sarjana pendamping


memang memberi pengalaman berarti bagi saya. Selama ini saya hanya
bisa menikmati kopi secara langsung akan tetapi setelah menjadi
sarjana pendamping desa di Ujungbulu, saya bisa langsung merasakan
bagaimana cara bertani kopi. Pengalaman itu saya dapatkan setelah
kami sebagai sarjana pendamping desa memprogramkan
pengembangan demplot kopi sebagai kebun percontohan bagi
masyarakat petani kopi di desa Ujungbulu. Pengembangan demplot
kopi dimulai dengan membersihkan area kebun dari semak , daun
kering dan ranting bekas penebangan beberapa pohon kopi .ada hal
yang menarik yang bisa dijadikan pelajaran dari desa ujungbulu yaitu
kepala desa memanfaatkan daun kopi yang kering untuk dijadikan
campuran pembutan kompos.

Cerita dari ahli sejarah

Hari telah menjelang siang hari , saat saya


dan d
tiba
tongkat
biasa. Dialah
memanggilnya.

dani masih membersihkan kebun kopi tibadatanglah sosok bapak yang melangkah
dengan tertatih yang di bantu dengan
akan tetapi semangat masih luar
bapak lompo begitulah warga
Beliau juga merupakan ayah kandung dari
kepala desa Ujungbulu. Sambil istirahat
sejenak kami dan bapak lompo bercerita ,
beliau banyak menceritakan
pengalamannya semasa muda saat menjadi
tentara dan ikut dalam pemberontakan
kahar muzakkar di sulawesi selatan. Beliau
menceritakan secara singkat perjuangan
kahar muzakkar dkk. Hal yang menarik dari
cerita beliau adalah pengalamannya
memasuki berbagai daerah yang memiliki
beraneka ragam budaya. Satu pesan beliau
pikiran masih sehat seklipun tempatnya

sudah tidak sehat . Sosok beliau


mengingatkan saya dengan ayah
dikampung yang juga senang bercerita
tentang sejarah di masa penjajahan dan
pemberontakan setelah kemerdekaan.

saran sang ahli


hari itu saya dan dani menuju kantor camat rumbia untuk menemui bapak
sekcam untuk konsultasi terkait program yang akan lami laksanakan.
Kami sempat
lama menunggu beliau karena kesibukan di tempat lain. Kami pun
terpaksa shalat jumat di masjid dekat kantor camat. Dalam khutbah
yang disampaikan khatib ada 3 poin penting yaitu shalat berjamaah
mencegah kemurkahan Allah pada suatu negeri , jauhkan diri dari
sifat dengki,sombong dan dendam , dan poin yang terakhir jangan
sampai karena ujian Allah kita justru menjadi musryik kepadaNya.
Setelah shalat jumat saya kembali ke kantor camat menunggu pak
Sekcam , dan alhamdulillah sekitar pukul 14.15 wita beliau datang.
Sosok beliau yang sangat ramah dan tawaduh membuat saya tidak
Merasa bosan atau jenuh menunggu beliau. Saya pun menyampaikan hal
terkait program sekolah lapan petani kopi di desa Ujungbulu dan meminta
saran-sarandari beliau. Beliau menjelaskan secara singkat prospek
pengembangan kopi di kecamatan Rumbia kemudian menjelaskan cara
budidaya kopi sampai pada tahap pasca panen. Ada 4 item yang beliau
sampaikan penting untuk dijelaskan dalam pembinaan petani kopi melalui
sekolah lapan, yaitu manajemen kelompok , budidaya kopi , peremajaan
kopi dan dinamika kelompok.

MENGASAH MUTIARA
masa depan sebuah daerah tergantung pada sumber daya manusia anak
mudanya. begitu pun dengan desa ujungbulu yang penuh dengan potensi
sumber daya alam yang harus dikelola dengan baik oleh generasi muda
yang cerdas. kondisi pendidikan anak-anak desa ujungbulu masih
memprihatinkan. kualitas pendidik , dorongan orangtua serta
keterbatasan sarana dan prasarana menjadi persoalan yang pokok di
dunia pendidikan di desa ujungbulu. bukan sesuatu yang mengherankan
kita temui anak sekolah dasar kelas 3 belum bisa menulis dengan baik
apalagi membaca. pintar seolah menjadi harga yang mahal bagi anakanak desa ujungbulu. padahal merekan adalah generasi yang mau tidak
mau akan melanjutkan pembangunan desa ujungbulu. mereka adalah

mutiara yang harus di asah agar dapat bernilai jual tinggi. butuh banyak
hal yang mesti dibenahi mulai dari perhatian pemerintah , tokoh
pemerhati pendidikan dan terlebih khusus bagi orangtua. memandang
desa ujungbulu yang penuh dengan potensi akan tetapi sdm anakanaknya rendah bagai mutiara yang terendam lumpur.

MENJADI SEORANG SARJANA


PENDAMPING MENGAJARKAN
ARTI SEBUAH PENGABDIAN
PADA MASYARAKAT.

Secangkir harapan
pagi hari yang terkadang sibuk membuat saya biasa lupa untuk sarapan.
Namun terkadang pula saya ingin sarapan tetapi tidak tersedia makanan.
Maka dari itu untuk mengatasinya saya berinisiatif membeli minuman
sereal pengganti sarapan yang bergizi yaitu energen.
Secangkir energen menjadi harapan untuk mengganjal perut
di pagi hari. bukan soal tuan rumah
tega sama kami , bukan pula
soal
persediaan
makanan yang tidak ada , dan bukan pula soal
saya tidak pandai memasak , akan tetapi persoalan cepat
dan
tepat.
Karena
secangkir
energen
penyajiannya cepat dan tepat karena
mengandung banyak nutrisiyang dibutuhkan tubuh.

Siaga 1
Makassar tanggal 19 okt , hari itu saya baru saja pulang ke
Ujungbulu goncang
rumah untuk istirahat setelah seharian sibuk mengikuti
bimtek
budidaya
tanaman hidroponic, tiba-tiba kak tia menelpon dari
Ujungbulu memberi kabar ujungbulugoncang setelah
Ardi anggota Pak desa tertikam oleh
pencuri yang merupakan musuh dari Pak desa. Kejadian itu
sontak membuat geger warga desa. Pada hari kamis tgl 22 okt
sya
kembali ke ujungbulu dengan kondisi desa yang masih tahap
rawan keamanannya.

Warga pun maspada dengan ancaman yang telah disampaikan


oleh pencuri tersebut yang oleh pak desa dikatakan akan balas
dendam setelah salah satu rekannya di hajar warga. Melalui
mimbar masjid pak desa meminta warganya untuk siaga 1
menyikapi ancaman oleh pencuri yang akan membunuh siapa
saja warga desa ujungbulu dan akan melakukan pembakaran
rumah. Satu hal yang bisa jadi pelajaran dari warga desa
ujungbulu ialah kebersamaan menjadi modal penting
masyarakat dalam hal apapun. Mengutip slah satu pernyataan
warga setetes darah yang mengalir dari tubuh pak desa atau
pak dusun maka desa ujungbulu bagaikan kiamat kecil dan
mati itu urusan Allah tetapi mempertahankan hidup itu urusan
manusia .
Reinkernasi Hitler
hari jumat suasana yang saya lihat sedikit berbeda terjadi di masjid nurul
hidayah dusun kayu colo. Sesaat setelah khutbah dan rangkaian shalat
jumat berdirilah sosok kepala desa dengan tegas menuju mimbar. Beliau
tampak ingin menyampaikan sesuatu hal yang sangat penting kepada
jemaah. Nada suara yang tinggi ditambah sedikit bumbu emosi kepala
desa berpidato dengan suara lantang menghentak membuang rasa
kantuk para jemaah. Beliau merasa kecewa dengan kondisi masyarakat
yang acuh tak acuh terhadap masalh yang tengah terjadi di desa. Saat itu
memang desa ujungbulu di ancam akan dihancurkan oleh sosok Ramli
(pencuri kelas kakap) yang sedang jadi buronan termasuk musuh kepala
desa. Kepala desa mengaku kecewa karena masyarakat tidak lagi bersatu
dan seolah tidak lagi memiliki rasa sosial sebagai manusia.
Hentakan suara pidato kepala desa dengan penuh emosi seolah
menghipnotis jemaah yang diam tak bersuara. Bahkan beliau dengan
keberaniannya menunjuki dan mencelah para masyarakat yang tidak lagi
sependirian dengan beliau. Saat itu sejenak saya terpikirkan dengan
sosok pemimpin Nazi yaitu Hitler yang dikenal keras dan tegas serta
sangat pandai mempengaruhi pengikutnya dengan metode komunikasi
yang cerdik. Saya pun beranggapan bahwa sosok Hitler terinkernasi
dalam diri kepala desa Ujungbulu, dan benar saja setelah pidato kepala
desa, masyarakat bergerak bersatu. Mulai dari membantu kegiatan pak
desa sampai rela begadang sampai dini hari untuk berjaga-jaga terhadap
ancaman sosok Ramli seolah masyarakat tak berdaya menolak apa yang
tersirat dari pidato kepala desa.

Makan bersama dikebun


Hari itu kegiatan sekolah lapang memasuki tahap pemupukan. Kebersamaan para petani
kopi terasa sangat erat bersama dengan kami sarjana pendamping. Tatkala kebersamaan
itu bukan hanya sekedar bekerja sama dalam pemupukan akan tetapi juga saat menyantap
makan siang bersama di tengah kebun kopi. Canda dan tawa seolah menjadikan kami
sarjana pendamping tak lagi ada jarak dengan para petani kopi ujungbulu. Kami menyatuh
bagaikan masyarakat asli desa ujungbulu. Kebersamaan itu sangat berarti bagi kami karena
menjadi modal utama untuk mengabdi sebagai sarjana pendamping desa. Masyarakat desa
memang berbeda dengan masyarakat perkotaan, di desa kebersamaan dalam semangat
gotong royong masih sangat erat dibandingkan masyarakat perkotaan yang serba acuh tak
acuh terhadap sesama. Makan bersama petani kopi dikebun menjadi cerita yang tak akan
terlupakan yang mengajarkan pentingnya semangat persaudaraan antar sesama.

Dingin menguji iman


Tak bisa lagi di pungkiri bahwa cuaca d daerah ketinggian sangatlah dingin. Begitupun
halnya dengan cuaca di desa ujungbulu. Suhu yang sangat dingin terasa menusuk tulang.
Apalagi di malam hari , kita harus bahkan wajib memakai pakaian yang bisa
menghangatkan badan. Bersentuhan dengan air atau mandi seolah menjadi uji nyali bagi
kami sarjana pendamping. Dengan kondisi cuaca yang sangat dingin maka tantangan atau
ujian yang sebenarnya adalah bangun shubuh. Tak jarang suara adzan shubuh terlewatkan
karena rasa dingin yang menggoda kami untuk tetap berada dalam naungan selimut.
Keadaan ini tentu menjadi ujian bagi keimanan untuk taat dengan tetap shalat shubuh tepat
waktu. Salut terhadap sebagian warga dusun kayu colo yang tetap konsisten menjalankan
shalat shubuh tepat waktu meskipun rasa dingin menjadi ujian yang berat.
Sang Penyeruh
Suara adzan yang senangtiasa berkumandang menyeruh umat untuk beribadah
menyembah kepada sang pencipta. Muadzin , begitulah orang menyebutnya bagi para sang
penyeruh ke jalan Allah dengan mengumandangkan adzan. Di dusun kayucolo tempat kami
menginap , hadir sosok sang penyeruh yang tak lekang oleh usia. Orang tersebut bernama
Dg. Rurung ,sosok yang sudah dimakan usia dengan rambut yang sudah mulai memutih
dan tentu suara yang juga mulai berubah. beliau selalu tepat waktu untuk
mengumandangkan adzan. Menyeruh dengan keikhlasan memanggil umat untuk beribadah
menyembah kepada sang khalik pekerjaan yang beliau embang dengan penuh rasa
tanggung jawab. Dengan tugas mulia yang beliau jalankan , tak jarang di uji dengan ejekan

dari umat pendosa karena suara yang tak lagi baik intonasinya jika mengumandangkan
adzan. Bilalnya desa Ujungbulu mungkin itulah sebutan yang pantas bagi Dg. Rurung.
Menjadi pelajaran dan suritauladan bagi mereka yang muda untuk berani tampil sebagai
sang penyeruh jalan Tuhan. Satu hal yang paling bernilai dari beliau adalah meskipun
dalam kondisi hujan, dingin bahkan mati lampu tetapi beliau tetap setiap datang ke masjid
menyeruh umat untuk beribadah. Pelajaran yang sangat berharga dari sosok sang penyeruh
ialah senang tiasa ikhlas dan istiqomah menjalankan tugasnya.
Kabut di pagi hari
Pagi hari terasa spesial hari itu, dengan hadirnya kabut menyambut menggantikan mentari
pagi. Di kampung saya , kabut hanya bisa di pandangi ke arah timur dari jauh di
pegunungan Bawakaraeng , tapi dengan pengabdian sebagai sarjana pendamping di desa
Ujungbulu akhirnya kabut itu secara langsung dapat saya lihat dan rasakan dinginnya.
Mungkin bagi masyarakat setempat kabut sudah menjadi hal yang biasa tapi bagi kami
masyarakat baru dari dataran rendah, kabut adalah hal yang spesial dan baru. Menyambut
pagi dengan kepungan kabut yang membawa sensasi dingin seolah menjadi pelipur
kerinduan dengan kampung halaman. Kabut menjadi pembawa kabar akan datangnya hujan
, sebagaimana halnya cahaya fajar bertugas membawa kabar akan datangnya mentari pagi.
Adat Adab Ala Turatea
Turatea begitulah slogan bagi penduduk jeneponto yang juga menjadi sebutan bagi
Kabupaten Jeneponto sebagai bumi Turatea. Mendengar sebutan Turatea artinya berbicara
soal Jeneponto dengan tanah gersang dan watak kerasnya sebagai gambaran. Akan tetapi ,
Turatea atau bumi Turatea sesungguhnya tak sepenuhnya seperti itu. Enam bulan berlalu
pengabdian kami di Jeneponto banyak menjelaskan bagaimana karakter Turatea yang
sesungguhnya. Peristiwa demi peristiwa yang kami lalui menjadi penutur sebenarnya untuk
membuat kami mengetahui Turatea itu seperti apa. Masyarakat desa Ujungbulu memang
hanya sebagian kecil jika kita ingin mengambil sampel tetapi setidaknya dapat mewakili
orang Turatea secara umum. Hal yang menarik bagi saya adalah berbicara soal adab-adab
orang Turatea. Selama berada di desa Ujungbulu tidak pernah ada sambutan dari
masyarakat yang mengecewakan. Penyambutan kami sebagai tamu di desa Ujungbulu
sangat baik , ramah tama menjadi ciri adab yang sangat terasa di masyarakat Ujungbulu.
Senyum dan tutur sapa yang sangat bijak menjadi makna turatea yang sulit untuk saya
pungkiri. Setiap kali kami bertamu dirumah warga selalu saja ada jamuan walau itu hanya
secangkir air putih dengan kue ala kadarnya, akan tetapi saya menangkap makna besar di
balik itu semua yaitu bahwa turatea sangatlah menghormati tamunya dengan memberikan
pelayanan terbaik sesuai petuah dalam agama islam bahwa tamu adalah raja. Maka
benarlah ungkapan yang mengatakan kalau ingin mengetahui dalamnya air maka
selamilah , dan jika anda ingin mengetahui turatea yang sesungguhnya maka kita harus
mendalaminya.
Perjalanan sunyi
Hari itu saya mengunjungi salah satu dusun terluar dari desa ujungbulu yaitu dusun
bontomanai, perjalanan saya tempuh kurang lebih 20 menit karena singgah di dusun
kambutta bertemu dengan salah seorang guru mengaji. Dari dusun kayu colo tampak kabut
telah menyelimuti dusun bontomanai yang berada pada ketinggian sekitar 1800 meter di
atas permukaan laut. Melalui jalan menanjak menuju ketinggian dengan kabut yang

membatasi jarak pandang. Perjalanan kali ini sedikit menantang dari biasanya karena saya
lalui sesaat sebelum adzan maghrib berkumandang dan balik ke dusun kayu colo setelah
shalat isya dengan suasana sunyi dan cuaca dingin berkabut. Memasuki waktu shalat
maghrib saya mengunjungi masjid babu salam, masjid tua dengan bangunan yang
sederhana. Nampak hanya ada beberapa anak-anak yang sementara menyapu dan
seorang pemuda yang merupakan guru mengaji bernama Abd.Azis. Kunjungan saya hari itu
ingin melihat kondisi TK/TPA di masjid babu salam, serta ingin bertemu imam dusun dan
pengurus masjid untuk menyampaikan keinginan kami melaksanakan kegiatan pengajian
bulanan dengan tema tata cara mengurus jenazah. Suasana jemaah yang sepi dan hanya
ada sekitar 10 orang santri itulah kondisi yang saya lihat. Dengan cuaca dingin berkabut
dalam suasana kesunyian, saya terharuh melihat adek-adek yang tetap semangat ingin
belajar mengaji. Sedikit cerita dari Abd.Azis membuat saya kagum dengan pemuda itu, dia
mengatakan bahwa seandainya bukan dengan berjuang ikhlas untuk mengajar anak-anak
mengaji maka kemungkinan mereka sambil menunjuk santrinya akan buta terhadap ilmu
agama. Tak jarang pula dia di ejek oleh sebagian orang karean dikatakan tidak pantas
mengajar sampai dia harus bertanggung jawab mengantar santrinya pulang ke rumah
masing-masing setelah mengaji. Jauh dari di atas ketinggian kaki gunung bawakareng
dengan ikhlas pemuda itu berjuang dalam kesunyian melawan godaan dan ujian dengan
satu harapan ingin mengabdi di jalan Tuhan. Saya terharuh dengan pengabdianku di desa
ujungbulu, begitu banyak pelajaran dari orang-orang pelosok yang sederhana senangtiasa
ikhlas menjalani hidup. Rasa haruh itu terus menaungi dalam perjalanan balik ke dusun
kayu colo, terlihat dari jauh suasana gemerlap kota di dataran rendah namun karena
pengabdian harus berada nan jauh di pelosok kaki gunung.

NASEHAT SANG VISIONER


Perbincangan pagi itu bersama Pakde dan Pakdu Saat mentari mulai memancarkan
sinarnya menerangi pagi kaki pegunungan Bawakaraeng memberi begitu banyak pesan dan
hikmah bagi saya. Berawal dari perbincangan mengenai sejauh mana musremban dapat
memberi perubahan di desa Ujungbulu . Menurut pakde , musremban hanyalah kegiatan
formalitas semata oleh pemerintah kabupaten karena kenyataannya realisasi dari
perencanaan atau ide yang lahir dari musremban tidak pernah terwujud. Banyak ide dan
rencana yang tidak mampu di realisasikan pemerintah kabupaten karena lebih
mementingkan ide atau rencana yang secara politik memberi keuntungan bagi mereka.
Maka dari itu akan lebih baik jika kegiatan musremban di ganti menjadi kegiatan
musyawarah desa. Dalam kegiatan musdes akan melibatkan semua unsur masyarakat
untuk memberikan saran dan kritikan terhadap pembangunan desa sehingga dapat disusun
solusi atas masalah yang ada dan ide program yang tepat untuk dituangkan dalam bentuk
RPJMD desa.
Dalam perbincangan lain , pakde juga bercerita tentang pengalaman hidupnya membangun
keluarga sampai dia menjadi seorang pemimpin di desa. Menurut beliau , hikmah dari
semua pengalaman baik suka maupun suka adalah bersyukur atas ketentuan Allah SWT.
Bayi yang lahir dari perut ibunya tidak langsung memakan makanan keras akan tetapi

bertahap sampai akhirnya menjadi dewasa maka seperti itulah kehidupan. Dalam menjalani
proses kehidupan, manusia harus pandai bersyukur sebagai makhluk Tuhan karena dengan
sikap syukur nikmat akan ditambahkan.
3 PILAR PEMBANGUNAN DESA UJUNGBULU
Desa ujungbulu merupakan desa yang dikaruniai tanah yang subur sehingga hampir semua
jenis tanaman dapat tumbuh. Masyarakat mayoritas bermata pencaharian sebagai petani
kopi dan hortikultura. Kopi sebagai jenis tanaman jangka panjang dan hortikultura sebagai
jenis tanaman jangka pendek menjadi kombinasi lengkap sebagai penopan kehidupan
ekonomi masyarakat ujungbulu. Jika kedua potensi pertanian atau 2 pilar tersebut dapat
dikembangkan dengan baik maka desa Ujungbulu sangatlah berpotensi menjadi desa
mandiri. SDM memang menjadi kekurangan di kalangan petani dalam bertani , banyak
petani yang kurang mendapatkan keuntungan bahkan rugi dari hasil pertaniannya karena
lemahnya SDM yang dimiliki. Tidak aktifnya fungsi PPL pertanian di desa ujungbulu menjadi
faktor lain lemahnya SDM petani , oleh karena itu butuh keseriusan peran pemerintah
dengan mengoptimalkan fungsi PPL pertanian sehingga pengetahuan petani tentang tata
cara bertani yang baik dapat terpenuhi dan berimbas pada peningkatan hasil panen.
Lahirnya ide kepala desa ujungbulu untuk memproduksi kopi olahan bernama kopi cita rasa
madu sangatlah baik dikembangkan menjadi produk unggulan desa. Kopi cita rasa madu di
olah dari buah kopi arabika yang terpilih dan di proses dengan sistem permentasi
berstandar tinggi sehingga menghasilakn cita rasa yang khas. Desa ujungbulu salah satu
penghasil kopi terbesar di jeneponto meskipun masih banyak yang belum tahu akan potensi
kopi yang ada di desa tersebut. Produk olahan kopi cita rasa madu memang jalan yang baik
untuk memperlihatkan potensi desa ujungbulu kepada orang lain termasuk pemerintah.
Jika kopi cita rasa madu mampu di terima di pasar dengan baik maka sangatlah
memungkinkan desa ujungbulu untuk menjadi sentral usaha kopi.
1 pilar lain untuk membangun desa ujungbulu melalui potensi wisata alamnya yaitu
Bontolojong. Wisata alam Bontolojong merupakan objek wisata yang unik karena
menawarkan pemandangan berbeda saat kita berada di atas puncak gunung. Objek
Bontolojong yang menyerupai kawah bekas letusan gunung berapi memberi kesan
tersendiri bagi para pengunjung. Saat ini antusias pengunjung belum terlalu tinggi karena
hanya terlihat ramai saat akhir pekan atau hari libur lainnya. Potensi Bontolojong memang
butuh pengelolaan yang serius serta promosi sehingga pengunjung dapat meningkat.
Jika 3 pilar atau potensi desa dapat dikembangkan dengan baik maka besar peluang desa
ujungbulu menjadi desa yang mandiri.
MEWUJUDKAN PETANI BERDASI
Pertanian dan petani ibarat 2 sisi koin yang tidak dapat dipisahkan , 2 hal inilah yang
menjadi penggerak perekonomian di desa. Potensi pertanian yang baik jika tidak di kelola
petani yang berkualitas maka hasilnya kurang maksimal , sebaliknya potensi pertanian yang
baik jika dikelola petani yang berkualitas maka akan mencapai hasil yang maksimal.
pengembangan pertanian yang ada di desa memang bergantung pada petani , sejauh apa
petani mampu memanfaatkan potensi yang ada dengan baik. Akan tetapi , petani juga
sangatlah bergantung pada SDM yang dimilikinya dalam bertani sehingga dapat
menghasilkan produk pertanian yang unggul dan berdaya saing. Mandetnya pengembangan

usaha pertanian di negara indonesia dikarenakan SDM petani kita yang masih sangat
rendah. Petani di indonesia kebanyakan berasal dari masyarakat yang tingkat
pendidikannya rendah dan diperparah lagi dengan kurang minatnya para alumni sarjana
jurusan pertanian yang mau kembali ke desa mengabdi untuk mengembangkan potensi
pertanian desanya.
Kondisi tersebut juga terjadi di desa ujungbulu , desa dengan potensi SDA yang melimpah.
Namun , SDM petani masih sangat rendah sehingga potensi yang ada tidak dapat
dimaksimalkan dengan baik. Menurut kepala desa ujungbulu , petani di desanya butuh
pembinaan yang berkelanjutan sehingga mereka dapat mandiri sebagai petani berdasi
dengan kata lain mereka mampu bersaing dari segi ekonomi dengan para pekerja kantoran ,
pegawai negeri dan jenis pekerjaan lainnya yang dikenal dengan orang berdasi.
Salah satu kendala yang dihadapi petani desa ujungbulu ialah tidak adanya pendampingan
dari penyuluh pertanian dari pemerintah kabupaten. Petani ibarat anak ayam yang
kehilangan induknya , mereka harus berjuang sendiri untuk bertani dengan SDM yang
terbatas. Hal ini kemudian berdampak kepada metode bertani para petani yang cenderung
masih sangat mengandalkan pengalaman ( empiris ).

Anda mungkin juga menyukai